HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di Kelurahan Juwiring.
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MEROKOK
PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Oleh :
AYU PRATIWI
F 100 090 017
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ilt
'!sd'I
€I0z IInf 6z2tezavel
: qelo
pfnpslp
r{BIeJ
I-S IsdIqS lln8ued rru {eC nedupeq rq
uolreqspedrq
>1n1un
pfnpqq
r{BIoJ
trO 060 00I f,
IfrIFEert^v-
:qe1o
uap[urq
ONIUIAUIf NYH\TUNADT I(I YfYIAIflU Y(IYd XO>IOUflIAI
IDTYTTUfld NYCNIC TUI(I NIYVAYJUfldDT YUYINY NYCNNflNH
nl
.Isd .Is.ntr,lsd.S rouo,ralA
EISZ
IInf
67
O&f
y,1S
"ge4erng
ns@mE
1 6urdurepue4 1[n8ua4
1S'I tr'un
n FlorqBz .Bro
l6urdurepue4 r[n8ue4
Isd'!S'tr4l
.!sd.S
.ouoEnI
om$
eureln r[n8ue4
lereds qnuerueru qelel ue>lgl€.fu1p
uuq
: lu88uel epu4
Ifn8uod rru&eq uedep rp ue>1rrar1spedrp t1e1e1
tIO 060 00r .f
IA\IIYUd IIAY
:qeIO
ualnlerq
DNIUIATIIf NYH\rUN-ItrT IO YfYI IflU Y(rYd XOXOUflI^I
IDtYTTUfld NYCNtr(I TUI(I NYYAYJUf,dtr)T YUVINY NYCNNflNH
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING
Ayu Pratiwi
Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si. Psi.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Aiux_iux@yahoo.com
ABSTRAK
Perilaku merokok pada remaja yang nampak semakin memprihatinkan,
tidak sulit mencari perokok – perokok muda pada era ini. Remaja bahkan anak –
anak sudah tidak malu – malu lagi untuk merokok di depan umum seperti di
warung – warung pinggir jalan atau di dekat sekolahnya, di tempat nongkrong
para remaja, di halte bus bahkan di dalam rumah. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok adalah kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang
rendah akan membuat remaja mudah terbawa kearah perilaku negatif seperti
perilaku merokok. Namun, remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi
tidak akan mudah terjebak kedalam perilaku negatif tersebut. Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan
perilaku merokok pada remaja di kelurahan Juwiring. Hipotesis yang diajukan
adalah ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok
pada remaja di kelurahan Juwiring.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di kelurahan Juwiring. Teknik
pengambilan sampel menggunakan cluster random stratified yaitu dengan
melakukan random terhadap 26 Kecamatan di Kabupaten Klaten, setelah
Kecamatan Juwiring terpilih sebagai hasil random, pertama peneliti melakukan
random terhadap 19 kelurahan yang berada di Kecamatan Juwiring dan Kelurahan
Juwiring terpilih sebagai hasil random. Jumlah subyek yang digunakan 100 orang.
Karakterikstik subyeknya adalah remaja yang berusia 12 – 21 tahun. Alat
pengumpul data menggunakan skala kepercayaan diri dan skala perilaku merokok.
Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.
Hasil analisis data menunjukkan hipotesis diterima, diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) sebesar - 0,750 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan
antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja di kelurahan
Juwiring. Sumbangan efektif variabel kepercayaan diri terhadap perilaku merokok
sebesar 56,2% ditunjukkan oleh koefisien determinan (� 2 ) = 0,562. Rerata
empirik variabel kepercayaan diri = 63,55 dan rerata hipotetik = 60 yang berarti
kepercayaan diri subyek tergolong sedang. Rerata empirik variabel perilaku
merokok 12,66 dan rerata hipotetik = 13 yang berarti perilaku merokok pada
subyek tergolong sedang.
Kata kunci : perilaku merokok, kepercayaan diri
1
rokok
PENDAHULUAN
Usia remaja merupakan masa
pada
Remaja
juga
kesehatan
mereka.
harus
mampu
bermain, masa mencari pengalaman
mengubah perilaku merokok tersebut
sebanyak – banyaknya dan masa
menjadi perilaku yang positif, seperti
mencari
masa
meningkatkan prestasi akademik di
pencarian jati diri remaja akan sangat
sekolah, mengikuti kegiatan sosial
dipengaruhi oleh teman sebaya, baik
dan sebagainya.
jati
diri.
Dalam
dalam hal sikap, perbuatan dan
Berbagai upaya telah dilakukan
perilaku. Konformitas terbesar yang
oleh pemerintah dengan membuat
terjadi pada remaja adalah perilaku
hari bebas tembakau dan pengayaan
negatif, salah satunya adalah perilaku
– pengayaan terhadap bahaya rokok.
merokok. Rokok merupakan pintu
Namun, pada kenyataannya perilaku
utama kenakalan remaja, remaja
merokok
di
yang pada awalnya hanya mencoba
Indonesia
semakin
merokok namun
lama kelamaan
semakin memprihatinkan. Tidak sulit
mejadi ketagihan, kemudian mereka
mencari perokok remaja pada era ini,
akan mulai mencoba berbagai hal
mereka sudah lebih terbuka dan tidak
lain seperti minuman keras dan
malu-malu lagi untuk merokok di
narkoba. Dilihat dari segi kesehatan
depan
rokok merupakan penyebab kematian
berada didalam bis umum, warung di
dan masalah utama kesehatan pada
dekat sekolah atau di ysejumlah
masyarakat. Berbagai penyakit yang
tempat bermain remaja, kebanyakan
ditimbulkan
bahkan
dari mereka menghisap rokok sambil
sudah jelas tertera pada kemasan
melakukan berbagai aktivitas tanpa
rokok.
generasi
menghiraukan orang – orang yang
harus
berada di sekelilingnya. Perokok
membawa perubahan kearah yang
pada era ini sudah tidak bisa dinilai
kebih baik diharapkan untuk tidak
dari peran gender ataupun usia,
merokok, sehingga mereka terhindar
sejauh yang kita lihat tidak hanya
dari penyakit yang ditimbulkan oleh
laki – laki yang sudah memasuki usia
penerus
oleh
Remaja
bangsa
rokok
sebagai
yang
umum.
kalangan
hari
Perhatikan
remaja
tampak
ketika
2
dewasa saja yang merokok, bahkan
September 2012. Faktanya, jumlah
siswa SMP yang masih berusia belia
perokok
pun sudah mulai merokok, tidak
mengalami peningkatan dan tertinggi
hanya sebatas itu perempuan dan
di antara 16 negara berpendapatan
anak – anak balita pun sudah mulai
menengah
terjangkit
memaparkan,
kenikmatan
yang
aktif
ke
di
Indonesia
bawah.
survey
Arist
tersebut
ditawarkan dari sepuntung rokok,
melaporkan
bahwa
prevalensi
meskipun prosentasenya lebih kecil
merokok mencapai 67,4 persen laki-
dari perokok laki-laki.
