Analisis SWOT Produk Kopi warkop

TUGAS
MANAGEMEN STRATEGI DAN BISNIS

OLEH :
NAMA : MUHAMMAD RIZKY HIDAYAT
NIM

: CIGO13147

PRODI : AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM

Analisis SWOT Produk Kopi
Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan perkopian Indonesia ke depan
digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman (tantangan) yang dihadapi suatu
industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam menetapkan
strategi dan kebijakan penanganan perkopian.
Analisis SWOT yaitu analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strength, Weakness,
Opportunities dan Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari

faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan
strategi yang menyajikan kombinasi terbaik dia antara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman, barulah perusahaan tersebut dapat menentukan strategi
dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untung mengambil keuntungan dari peluangpeluang yang ada, sekaligus memperkecil atau bahkan mengatasi kelemahan yang dimilinya
untuk menghindari ancaman yang ada.
Matrik SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi
organisasi/perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan organisasi/perusahaan.
Matrik ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O,
strategi S-T dan strategi W-T.
Untuk lebih jelasnya kondisi industri perkopian Indonesia, apakah masih mempunyai peluang
dalam pengembangannya atau tidak relevan lagi saat ini, hendaknya kita menganalisis terlebih
dahulu dengan mengunakan analisis SWOT.

Kekuatan (Strengths)
1. Tersedianya berbagai paket teknologi dari mulai pra panen, panen dan pasca panen yang
telah dikembangkan ke masyarakat petani pekebun.
2. Tersedianya keragaman produk kopi baik dalam bentuk regular coffee atau specialty
coffee.
3. Masih terbukanya Peluang pengembangan Product development dalam bentuk kopi

setengah jadi (roasted coffee) maupun kopi jadi (soluble dan instant coffee).
4. Ketersedian lahan dan agroklimat yang sesuai, khususnya pengembangan kopi Arabika.
5. Biaya produksi relatif lebih rendah.
Di Indonesia memiliki sedikitnya tujuh macam kopi spesialiti yang telah dikenal dunia seperti


Gayo Mountain Coffee dari dataran tinggi Takengon, Aceh Tengah,



Mandheling dan Lintong Coffee dari Sumatera Utara,



Java Coffee dari dataran tinggi Ijen, Jawa Timur,



Toraja/Kalosi Coffee dari dataran tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan,




Bali Coffee dari dataran tinggi Kintamani, Bali,



Flores Coffee dari dataran tinggi Manggarai, Nusa Tenggara Timur, dan



Balliem Highland Coffee dari dataran tinggi Jaya Wijaya, Irian Jaya.

Kelemahan (Weaknesses)
1. Rendahnya Produktivitas kopi di Indonesia, baik kopi Robusta maupun Arabika.
2. Belum proporsionalnya komposisi kopi Arabika dan Robusta. Pertanaman kopi Robusta
mendominasi dibandingkan dengan kopi arabika, sedangkan permintaan kopi dunia
hingga saat ini masih didominasi oleh Arabika dengan pangsa pasar >70 %.
3. Terbatasnya ketersediaan lahan yang memadai.
4. Terbatasnya panen kopi.
5. Rendahnya kualitas/mutu kopi Indonesia.

6. Kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung industri kopi, khususnya untuk kopi
Arabika yang menuntut lingkungan dengan suhu rendah, yang hanya terdapat pada
dataran tinggi di pegunungan.
7. Kurang informasi pasar dalam mengefisienkan sistem tataniaga.
8. Pemilikan lahan yang rata-rata masih sempit yaitu seluas 0,69 ha per KK.
9. Terbatas atau lemahnya kelembagaan petani dalam posisi rebut pasar (bergaining
position).
10. Ditinjau dari aspek hukum belum banyak produk kopi yang tergolong dalam produk
specilaty secara legal memiliki hak paten.
11. Penerapan teknologi (agronomi, pasca panen dan pengolahan) yang masih amat terbatas.

Peluang (Opportunities)
Peluang pasar kopi Indonesia khususnya dimasa mendatang masih cukup cerah, dengan
beberapa indikator sebagai berikut.

1. Distribusi supply dan demand kopi dunia. Diasumsikan bahwa, meskipun produksi dunia
mengalami sedikit peningkatan, namun lebih diakibatkan adanya kecenderungan
meningkatnya produksi kopi Robusta di wilayah Asia pasifik. Sedangkan kopi Arabika
dirasakan beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami
penurunan.

2. Perkembangan harga kopi dunia. Menurut ICO, perkembangan harga rata-rata kopi
Arabika selalu lebih tinggi dibandingkan harga kopi Robusta, maka dapat diasumsikan
bahwa pengembangan agribisnis kopi Arabika memiliki kecenderungan yang lebih
prospektif dibandingkan dengan Robusta.
3. Perkembangan konsumsi kopi dunia (terutama negara importir) cukup baik sehingga
pasar dan permintaan baru akan terbuka.

