Analisis Ketimpangan Di Jawa Timur Persp

Topik : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan
Ketimpangan Regional di Provinsi Jawa Timur
I. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pembangunan mendorong pemerintah untuk memaksimalkan
potensi yang dimiliki. Pembangunan berdasarkan konsep keperluan asas bukan
saja dilihat dari segi kemajuan ekonomi, pembangunan industri, dan perubahan
sistem serta nilai kehidupan semata-mata, namun justru menekankan pada aspek
normatif dalam pembangunan. Dudley Seer’s berpendapat bahwa pembangunan
ialah proses merealisasikan potensi personal manusia. Pembangunan pada
dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur
sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan perubahan dalam
kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga meliputi perubahan dalam
tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan dan
pemberantasan kemiskinan (Nain dan Yussof, 2003:25).
Pertumbuhan ekonomi merupakan usaha negara jangka panjang menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan Nasional. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan
sebagai peningkatan total output suatu perekonomian yang ditandai dengan
meningkatnya jumlah penduduk yang membuat output per kapita dan standar
kehidupan terangkat (Case & Fair, 2007:41). Kadar pertumbuhan ekonomi dalam
suatu negara berhubungan dengan pembangunan yang dilakukan. Apabila kadar

pertumbuhan ekonomi meningkat dari tahun ke tahun, maka terjadi pembangunan
yang pesat pada negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi merupakan poin penting

1

2
dalam pembangunan karena pembangunan diukur berdasarkan kadar pertumbuhan
ekonomi yang dicapai suatu negara dari masa ke masa (Nain & Yusoff, 2003:22).
Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan ekonomi dan distribusi
pendapatan yang lebih merata. Pemerataan pendapatan memiliki dua arti,
Pertama yaitu meningkatkan tingkatan hidup masyarakat yang masih berada di
bawah garis kemiskinan, Kedua yaitu pemerataan pendapatan yang dilakukan
secara

menyeluruh

dengan


tidak

membeda-bedakan

tingkat

pendapatan

masyarakat. Keberhasilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat
dilihat dari angka persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
Indikator pengukuran pemerataan pendapatan adalah persentase penduduk yang
berada di bawah garis kemiskinan (Soesastro, 2005:462).
Pertumbuhan ekonomi dalam upaya pemerataan dan kesejahteraan
masyarakat dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan oleh masing-masing
sektor ekonomi, baik sektor pertanian, industri, pertambangan, dan lain-lain.
Pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh perubahan sosial, ekonomi,
institusional, kestabilan politik, kebijakan ekonomi pemerintah, jumlah kekayaan
alam, dan tingkat pendidikan masyarakat. Pertambahan penduduk juga dapat
menjadi faktor pendorong dan penghambat pertumbuhan ekonomi. Apabila
penduduk bertambah maka akan meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa,

namun di sisi yang lain sistem sosial dan sikap masyarakat, serta adat istiadat
yang mengikat mampu menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi (Siahaan,
2010). Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan proses peningkatan produksi
barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat di suatu negara dan dianggap

3
sebagai indikator yang menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian yang
bertujuan untuk menghasilkan pendapatan masyarakat pada periode tertentu
(Silvia, dkk, 2013:225).
Selama ini pembangunan hanya ditunjukkan untuk pencapaian tingkat
pertumbuhan ekonomi, bukan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Artinya
tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak diimbangi dengan tingkat pemerataan
distribusi hasil pembangunanya. Padahal pembangunan ekonomi dikatakan
berhasil apabila suatu daerah/wilayah dapat meningkatkan perekonomian dan
taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat secara merata. Meningkatnya
kesejahteraan masyarakat diukur dengan memakai indikator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). IPM merupakan indeks hubungan yang terdiri dari tiga indikator
yaitu ukuran harapan hidup, pengetahuan yang diukur dengan gabungan dari rasio
pendidikan dan standar hidup rakyat (Ali, 2009:27). Rendahnya IPM akan
berakibat pada rendahnya produktivitas dari masyarakat. Produktivitas yang

rendah berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan, sehingga dengan
rendahnya pendapatan menyebabkan banyaknya jumlah penduduk miskin.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukkan oleh Penguatan tata Kelola
Pemerintah Provinsi (PGSP), diperoleh keterangan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) di berbagai daerah di Indonesia yang cenderung membaik seiring dengan
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
periode 2010-2014. IPM kawasan Sumatera, Jawa dan Bali pada umumnya berada
di atas rata-rata nasional (72,77). Sedangkan IPM kawasan di luar Jawa, Sumatera
dan Bali (Indonesia Tengah dan Timur) pada umumnya dibawah rata-rata
nasional, kecuali Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.

