PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST OPERASI Penatalaksanaan Terapi Latihan Post Operasi Malunion Fraktur Patella Sinistra Di Rso Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST OPERASI
MALUNION FRAKTUR PATELLA SINISTRA
DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA

Naskah Publikasi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas
dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diplona III Fisioterapi

Disusun oleh:
MAHARDIKA AGUNG RIFAI
J100 120 008

Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi
Sayarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Diploma III Fisioterapi

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015


THERAPY MANAGEMENT TRAINING PASCA OPERATION
‘MALUNION FRACTURE PATELA SINISTRA”. IN PUBLIC HOSPITAL
Prof. Dr. SOEHARSO, SURAKARTA.
(MAHARDIKAAGUNG RIFAI, 2015, 65 pages)
ABSTRACT

Backgund: Fracture is often called broken bone is a breakage of bone network
continuity and, or easily broken bone that is caused by bone porous illness that is
familiar called osteoporosis. It usually attacks adult people and also can be caused
by accident. Fracture patella is often considered unimportant by some people. If it
is not handled well, therefore it can cause bones join uncorrectly/imperfectly
Malunion.
Goal: To know the realization of physiotherapy in decreasing pain. To increase
the scope of joint movement, increase the strength of muscles, decrease Odema,
decrease spasm, decrease contracture and increase the daily functional activity on
a case of Malunion Fracture patella Sinistra by training therapy modality ( Stastic
contraction, active movement, passive movement, stretching, hold relaxed ).
Result: After the therapy is done for six times, it is gotten the decressive results of
pain. The increase muscle strength of thigh. The decrease of oedema on ankle and

the increase of joint movement scope on hip, knee, and ankle.
Conclusion: Training therapy (Static contraction, active movement, passive
movement, stretching, hold released) decrease pain, Odema, increase the strength
of muscle, and the scope of joint movement. On a case of Malunion fracture
patella sinistra.
Keywords: Malunion, Fracture, Patella

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST
OPERASI MALUNION FRAKTUR PATELLA SINISTRA
DI RS ORTOPEDI PROF. Dr. SOEHARSO SURAKARTA

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada tahun 2011 korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas di
Indonesia sebanyak 32.657 jiwa sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 27.441 jiwa.
Pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebanyak 25.157 jiwa. Menurut
World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kecelakaan lalu lintas telah
mengakibatkan 1.24 juta jiwa meniggal dunia serta 50 juta jiwa mengalami fraktur,
luka-luka dan cacat tetap. Fraktur adalah hilangnya komtuinitas tulang, tulang
rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah

patah tulang. Kurangnya pemahan atau menyepelekan tentang sebuah cedera
masyarakat sering kali melakukan tindakan pertama yang kurang benar yaitu
dengan pengobatan alternatif. Hal ini belum tentu benar karena banyak kasus yang
terjadi di Rumah Sakit setelah di bawa di pengobatan alternatif bukannya sembuh
akan tetapi malah memperburuk keadaan, sehingga tidak jarang hingga harus di
amputasi (Malau, 2014).
Penderita pasca operasi malunion fraktur patella sinistra akan ditemui
berbagai tanda dan gejala yaitu pasien mengalami oedem pada ankle, nyeri akibat
incise, keterbatasan lingkup gerak sendi hip, knee dan ankle, penurunan nilai
kekuatan otot tungkai kiri dan gangguan aktivitas fungsional terutama gangguan

1

berjalan, dan peran fisioterapi FT pada kasus malunion dengan modalitas terapi
latihan untuk mengembalikan pasien dalam tingkat aktivitas normalya.
Rumusan Masalah
Apakah terapi latihan dapat berpengaruh terhadap pengurangan spasme,
penurunan nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi
dan meningkatkan aktivitas fungsional pada kondisi post operasi malunion fraktur
patella sinistra?


Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terapi latihan terhadap
pengurangan spasme, penurunan nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan
lingkup gerak sendi dan meningkatkan aktivitas fungsional pada kondisi post
operasi malunion fraktur patella sinistra.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Fraktur dan Malunion
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2006). Sedangkan malunion fraktur patella sinistra
adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi deformitas yang
berbentuk angulasi pemendekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur
tibia-fibula (Muttaqin, 2008).

