HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA DEBU KAYU DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PENGRAJIN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Debu Kayu Dengan Penggunaan Masker Pada Pengrajin Gitar Di Desa Mancasan, Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA DEBU

KAYU DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PENGRAJIN

GITAR DI DESA MANCASAN, KECAMATAN

BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Sarjana Keperawatan.

Disusun Oleh :

HANGGAR PRASETIA J.210.110.228

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013


(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura Tlp. (0271) 717417, 719483 Fax. 715448 Surakarta 57102

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi : Nama : Irdawati, S.Kep., Ns., Msi.Med

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi (Tugas Akhir) dari Mahasiswa :

Nama : HANGGAR PRASETIA Nim : J.210.110.228

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

BAHAYA DEBU KAYU DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PENGRAJIN GITAR DI DESA MANCASAN

KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO.

Naskah artikel tersebut, layak dapat disetujuai untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 26 Oktober 2013 Pembimbing


(3)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA DEBU KAYU DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PENGRAJIN GITAR

DI DESA MANCASAN, KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh :

HANGGAR PRASETIA J 210 110 228

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 26 Oktober 2013, sudah di revisi dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji :

1. Irdawati, S.Kep., Ns., Msi.Med _______________ 2. Endang Zulaicha Susilaningsih, S.Kp _______________ 3. Bd. Sulastri, Skp., M.Kes _______________

Surakarta, 26 Oktober 2013 Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta


(4)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA DEBU KAYU DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PENGRAJIN

GITAR DI DESA MANCASAN, KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

Hangar Prasetia.*

Irdawati, S.Kep., Ns., Msi.Med. **

Endang Zulaicha Susilaningsih, S.Kp *** Abstrak

Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga kerja dan lingkungan kerja. Pekerja industri kayu mempunyai resiko yang sangat besar untuk penimbunan debu pada saluran pernafasan. Berdasarkan hasil survai lapangan diketahui bahwa terdapat pengrajin gitar cukup banyak tidak menggunakan masker saat bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang bahaya debu kayu dengan penggunaan masker pada pengrajin gitar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif corelational dengan kuantitatif rancangan Cross Sectional. Tehnik pengambilan sampelnya adalah Simple Random Sampling. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan bahaya debu kayu (p=0,002) dengan tingkat kepercayaan 95% dengan penggunaan masker pada pengrajin gitar.

Kata Kunci : Tingkat pengetahuan , Bahaya debu kayu, Pengrajin gitar


(5)

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT THE DANGERS OF THE USE OF WOOD DUST MASK ON GUITAR CRAF TSMEN TRAY IN THE

VILLAGE DISTRICT DISTRICT MANCASAN SUKOHARJO

Hangar Prasetia.*

Irdawati, S.Kep., Ns., Msi.Med. **

Endang Zulaicha Susilaningsih, S.Kp ***

Abstract

Labor as human resources play a major role in the industrial development process . Hazards faced by workers is the danger of accidents and occupational diseases , due to a combination of factors , namely labor and the working environment . Timber industry workers have a very big risk for the accumulation of dust on the respiratory tract . Based on the results of field surveys note that there are quite a lot of guitar craftsmen do not use a mask when working . This study aims to determine the relationship of the level of knowledge about the dangers of wood dust with the use of masks on guitar craftsman . This research is quantitative descriptive corelational with cross sectional design . Technique of sampling is simple random sampling . Statistical tests were used to analyze the data is Chi Square . The results showed no correlation between knowledge of the dangers of wood dust ( p = 0.002 ) with a confidence level of 95 % with the use of masks on guitar craftsman .