4
Sementara itu daerah tertinggal seperti NTT, NTB dan Papua juga telah
mengalami kemajuan tingkat IPM yang lebih pesat (PGSP, 2013).
Meskipun pertumbuhan ekonomi masih berpusat di pulau Jawa dan
Sumatera, ternyata muncul kekuatan ekonomi baru (emerging economy) yakni
Sulawesi dan Kalimantan. Pada tahun 2009, kontribusi Sulawesi terhadap PDB
mencapai 4,72%, dan pada tahun 2011 naik menjadi 4,87%. Kendati mengalami
sedikit penurunan, Kalimantan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
PDB, yakni sebesar 8,63% pada tahun 2009 dan 8,46% pada tahun 2011 (PGSP,

2013).
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2011, IPM
kawasan Jawa pada umumnya berada di atas rata-rata nasional. Selain itu, dari
hasil evaluasi awal pelaksanaan RPJMN pada periode 2010-2014 ini juga
menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi masih berpusat di pulau Jawa. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan perekonomian yang paling cepat mengalami
peningkatan adalah pulau Jawa.
Provinsi Jawa Timur dipilih sebagai objek penelitian karena ingin
mengetahui seberapa besar perbedaan pertumbuhan ekonomi dan tingkat
ketimpangan yang terjadi pada tahun 2008-2013 di masing-masing kabupaten dan
faktor-faktor apa yang mempengaruhi serta dampak yang ditimbulkan bagi
kesejahteraan masyarakat. Ada dugaan bahwa Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dan pelaksanaan pembangunan yang tidak merata pada tiap-tiap
kabupaten akan menyebabkan ketimpangan. Menurut Masli (2009), adanya
pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh

terhadap

masalah


ketimpangan

regional.

Siahaan

(2010),

menjelaskan bahwa ketimpangan pembangunan yang terjadi diakibatkan karena

5
beberapa faktor-faktor yang melatarbelakanginya, faktor-faktor tersebut antara
lain yaitu (1) perbedaan kandungan sumber daya alam, (2) perbedaan kondisi
demografis, (3) kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa, (4) konsentrasi
kegiatan ekonomi wilayah, dan (5) alokasi dana pembangunan antar wilayah.
Hal ini terlihat pada PDRB kabupaten dan kota Provinsi Jawa Timur yang
sangat berbeda. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur diketahui
bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur tahun 2012 tumbuh
sebesar 7,27 persen dibandingkan dengan tahun 2011. Semua sektor mengalami

pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 10,0 persen, sedangkan terendah di sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 2,10 persen (www.jatim.bps.go.id).
Perekonomian Jawa Timur yang diukur dengan besaran PDRB atas dasar
harga berlaku pada tahun 2012 nilainya lebih dari Rp. 1.000 triliun yaitu mencapai
Rp 1.001,72 triliun. Dengan jumlah penduduk Jawa Timur pada pertengahan
tahun 2012 sebanyak 38.052.950 jiwa, maka diperoleh PDRB per kapita Jawa
Timur sebesar Rp 26,32 juta, lebih tinggi 12,16 persen disbanding tahun 2011
yang mencapai Rp 23,47 juta, yang berarti kesejahteraan masyarakat Jawa Timur
semakin lebih baik. Namun jika dilihat dari pertumbuhan sektoral, semua sektor
menglami pertumbuhan positif, kecuali sektor pertanian tumbuh negatif (-21,18
persen). Kondisi tersebut lebih disebabkan karena bersamaan dengan datangnya
musim penghujan, sehingga beberapa subsektor mengalami pertumbuhan negatif
yaitu: subsektor tanaman bahan makanan (-29,71 persen), subsektor perkebunan (34,29 persen), subsektor kehutan (-25,75 persen) dan subsektor perikanan (-3,69
persen) (BPS jawa Timur, 2013).

6
Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Provinsi Jawa Timur
merupakan yang tinggi. Hal itu dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah
Jawa Timur yang menunjukkan proyeksi positif dan menduduki peringkat

tertinggi serta terbesar di Pulau Jawa dan wilayah Indonesia Timur. Data
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dari tahun 2009 sampai tahun 2012
mencapai angka 7,27% tetapi pada triwulan ke tiga 2013 mencapai angka 6,49%.
Secara nasional, pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2012 menunjukkan
angka 6,23% dan untuk wilayah Jawa Timur mencapai angka sebesar 7,27% yang
membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah Jawa Timur masih
terhitung tinggi secara nasional (bappeda.jatimprov.go.id, diakses 17 Maret 2014).
Hasil penelitian Nurhuda, et al. (2013) menemukan bahwa tingkat
ketimpangan pembangunan di Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan selama
tahun 2005-2011. Nilai ketimpangan mengalami penurunan dan tergolong rendah
dikarenakan nilai indeks Williamsonnya mendekati nilai 0. Pada hipotesis
Kuznets yang berbentuk kurva U terbalik menunjukkan hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan berlaku di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2005-2011. PAD dan IPM berpengaruh negatif terhadap ketimpangan
pembangunan. Sedangkan untuk PDRB dan DAU tidak diketahui pengaruhnya
dikarenakan tidak memenuhi syarat dalam uji asumsi klasik.
Berdasarkan data ddan kajian empiris di atas tidak menutup kemungkinan
kesejahteraan masyarakat tidak merata di setiap kabupaten di Provinsi Jawa
Timur. Pemerintah masih perlu meningkatkan perannya untuk melakukan
pengaturan pemerataan dari daerah yang kaya ke daerah yang miskin. Hal ini

dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan yang semakin besar perbedaannya.
Apabila pertumbuhan hanya terpusat pada daerah-daerah pusat pertumbuhan saja

7
maka trickle down effect (dampak penetesan ke bawah) yang diharapkan akan
sulit tercapai. Hal ini menimbulkan dilema bagi pemerintah antara mementingkan
pertumbuhan ekonomi atau mengurangi kesenjangan pendapatan karena
pertumbuhan yang tinggi belum tentu memberi jaminan bahwa kesenjangan
pendapatan akan rendah (Nurhuda, et al., 2013).
Arifin (2009) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa daerah-daerah
yang tidak mengalami kemajuan yang sama dengan daerah lainnya disebabkan
oleh karena kurangnya sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan
peranan modal (investor) memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah
memiliki fasilitas seperti sarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan
telekomunikasi, perbankan, asuransi, juga tenaga kerja yang terampil di samping
itu adanya ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat
kepada daerah. Masli (2009) menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
cepat akan berdampak terhadap ketimpangan dalam distribusi pendapatan.
Apalagi dengan diberlakukannya UU RI No. 32 dan 33 tahun 2004, dimana
peranan pemerintah sangat dominan dalam menentukan kebijakan di daerahnya

sehingga memunginkan terjadi ketimpanan regional.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2013), ditemukan
bahwa pertumbuhan ekonomi (PDRB) di Jawa Timur ditentukan oleh aglomerasi,
tenaga kerja, pendidikan, kegiatan ekspor dan adanya inflasi. Dari analisa dan
pembahasan yang dilakukan, pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi di Jawa
Timur berbanding lurus dengan aglomerasi, tenaga kerja dan pendidikan.
Aglomerasi yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini ternyata
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dan

8
aglomerasi sebaiknya terus ditingkatkan dengan cara membangun sentra-sentra
atau kawasan yang dikhususkan untuk kegiatan industri. Tenaga kerja
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan diperlukan peningkatan
kualitas serta pelatihan tenaga kerja agar tenaga kerja semakin memberikan
kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendidikan berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerintah provinsi Jawa Timur
sebaiknya memperhatikan masalah pendidikan karena pendidikan memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan faktor ekspor dan
inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi

hasil tersebut tidak sepenuhnya benar karena pengaruh yang diberikan terhadap
pertumbuhan ekonomi tidak signifikan.
Dari paparan di atas, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi dan
Ketimpangan Regional di Provinsi Jawa Timur”. Penelitian ini berusaha untuk
menganalisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional selama kurun
waktu 2008 – 2012. Dengan tujuan mengetahui adakah perbedaan yang signifikan
kenaikan pertumbuhan ekonomi dan penurunan ketimpangan pembangunan di
wilayah kabupaten dan kota, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

II. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam
penelitian ini adalah:
1.

Bagaimanakah pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur selama kurun
waktu 2008 – 2013?

9
2.

Berapa besar ketimpangan regional di Provinsi Jawa Timur berdasarkan
Indeks Williamson dan Indeks Theil selama kurun waktu 2007 – 2013?

3.

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan regional di provinsi Jawa Timur selama kurun waktu 2008 –
2013?

III. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan pokok yang dilihat dalam penelitian ini, maka
tujuan dari penelitian adalah:
1.

Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur
selama kurun waktu 2007 – 2013.

2.

Untuk mengetahui besar ketimpangan regional di Provinsi Jawa Timur
berdasarkan Indeks Williamson dan Indeks Theil selama kurun waktu 2008 –
2013.

3.

Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan eknomi dan ketimpangan regional di provinsi Jawa Timur
selama kurun waktu 2008 – 2013.

IV. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak yang bersangkutan:
1.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Bagi Provinsi Jawa Timur, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi

yang

berguna

di

dalam

memahami

faktor-faktor

yang

10
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional sehingga
dapat dapat digunakan sebagai pilihan pengambilan kebijakan dalam
perencanaan pembangunan.
2.

Bagi Peneliti
Selain sebagai pemenuhan satuan kredit semester, pengerjaan penelitian ini
merupakan cara peneliti mengaplikasikan ilmu-ilmu atau teori yang
didapatkan selama masa perkuliahan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63