Pengalaman Ibu Primipara yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh Tahun 2008

(1)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAKSANAKAN

INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH BERSALIN BUNGONG SEULANGA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2008

HIDAYATNA HUSNI NIM 085102095

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KARYA TULIS ILMIAH

NAMA : HIDAYATNA HUSNI NIM : 085102095

JUDUL : PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAKSANAKAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH BERSALIN BUNGONG SEULANGA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2008

Menyatakan bahwa mahasiswa diatas disetujui untuk mengikuti sidang karya tulis ilmiah.

Medan, 13 Juni 2009 Pembimbing,

(Faridah Linda Sari Siregar, S. Kep. M. Kep) NIP. 132307220


(3)

Judul : Pengalaman Ibu Primipara yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh Tahun 2008

Nama Mahasiswa : Hidayatna Husni NIM : 085102095

Program StudI : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Pembimbing Penguji

(Farida Linda Sari Siregar, S. Kep, M. Kep) ---Penguji I

(dr. Cristoffel L. Tobing, Sp. OG)

---Penguji II (Ir. Dwi Lindarto, MT)

---Penguji III

(Farida Linda Sari Siregar, S. Kep, M. Kep) Program D IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai bagian

dari persyaratan kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D IV Bidan Pendidik.

____________________________________________ _____________________________________________________________

(Nur Asnah Sitohang, S. Kep. Ns, M. Kep) (dr. Murniati Manik, M. Sc, Sp. KK) NIP. 32299794 NIP. 130810210

Koordinator Karya Tulis Ilmiah Ketua Pelaksana


(4)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Hidayatna Husni

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAKSANAKAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH BERSALIN BUNGONG SEULANGA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2008

vi + 50 hal + 6 lampiran

Abstrak

Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap air susu ibu sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Dengan menyusu secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu primipara yang melaksanakan inisiasi menyusu dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh tahun 2008. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 8 orang. Waktu penelitian dari 16 September 2008-13 Juni 2009. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perasaan saat inisiasi menyusu dini adalah sangat senang, takut, terkejut, dan tenang, kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah sakit, lelah, kesulitan dengan posisi bayi, kesulitan dengan posisi ibu, dan ibu mengkhawatirkan bayinya kedinginan, mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah makan dan minum, berdoa, mengatur posisi, dan relaksasi, manfaat yang dirasakan saat inisiasi menyusu dini adalah darah nifas lancar, kontak batin, menyusu lancar, bayi tidak kedinginan, ibu lebih sabar, jahitan tidak terasa, relaksasi setelah persalinan, kemudahan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah dukungan semangat, bidan terlatih dan prosedur pelaksanaan sistematis, dan kerugian pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah tidak merugikan. Diharapkan kepada bidan dipelayanan kesehatan agar dapat memfasilitasi keterlibatan klien pada saat pemeriksaan kehamilan (antenatal care) tentang pelaksanaan, tujuan, dan manfaat inisiasi menyusu dini, menjelaskan kepada klien tentang pendapat-pendapat yang menghambat inisiasi menyusu dini, dan menerapkan pelaksanaan inisiasi menyusu dini secara tepat pada ibu dan bayi segera setelah proses persalinan.

Daftar Pustaka : 28 (1997-2008)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala atas rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “Pengalaman Ibu Primipara yang Melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh Tahun 2008”. Selawat dan salam kepada Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai teladan dalam kehidupan.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains Terapan pada program D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dan penerapan ilmu dalam mata kuliah metodelogi penelitian kebidanan. Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini peneliti menghadapi beberapa kesulitan, namun dengan bantuan dari berbagai pihak karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Gontar, A., Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Murniati Manik, M. Sc, Sp. KK, selaku Ketua Pelaksana Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Farida Linda Siregar, S. Kp, M. Kep, selaku dosen Pembimbing karya tulis ilmiah dan Penguji III yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

4. Bapak dr. Cristoffel L. Tobing, Sp. OG, selaku Penguji I dan Bapak Ir. Dwi Lindarto, MT, selaku Penguji II yang telah menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.


(6)

5. Ibu Bandi, S. SiT, selaku Direktur Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh yang telah memberikan izin Rumah Bersalin Bungong Seulanga sebagai tempat penelitian dan juga terima kasih kepada bidan-bidan di Rumah Bersalin Bungong Seulanga yang sudah bersedia bekerjasama dalam penelitian ini.

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D IV Bidan Pendidik FK USU.

7. Keluarga tercinta, teristimewa kepada Ayahanda Drs. H. Husni H. Benseh dan Ibunda Hj. Nuraini Hamzah, S.Pd, kepada Kakanda Hasrina Husni, SE. Ak, Mohd. Rizal Mahdi, S.Ag, SP, M.Si, Hasnita Husni, SE, Adinda Diana Fitri Husni, Rahadatul ‘Aisy Husni, dan Ziyad Rizqullah Husni yang telah memberikan segala dukungannya dengan cinta dan do’a.

8. Teman-teman D-IV Bidan Pendidik FK USU T. A. 2008/2009 yang telah bersama menuntut ilmu, memberikan inspirasi dan motivasi kepada peneliti.

9. Semua partisipan yang telah bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian karya tulis ilmiah ini.

10.Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah lainnya dimasa yang akan datang. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2009 Peneliti, Hidayatna Husni


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Inisiasi Menyusu Dini ... 6

1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini ... 6

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ... 7

3. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan ... 8

4. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat ... 8

5. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum ... 9

6. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Sectio Cesarea ... 10

7. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini ... 11

8. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Sendiri ... 14


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

A. Desain Penelitian ... 17

B. Populasi dan Sampel ... 17

C. Tempat Penelitian ... 18

D. Waktu Penelitian ... 18

E. Etika Penelitian ... 19

F. Alat Pengumpul Data ... 19

G. Proses Pengumpulan Data ... 20

H. Analisa Data ... 20

I. Tingkat Kepercayaan Data ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 23

A. Karakteristik Partisipan ... 23

B. Hasil Wawancara ... 24

BAB V PEMBAHASAN ... 35

A. Interpretasi dan Hasil Pembahasan ... 35

B. Implikasi ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

Lampiran :

Lembar Persetujuan Penelitian Kuisioner Data Demografi Panduan Wawancara

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lembar Konsultasi


(9)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Hidayatna Husni

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAKSANAKAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH BERSALIN BUNGONG SEULANGA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2008

vi + 50 hal + 6 lampiran

Abstrak

Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap air susu ibu sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Dengan menyusu secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengalaman ibu primipara yang melaksanakan inisiasi menyusu dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh tahun 2008. Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 8 orang. Waktu penelitian dari 16 September 2008-13 Juni 2009. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perasaan saat inisiasi menyusu dini adalah sangat senang, takut, terkejut, dan tenang, kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah sakit, lelah, kesulitan dengan posisi bayi, kesulitan dengan posisi ibu, dan ibu mengkhawatirkan bayinya kedinginan, mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah makan dan minum, berdoa, mengatur posisi, dan relaksasi, manfaat yang dirasakan saat inisiasi menyusu dini adalah darah nifas lancar, kontak batin, menyusu lancar, bayi tidak kedinginan, ibu lebih sabar, jahitan tidak terasa, relaksasi setelah persalinan, kemudahan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah dukungan semangat, bidan terlatih dan prosedur pelaksanaan sistematis, dan kerugian pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah tidak merugikan. Diharapkan kepada bidan dipelayanan kesehatan agar dapat memfasilitasi keterlibatan klien pada saat pemeriksaan kehamilan (antenatal care) tentang pelaksanaan, tujuan, dan manfaat inisiasi menyusu dini, menjelaskan kepada klien tentang pendapat-pendapat yang menghambat inisiasi menyusu dini, dan menerapkan pelaksanaan inisiasi menyusu dini secara tepat pada ibu dan bayi segera setelah proses persalinan.

Daftar Pustaka : 28 (1997-2008)


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Inisiasi menyusu dini adalah proses alami mengembalikan bayi manusia untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap air susu ibu sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Dengan menyusu secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008).

Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama diperkirakan akan menyelamatkan tidak kurang dari satu juta bayi di seluruh dunia. Setiap tahunnya, sekitar empat juta dari 136 juta bayi dibawah usia 28 hari meninggal. (Supari, 2008, http://www.menkokesra.go.id, diperoleh tanggal 20 September 2008). Inisiasi menyusu dini menurut Hegar (2007, dalam Roesli, 2008, hlm v) merupakan program asuhan persalinan, bayi baru lahir normal dan sebagai bagian dari upaya mengoptimalisasi pemberian air susu ibu secara eksklusif. Inisiasi menyusu dini sebagai manajemen laktasi yang relatif baru haruslah disosialisasikan secara benar dan luas, tidak hanya kepada kalangan tenaga medis tetapi juga masyarakat.