laki dan 4,5 persen wanita. Perokok
Meningkatnya jumlah perokok
pria dan wanita ini mencapai 36,1
di Indonesia juga disebabkan oleh
persen dari komposisi penduduk atau
mudahnya memperoleh rokok, tidak
ada sekitar 61,4 juta penduduk yang
ada batasan umur yang melarang
mengonsumsi tembakau. Ironisnya,
orang membeli rokok, kapan pun dan
prevalensi perokok menurut usia dan
dimana pun mereka ingin membeli
gender pada kelompok usia 15
rokok selalu tersedia. Kondisi ini
sampai 24 tahun, mencapai sebanyak
diperparah dengan banyaknya orang
51,7 persen. Ini termasuk anak-anak
tua
sadar
dan remaja kelompok usia 15 hingga
untuk
18 tahun, (Kuwado, 2012).
yang
justru
menjerumuskan
tanpa
anaknya
Data Riset Kesehatan Dasar
menjadi perokok. Dimulai dengan
kebiasaan merokok di depan anak –
2007
anak hingga meminta anak – anak
Indonesia
membelikan rokok di warung.
melakukan kebiasaan merokok setiap
menunjukkan
usia
bahwa
perokok
di
mulai
Sesuai dengan penuturan Ketua
hari paling tinggi adalah pada usia 15
Komnas PA Arist Merdeka Sirait
– 19 tahun yakni sekitar 36,3 %,
yang dikutip dalam surat kabar
sedangkan di provinsi Jawa Tengah
kompas edisi 14 September 2012
terdapat sekitar 34,8% perokok yang
yang menyatakan keprihatinannya
mulai merokok pada usia tersebut,
atas hasil survey Global Adult
dan untuk karesidenan Surakarta
Tobacco Survey (GATS) yang dirilis
kabupaten
Kementrian
peringkat tertinggi untuk perokok
Kesehatan,
11
Klaten
menduduki
3
yang mulai merokok pada usia 15 –
memang sudah bukan merupakan hal
19 tahun yakni 43,7% (Soendoro,
yang
2008).
tersembunyi
Hasil
survey
yang
telah
dilakukan peneliti pada tanggal 2
Oktober 2012 kepada subjek remaja
ataupun dewasa awal di berbagai
tempat secara terpisah dan secara
insidental,
mereka mulai merokok
pada usia remaja, sejak mereka
berumur
13
tahun
hingga
usia
mereka saat ini yang berkisar antara
25 tahun. Berbagai alasan yang
diungkapkan atas perilaku merokok
mereka, ada yang berasalasan karena
coba-coba hingga akhirnya menjadi
ketagihan, karena ikut-ikutan teman
sekolahnya,
karena
penasaran
dengan mewahnya iklan rokok yang
ditayangkan di televisi, juga untuk
menghilangkan kepenatan, bahkan
ada yang memang menjadikan rokok
sebagai
kebutuhan
sehari-hari.
Mereka merokok dimana pun mereka
berada dan kapan pun mereka ingin
merokok,
setelah
ketika
makan,
bangun
saat
tidur,
berada
di
kampus, di warung makan dan di
tempat
nongkrong.
menjelaskan
bahwa
Hal
ini
merokok
harus
dilakukan
lagi
pada
secara
era
ini.
Fenomena tersebut diperkuat dengan
apa yang mereka rasakan ketika
merokok, sebagian besar menyatakan
bahwa
mereka
kenikmatan,
mendapatkan
perasaan
lega
dan
tenang, lebih santai, lebih percaya
diri, lebih macho dan bisa menjadi
teman ketika mengerjakan tugas
sampai larut malam.
Berdasarkan fenomena diatas,
masih
ada
kesenjangan
antara
kenyataan dan harapan, yaitu remaja
cenderung
merokok
memiliki
untuk
kepercayaan
perilaku
mendapatkan
dirinya,
sedangkan
diharapkan para remaja untuk tidak
merokok agar terhindar dari berbagai
dampak buruk rokok bagi kesehatan
dan untuk menyelamatkan masa
depan mereka. Maka dari itu peneliti
bermaksud untuk meneliti apakah
ada hubungan antara kepercayaan
diri dengan perilaku merokok pada
remaja di kelurahan Juwiring?
Tujuan
penelitian
yang
dilakukan adalah untuk mengetahui
hubungan antara kepercayaan diri
dengan
perilaku
merokok
pada
4
remaja di kelurahan Juwiring ; untuk
Perilaku
merokok
menurut
mengetahui tingkat kepercayaan diri
Hasnida dan Kemala (2005) dapat
pada remaja di kelurahan Juwiring ;
dilihat dari empat aspek yaitu :
untuk mengetahui perilaku merokok
a. Fungsi merokok. Individu yang
pada remaja di kelurahan Juwiring ;
menjadikan
untuk mengetahui sumbangan efektif
sebagai penghibur dalam berbagai
kepercayaan diri terhadap perilaku
keperluan menunjukkan bahwa
merokok pada remaja di kelurahan
merokok memiliki fungsi penting
Juwiring.
bagi kehidupannya.
Menurut Smet (1994) perilaku
merokok
adalah
perilaku
yang
kegiatan
merokok
b. Tempat merokok. Individu yang
merokok
disembarang
tempat
kompleks, yang diawali dan berlanjut
bahkan di ruangan yang dilarang
yang
yang
merokok
menunjukkan
bahwa
berbeda. Awal perilaku merokok
perilaku
merokoknya
sangat
pada umumnya diawali pada usia
tinggi.
yang masih muda dan disebabkan
c. Intensitas
disebabkan
adanya
model
lingkungannya
tekanan
yang
atau
sosial.
menyatakan
variabel
ada
karena
Willis
bahwa
di
ada
(2010)
meluasnya
merokok.
Seseorang
yang merokok dengan jumlah
batang
yang
sangat
menunjukkan
banyak
perilaku
merokoknya sangat tinggi.
kecanduan rokok hingga sampai
d. Waktu merokok. Seseorang yang
anak sekolah dasar berdampak besar
merokok di setiap waktu (pagi,
pada penggunaan narkoba, hal ini
siang, sore malam) menunjukkan
didukung
perilaku merokok yang tinggi.
dengan
lemahnya
ketahanan diri pada anak dan remaja
yang
bersumber
dari
keimanan,
Menurut pendapat Kartini Kartono
(Susanti,
2008)
sikap
dan memenuhi
percaya diri adalah suatu sikap batin
nasehat dari orang tua dan guru
yang positif, mempunyai keyakinan
terhadap lingkungan yang sebagian
akan diri sendiri, mempunyai sikap
besarnya perokok.
riang dan mudah menyesuaikan diri.
kepercayaan diri
Sedangkan
Lauster
(2006)
5
berpendapat bahwa kepercayaan diri
kejadian dengan menggunakan
adalah aspek dari kepribadian yang
pemikiran yang logis, dapat
dapat
diterima akal sehat.
terdiri
seseorang
dari
bahwa
melakukan
keyakinan
dirinya
sesuatu
dapat
dengan
Salah satu faktor psikologis
yang
mempengaruhi
perilaku
kemampuannya sendiri dan tidak
merokok adalah kepercayaan diri.
mudah terpengaruh oleh orang lain,
Kepercayaan diri seseorang akan
dirinya
sangat
dapat
bertindak
sesuai
dipengaruhi
oleh
masa
dengan kehendaknya, memiliki sikap
perkembangan
optimis, toleran dan mempunyai
dilaluinya.
sikap yang bertanggung jawab.
