TEGANGAN PERMUKAAN DOSEN PENGAMPU LABORA

TEGANGAN PERMUKAAN
DOSEN PENGAMPU :
Galau Menanti Embri Baskoro Putra Mesias
KELOMPOK

: A-6

TGL PRAKTIKUM : 7 MARET 2018
ANGGOTA

: 1. REFLIANA KUSHARYANTI / 20171275B
2. ALFI NUR AZIZAH / 20171276B
3. GERALDINE CARTENSIA L / 20171279B
4. CHYNTIA INDAH PRIBADI / 20171287B

LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2018


I.

TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
 Mengetahui dan memahami prinsip tegangan permukaan
 Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat
 Menggunakan alat-alat penentuan tegangan permukaan
 Menentukan tegangan permukaan suatu zat.

II.

TEORI DASAR
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar

permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi
karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya
kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada
permukaan cairan (Douglas, 2001).
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil

dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur
lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara (Douglas, 2001).
Pada permukaan temu antara cairan dan gas, atau dua cairan yang tidak dapat
bercampur, seolah-olah terbentuk suatu selaput atau lapisan khusus, yang nampaknya
disebabkan oleh tarikan molekul-molekul cairan di bawah permukaan tersebut adalah
suatu percobaan yang sederhana untuk meletakkan sebuah jarum kecil pada permukaan
air yang tenang dan mengamati bahwa jarum itu didukung di sana oleh selaput tersebut
(Wyle, 1988).
Di dalam zat cair suatu molekul dikelilingi oleh molekul-molekul lainnya yang
sejenis dari segala arah sehingga gaya tarik menarik sesama molekul (kohesi) adalah
sama. Pada permukaan zat cair terjadi suatu gaya tarik menarik antar molekul zat cair
dengan molekul udara (gaya adhesi). Gaya adhesi lebih kecil bila dibandingkan dengan
gaya kohesi, sehingga molekul di permukaan zat cair cenderung untuk masuk ke dalam.
Tetapi hal ini tidak terjadi karena adanya gaya yang bekerja sejajar dengan permukaan
zat cair untuk mengimbangi. Sedangkan tegangan antar permukaan karena gaya adhesi
antara zat cair untuk mengimbangi gaya kohesi. Sedangkan tegangan antar permukaan
selalu lebih kecil dari tegangan permukaan (Lachman, 1989).

Pada umumnya zat cair memiliki permukaan mendatar, tetapi apabila zat cair
bersentuhan dengan zat padat atau dinding bejana, maka permukaan bagian tepi yang

bersentuhan dengan dinding akan melengkung. Gejala melengkungnya permukaan zat
cair disebut dengan ministus (Yasid, 2004).
Tegangan permukaan juga merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan gaya
antarmolekul dalam cairan dan didefinisikan sebagai hambatan peningkatan luas
permukaan cairan. Awalnya tegangan permukaan didefinisikan pada antar muka cairan
dan gas. Namun, tegangan yang mirip juga ada pada tegangan antar muka cairan-cairan,
atau padatan dan gas. Tegangan semacam ini secara umum disebut dengan tegangan
antar muka (Douglas.2001).
Permukaan zat cair mempunyai sifat ingin merenggang, sehingga permukaannya
seolah-olah ditutupi oleh suatu lapisan yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya
tarik-menarik antar partikel sejenis didalam zat cair sampai ke permukaan. Di dalam
cairan, tiap molekul ditarik oleh molekul lain yang sejenis di dekatnya dengan gaya
yang sama ke segala arah. Akibatnya tidak terdapat sisa (resultan) gaya yang bekerja
pada masing-masing molekul. Adanya gaya atau tarikan kebawah menyebabkan
permukaan cairan berkontraksi dan berada dalam keadaan tegang. tegangan ini disebut
dengan tegangan permukaan (Herinaldi, 2004).
Molekul-molekul yang berada dalam fasa cair seluruhnya akan dikelilingi oleh
molekul-molekul dengan gaya tarik-menarik yang sama ke segala arah. Sedangkan
molekul pada permukaan mengalami tarikan kedalam rongga cairan karena gaya tarikmenarik di dalam rongga cairan lebih besar daripada gaya tarik-menarik oleh molekul
uap yang diatas permukaa cairan. Hal ini berakibat permukaan cenderung mengerut