Kemampuan bayi untuk menyusu akan berkurang bila inisiasi menyusu dini tidak dilakukan. Sebanyak 50 persen bayi lahir normal yang dipisahkan dari ibunya saat dilahirkan akhirnya tidak dapat menyusu, sedangkan bayi yang lahir dengan bantuan tindakan atau obat-obatan dan dipisahkan dari ibunya nyaris semua tidak dapat menyusu. Kedekatan ibu dan bayi setelah dilahirkan sangat penting untuk


(11)

proses selanjutnya (Hadriyanto, 2008, http://www.surabaya-ehealth.org, diperoleh tanggal 23 September 2008).

Angka kematian ibu di Indonesia 334 per 100000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup, berbagai upaya akan terus ditingkatkan baik dari segi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan, dan pengupayaan kesadaran masyarakat akan kesehatan (Affandi, 2003). UNICEF melaporkan sebanyak 30 ribu kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian balita di seluruh dunia pada tiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian air susu ibu secara eksklusif selama 6 bulan sejak lahir tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan apapun kepada bayi. Pemberian air susu ibu dapat membentuk perkembangan intelegensia, rohani dan perkembangan emosional. WHO merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan life

saving (Roesli, 2008).

Berdasarkan survei yang dilakukan Hellen Keller International pada tahun 2002, rata-rata bayi Indonesia yang mendapatkan air susu ibu eksklusif sampai saat ini baru mencapai angka 1,7 bulan. Angka tersebut masih 4,3 bulan jauh di bawah lama waktu optimal yang direkomendasikan WHO serta SK Menkes No.450/Menkes/SK/IV/2004. Yang sangat menyedihkan, dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), terungkap bahwa tingkat partisipasi pemberian air susu ibu di negeri ini justru mengalami penurunan dari 42,4 persen pada tahun 1997 menjadi hanya 39,5 persen pada posisi tahun 2002-2003 (Supari, 2008, http://www.menkokesra.go.id, diperoleh tanggal 23 September 2008).


(12)

Misalnya kanker saraf, leukimia, dan beberapa penyakit lainnya. Tidak hanya itu, dengan pemberian air susu ibu dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya (Soegianto, 2007, http://www.surabaya-ehealth.org, diperoleh tanggal 23 September 2008).

Proses persalinan merupakan perjalanan yang panjang dan menegangkan, namun dengan inisiasi menyusu dini sungguh berkesan dan menakjubkan bagi ibu, bayi, ayah, dan semua orang yang menyaksikannya (Klaus, 2007, http://www.pediatrics.org, diperoleh tanggal 23 September 2008). Pengalaman ibu-ibu yang telah melakukan inisiasi menyusu dini baik persalinan secara normal, vakum ekstraksi, maupun operasi sectio caesarea, diyakinkan bahwa inisiasi menyusu dini adalah pengalaman berharga dalam proses persalinan yang menegangkan, ternyata dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan antara bayi dan ibunya yang menjadi motivasi ibu dan bayi untuk pemberian air susu ibu selanjutnya (Roesli, 2008). Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi melakukan inisiasi menyusu dini. Bahkan, Ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang sangat indah (Purnamawati, 2008).

Wanita yang pertama melahirkan membutuhkan lebih banyak dukungan untuk kesiapan mentalnya menjadi ibu, tingkat kecemasan lebih tinggi, dan memiliki kesan yang kuat terhadap apa yang akan dialaminya dikarenakan ini pengalaman awal baginya (Diane, E., et al, 2007).


(13)

Rumah Bersalin Bungong Seulanga merupakan salah satu pelayanan kesehatan khususnya pada asuhan kebidanan yang berkomitmen menerapkan inisiasi menyusu dini sejak tahun 2006 sebagai upaya menyukseskan program pemerintah tentang peningkatan kesadaran pemberian ASI pada setiap ibu yang memiliki bayi dan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB).

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang Pengalaman Ibu Primipara yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh tahun 2008.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah Pengalaman Ibu Primipara yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh tahun 2008?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Pengalaman Ibu Primipara yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh tahun 2008. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat antara lain: 1. Praktek Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategi bagi tenaga pelayanan kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan melaksanakan inisiasi menyusu dini


(14)

dengan memperhatikan seluruh aspek kendala yang lazim terjadi di masyarakat dalam keberhasilan pemberian air susu ibu.

2. Penelitian Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi peneliti yang akan datang sehingga menjadi bahan acuan dalam menerapkan pengalaman ilmiah.

3. Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dalam menerapkan asuhan kebidanan khususnya pada ibu post partum dengan inisiasi menyusu dini dan ibu menyusui tanpa mengabaikan hal-hal penting yang seharusnya diperhatikan.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusu Dini

1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia juga seperti bayi mamalia lain yang menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir (Roesli, 2008).

Setelah lahir dan menangis, bayi langsung diletakkan di perut ibu (kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi) dan diselimuti supaya tidak kedinginan. Selanjutnya bayi pun secara alamiah akan merangkak mencari puting susu ibunya dan menghisap. Proses ini biarkan berlangsung sampai si bayi berhenti menyusu dengan sendirinya disebut dengan inisiasi menyusu dini (Purnamawati, 2008).

Inisiasi menyusu dini adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi/ JNPK-KR, 2007).


(16)

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini dapat memberikan manfaat (Indira, 2007, http://www.ibudananak.com, diperoleh tanggal 28 September 2008), yaitu:

a. Anak yang dapat menyusu dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusu akan berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian air susu ibu ekslusif akan menurunkan kematian.

b. Air susu ibu adalah cairan kehidupan yang mengandung makanan yang mudah dicerna dan diserap. Berbeda dengan air susu ibu, susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapannya tergantung enzim di usus anak. c. Produksi air susu lancar dan mengurangi keluhan ibu-ibu yang merasa suplai air susunya berkurang, padahal air susu ibu diproduksi berdasarkan demand (permintaan si bayi tersebut). Jika bayi menyusu banyak, produksi air susu ibu akan banyak. Sedangkan bayi yang diberikan susu formula, kemudian dialihkan ke air susu ibu, perlu waktu kurang lebih satu minggu untuk produksi air susu ibu.

d. Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu pengeluaran plasenta, involusi uterus, membantu mengendalikan perdarahan, merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, perasaan sangat bahagia pada ibu dan bayi, dan merangsang pengaliran air susu ibu dari payudara.


(17)

3. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan (Newman, 2006, http://www.ahomeonearth.com, diperoleh tanggal 22 September 2008):

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu.

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.

c. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

d. Verniks (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

e. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

4. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini seperti berikut (Roesli, 2008):

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat. c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak


(18)

beberapa lama (10-15 menit atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum).

e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.

f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery

room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan

vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.

5. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum

Langkah-langkah inisiasi menyusu dini (JNPK-KR, 2007) adalah: a.Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan.

b.Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak menggunakan obat kimiawi, diganti dengan cara non-kimiawi, seperti pijat, aroma terapi, gerakan, dan hypnobirthing.

c.Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan.

d.Keringkan badan dan kepala bayi secepatnya, kecuali kedua tangannya tanpa menghilangkan verniks yang menyamankan kulit bayi.

e.Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu, gunakan topi bayi.

f. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.


(19)

g.Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

h.Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit bayi dengan kulit ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi sectio cesarea.

i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

j. Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-bayi tetap tidak dipisahkan, dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum air susu ibu ‘keluar’) dihindarkan. k.Bila inisiasi dini belum terjadi dikamar operasi, bayi tetap diletakkan di dada

ibu waktu dipindahkan ke kamar, pemulihan atau perawatan usaha menyusu dini dilanjutkan dikamar pemulihan atau perawatan ibu.

6. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini pada Operasi Sectio Caesarea (Roesli, 2008) adalah:

Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal


(20)

atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada kesempatan yang tercepat.

Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat.

Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan caesar, berikut ini tatalaksananya:

a. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

b. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-25 derajat celcius. Disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.

c. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum.

d. Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi, bayi harus dipindah sebelum satu jam, maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih.

7. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi (Roesli, 2008):


(21)

a. Bayi kedinginan

Bergman (2005, dalam Roesli, 2008, hlm 28) mengatakan bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Menakjubkan!, suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat celcius dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu

b. Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

c. Tenaga kesehatan kurang tersedia

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

e. Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, bagian yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu, tentunya inisiasi menyusu dini tidak mengganggu proses penjahitan luka.

f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir


(22)

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy

Breastfeeding Medicine (2007, dalam Roesli, 2008, hlm 30), tindakan

pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan verniks meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

h. Bayi kurang siaga

Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan pre-laktal)

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.


(23)

8. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Sendiri

Kontak kulit dan menyusu dini dipandang penting (Mother Support and

Training Coordinator, BPNI Maharashtra, 2007, http://www.unicef.org/ India),

karena:

a. Kontak kulit bayi dengan kulit ibu dan bayi menyusu sendiri segera setelah lahir dalam satu jam pertama kehidupan sangatlah penting, karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurun kematian karena kedinginan (hypothermia). b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih

stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi).

c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri ‘baik’ di kulit ibu. Bakteri ‘baik’ ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri ‘jahat’ dari lingkungan.

d. ‘Bonding’ (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.

e. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.

f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui.


