FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNGUS TAHUN 2014.

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD)
PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BUNGUS
TAHUN 2014

Penelitian Keperawatan Komunitas

NOFRIA
BP. 1210326026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
April 2014

Nofria
No. BP. 1210326026
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) Pada Ibu Post Partum di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus
Tahun 2014

ABSTRAK
Cakupan inisiasi menyusu dini (IMD) di Kota Padang tahun 2012
didapatkan sebanyak 14.069 (79,9%) bayi yang diberikan
IMD. Sementara
cakupan inisiasi menyusu dini (IMD) terendah terdapat di Puskesmas Bungus.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu post partum. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian adalah semua ibu post partum yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Bungus 501 orang. Sampel berjumlah 30 orang diambil secara accidental
sampling. Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus yang
akan dilaksanakan pada bulan April 2014. Alat pengumpulan data berupa
kuesioner. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dan dianalisis secara
univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,7% ibu

berpengetahuan rendah, 56,7% sikap ibu yang negatif, 53,3% dukungan petugas
baik, 70,0% dukungan keluarga kurang, 63,3% tidak dilaksanakan IMD. Terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dukungan petugas dan dukungan
keluarga dengan pelaksanaan IMD. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat
meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang pentingnya pelaksanaan IMD
sehingga pengetahuan ibu tentang IMD meningkat dan pelaksanaan IMDnyapun
dapat terlaksanakan dengan baik.
Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, dukungan petugas, keluarga dan IMD.
Daftar Pustaka : 25 (1997– 2012)

NURSING FACULTY
UNIVERSITY ANDALAS
April 2014
Nofria
No.BP. 1210326026
Factors Affecting Implementation of Early Initiation of Breastfeeding
Behavior (IMD ) On Mother's Work Area Post Partum on HC Bungus 2014
ABSTRACT
Coverage of early initiation of breastfeeding ( IMD ) in Padang in 2012
found as many as 14 069 (79.9 %) infants were given IMD . While the scope of

early breastfeeding initiation ( IMD ) are the lowest in Bungus health center . This
study aims to determine the factors that influence the behavior of the
implementation of early breastfeeding initiation ( IMD ) in women post partum .
This research is a descriptive analytic cross-sectional approach. The study
population was all the mother 's in the post partum Working Area Health Center
Bungus 501 people . Samples taken were 30 accidental sampling. Research will
be conducted in the Work Area Health Center Bungus which will be held in April
2014. Equipment data collection in the form of a questionnaire. Data processing is
computerized and analyzed using univariate and bivariate . The results showed
that 66.7 % of women were knowledgeable low, 56.7 % mothers negative attitude,
53.3 % support a good officer , 70.0 % less family support , 63.3 % were not
implemented IMD. There is a relationship between the level of knowledge ,
attitude , support personnel and family support with the implementation of the
IMD . It is expected that the relevant agencies ( Health Department / Community
Health Center ) to conduct training APN , exclusive breastfeeding is continiu to
birth attendants , in order to apply early initiation of breastfeeding and postpartum
on each monitor or evaluate the place of birth which had been trained.
Keywords
: Knowledge, attitudes, support personnel, families and IMD.
Bibliography : 25 (1997 - 2012)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya
kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi,
karena itu pembangunan sumber daya manusia harus dimulai sejak dini yakni
pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya.
Dengan demikian maka kesehatan bayi baru lahir kurang dari satu bulan
(neonatal) menjadi sangat penting karena akan menentukan apakah generasi
kita yang akan datang dalam keadaan sehat dan berkualitas serta mampu
menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).
Sebagai tolok ukur keberhasilan kesehatan bayi, maka salah satu
indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi
disuatu wilayah adalah dengan melihat angka kematian bayi di wilayah
tersebut. Angka kematian bayi di seluruh dunia setiap tahun mencapai empat
juta. Di Asia

Tenggara sendiri seperti Malaysia angka kematian hanya


41/1000 kelahiran hidup, Singapura 6/1000 kelahiran hidup dan Thailand
44/1000 kelahiran hidup (Swamurti, 2007). Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain di
kawasan ASEAN. Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB di
Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran. Angka itu, 5,2 kali lebih tinggi
bila dibandingkan dengan Malaysia atau 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan

Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand. Karena
itu, masalah ini harus menjadi perhatian serius (Yenifatmawati, 2010).
Upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi adalah
dengan cara Program Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Program Inisiasi
Menyusui Dini adalah suatu program pemberian ASI eksklusif secara
langsung kepada bayi setelah lahir. Hal ini sangat dibutuhkan, karena bayi
setelah lahir langsung mendapat asupan gizi dari ASI (Roesli, 2008).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi
manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada bayi
untuk mencari dan menghisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal
kehidupannya, untuk menjamin berlangsungnya proses menyusui yang benar,
dengan menyusu secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan

perkembangan bayi dapat dihindari. Manfaat dari IMD yaitu apabila terjadi
kontak kulit dan hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di
putting susu ibu dan sekitarnya, emutan, jilatan bayi pada putting ibu,
merangsang pengeluaran hormon oksitosin, hormon oksitosin ini sangat
membantu rahim ibu untuk berkontraksi sehingga merangsang pengeluaran
plasenta dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan (Roesli, 2008).
Berdasarkan data yang telah dirilis oleh United Nations of Children’s
Fund (UNICEF) tahun 2010 bahwa di Indonesia tercatat angka kematian bayi
masih sangat tinggi yaitu 22% dari kematian bayi di seluruh dunia dan jumlah
bayi yang meninggal adalah 17 tiap 1000 kelahiran hidup. Menurut Fika dan
Syafiq, hal ini karena pelaksanaan IMD di Indonesia belum terlaksana secara

optimal dan pemberian ASI eksklusif tergolong rendah. Dalam hasil penelitian
yang dilakukan oleh Edmond et al pada tahun 2006, ditemukan bahwa 22%
kematian bayi yang baru lahir, yaitu kematian bayi yang terjadi dalam bulan
pertama kelahiran, dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam 1 jam
pertama kelahiran. Selain itu, bayi yang tidak melakukan IMD 50% tidak bisa
menyusu sendiri, sedangkan bayi yang melakukan IMD akan berhasil
menyusu sendiri, dan bayi yang diberi kesempatan menyusui segera setelah
lahir, akan lebih berhasil dalam menjalani ASI eksklusif (Kemenkes RI,

2010).
Berdasarkan data RISKESDAS (2010), untuk daerah Sumatera Barat
pemberian ASI kepada bayi dalam kurun waktu kurang dari satu jam adalah
sebesar 29,3% dan menempati urutan ke-4 terendah dibandingkan propinsi
lain, sedangkan pemberian ASI pada bayi dalam waktu kurang dari satu jam
hanya 16%. Daerah yang tertinggal dalam pemberian ASI dalam kurun waktu
kurang dari satu jam adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 56,3%. Sedangkan
daerah yang paling rendah adalah Maluku, yaitu sebesar 13,0%. Rendahnya
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia merupakan salah satu
penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Dari data
RISKESDAS 2010, pemberian ASI pada kurun waktu kurang dari satu jam
masih sebesar 29,3%. Untuk daerah Sumatera Barat, pemberian ASI masih
tergolong rendah, yaitu sebesar 16% (Riskesdas, 2010).
Kurang pemahaman tentang inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI
secara eksklusif, sehingga pelaksanaan IMD tidak dihiraukan, bayi tidak

dilakukan IMD, padahal penyuluhan tentang IMD dan ASI Eksklusif semakin
gencar, petugas kesehatan sudah banyak dilatih baik itu pelatihan IMD
maupun ASI eksklusif, posyandu semakin aktif, promosi bidan delima dan
lain-lain (Roesli, 2008).

Pemahaman tentang IMD dan pemberian ASI secara eksklusif
merupakan

persoalan

yang

sangat

penting.