2

Etiologi
Fraktur sendiri disebabkan karena Tulang bersifat relatif rapuh, namun
cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat

terjadi akibat: (1) peristiwa trauma tungal; (2) tekanan yang berulang-ulang; (3)
kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) (Appley, 2010).

Patologi
Operasi ini dilakukan incise sehingga akan terjadi kerusakan pada kulit,
jaringan lunak dan luka pada otot yang kedua kali maka aka menyebabkan
terjadinya oedem, nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi serta gangguan
fungsional pada tungkai yang mengalami malunion. Ketika patah tulang, akan
terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak
sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan, keruskan tulang dan jaringan di
sekitar perpatahan

(Musliha, 2010).

Tanda dan gejala klinis
Penderita pasca operasi malunion fraktur patella sinistra akan ditemui
berbagai tanda dan gejala yaitu pasien mengalami oedem pada ankle kiri, timbul
nyeri akibat incise, keterbatasan lingkup gerak pada sendi hip, knee dan ankle,
penurunan nilai kekuatan otot tungkai kiri dan gangguan aktivitas fungsional
terutama gangguan berjalan.


3

Proses Penyembuhan Tulang
Menurut Apley dan Solomon (2010) penyembuhan tulang ada 5 stadium:
a. Stadium I Pembentukan Hematoma
b. Stadium II Poliferasi Seluler
c. Stadium III Pembentukan Kallus
d. Stadium IV Konsolidasi
e. Stadium V Remodelling.

PENATALAKSANAAN STUDI KASUS

Identitas Pasien
Dari hasil anamnesis yang berhubungan dengan kasus ini didapatkan hasil
sebagai berikut, Nama: Tuan KU, Umur: 29 tahun, Jenis kelamin: Laki-laki,
Agama: Islam, Pekerjaan: Buruh bongkar muat gudang, Alamat: Paguyuban,
Ketraban,

Kec. Paguyuban, Bumi Ayu, Brebes.


Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien kasus ini adalah pasien merasakan nyeri pada
daerah lutut bagian kiri dan pasien sulit untuk menggerakkan lutut kirinya.

Pemeriksaan Fisioterapi
Pemeriksaan Fisioterapi pada kasus malunion fraktur patella sinistra
meliputi Inspeksi (statis dan dinamis), Palpasi, Perkusi, Pemeriksaan gerak (Aktif,

4

Pasif dan gerak melawan tahanan), pemeriksaan nyeri, Manuak Muscle Testing
(MMT), Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan pemeriksaan Antropometri.

Problematika Fisioterapi
Adanya nyeri gerak pada hip dan knee bagian kiri untuk semua gerakan,
adanya nyeri tekan pada daerah bekas incise, adanya oedem pada ankle kiri, adanya
keterbatasan LGS pada sendi hip, knee dan ankle untuk semua gerakan dan adanya
kontraktur pada tendon achiles.


Pelaksanaan Terapi
Pelaksanaan terapi dimulai dari tanggal 20 Januari 2015 sampai 27 Januari
2015. Modalitas fisioterapi yang diberikan yaitu terapi latihan yang berupa Static
Contraction, Hold Relaxed, stretching, latihan gerak aktif, latihan gerak pasif dan
latihan jalan).
Tujuan yang hendak dicapai pada komdisi ini adalah mengurangi nyeri,
mengurangi odema, mengurangi spasme otot, mengurangi kontraktur, menigkatkan
LGS, meningkatkan kekuatan otot dan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan
dan mengembalikan aktifitas fungsional.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Nyeri
Setelah menjalani terapi sebanyak 6 kali, dilakukan evaluasi dengan
menggunakan Visual Descriptive Scale (VDS), terdapat adanya penurunan rasa
nyeri, pada nyeri diam yang awalnya 3 menjadi 1, nyeri tekan yang awalnya 5
menjadi 2 dan nyeri gerak yang awalnya 7 menjadi 4.