untuk mencapai luas yang sekecil mungkin (Halliday, 1991 ).
Daya tarik kapiler disebabkan oleh tegangan permukaan dan oleh nilai relatif
adhesi antara cairan dan benda padat terhadap kohesi cairan. Cairan yang membasahi
benda padat mempunyai adhesi yang lebih besar daripada kohesi. Kegiatan tegangan
permukaan dalam hal ini menyebabkan cairan naik di dalam tabung vertical kecil yang
terendam sebagian dalam cairan itu. Bagi cairan yang tidak membasahi benda padat,
tegangan permukaan cenderung untuk menekan miniskus dalam tabung vertikel kecil.
Bila sudut kontak antara cairan dan zat padat diketahui maka kenaikan kapiler dapat
dihitung untuk bentuk miniskus yang diasumsikan (Parrot, 1970).

Tegangan permukaan bervariasi antara berbagai cairan. Air memiliki tegangan
permukaan yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk karena air
membentuk droplet, misalnya tetesan air hujan pada kaca depan mobil. Permukaan air
membentuk suatu lapisan yang cukup kuat sehingga beberapa serangga dapat berjalan
diatasnya (Suminar, 2001).
Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam
anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan
senyawa organik tertentu antara lain sabun. Didalam teori ini dikatakan bahwa
penambahan emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan
yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah

bercampur (Mawarda, 2009).
Bahan pembasah adalah bahan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka
partikel-partikel yang tidak mudah larut. Bahan pembasah yang umum digunakan
adalah surfaktan yang memindai udara substansi lain yang terabsorbsi pada permukaan
partikel padatan. Sehingga memudahkan terbasahinya partikel padatan oleh cairan
pembawa (RPS, 1998).
Ada beberapa metode dalam melakukan tegangan permukaan : (Douglas,2001)
 Metode kenaikan kapiler Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/
cairan yang naik melalui suatukapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat
digunakan untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan
permukaan tidak biasa untuk mengukur tegangan antar muka.
 Metode tersiometer Du-NouyMetode cincin Du-Nouy bisa digunakan utnuk mengukur
tegangan permukaan ataupun tegangan antar muka. Prinsip dari alat ini adalah gaya
yang diperlukan untuk melepaskansuatu cincin platina iridium yang diperlukan
sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut.
(Atfins. 1994)
Metode Kenaikan Kapiler, cairan itu akan naik ke pipa sampai ketinggian tertentu
bila suatu tabung kapiler diletakkan dalam cairan di sebuah beaker glass, hal ini
disebabkan bilamana kekuatan adhesi antara molekul –molekul cairan dan dinding kapiler
lebih besar daripada kohesi antara molekul – molekul cairan. Cairan itu membasahi

dinding kapiler, menyebar dan meninggi dalam pipa. Metode Cincin Du Nouy /
Tensimeter Du Nouy, prinsip kerja dari alat tersebut bergantung pada gaya yang
diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina – iridium yang dicelupkan pada

permukaaan antar muka adalah sebanding dengan tegangan permukaan / tegangan antar
muka (Martin, 1993).
Tegangan muka = ½ r h d
g

Keterangan :
r : jari – jari kapiler
h : tinggi kenaikan
d : kerapatan cairan
g : gaya gravitasi

Manfaat Fenomena antar muka dalam farmasi:
1.

Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan
obat


2.

penetrasi molekul melalui membrane biologis

3.

pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media
cair untuk membentuk sediaan suspensi
Tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya suhu dan zat terlarut. Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan
mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada pada
permukaan cairan berbentuk lapisan monomolecular yang disebut dengan molekul
surfaktan (Giancoli,2001).
III.