kepercayaan dirinya tinggi akan
Lauster
(2006)
mengemukakan
juga
memiliki
yang
sedang
Individu
sikap
tenang
yang
dalam
aspek-aspek
menghadapi sesuatu yang terjadi,
pembentuk kepercayaan diri yang
memiliki kondisi mental dan fisik
terdiri dari :
yang
a. Keyakinan
akan
cukup
menunjang
kemampuan
penampilannya, ia juga mampu
diri, memberikan penilaian yang
mengendalikan situasi tegang yang
positif pada diri sendiri dalam
muncul ketika menghadapi sesuatu,
menghadapi segala situasi.
ia juga ampu beradaptasi dan
b. Optimis, sikap positif seseorang
berkomunikasi dengan orang lain
dalam menghadapi masalah dan
dalam berbagai situasi karena ia
harapan.
memiliki kemampuan bersosialisasi
c. Obyektif, memandang sesuatu
yang baik dan selalu bersikap
hal dengan cara pandang yang
positif
menyeluruh,
permasalahan hidup. Maka remaja
bukan
atas
dalam
menghadapi
yang memiliki kepercayaan diri
pendapat pribadi.
d. Bertanggung jawab, menerima
yang lebih tinggi akan memiliki
timbal balik dari apa yang telah
sikap sesuai dengan aspek dan
diperbuat.
karakteristik
e. Rasional
dan
realistis,
memandang dan menelaah suatu
remaja
kegiatan
tersebut,
tidak
akan
merokok
sehingga
menjadikan
sebagai
6
kebutuhan
utama
ketika
penat
yang
mereka
miliki
melakukan kegiatan setiap hari,
kesempatan
kalaupun ia merokok, maka tidak
perilaku
akan
yang
mereka akan menjadikan rokok
kepercayaan dirinya rendah. Oleh
sebagai penghibur dalam berbagai
karena itu remaja tersebut juga
keperluan, mereka tidak akan ragu
hanya akan merokok di tempat
–
tertentu saja dengan jumlah batang
sembarang tempat dengan jumlah
yang sedikit dengan waktu yang
batang rokok yang banyak dan di
tidak menentu.
setiap waktu, baik pagi, siang, sore
sebanyak
mereka
Individu yang kepercayaan
ragu
untuk
maka
beresiko
mengambil
lebih
untuk
besar,
merokok
di
ataupun malam.
dirinya rendah akan lebih mudah
Hipotesis
cemas ketika menghadapi masalah
Ada
dengan tingkat kesulitan tertentu.
kepercayaan diri dengan perilaku
Ketika menghadapi suatu kondisi
merokok pada remaja di kelurahan
tegang cenderung kurang mampu
Juwiring.
menetralisasi
METODE PENELITIAN
keadaan,
merasa
minder dengan kelompok yang
dianggap lebih baik dari dirinya
hubungan
negatif
antara
Subyek Penelitian
Subyek
dalam
penelitian
ini
sehingga mudah putus asa ketika
adalah remaja yang berusia 12 – 21
mengalami penolakan atau terjadi
tahun yang bertempat tinggal di
suatu hal yang tidak sesuai dengan
kelurahan Juwiring. Subyek dalam
harapannya, hal itu menjadikannya
penelitian ini berjumlah 100 orang.
memiliki
ketergantungan
yang
Metode pengumpulan data yang
pada orang lain
dalam
digunakan adalah Skala Perilaku
menghadapi masalah, dan selalu
Merokok dan Skala Kepercayaan
bersikap negatif dalam menghadapi
Diri.
tinggi
permasalahan hidup. Remaja yang
Teknik
kepercayaan dirinya rendah, maka
digunakan
mereka tidak memenuhi
adalah
aspek
tersebut diatas, dengan karakteristik
moment.
analissi
dalam
teknik
data
yang
penelitian
korelasi
ini
product
7
2000). Hal tersebut juga diperkuat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan
data
dalam
dengan
hasil
penelitian
yang
penelitian dilkasanakan pada tanggal
dilakukan oleh Chikamori et al
18 Juni 2013 sampai 25 Juni 2013.
(dalam
Berdasarkan hasil analisis yang telah
menunjukkan bahwa individu dengan
dilakukan
kepercayaan diri yang rendah akan
dengan
menggunakan
Kataoka,
dkk
2010)
moment
lebih mudah mengambil perilaku
diperoleh nilai koefisien korelasi
beresiko, termasuk salah satunya
sebesar (r ) : - 0,750 dengan p =
perilaku merokok. Crofton (2009)
0,000 (p < 0,01) yang artinya
juga berpendapat perokok percaya
hipotesis
bahwa
teknik
korelasi
yang
product
berbunyi
ada
rokok
menimbulkan
hubungan negatif antara kepercayaan
ketergantungan psikologis atau sosial
diri dengan perilaku merokok pada
yang
remaja
membantu
di
kelurahan
Juwiring
membuat
mereka
ketika
tenang,
depresi
atau
diterima. Hal ini menjelaskan bahwa
mengurangi stress dan membuat
ada hubungan negatif yang sangat
mereka dapat mengontrol situasi atau
signifikan antara kepercayaan diri
meningkatkan
dengan
perilaku
pada
ketika bertemu orang asing. Remaja
remaja
di
Juwiring.
yang sulit menerima keadaan diri,
merokok
kelurahan
rasa
percaya
Artinya semakin tinggi kepercayaan
serta
dirinya
rendah
kemampuan yang dimiliki, namun ia
perilaku merokoknya, begitu pula
memiliki keinginan yang mungkin
sebaliknya
tidak
maka
semakin
semakin
rendah
memandang
diri
realistis
rendah
terhadap
dirinya
akan
sendiri, akan cenderung melakukan
semakin tinggi perilaku merokoknya.
tindakan dan cara yang negatif untuk
kepercayaan
dirinya
maka
tersebut
membangun rasa percaya diri, salah
diperkuat dengan hasil penelitian lain
satunya dengan merokok (Haryono,
yang menyatakan bahwa salah satu
2007).
efek yang dirasakan oleh remaja
penelitian
perokok adalah meningkatnya rasa
dapat diketahui bahwa remaja yang
percaya diri ( Komalasari dan Helmi,
mampu menerima keadaan dirinya,
Hasil
penelitian
Berdasarkan
yang telah
beberapa
dilakukan,
8
maka ia akan memiliki pandangan
Berdasarkan kategorisasi skala
yang positif terhadap dirinya sendiri,
perilaku merokok tidak terdapat
sehingga
menyesuaikan
subyek yang berada di kategorisasi
keinginan – keinginannya dengan
sangat rendah atau 0%. kategorisasi
kemampuan yang ia miliki dan
rendah terdapat 33% (33 orang) ,
mampu meningkatkan kepercayaan
kategorisasi sedang sebanyak 42%
dirinya.