Diagram 4.1 Hasil Evaluasi Nyeri dengan VDS
7
6
5

Nyeri diam

4

Nyeri tekan

3

Nyeri gerak

2
1
0
T1


T2

T3

T4

T5

T6

Odema dengan Pita Ukur
Setelah menjalani terapi sebanyak 6 kali dan dilakukan evaluasi dengan
menggunakan pita ukur, terdapat adanya penurunan oedem, pada ankle yang

6

awalnya malleolus lateralis 32 cm menjadi 31 cm, dari malleolus lateralis 5 cm
kearah proksimal yang awalnya 29 cm menjadi 28 cm dan dari malleolus lateralis
5 cm kearah distal yang awalnya 36 cm menjadi 35 cm.
Diagram 4.2 Hasil Evaluasi Oedem dengan Pita Ukur

40
35
30
25

36
32

36
32

36
32

36
32

29

29

29

29

T1

T2

T3

T4

35
31

29

35
31
28

20
15
10
5
0
Maleolus lateralis

5 cm kearah proksimal

T5

T6

5 cm kearah distal

Lingkup Gerak Sendi (LGS) Menggunakan Goneometer
Pengukuran LGS yang dilakukan pada sendi lutut, sendi panggul dan sendi
ankle kiri, setelah dilakukan 6 kali terapi diperoleh hasil berupa peningkatan LGS
dari T1-T6. Dari data yang diperoleh pada T1 untuk sendi panggul secara aktif dapat
menempuh LGS sebesar S: 200-00-200 dan F: 300-00-100, sedangkan secara pasif
diperoleh S:300-00-600 dan F: 400-00-200. Kemudian pada T6 LGS secara aktif
sebesar S: 400-00-200 dan F: 500-00-200, serta secara pasif sebesar S: 500-00-900 dan
F: 500-00-300.

7

Diagram 4.3 Hasil Evaluasi LGS Hip Aktif dengan Goneometer
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

45

40

38

35

33

30
20

20

20
15
15

12

10

50

47

Fleksi

25
20

20
15

Ekstensi

20 20

17

Abduksi
Adduksi

5
0
T1

T2

T3

T4

T5

T6

Diagram 4.4 Hasil Evaluasi LGS Hip Pasif dengan Goneometer

80
70

65

60

75

70

60
50
40

90

85

90

40
30

30

40
33

20

45
36

20

47
40

50
45

Fleksi
Ekstensi

30

25

20

5050
30

Abduksi
Adduksi

20
10
0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Untuk sendi knee, setelah menjalani terapi sebanyak 6 kali dan dilakukan
evaluasi dengan menggunakan goniometer, terdapat peningkatan LGS dari T1-T6
secara aktif yaitu pada T1 S: 00-200-00 dan T6 S: 00-100-900. Kemudian LGS secara
pasif pada T1 yaitu S: 00-200-600 dan pada T6 S: 50-100-1150.

8

Diagram 4.5 Hasil Evaluasi LGS Knee Aktif dan Pasif dengan Goneometer
120

115

110

100

90

90
80

80

Fleksi aktif

70

70

Ekstensi aktif

60

60

Posisi awal

45

Fleksi pasif

40
20

20

00

0

20

15

0

0

T1

25

20

0

0

T2

Ekstensi pasif

15
0

0

T3

10
5
0

0

T4

10
0

T5

5

T6

Untuk sendi ankle kiri, pengukuran LGS dari T1-T6 secara aktif yaitu
S: 50-200-200 dan pada T6 S: 200-100-400. Kemudian LGS secara pasif pada T1
yaitu S: 200-00-400 dan pada T6 S: 200-00-400. Untuk lebih jelasnya lihat pada
grafik 6.

Diagram 4.6 Hasil Evaluasi LGS Ankle Aktif dan Pasif dengan Goneometer
40

40

40

40

35

20

5
0

40

40

25

plantar fleksi aktif

20 20 20 20 20 20

20
15

15
10

40

40

30

30
25

40

10

10

20
15

20

20

plantar fleksi pasif

10

10

T5

T6

5

T1

T2

T3

T4

9

dorsal fleksi aktif
posisi awal

15

10

20

dorsal fleksi pasif

Kekuatan Otot dengan Manual Muscle Testing (MMT)
Pengukuran kekuatan otot menggunakan MMT (Manual Muscle Testing).
Dari data yang diperoleh dari T1-T6 bahwa terjadi peningkatan kekuatan otot
penggerak hip, knee dan ankle kiri. Pada T1 untuk fleksor hip sinistra 1, ekstensor
hip sinistra 1, abduktor 2- dan adduktor hip sinistra 2-. Untuk fleksor knee sinistra
1 dan untuk ekstensor knee sinistra 1. Sedangkan kekuatan otot pada ankle plantar
fleksor 4- dan dorsal fleksor 3-.