(6)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pekerja industri kayu mempunyai resiko yang sangat besar untuk penimbunan debu pada saluran pernafasan. Proses produksi gitar meliputi beberapa tahap yaitu proses penyiapan bahan baku, penyiapan komponen, perakitan dan pembentukan, serta proses akhir pengamplasan, pengecatan dan pengepakan. Dalam tahapan produksi yang paling banyak menghasilkan debu adalah pada tahapan pengamplasan. Absorpsi dari partikel-partikel debu kayu terjadi hanya lewat paru-paru melalui mekanisme pernafasan. Sebagian partikel debu yang tidak larut akan tertahan di jaringan paru-paru, sedangkan bagian yang larut terbawa oleh darah kebagian lain dan sebagian terbuang lewat kencing (Yunus, 2003).

Data yang diperoleh dari Puskesmas Baki I kabupaten Sukoharjo, salah satu Desa di Kabupaten Sukoharjo yang memiliki angka kejadian ISPA yang paling sering diderita oleh masyarakat adalah Desa Mancasan, yang

merupakan wilayah kerja Puskesmas Baki I. Pada Tahun 2012, di Puskesmas Baki I angka kejadian ISPA menduduki peringkat pertama yaitu 1520 kasus. Berdasarkan data laporan kasus kesakitan Puskesmas Baki I tahun 2013 pada 6 bulan terakhir angka kejadian ISPA di desa mancasan sebanyak 375 kasus.

LANDASAN TEORI

1. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang malakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Tingkat pengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : know (tahu), memahami (comprehension), aplikasi


(7)

(application), analisis (analysis), sintesis (shiynthesis), evaluasi (evaluation). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, pengalaman, informasi, usia, dan kultur budaya.

2. Debu

Pengertian

Debu adalah partikel benda padat yang terjadi karena proses mekanis. Keberadaan debu dalam lingkungan akan mengurangi nilai estetika dan mengganggu kesehatan manusia. Debu dari proses industri yang terdapat di udara apabila terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit pneumoconiosis, yaitu suatu penyakit pada paru-paru yang berupa penimbunan partikel

debu. (Suma’mur, 2010). 3. Alat pelindung diri

a. Pengertian APD

Alat pelindung diri merupakan suatu alat yang digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya

tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari lingkungan kerja (Tarwaka, 2010).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisanya pada data-data numerik (berbentuk angka) yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif corelational yaitu metode kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel. Rancangan dalam penelitian adalah cross sectional. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo sebanyak 150 orang. sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden pekerja pengrajin gitar. Tehnik sampling yang digunakan adalah Proportionate Random Sampling.

Kriteria Sampel Kriteria inklusi

1) Pekerja pengrajin gitar yang bekerja di Desa Mancasan lebih dari 1 tahun.


(8)

2) Dapat berkomunikasi secara verbal dan non verbal.

Kriteria Eksklusi

1) Pekerja yang tidak ada di tempat / sedang bepergian dalam waktu yang lama (1 bulan) saat penelitian berlangsung.

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesa dan menjawab rumusan masalah yang diajukan. Analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel tingkat pengetahuan tentang bahaya debu kayu dengan penggunaan APD menggunakan uji Chi Square yang lebih mudah dalam mengerjakan hubungan antara dua variabel dengan skala data nominal

dengan tingkat signifikan α > 0.05

(taraf kepercayaan 95%). (Sugiyono, 2009).

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat

Pengetahuan Frekuensi

Persentase (%)

Baik 11 18

Cukup 35 58 Kurang 14 24 Jumlah 60 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkatpengetahuan responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 35 orang (58%).

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Masker

Penggunaan

Masker Frekuensi

Persentase (%)

Ya 40 67

Tidak 20 33

Jumlah 60 100 Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan masker sebanyak 40 orang (67%).

Analisis Bivariat

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penggunaan Masker Dengan Chi Square

Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang Variabel Penggunaan

Masker

Total Hub Tingkat

Pengetahuan

Ya Tidak Frek Frek

Baik 10 1 11 p=0,000 Cukup 30 5 35

Kurang 0 14 14 Jumlah 40 20 60


(9)

cukup sebanyak 35 orang (58%) dengan 30 orang (50%) menggunakan masker dan 5 orang (8%) tidak menggunakan masker. Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukkan bahwa p=0,000<0,05.

