Analisis framiing media massa docx

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia meurpakan negara majemuk dengan keanearagaman
bahasa, budaya, suku bangsa, ras, stata sosial, golongan, kelompok dan
agama. Dengan keanekaragaman perbedaan yang dimiliki, menjadikan
Indonesia sebagai negara yang rentan akan konflik antar golongan.
Keanekaragaman yang dimiliki oleh Indonesia akhirnya tergambar dalam
semboyan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika “Berbeda-beda tetap satu
juga” . Yang memiliki arti, walaupun Indonesia beranekaragam,
masyarkaat tetap satu juga sebagai rakyat Indonesia. Dengan semboyan ini
masyarakat Indonesia diharap dapat menghargai setiap perbedaan yang
ada. Serta dijelaskan dalam Pancasila bait ke 3 yaitu “Persatuan
Indonesia”.

Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi hal yang sangat sensitif,
hingga akhirnya Indonesia sering dilanda konflik. Mulai dari konflik suku,
golongan bahkan hal paling sensitif sekalipun yaitu konflik Agama.
Agama merupakan hal paling sensitif yang dipercayai setiap manusia.

Indonesia memiliki 6 kepercayaan yang diakui oleh negara yaitu Islam,
Katholok, Protestan, Hindu, Budha dan Konghuchu. Agama Islam
merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia.
Dengan banyaknya Agama yang dianut oleh rakyat Indonesia,
menyebabkan konflik antar Agama pun tak terelakan. Hingga masalah ini
diatur dalam, Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa
setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu
dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk
beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2)

UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduknya untuk memeluk agama.
Dalam penelitian Megali Clobert (2014:1) East Asian Religious
Tolerance—A Myth or a Reality? Empirical Investigations of Religious
Prejudice in East Asian Societies disebutkan bahwa religiusitas merupakan
suatu hal yang fundamental, bersifat pribadi dan intrinsik. Hal ini dapat
membuat prasangka buruk terhadap orang luar yang dianggap mengancam
nilai religius seseorang. Hal inipun berlaku dalam perbedaan ras, suku,
agama, homoseksual dan feminis.
Akhir-akhir ini Indoneia sedang di hebohkan dengan, kasus dugaan
penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Cahya Purnama alias Ahok.

Kasus ini terjadi pada amasa kampanye, pemilihan gubernur DKI Jalkarta
periode 2017 – 2022. Status Ahok saat itu adalah seorang gubernur DKI
Jakarta, yang juga merupakan calon gubernur pada periode berikutnya.
Ahok maju bersama pasangannya Djarot, mereka diusung oleh parta PDIP,
Hanura, Golkar dan Nasdem. Dalam masa kampanye pemilu, Ahok beserta
timnya melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada Selasa, 27
September 2016. Saat itu Ahok melakukan pidato di hadapan warga
sekitar. Dalam pidatonya Ahok sempat mengatakan bahwa agar
masyarakat tidak “dibohongi oleh surat Al Maidah ayat 51”. Dalam pidato
tersebut Ahok berkata “Dibohongi pakai surat Al-Maidah 51 macemmacem itu”.
Memang

banyak

pihak

yang

mengecam


dan

menolak,

kepemimpinan Ahok semenjak ia maju menggantikan posisi Jokowi
sebagai gubernur. Ahok merupakan satu-satunya calon gubernur DKI yang
berkeyakian Kristen dan beretnis China. Sedangkan Indonesia mayoritas
penduduk beragama Islam, dan Indonesia memang pernah mengalami
konflik dengan ethnis China. Hal ini diperparah dengan majunya kembali
Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada periode selanjutnya. Hal
inilah yang membuat Ahok melontarkan kata-kata yang diduga sebagai
penistaan agama. Kejadian ini mulai viral sejak Kamis 6 Oktober 2016, di
media sosial Facebook karena akun Facebook bernama Buni Yani

menyebarkan video Ahok tersebut. Dengan caption yang memprofokatori,
akhirnya video ini menjadi viral dan memicu kemarahan umat Muslim di
Indonesia.
Pada 7 Oktober 2016, Ahok dilaporkan oleh Habib Novel Chaidir
Hasan yang berprofesi sebagai alim ulama, sebagaimana Laporan Polisi
Nomor LP/1010/X/2016 Bareskrim. Ahok dilaporkan karena diduga

melakukan tindak pidana penghinaan agama. Agama memang suatu hal
yang sangat sensitif, Indonesia yang merupakan mayoritas penduduk
beragama muslim, membuat Muslim tak hanya menjadi kepercayaan tapi
juga kebudayaan dan sistem sosial. Dalam penelitian Megali Clobert
(2014:4) East Asian Religious

Tolerance—A Myth or a Reality?

