KEMISKINAN MASYARAKAT PEDESAAN SUKOHARJO (STUDI KASUS DI DESA SANGGANG, KECAMATAN BULU, KABUPATEN SUKOHARJO, PROVINSI JAWA TENGAH).

Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A. Lahir di Demak, 15 Desember 1970. Pria yang
memiliki NIP 197012151998021001 adalah staf pengajar pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UNS. Riwayat pendidikan tinggi yang berhasil
diselesaikan adalah tahun 1997 lulus sarjana (S-1) dari Universitas Sebelas
Maret untuk bidang ilmu: Sosiologi, tahun 2004 lulus Magister (S-2) dari
University of Rennes 2 Prancis untuk bidang ilmu: Sosiologi, dan berhasil
meraih gelar Doktor (S-3) dari Universitas Brawijaya untuk bidang ilmu: Ilmu
Pertanian, konsentrasi Sosiologi Pedesaan pada tahun 2011. Judul dan
ringkasan Disertasi disajikan dalam 2 (dua) versi bahasa Indonesia dan
English sebagai berikut.
KEMISKINAN MASYARAKAT PEDESAAN SUKOHARJO (STUDI KASUS DI
DESA SANGGANG, KECAMATAN BULU, KABUPATEN SUKOHARJO,
PROVINSI JAWA TENGAH). Kemiskinan dipandang sebagai keadaan diri
seseorang atau sekelompok orang yang mengalami kekurangan. Orang disebut
miskin apabila orang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar. Secara
umum kemiskinan dapat dibedakan kedalam dua bentuk, pertama kemiskinan
absolut, dan kedua, kemiskinan relatif.
Secara konseptual, kemiskinan itu sendiri dapat dijelaskan melalui konsepkonsep seperti kemiskinan kultural, kemiskinan struktural, kemiskinan
kongjungtural, dan kemiskinan natural.
Rancangan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan paradigma kualitatif
dengan jenis studi kasus. Pendekatan paradigma kualitatif ini dipilih karena

kesesuaian topik penelitian tentang kemiskinan di masyarakat pedesaan. Dengan
pendekatan paradigma kualitatif ini diharapkan peneliti dapat menggali sedalamdalamnya informasi mengenai fenomena kemiskinan di masyarakat pedesaan
tersebut. Jenis studi kasus ditujukan agar supaya peneliti dapat mempelajari
secara intensif, komprehensif dan detail.
Lokasi penelitian dipilih secara sengaja di Desa Sanggang, Kecamatan
Bulu, Kabupaten Sukoharjo, dimana Desa Sanggang, Kecamatan Bulu merupakan
daerah sentra kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo. Desa Sanggang ini dipilih
karena
merupakan
desa IDT (Inpres Desa Tertinggal) yang berlokasi di
dataran tinggi dan lahan kering.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis bentuk-bentuk kemiskinan masyarakat miskin pedesaan di Desa
Sanggang Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo, perilaku sosial masyarakat
miskin dalam kondangan, sambatan bangun rumah, karja bakti bangun jalan, dan
mendidik dan menyekolahkan anak, upaya masyarakat miskin pedesaan, upaya
pemerintah dan swasta/NGO (Non Governmental Organization ) dalam usaha ikut
menanggulangi permasalahan kemiskinan pedesaan di Desa Sanggang, Kecamatan
Bulu Kabupaten Sukoharjo, dan model penanggulangan kemiskinan masyarakat
pedesaan di Desa Sanggang Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa bentuk kemiskinan masyarakat
pedesaan itu dapat berupa kemiskinan kultural, kemiskinan struktural, dan
kemiskinan natural.
Kemiskinan
kultural
masyarakat
miskin
pedesaan
terlihat
dari
ketidakterlibatan dalam organisasi tingkat desa, kecamatan, kota ataupun

pemerintah pusat, kebiasaan mempunyai banyak anak, mengembangkan keluarga
luas yang terdiri dari orang tua, anak, dan kakek/ nenek dalam satu rumah, dan
jam kerja panjang namun penghasilan relatif kecil.
Kemiskinan struktural dapat berupa, jenis pekerjaan keluarga miskin pada
umumnya sebagai petani/ buruh tani yang lebih menitikberatkan pada
keseimbangan hidup dalam bermasyarakat, sebagai orang desa, kebijakan
pendidikan dirasa terlalu mahal, dan kaum perempuan masih terpinggirkan dalam
proses pembuatan keputusan keluarga dan masyarakat desa.