Dalam analisa uji Chi Square, ternyata ditemukan terdapat 1 frekuensi observasi (fo) sama dengan 0 (nol) dan 2 frekuensi harapan (fh) kurang dari 5. Kondisi ini menyebabkan hasil uji Chi Square kurang akurat. Untuk mengatasi kondisi tersebut, maka dilakukan koreksi Yates, yaitu penggabungan kategori penelitian menjadi lebih sedikit dan dilakukan uji chi square ulang, jika jumlah sel adalah 2 x 2, maka uji yang dilakukan adalah fisher exact test (Riwidikdo, 2009). Sehingga variabel pengetahuan yang semula tiga kategori (baik, cukup, kurang) menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang menggunakan nilai pembeda median. Pengetahuan dinyatakan baik jika skor lebih tinggi atau sama dengan median, dan kurang jika nilai lebih rendah dari median.

Selanjutnya setelah dilakukan pengkategorisasian pengetahuan

bahaya debu kayu dan penggunaan masker, maka dilakukan uji fisher exact test sebagai berikut :

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penggunaan Masker Dengan fisher exact test

Dalam analisa uji fisher exact test diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 sehingga kesimpulan uji adalah Ho ditolak, dikarenakan nilai

p 0,002 lebih kecil dari pada 0,05.

PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Bahaya Debu

Kayu Pada Pengrajin Gitar

Hasil penelitian tentang bahaya debu kayu pada pengrajin gitar menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu 35 responden (58%).

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang malakukan Variabel Penggunaan

Masker Total Hub Tingkat

Pengetahuan

Ya Tidak

Baik 10 1 11 p=0,000

Cukup 30 5 35

Kurang 0 14 14 Jumlah 40 20 60


(10)

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Tingkat pengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pada dasarnya tingkat pengetahuan dipengaruhi dari pengalaman yang didapat dan juga tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan pengetahuan dan pengalaman karena dengan pendidikan yang baik dan banyak pengalaman yang diperoleh maka seseorang akan lebih mudah menerima segala informasi dan memperoleh pengalaman lebih banyak dari luar khususnya tentang pengetahuan bahaya debu kayu.

Dalam penelitian ini terdapat responden yang

sebagian besar memiliki pengetahuan cukup, yaitu rata-rata SMA. Menurut Notoatmodjo (2003) Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam memahami informasi kesehatan yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemampuan menyerap informasi kesehatan semakin baik.

Sesuai dengan penelitian Solliman (2012) yaitu menerangkan bahwa di Libya Utara tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan pekerja adalah umur. Distribusi umur responden menunjukkan sebagian besar kelompok responden antara 20-30 tahun yaitu kelompok dewasa awal dimana pada masa tersebut seseorang akan lebih tanggap atau sering berinteraksi terhadap


(11)

segala sesuatu yang menyangkut lingkungan sekitar. Menurut Huckluc dalam Nursalam (2005), semakin dewasa umur seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir akan lebih baik dan matang.

B. Penggunaan Masker

Hasil penelitian tentang penggunaan masker didapatkan bahwa sebanyak 40 responden (67%) memakai masker saat bekerja dengan memiliki tingkat pengetahuan tentang bahaya debu kayu dalam kategori tinggi dan sedang. Berdasarkan wawancara terhadap reaponden yang memakai masker saat bekerja mengatakan bahwa sebagian besar responden memakai masker dalam bekerja yaitu selama jam kerja dalam sehari. Sedangkan 20 responden (33%) tidak menggunakan masker saat bekerja dengan memiliki tingkat pengetahuan tentang bahaya debu kayu dalam kategori rendah. Berdasarkan wawancara terhadap responden yang tidak memakai masker

selama bekerja, responden yang tidak memakai masker selama bekerja sebagian besar beralasan bahawa merasa tidak nyaman menggunakan masker pada saat bekerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hafiz (2010), menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran diri dalam penggunaan masker.

C. Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan Tentang Bahaya

Debu Kayu Dengan

Penggunaan Masker

Hasil uji fisher exact test diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 < 0,05 sehingga kesimpulan uji adalah Ho

ditolak, maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang bahaya debu kayu dengan penggunaan masker pada pengrajin gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, dimana semakin baik tingkat pengetahuan bahaya debu kayu maka perilaku dalam penggunan


(12)

masker saat bekerja semakin meningkat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hafiz O. Ahmed (2010), yang dilakukan di Uni Emirate Arab yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara antara pengetahuan tentang paparan debu dengan kesadaran diri menggunakan masker. Hal ini berarti bahwa tingkat pengetahuan tentang debu kayu yang baik sangat berpengaruh dalam kesadaran pekerja menggunakan masker saat bekerja penelitian lain dilakukan oleh Moch. Udin (2012), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap penggunaan APD.

Berdasarkan data diatas bahwa penggunaan masker pada pengrajin gitar di Desa mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo dirasa masih dalam level cukup dikarenakan sebagian banyak responden juga hanya memiliki

pengetahuan yang cukup tentang bahaya debu kayu .

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat pengetahuan

pengrajin gitar tentang bahaya debu kayu sebagian besar kategori sedang sebanyak 35 orang (58%), kategori tinggi 11 orang (18%), dan kategori rendah 14 orang (24%).

2. Pengguanaan masker pada pengrajin gitar saat bekerja sebanyak 40 orang (67%). 3. Ada hubungan antara tingkat

pengetahuan tentang bahaya debu kayu dengan penggunaan masker pada pengrajin gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Saran

1. Bagi Pengrajin Gitar

Diharapkan untuk lebih meningkatkan penggunaan alat pelindung diri khususnya kepatuhan dalam penggunaan masker saat bekerja untuk


(13)

mengurangi paparan debu kayu.

2. Bagi Pemilik industri kerajinan Gitar

Bagi pemilik industri gitar diharapkan untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap karyawan untuk memastikan kepatuhan penggunaan masker saat bekerja

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai refrensi tambahan dan data dasar penelitian sejenis serta melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahaya debu kayu terhadap kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Aziz. 2009. Metide Penelitian Keperawatan dan Tehnik

Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika.

Azwar, S. 2011.Sikap Manusia Teori

dan Pengukurannya.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budiono, I. 2008. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta : Salemba Medika.

BPS, Susenas. 2009. Resentasi penyakit paru akibat kerja. http://www.bps.go.id/susena s/2009/presentasi....html.pdf diakses 13 desember 2012 Chandra, B. 2008. Metodologi

penelitian kesehatan.

Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2011. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta.

Disnakertrans. 2011. Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan

Kerja Bagi Teknisi

Perusahaan. Yogyakarta. Hafiz, O, A. 2010. Knowledge and

Practices Related to the use of masks among Occupational Hazards Cement factory workers in the United Arab Emirate.

Journal of University

Nairobi, Vol 10. http:// erepository. ounbi. ac. ke:8080/xmlui/handle/1234 56789/25462. Diakses 08 Desember 2012

Harrington. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Scientific publication. Oxford

Mrenu,I,A. Et all. 2006. The Effect of Chronic Cement Dust Exposure on Lung Function of Cement Factory Workers in Sokoto, Nigeria. International Journal fot Equity in Health, Vol 6. http://equityhealth.com/cont ent/6/1. diakses 4 Januari 2013.

Nongluck, I. 2012. Intention to Use Mask for Cotton Dust among Workers of Spinning and Weaving Operations in Rajburana District, Bangkok, Thailand. Journal


(14)

Arh Hig Rada Toksikol 2012;59:197-204.

http://www.theprofesional.c om/article/...Prof-1353.pdf, diakses 5 Januari 2013 Notoadmodjo, S 2005. Promosi

Kesehatan Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Prayitna. 2003. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Perilaku Pegawai Mebel Kayu Tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (Masker). Sripsi. Semarang : fakultas Kesehatan Masyarakat Undip.

