PERBANDINGAN PEMBERIAN TERAPI PENURUNAN BERAT BADAN ANTARA OBESITAS DAN OVER WEIGHT Agus Riyanto, Mona Megasari

  

PERBANDINGAN PEMBERIAN TERAPI PENURUNAN BERAT BADAN

ANTARA OBESITAS DAN OVER WEIGHT

Agus Riyanto, Mona Megasari

  ABSTRAK Prevalensi obesitas telah meningkat secara substansial dalam tiga dekade terakhir.

  Peningkatan prevalensi obesitas, terutama obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti sindrom metabolik, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia. Pencegahan dan pengobatan obesitas dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup, terutama pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik (Astrup, 2005; Wadden et all, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan terapi penurunan berat badan antara obesitas dan over weight. Jenis penelitian ini eksperimen menggunakan desain Pretest-

  

posttest with Control Group . dimana menggunakan pre test dan post test antara obesitas

  dan over weight dengan pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi), pada mahasiswa Stikes A.Yani Cimahi. Analisis data dilakukan dengan univariat dan análisis bivariat untuk mengetahui perbedaan menggunakan uji t dependen dan uji t independen. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas, over weight sebelum dan setelah terapi olah raga (p=0,025,p=0,033). Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit (p=0,015). Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga (p=0,001). Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga, setelah terapi diit, dan setelah terapi diit dan olah raga (p=0,102, p=0,822, p=0,427). Disarankan bagi penderita over weight terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi keduanya. Bagi penderita obesitas terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi keduanya, tetapi diit harus dilakukan selama lebih dari satu bulan. Kata kunci: Obesitas, over weight, dan terapi penurunan berat badan.

  .

A. PENDAHULUAN

  Kegemukan atau obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam jaringan adiposa. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), kegemukan dibagi menjadi dua kategori, yakni: kegemukan tingkat ringan (overweight) dan kegemukan tingkat berat (obesitas) (Depkes RI, 2003).

  Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi menjadi dua kategori, yaitu: obesitas sentral dan obesitas umum. Untuk penduduk barat, seseorang dikatakan obesitas apabila IMT 30 kg/m2 atau lingkar perut 102 cm pada pria dan 88 cm pada wanita, sedangkan untuk penduduk Asia, IMT> 25 kg/m2 atau lingkar perut 90 cm pada pria dan 80 cm pada wanita (WHO 2000).

  Penentuan diagnosa obesitas dapat pula dilakukan dengan pengukuran lemak subkutan.Hasil pengukuran lemak subkutan dapat dijadikan indikator obesitas.Lipat kulit triseps 18.6 mm untuk laki-laki atau 25.1 mm untuk wanita telah digunakan sebagai indikator obesitas (Moore, 1997).

  Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan obesitas umum.

  Prevalensi obesitas telah meningkat secara substansial dalam tiga dekade terakhir, diperkirakan akan lebih meningkat di tahun-tahun mendatang. Peningkatan prevalensi obesitas, terutama obesitas sentral berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti sindrom metabolik, aterosklerosis, penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, batu empedu, gangguan fungsi pulmonal, hipertensi dan dyslipidemia.

  Kondisi tersebut menyebabkan obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang.Kegemukan banyak ditemukan baik di negara maju maupun di Negara berkembang, dan menyerang baik anak-anak maupun orang dewasa. Adanya peningkatan jumlah penduduk yang menderita kegemukan di hampir seluruh negara di dunia maka masalah kegemukan kini merupakan masalah global, WHO 1998 menyebutnya sebagai wabah global (the global

  epidemic ) (Mark, 2013).

  World Health Organization (WHO) memperkirakan, di dunia ada sekitar 1.6 milyar orang dewasa berumur 15 tahun kelebihan berat dan setidak-tidaknya sebanyak 400 juta orang dewasa obesitas pada tahun 2005, dan diperkirakan lebih dari 700 juta orang dewasa akan obesitas pada tahun 2015 (WHO 2000). Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa 8.8% orang dewasa berumur 15 tahun overweight dan 10.3% obesitas dan prevalensi obesitas sentral sebesar 18.8%

  (Balitbangkes Depkes2008). Berdasarkan Riskesdas 2010 persentase berat badan lebih menurut IMT di Jawa Barat pada laki-laki sebesar 8,1% dan perempuan sebesar 11,8%.

  Melihat risiko dari obesitas, maka upaya pencegahan dan pengobatan obesitas menjadi tantangan yang dihadapi kesehatan masyarakat. Pencegahan dan pengobatan obesitas sebagian besar dapat dicegahmelalui perubahan gaya hidup, terutama pola makan dan pola aktivitas. Upaya pencegahan dan pengobatan ini dapat dilakukan dengan pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik (Astrup, 2005; Wadden et all, 2006).