(24)

g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

h. Bayi mendapatkan kolostrum air susu ibu yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum air susu ibu istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

i. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang sangat indah.

B. Perasaan

Perasaan itu dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang (Sosiawan, E. A, 2008. http://www.edwias.com, diperoleh tanggal 5 Juni 2009).

Menurut Zubair, A.C (2008.

http://www.filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/hedonisme.pdf, diperoleh tanggal 5

Juni 2009 ) menyatakan senang bermakna tidak adanya rasa sakit dalam badan dan tidak adanya kesulitan kejiwaan.

Perasaan itu timbul sebagai akibat atau reaksi terhadap stimulus yang mengenai individu, tapi tidak berarti bahwa keadaan perasaan itu semata-mata hanya


(25)

bergantung kepada stimulus dari luar, sebab ada kalanya sesuatu keadaan tidak menimbulkan perasaan sama sekali. Karena itu perasaan selain bergantung kepada stimulus yang datang dari luar, juga bergantung kepada:

1. Keadaan jasmani individu. Kalau keadaan jasmani kurang sehat dapat mempengaruhi soal perasaan yang ada pada individu. Pada umumnya orang dalam keadaan sakit, sifatnya lebih perasa bila perasaan jasmani sehat.

2. Pembawaan (keadaan dasar individu). Hal ini erat hubungannya dengan struktur pribadi individu, misalnya ada orang yang mudah marah, sebaliknya ada orang yang sukar marah, sehingga dengan demikian struktur pribadi individu akan turut menentukan mudah tidaknya seseorang mengalami suatu perasaan.

3. Keadaan individu pada suatu waktu, atau keadaan yang temporer seseorang, misalnya orang yang pada suatu waktu kalut pikirannya akan mudah sekali terkena perasaan bila dibandingkan dalam keadaan normal (Sosiawan, 2008).

Perbedaan emosi menurut pakar psikologis Tellegen, et al (1999, dalam Lahey, 2004, hlm 386) memiliki kesan beragam. Penelitian emosional timbul dari perbedaan kombinasi emosi negatif sederhana dan emosi positif, Tellegen, et al tertarik dengan banyak emosi pada ‘peta emosi’, yaitu perasaan sangat gembira pada emosi positif tinggi, perasaan terkejut pada pertengahan emosi positif tinggi dan emosi negatif tinggi, perasaan takut dan marah pada kombinasi antara emosi positif tinggi dan emosi negatif tinggi, perasaan sedih dan melempem pada kombinasi antara emosi negatif tinggi dan emosi positif rendah, dan perasaan tenang pada kombinasi antara emosi positif tinggi dan emosi negatif rendah.


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi yaitu suatu penelitian tentang gejala dalam situasi alaminya yang kompleks, yang hanya mungkin menjadi bagian dari alam kesadaran manusia-sekomprehensif apapun-ketika telah direduksi kedalam suatu parameter yang terdefinisikan sebagai fakta, dan yang demikian terwujud sebagai realitas (Wignjosoebroto (2001, dalam Bungin, 2006, hlm 20)). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui Pengalaman Ibu Primipara yang Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh tahun 2008.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primipara yang melaksanakan inisiasi menyusu dini di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh Tahun 2008. Berdasarkan pengumpulan data awal pada tanggal 26 September 2008, primigravida dengan Tanggal Tafsiran Persalinan (TTP) pada bulan Desember 2008 berjumlah 16 orang, primigravida dengan TTP bulan Januari 2009 berjumlah 3 orang dan primigravida dengan TTP pada bulan Februari 2009 berjumlah 7 orang.


(27)

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yang sesuai dengan kriteria sampel (Notoatmodjo, 2005), Penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti (Nasution, S (1988, dalam Sugiyono, 2008, hlm 220)), pencapaian saturasi data pada penelitian ini dengan jumlah partisipan 8 orang.

Sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

a.Ibu primipara yang melahirkan normal dan melaksanakan inisiasi menyusui dini.

b.Dalam kondisi sehat (hari ke-3 post partum) c.Mampu berkomunikasi dengan baik

d.Bersedia untuk menjadi partisipan dan diwawancarai. C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh karena klinik ini sudah melaksanakan program inisiasi menyusu dini secara konsisten, dan calon partisipan yaitu ibu primipara yang melaksanakan inisiasi menyusu dini dalam jumlah yang memadai.


(28)

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 16 September 2008- 13 Juni 2009. E. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin penelitian dari ketua pelaksana program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian pada Direktur Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti melakukan penelitian dengan petimbangan etik yaitu: setelah peneliti mendapatkan calon partisipan yang memenuhi kriteria penelitian, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data pada calon partisipan. Peneliti menjelaskan formulir persetujuan penelitian (informed

consent) kepada calon partisipan dan memberikan kesempatan untuk bertanya

tentang hal yang belum jelas. Jika calon partisipan bersedia menjadi partisipan penelitian, maka diharapkan menandatangani informed consent. Partisipan dalam penelitian ini sifatnya sukarela dan partisipan mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian. Peneliti menghormati dan menjaga karahasiaan identitas partisipan pada lembar pengumpulan data yang digunakan. Seluruh informasi yang diperoleh hanya digunakan pada penelitian ini saja.

F. Alat Pengumpul Data

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis:

1. Kuisioner data demografi yang berisi pertanyaan data umum partisipan pada lembar pengumpulan data.


(29)

2. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang diajukan meliputi pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh ibu primipara.

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan setelah mendapatkan izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara dan Direktur Rumah Bersalin Bungong Seulanga Kota Banda Aceh, penelitian dilakukan sesuai dengan kode etik, pada tanggal 20-29 Desember 2008.

Pengumpulan data dilakukan pada hari ke-3 setelah persalinan (post partum), dengan memastikan kondisi partisipan dalam keadaan sehat dan ibu sudah dapat beradaptasi dengan aktivitas menyusui. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara. Partisipan menjawab pertanyaan pada lembar kuisioner data demografi sesuai dengan petunjuk dan diberikan kesempatan untuk bertanya kepada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak di mengerti, kemudian peneliti memulai wawancara dan merekam hasil wawancara. Peneliti menulis dan membaca transkrip, jika ada hal-hal yang kurang jelas dilakukan wawancara ulang (Sudikan (2001, dalam Bungin, 2006, hlm 89). Peneliti menganalisa data yang ditemukan, mengelompokkan data, kemudian data tersebut diuraikan kedalam bentuk narasi dari semua konsep kelompok dan kategori konsep. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisa data yang dilakukan. Pengumpulan data dihentikan setelah saturasi data diperoleh.

H. Analisa Data

Analisa data dilakukan pada saat transkrip data pertama dilakukan, data diseleksi kata perkata. Peneliti menggunakan Metode Collaizi untuk menganalisa


(30)

data, karena metode ini cocok dengan pendekatan interpretative (menafsirkan) pada penelitian kualitatif. Ini adalah salah satu metode yang umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi (Beck, Hungler, Polit, 2001).

Proses analisa data adalah:

1. Membaca semua deskripsi untuk mendapatkan perasaan partisipan.

2. Meninjau kembali setiap prosedur dan saring pernyataan-pernyataan penting. 3. Mengemukakan makna setiap pernyataan penting (misalkan rumuskan

maknanya).

4. Mengorganisasi makna yang sudah dirumuskan kedalam kelompok tema.

a. Membandingkan kembali kelompok-kelompok ini kepada prosedur aslinya untuk mengabsahkannya.

b. Mencatat penyimpangan diantara berbagai kelompok, dengan menghindari pengabaian data atau tema yang tidak sesuai.

5. Menintegrasikan hasil kedalam penjelasan luas tentang fenomena yang sedang diselidiki.

6. Merumuskan penjelasan luas dari fenomena yang sedang diselidiki sebagai pernyataan diidentifikasi sespesifik mungkin.

7. Menanyakan partisipan tentang temuan-temuan ini sejauh mungkin sebagai langkah validasi akhir.

I. Tingkat Kepercayaan Data

Tingkat kepercayaan data yang digunakan dengan empat kriteria (Lincoln dan Guba (1985, dalam Danim, 2003, hlm 254-255), yaitu:


(31)

1. Prinsip kredibilitas (credibility) yaitu dengan merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti melakukan triangulasi,

member check, dan wawancara atau pengamatan secara terus menerus hingga

mencapai redundancy.

2. Prinsip dependibilitas (dependability) yaitu merujuk pada apakah hasil penelitian itu memiliki keandalan atau reliabilitas, dengan cara mempertahankan konsistensi tehnik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep, dan membuat tafsiran atas fenomena yang ada.

3. Prinsip konfirmabilitas (confirmability) yaitu bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh. Untuk dapat memenuhi kriteria ini peneliti dapat melakukan beberapa cara, yaitu mengundang beberapa pihak untuk mendiskusikan hasil penelitian. Peneliti dapat mendatangi berbagai pihak untuk malakukan audit trial, berupa jejak atau sistematika kerja penelitian yang dapat dilacak atau diikuti, serta melakukan proses kerja secara sistematis dan terdokumentasi, menginformasikan hasil penelitian kepada pembimbing.