Pujiastuti. 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemaran Yang Membahayakan Kesehatan Kerja.

http://www.depkes.go.id. Diakses Tanggal 07 Desember 2012.

Riwidikdo, H. 2008. Statistika Kesehatan. Yogyakarta : Cendikia Pers

Sangadji. 2010. Metodologi

Penelitian Pendekatan

Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta : Andi

Setiadi. 2007. Konsep Penulisan

Riset Keperawatan.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Siswanto. 2005. Penyakit Paru

Kerja. Balai Hiperkes dan

Keselamatan Kerja.

Surabaya : Jawa Timur Departemen Tenaga Kerja Siti. 2006. Hubungan Antara Masa

Kerja dan Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Dengan Kapasitas Vital Paru (KVP). Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Soedirman. 2011. Higiene Pererusahaan.Magelang. Justisia Teknika.

Suma’mur. 2010. Higiene

Perusahaan dan

Keselamatan Kerja, Jakarta : PT Gunung Agung.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja,

Manajemen dan Aplikasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta. Harapan Pers.

Tria, D. 2007. Hubungan Penggunaan Masker dengan Gambaran Klinis, Faal Paru dan Foto Toraks Pekerja Terpajan Debu Semen. Skripsi. Medan : Universitas Sumatra Utara.

WHO. 2007. The Global

Occupational Health

Network 214. Geneva:

Gohnet Newsletter.

Yunus. 2003. Dampak Debu Industri Pada Paru Pekerja dan

Pengendaliannya. Jurnal

Respiratory Indonesia. Vol 7.

*Hanggar Prasetia : Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Pos 1 Kartasura.

**Irdawati, S.Kep., Ns., Msi.Med. : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln

A Yani Tromol Pos 1 Kartasura.

***Endang Zulaicha S. S.kp :

Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Pos 1 Kartasura.


(15)

(1)

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Tingkat pengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pada dasarnya tingkat pengetahuan dipengaruhi dari pengalaman yang didapat dan juga tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan pengetahuan dan pengalaman karena dengan pendidikan yang baik dan banyak pengalaman yang diperoleh maka seseorang akan lebih mudah menerima segala informasi dan memperoleh pengalaman lebih banyak dari luar khususnya tentang pengetahuan bahaya debu kayu.

Dalam penelitian ini terdapat responden yang

sebagian besar memiliki pengetahuan cukup, yaitu rata-rata SMA. Menurut Notoatmodjo (2003) Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam memahami informasi kesehatan yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemampuan menyerap informasi kesehatan semakin baik.

Sesuai dengan penelitian Solliman (2012) yaitu menerangkan bahwa di Libya Utara tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan pekerja adalah umur. Distribusi umur responden menunjukkan sebagian besar kelompok responden antara 20-30 tahun yaitu kelompok dewasa awal dimana pada masa tersebut seseorang akan lebih tanggap atau sering berinteraksi terhadap


(2)

segala sesuatu yang menyangkut lingkungan sekitar. Menurut Huckluc dalam Nursalam (2005), semakin dewasa umur seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir akan lebih baik dan matang.

B. Penggunaan Masker

Hasil penelitian tentang penggunaan masker didapatkan bahwa sebanyak 40 responden (67%) memakai masker saat bekerja dengan memiliki tingkat pengetahuan tentang bahaya debu kayu dalam kategori tinggi dan sedang. Berdasarkan wawancara terhadap reaponden yang memakai masker saat bekerja mengatakan bahwa sebagian besar responden memakai masker dalam bekerja yaitu selama jam kerja dalam sehari. Sedangkan 20 responden (33%) tidak menggunakan masker saat bekerja dengan memiliki tingkat pengetahuan tentang bahaya debu kayu dalam kategori rendah. Berdasarkan wawancara terhadap responden yang tidak memakai masker

selama bekerja, responden yang tidak memakai masker selama bekerja sebagian besar beralasan bahawa merasa tidak nyaman menggunakan masker pada saat bekerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hafiz (2010), menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran diri dalam penggunaan masker.