(42 orang) dan kategorisasi tinggi
ia
akan
Berdasarkan kategorisasi skala
kepercayaan
diri
tidak
terdapat
terdapat 25% (25 orang) serta 0%
pada kategorisasi sangat tinggi. Hasil
subjek penelitian yang berada di
penelitian
kategori sangat rendah atau 0%,
bahwa
perilaku
kategorisasi rendah terdapat 3% ( 3
subyek
penelitian
orang ), 73% (73 orang) dikategori
tingkat
sedang.
sedang, dan 24% (24 orang) yang
perilaku merokok pada remaja yang
berada dikategori tinggi dan tidak
tinggi
ada
berbagai
subjek
yang
memiliki
tersebut
tersebut
menunjukkan
merokok
pada
berada
pada
Sebagian
besar
disebabkan
oleh
lain
selain
faktor
kepercayaan diri yang sangat tinggi
kepercayaan diri, yaitu : pengaruh
atau 0% (0 orang). Kondisi tersebut
orang tua yang merokok didalam
mengindikasikan
rumah dan pengaruh teman sebaya
bahwa
masih
banyak remaja yang kepercayaan
yang
dirinya belum optimal. Hal ini dapat
(Mu’tadin,
disebabkan berbagai faktor yaitu
konformis
pengaruh
(Ishwidarmanjaya,
orang
tua
dalam
menanamkan penilaian yang positif
sejak
kecil,
penolakan
penerimaan
dari
teman
sebagian
besar
2002),
dalam
perokok
adanya
diri
sifat
seseorang
2004),
dan
pengaruh iklan (Lopez, dkk 2004).
dan
Peranan atau sumbangan efektif
sebaya,
kepercayaan diri 56,2% ditunjukkan
(� 2 )
perbedaan perlakuan antar siswa di
oleh
sekolah, penerimaan yang positif dari
sebesar 0,562. Hal ini berarti masih
masyarakat dan pengalaman yang
terdapat 43,8% faktor-faktor lain
dimiliki
yang memberikan sumbangan efektif
oleh
(Iswidharmanjaya, 2004).
seseorang
koefisisen
determinan
terhadap perilaku merokok seperti
9
faktor
lingkungan
sosial,
faktor
nutupi informasi, serta menyontek
psikologis selain kepercayaan diri,
jawaban teman.
faktor biologis, faktor sosiokultural,
Saran – saran
pengaruh orang tua, pengaruh teman
1. Bagi
sebaya,
faktor
kepribadian
dan
remaja
atau
subyek
penelitian dengan hasil penelitian
pengaruh iklan.
yang
KESIMPULAN DAN SARAN –
hubungan antara kepercayaan diri
SARAN
dengan perilaku merokok pada
Adapun
kesimpulan
dari
menunjukkan
adanya
remaja, diharapkan untuk remaja
penelitian ini adalah ada hubungan
yang
negatif
antara
termasuk dalam kategori tinggi
dengan
perilaku
kepercayaan
diri
merokok
pada
atau
perilaku
sedang
merokoknya
diharapkan
agar
remaja, yang artinya kepercayaan
menghentikan atau menurunkan
diri
yang
kebiasaannya tersebut dengan cara
terkandung didalamnya memberikan
menaikkan kepercayaan dirinya
kontribusi
perilaku
dengan hal – hal yang positif
hanya
seperti mengganti rokok dengan
dengan
merokok
segala
aspek
terhadap
meskipun
tidak
dipengaruhi oleh faktor kepercayaan
permen,
diri saja.
kemampuan
Dalam melakukan penelitian ini
selalu
meyakini
yang
dimiliki
sehingga tidak perlu merasa iri
dan
dengan apa yang dimiliki orang
kendala yang terjadi selama proses
lain, belajar bertanggung jawab
penelitian.
dalam
dengan apa yang telah dilakukan,
penelitian ini terdapat kelemahan –
dan selalu berpikir secara rasional
kelemahan
tidak
dan realistis sehingga tidak akan
mengetahui dengan pasti kondisi
mengambil cara – cara yang
subyek penelitian sehingga dalam
negatif
pengisian
masalah yang dihadapi.
tidak terlepas dari kesulitan
Sehingga
seperti
skala
peneliti
dimungkinkan
untuk
menyelesaikan
terjadinya pengisian yang asal –
2. Bagi orang tua diharapkan mampu
asalan dan cenderung menutup –
membimbing dan menanamkan
penilaian yang positif terhadap
10
dirinya sendiri kepada anak –
mampu memperbaiki kelemahan
anaknya sedari kecil, sehingga
yang terdapat dalam penelitian
ketika
ini. Peneliti lain juga diharapkan
anak
mulai
beranjak
dewasa akan tetap memegang dan
menggunakan
menerapkan
telah
berbeda seperti metode kualitatif
tuanya,
agar dapat mengungkap lebih
bimbingan yang dapat dilakukan
dalam tentang kepercayaan diri
adalah dengan cara mengajarkan
ataupun perilaku merokok. Selain
untuk
dan
itu peneliti lain juga diharapkan
sosial
menggunakan atau menambahkan
diajarkan
apa
oleh
yang
orang
berperilaku
memilihkan
positif
lingkungan
yang tepat untuk anak – anaknya.
3. Bagi peneliti lain yang akan
melakukan
tema
yang
penelitian
sama
dengan
metode
yang
variabel lain dalam penelitiannya
agar hasil yang didapatkan lebih
maksimal.
diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Crofton, J. 2009. Tembakau :
Ancaman Global. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo.
Hasnida dan Kemala, I. 2005.
Hubungan antara stress dan
perilaku
merokok
pada
remaja
laki-laki.
Jurnal
psikologi. 1 (2), 105 – 111.
Iswidharmanjaya, D. 2004. Satu
Hari Menjadi Lebih Percaya
Diri. Jakarta : PT Elex media
komputindo.
Kataoka, C; Nozu, Y; Kubo, M;
Sato, Y; Watanabe, M. 2010.
Relative Influence Of Self
Esteem
And
Norm
Consciousness On Prevalence
Of Youth Risk Behaviour
Among
Japanese
High
School. School Health Vol.6,
6-11
Komalasari, D dan Helmi, A. 2000.
Faktor – faktor penyebab
perilaku
merokok
pada
remaja. Jurnal psikologi, 28 :
37-47.
Kuwado, J,F. 2012. Perokok Anak
Dan Remaja 51,7 Persen,
Pemerintah Dinilai Gagal.
http://health.kompas.com/re
ad/2012/09/14/0931167/Per
okok.Anak.dan.Remaja.51.7
.Persen..Pemerintah.Dinilai.
Gagal
Lauster, P. 2006. Tes Kepribadian.
Jakarta : Gaya Media
Pratama.
11
Lopez, M Luisa;
Herrero, P;
Comas,A; Leijs, I; Cueto,A;
Charlton,A;
Markham,W;
Vries, H. 2004. Impact of
cigarette
advertising
on
smoking
behaviour
in
Spanish
adolescents
as
measured using recognition
of billboard advertising.
Europan journal of public
health. 14(4) : 428 – 432.
Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian
Sebagai
Kebutuhan
Psikologi Pada Remaja .
http://www.e-psikologi.com
Smet, B. 1994. Psikologi kesehatan.
Jakarta : grasindo widiasarana
indonesia.
Soendoro, T. 2008.. Laporan Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
Provinsi
Jawa
Tengah,
Tahun 2007. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
www.dinkesjatengprov.go.id
/download/mi/riskesdas_jate
ng2007.pdf
Susanti,
F,R. 2008. Hubungan
Antara Kepercayaan Diri
Dengan Penyesuaian Sosial
Siswa Kelas VIII SMP Santa
Maria Fatima. JurnalPsikoEdukasi, Vol. 6, Mei : 21 –
33.
Willis, S,S. 2010. Remaja Dan
Masalahnya : Mengupas
Berbagai Bentuk Kenakalan
Remaja Seperti Narkoba,
Free
Sex
Dan
Pemecahannya. Bandung :
Alfabeta
Wismanto, B. 2007. Strategi
Penghentian
Perilaku
Merokok.
Jakarta
:
Universitas
Katolik
Soegijapranata.
PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING
Naskah Publikasi
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Oleh :
AYU PRATIWI
F 100 090 017
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ilt
'!sd'I
€I0z IInf 6z2tezavel
: qelo
pfnpslp
r{BIeJ
I-S IsdIqS lln8ued rru {eC nedupeq rq
uolreqspedrq
>1n1un
pfnpqq
r{BIoJ
trO 060 00I f,
IfrIFEert^v-
:qe1o
uap[urq
ONIUIAUIf NYH\TUNADT I(I YfYIAIflU Y(IYd XO>IOUflIAI
IDTYTTUfld NYCNIC TUI(I NIYVAYJUfldDT YUYINY NYCNNflNH
nl
.Isd .Is.ntr,lsd.S rouo,ralA
EISZ
IInf
67
O&f
y,1S
"ge4erng
ns@mE
1 6urdurepue4 1[n8ua4
1S'I tr'un
n FlorqBz .Bro
l6urdurepue4 r[n8ue4
Isd'!S'tr4l
.!sd.S
.ouoEnI
om$
eureln r[n8ue4
lereds qnuerueru qelel ue>lgl€.fu1p
uuq
: lu88uel epu4
Ifn8uod rru&eq uedep rp ue>1rrar1spedrp t1e1e1
tIO 060 00r .f
IA\IIYUd IIAY
:qeIO
ualnlerq
DNIUIATIIf NYH\rUN-ItrT IO YfYI IflU Y(rYd XOXOUflI^I
IDtYTTUfld NYCNtr(I TUI(I NYYAYJUf,dtr)T YUVINY NYCNNflNH
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA DI KELURAHAN JUWIRING
Ayu Pratiwi
Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si. Psi.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Aiux_iux@yahoo.com
ABSTRAK
Perilaku merokok pada remaja yang nampak semakin memprihatinkan,
tidak sulit mencari perokok – perokok muda pada era ini. Remaja bahkan anak –
anak sudah tidak malu – malu lagi untuk merokok di depan umum seperti di
warung – warung pinggir jalan atau di dekat sekolahnya, di tempat nongkrong
para remaja, di halte bus bahkan di dalam rumah. Salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok adalah kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang
rendah akan membuat remaja mudah terbawa kearah perilaku negatif seperti
perilaku merokok. Namun, remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi
tidak akan mudah terjebak kedalam perilaku negatif tersebut. Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dengan
perilaku merokok pada remaja di kelurahan Juwiring. Hipotesis yang diajukan
adalah ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok
pada remaja di kelurahan Juwiring.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di kelurahan Juwiring. Teknik
pengambilan sampel menggunakan cluster random stratified yaitu dengan
melakukan random terhadap 26 Kecamatan di Kabupaten Klaten, setelah
Kecamatan Juwiring terpilih sebagai hasil random, pertama peneliti melakukan
random terhadap 19 kelurahan yang berada di Kecamatan Juwiring dan Kelurahan
Juwiring terpilih sebagai hasil random. Jumlah subyek yang digunakan 100 orang.
Karakterikstik subyeknya adalah remaja yang berusia 12 – 21 tahun. Alat
pengumpul data menggunakan skala kepercayaan diri dan skala perilaku merokok.
Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.
Hasil analisis data menunjukkan hipotesis diterima, diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) sebesar - 0,750 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan
antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja di kelurahan
Juwiring. Sumbangan efektif variabel kepercayaan diri terhadap perilaku merokok
sebesar 56,2% ditunjukkan oleh koefisien determinan (� 2 ) = 0,562. Rerata
empirik variabel kepercayaan diri = 63,55 dan rerata hipotetik = 60 yang berarti
kepercayaan diri subyek tergolong sedang. Rerata empirik variabel perilaku
merokok 12,66 dan rerata hipotetik = 13 yang berarti perilaku merokok pada
subyek tergolong sedang.
Kata kunci : perilaku merokok, kepercayaan diri
1
rokok
PENDAHULUAN
Usia remaja merupakan masa
pada
Remaja
juga
kesehatan
mereka.
harus
mampu
bermain, masa mencari pengalaman
mengubah perilaku merokok tersebut
sebanyak – banyaknya dan masa
menjadi perilaku yang positif, seperti
mencari
masa
meningkatkan prestasi akademik di
pencarian jati diri remaja akan sangat
sekolah, mengikuti kegiatan sosial
dipengaruhi oleh teman sebaya, baik
dan sebagainya.
jati
diri.
Dalam
dalam hal sikap, perbuatan dan
Berbagai upaya telah dilakukan
perilaku. Konformitas terbesar yang
oleh pemerintah dengan membuat
terjadi pada remaja adalah perilaku
hari bebas tembakau dan pengayaan
negatif, salah satunya adalah perilaku
– pengayaan terhadap bahaya rokok.
merokok. Rokok merupakan pintu
Namun, pada kenyataannya perilaku
utama kenakalan remaja, remaja
merokok
di
yang pada awalnya hanya mencoba
Indonesia
semakin
merokok namun
lama kelamaan
semakin memprihatinkan. Tidak sulit
mejadi ketagihan, kemudian mereka
mencari perokok remaja pada era ini,
akan mulai mencoba berbagai hal
mereka sudah lebih terbuka dan tidak
lain seperti minuman keras dan
malu-malu lagi untuk merokok di
narkoba. Dilihat dari segi kesehatan
depan
rokok merupakan penyebab kematian
berada didalam bis umum, warung di
dan masalah utama kesehatan pada
dekat sekolah atau di ysejumlah
masyarakat. Berbagai penyakit yang
tempat bermain remaja, kebanyakan
ditimbulkan
bahkan
dari mereka menghisap rokok sambil
sudah jelas tertera pada kemasan
melakukan berbagai aktivitas tanpa
rokok.
generasi
menghiraukan orang – orang yang
harus
berada di sekelilingnya. Perokok
membawa perubahan kearah yang
pada era ini sudah tidak bisa dinilai
kebih baik diharapkan untuk tidak
dari peran gender ataupun usia,
merokok, sehingga mereka terhindar
sejauh yang kita lihat tidak hanya
dari penyakit yang ditimbulkan oleh
laki – laki yang sudah memasuki usia
penerus
oleh
Remaja
bangsa
rokok
sebagai
yang
umum.
kalangan
hari
Perhatikan
remaja
tampak
ketika
2
dewasa saja yang merokok, bahkan
September 2012. Faktanya, jumlah
siswa SMP yang masih berusia belia
perokok
pun sudah mulai merokok, tidak
mengalami peningkatan dan tertinggi
hanya sebatas itu perempuan dan
di antara 16 negara berpendapatan
anak – anak balita pun sudah mulai
menengah
terjangkit
memaparkan,
kenikmatan
yang
aktif
ke
di
Indonesia
bawah.
survey
Arist
tersebut
ditawarkan dari sepuntung rokok,
melaporkan
bahwa
prevalensi
meskipun prosentasenya lebih kecil
merokok mencapai 67,4 persen laki-
dari perokok laki-laki.