4. Prinsip transferabilitas (transferability) yaitu mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan atau diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif tidak mutlak dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian.


(32)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Partisipan

Penelitian ini melibatkan delapan orang partisipan. Kedelapan partisipan tersebut adalah wanita yang telah melahirkan anak pertama secara normal, telah melakukan inisiasi menyusu dini, dan bersedia diwawancarai pada hari ketiga setelah persalinannya. Berikut paparan masing-masing karakteristik partisipan: 1. Partisipan A

Partisipan A adalah wanita berusia 24 tahun, beragama Islam, melahirkan anak pertama secara normal dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, berasal dari suku Aceh.

2. Partisipan B

Partisipan B adalah wanita berusia 26 tahun, beragama Islam, melahirkan anak pertama secara normal dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir D III, pekerjaan ibu rumah tangga, berasal dari suku Jawa.

3. Partisipan C

Partisipan C adalah wanita berusia 27 tahun, beragama Islam, melahirkan anak pertama secara normal dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir S 1, pekerjaan pegawai negeri sipil (pns), berasal dari suku Minang.

4. Partisipan D

Partisipan D adalah wanita berusia 27 tahun, beragama Islam, melahirkan anak pertama secara normal dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, berasal dari suku Jawa.


(33)

5. Partisipan E

Partisipan E adalah wanita berusia 26 tahun, beragama Islam, melahirkan anak pertama secara normal dengan jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir S 1, pekerjaan wiraswasta, berasal dari suku Aceh.

6. Partisipan F

Partisipan F adalah wanita berusia 27 tahun, beragama Islam, melahirkan anak pertama secara normal dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir S 1, pekerjaan ibu rumah tangga, berasal dari suku Aceh.

7. Partisipan G

Partisipan G adalah wanita berusia 24 tahun, beragama Islam, melahirkan anak pertama secara normal dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, berasal dari suku Jawa.

8. Partisipan H

Partisipan H adalah wanita berusia 27 tahun, beragama Islam, melahirkan anak pertama secara normal dengan jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir S 1, pekerjaan pegawai negeri sipil, berasal dari suku Minang.

B. Hasil Wawancara

Ibu primipara memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini, meliputi perasaan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, cara mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, manfaat yang dirasakan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, kemudahan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, dan kerugian pelaksanaan inisiasi menyusu dini, berikut paparannya:


(34)

1. Perasaan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Dari hasil wawancara diperoleh empat pendapat tentang perasaan ibu saat imd, yaitu: senang, takut dan cemas, terkejut dan bingung, tenang dan lega.

a. Perasaan senang

Tujuh dari delapan partisipan merasa senang saat pelaksanakan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Perasaan saya sangat senang ya, senang karena bayi saya bisa langsung menghisap asi ”

(Partisipan C) “Rasa sakit melahirkan hilang, imd memberi kesan berarti dalam

satu paket melahirkan”

(Partisipan D)

“Perasaan saya saat itu surprise ya, dan exiting banget, karena ini, pengalaman menyusu pertama yang membuat saya terkagum-kagum”

(Partisipan H) b. Perasaan takut dan cemas

Dua partisipan merasa takut dan cemas saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Cemas juga,kok dia lemas dan diam-diam aja, apa ada yang sakit, atau susah napasnya”

(Partisipan F)

“Takut saya, dia diam aja, khawatir kalau ada yang sakit”

(Partisipan G) c. Perasaan terkejut dan bingung

Tiga partisipan merasa terkejut dan bingung saat pelaksanakan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:


(35)

“Memang terasa terkejut karena bayi sekecil itu sudah bisa mencari nenen”

(Partisipan A)

“Saya juga terkejut lihat respon dia saat mencoba bergerak kea rah puting”

(Partisipan E)

“Perasaan saya bingung dek, kok bayinya cuma di lap sebentar terus di taruk di dada”

(Partisipan G) d. Perasaan tenang dan lega

Dua partisipan merasa tenang dan lega saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Setelah dia bisa nyusu baru terasa lega, karena saya terasa sakit kali tadi saat mengedan”

(Partisipan A)

“Saya juga lega ya, bisa tau langsung kondisi putra saya, kan kalau dulu-dulu ngak gitu”

(Partisipan F) 2. Kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Dari hasil wawancara diperoleh lima pendapat tentang kesulitan ibu saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, yaitu: sakit, lelah, kesulitan dengan posisi bayi, kesulitan dengan posisi ibu, dan ibu mengkhawatirkan bayinya kedinginan.

a. Sakit

Enam partisipan merasakan sakit saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Perut saya terasa sakit saat bayi menggerakkan kakinya, mulai bergerak”

(Partisipan B)

“Cuma agak terasa sakit, kalau dibilang menyulitkan ia sedikit, ngak ganggu banget, terasa saat bayi bergerak diatas perut, tendangan dipusat, kayak diremas perut ini”


(36)

“Bidan bilang, jahitan agak sakit, karena…apa katanya…entah bagian kulit gitu”

(Partisipan G) b. Lelah

Enam partisipan merasakan lelah saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Juga saat itu baru melahirkan, jadi saya dan bayi saya masih lelah, ingin istirahat”

(Partisipan C)

“Kesulitan saat itu lelah, karena energi saya sudah habis saat sebelum melahirkan, sebelumnya ketuban saya hampir habis, bukaan belum ada, dirangsang, saya kejang”

(Partisipan D)

“Juga saya terasa lelah, capek kali rasanya, napas terasa pendek, pegal badan juga lelah karena habis melahirkan, dari mulas mau melahirkan, juga ngedan-ngedannya”

(Partisipan F) c. Kesulitan dengan posisi bayi

Enam partisipan merasakan kesulitan dengan posisi bayi saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Namun terlepas dari itu saya sayang dengan posisi kepala bayi saya, belum bisa tegak, jadi kepalanya miring kanan miring kiri, kadang hampir jatuh, kasihan juga”

(Partisipan B)

”Dia tidak dibedung, perasaan ada kuman kena badannya, ada diselimutin, tapi sensitif”

(Partisipan F)

“Bayi saya hampir jatuh dek, karena saya terkejut waktu dijahit, saya angkat pantat”

(Partisipan G)

“Posisi bayi yang takut jatuh, terasa licin, bayi sudah dilap mungkin lemak di kulit bayi”


(37)

d. Kesulitan dengan posisi ibu

Tujuh partisipan merasakan kesulitan dengan posisinya saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Kalau posisi saya awalnya risih ya, bagian dada saya terbuka, malu dengan mertua”

(Partisipan B)

“Karena seimbangkan badan, bahu saya sakit, pegal rasanya”

(Partisipan C)

“Kebas bagian pantat sampai kebawah, diberdirikan terus sampai selesai di jahit”

(Partisipan G)

e. Ibu mengkhawatirkan bayinya kedinginan

Dua partisipan mengkhawatirkan bayinya kedinginan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Apa ya…, karena sekalian dengan jahitan luka, saya takut bayi saya kedinginan, jatuh”

(Partisipan A)

“Mungkin ruangan tempat saya melahirkan dek, agak dingin, merinding saya jadinya. Saya ndak pake baju, ada AC di ruangan itu, lebih terasa waktu bayi ditaruh didada, bidannya juga kurangkan AC nya, terasa hangat, waktu kami di selimutin satu kain”

(Partisipan E) 3. Cara mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Dari hasil wawancara diperoleh 4 pendapat tentang cara mengatasi kesulitan ibu saat inisiasi menyusu dini, yaitu: makan dan minum, berdoa, mengatur posisi, dan relaksasi.