Ancaman (Treaths)
1. adanya ancaman dari minuman lain. Dewasa ini kecenderungan budaya minum kopi
khususnya di pasar tradisional mengalami perubahan yaitu dari “hot beverages” ke “cold
beverages” yaitu peralihan minuman ke soft drink.
2. Penyimpangan Iklim. Perubahan iklim yang akhir-akhir ini sulit diperkirakan akan
berdampak terhadap penyimpangan tipe iklim di suatu wilayah. Sementara tanaman kopi
dalam stadia-stadia tertentu sangat rentan terhadap pengaruh kekurangan dan kelebihan
air yang akan berakibat pada penurunan produksi.
3. Kelangkaan tenaga kerja. Angkatan kerja di pedesaan kurang berminat bekerja di
perkebunan, hal ini dikarenakan tingkat upah yang diterima masih dirasakan relatif
rendah.
4. Perkembangan produksi yang besar di negara lain (Vietnam) sangat tinggi menyebabkan
persaingan pasar sangat tinggi.


Alternatif Strategi
1. Strategi S-O
2.
o Pengembangan area selain didasarkan pada kesesuaian lahan juga dengan
pertimbangan memiliki daya kompetitif dan komparatif secara antar dan intra
wilatah serta pertimbangan permintaan pasar/konsumen baik domestik ataupun
dunia.
o Mengisi dan meningkatkan peluang pasar yang tersedia baik domestik maupun
internasional serta mempertahankan pasar yang telah ada melalui berbagai upaya
promosi baik dalam dan luar negeri termasuik mendukung agrowisata.

o pengembangan iklim usaha yang kondusif untuk investasi dibidang perkopian,
khususnya berupaya kebijakan yang diterapkan secara konsisten dan
berkesinambungan.
3. Strategi W-O
4.
o Optimalisasi ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam mendukung peningkatan kualitas tanaman dan produk yang dihasilkan.
o Menumbuh kembangkan fungsi kelembagaan dan kemitraan yang berazaskan

kebersamaan ekonomi.
o Optomalisasi usaha tani dalam luasan skala usaha dan ekonomis baik ditingkat
petani maupun usaha menengah dan besar.
5. Strategi S-T
6.
o Penajaman wilayah potensial yang berkelayakan teknis dan tanaman dalam upaya
meningkatkan produktivitas tanaman dan lahan.
o Mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan melalui perwujudan usaha
perkebunan kopi yang ramah lingkungan (environmental friendly coffee).
7. Strategi W-T
8.
o Melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka legalisasi
produk-produk kopi spesial (specialty dan bio coffee) untuk mendapatkan nama
dagang (trade mark) atau hak paten dari produk-produk yang bersangkutan.
o Sosialisasi penerapan sistem manajemen mutu (SNI, ISO, HACCP) diikuti
dengan perbaikan melalui penerapan “reward” dan “punishment” terhadap
pembelian produk.
o meningkatkan jaminan keamanan berusaha terhadap segala bentuk penjarahan,
perambahan atau aktivita serupa lainnya.


Alternatif Kebijakan

Berangkat dari stategi diatas, maka kebijakan pengembangan kopi kedepan khususnya secara
teknis dititikberatkan kepada.
1. Kebijakan Umum
2.
o Membangun perkebunan kopi yang berkelanjutan.
o mempertangguh daya saing komoditas melalui peningkatan mutu hasil dan
efisiensi usaha.
o Peningkatan dan pengembangan SDM yang tangguh dan bermutu serta IPTEK
yang tepat sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah.
3. Kebijakan Teknis
4.
o Kebijakan ini akan menentukan arah pengembangan kopi kedepan, dengan
mengacu pada “market oriented”, yatu.
o


peningkatan produktivitas (tanaman dan lahan) serta mutu hasil melalui
upaya intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan dan diversifikasi pada areal

yang telah ada dan diprioritaskan pada wilayah eks-proyek serta kawasan
hutan dan DAS.



Pengembangan komposisi kopi Robusta ke Arabika melalui upaya
konversi lahan Robusta dengan ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl,
serta penanaman tanaman baru pada lahan-lahan yang berkelayakan
teknis.



Kelestarian dan pengembangan kopi spesial di lahan subur dengan
ketinggian tempat di atas 1.000 m dpl.

http://binaukm.com
Diposkan oleh Orang Gorontalo di 16.37

Analisis SWOT Produk Tempe
Kekuatan (Strength) Top Tempe:

1. Dapat menguasai pasar lokal di wilayah perusahaan berproduksi.
2. Memahami selera konsumen dan kebutuhan akan panganan berkualitas dengan harga
terjangkau.
3. Harga merakyat
4. Bebas dari bahan pengawet kimia yang berbahaya
5. Berusaha menggunakan Brand sebagai proses pemasaran agar lebih di kenal dari tempe
produk lain
Selain itu panganan dari olahan kedelai ini banyak sekali peminatnya, tempe merupakan
panganan yang sehat dan memenuhi nutrisi dengan harga yang terjangkau