Diagram 4.7 Hasil Evaluasi Kekuatan Otot Peggerak Panggul dengan MMT
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
T1

T2
Fleksor hip

T3
Ekstensor hip

10

T4
Abduktor hip

T5
Adduktor hip

T6

Diagram 4.8 Hasil Evaluasi Kekuatan Otot Penggerak Lutut dan Ankle
dengan MMT
5
4.5
4
3.5
3

fleksor knee
Ekstensor knee

2.5

Plantar fleksi ankle

2

Dorsal fleksi ankle

1.5
1
0.5
0
T1

T2

T3

T4

T5

T6

Pembahasan
Nyeri
Dengan terapi latihan yang berupa gerak pasif, gerak aktif dan Hold
Relaxed, maka sarcomere otot yang memendek akibat spasme dapat teregang
kembali dan otot menjadi lebih rileks dan terpelihara fungsinya. Dengan sarcomere
teregang, maka otot akan lebih rileks dan ketegangan menurun sehingga nyeri dapat
berkurang

(kisner, 2007).

Oedem
Pada kasus ini terapi latihan yang digunakan untuk mengurangi oedema
yaitu kontraksi static. Proses pengurangan oedema dengan menggunakan gerak
aktif pada prinsipnya adalah memanfaatkan sifat vena yang dipengaruhi oleh
11

kontraksi static otot sehingga dengan kontraksi otot yang kuat akan menekan vena
dan cairan oedema dapat dibawa vena menuju proksimal dan ikut dalam peredaran
darah sehingga oedema berkurang (Thomas, 2011).

Lingkup Gerak Sendi
Terapi latihan yang digunakan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi
yaitu gerak active assisted. Dengan gerak aktif maka perlengketan jaringan akibat
immobilisasi dapat dikurangi sehingga pasien akan lebih mudah untuk
menggerakkan sendi tanpa ada hambatan yang berefek pada peningkatan lingkup
gerak sendi

(Kisner, 2007)

Selain itu, penggunaan tekhnik hold relaxed juga dapat meningkatkan
lingkup gerak sendi dengan mekanisme yang telah dijelaskan diatas bahwa dengan
kontraksi isometrik yang kuat dan disertai dengan rileksasi maka ketegangan otot
dan spasme dapat berkurang. Pada kasus ini, Hold Relaxed yang diterapkan yaitu
pada otot quadriceps karena posisi immobilisasi yang cenderung ekstensi sehingga
kemungkinan terjadi spasme pada otot quadriceps akan cukup besar. Sehingga
dengan Hold Relaxed diharapkan spasme otot quadriceps dapat berkurang dan
lingkup gerak sendi dapat meningkat (Kisner, 2007).

Kekuatan Otot
Akibat rasa nyeri pasien membatasi gerakannya, sehingga lingkup gerak
sendi akan ternatas. Hal ini berpengaruh pada kekuatan otot, sehingga terjadi
penurunan kekuatan otot. Dengan terapi menggunakan Hold Relaxed, Active

12

Assisted dan Active Resisted Movement, maka akan terjadi peningkatan kekuatan
otot karena gerakan tubuh selalu disertai oleh kontraksi otot.
Sedangkan kontraksi otot tergantung motor pointnya. Apabila yang
diberikan pada otot yang berkontraksi, otot akan beradaptasi dan memaksa otot
bekerja sehingga bergerak melawan gerakan tersebut dan secara tidak langsung
kekuatan otot akan meningkat. Hal ini juga didukung dengan nyeri yang sudah
berkurang, maka kerja otot untuk berkontraksi semakin kuat (Kisner, 2007).
Pada kasus ini, setelah dilakukan latihan gerak aktif, pasif dan hold relaxed
ada peningkatan kekuatan otot. Jika suatu tahanan diberikan pada otot yang
berkontraksi maka otot tersebut akan beradaptasi dan lebih menjadi kuat (Kisner,
2007).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa setelah
dilakukan terapi sebanyak 6 kali dan pemberian medika mentosa secara teratur dan
rutin pada pasien bernama: Tn. KU, Usia: 29 tahun, dengan diagnose malunion
fraktur patella sinistra didapatkan hasil berupa:
1. Adanya penurunan derajat nyeri,
2. Adanya penurunan oedem,
3. Adanya penurunan kontraktur,
4. Adanya peningkatan LGS,
5. Adanya peningkatan kekuatan otot.