(38)

a. Makan dan minum

Dua partisipan mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan makan dan minum, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

"Jadinya suami saya kasih air teh manis”

(Partisipan A)

“Harus!, juga minum air, ada juga disuapi jeruk oleh suami saya, juga paling manjur”

(Partisipan B) b. Berdoa

Dua partisipan ibu mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisaiasi menyusu dini dengan berdoa, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Mengucap-ngucap istighfar saja”

(Partisipan A)

“Doa yang diingatkan terus sama ibu kandung saya”

(Partisipan B) c. Mengatur posisi

Tujuh partisipan mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan mengatur posisi, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Bidan memperbaiki posisi saya dan bayi, akhirnya saya jadi nyaman”

(Partisipan C)

“Suami jaga disamping kanan, ibu mertua samping kiri, saya peluk bayi, ada bidan juga”

(Partisipan G)

“Lelah kurang waktu ganti posisi kaki, disemangati suami dan bidan, juga ada minuman”


(39)

d. Relaksasi

Lima partisipan mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan relaksasi, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Saya berusaha tenang, banyak yang kasih saya semangat, jadi saya harus bersemangat”

(Partisipan B)

“Menarik nafas dalam-dalam, minta minum banyak-banyak, minum madu, makan coklat dan lihat dia langsung juga mengurangi lelah saya, dan saya tenang”

(Partisipan D)

“Tetapi sepuluh menit kemudian tidak begitu terasa lelah, perhatian penuh pada bayi”

(Partisipan H) 4. Manfaat yang dirasakan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Dari hasil wawancara diperoleh tujuh pendapat tentang manfaat inisiasi menyusu dini yang ibu rasakan, yaitu: darah nifas menjadi lancar, terjalin kontak batin ibu dan bayi, proses menyusui lancar, ibu lebih sabar, dan jahitan tidak terasa.

a. Darah nifas menjadi lancar

Enam partisipan merasakan manfaat dari inisiasi menyusu dini yaitu darah nifas menjadi lancar, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Terasa juga mudah darah nifasnya keluar terus, sakit perut masih

terasa”

(Partisipan A) “Saat imd terasa ada keluar darah, waktu bayi saya diam saja, darah nifas saya kurang”

(PartisipanB)

“Darah saya juga terasa keluar lancar waktu bayi ngisap, perut mulas sekali dan nyeri”


(40)

b. Terjalin kontak batin ibu dan bayi

Enam partisipan merasakan manfaat dari inisiasi menyusu dini yaitu terjalin kontak batin ibu dan bayi, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Kedekatan, dengan ada imd terasa kasih sayang itu, belajar lebih cepat untuk erat”

(Partisipan D)

“Saya jadi mudah memulai hubungan dengan bayi saya, udah ada hubungan batin, seperti perkenalan mungkin, saya ngak begitu canggung untuk nyusu bayi saya”

(Partisipan F)

“Bayi dan saya lebih dekat, ayahnya juga, kami bahagia, terutama saat diazankan didada”

(Partisipan H) c. Proses menyusui lancar

Seluruh partisipan merasakan manfaat dari inisiasi menyusu dini yaitu proses menyusui menjadi lancar, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Sudah belajar dari awal dengan proses inisiasi dini ya, menyusunya jadi lancar”

(Partisipan B)

“Bayi saya puas dengan menyusu, tidak kekurangan, benar-benar dia tenang”

(Partisipan C)

“Produksi ASI banyak, sampai sekarang, sudah lancar, kolustrum terhisap langsung, ASI sudah banyak, bayi dari awal sudah pintar menghisap”

(Partisipan D) d. Ibu lebih sabar

Dua partisipan merasakan manfaat dari inisiasi menyusu dini yaitu ibu menjadi lebih sabar, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:


(41)

“Bisa nyusu langsung, jadi lebih sabar saya sekarang kalau bayi saya rewel malam”

(Partisipan A)

“Saya ditempah kesabaran, kalau lelah kan biasanya ingin cepat istirahat, tapi ini lain”

(Partsisipan B) e. Jahitan tidak terasa

Enam partisipan merasakan manfaat dari inisiasi menyusu dini yaitu jahitan tidak terasa, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Saya terfokus ke bayi saya, sampai jahitan kurang terasa,nyeri perut terasa sedikit”

(Partisipan B)

“Jahitan tidak terasa, banyak perasaan senang yang mengurangi rasa sakit”

(Partisipan E)

“Jahitan tidak terasa, dengan imd saya lebih konsentrasi ke bayi daripada jahitan”

(Partisipan G) 5. Kemudahan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Dari hasil wawancara diperoleh tiga pendapat tentang kemudahan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, yaitu: adanya dukungan/semangat, mempunyai niat dan komitmen untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini, bidan terlatih dan prosedur pelaksanaan sistematis.

a. Adanya dukungan/ semangat

Tujuh partisipan merasakan kemudahan dari inisiasi menyusu dini yaitu adanya dukungan/ semangat, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Kemudahannya karena semuanya membantu, memberi semangat, saya merasa sehat”


(42)

“Karena semua pihak membantu, bidan, suami, saya dan bayi merasa nyaman”

(Partisipan D)

“Suami dukung, kasih semangat, bidan juga kasih informasi yang cukup untuk saya”

(Partisipan F) b. Mempunyai niat dan komitmen untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini

Dua partisipan menyatakan pelaksanaan inisiasi menyusu dini menjadi mudah karena mempunyai niat dan komitmen untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Kemudahannya karena saya dan suami sudah buat komitmen untuk melaksanakan imd dari saat periksa hamil”

(Partisipan A)

“Juga ingin tau gimana prosesnya nyusu dini itu, jadi sudah persiapkan niat untuk nyusu dini”

(Partisipan C) c. Bidan terlatih dan prosedur pelaksanaan sistematis

Tiga partisipan merasakan kemudahan dari inisiasi menyusu dini yaitu bidan terlatih dan prosedur pelaksanaan sistematis, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Disini ada tenaga dan cara-caranya yang bisa buat saya nyaman, bidan ngertiin saya”

(Partisipan E)

“Ya karena disini memang ada program nyusu dini, saya hanya diarahkan untuk itu”

(Partisipan G)

“Prosedurnya sudah sistematis, saya sudah baca buku, tukar pengalaman dari teman”

(Partisipan H) 6. Kerugian pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Dari hasil wawancara diperoleh satu pendapat tentang kerugian inisiasi menyusu dini, yaitu: Inisiasi menyusu dini tidak merugikan.


(43)

a. Inisiasi menyusu dini tidak merugikan

Seluruh partisipan menyatakakn pelaksanaan inisiasi menyusu dini tidak merugikan, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“Apa ya, saya rasa ngak ada rugi, karena ngak harus keluarkan uang”

(Partisipan A)

“Rugi menurut saya kalau tidak dilakukan ya, karena ini langkah mudah”

(Partisipan B)

“Tidak ada kerugian IMD, yang rugi saat IMD tidak dilaksanakan”


(44)

BAB V PEMBAHASAN

A. Interpretasi dan Hasil Diskusi

Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga medis, tetapi begitu vital bagi kehidupan bayi selanjutnya. Ternyata, dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan antara bayi dan ibunya, ternyata, jika setiap bayi baru lahir diletakkan diperut ibu segera setelah lahir dengan kulit ibu melekat pada kulit bayi, bayi mempunyai kemampuan untuk menemukan sendiri payudara ibu dan memutuskan waktunya untuk menyusu pertama kali (Roesli, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat beragam pengalaman dari ibu yang melaksanakan inisiasi menyusu dini yang terdiri dari perasaan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, cara mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, manfaat yang dirasakan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, kemudahan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, dan kerugian pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

1. Perasaan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Pada pelaksanaan inisiasi menyusu dini, terdapat beberapa perasaan yang dirasakan oleh ibu yaitu perasaan senang, takut dan cemas, terkejut dan bingung, tenang dan lega. Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005) bagi seorang wanita, kehamilan dan kelahiran anak biasanya memberikan arti emosional yang cukup


(45)

berarti bagi dirinya. Apabila disertai dengan tekanan-tekanan perasaan yang kuat maka wanita akan menjadi sangat perasa (emosional) sehingga mengakibatkan mudah terganggunya keseimbangan kejiwaan (mentalnya).

Perasaan kedelapan partisipan lebih mendasar karena melahirkan dan inisiasi dini merupakan pengalaman pertama bagi mereka, menurut Diane, E., et al (2007) wanita yang pertama melahirkan membutuhkan lebih banyak dukungan untuk kesiapan mentalnya menjadi ibu, tingkat kecemasan lebih tinggi, dan memiliki kesan yang kuat terhadap apa yang akan dialaminya dikarenakan ini pengalaman awal baginya.

Perasaan senang dirasakan oleh tujuh orang partisipan karena bayinya bisa langsung menghisap asi, inisiasi menyusu dini memberi kesan berarti dalam satu paket melahirkan, dan pengalaman menyusu pertama yang membuat ibu terkagum-kagum. Menurut Mongan (2005) ibu akan mengalami kegembiraan yang tak tertandingi selama momen-momen pertama ini, saat ibu dan pendamping persalinan menyentuh dan memeluk si bayi, mengamatinya saat ia mulai meregang dan bergerak, memperoleh sensasi sentuhan dari lingkungannya yang baru secara bertahap, menurut Roesli (2008) pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin yang juga merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri dan perasaan sangat bahagia.

Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kalinya dalam kondisi seperti ini. Bahkan ayah mendapat kesempatan


(46)

mengazankan anaknya didada ibunya. Suatu pengalaman batin ketiganya yang amat indah (Roesli, 2008).

Perasaan takut/ cemas juga dirasakan oleh dua orang partisipan karena bayinya diam saja, menurut Mother Support and Training Coordinator, BPNI Maharashtra (2007, http://www.unicef.org/ India), dalam 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/ diam dalam keadaan siaga (rest/ quite alert stage), masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan diluar kandungan.

Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005) dalam masa kelahiran terkadang muncul perasaan harap-harap cemas, tegangan emosi, lebih-lebih jika dibumbui dengan cerita tahayul, atau tanda-tanda yang telah diberitakan sebelumnya dibesar-besarkan, takut cacat anaknya, dan lainnya.