ALAT DAN BAHAN
Alat :


Penggaris
Botol timbang / piknometer
Tabung reaksi
Neraca analitis digital

Bahan:

Span 80
Aquadest
Tween 80
Na laurel sulfat 5%

v
z
%
5
f
,N
8
w

c
D
T
y
u
q
0
1
p
P
h
r
e
s
k
tld
o
g
n
a

b
im
.
Na laurel sulfat 10%
Paraffin cair

Minyak zaitun

IV.

PROSEDUR PERCOBAAN

a. Menentukan massa zat cair

b. Menentukan tinggi kenaikan zat cair di dalam pipa kapiler

V.

H
zv

%
f5
N
0
8
w
D
3
,L
jB
A
q
C
o
)U
.-1
y
sc(d
k
m
erp
b
lah
g
n
itu

DATA DAN PERHITUNGAN
a. Aquadest

Kelompo
k
1
2
3
4
5
6

h=

Bobot

aquadest
(g)
10, 4
10,3
9,7
10,3
10,4
10,9

Bobot
botol
timbang
(g)
9,5
10,3
5,3
9,5
10,4
9,5

3,7+3,7+3,7
=3,7
3

massa aquadest = 20,4 – 9,5 = 10,9 g

Volume dan
botol
timbang
10,43
10,33
9,729
10,33
10,42
10,93

Kerapatan

air (g/mL)

0,997

Tinggi air
(cm)
3,6
3,3
2,5
3,3
3,6
3,7

b. Tween 80
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6

h (cm)
3,4
3,2
2,5
3
3,6
3,5

Tween 80
Ƿ (g/mL)
D
1,112
1,115
0,977
0,979
1,09
1,093
1,045
1,048
0,903
0,905
0,988
0,991

h=

3,5+3,5+3,5
=3,5
3

Ƿ=

20,3−9,5
g
=0,988
10,93
mL

ȣ (dyne/cm)
76,69
69,16
75,42
69,39
65,035
68,223

0,988
d = 0,997 =0,991
3,5 x 10,8
ȣ = 3,7 x 10,9 x 72,8=86,233 dyne /cm

c. Lauril sulfat 5%
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6

h (cm)
3,7
3,5
2,4
4,03
3,66
3,9

Lauril sulfat 5%
Ƿ (g/mL)
d
1,01
1,01
0,907
0,989
1,038
1,041
1,035
1,038
1,046
1,049
0,988
0,991

h=

3,9+3,9+3,9
=3,9
3

Ƿ=

20,3−9,5
g
=0,988
10,93
mL

0,988
d = 0,997 =0,991

ȣ (dyne/cm)
76,26
76,44
71,06
92,35
77,57
76,03

3,9 x 10,8
ȣ = 3,7 x 10,9 x 72,8=76,031 dyne /cm
d. Minyak zaitun
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6

h (cm)
3,7
3,5
2,8
3,3
3,4
3,7

Minyak zaitun
Ƿ (g/mL)
d
0,93
0,93
0,89
0,892
0,946
0,949
0,861
0,864
0,44
0,846
0,851
0,853

h=

3,7+3,7+3,7
=3,7
3

Ƿ=

18,8−9,3
g
=0 , 851
10,93
mL

ȣ (dyne/cm)
69,78
68,43
79,91
62,9
58,177
62,114

0,851
d = 0,997 =0 , 853
3,7 x 9,3
ȣ = 3,7 x 10,9 x 72,8=62,114 dyne /cm

e. Paraffin cair
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6

h (cm)
3,6
3,6
2,8
3,567
3,56
3,8

h=

3,8+3,8+3,8
=3,8
3

Ƿ=

18,0−9,5
g
=0 ,778
10,93
mL

Parafin cair
Ƿ (g/mL)
d
0,83
0,83
0,813
0,815
0,874
0,876
0,822
0,84
0,806
0,808
0,778
0,78