Empirical Investigations of Religious Prejudice in East Asian Societies
dijelaskan bahwa. Perhatikan

agama dapat secara sah dilihat sebagai

sistem budaya itu sendiri, atau setidak-tidaknya sebagai sub-budaya dalam
budaya yang lebih luas (Cohen, 2009).
Tak heran dengan majunya Ahok sebagai calon gubernur DKI
Jakarta, hingga dugaan penistaan agama membuat kasus ini menjadi
konflik di Indonesia. Kasus ini pada akhirnya bukan hanya menjadi
konflik politik, namun sudah merembet hingga menjadi konflik agama.
Setelah menjadi sorotan, pada Senin, 10 Oktober 2016, Ahok meminta

maaf atas pernyataannya tersebut . Ahok menyatakan tidak bermaksud
menyinggung umat Islam. Nyatanya pernyataan Ahok terkait dugaan
penistaan agama masih memantik reaksi, demonstrasi pun pecah di depan
balai kota DKI Jakarta pada Jumat, 14 Oktober 2016. Ahok, terlapor
dugaan penistaan agama pun memenuhi panggilan penyidik Bareskrim
Mabes Polri, Senin, 7 November 2016. Hingga Rabu, 16 November 2016,
Ahok resmi ditetapkan sebagai tersangka.
Beberapa media massa memberitakan kasus Ahok mulai dari
Televisi, surat kabar hingga media online. Tak heran di beberapa media
kasus ini menjadi headline. Pemberitaan yang dilakukan oleh media
tentunya dapat menggiring pemikiran dan membentuk opini para pembaca.

Pengaruh ini nantinya akan berdampak apakah dapat meredam suasana
konflik yang ada dalam masyarakat atau malah sebaliknya.
Jika dilihat dari fungsinya media massa khususnya surat kabar
memiliki fungsi untuk mempersuasi atau mempengaruhi pembacanya
melalui berita-berita yang disuguhkan. Judul tulisan pun turut digunakan
sebagai sarana untuk mempersuasi pembaca. Seperti judul yang tercetak di
halaman depan atau headline pada sebuah surat kabar yang biasanya
dicetak paling berbeda diantara judul yang lainya, mulai dari

pencetakannya yang berhuruf besar, tulisan yang tebal, atau tulisan miring
hingga digaris bawahi. Hal tersebut dilakukan agar para pembaca tertarik
dan tepersuasi atas pesan yang disuguhkan.
Penulisan judul dan isi berita tergantung bagaimana cara media
tersebut mengemas dan memberitakan suatu berita. Masing-masing media
dengan seperangkat pandangan dan ideologinya berusaha membangun,
mengembangkan, menciptakan, menyuguhkan informasi atau berita
tersebut kepada masyarakat denga angle yang berbeda. Ideologi suatu
media sangat berpengaruh terhadap bagaimana media tersebut mengemas
suatu pemberitaan. Dijelaskan oleh John Budarick (2008:2) dalam
penelitian Framing ideology in the niche media The Koori Mail’s
construction of the Redfern riots. Ketika media meliput isu dan peristiwa
sosial - terutama isu yang mencakup kekhawatiran masyarakat seperti
hukum dan ketertiban, kejahatan dan multikulturalisme - mereka juga
terlibat dengan norma dan konstruksi ideologis media. Norma ideologis ini
muncul dalam bentuk pandangan dan keyakinan yang mengakar dan
natural tentang masyarakat dan dunia pada umumnya. Ideologi di sini
bukanlah suatu kesadaran palsu yang mistis sebagai kumpulan gambaran,
konsep, dan keyakinan yang koheren yang membentuk pandangan.
Ideologi memiliki peranan dan kekuatan yang sangat pending dalam

bagaimana media mengemas suatu pemberitaan. Hal ini dijelaskan oleh
John Budarick (2008:4) dalam penelitian Framing ideology in the niche
media The Koori Mail’s construction of the Redfern riots.

Kekuatan ideologis media massa telah menjadi fokus bagi penulis
internasional yang terkenal. Para teoretikus seperti Stuart Hall (1983) telah
membuka jalan untuk menantang pandangan ideologi 'media massa sentris'
ini dengan melepaskan konsep dari posisi kelas esinisisnya dan
mengenalkan pengaruh de-centering dari bahasa dan wacana. Menurut
Hall (1980a, 1983), bahasa, sebagai cara utama mengkomunikasikan
ideologi, tidak harus hanya memiliki satu makna. Sebaliknya, ideologi
dapat disampaikan dengan berbagai cara, dan dari berbagai posisi sosial.
Dalam kasus Ahok sejumlah media memberitakan kasus Ahok
dengan caranya masing-masing sesuai ideologi media tersebut. Media
yang memberitakan kasus penistaan agama Ahok salahsatunya adalah
media online Republika.co.id dan liputan6.com.
Penulis tertarik memilih media online republika.co.id sebagai objek
penelitian dikarenakan, mempertimbangakan masalah penistaan yang
dilakukan pada agama Islam. Disisi lain ideologi harian umum Republika
yang didirikan oleh Cendikiawan Muslim se- Indonesia (ICMI), selain itu

juga Republika dikenal dengan berideologi Islam.
Oleh sebab itu peneliti, akan melakukan sebuah Penilitian
menggunakan framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang
merupakan hasil pengembangan dari teori van dijk sebagai analisa data
untuk