C. Hubungan Antara Tingkat

Pengetahuan Tentang Bahaya

Debu Kayu Dengan

Penggunaan Masker

Hasil uji fisher exact test

diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 < 0,05 sehingga kesimpulan uji adalah Ho ditolak, maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan tentang bahaya debu kayu dengan penggunaan masker pada pengrajin gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, dimana semakin baik tingkat pengetahuan bahaya debu kayu maka perilaku dalam penggunan


(3)

masker saat bekerja semakin meningkat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hafiz O. Ahmed (2010), yang dilakukan di Uni Emirate Arab yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara antara pengetahuan tentang paparan debu dengan kesadaran diri menggunakan masker. Hal ini berarti bahwa tingkat pengetahuan tentang debu kayu yang baik sangat berpengaruh dalam kesadaran pekerja menggunakan masker saat bekerja penelitian lain dilakukan oleh Moch. Udin (2012), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap penggunaan APD.

Berdasarkan data diatas bahwa penggunaan masker pada pengrajin gitar di Desa mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo dirasa masih dalam level cukup dikarenakan sebagian banyak responden juga hanya memiliki

pengetahuan yang cukup tentang bahaya debu kayu .

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat pengetahuan

pengrajin gitar tentang bahaya debu kayu sebagian besar kategori sedang sebanyak 35 orang (58%), kategori tinggi 11 orang (18%), dan kategori rendah 14 orang (24%).

2. Pengguanaan masker pada pengrajin gitar saat bekerja sebanyak 40 orang (67%). 3. Ada hubungan antara tingkat

pengetahuan tentang bahaya debu kayu dengan penggunaan masker pada pengrajin gitar di Desa Mancasan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Saran

1. Bagi Pengrajin Gitar

Diharapkan untuk lebih meningkatkan penggunaan alat pelindung diri khususnya kepatuhan dalam penggunaan masker saat bekerja untuk


(4)

mengurangi paparan debu kayu.

2. Bagi Pemilik industri kerajinan Gitar

Bagi pemilik industri gitar diharapkan untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap karyawan untuk memastikan kepatuhan penggunaan masker saat bekerja

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai refrensi tambahan dan data dasar penelitian sejenis serta melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahaya debu kayu terhadap kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Aziz. 2009. Metide Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Azwar, S. 2011.Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Budiono, I. 2008. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta : Salemba Medika.

BPS, Susenas. 2009. Resentasi penyakit paru akibat kerja. http://www.bps.go.id/susena s/2009/presentasi....html.pdf diakses 13 desember 2012 Chandra, B. 2008. Metodologi

penelitian kesehatan.

Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2011. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta.

Disnakertrans. 2011. Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Teknisi Perusahaan. Yogyakarta. Hafiz, O, A. 2010. Knowledge and

Practices Related to the use of masks among Occupational Hazards Cement factory workers in the United Arab Emirate. Journal of University Nairobi, Vol 10. http:// erepository. ounbi. ac. ke:8080/xmlui/handle/1234 56789/25462. Diakses 08 Desember 2012

Harrington. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Scientific publication. Oxford

Mrenu,I,A. Et all. 2006. The Effect of Chronic Cement Dust Exposure on Lung Function of Cement Factory Workers in Sokoto, Nigeria.

International Journal fot Equity in Health, Vol 6. http://equityhealth.com/cont ent/6/1. diakses 4 Januari 2013.

Nongluck, I. 2012. Intention to Use Mask for Cotton Dust among Workers of Spinning and Weaving Operations in Rajburana District, Bangkok, Thailand. Journal


(5)

Arh Hig Rada Toksikol

2012;59:197-204.

http://www.theprofesional.c om/article/...Prof-1353.pdf, diakses 5 Januari 2013 Notoadmodjo, S 2005. Promosi

Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Prayitna. 2003. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Perilaku Pegawai Mebel Kayu Tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri (Masker). Sripsi. Semarang : fakultas Kesehatan Masyarakat Undip.