ȣ (dyne/cm)
60,2
64,06
77,62
64,938
58,146
58,305

0,778
d = 0,997 =0 , 780
3,8 x 8,5
ȣ = 3,7 x 10,9 x 72,8=58,305 dyne /cm
f. Lauril sulfat 10%
g.
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6

h (cm)
3,8
3,4
2,3
3,93
3,56
3,7

Lauril sulfat 10%
Ƿ (g/mL)
d
ȣ (dyne/cm)
1,01
1,01
78,32
0,977
0,989
75,52
1,038
1,041
68,05
1,035
1,038
90,06
0,938
0,98
70,6
0,951
0,954
69,46

3,7+3,7+3,7
=3,7
3
Ƿ=

19,9−9,5
g
=0 , 951
10,93
mL

0,951
d = 0,997 =0 , 954
3,7 x 10, 4
ȣ = 3,7 x 10,9 x 72,8=69,460 dyne /cm

h. Span 80
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6

h (cm)
2,9
2,5
2,5
2,567
2,76
3,5

Span 80
Ƿ (g/mL)
d
0,85
0,85
1,84
1,84
1,007
1,01
0,909
0,912
0,815
0,817
0,86
0,863

h=

3,4+3,4+ 3,4
=3,4
3

Ƿ=

18,9−9,5
g
=0,860
10,93
mL

ȣ (dyne/cm)
50,19
52,45
73,09
51,61
45,616
57,691

h=

0,860
d = 0,997 =0 , 63
3, 4 x 9,4
ȣ = 3,7 x 10,9 x 72,8=57,691 dyne /c m
VI.

PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Praktikum kali ini membahas mengenai cara menentukan tegangan permukaan
pada suatu zat cair. Zat cair yang digunakan sebagai sampel adalah air, span 80,
tween 80, paraffin cair, Na Lauryl Sulfat 5%, 10%, dan minyak zaitun. Natrium
lauryl sulfat berfungsi sebagai surfaktan, yang dapat menurunkan tegangan
permukaan antara 2 zat yang tidak dapat bercampur sehingga zat tersebut dapat
bercampur, sedangkan paraffin liquidum berfungsi sebagai laksativa. Metode yang
digunakan untuk menentukan tegangan permukaan pada praktikum adalah metode
kenaikan pipa kapiler. Penentuan tegangan permukaan dapat menggunakan metode
selain kenaikan pipa kapiler yaitu metode cincin Du nouy, namun karena belum
mempunyai alat untuk menguji dengan metode ini, jadi dipilihlah metode kenaikan
kapiler yang lebih sederhana.
Tegangan muka dapat didefinisikan sebagai gaya yang terjadi pada permukaan
suatu cairan yang menghalangi ekspansi cairan tersebut, sedangkan tegangan antar
muka (interfacial) adalah gaya per satuan panjang yang terjadi pada antar muka
antar 2 fase cair yang tidak dapat tercampur. Tegangan antar muka selalu lebih
kecil dari tegangan muka, sebab gaya adhesif antara 2 fase cair yang membentuk
antar muka lebih besar dari gaya adhesif antara fase cair dan fasa gas yang
membentuk antar muka.
Metode kenaikan pipa kapiler diukur dengan melihat ketinggian zat cair yang
naik melalui pipa kapiler. Salah satu ujung pipa tersebut dicelupkan ke dalam
permukaan zat cair maka zat cair tersebut akan naik sampai pada ketinggian
tertentu. Prinsip kerja pipa kapiler ini adalah gaya adhesif antara molekul zat cair
dan dinding kapiler itu lebih besar daripada gaya kohesif antara molekul –molekul
zat cair, sehingga cairan dapat membasahi dinding kapiler, dan dapat mengalir
naik di dalam pipa kapiler. Zat cair dapat naik dalam pipa kapiler selain
dipengaruhi oleh gaya adhesi yang besar juga dipengaruhi oleh tegangan muka
yang dimiliki zat aktif yang menyebabkan suatu gaya untuk naik. Suatu saat