mengetahui

pembingkain

berita

yang

di

sajikan

oleh


Republika.co.id.
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dibagi dalam empat
struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berhubungan dengan
bagaimana wartawan menyusun peristiwa dalam bentuk susunan umum
berita. Dapat diamati dari bagan berita (lead, latar, headline, kutipan yang
diambil dan sebagainya). Kedua, strukur skrip. Skrip berhubungan dengan
bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam
bentuk berita. Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan
bagaimana wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam
proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks

secara keseluruhan. Keempat, struktur retoris. Retoris berhubungan
dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu kedalam berita.
Struktur ini melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom,
grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan,
melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca. Sehingga
pengemasan berita yang dibuat oleh media online republika.co.id mampu
mengajak khalayak untuk menilai dalam kasus penistaan Agama yang
dilakukan oleh Ahok.
Selain itu alasan peneliti menggunakan media online untuk

melakukan penelitian, karena media online sedang menjadi trend khalayak
dalam mencari informasi dibandingkan melalui media konvensional.
Media online dipandang lebih efektif dan efisian oleh khalayak karena
mudah diakses dimanapun dan media online memliki kecepatan
pembaharuan berita sehingga informasi yang dibutuhkan cepat didapatkan
oleh khalayak. Peniliti juga memilih media online Liputan6.com sebagai
pembanding pemberitaan yang di sampaikan oleh republika.co.id .
Liputan6.com

dipandang

netral

dalam

membuat

pemberitaan.

Liputan6.com diharapkan memiliki pandangan – pandangan yang lebih

objektif dan tidak dipengaruhi kepentingan apapun.
Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti ingin mengetahui sejauh
mana keberhasilan Pembentukan Framing dalam “Pemberitaan Kasus
PenistaanAgama oleh Ahok ” Analisis framing Pada Pemberitaan media
online republika.co.id dan Liputan6.com.

1.2 Fokus Penelitian

Melakukan penelitian kualitatif mengenai pengemasan berita
penistaan agama oleh Ahok pada pemberitaan republika.co.id dan
Liputan6.com

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan penulis
merumuskan suatu permaslahan yang akan diteliti yaitu:

1.

Bagaiamana Sintaksis wartawan Media Online republika.co.id dan Media
Online Liputan6.com Indonesia mengemas berita Kasus Penistaan Agama
oleh Ahok pada Edisi 07 Novermber 2016 – 16 November 2016 ?

2.

Bagaimana Skrip wartawan Media Online republika.co.id dan

Media

Online Liputan6.com mengisahkan berita Kasus Penistaan Agama oleh
Ahok pada Edisi 07 Novermber 2016 – 16 November 2016 ?

3.

Bagaimana Tematik wartawan Media Online republika.co.id dan Media
Online Liputan6.com mengungkapkan pandangan sebuah peristiwa pada
berita Kasus Penistaan Agama oleh Ahok pada Edisi 07 Novermber 2016 –
16 November 2016 ?

4.

Bagaimana Retoris wartawan Media Online republika.co.id dan Media
Online Liputan6.com menekankan arti tertentu pada berita Kasus
Penistaan Agama oleh Ahok pada Edisi 07 Novermber 2016 – 16
November 2016 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Pengemasan
Berita Kasus Penistaan Agama oleh Ahok pada Edisi 07 Novermber 2016
– 16 November 2016. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui bagaimana Sintaksis wartawan Media Online
republika.co.id dan Media Online Liputan6.com megemas berita Kasus
Penistaan Agama oleh Ahok pada Edisi 07 Novermber 2016 – 16
November 2016.

2.

Untuk

mengetahui

republika.co.id dan

bagaimana

Skrip

wartawan

Media

Online

Media Online Liputan6.com mengisahkan berita

Kasus Penistaan Agama oleh Ahok pada Edisi 07 Novermber 2016 – 16
November 2016.

3.

Untuk

mengetahui

bagaimana

republika.co.id dan

Tematik

wartawan

Media

Online

Media Online Liputan6.com mengungkapkan

pandangan sebuah peristiwa pada berita Kasus Penistaan Agama oleh
Ahok pada Edisi 07 Novermber 2016 – 16 November 2016.

4.

Untuk

mengetahui

bagaimana

Retoris

wartawan

Media

Online

republikacom dan Media Online Liputan6.com menekankan arti tertentu
pada berita Kasus Penistaan Agama oleh Ahok pada Edisi 07 Novermber
2016 – 16 November 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Pada sebuah penelitian ilmiah tentunya selalu memiliki tujuan
tertentu yang akhirnya menimbulkan manfaat dalam pembuatannya.
Terdapat beberapa aspek manfaat dalam penelitan ini yaitu meliputi :

1. Manfaat Segi Teori

Manfaaat penelitian ini dari segi teoritis yaitu agar nantinya hasil
dari penelitian ini dapat menjadi rujukan pengembangan terhadap ilmu
pengetahuan, kususnya Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik. Selain itu
penelitian ini dapat menjadi alat perencanaan dalam melakukan penelitian
yang sama.