Menurut peneliti kemungkinan ibu hamil merasakan perasaan senang karena dapat langsung melihat bayi yang telah 40 minggu bersamanya, kagum dengan bayinya yang dapat munyusu langsung sebagai proses unik dan menarik bagi ibu, merasakan takut, cemas, terkejut, dan bingung dikarenakan ini pengalaman pertama yang mengesankan, juga menegangkan bagi ibu dan pasangannya. Ibu merasa takut akan kecacatan, kesulitan pernafasan dalam detik pertama kehidupan bayinya. Ibu merasa tenang dan lega karena telah berhasil melewati persalinan dengan baik, telah berusaha dari awal menjadi ibu yang baik setelah berhasil menyusu dini dan memberikan kolostrum kepada bayinya.


(47)

2. Kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Berdasarkan keterangan delapan partisipan bahwa selama melaksanakan inisiasi menyusu dini ibu mengalami kesulitan berupa sakit, lelah, kesulitan dengan posisi bayi, kesulitan dengan posisi ibu, dan ibu mengkhawatirkan bayinya kedinginan.

a. Sakit

Menurut enam partisipan mereka merasa sakit dalam pelaksanaan imd saat bayi diletakkan diperut (himpitan badan bayi), saat bayi menggerakkan kakinya, mulai bergerak, dan karena ada darah beku yang belum keluar, dan saat proses penjahitan. Menurut Indira (2007, http://www.ibudananak.com, diperoleh tanggal 28 September 2008), rasa sakit yang di alami ibu saat inisiasi menyusu dini dikarenakan pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu pengeluaran plasenta, involusi uterus, meningkatkan ambang nyeri. Hormon oksitosin membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu, otot-otot rahim menengang dan keras, menimbulkan rasa sakit pada bagian perut dan ibu bertambah sakit karena tindihan badan bayi pada saat kontraksi terjadi. Menurut Roesli (2008) hentakan kepala bayi ke dada ibu, gerakan kaki, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pasa puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

Rasa sakit juga dirasakan ibu pada saat proses penjahitan, menurut Roesli (2008) proses penjahitan luka pada ibu tidak menjadi masalah dalam


(48)

pelaksanaan inisiasi menyusu dini karena kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu, pendapat tersebut merupakan penghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi. Menurut Varney (1997) sebelum melakukan penjahitan luka (laserasi) dilakukan anastesi lokal pada daerah perlukaan jalan lahir untuk mengurangi ambang sakit dan stres pasca kelahiran.

Menurut peneliti, kemungkinan rasa sakit yang dialami ibu saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebagai kesinambungan rangkaian rasa sakit yang bermula sejak fase awal persalinan, dimana kontraksi uterus teratur terjadi. Rasa sakit saat kontraksi ini lebih dirasakan ibu yang baru pertama melahirkan sebagai pengalaman awal baginya, membuat ibu lebih peka terhadap sakit, termasuk saat bayi menghentakkan kakinya, merangsang hormon oksitosin sehingga menimbulkan kontraksi rahim dan ibu merasakan sakit pada perutnya.

b. Lelah

Enam dari delapan partisipan merasa lelah saat melaksanakan inisiasi menyusu dini, hal ini dikarenakan tidak tidur selama kontraksi sebelum persalinan, lelah karena proses persalinan. Menurut Roesli (2008) pendapat bahwa setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya adalah pendapat yang dapat menghambat pelaksanaan imd. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.


(49)

Menurut peneliti ibu merasakan lelah saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini kemungkinan karena ibu baru saja melalui proses melahirkan yang menjadi pengalaman pertama baginya, pengalaman yang memerlukan usaha keras untuk melaluinya. Tingkat kecemasan yang tinggi dan rasa sakit persalinan membuat ibu merasa lelah untuk menyusui bayinya, namun rasa senang melihat bayi, bangga telah melahirkan bayi membuat perhatian ibu tertuju pada bayinya, sehingga mengabaikan rasa lelahnya dan lebih tertarik untuk mengikuti proses inisiasi menyusu dini, juga karena dukungan dan bantuan dari suami, ibu kandung yang menemani dan bidan membuatnya lebih bersemangat dan percaya dini untuk melakukan inisiasi menyusu dini. c. Kesulitan dengan posisi bayi

Enam dari delapan partisipan merasa khawatir dengan posisi bayi, yaitu saat bayi lama mencapai puting susu ibunya, khawatir dengan kepala bayi yang belum bisa tegak, bayi kelelahan setelah lahir, tubuh bayi terasa licin, bayi tidak dibedung sehingga khawatir ada kuman menyerang tubuh bayi.

1) Bayi memerlukan waktu untuk mencapai puting, menurut Righard dan Alade (1990, dalam Roesli, 2008 hlm 21) bayi yang begitu lahir, tali pusatnya dipotong, dikeringkan dengan cepat, setelah itu segera diletakkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu dibiarkan setidaknya satu jam. Pada usia 20 menit, bayi mulai merangkak kearah payudara dan dalam usia 50 menit, ia menyusu dengan baik.


(50)

saat dilahirkan, bayi mungkin lebih mengerti akan menyusu dini daripada ibu dan kita, segala gerakan bayi mencapai puting susu ibunya merupakan insting alamiah yang aman dan sangat bermanfaat, termasuk gerakan bayi kearah payudara, menghentak-hentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan ke kiri.

3) Pendapat partisipan yang menyatakan bayi kelelahan setelah lahir atau kurang siaga, menurut Roesli (2008) adalah pendapat yang menghambat inisiasi menyusu dini, justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama, jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding. 4) Pendapat partisipan yang menyatakan bahwa tubuh bayi terasa licin bisa

disebabkan adanya verniks pada tubuh bayi yang tidak dihilangkan karena bermanfaat untuk pengaturan suhu tubuh, juga dapat dikarenakan cairan ketuban yang ada (Newman, 2006, http://www.ahomeonearth.com, diperoleh tanggal 22 September 2008)

5) Kekhawatiran partisipan yang menyatakan bahwa adanya kuman karena bayi tidak dibedung tidak beralasan, menurut Roesli (2008) bila bayi dalam keadaaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu, tidak terjadi kontak dengan kulit ibu, dan saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri ‘baik’ di kulit ibu. Bakteri ‘baik’ ini akan berkembang biak membentuk koloni dikulit dan usus bayi, menyaingi bakteri ‘jahat’ dari lingkungan.


(51)

Menurut peneliti, ibu merasa kesulitan dengan posisi bayinya kemungkinan dikarenakan kekhawatiran yang berlebih terhadap bayinya yang membuat ibu sulit untuk bersikap, juga karena ibu belum mengetahui secara jelas bagaimana proses inisiasi menyusu dini, sehingga merasa bingung, khawatir dan cemas dengan kondisi dan tingkah laku bayinya saat inisiasi menyusu dini.

d. Kesulitan dengan posisi ibu

Tujuh partisipan menyatakan bahwa posisinya tidak nyaman, yaitu kebas pada kaki atau bagian tubuh lainnya, risih karena bagian dada terbuka.

Menurut Mongan (2005) melakukan proses persalinan dan kontak dini ibu dan bayi dengan relaksasi, dan posisi yang membuat ibu nyaman dan peredaran darah menjadi lancar.

Partisipan merasa risih bagian dadanya terbuka, menurut Mongan (2005) bayi segera diletakkan di atas dada atau perut ibu yang tidak tertutup pakaian untuk membangun ikatan. Menurut Roesli (2008) inisiasi menyusu dini yang kurang tepat adalah begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering, hal ini tidak melibatkan kontak langsung kulit ibu dan bayi, sebaiknya bayi tanpa di bedong dan ibu tanpa pakaian terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu, ibu dan bayi dapat diselimuti bersama-sama.

Menurut peneliti, kemungkinan saat inisiasi menyusu dini ibu merasakan kecemasan dengan kondisinya sehingga ibu tidak relaks saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini, serta posisi yang tidak sesuai dengan keinginan ibu akan membuatnya merasa tidak nyaman dan ibu merasa pegal


(52)

e. Ibu khawatir bayinya kedinginan

Dua orang partisipan menyatakan khawatir bayinya kedinginan, hal ini oleh Roesli (2008) dianggap sebagai pendapat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi. Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Menurut Bergman (2005, dalam Roesli, 2008 hlm 28) jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 derajat celsius, jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2 derajat selsius untuk menghangatkan bayi.

Menurut peneliti, ibu khawatir bayinya kedinginan kemungkinan dikarenakan ibu tidak mengetahui adaptasi alami bila bayi dan ibu melakukan kontak kulit langsung, ibu hanya mendapatkan informasi tentang kebiasaan penanganan bayi pada umumnya yang langsung dibedung setelah lahir untuk mencegah bayi kedinginan, juga dikarenakan masih kurangnya sosialisasi inisiasi menyusu dini sebagai tahap awal menyusu dengan kontak langsung kulit ibu dan bayi yang dapat menjaga suhu tubuh bayi dengan aman.