Kemiskinan natural dapat dilihat dari ketidakmampuan sumber daya alam
untuk mendukung kehidupan normal keluarga miskin. Alam tidak mampu untuk
ditanami tanaman pangan khususnya padi, karena lahan yang kering dan tanah
berada pada dataran tinggi. Di samping itu faktor usia yang tua menjadikan
keluarga miskin yang bersangkutan tidak mampu bekerja.
Perilaku sosial yang tercermin dalam budaya kondangan, sambatan bangun
rumah, dan kerja bakti bangun jalan masih cenderung tinggi dalam kehidupan
masyarakat miskin pedesaan di Desa Sanggang.
Upaya masyarakat miskin sendiri untuk keluar dari permasalahan
kemiskinan adalah sudah cukup besar. Mereka telah melakukan berbagai usaha
untuk keluar dari permasalahan kemiskinan antara lain meliputi: mengolah lahan
tegal untuk ditanami singkong ataupun kacang tanah, mencari kayu di hutan,
sebagai buruh penebang kayu, membuat arang, membuat tape singkong dan
migrasi ke kota-kota besar untuk berjualan, serta ada yang beternak sapi/
kambing.
Upaya pemerintah dan swasta dalam menanggulangi permasalahan
kemiskinan masyarakat pedesaan di Desa Sanggang masih belum menunjukkan
hasil yang optimal. Masyarakat miskin pedesaan Desa Sanggang masih merasakan
sedikit sekali peningkatan kesejahteraan hidupnya melalui upaya-upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah dan swasta ini. Namun demikian berbagai program

kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta telah mampu
membuat kebahagiaan tersendiri di hati para keluarga miskin pedesaan.
Dengan menggunakan model pendekatan sistemik Gallopin, ditemukan
bahwa sebagian besar aspek-aspek yang terdapat pada kemiskinan kultural,
struktural, dan natural cenderung sangat tidak mendukung untuk menanggulangi
permasalahan kemiskinan yang mereka alami. Begitu juga dengan menggunakan
model pendekatan partisipasi masyarakat Oakley dan Marsden, dan model
pendekatan Paul Shaffer, aspek-aspek yang terdapat di dalamnya cenderung tidak
mampu untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan masyarakat pedesaan
yang mereka alami.
RURAL POVERTY OF SUKOHARJO (A CASE STUDY IN SANGGANG, BULU,
SUKOHARJO DISTRICT, CENTRAL JAVA PROVINCE). Poverty is a state of one
who lacks a usual or socially acceptable amount of money or material possessions.
Those who are on poverty can not afford their basic needs. There are generally two
types of poverty, absolute poverty and relative poverty.
Poverty can also be divided into four kinds, they are cultural poverty,
structural poverty, conjungtural poverty, and natural poverty.
This is a qualitative research which aims at describing and analysing the
types of poverty found in Sanggang village, Bulu, Sukoharjo Districk, the social
behaviour of those in poverty, and role of those in poverty, the governmental and


non-governmental organisations in alleviating the poverty in Sanggang, Bulu,
Sukoharjo Districk, and the model of poverty alleviating programs in Sanggang,
Bulu, Sukoharjo Districk.
The research was done in Sanggang village, Bulu, Sukoharjo District due to
the fact that Sanggang village is considered to be one of the left-behind villages in
Sukoharjo and to be one of the poorest villages in Sukoharjo.
The result of the analysis shows that cultural, structural and natural
poverties are found in the village.
The cultural poverty can be seen from the minimum participation of people
in poverty in the social organisations, either in the community, in sub-district or in
district level. They have relatively large number children. They tend to develop a
broad family where the husband, wife, children and parents live in one family.
They have the long working hour but their income is relatively low.
The Structural poverty can be seen from the type of work structure of the
poor family which is farmers who are more focused on the life balance in a society,
the policy of education is felt too expensive, and women are still marginalized in
decision-making process both at the family, and village society.
Natural poverty is indicated by the inability of natural resources to support
the basic needs of a poor family. The land is infertile so that it is hardly used for

growing food crops, especially rice and maize, because the soil is dry and the land
is plateau. In addition, the old age factor makes the families in poverty are unable
to work.
The social behaviors are reflected in various activities such as donating
ceremonies, the cooperative social service for building houses and village paths
which are frequently done in the rural communities in the Sanggang village.
Families of Sanggang village living in poverty encounter cultural, structural
and natural obstacles in alleviating their poverty. Most of the aspects contained in
the cultural poverty, structural, and naturally tend to be very unsupportive to solve
the problems of poverty that they suffer.
The poor people have played some roles in the efforts of alleviating the
poverty they suffer. They have made various efforts to alleviate their poverty,
including cultivating the barren land for planting cassava or peanuts, looking for
wood in the forest for substituting oil for fire, making charcoal and making cassava
tape for sale, and migrating to some bigger cities for vending, and breeding cattle
such as goats.
The government and private sectors have also done some efforts by making some
programs. Their efforts, however, are not effective enough to tackle the problems
of the rural poverty in Sanggang village. The programs, nevertheless, have been
able to create happiness of the rural families, especially those suffering poverty.