  Hasil studi terdahulu menunjukkan bahwa untuk mencapai penurunan berat badan diperlukan pengurangan asupan energi dan perubahan komposisi diit, serta diperlukan peningkatan aktivitas fisik sehari-hari 30-60 menit untuk pemeliharaan berat badan selanjutnya (Astrup, 2005). Untuk menurunkan berat badan sebanyak 0.5 sampai dengan 1 kg per minggu diperlukan asupan energi dikurangi sebanyak 500

  • – 1000 kkal/ hari dari kebutuhan normal(Instalasi Gizi Perjan RSCM dan ASDI, 2005).

  Diit ini disebut diit seimbang rendah energi dengan komposisi zat gizi diharapkan tetap seimbang mengikuti anjuran dalam piramida makanan. Studi menunjukkan diit ini efektif menurunkan berat badan pada wanita dan pria obesitas sebesar 0.5

  • –1.0 kg minggu. Studi lain menunjukkan bahwa terapi aktivitas fisik tanpa disertai diit seimbang rendah energi memberikan hasil penurunan berat badan minimal. Penelitian Wing (1999) menunjukkan bahwa berjalan kaki empat kali seminggu dengan durasi 45-60 menit memberikan hasil penurunan berat badan 2
  • – 3 kg selama 16 – 52 minggu (Wadden, 2006). Penelitian ini bermaksud menganalisis perbandingan terapi penurunan berat badan antara obesitas dan over weight.

B. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini bersifat eksperimental, berupa pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi) terhadap penderita obesitas dan over weight. Desain penelitian ini menggunakan Pretest-posttest

  with Control Group , dimana menggunakan pre test dan post test antara obesitas dan over

  weight dengan pemberian terapi penurunan berat badan (olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi), pada mahasiswa Stikes A.Yani Cimahi.

  Sampel penelitian diambil dari mahasiswi Stikes A.Yani Cimahi, yang berjumlah 16 orang, kriteria inklusi: mahasiswa yang mengalami obesitas dan over weight di Stikes A.Yani Cimahi, kriteria eksklusi: aktivitas subjek penelitian yang tidak bisa diganggu pada saat penelitian.

  Prosedur penelitian sebelum diberikan terapi penurunan berat badan dan diit rendah energi, sujek penelitian dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar perut, kadar lemak tubuh. Subjek penelitian A (penderita obesitas) dalam dua minggu ada yang melakukan olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi. Subjek penelitian B (penderita over weight) dalam dua minggu ada yang melakukan olah raga, diit rendah energi, dan olah raga beserta diit rendah energi.

  Data yang terkumpul akan dianalisis secara statistik, setelah itu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui distribusi datanya normal atau tidak. Jika data distribusi normal dilanjutkan dengan uji T berpasangan (dependen t test). Untuk mengetahui perbedaan berat badan sebelum dan sesudah pemberian terapi penurunan berat badan pada penderita obesitas dan over weight. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan penurunan berat dan antara penderita obesitas dan over weight, menggunakan uji t independen (independen t test)

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Terapi Olah Raga Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N Sebelum terapi olah raga Setelah terapi olah raga

  75,7 74,4

  12,4 12,4

  7,2 7,2

  0,025

  Tabel 1 Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan

  Tabel 2 Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan

  Terapi Diit Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N Sebelum terapi diit Setelah terapi diit

  69,5

  68 4,9 5,2

  3,5 3,7

  0,084

  2 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum terapi diit adalah 69,5 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit adalah 68 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,084 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit.

  3 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum terapi olah raga adalah 75,7 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa obesitas setelah terapi olah raga adalah 74,4 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value= 0,025 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi olah raga. Tabel 3 Perbedaan Berat Badan Penderita Obesitas Sebelum dan Sesudah Diberikan

  Terapi Diit dan Olah Raga Berat badan mahasiswa obesitas Mean SD SE p value N Sebelum terapi diit dan olah raga 75,3 19,9 11,1

  0,054

  3 Setelah terapi diit dan olah raga 73,8 20,5 11,8 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum terapi diit dan olah raga adalah 75,3 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit dan olah raga adalah 73,8 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,054 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga.

  Tabel 4 Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan

  Terapi Olah Raga Berat badan mahasiswa

  Mean SD SE p value N over weight Sebelum terapi olah raga 62 5,7

  4 0,033

  2 Setelah terapi olah raga 60,1 5,8 4,1 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum terapi olah raga adalah 62 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa over weight setelah terapi olah raga adalah 60,1 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,033 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi olah raga.