2. Manfaat Segi Kebijakan

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi praktisi Ilmu
Komunikasi

dalam

menjalankan

profesinya

secara

professional

menjalankan fungsinya lebih maksimal sebagai seorang jurnalis. Selain itu
juga di harapkan par praktisi Ilmu Komunikasi di bidan Jurnalistik dapat
bersikap adil dan bijak dalam membuat sebuah pemberitaan.

3. Manfaat Segi Praktis

a. Bagi perusahan

Maanfaat penelitian ini dari segi praktiknya adalah untuk
pengembangan praktik profesi wartawan khususnya bagi wartawan
ditempat peneliti melakukan penelitian, agar lebih baik lagi dalam kualitas
penulisan berita yang dihasilkan. Kemudian agar perusahana lebih teliti
dan netral dalam membuat judul dan tulisan berita.

b. Bagi peneliti

Sebagai tambahan ilmu yang belum didapat saat masa perkuliahan
kelas, sehingga peneliti memiliki kemampuan yang berimbang antara teori
dan praktik jika kelak terjun menjadi seorang wartawan. Selain itu dapat
menjadi penambah pengalaman bagi peneliti dalam mengolah suatu data
penelitian, mulai dari latar belakang hingga pada kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian di lapangan.

c. Manfaat Segi Isu serta Aksi Sosial

Diharapkan tim redaksi selaku pekerja di media massa selalu
menjunjung tinggi idealisme dan profesionalisme seorang wartawan,
sehingga dapat tercipta berita yang berkualitas juga bermanfaat bagi para
pembacanya. Selain itu juga diharapkan agar praktisi media massa selalu
mengemas

berita

dengan

berimbang

dan

tidak

memihak,

agar

menghilangkan stigma buruk yang melekat pada media massa dihadapan
masyarakat.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Pemberitaan Ideal di Indonesia pada Media Massa

2.1.1

UNDANG-UNDANG TENTANG PERS.

(Sumber:http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2008_11.pdf)

Hal – hal yang berkaitan dengan dunia wartawan di Indonesia di
atur pada Undang – Undang Pres NO 40/1999: PERS HOP Itjen Dep.
Kimpraswil2/11. Berikut isi dari Undang – Undang Pers yang berkaitan
dengan penelitian dari penulis yang berkiatan dengan pemberitan ideal di
Indonesia:

2.1.1.1 BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : 1. Pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala
jenis saluran yang tersedia. 2. Perusahaan pers adalah badan hukum
Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media
cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya
yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan
informasi. 3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media
cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam
memperoleh informasi. 4. Wartawan adalah orang yang secara teratur
melaksanakan kegiatan jurnalistik. 5. Organisasi pers adalah organisasi
wartawan dan organisasi perusahaan pers. 6. Pers nasional adalah pers
yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia. 7. Pers asing adalah
pers yang diselenggarakan oleh perusahaan asing. 8. Penyensoran adalah
penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi yang
akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang
bersifat mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor,
serta memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan
jurnalistik. 9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian
penerbitan dan peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan
hukum. 10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk
menolak mengungkapkan nama dan atau identitas lainnya dari sumber
berita yang harus dirahasiakannya. 11. Hak Jawab adalah seseorang atau
sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap
pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya. 12. Hak Koreksi
adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang
orang lain. 13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi
atau ralat terhadap suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang
tidak benar yang telah diberitakan oleh pers yang bersangkutan. 14. Kode
Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.

2.1.1.2 BAB II ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS

Pasal 2 Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan
rakyat yang berasaskan prinsipprinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi
hukum. Pasal 3 1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. UU 40/1999: PERS
HOP Itjen Dep. Kimpraswil 3/11 2. Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat
(1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Pasal 4 1.
Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. 2. Terhadap
pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan
penyiaran. 3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional
mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan
informasi. 4. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan
hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak. Pasal 5 1. Pers nasional
berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati
norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak
bersalah. 2. Pers wajib melayani Hak Jawab. 3. Pers wajib melayani Hak
Tolak. Pasal 6 Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut : a.
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; b. menegakkan nilai-nilai
dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan Hak
Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan; c. mengembangkan
pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar; d.
melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum; e. memperjuangkan keadilan dan
kebenaran;

2.1.1.3 BAB III WARTAWAN

Pasal 7 1. Wartawan bebas memilih organisasi wartawan. 2.
Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Pasal 8 Dalam
melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.

2.1.1.4 BAB IV PERUSAHAAN PERS

Pasal 9 1. Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak
mendirikan perusahaan pers. 2. Setiap perusahaan pers harus berbentuk
badan hukum Indonesia. Pasal 10 Perusahaan pers memberikan
kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam bentuk
kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk
kesejahteraan lainnya. Pasal 11 Penambahan modal asing pada perusahaan
pers dilakukan melalui pasar modal. UU 40/1999: PERS HOP Itjen Dep.
Kimpraswil 4/11 Pasal 12 Perusahaan pers wajib mengumumkan nama,
alamat dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang
bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat
percetakan. Pasal 13 Perusahaan iklan dilarang memuat iklan : a. yang
berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu
kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa
kesusilaan masyarakat; b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat
aditif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku; c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok. Pasal
14 Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri,
setiap warga negara Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita.