Yang

memungkinkan

terlaksananya IMD dan pemberian ASI secara eksklusif apabila individu,
keluarga, petugas kesehatan serta masyarakat sudah memahami tentang
pengertian, manfaat, serta tujuan dari IMD dan pemberian ASI secara
eksklusif. Anggapan ini sejalan dengan pendapat Roesli (2008), bahwa ketidak
berhasilan ibu menyusui bayinya sampai usia enam bulan, sebenarnya hanya

satu masalah, yaitu ibu belum memahami sepenuhnya cara menyusui yang
benar termasuk teknik dan cara memperoleh ASI terutama saat mereka harus
bekerja (Roesli, 2008).
Mengingat hasil RISKESDA tahun 2010 mengenai pemberian ASI
dalam kurun waktu kurang dari satu jam setelah melahirkankan masih rendah
dilakukan di propinsi Sumatera Barat. Hal ini menunjukkan bahwa IMD
belum terlaksana dengan baik. dengan yang diharapkan, di tambah lagi dengan
berlakunya program pemerintah Jaminan persalinan (Jampersal) di Sumatera
Barat sehingga orang lebih cendrung memilih cara persalinan melalui operasi
(sectio caesaria) baik karena ada penyulit atau tanpa adanya penyulit
persalinan, sehingga sudah bisa di pastikan pelaksanaan IMD tidak dapat
terlaksana secara optimal.

Menurut teori model Precede yang terdapat dalam

Notoatmodjo

(2010). Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, faktor
predisposisi (pengetahuan, sikap, karakteristik dan demografi), faktor
pendukung (pelatihan, sosialisasi) dan faktor pendukung (dukungan petugas,

dan dukungan keluarga). Faktor-faktor ini dapat berupa faktor internal dari ibu
sendiri yaitu faktor predisposisi, maupun faktor eksternal yaitu faktor
pendukung dan pendorong.
Berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan berbagai petugas

kesehatan (bidan dan perawat) yang menolong persalinan di puskesmas
khususnya di Puskesmas Bungus, didapatkan informasi bahwa bidan
melaksanakan IMD setiap persalinan, tetapi kebanyakan bidan melaksanakan
IMD hanya sampai 10 – 15 menit dengan berbagai alasan. IMD memang
sedang di galakkan oleh pemerintah, tapi pada dasarnya IMD tidak bisa
terlaksana dengan baik.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2012 tentang
cakupan inisiasi menyusu dini (IMD), dimana didapatkan sebanyak 14.069
(79,9%) bayi yang diberikan IMD. Sementara cakupan inisiasi menyusu dini
(IMD) terendah terdapat di Puskesmas Bungus, didapatkan hanya 70 ibu post
partum (14,5%) dari 484 sasaran dan cakupan tertinggi terdapat Puskesmas
Air Dingin yaitu sebanyak 104,4%. Sedangkan menurut Laporan PWS KIA
Puskesmas Bungus tahun 2013 (Januari s/d November 2013), didapatkan

sasaran ibu nifas sebanyak 501 sasaran. Sementara berdasarkan hasil
wawancara dengan petugas puskesmas, dimana pelaksanaan IMD yang

dilakukan di Puskesmas bervariasi antara rentang waktu 10 – 15 menit.
Wilayah Kerja Puskesmas Bungus meliputi 6 (enam) kelurahan yang terdiri
dari 1) Kelurahan Bungus Barat

memiliki sasaran bufas 121 orang, 2)

Kelurahan Bungus Timur memiliki sasaran bufas 116 orang, 3) Kelurahan
Bungus Selatan dengan sasaran bufas 72 orang, 4) Teluk Kabung Utara
dengan sasaran bufas sebanyak 91 orang, 5) Teluk Kabung Tengah dengan
sasaran bufas sebanyak 64 orang dan 6) Teluk Kabung Selatan sebanyak 37
orang.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Fifi Indramukti (2012) di
wilayah kerja Puskesmas Blado I, dari hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa faktor yang berhubungan dengan praktik IMD pada ibu pasca bersalin
normal yaitu sikap, peran petugas kesehatan dan dukungan orang terdekat.
Sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pendidikan dan
pengetahuan. Sedangkan hasil penelitian Karindra Aji Hidayat (2012), hasil
penelitiannya menunjukan bahwa tingkat pengetahuan memiliki hubungan
bermakna dengan pelaksanaan IMD dengan angka signifikansi sebesar
p=0.029 dan RR sebesar 1,615 yang berarti bahwa angka pelaksanaan IMD
pada kelompok dengan tingkat pengetahuan tinggi lebih tinggi 1,6 kali
dibanding kelompok dengan tingkat pengetahuan rendah.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 10 orang ibu post
partum yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus, ditemui 6 orang ibu
post partum tidak tahu tentang inisiasi menyusu dini dan tidak menerapkan
inisiasi menyusu dini. Sedangkan 4 orang mengatakan tidak mau direpotkan