laki dan 4,5 persen wanita. Perokok
Meningkatnya jumlah perokok
pria dan wanita ini mencapai 36,1
di Indonesia juga disebabkan oleh
persen dari komposisi penduduk atau
mudahnya memperoleh rokok, tidak
ada sekitar 61,4 juta penduduk yang
ada batasan umur yang melarang
mengonsumsi tembakau. Ironisnya,
orang membeli rokok, kapan pun dan
prevalensi perokok menurut usia dan
dimana pun mereka ingin membeli
gender pada kelompok usia 15
rokok selalu tersedia. Kondisi ini
sampai 24 tahun, mencapai sebanyak
diperparah dengan banyaknya orang
51,7 persen. Ini termasuk anak-anak
tua
sadar
dan remaja kelompok usia 15 hingga
untuk
18 tahun, (Kuwado, 2012).
yang
justru
menjerumuskan
tanpa
anaknya
Data Riset Kesehatan Dasar
menjadi perokok. Dimulai dengan
kebiasaan merokok di depan anak –
2007
anak hingga meminta anak – anak
Indonesia
membelikan rokok di warung.
melakukan kebiasaan merokok setiap
menunjukkan
usia
bahwa
perokok
di
mulai
Sesuai dengan penuturan Ketua
hari paling tinggi adalah pada usia 15
Komnas PA Arist Merdeka Sirait
– 19 tahun yakni sekitar 36,3 %,
yang dikutip dalam surat kabar
sedangkan di provinsi Jawa Tengah
kompas edisi 14 September 2012
terdapat sekitar 34,8% perokok yang
yang menyatakan keprihatinannya
mulai merokok pada usia tersebut,
atas hasil survey Global Adult
dan untuk karesidenan Surakarta
Tobacco Survey (GATS) yang dirilis
kabupaten
Kementrian
peringkat tertinggi untuk perokok
Kesehatan,
11
Klaten
menduduki
3
yang mulai merokok pada usia 15 –
memang sudah bukan merupakan hal
19 tahun yakni 43,7% (Soendoro,
yang
2008).
tersembunyi
Hasil
survey
yang
telah
dilakukan peneliti pada tanggal 2
Oktober 2012 kepada subjek remaja
ataupun dewasa awal di berbagai
tempat secara terpisah dan secara
insidental,
mereka mulai merokok
pada usia remaja, sejak mereka
berumur
13
tahun
hingga
usia
mereka saat ini yang berkisar antara
25 tahun. Berbagai alasan yang
diungkapkan atas perilaku merokok
mereka, ada yang berasalasan karena
coba-coba hingga akhirnya menjadi
ketagihan, karena ikut-ikutan teman
sekolahnya,
karena
penasaran
dengan mewahnya iklan rokok yang
ditayangkan di televisi, juga untuk
menghilangkan kepenatan, bahkan
ada yang memang menjadikan rokok
sebagai
kebutuhan
sehari-hari.
Mereka merokok dimana pun mereka
berada dan kapan pun mereka ingin
merokok,
setelah
ketika
makan,
bangun
saat
tidur,
berada
di
kampus, di warung makan dan di
tempat
nongkrong.
menjelaskan
bahwa
Hal
ini
merokok
harus
dilakukan
lagi
pada
secara
era
ini.
Fenomena tersebut diperkuat dengan
apa yang mereka rasakan ketika
merokok, sebagian besar menyatakan
bahwa
mereka
kenikmatan,
mendapatkan
perasaan
lega
dan
tenang, lebih santai, lebih percaya
diri, lebih macho dan bisa menjadi
teman ketika mengerjakan tugas
sampai larut malam.
Berdasarkan fenomena diatas,
masih
ada
kesenjangan
antara
kenyataan dan harapan, yaitu remaja
cenderung
merokok
memiliki
untuk
kepercayaan
perilaku
mendapatkan
dirinya,
sedangkan
diharapkan para remaja untuk tidak
merokok agar terhindar dari berbagai
dampak buruk rokok bagi kesehatan
dan untuk menyelamatkan masa
depan mereka. Maka dari itu peneliti
bermaksud untuk meneliti apakah
ada hubungan antara kepercayaan
diri dengan perilaku merokok pada
remaja di kelurahan Juwiring?
Tujuan
penelitian
yang
dilakukan adalah untuk mengetahui
hubungan antara kepercayaan diri
dengan
perilaku
merokok
pada
4
remaja di kelurahan Juwiring ; untuk
Perilaku
merokok
menurut
mengetahui tingkat kepercayaan diri
Hasnida dan Kemala (2005) dapat
pada remaja di kelurahan Juwiring ;
dilihat dari empat aspek yaitu :
untuk mengetahui perilaku merokok
a. Fungsi merokok. Individu yang
pada remaja di kelurahan Juwiring ;
menjadikan
untuk mengetahui sumbangan efektif
sebagai penghibur dalam berbagai
kepercayaan diri terhadap perilaku
keperluan menunjukkan bahwa
merokok pada remaja di kelurahan
merokok memiliki fungsi penting
Juwiring.
bagi kehidupannya.
Menurut Smet (1994) perilaku
merokok
adalah
perilaku
yang
kegiatan
merokok
b. Tempat merokok. Individu yang
merokok
disembarang
tempat
kompleks, yang diawali dan berlanjut
bahkan di ruangan yang dilarang
yang
yang
merokok
menunjukkan
bahwa
berbeda. Awal perilaku merokok
perilaku
merokoknya
sangat
pada umumnya diawali pada usia
tinggi.
yang masih muda dan disebabkan
c. Intensitas
disebabkan
adanya
model
lingkungannya
tekanan
yang
atau
sosial.
menyatakan
variabel
ada
karena
Willis
bahwa
di
ada
(2010)
meluasnya
merokok.
Seseorang
yang merokok dengan jumlah
batang
yang
sangat
menunjukkan
banyak
perilaku
merokoknya sangat tinggi.
kecanduan rokok hingga sampai
d. Waktu merokok. Seseorang yang
anak sekolah dasar berdampak besar
merokok di setiap waktu (pagi,
pada penggunaan narkoba, hal ini
siang, sore malam) menunjukkan
didukung
perilaku merokok yang tinggi.
dengan
lemahnya
ketahanan diri pada anak dan remaja
yang
bersumber
dari
keimanan,
Menurut pendapat Kartini Kartono
(Susanti,
2008)
sikap
dan memenuhi
percaya diri adalah suatu sikap batin
nasehat dari orang tua dan guru
yang positif, mempunyai keyakinan
terhadap lingkungan yang sebagian
akan diri sendiri, mempunyai sikap
besarnya perokok.
riang dan mudah menyesuaikan diri.
kepercayaan diri
Sedangkan
Lauster
(2006)
5
berpendapat bahwa kepercayaan diri
kejadian dengan menggunakan
adalah aspek dari kepribadian yang
pemikiran yang logis, dapat
dapat
diterima akal sehat.
terdiri
seseorang
dari
bahwa
melakukan
keyakinan
dirinya
sesuatu
dapat
dengan
Salah satu faktor psikologis
yang
mempengaruhi
perilaku
kemampuannya sendiri dan tidak
merokok adalah kepercayaan diri.
mudah terpengaruh oleh orang lain,
Kepercayaan diri seseorang akan
dirinya
sangat
dapat
bertindak
sesuai
dipengaruhi
oleh
masa
dengan kehendaknya, memiliki sikap
perkembangan
optimis, toleran dan mempunyai
dilaluinya.
sikap yang bertanggung jawab.