2.1.1.6 BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 17 1. Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk
mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh
informasi yang diperlukan. 2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dapat berupa : a. Memantau dan melaporkan analisis mengenai
pelanggaran hukum, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan
oleh pers; b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam
rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.

2.1.2

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI
ELEKTRONIK.

(sumber:http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2008_11.pdf)

Hal – hal yang berkaitan dengan dunia media online dan yang
berkitand dengan elektronik di Indonesia di atur pada Undang – Undang
Informasi dan Transaksi Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) No 11
Tahun 2008. Berikut isi dari Undang – Undang ITE yang berkaitan dengan
penelitian dari penulis :

2.1.2.1 BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1.
Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),

telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode
Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 2. Transaksi
Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. 3.
Teknologi

Informasi

adalah

suatu

teknik

untuk

mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis,
dan/atau menyebarkan informasi. 4. Dokumen Elektronik adalah setiap
Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau
sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti
atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 5. Sistem
Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang
berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik. 6. Penyelenggaraan Sistem Elektronik
adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang,
Badan Usaha, dan/atau masyarakat. 7. Jaringan Sistem Elektronik adalah
terhubungnya dua Sistem Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup
ataupun terbuka. 8. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem
Elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu
Informasi Elektronik tertentu secara otomatis yang diselenggarakan oleh
Orang. 9. Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik
yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan
status subjek hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang
dikeluarkan oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. 10. Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai pihak
yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat
Elektronik.

11.

Lembaga

Sertifikasi

Keandalan

adalah

lembaga

independen yang dibentuk oleh profesional yang diakui, disahkan, dan
diawasi

oleh

Pemerintah

dengan

kewenangan

mengaudit

dan

mengeluarkan sertifikat keandalan dalam Transaksi Elektronik. 12. Tanda
Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi
Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi
Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.
13. Penanda Tangan adalah subjek hukum yang terasosiasikan atau terkait
dengan Tanda Tangan Elektronik. 14. Komputer adalah alat untuk
memproses

data

elektronik,

magnetik,

optik,

atau

sistem

yang

melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan penyimpanan. 15. Akses
adalah kegiatan melakukan interaksi dengan Sistem Elektronik yang
berdiri sendiri atau dalam jaringan. 16. Kode Akses adalah angka, huruf,
simbol, karakter lainnya atau kombinasi di antaranya, yang merupakan
kunci untuk dapat mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik
lainnya. 17. Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat
melalui Sistem Elektronik. 18. Pengirim adalah subjek hukum yang
mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. 19.
Penerima adalah subjek hukum yang menerima Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dari Pengirim. 20. Nama Domain adalah
alamat internet penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau
masyarakat, yang dapat digunakan dalam berkomunikasi melalui internet,
yang berupa kode atau susunan karakter yang bersifat unik untuk
menunjukkan lokasi tertentu dalam internet. 21. Orang adalah orang
perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga negara asing, maupun
badan hukum. 22. Badan Usaha adalah perusahaan perseorangan atau
perusahaan persekutuan, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum. 23. Pemerintah adalah Menteri atau pejabat lainnya yang
ditunjuk oleh Presiden. Pasal 2 Undang-Undang ini berlaku untuk setiap
Orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia
maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di

wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan
merugikan kepentingan Indonesia.

2.1.2.2 BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat,
kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral
teknologi. Pasal 4 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk: a. mencerdaskan kehidupan
bangsa

sebagai

bagian

dari

masyarakat

informasi

dunia;

b.

mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c. meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan publik; d. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang
penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan
bertanggung jawab; dan e. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian
hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

2.1.2.3 BAB III INFORMASI, DOKUMEN, DAN TANDA TANGAN
ELEKTRONIK

Pasal 5 (1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. (2)
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.

(3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah
apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam UndangUndang ini. (4) Ketentuan mengenai Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku untuk: a. surat yang menurut Undang-Undang harus
dibuat dalam bentuk tertulis; dan b. surat beserta dokumennya yang
menurut UndangUndang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta
yang dibuat oleh pejabat pembuat akta. Pasal 6 Dalam hal terdapat
ketentuan lain selain yang diatur dalam Pasal 5 ayat (4) yang
mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli,
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap sah
sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses,
ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga menerangkan suatu keadaan. Pasal 7 Setiap Orang yang
menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak Orang
lain berdasarkan adanya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik harus memastikan bahwa Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang ada padanya berasal dari Sistem Elektronik
yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundangundangan. Pasal 8
(1) Kecuali diperjanjikan lain, waktu pengiriman suatu Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik telah dikirim dengan alamat
yang benar oleh Pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang ditunjuk atau
dipergunakan Penerima dan telah memasuki Sistem Elektronik yang
berada di luar kendali Pengirim. (2) Kecuali diperjanjikan lain, waktu
penerimaan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
ditentukan pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
memasuki Sistem Elektronik di bawah kendali Penerima yang berhak. (3)
Dalam hal Penerima telah menunjuk suatu Sistem Elektronik tertentu
untuk menerima Informasi Elektronik, penerimaan terjadi pada saat
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem
Elektronik yang ditunjuk. (4) Dalam hal terdapat dua atau lebih sistem