dengan kegiatan inisiasi menyusu dini dan tidak adanya dukungan dari
petugas dan keluarga.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu post partum di

Wilayah

Kerja

Puskesmas Bungus Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2012 tentang
cakupan inisiasi menyusu dini (IMD), dimana didapatkan sebanyak 14.069
(79,9%) bayi yang diberikan IMD. Sementara cakupan inisiasi menyusu dini
(IMD) terendah terhadap di Puskesmas Bungus, didapatkan hanya 14,5% dari
484 sasaran. Dengan demikian peneliti tertarik melakukan penelitian di
Puskesmas Bungus disebabkan karena cakupan IMD terendah dibandingkan
Puskesmas lain yang ada di Kota Padang. Berdasarkan uraian pada bagian
latar belakang diatas maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi
menyusu dini (IMD) pada ibu post partum di Wilayah Kerja Puskesmas
Bungus Tahun 2013?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

faktor-faktor

yang

mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu post
partum di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus
a.

Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu post partum tentang
pelaksanaan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2013.

b. Mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu post partum tentang
pelaksanaan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2013.
c.

Mengetahui distribusi frekuensi dukungan petugas kesehatan yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan IMD antara ibu dan bayinya di
Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2013.

d. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan IMD antara ibu dan bayinya di Wilayah
Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2013.
e.

Mengetahui hubungan

pengetahuan ibu post partum dengan

pelaksanaan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2013.
f.

Mengetahui hubungan sikap ibu post partum tentang dengan IMD di
Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2013.

g. Mengetahui hubungan dukungan petugas
pelaksanaan IMD antara ibu dan bayinya di

kesehatan dengan
Wilayah

Kerja

Puskesmas Bungus Tahun 2013.
h. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pelaksanaan IMD
antara ibu dan bayinya di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun
2013.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu Post Partum
Selain manfaat dari keberhasilan menyusui,ternyata rangsangan bayi
ketika menghisap puting susu ibu dapat mengurangi perdarahan
pascasalin melalui kerja oksitosin. IMD akan merangsang terjadinya
kontraksi uterus proses ini dirangsang oleh pengeluaran oksitosin.
Hormon oksitosin menyebabkan secara langsung menurunkan
perdarahan pasca salin,mencegah anemia. Sedangkan dalam jangka
waktu panjang akan membantu pemberian ASI selama laktasi.
b. Bagi Petugas Kesehatan Khususnya Tenaga Perawat
Dapat melaksanakan secara tepat penatalaksanaan Inisiasi Menyusui
Dini segera setelah bayi lahir agar kegagalan menyusui pada bayi
dapat berkurang dan suplai ASI ibu tetap terjaga
2. Manfaat Akademisi
Bermanfaat sebagai pendalaman pengetahuan tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada
ibu post partum.

Dokumen yang terkait

Gambaran Peran Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

2 52 58

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Perdarahan Post Partum di Klinik Bersalin Tanjung dan Klinik Bersalin Kurnia Delitua Tahun 2012

5 94 78

Pengalaman Ibu Primipara yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh Tahun 2008

0 43 73

Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Klinik Bersalin Khadijjah dan Klinik Bersalin Wina Medan

17 130 59

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNGUS TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

1 1 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNGUS TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

0 0 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNGUS TAHUN 2014 - Repositori Universitas Andalas

0 0 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT YARSI PONTIANAK

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI RSUD WATES NASKAH PUBLIKASI - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Ibu Post Partum Di RSUD Wates - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 17

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 0 16