kepercayaan dirinya tinggi akan
Lauster
(2006)
mengemukakan
juga
memiliki
yang
sedang
Individu
sikap
tenang
yang
dalam
aspek-aspek
menghadapi sesuatu yang terjadi,
pembentuk kepercayaan diri yang
memiliki kondisi mental dan fisik
terdiri dari :
yang
a. Keyakinan
akan
cukup
menunjang
kemampuan
penampilannya, ia juga mampu
diri, memberikan penilaian yang
mengendalikan situasi tegang yang
positif pada diri sendiri dalam
muncul ketika menghadapi sesuatu,
menghadapi segala situasi.
ia juga ampu beradaptasi dan
b. Optimis, sikap positif seseorang
berkomunikasi dengan orang lain
dalam menghadapi masalah dan
dalam berbagai situasi karena ia
harapan.
memiliki kemampuan bersosialisasi
c. Obyektif, memandang sesuatu
yang baik dan selalu bersikap
hal dengan cara pandang yang
positif
menyeluruh,
permasalahan hidup. Maka remaja
bukan
atas
dalam
menghadapi
yang memiliki kepercayaan diri
pendapat pribadi.
d. Bertanggung jawab, menerima
yang lebih tinggi akan memiliki
timbal balik dari apa yang telah
sikap sesuai dengan aspek dan
diperbuat.
karakteristik
e. Rasional
dan
realistis,
memandang dan menelaah suatu
remaja
kegiatan
tersebut,
tidak
akan
merokok
sehingga
menjadikan
sebagai
6
kebutuhan
utama
ketika
penat
yang
mereka
miliki
melakukan kegiatan setiap hari,
kesempatan
kalaupun ia merokok, maka tidak
perilaku
akan
yang
mereka akan menjadikan rokok
kepercayaan dirinya rendah. Oleh
sebagai penghibur dalam berbagai
karena itu remaja tersebut juga
keperluan, mereka tidak akan ragu
hanya akan merokok di tempat
–
tertentu saja dengan jumlah batang
sembarang tempat dengan jumlah
yang sedikit dengan waktu yang
batang rokok yang banyak dan di
tidak menentu.
setiap waktu, baik pagi, siang, sore
sebanyak
mereka
Individu yang kepercayaan
ragu
untuk
maka
beresiko
mengambil
lebih
untuk
besar,
merokok
di
ataupun malam.
dirinya rendah akan lebih mudah
Hipotesis
cemas ketika menghadapi masalah
Ada
dengan tingkat kesulitan tertentu.
kepercayaan diri dengan perilaku
Ketika menghadapi suatu kondisi
merokok pada remaja di kelurahan
tegang cenderung kurang mampu
Juwiring.
menetralisasi
METODE PENELITIAN
keadaan,
merasa
minder dengan kelompok yang
dianggap lebih baik dari dirinya
hubungan
negatif
antara
Subyek Penelitian
Subyek
dalam
penelitian
ini
sehingga mudah putus asa ketika
adalah remaja yang berusia 12 – 21
mengalami penolakan atau terjadi
tahun yang bertempat tinggal di
suatu hal yang tidak sesuai dengan
kelurahan Juwiring. Subyek dalam
harapannya, hal itu menjadikannya
penelitian ini berjumlah 100 orang.
memiliki
ketergantungan
yang
Metode pengumpulan data yang
pada orang lain
dalam
digunakan adalah Skala Perilaku
menghadapi masalah, dan selalu
Merokok dan Skala Kepercayaan
bersikap negatif dalam menghadapi
Diri.
tinggi
permasalahan hidup. Remaja yang
Teknik
kepercayaan dirinya rendah, maka
digunakan
mereka tidak memenuhi
adalah
aspek
tersebut diatas, dengan karakteristik
moment.
analissi
dalam
teknik
data
yang
penelitian
korelasi
ini
product
7
2000). Hal tersebut juga diperkuat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan
data
dalam
dengan
hasil
penelitian
yang
penelitian dilkasanakan pada tanggal
dilakukan oleh Chikamori et al
18 Juni 2013 sampai 25 Juni 2013.
(dalam
Berdasarkan hasil analisis yang telah
menunjukkan bahwa individu dengan
dilakukan
kepercayaan diri yang rendah akan
dengan
menggunakan
Kataoka,
dkk
2010)
moment
lebih mudah mengambil perilaku
diperoleh nilai koefisien korelasi
beresiko, termasuk salah satunya
sebesar (r ) : - 0,750 dengan p =
perilaku merokok. Crofton (2009)
0,000 (p < 0,01) yang artinya
juga berpendapat perokok percaya
hipotesis
bahwa
teknik
korelasi
yang
product
berbunyi
ada
rokok
menimbulkan
hubungan negatif antara kepercayaan
ketergantungan psikologis atau sosial
diri dengan perilaku merokok pada
yang
remaja
membantu
di
kelurahan
Juwiring
membuat
mereka
ketika
tenang,
depresi
atau
diterima. Hal ini menjelaskan bahwa
mengurangi stress dan membuat
ada hubungan negatif yang sangat
mereka dapat mengontrol situasi atau
signifikan antara kepercayaan diri
meningkatkan
dengan
perilaku
pada
ketika bertemu orang asing. Remaja
remaja
di
Juwiring.
yang sulit menerima keadaan diri,
merokok
kelurahan
rasa
percaya
Artinya semakin tinggi kepercayaan
serta
dirinya
rendah
kemampuan yang dimiliki, namun ia
perilaku merokoknya, begitu pula
memiliki keinginan yang mungkin
sebaliknya
tidak
maka
semakin
semakin
rendah
memandang
diri
realistis
rendah
terhadap
dirinya
akan
sendiri, akan cenderung melakukan
semakin tinggi perilaku merokoknya.
tindakan dan cara yang negatif untuk
kepercayaan
dirinya
maka
tersebut
membangun rasa percaya diri, salah
diperkuat dengan hasil penelitian lain
satunya dengan merokok (Haryono,
yang menyatakan bahwa salah satu
2007).
efek yang dirasakan oleh remaja
penelitian
perokok adalah meningkatnya rasa
dapat diketahui bahwa remaja yang
percaya diri ( Komalasari dan Helmi,
mampu menerima keadaan dirinya,
Hasil
penelitian
Berdasarkan
yang telah
beberapa
dilakukan,
8
maka ia akan memiliki pandangan
Berdasarkan kategorisasi skala
yang positif terhadap dirinya sendiri,
perilaku merokok tidak terdapat
sehingga
menyesuaikan
subyek yang berada di kategorisasi
keinginan – keinginannya dengan
sangat rendah atau 0%. kategorisasi
kemampuan yang ia miliki dan
rendah terdapat 33% (33 orang) ,
mampu meningkatkan kepercayaan
kategorisasi sedang sebanyak 42%
dirinya.