informasi yang digunakan dalam pengiriman atau penerimaan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik, maka: a. waktu pengiriman
adalah ketika Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
memasuki sistem informasi pertama yang berada di luar kendali Pengirim;
b. waktu penerimaan adalah ketika Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik memasuki sistem informasi terakhir yang berada di
bawah kendali Penerima. Pasal 9 Pelaku usaha yang menawarkan produk
melalui Sistem Elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan
benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang
ditawarkan. Pasal 10 (1) Setiap pelaku usaha yang menyelenggarakan
Transaksi Elektronik dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi
Keandalan. (2) Ketentuan mengenai pembentukan Lembaga Sertifikasi
Keandalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Pasal 11 (1) Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan
hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai
berikut: a. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait hanya kepada
Penanda Tangan; b. data pembuatan Tanda Tangan Elektronik pada saat
proses penandatanganan elektronik hanya berada dalam kuasa Penanda
Tangan; c. segala perubahan terhadap Tanda Tangan Elektronik yang
terjadi setelah waktu penandatanganan dapat diketahui; d. segala
perubahan terhadap Informasi Elektronik yang terkait dengan Tanda
Tangan Elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat
diketahui; e. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk mengidentifikasi
siapa Penandatangannya; dan f. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan
bahwa Penanda Tangan telah memberikan persetujuan terhadap Informasi
Elektronik yang terkait. (2) Ketentuan lebih lanjut tentang Tanda Tangan
Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Pasal 12 (1) Setiap Orang yang terlibat dalam Tanda Tangan
Elektronik berkewajiban memberikan pengamanan atas Tanda Tangan
Elektronik yang digunakannya. (2) Pengamanan Tanda Tangan Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya meliputi: a.
sistem tidak dapat diakses oleh Orang lain yang tidak berhak; b. Penanda

Tangan harus menerapkan prinsip kehatihatian untuk menghindari
penggunaan secara tidak sah terhadap data terkait pembuatan Tanda
Tangan Elektronik; c. Penanda Tangan harus tanpa menunda-nunda,
menggunakan cara yang dianjurkan oleh penyelenggara Tanda Tangan
Elektronik ataupun cara lain yang layak dan sepatutnya harus segera
memberitahukan kepada seseorang yang oleh Penanda Tangan dianggap
memercayai Tanda Tangan Elektronik atau kepada pihak pendukung
layanan Tanda Tangan Elektronik jika: 1. Penanda Tangan mengetahui
bahwa data pembuatan Tanda Tangan Elektronik telah dibobol; atau 2.
keadaan yang diketahui oleh Penanda Tangan dapat menimbulkan risiko
yang berarti, kemungkinan akibat bobolnya data pembuatan Tanda Tangan
Elektronik; dan d. dalam hal Sertifikat Elektronik digunakan untuk
mendukung Tanda Tangan Elektronik, Penanda Tangan harus memastikan
kebenaran dan keutuhan semua informasi yang terkait dengan Sertifikat
Elektronik tersebut. (3) Setiap Orang yang melakukan pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab atas
segala kerugian dan konsekuensi hukum yang timbul.

2.1.2.4 BAB VII PERBUATAN YANG DILARANG

Pasal 27 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. (2) Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian. (3) Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik. (4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman. Pasal 28 (1) Setiap
Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan
atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Pasal 29 Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti
yang ditujukan secara pribadi. Pasal 30 (1) Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem
Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun. (2) Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer
dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk
memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik. (3)
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun
dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem
pengamanan. Pasal 31 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau
Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain. (2) Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas
transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak
bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem
Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan
perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan,
penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan. (3) Kecuali intersepsi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang
dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian,
kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Pasal 32 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi,
melakukan

transmisi,

menyembunyikan

suatu

merusak,

menghilangkan,

Informasi

Elektronik

memindahkan,

dan/atau

Dokumen

Elektronik milik Orang lain atau milik publik. (2) Setiap Orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun
memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak. (3)
Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan
keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya. Pasal 33 Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan
apa pun yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau
mengakibatkan Sistem Elektronik menjadi tidak bekerja sebagaimana
mestinya. Pasal 34 (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan,
mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki: a. perangkat
keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau secara khusus
dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33; b. sandi lewat Komputer, Kode
Akses, atau hal yang sejenis dengan itu yang ditujukan agar Sistem
Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan memfasilitasi perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33. (2)
Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika
ditujukan untuk melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem
Elektronik, untuk perlindungan Sistem Elektronik itu sendiri secara sah

dan tidak melawan hukum. Pasal 35 Setiap Orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan,
perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.
Pasal 36 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai
dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain. Pasal 37
Setiap Orang dengan sengaja melakukan perbuatan yang dilarang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 36 di luar
wilayah Indonesia terhadap Sistem Elektronik yang berada di wilayah
yurisdiksi Indonesia.