  Tabel 5 Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan

  Terapi Diit Berat badan mahasiswa

  Mean SD SE p value N over weight Sebelum terapi diit 61,7 3,8 2,2

  0,015

  3 Setelah terapi diit 60,2 3,5

  2 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum terapi diit adalah 61,7 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 60,2 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,015 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit. Tabel 6 Perbedaan Berat Badan Penderita Over Weight Sebelum dan Sesudah Diberikan

  Terapi Diit dan Olah Raga Berat badan mahasiswa

  Mean SD SE p value N over weight Sebelum terapi diit dan olah raga

  67 2 1,2 0,001

  3 Setelah terapi diit dan olah raga 65,1 2,1 1,2 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum terapi diit dan olah raga adalah 67 Kg, sedangkan rata-rata berat badan mahasiswa over weight setelah terapi diit dan olah raga adalah 65,1 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,001 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga.

  Tabel 7 Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight

  Sesudah Diberikan Terapi Olah Raga Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N

  Obesitas 1,3 0,4 0,2

  3 0,102

  Over weight 1,9 0,1 0,1

  2 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan mahasiswa obesitas setelah terapi olah raga adalah 1,3 Kg, sedangkan rata-rata penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi olah raga adalah 1,9 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,102 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga.

  Tabel 8 Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight

  Sesudah Diberikan Terapi Diit Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N

  Obesitas 1,5 0,3 0,2

  2 0,822

  Over weight 1,4 0,3 0,2

  3 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit adalah 1,5 Kg, sedangkan rata-rata penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 1,4 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,822 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi diit. Tabel 9 Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Penderita Obesitas dan Over Weight

  Sesudah Diberikan Terapi Diit dan Olah Raga Kondisi badan mahasiswa Mean SD SE p value N

  Obesitas 1,5 0,6 0,4

  3 0,427

  Over weight 1,9 0,1 0,06

  3 Hasil análisis data didapatkan bahwa rata-rata penurunan badan mahasiswa obesitas setelah terapi diit adalah 1,5 Kg, sedangkan rata-rata penurunan badan mahasiswa over weight setelah terapi diit adalah 1,9 Kg. Hasil uji statistik didapatkan p value=0,427 dengan aplha 0,05 dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi diit dan olah raga.

  Obesitas berhubungan dengan kelebihan lemak tubuh, obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% berat badan ideal (Moore, 1997). Kesulitan dalam memperoleh pengukuran lemak tubuh yang akurat dalam populasi menyebabkan ukuran tinggi dan berat badan telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Obesitas saat ini didefinisikan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) (Hill, 2006).

  Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas, pada masa anak- anak dari orang tua obesitas cenderung berisiko 3-8 kali menjadi obesitas dibandingkan dari orang tua dengan berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Pengaruh keluarga (misal penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan di piring habis) membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.

  Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian, berduka, atau depresi; dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar seperti iklan makanan atau kenyataan bahwa ini adalah waktu makan. Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya umur, dan ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan; pada beberapa contoh, kelainan endokrin seperti hipotiroidi bertanggung jawab untuk obesitas. Apapun penyebab dasarnya, faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari energi yang dibutuhkan.

  Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengobati kejadian obesitas salah satunya dengan cara olah raga atau aktifitas fisik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi olah raga (p value= 0,025). Kemudian ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi olah raga (p value=0,033).

  Olah raga atau aktivitas fisik yang dimaksud adalah aktivitas yang melibatkan gerakan yang banyak dari otot-otot besar yaitu dengan melakukan olahraga, dengan demikian akan mampu mempromosikan kehilangan lemak sambil mempertahankan massa otot. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, peserta diit harus melakukan olahraga sedikitnya 3 kali dalam seminggu, menggunakan sedikitnya 300 kkal setiap kali berolahraga, atau 4 hari per minggu yang membakar 200 kkal (Moore, 1997).

  Selain dengan olahraga, seseorang dapat meningkatkan energi yang dikeluarkan selama aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh seseorang dapat memarkir kendaraan lebih jauh dari tempat berbelanja, berjalan kaki daripada berkendaraan bila memungkinkan, menggunakan segala sesuatu secara manual daripada menggunakan alat dengan tenaga listrik, dan menggunakan tangga daripada eskalator atau elevator (Moore, 1997).

  Cara kedua yang dapat dilakukan untuk menurunkan berat badan adalah diit rendah energy. Diit ini berdasarkan pada makanan yang biasa dipilih dari semua kelompok makanan, meskipun kalori rendah, tetapi cukup semua zat gizi.Diit ini adalah pilihan terbaik pada individu dengan berat badan kurang dari 30% dari kelebihan berat dan diijinkan kehilangan sekitar 0.5

  • – 1 kg per minggu. Satu kilogram lemak tubuh sama dengan sekitar 7000 kkal.