Pujiastuti. 2002. Debu Sebagai Bahan Pencemaran Yang Membahayakan Kesehatan Kerja.

http://www.depkes.go.id. Diakses Tanggal 07 Desember 2012.

Riwidikdo, H. 2008. Statistika Kesehatan. Yogyakarta : Cendikia Pers

Sangadji. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian.

Yogyakarta : Andi

Setiadi. 2007. Konsep Penulisan Riset Keperawatan.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Siswanto. 2005. Penyakit Paru

Kerja. Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Surabaya : Jawa Timur Departemen Tenaga Kerja Siti. 2006. Hubungan Antara Masa

Kerja dan Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) Dengan Kapasitas Vital Paru (KVP). Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Soedirman. 2011. Higiene Pererusahaan.Magelang. Justisia Teknika.

Suma’mur. 2010. Higiene

Perusahaan dan

Keselamatan Kerja, Jakarta : PT Gunung Agung.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja,

Manajemen dan Aplikasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta. Harapan Pers.

Tria, D. 2007. Hubungan Penggunaan Masker dengan Gambaran Klinis, Faal Paru dan Foto Toraks Pekerja Terpajan Debu Semen. Skripsi. Medan : Universitas Sumatra Utara.

WHO. 2007. The Global Occupational Health Network 214. Geneva: Gohnet Newsletter.

Yunus. 2003. Dampak Debu Industri Pada Paru Pekerja dan Pengendaliannya. Jurnal Respiratory Indonesia. Vol 7.

*Hanggar Prasetia : Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Pos 1 Kartasura.

**Irdawati, S.Kep., Ns., Msi.Med. : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Pos 1 Kartasura. ***Endang Zulaicha S. S.kp : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Pos 1 Kartasura.


(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU TENAGA KERJA TERPAPAR DEBU KAPAS PADA Hubungan antara Tingkat Kedisiplinan Pemakaian Masker dengan Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja Terpapar Debu Kapas pada Bagian Windi

0 4 16

HUBUNGAN LAMA PAPARAN DEBU KAYU DAN KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER DENGAN PENURUNAN KAPASITAS Hubungan lama paparan debu kayu dan kedisiplinan pemakaian masker dengan penurunan kapasitas fungsi paru pada pekerja mebel ud. mita furniture kalinyamatan jepara

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi Dengan Kejadian Kekambuhan Hipertensi Lansia Di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskesmas I Baki Sukoharjo.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi Dengan Kejadian Kekambuhan Hipertensi Lansia Di Desa Mancasan Wilayah Kerja Puskesmas I Baki Sukoharjo.

0 1 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA DEBU KAYU DENGAN PENGGUNAAN MASKER PADA PENGRAJIN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Debu Kayu Dengan Penggunaan Masker Pada Pengrajin Gitar Di Desa Mancasan, Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Debu Kayu Dengan Penggunaan Masker Pada Pengrajin Gitar Di Desa Mancasan, Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 1 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA USIA PERTENGAHAN TENTANG BAHAYA MINUMAN KERAS Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Usia Pertengahan Tentang Bahaya Minuman Keras Dengan Perilaku Minum- Minuman Keras Di Desa Klumprit Sukoharjo.

1 1 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MEROKOK DENGAN FREKUENSI MEROKOK PADA REMAJA AWAL DI Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Merokok Dengan Frekuensi Merokok Pada Remaja Awal Di Desa Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

0 1 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MEROKOK DENGAN FREKUENSI MEROKOK PADA REMAJA AWAL DI Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Merokok Dengan Frekuensi Merokok Pada Remaja Awal Di Desa Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA DENGAN KEBIASAAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Pestisida Dengan Kebiasaan Petani Menggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Ketika Menyemprot Padi Di Desa Laban Kecamatan Mojo La

0 2 15