13

SARAN
Kepada pasien dan keluarga pasien disarankan untuk tetap melanjutkan
perawatan pengobatan dan fisioterapi di rumah maupun di klinik guna memperoleh
penyembuhan yang optimal yakni dimana pasien mampu melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri.
Untuk mendapatkan kepercayaan pada pasien terhadap profesi fisioterapi,
fisioterapi

diharapkan

memiliki

pengetahuan

yang

memadai

disamping

kesungguhan dalam memberikan pelayanan dan motivasi bagi pasien.
Untuk kalangan medis khususnya bagian bedah dan rehabilitasi medic untuk
melibatkan fisioterapi sejak awal untuk penatalaksanaan sehingga hasil yang
diperoleh dapat memenuhi harapan masyarakat.
Kepada masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi apabila menemukan
pasien dengan kondisi patah tulang agar segera dibawa instalasi medis terdekat
untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Disarankan bagi masyarakat untuk
tidak membawa pasien dengan kondisi patah tulang ke dukun pijat atau sangkal
putung karena dikhawatirkan akan menimbulkan masalah-masalah baru yang akan
memperburuk kondisi pasien.
Penulis berharap semoga penyajian penulis ini dapat bermanfaat dalam
memberikan pelayanan terapi pada malunion fraktur patella sinistra dengan
pemberian terapi latihan. Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini masih mempunyai kekurangan-kekurangan dan perlu disempurnakan, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis panjatkan
guna kepentingan bersama yang lebih baik.

14

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A.G dan Solomon. 2010. Apley’s System of Orthopedic and Fractures.
United Kingdom: Hodder Arnold.
Kisner, Caroly, and Lynn, Colby, 2007. Theraupetic Exercise Foundation and
Technique; Third edition, F. A Davis Company, Philadelpia.
Musliha, Keith L. 2013. Anatomi Klinik Dasar. Hipokrates: Jakarta.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. & Bare, B. 2006. Brunner and Sundertlis: The Book Medical Surgical
Nursing. St. Louis Missouri: Elsevier Saunders.
Thomas, A. Mark, et al. 2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta: EGC.
Tribunnews. 2014. Jumlah Korban Tewas Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Tahun
2013

menurun.

Diakses

tanggal

12

februari

2015.

http://www.tribunnews.com/nasional/2014/01/26/jumlah-korban-tewasakibat-kecelakaan-lalu-lintas-tahun-2013-menurun

16

Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLES SINISTRA Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Post Operasi Fraktur Colles sinistra di rs. Ortopedi prof. Dr. R. Soeharso surakarta.

0 3 15

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLES SINISTRA di RS. ORTOPEDI Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Post Operasi Fraktur Colles sinistra di rs. Ortopedi prof. Dr. R. Soeharso surakarta.

0 3 17

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Post Operasi Fraktur Colles sinistra di rs. Ortopedi prof. Dr. R. Soeharso surakarta.

0 2 6

KARYA TULIS ILMIAH Penatalaksanaan Terapi Latihan Post Operasi Malunion Fraktur Patella Sinistra Di Rso Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Post Operasi Malunion Fraktur Patella Sinistra Di Rso Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

0 3 4

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS PASKA OPERASI Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Paska Operasi Fraktur Cruris Sepertiga Proksimal Sinistra Di RSO Dr. Soeharso Surakarta.

0 3 14

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTIN MOORE PROSTHESIS DI RSO PROF DR SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 14

PENDAHULUAN PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTIN MOORE PROSTHESIS DI RSO PROF DR SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 5

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN POST OPERASI FRAKTUR SHAFT FEMUR SEPERTIGA TENGAH SINISTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF DR SOEHARSO SURAKARTA.

0 1 7

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PARAPLEGI e.c POST OPERASI FRAKTUR DISLOKASI PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PARAPLEGI e.c POST OPERASI FRAKTUR DISLOKASI VERTEBRA THORAKAL XI- XII FRANKLE A DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 14