  Obesitas yang berat tidak hanya mengandung lemak lebih banyak tetapi juga massa otot yang lebih besar dibandingkan individu yang kurang gemuk. Akibatnya obesitas ringan akan kehilangan lebih banyak massa otot selama pembatasan kalori dibandingkan orang dengan obesitas berat (Moore, 1997).

  2 Diet seimbang energi rendah diberikan kepada pasien dengan IMT > 25 kg/m .Diberikan setelah dilakukan konsultasi perorangan.Diit dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.Diet diberikan sampai tercapai berat badan normal.

  Diit ini mengandung energi di bawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral, tinggi serat yg penting dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makanan padat energi (seperti: kue-kue yang tinggi gula dan lemak, goring-gorengan).

  Tujuan diit ini adalah (1) mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai 2 umur, gender dan kebutuhan fisik, (2) Mencapai IMT normal, yaitu 18.5 ,

  • – 25 kg/ m (3) Mengurangi asupan energi untuk mencapai penurunan BB ½ sd 1 kg / minggu. Evaluasi diit ini dapat dilakukan dengan mengecek penurunan kadar lemak subkutan dan lingkar pinggang.

  Hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit (p value=0,015). Kemudian hasil penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga (p value=0,001). Hal ini membuktikan bahwa proses diit dapat manurunkan berat badan pada mahasiswa over weight, hal ini terjadi karena pada orang yang mengalami over weight struktur lemak dalam tubuhnya belum mengalami perlengketan yang kuat, sehingga lemak dalam tubuhnya masih relatif mudah untuk dilakukan proses pemecahan dengan terapi diit.

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit (p value= 0,084). Kemudian tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga (p value=0,054).

  Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa terapi diit tidak memberikan dampak yang berarti dalam menurunkan berat badan, hal ini terjadi karena pada orang yang mengalami obesitas struktur lemak dalam tubuhnya sudah mengalami perlengketan yang kuat, sehingga lemak dalam tubuhnya relatif tidak mudah untuk dilakukan proses pemecahan dengan terapi diit. Kemudian hal ini terjadi karena proses diit baru dilakukan selama dua minggu, untuk melihat dampak terapi diit pada orang obesitas yang maksimal membutuhkan waktu yang lama, minimal satu bulan.

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga, diit, olah raga dan diit. Upaya pengobatan obesitas perlu dilakukan dalam rangka menurunkan risiko penyakit akibat obesitas.Pengobatan obesitas dilakukan setelah melalui tahapan penilaian fisik (physical assessment), evaluasi psikososial (phsycosocial evaluation), penilaian kebiasaan makan dan aktivitas (assessment of eating and activity habits), kesiapan penurunan berat badan (weight loss readiness) dan pemilihan pengobatan (selecting treatment).

  Pengobatan obesitas dilakukan melalui intervensi diit rendah energi (low

  energy diet ), aktivitas fisik (physical activity) untuk mengontrol berat badan, terapi

  perilaku (behavior activity), pengobatan secara farmakologi (pharmacologic

  treatment ), dan pengobatan bedah (surgical treatment). Indikator keberhasilan

  pengobatan obesitas dapat dikaji melalui pengukuran indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, lemak subkutan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Dari hasil penelitian dengan menggunakan percobaan dapat disimpulkan bahwa:

  1. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi olah raga.

  2. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit.

  3. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa obesitas sebelum dan setelah terapi diit dan olah raga.

  4. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi olah raga.

  5. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit.

  6. Ada perbedaan yang bermakna rata-rata berat badan mahasiswa over weight sebelum dan setelah terapi diit beserta olah raga.

  7. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi olah raga.

  8. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi diit.

  9. Tidak ada perbedaan yang bermakna rata-rata penurunan badan antara mahasiswa obesitas dan over weight setelah terapi diit dan olah raga.

  Saran 1.

  Bagi masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengobatan terjadinya obesitas dan over weight dengan cara perubahan gaya hidup, terutama pola makan dan pola aktivitas. Upaya pencegahan dan pengobatan ini dapat dilakukan dengan pembatasan asupan energi (diit rendah energi) dan peningkatan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik atau olah raga.