kenaikan zat cair pada pipa kapiler dapat berhenti pada saat gaya tekan ke atas
sama dengan gaya gravitasi maka zat tersebut akan berhenti naik pada pipa kapiler.
Penggunaan metode kenaikan kapiler memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian. Keuntungan metode ini adalah waktu yang dibutuhkan relatif singkat
serta cara kerjanya yang praktis. Kerugiaannya adalah prosentase hasil
pengukuran tinggi yang tidak valid karena pengaruh tekanan saat pipa
dimasukkan ke dalam larutan. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan
untuk menentukan tegangan permukaan suatu zat dan tidak dapat digunakan untuk
menentukan tegangan antar muka dari suatu zat.
Hasil yang diperoleh dari penentuan tegangan permukaan tidak dapat
dibandingkan dengan literatur, karena perbedaan volume zat yang dipakai dalam
pengujian belum tentu sama dengan yang ada pada literature, sehingga tidak dapat
dihitung penyimpangan kesalahan yang terjadi. Perbandingan antara literature dan
hasil percobaan hanya dapat dilakukan untuk kerapatan zat, karena kerapatan ini
berbanding lurus dengan tegangan permukaan. Semakin besar nilai kerapatan
suatu zat akan semakin besar tegangan permukaannya, hal ini sama dengan jarijari pipa kapiler, semakin besar jari-jari pipa kapiler, maka tegangan
permukaannya juga semakin besar. Hasil percobaan memperoleh nilai kerapatan
masing-masing zat sebesar:

Zat

Kerapatan kelompok 6

Na Lauryl Sulfat 5%

0,991 g/mL

Na Lauryl sulfat 10%

0,951 g/mL

Paraffin Cair

0,780 g/mL

Span 80
Tween 80
Minyak zaitun

0,863 g/mL
0,991 g/mL
0,853 g/mL

Kerapatan Literatur
1,07 g/mL
0,87-0,89 g/mL
g/mL
1,06-1,09 g/mL
0,910 – 0,913 g/mL

Aquadest
0,997 g/mL
0,997 g/mL
Hasil yang diperoleh terdapat adanya penyimpangan antara hasil percobaan bila
dibandingkan dengan literatur, hal ini dapat mempengaruhi hasil perhitungan tegangan
permukaan. Faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan meliputi faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal antara lain:

1.

Volume
Volume cairan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah 10 ml. Sebelum
pipa kapiler dimasukkan, ukur dahulu berapa tinggi mula-mula cairan dalam
beaker glass. Setiap akan dilakukan replikasi, pastikan volume cairan tetap 10 ml
dan dengan tinggi yang sama, jika tingginya berkurang dapat ditambahkan cairan
lagi.

2. Diameter pipa kapiler
Diameter pipa kapiler berhubungan dengan kenaikan cairan. Pipa kapiler yang
kecil diameternya maka akan membuat kenaikannya lebih cepat,jelas dan tinggi.
3. Kadar
Kadar natrium lauryl sulfat yang berbeda - beda juga akan menghasilkan hasil
kenaikan cairan dalam pipa kapiler yang berbeda pula.
4.

Kerapatan cairan
Semakin besar konsentrasi maka akan semakin besar pula kerapatan suatu zat

5. Tinggi kenaikan zat cair dalam pipa kapiler
Viskositas cairan juga mempengaruhi kenaikan zat cair dalam pipa kapiler.
Semakin tinggi kekentalan suatu zat, maka dia akan lebih susah naik ke pipa
kapiler. Paraffin cair akan lebih susah naik ke pipa kapiler dibandingkan larutan
Natrium lauryl sulfat dan air. Sehingga kenaikannya pun akan lebih rendah.
Faktor eksternalnya meliputi:
1) Suhu
Suhu akan mempengaruhi perhitungan kerapatan suatu zat. Perhitungan kerapatan
menggunakan piknometer dilakukan dengan menaik turunkan suhu ± 20 C
kemudian didiamkan hingga suhu kembali pada suhu kamar. Adanya embun yang
tertinggal