3. Cara mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Berdasarkan keterangan delapan partisipan bahwa selama melaksanakan inisiasi menyusu dini, partisipan mengatasi kesulitan dengan makan dan minum, berdoa, mengatur posisi, dan relaksasi.


(53)

a. Makan minum

Menurut dua partisipan, untuk mengatasi kesulitan mereka dengan makan minum. Menurut Varney (1997) mengantisipasi dan mengatasi kehilangan cairan pada tubuh ibu haruslah dilakukan saat proses persalinan, dengan memberikan cairan dan nutrisi melalui oral dan atau parenteral jika dibutuhkan.

Menurut peneliti, ibu melakukan makan dan minum untuk mengatasi kesulitannya kemungkinan karena ibu beranggapan dengan makan dan minum menjadikannya lebih bertenaga untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini.

b. Berdoa

Mengatasi kesulitan dengan berdoa dilakukan oleh dua partisipan, menurut Mongan (2005) kontak dini antara ibu dan bayi merupakan pembentuk ikatan batin yang dipadukan dengan permohonan pada Tuhan, menjadikan langkah ini sebagai ikatan spiritual. Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005), pada hakikatnya manusia hidup dalam kesatuan dua arah, secara jasmani dan rohaniah, secara jasmani manusia melakukan aktifitas dengan tubuh yang sehat dan dipadukan dengan kebutuhan akan pengharapan pada Tuhan untuk menyeimbangkan aktifitasnya.

Menurut peneliti kemungkinan dengan berdoa ibu merasakan ketenangan dan kekuatan yang lebih untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini.


(54)

c. Mengatur posisi

Tujuh dari delapan partisipan mengatakan mengatur posisi merupakan solusi untuk mengatasi kesulitan inisiasi menyusu dini, yaitu dengan posisi ibu lebih rileks dan bidan mendampingi menjaga bayi, suami mendampingi menjaga bayi, ibu memeluk bayi.

1) Posisi ibu lebih rileks, menurut Mongan (2005) melakukan proses persalinan dan kontak dini ibu dan bayi dengan relaksasi, dan posisi yang membuat ibu nyaman dan peredaran darah menjadi lancar.

2) Bidan mendampingi menjaga bayi, menurut Roesli (2008) persiapan melakukan inisiasi menyusu dini salah satunya adalah melatih tenaga kesehatan terkait yang dapat menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong inisiasi menyusu dini yang benar. Untuk mendukung inisiasi menyusu dini salah satunya dengan tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

3) Suami mendampingi menjaga bayi. Menurut Roesli (2008) dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan dan imd. Menurut Mongan (2005) pendamping persalinan (suami/keluarga) menempatkan tangannya pada punggung bayi untuk memberikan rasa aman melalui sentuhan kulit ke kulit yang sangat penting selama momen-momen pertama yang singkat. Bayi perlu merasa aman di tengah-tengah orang yang aroma dan energinya ia kenal dengan baik.

4) Memeluk bayi. Menurut Mongan (2005) pada waktu kontak dini relasi yang penuh kasih sayang dipertegas, dan peristiwa yang indah ini jangan dilakukan secara tergesa-gesa, melalui belaian, pandangan, dan ucapan


(55)

ibu yang lembut, ibu mempertegas sambutan dan penerimaan terhadap bayi, ia akan merasakan kasih sayang, dan rasa aman serta rasa percaya dirinya akan diperkuat.

Menurut peneliti kemungkinan dengan pengaturan posisi ibu lebih nyaman untuk melakukan inisiasi menyusu dini, hal ini menjadikan ibu menikmati proses dan mengurangi kesulitan yang dirasakannya saat inisiasi menyusu dini dilakukan.

d. Relaksasi

Lima partisipan menyatakan relaksasi sebagai solusi untuk mengatasi kesulitan saat inisiasi menyusu dini, menurut Roesli (2008) disarankan untuk tidak menggunakan atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan, dapat diganti dengan cara nonkimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. Menurut Mongan (2005), relaksasi dapat dilakukan dengan tehnik pernapasan, pijatan, dan visualisasi. Tehnik visualisasi dengan cara ibu membayangkan sosok yang sangat disukai/ dicintainya mendampinginya, dalam inisiasi menyusu dini sosok tersebut adalah bayinya yang membuat konsentrasinya berpusat pada bayi dan mengurangi ambang sakit, dan tertekan pada hal lain.

Menurut peneliti, kemungkinan dengan relaksasi ibu dapat lebih tenang dan menikmati proses inisiasi menyusu dini, perhatian ibu yang lebih terfokus pada bayinya membuat ibu sedikit terlupa dengan kesulitan yang dikeluhkannya.


(56)

4. Manfaat yang dirasakan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Delapan partisipan menyatakan manfaat yang mereka peroleh dari inisiasi menyusu dini adalah darah nifas menjadi lancar, terjalin kontak batin ibu dan bayi, proses menyusui lancar, ibu lebih sabar, dan jahitan tidak terasa.

a. Darah nifas menjadi lancar diungkapkan oleh enam orang partisipan. Menurut Roesli (2008) kontak dan stimulasi pada payudara menyebabkan rahim mulai berkontraksi, membantu mengeluarkan plasenta dan menutup pembuluh darah untuk menghindari kemungkinan perdarahan yang berlebihan, dan perdarahan menjadi lancar. Menurut peneliti kemungkinan dengan proses penghisapan yang kuat pada bagian puting menimbulkan reaksi alami dari tubuh ibu untuk menghasilkan hormon oksitosin yang memicu kontraksi pada perut sehingga pengeluaran darah nifas menjadi lancar.

b. Terjalin kontak batin ibu dan bayi diungkapkan oleh enam partisipan. Menurut Roesli (2008) bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik, karena dalam 1-2 jam pertama bayi dalam keadaan siaga, setelah itu biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama. Menurut Mongan (2005) ikatan batin selama saat-saat berharga yang pertama dari kehidupan bayi akan memberikan perasaan mabuk kepayang yang alami dan sulit dilukiskan.

Menurut peneliti kemungkinan dengan inisiasi menyusu dini ibu langsung bertatapan dengan bayinya yang menimbulkan perasaan memiliki bayi sepenuhnya, ibu memeluk bayinya sehingga tercipta perasaan nyaman


(57)

bagi keduanya. dan terjadi transfer kasih sayang yang membuat bayi merasa nyaman, terlindungi dan merasakan kehangatan dari orang tuanya.

c. Proses menyusui menjadi lancar diungkapkan oleh seluruh partisipan. Menurut Roesli (2008) bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui. Menurut Mongan (2005) bayi yang telah menyusu dini lebih menguasai cara mendapatkan puting susu ibunya, mampu menghisap dengan baik. Menurut Indira (2007, http://www.ibudananak.com, diperoleh tanggal 28 September 2008) dengan menyusu dini bayi menjadi aktif menghisap dan kecukupan asi dengan daya hisap yang baik membuatnya tenang dan tumbuh dengan baik. Menurut Bergman (2005, dalam Roesli, 2008, hlm 28) anak yang dapat menyusu dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusu akan berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian air susu ibu ekslusif akan menurunkan kematian.

Menurut peneliti proses menyusui menjadi lancar kemungkinan dengan inisiasi menyusu dini bayi belajar menghisap secara alami, sehingga pada tahap selanjutnya bayi sudah mampu beradaptasi dengan proses menyusui, dan dengan penghisapan yang kuat menghasilkan produksi asi yang mencukupi bagi bayi, sehingga setelah bayi memperoleh asi dengan cukup akan membuat bayi lebih tenang dan nyaman.

d. Ibu menjadi lebih sabar diungkapkan oleh dua orang partisipan. Menurut Mongan (2005) dukungan dan bantuan langsung pada saat yang tepat ketika ibu melaksanakan menyusu dini akan menciptakan lingkungan belajar yang


(58)

diperoleh tanggal 28 September 2008) pada 30 menit pertama usia bayi, ibu menjalani kontak dini dengan bayinya dengan melatih kesabarannya terhadap proses siaga pada bayi sebelum mencapai puncak inisiasi menyusu dini pada 30-45 menit kemudian.

Menurut peneliti kemungkinan dengan proses inisiasi menyusu dini yang membutuhkan waktu 30 menit sampai dengan 1 jam mengharuskan ibu bersabar menghadapi proses dan ini menjadi pembelajaran awal bagi ibu setelah proses melahirkan, hal ini merupakan pandangan positif yang sebaiknya dimiliki oleh semua ibu.

e. Jahitan tidak terasa karena konsentrasi lebih pada bayi dan perasaan senang diungkapkan oleh enam partisipan. Menurut Mongan (2005), tehnik visualisasi sebuah relaksasi dengan cara ibu membayangkan sosok yang sangat disukai/ dicintainya mendampinginya, dalam imd sosok tersebut adalah bayinya yang membuat konsentrasinya berpusat pada bayi dan mengurangi ambang sakit, dan tertekan pada hal lain.