2.1.2.5 BAB IX PERAN PEMERINTAH DAN PERAN MASYARAKAT

Pasal 40 (1) Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan. (2) Pemerintah melindungi kepentingan umum dari
segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik
dan Transaksi Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai
dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(3) Pemerintah

menetapkan instansi atau institusi yang memiliki data elektronik strategis
yang wajib dilindungi. (4) Instansi atau institusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) harus membuat Dokumen Elektronik dan rekam cadang
elektroniknya serta menghubungkannya ke pusat data tertentu untuk
kepentingan pengamanan data. (5) Instansi atau institusi lain selain diatur
pada ayat (3) membuat Dokumen Elektronik dan rekam cadang
elektroniknya

sesuai

dengan

keperluan

perlindungan

data

yang

dimilikinya. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran Pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Pasal 41 (1) Masyarakat dapat berperan
meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi melalui penggunaan dan
Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Transaksi Elektronik sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini. (2) Peran masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan melalui lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat. (3) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat memiliki fungsi konsultasi dan mediasi.

2.1.3

Elemen – elemen pemberitaan ideal

Menerapkan pemberitaan ideal harus memiliki rujukan, agar
sebuah pemberitaan dikatakan layak untuk dimuat dalam sebuah media,
Berita tersebut memiliki elemen – elemen yang harus di terapkan oleh para
wartawan dalam menulis berita. Elemen – elemen yang harus di pegang
oleh para wartawan tersebut dituliskan oleh Bill Kovach dan Tom
Rosentiel. Mereka menuliskan hal apa saja yang harus di perhatikan oleh
wartawan saat menuliskan sebuat berita pada khalayak. Sehingga berita
tersebut sempurna dan terverivikasi dengan baik.

Bill Kovach adalah ketua Committee of Concerned Journalist.
Sedangkan Tom Rosenstiel adalah direktur Project for Excellent in
Journalist. Mereka meneliti dan berhasil menyajikan teori tentang
sembilan elemen jurnalisme. Sembilan elemen jurnalisme ini adalah
prinsip–prinsip yang diharapkan dapat diterapkan oleh wartawan untuk
mewujudkan tujuan utama jurnalisme tersebut. Sembilan elemen tersebut
adalah (Kovach dan Rossenstiel, 2006, hlm. 6): 1. Kewajiban pertama
jurnalisme adalah pada kebenaran 2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah

kepada masyarakat 3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi 4.
Praktisi jurnalisme harus menjaga independesi terhadap sumber berita 5.
Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan 6. Jurnalisme harus
menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat 7. Jurnalisme
harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik dan
relevan 8. Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan
proporsional 9. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti naruni
mereka.

Sembilan elemen tersebut menjelaskan kepada khalayak untuk
menjadi seorang wartwan tidak mudah karena banyak elemen yan harus di
perhatikan. Kurang satu elemen dari yang di tuliskan Bill Kovach dan Tom
Resential maka pemeberitaan bisa dikatakan memihak kepada sebuah
kepentingan atau dikatakan sebuah media dan atau wartawan tidak
berimbang. Sehingga sembilan elemen tersebut layak dikatakan rujuakan
ideal wartawan dalam menulis pemberitaan agar berita yang ditulis
wartawan dan yang di muat oleh sebuah media dikatakan ideal.

2.1.1

Berita dalam Media Online

Media online

(Romli, 2014, hlm. 300 dapat diartikan sebagai

media yang tersaji secara online di situs web internet. Pedoman
Pemberitaan Media Siber (PPMS) yang dikeluarkan dewan pers
mengartikan media siber sebagai segala bentuk media yang menggunakan
wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi
persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang
ditetapkan Dewan Pers. Media online bisa dikatakan sebagai media

“generasi ketiga” setelah media cetak dan media elektronik. Pemberitaan
dalam media online merupakan produk jurnalistik online atau cyber
journalism yang didefinisikan sebagai pelaporan fakta atau peristiwa yang
diproduksi dan didistribusikan melalui internet.

Pemberitaan dalam media online merupakan generasi baru
jurnalistik setelah jurnalistik konvensional (jurnalistik media cetak, seperti
surat kabar) dan jurnalistik penyiaran (broadcast journalism radio dan
televisi). Romli (2014, hlm. 12) mendefinisikan bahwa “Pemberitaan
dalam media online merupakan sebagai proses penyampaian informasi
melalui media internet, utamanya website atau situs. Karena merupakan
perkembangan baru dalam dunia media, website pun dikenal juga dengan
sebutan media baru (new media). Hal baru dalam new media antara lain
informasi yang tersaji bisa diakses atau dibaca kapan saja dan di mana
pun, di seluruh dunia, selama ada komputer dan perangkat lain yang
memiliki koneksi internet.”

Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media
yang berbasis telekomunikasi dan multimedia. Didalamnya terdapat portal,
website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll,
dengan karakteristik masing-masing. Salah satu desain media online yang
paling umum diaplikasikan dalam praktik jurnalistik modern dewasa ini
adalah berupa situs berita. Situs berita atau portal informasi sesuai dengan
namanya merupakan pintu gerbang informasi yang memungkinkan
pengakses informasi memperoleh aneka fitur fasilitas teknologi online dan
berita didalamnya. Kontennya merupakan perpaduan layanan interaktif
yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung,
pencarian artikel, forum diskusi, dll. Atau yang tidak berhubungan sama
sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis, dll.

Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi
baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun
mensubstitusinya. Radio tidak menggantikan surat kabar, namun menjadi
sebuah alternatif, menciptakan sebuah kerajaan dan khalayak baru.
Demikian halnya dengan televisi, meskipun televisi melemahkan radio,
tetapi tetap tidak dapat secara total mengeliminasinya. Maka, cukup adil
juga untuk mengatakan bahwa jurnalisme online mungkin tidak akan bisa
menggantikan sepenuhnya bentuk-bentuk media lama. Melainkan,
tampaknya menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita
dan mendapatkan konsumen berita. (Santana, 2005, hlm. 135). Jurnalisme
online

tidak

akan

menghapuskan

jurnalisme

tradisional,

namun

meningkatkan intensitasnya. Dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari
teknologi internet dengan media tradisional.

Berdasarkan isi atau sajian informasi (Romli, 2014, hlm. 35)., yang
disajikan media online secara umum sama dengan media cetak seperti
koran atau majalah, yakni terdiri dari berita, artikel opini, feature, foto dan
iklan yang dikelompokkan kategori tertentu, misalnya kategori berita
nasional, ekonomi, berita olahraga dan politik. Perbedaan dengan media
cetak adalah kemasan informasi media online tidak hanya dalam bentuk
teks dan gambar (foto), namun juga bisa dilengkapi dengan audio, video,
visual, audio-video, animasi, grafis, link, artikel terkait (related posts),
bahkan interview game, serta kolom komentar untuk memberi ruang bagi
pembaca menyampaikan opininya

2.1.2

Karakteristik Berita Media Online

Berita online

(Santana, 2005, hlm. 137). adalah tipe baru

jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda
dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemukan dalam
teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas
dalam memproses dan meyebarkan berita, J.Pavlik dalam bukunya
Journalism and New Media menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai
“contextualized

journalism”,

karena

mengintegrasikan

tiga

fitur

komunikasi yang unik, yaitu kemampuan-kemampuan berdasarkan
platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi online, dan fiturfitur yang ditatanya (costumizeable features).

Santana melanjutkan (2005, hlm. 137) karakter jurnalisme online
yang paling terasa meskipun belum tentu disadari adalah kemudahan bagi
penerbit maupun masyarakat untuk membuat peralihan waktu penerbitan
dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengakses
artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya
juga dapat dilakukan oleh jurnalisme konvensional, namun jurnalisme
online dimungkinkan untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat
karena informasi yang disebarluaskan lebih cepat daripada jurnalisme
konvensional.

Mike Ward dalam Journalism Online (dalam Romli, 2014, hlm. 15)
menyebutkan beberapa karakteristik berita online sekaligus yang
membedakannya dengan media konvensional (keunggulan) yaitu:

1.

Immediacy adalah kesegaran atau kecepatan penyampaian informasi.

2.

Multiple pagination, bisa berupa ratusan page (halaman), terkait satu sama
lain, juga bisa dibuka tersendiri,

3.

Mulitmedia, menyajikan gabungan teks, gambar, audio, video, dan grafis
sekaligus.

4.

Flexibility Delivery Platform, wartawan bisa menulis berita kapan saja dan
di mana saja, di atas tempat tidur sekalipun.

5.

Archieving, terarsipkan, dapat dikelompokkan berdasarkan kategori
(rubrik), atau kata kunci (keyword, tags) juga tersimpan lama yang dapat
diakses kapan pun.

6.

Relationship with reader, kontak atau interaksi dengan pembaca dapat
langsung saat itu juga melalui kolom komentar dan lain-lain.

Keunggulan berita media online tersebut sangat berbeda jika
dibandingkan dengan media konvensional seperti media cetak (koran,
majalah, tabloid) ataupun elektronik (televise & radio). Sehingga
keunggulan itu juga membentuk karakteristik media online itu sendiri.
Karakteristik serupa dikemukakan James C. Foust ketika mengemukakan
keunggulan pemberitaan dalam media online (dalam Romli, 2014, hlm.
16):

1.

Audience Control: audiens atau pembaca dapat lebih leluasa dalam
memilih berita yang mereka sukai.

2.

Nonlienarity: taip berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri atau tidak
berurutan.

3.

Storage and Retrieval: berita atau informasi tersimpan atau terarsipkan
dan diakses kembali dengan mudah kapan saja.

4.

Unlimited Space: memungkinkan jumlah berita jauh lebih lengkap
ketimbang media lainnya.

5.

Immediacy: kesegaran, cepat, dan langsung.

6.

Multimedia Capability: bisa menyertakan t

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63