(42 orang) dan kategorisasi tinggi
ia
akan
Berdasarkan kategorisasi skala
kepercayaan
diri
tidak
terdapat
terdapat 25% (25 orang) serta 0%
pada kategorisasi sangat tinggi. Hasil
subjek penelitian yang berada di
penelitian
kategori sangat rendah atau 0%,
bahwa
perilaku
kategorisasi rendah terdapat 3% ( 3
subyek
penelitian
orang ), 73% (73 orang) dikategori
tingkat
sedang.
sedang, dan 24% (24 orang) yang
perilaku merokok pada remaja yang
berada dikategori tinggi dan tidak
tinggi
ada
berbagai
subjek
yang
memiliki
tersebut
tersebut
menunjukkan
merokok
pada
berada
pada
Sebagian
besar
disebabkan
oleh
lain
selain
faktor
kepercayaan diri yang sangat tinggi
kepercayaan diri, yaitu : pengaruh
atau 0% (0 orang). Kondisi tersebut
orang tua yang merokok didalam
mengindikasikan
rumah dan pengaruh teman sebaya
bahwa
masih
banyak remaja yang kepercayaan
yang
dirinya belum optimal. Hal ini dapat
(Mu’tadin,
disebabkan berbagai faktor yaitu
konformis
pengaruh
(Ishwidarmanjaya,
orang
tua
dalam
menanamkan penilaian yang positif
sejak
kecil,
penolakan
penerimaan
dari
teman
sebagian
besar
2002),
dalam
perokok
adanya
diri
sifat
seseorang
2004),
dan
pengaruh iklan (Lopez, dkk 2004).
dan
Peranan atau sumbangan efektif
sebaya,
kepercayaan diri 56,2% ditunjukkan
(� 2 )
perbedaan perlakuan antar siswa di
oleh
sekolah, penerimaan yang positif dari
sebesar 0,562. Hal ini berarti masih
masyarakat dan pengalaman yang
terdapat 43,8% faktor-faktor lain
dimiliki
yang memberikan sumbangan efektif
oleh
(Iswidharmanjaya, 2004).
seseorang
koefisisen
determinan
terhadap perilaku merokok seperti
9
faktor
lingkungan
sosial,
faktor
nutupi informasi, serta menyontek
psikologis selain kepercayaan diri,
jawaban teman.
faktor biologis, faktor sosiokultural,
Saran – saran
pengaruh orang tua, pengaruh teman
1. Bagi
sebaya,
faktor
kepribadian
dan
remaja
atau
subyek
penelitian dengan hasil penelitian
pengaruh iklan.
yang
KESIMPULAN DAN SARAN –
hubungan antara kepercayaan diri
SARAN
dengan perilaku merokok pada
Adapun
kesimpulan
dari
menunjukkan
adanya
remaja, diharapkan untuk remaja
penelitian ini adalah ada hubungan
yang
negatif
antara
termasuk dalam kategori tinggi
dengan
perilaku
kepercayaan
diri
merokok
pada
atau
perilaku
sedang
merokoknya
diharapkan
agar
remaja, yang artinya kepercayaan
menghentikan atau menurunkan
diri
yang
kebiasaannya tersebut dengan cara
terkandung didalamnya memberikan
menaikkan kepercayaan dirinya
kontribusi
perilaku
dengan hal – hal yang positif
hanya
seperti mengganti rokok dengan
dengan
merokok
segala
aspek
terhadap
meskipun
tidak
dipengaruhi oleh faktor kepercayaan
permen,
diri saja.
kemampuan
Dalam melakukan penelitian ini
selalu
meyakini
yang
dimiliki
sehingga tidak perlu merasa iri
dan
dengan apa yang dimiliki orang
kendala yang terjadi selama proses
lain, belajar bertanggung jawab
penelitian.
dalam
dengan apa yang telah dilakukan,
penelitian ini terdapat kelemahan –
dan selalu berpikir secara rasional
kelemahan
tidak
dan realistis sehingga tidak akan
mengetahui dengan pasti kondisi
mengambil cara – cara yang
subyek penelitian sehingga dalam
negatif
pengisian
masalah yang dihadapi.
tidak terlepas dari kesulitan
Sehingga
seperti
skala
peneliti
dimungkinkan
untuk
menyelesaikan
terjadinya pengisian yang asal –
2. Bagi orang tua diharapkan mampu
asalan dan cenderung menutup –
membimbing dan menanamkan
penilaian yang positif terhadap
10
dirinya sendiri kepada anak –
mampu memperbaiki kelemahan
anaknya sedari kecil, sehingga
yang terdapat dalam penelitian
ketika
ini. Peneliti lain juga diharapkan
anak
mulai
beranjak
dewasa akan tetap memegang dan
menggunakan
menerapkan
telah
berbeda seperti metode kualitatif
tuanya,
agar dapat mengungkap lebih
bimbingan yang dapat dilakukan
dalam tentang kepercayaan diri
adalah dengan cara mengajarkan
ataupun perilaku merokok. Selain
untuk
dan
itu peneliti lain juga diharapkan
sosial
menggunakan atau menambahkan
diajarkan
apa
oleh
yang
orang
berperilaku
memilihkan
positif
lingkungan
yang tepat untuk anak – anaknya.
3. Bagi peneliti lain yang akan
melakukan
tema
yang
penelitian
sama
dengan
metode
yang
variabel lain dalam penelitiannya
agar hasil yang didapatkan lebih
maksimal.
diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Crofton, J. 2009. Tembakau :
Ancaman Global. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo.
Hasnida dan Kemala, I. 2005.
Hubungan antara stress dan
perilaku
merokok
pada
remaja
laki-laki.
Jurnal
psikologi. 1 (2), 105 – 111.
Iswidharmanjaya, D. 2004. Satu
Hari Menjadi Lebih Percaya
Diri. Jakarta : PT Elex media
komputindo.
Kataoka, C; Nozu, Y; Kubo, M;
Sato, Y; Watanabe, M. 2010.
Relative Influence Of Self
Esteem
And
Norm
Consciousness On Prevalence
Of Youth Risk Behaviour
Among
Japanese
High
School. School Health Vol.6,
6-11
Komalasari, D dan Helmi, A. 2000.
Faktor – faktor penyebab
perilaku
merokok
pada
remaja. Jurnal psikologi, 28 :
37-47.
Kuwado, J,F. 2012. Perokok Anak
Dan Remaja 51,7 Persen,
Pemerintah Dinilai Gagal.
http://health.kompas.com/re
ad/2012/09/14/0931167/Per
okok.Anak.dan.Remaja.51.7
.Persen..Pemerintah.Dinilai.
Gagal
Lauster, P. 2006. Tes Kepribadian.
Jakarta : Gaya Media
Pratama.
11
Lopez, M Luisa;
Herrero, P;
Comas,A; Leijs, I; Cueto,A;
Charlton,A;
Markham,W;
Vries, H. 2004. Impact of
cigarette
advertising
on
smoking
behaviour
in
Spanish
adolescents
as
measured using recognition
of billboard advertising.
Europan journal of public
health. 14(4) : 428 – 432.
Mu’tadin, Z. 2002. Kemandirian
Sebagai
Kebutuhan
Psikologi Pada Remaja .
http://www.e-psikologi.com
Smet, B. 1994. Psikologi kesehatan.
Jakarta : grasindo widiasarana
indonesia.
Soendoro, T. 2008.. Laporan Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
Provinsi
Jawa
Tengah,
Tahun 2007. Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
www.dinkesjatengprov.go.id
/download/mi/riskesdas_jate
ng2007.pdf
Susanti,
F,R. 2008. Hubungan
Antara Kepercayaan Diri
Dengan Penyesuaian Sosial
Siswa Kelas VIII SMP Santa
Maria Fatima. JurnalPsikoEdukasi, Vol. 6, Mei : 21 –
33.
Willis, S,S. 2010. Remaja Dan
Masalahnya : Mengupas
Berbagai Bentuk Kenakalan
Remaja Seperti Narkoba,
Free
Sex
Dan
Pemecahannya. Bandung :
Alfabeta
Wismanto, B. 2007. Strategi
Penghentian
Perilaku
Merokok.
Jakarta
:
Universitas
Katolik
Soegijapranata.