Menurut peneliti kemungkinan perasaan bahagia setalah melewati proses persalinan dan langsung bertatap muka dengan bayi membuat ibu kehilangan konsentrasi pada objek lainnya, dan ini berakibat pada berkurangnya ambang nyeri yang dirasakan ibu sebagai efek dari pengalihan perhatian ibu dari jahitan kepada bayinya.

5. Kemudahan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini

Delapan partisipan menyatakan kemudahan saat imd yang mereka rasakan adalah adanya dukungan/ semangat, niat dan komitmen untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini, bidan terlatih dan prosedur pelaksanaan sistematis.


(59)

a. Adanya dukungan/ semangat diungkapkan oleh tujuh partisipan. Menurut Mongan (2005) pendamping persalinan (suami dan keluarga) merupakan pemain kunci dalam proses persalinan ibu, mereka diberi kesempatan untuk menciptakan ikatan, komunikasi dan hubungan saling percaya antara sesama, ibu, dan tenaga kesehatan, dengan demikian akan terpenuhi pemberian semangat, dukungan dan meninggalkan proses persalinan dengan marah. Pendamping persalinan akan terus membantu ibu ke keadaan rileks disela-sela menyusu dini. Menurut Roesli (2008) ayah didukung agar membantu ibu mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.

Menurut peneliti kemungkinan dukungan semangat dari orang-orang yang dicintai menimbulkan perasaan percaya diri pada ibu dalam melakukan tugas awal bagi bayinya, serta ibu merasakan bahwa ini merupakan tanggung jawab yang terbaik kepada bayinya dan ibu tidak merasa melakukan inisiasi menyusu dini seorang diri, tetapi bersama-sama dengan orang-orang yang mendukungnya.

b. Niat dan komitmen untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini diungkapkan oleh dua orang partisipan. Menurut Roesli (2008) ibu dan suami mempersiapkan inisiasi menyusu dini dengan hadir pada kunjungan antenatal bersama keluarga untuk membahas keuntungan asi dan menyusui, tatalaksana menyusu yang benar, inisiasi menyusu dini. Menurut Mongan (2005) kontak dini dalam rangkaian persalinan haruslah dipersiapkan dengan serius bersama pendamping, melalui pemilihan tenaga dan sarana kesehatan


(60)

Menurut peneliti, kemungkinan dengan niat dan komitmen untuk melakukan inisiasi menyusu dini dari awal kehamilan merupakan pemicu semangat ibu (suami senantiasa memberikan semangat pada ibu), sehingga ibu terpacu untuk melaksanakan inisiasi menyusu dini, dan merasa harus melaksanakan inisiasi menyusu dini sebagai bukti kesungguhan niatnya dan bukti bahwa ibu mampu melakukannya.

c. Bidan terlatih dan prosedur pelaksanaan sistematis diungkapkan oleh tiga orang partisipan. Menurut Mongan (2005) petugas kesehatan yang bersikp suportif terhadap keluarga-keluarga yang ingin melahirkan secara alami perlu dihadapi dengan semangat kerja sama yang saling menguntungkan san rasa saling percaya. Menurut Roesli (2008) sosialisasi imd dengan pelaksanaan yang sistematis berawal dari pertemuan pimpinan rumah sakit, dokter kebidanan, tenaga kesehatan, dokter anak, dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di ruang bersalin, kamar operasi, dan kamar perawatan ibu melahirkan.

Menurut peneliti, kemungkinan pelaku utama dari inisiasi menyusu dini adalah ibu dan bayinya, sedangkan bidan merupakan pelaksana pendukung yang berperan penting untuk keberlangsungan inisiasi menyusu dini. Peran bidan dalam melaksanakan sistem yang berkesinambungan dan memberi dukungan positif menjadikan ibu dan bayi lebih nyaman, bersemangat, dan percaya diri melaksanakan inisiasi menyusu dini.

6. Kerugian pelaksanakan inisiasi menyusu dini

Seluruh partisipan mengemukakan pendapat mereka tentang tidak ada kerugian dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini. Menurut Roesli (2008)


(1)

FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAKSANAKAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI KLINIK

BERSALIN SEULANGA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2008

Saya yang bernama Hidayatna Husni/ 085102095 adalah Mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada program D-IV bidan pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman ibu primipara yang melaksanakan inisiasi menyusu dini. Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu untuk mengisi kuisioner dengan jujur, dan bersedia saya wawancarai tentang pengalaman ibu dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini pada saat persalinan, jika ibu bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu. Bila setelah menjadi partisipan ibu ingin mengundurkan diri dalam penelitian ini, saya mempersilahkan dan menghormati keputusan ibu.

Identitas pribadi ibu sebagai partisipan dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika ada yang kurang jelas, silahkan ibu menanyakan langsung kepada saya sebagai peneliti.

Terima kasih atas waktu dan kerjasama ibu.

Nama Peneliti Tanda tangan Hari/tgl

(Hidayatna Husni) ( ) ( )

Tanda tangan partisipan ( )


(2)

KUISIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk pengisian

 Semua pertanyaan harus dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda.

 Untuk soal 1 dan 6 isilah titik yang telah tersedia

 Untuk soal no 2, 3, 4, 5 isilah tanda check list pada kotak yang telah disediakan.

1. Usia Ibu : …... thn

2. Agama : Islam Kristen

Hindu Budha

3. Jenis Kelamin Bayi Laki-laki Perempuan

4. Tingkat pendidikan Formil ibu yang terakhir : SD SMP SMA D III PT 5. Pekerjaan Ibu : IRT

PNS Swasta Wiraswasta


(3)

PANDUAN WAWANCARA

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA YANG MELAKSANAKAN INISIASI MENYUSU DINI

Bagaimana perasaan ibu saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini ?

Mengapa ibu merasakan perasaan itu?

Apakah ibu merasakan kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini ?

Seperti apa gambaran perasaan ibu saat itu?

Ya

Apa kesulitan yang ibu alami?

Mengapa kesulitan itu ibu rasakan?

Pada bagian mana ibu merasakan kesulitan?

Bagaimana cara ibu mengatasi kesulitan tersebut?

Siapa yang membantu ibu melewati kesulitan

Bagaimana peran orang yang membantu ibu dalam mengatasi kesulitan?

Tidak

Mengapa ibu tidak merasakan kesulitan?

Apa yang ibu lakukan sehingga ibu tidak mengalami kesulitan?

Apa manfaat yang ibu rasakan saat inisiasi menyusu dini/


(4)

Apa kemudahan yang ibu rasakan saat inisiasi menyusu dini/

Mengapa ibu merasakan kemudahan tersebut?

Pada bagian mana anda merasakan kemudahan?

Apa kerugian saat inisiasi menyusu dini/ Mengapa ibu merasakan kerugian tersebut?


(5)

PANDUAN WAWANCARA

Pengalaman Ibu Primipara yang melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) : 1. Bagaimana perasaan ibu saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini ?

2. Apa kesulitan yang ibu alami saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini ?

3. Bagaimana cara ibu mengatasi kesulitan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini ? 4. Apa manfaat yang ibu rasakan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini ?

5. Apa kemudahan saat pelaksanaan inisiasi menyusu dini? 6. Apa kerugian pelaksanaan inisiasi menyusu dini ?


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : HIDAYATNA HUSNI

NIM : 085102095

TEMPAT TGL LAHIR : BIREUEN, 3 APRIL 1985 JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

AGAMA : ISLAM

ALAMAT : JL. PEURADA UTAMA LR. CENDANA BARAT

NO. 20 BANDA ACEH RIWAYAT PENDIDIKAN :

- TK KOTA BARU

- SD NEGERI 67 BANDA ACEH - SMP NEGERI 6 BANDA ACEH - SMU NEGERI 4 BANDA ACEH

- D III JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN BANDA ACEH - D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA RIWAYAT PEKERJAAN :

- PEGAWAI RSU BULAN SABIT MERAH INDONESIA BANDA ACEH - STAF PENGAJAR STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH

NAMA ORANG TUA :

- AYAH : DRS. H. HUSNI H. BENSEH


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Bersalin dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Adinda Karang Sari Medan Tahun 2013

0 71 76

Persepsi Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di Klinik Bersalin Kota Medan

1 39 117

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Klinik-klinik Bersalin Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

1 61 46

Pengalaman Ibu Usia Remaja dalam Menjalani Inisiasi menyusu Dini di RSUD Kota Pdangsidimpuan

0 2 105

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA IBU POST PARTUM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT YARSI PONTIANAK

0 0 12

View of PENGARUH PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP LAMA PERSALINAN KALA III PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAN RUMAH BERSALIN GRATIS KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) - Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Perdarahan Post Partum di Klinik Bersalin Tanjung dan Klinik Bersalin Kurnia Delitua Tahun 2012

0 1 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini - Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

0 1 10

PENGARUH PENKES TENTANG INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PERILAKU IBU BERSALIN DALAM MELAKUKAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG Puji Mariyanti

0 0 9

STUDI KARAKTERISTIK IBU BERSALIN NORMAL DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MENDORONG KESEDIAAN MELAKSANAKAN INISIASI MENYUSU DINI DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2010

0 0 14