Kelemahan (Weakness):
1. Memiliki banyak pesaing
2. Brand masih dalam tahapan proses
3. Usaha masih terbilang rumahan dengan skala kecil dan belum karyawan masih kerabat
atau keluarga saja
4. Produk hanya dapat bertahan 3 hari dalam suhu ruangan dan 1 minggu dalam lemari
pendingin
5. Memerlukan biaya tambahan untuk membuat Brand lebih dikenal

Opportunity (Kesempatan):


1. Mengemas tempe semenarik mungkin untuk menarik para konsumen
2. Belum banyak produk tempe yang bermerek, berlogo, dan mencantumkan ferivikasi
BPOM serta logo halal

Ancaman (Threats):
1. Harga bahan utama yakni kedelai yang tak menentu, terlebih lagi jika sedang melonjak
naik
2. Pesaing lain yang bergelut di bidang yang sama

Diposkan oleh top tempe di 17.30

Analisis SWOT Produk Tembakau
Untuk melihat prospek komoditi tembakau dilakukan analisis SWOT terhadap komoditi
tersebut. Hasil analisis SWOT pada usahatani tembakau di Kecamatan Sukasari adalah sebagai
berikut :

Strength (S)
1. Merupakan komoditi yang mengandalkan zat addict yang menimbulkan ketergantungan
sehingga mempunyai pangsa pasar relatif tahan lama.
2. Luas lahan dan produksi tetap, karena kesesuaian lahan terbatas pada daerah tertentu
sehingga tidak memungkinkan dilakukan ekstensifikasi secara besar-besaran. Hal ini
akan menjaga tidak adanya lonjakan produksi yang dapat menyebabkan harga terpuruk
terlalu rendah.
3. Permintaan pasar dalam negeri terus meningkat walaupun kecil yang akan mendorong
pangsa pasar tembakau.
4. Tersedianya lahan dan iklim yang sesuai untuk menghasilkan termbakau berkualitas
tinggi. Didaerah tertentu yang saat ini menjadi daerah sentra produksi tembakau dapat
menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi.
5. Teknologi produksi telah dikuasai. Di Indonesia telah tersedia lembaga penelitian
tembakau (Balittas Malang) yang telah secara kontinu mengembangkan teknologi
tembakau. Lembaga ini dapat dijadikan nara sumber dalam mengatasi kendala budidaya
tembakau.

6. Potensial genetik luas untuk pemuliaan (keragaman varietas tinggi). Tembakau telah lama
dikembangkan di Indonesia sehingga saat ini telah banyak kultivar yang telah beradaptasi
dengan lingkungan. Hal ini berarti di Indonesia terdapat plasma nutfah dengan
keragaman genetik yang sangat tinggi sebagai bahan pemuliaan bak untuk peningkatan
hasil maupun ketahanan terhadap penyakit tertentu.

Weakness (W)
1. Sensitif terhadap cuaca terutama untuk tembakau Voor Oogst. Tembakau ini
menghendaki cuaca yang benar-benar kering pada saat panen dan adanya hujan walaupun
dalam volume kecil akan sangat merusak hasil tembakau.
2. Industri hilir tembakau terbatas pada rokok sehingga terjadi sistem perdagangan yang
tidak sehat. Perdagangan tembakau saat ini sangat dikuasai oleh pabrik rokok sehingga
harga maupun volume pembelian ditentukan sepenuhnya oleh pabrik rokok dan agenagennya.
3. Skala pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha) sehingga sulit untuk
menerapkan teknologi moderen yang efisien. Hal ini juga menyebabkan petani tidak
memiliki posisi tawar yang baik terhadap pedagang.

Opportunity (O)
1. Konsumsi tembakau dalam negeri masih negatif dibanding produksinya dan impor cukup
besar terutama tembakau Virginia, sehingga peluang pasar masih besar untuk dalam
negeri.
2. Peluang pasar ekspor untuk tembakau cerutu juga masih besar karena baru terpenuhi
sekitar 30 %.
3. Pemerintah masih mentargetkan APBN dari cukai dan pajak ekspor tembakau cukup
besar sehingga ruang gerak pasar dan produksi masih luas.
4. Peluang pemanfaatan tembakau untuk bahan baku obat da pestisida. Walaupun asih
dalam skala laboratorium hal ini diharapkan dapat menjadi diversifikasi produk industri
hilir tembakau di masa datang.
5. Pertumbukan konsumsi rokok di negara berkembang positif 3 % per tahun yang masih
memberikan prospek pasar tembakau di luar negeri.
6. Telah ditemukannya teknologi penurunan nikotin dan tar pada tembakau untuk
mengantisipasi peraturan pemerintah untuk rokok bernikotin dan tar rendah.

Threat (T)
1. Kampanye anti rokok oleh WHO yaitu tembakau sebagai penyebab kanker paru-paru,
impotensi, dll.
2. Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 1999 utnuk produksi rokok bernikotin dan tar rendah.

copyright (c) by : Nandang Sudrajat, SP
Posted in: Informasi Pertanian

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63