  2. Implementasi pengobatan penderita obesitas adalah menurunkan lemak tubuh untuk mencapai berat badan antara 20% berat badan ideal, mengembangkan kebiasaan makan yang lebih sehat, mencegah kehilangan massa otot selama penurunan berat badan, mempertahankan penurunan berat badan

  3. Upaya pengobatan obesitas perlu dilakukan dalam rangka menurunkan risiko penyakit akibat obesitas.

  4. Bagi penderita over weight terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi keduanya.

  5. Bagi penderita obesitas terapi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan dapat memilih olah raga atau diit, tapi kalau ingin cepat berhasil kombinasi keduanya, tetapi diit harus dilakukan selama lebih dari satu bulan.

  DAFTAR PUSTAKA Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Edisi I.

  Penerbit Kencana Prenada Media Grup. Jakarta Astrup, Arne: Obesity in Geissler, Catherine and Hilary Powers. 2005. Human Nutrition. Eleventh Edition. Elsevier Churchill Livingstone. Philadelphia. USA Brown, Judith E. et all. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. Second Edition. Thomson Wadsworth. Belmont USA

  Gibson, Rosalind S. 2005. Principles of Nutritional Assessment: Body Mass Index in

  Adults . Second Edition.Oxford University Press. New York

  Hill, James O et all. : Etiology Obesity in Shils, Maurice et all. 2006. Modern Nutrition in Health and Disease 2 . Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins.

  Philadephia USA Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. 2005. Editor Sunita Almatsier. Penuntun Diet edisibaru. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Khomsan, Ali. 2003. Pangandan Gizi untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Mark, Allyn L. Dietary Therapy for Obesity: An Emperor With No Clothes.

  Hypertension.

  2008;51:1426-1434; originally published online May 12, 2008; Downloaded from http://hyper.ahajournals.org/ by guest on October 23, 2013 Moore, Mary Courtney. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi.Edisi II. Penerbit Hipokrates.

  Jakarta Seidell, Jacob C and Tommy LS Visscher: Public Health Aspect of Over nutrition in Gibney Michael et all. 2004. Public Health Nutrition. Blackwell Publishing.

  Oxford UK Sjostrom, Michael et all: Assessment of Physical Activity in Gibney Michael et all. 2004. Public Health Nutrition. Blackwell Publishing. Oxford UK

  Wadden, Thomas A, et all : Obesity Management in Hill, James O et all. : Etiology Obesity in Shils, Maurice et all. 2006. Modern Nutrition in Health and Disease 2.

  Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadephia USA Wardlaw, Gordon M and Jeffrey S. Hampl. 2007. Perspectives in Nutrition: Energy

  Balance and Weight Control. Seventh Edition Hill. New York

  _____Perspectives in Nutrition: Nutrition, Fitness and Sports. Seventh Edition Hill. New York

Dokumen yang terkait

GAMBARAN IMPLEMENTASI STIKER PROGRAM PERENCANAANPERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DI WILAYAH KERJA UPTD UNIT PUSKESMAS BULUSPESANTREN II KABUPATEN KEBUMEN

0 1 6

PERBEDAAN POLA ASUH TERHADAP PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-3 TAHUN PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA

0 3 8

PERBEDAAN PRODUKSI ASI PADA AKSEPTOR KB SUNTIK KOMBINASI DAN PROGESTIN DIFFERENCE BREAST MILK PRODUCTION IN KB ACCEPTOR COMBINATION AND PROGESTIN Tanti Budhi Hariyanti, Agnis Sabat Kristiana

0 0 6

PENGARUH PEMBERIAN LIFE REVIEW THERAPY TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO EFFECT OF GRANTING LIFE REVIEW THERAPY TO DEPRESSION LEVEL ON LANSIA IN PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

0 1 6

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRIMIGRAVIDA DALAM MERAWAT BAYI DENGAN PENERAPAN KOMBINASI METODE BUZZ GROUP DAN MODELLING IMPROVING PRIMIGRAVIDA SKILL IN TAKING CARE OF BABY BY USING COMBINATION OF BUZZ GROUP AND MODELLING METHODS

0 0 7

Exploration of Managerial Conflict In A Maternal Hospital Abdi Agus Youandi , Tita Hariyanti

0 0 5

View of PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA TODDLER YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG TANJUNG RSUD R.SYAMSUDIN, SH. KOTA SUKABUMI

0 0 19

View of PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA KELAS X MENGENAI HIV/AIDS

1 1 14

View of DAYA ANTIBAKTERI FILTRAT ASAM LAKTAT DAN BAKTERIOSIN Lactobacillus acidophillus CPS1 DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Escherichia coli ATCC 25922, Klebsiella pneumoniae ATCC 700603, DAN Salmonella typhi PS1

0 0 10

View of PENGARUH EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN DAN IWG PASIEN GGT DI RUANG HEMODIALISA RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

0 0 12