saat

penurunan suhu akan mempengaruhi

hasil

perhitungan

kerapatannya.
2) Kemurnian zat yang digunakan,
Kemurnian zat yang akan diuji akan berkurang jika ada bahan lain yang ikut
masuk ke dalam zat yang akan di uji. Proses membersihkan piknometer harus
diperhatikan apakah sudah benar-benar kering atau belum, jika masih terdapat air
maka akan mempengaruhi kemurniaan zat yang di uji, kemurnian zat akan

berkurang dengan adanya campuran air, semakin banyak air yang tertinggal pada
piknometer maka akan banyak pula yang ikut tercampur pada zat yang di uji dan
kemurnian zat uji akan semakin berkurang.
Tegangan muka kebanyakan zat cair berkurang hampir sebanding dengan
kenaikan temperatur. Oleh karena itu perlu mengontrol temperatur dari sistem yang
diteliti jika hendak menentukan tegangan muka dan tegangan antar mukanya.
Manfaat tegangan permukaan di bidang farmasi salah satu contohnya yaitu
terbentukya emulsi. Emulsi merupakan sediaan cair yang terdiri dari dua fase yaitu
fase air dan fase minyak dimana harus dilakukan penggojokan untuk dapat
mencampurkan keduanya. Tegangan antarmuka pada emulsi terjadi antara minyak
dengan air. Penetrasi molekul melalui membran biologi, dapat mempengaruhi
adsorbsi obat, stabilitas, dan dispersi partikel yang tidak larut dalam suspensi.

VII.

KESIMPULAN
Dalam praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan
sejajar permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan.
Hal tersebut terjadi karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan
udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi antara molekul cairan sehingga
menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada permukaan cairan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan meliputi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu volume, diameter pipa
kapiler, kadar, kerapatan cairan, dan tinggi kenaikan zat cair dalam pipa
kapiler.sedangkan Faktor eksternalnya meliputi: Suhu dan kemurnian zat
yang digunakan.
3. Dari percobaan yang kami lakukan diperoleh
-

Span 80


h = 3,4 cm



Ƿ = 0,860 g/mL



d = 0,863



ȣ = 57,691 dyne/cm

-

-

-

-

-

Tween 80


h = 3,5 cm



Ƿ = 0,988 g/mL



d = 0,991



ȣ = 68,223 dyne/cm

Minyak zaitun


h = 3,7 cm



Ƿ = 0,851 g/mL



d = 0,853



ȣ = 68,223 dyne/cm

Na lauril sulfat 5%


h = 3,9 cm



Ƿ = 0,988 g/mL



d = 0,991



ȣ = 76,031 dyne/cm

Na lauril sulfat 10%


h = 3,7 cm



Ƿ = 0,951 g/mL



d = 0,954



ȣ = 69,460 dyne/cm

Paraffin cair


h = 3,8 cm



Ƿ = 0,778 g/mL



d = 0,780



ȣ = 58,305 dyne/cm

VIII. REFERENSI
Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. UMI., Makassar
Atkins, P. W. 1994. Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta
Gennaro, Alfonso R,et all, 1990. Remingto’s Pharmaceutical Sciences Edisi 18th
. Marck Publishing Company. Easton Pensylvania 591.
Giancoli, Douglas C. 2001. Isika Jilid I (terjemahan). Erlangga: Jakarta.
Herinaldi. 2004 . Mekanika Fluida, terjemahan dari “Fundamental of Fluids
Mechanic oleh Donald F. Young. Erlangga: Jakarta.
Lachman, L., 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI – press.
Mawarda. 2009. Tegangan Permukaan dan Kapasitas. PT Gramedia Pustaka
Utama.Jakarta.
Suminar.2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, tejemaham dari “Principles of
Modern Chemistry” oleh David Oxtoby. Erlangga.Jakarta.
Parrot . 1971. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company : Lowa
City
Wyle,B.E. 1988. Mekanika Fluida. Erlangga. Jakarta
Yazid, Estien, 2004. Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit Andi, Yogyakarta
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Erlangga, Jakarta
Martin.A, 1993, Farmasi Fisika, Edisi III Jilid 2,Indonesia University Press,
Jakarta