Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Pus

ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP)
TAHUN ANGGARAN 2011 - 2015

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1. Anisa Susanti
2. Martinus Herawan
3. Nur Fitriadi Pralambang
4. Reza Bayuaji
5. Yonan Arman

9B/ 05
9B/ 19
9B/ 27
9B/ 30
9B/ 39

Program Diploma IV Akuntansi Alih Program
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA – STAN
2016


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) merupakan “cermin” yang dapat
digunakan untuk melihat kondisi keuangan pemerintah. Laporan keuangan, khususnya
Neraca, memberikan gambaran utama mengenai apa saja yang berada di pemerintah,
terutama menyangkut hal-hal yang “salah urus”, atau hal-hal yang “tidak diurus”, maupun
hal-hal yang “belum diurus”. Di sisi lain, setiap rupiah uang publik harus
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat yang telah memberikan kontribusinya untuk
membiayai pembangunan dan operasional pemerintah. Ditambah lagi, di tengah era
keterbukaan, teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian maju, masyarakat
semakin mudah untuk memperoleh berbagai informasi dengan biaya yang relatif murah.
Terlebih lagi dalam hal pengelolaan uang publik, masyarakat kini semakin cerdas untuk
menuntut adanya transparansi. Untuk itulah, tranparansi pengelolaan keuangan pemerintah
merupakan tuntutan publik yang harus direspon secara positif, salah satunya dengan
menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).
LKPP menyajikan informasi keuangan yang merupakan suatu kebutuhan bagi para
pengguna (stakeholders), baik itu masyarakat, para wakil rakyat, lembaga pengawas,

lembaga pemeriksa, pihak terkait donasi/ investasi/ pinjaman kepada pemerintah,
manajemen pemerintah, dan lain-lain. LKPP disajikan kepada stakeholder dalam rangka
membantu pengambilan keputusan sosial, politik, dan ekonomi sehingga keputusan yang
akan diambil lebih berkualitas dan tepat sasaran.
Untuk dapat mencapai tujuan pengambilan keputusan tersebut, para stakeholder harus
dapat melakukan analisis terhadap berbagai macam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan. Dalam melakukan analisis tersebut, setiap stakeholder harus mengidentifikasi
informasi yang perlu dianalisis, teknik analisis yang tepat, ruang lingkup, serta kedalaman
analisis dengan menggunakan pertimbangan yang cermat agar dapat memperoleh informasi
yang diinginkan untuk mendukung keputusan yang diambilnya. Untuk itulah, melalui
makalah ini penulis mencoba memberikan suatu gambaran model analisis terhadap Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2011 – 2015.

TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengukur dan mengevalusasi kinerja pemerintah pusat tahun anggaran
2011 – 2015.
2. Untuk mengetahui kondisi keuangan pemerintah pusat tahun anggaran 2011 –
2015.
3. Untuk mengetahui kemampuan pemerintah pusat tahun anggaran 2011 – 2015
dalam memenuhi kewajibannya.

4. Untuk mengukur potensi pendapatan atau sumber ekonomi pemerintah pusat
tahun anggaran 2011 – 2015.
5. Untuk meyakini bahwa pemerintah pusat telah melaksanakan anggaran tahun
2011 – 2015 sesuai dengan peraturan perundang-udangan.

BAB II
PEMBAHASAN

ANALISIS PERUBAHAN LAPORAN KEUANGAN
Analisis perubahan laporan keuangan merupakan teknik analisa yang dilakukan
dengan memperbandingkan pos-pos yang sama dari dua laporan keuangan dengan dua
periode yang berlainan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perubahan suatu pos dari
periode yang satu ke periode yang lain.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Uraian
A. PendapatanNegaradanHibah
I. Penerimaan Pajak
PDN
Pajak Perdagangan Internasional
II. PNBP

Penerimaan SDM
Bagian Pemerintah atas Laba BUMN
PNBP lainnya
Pendapatan BLU
III. Penerimaan Hibah
JumlahPendapatanNegaradanHibah

2011-2012
Naik (Turun)
106,644,240,919,938
111,109,413,167,015
(4,465,172,247,077)
20,332,925,568,132
12,020,623,910,924
2,613,999,591,070
4,098,001,691,875
1,600,300,374,263
532,809,325,473
127,509,975,813,540


%
12.20%
13.55%
-8.25%
6.13%
5.62%
9.27%
5.91%
7.96%
10.14%
10.53%

2012-2013
Naik (Turun)
96,788,546,238,951
98,988,223,793,832
(2,199,677,554,880)
2,947,142,450,606
562,215,797,789
3,227,631,332,604

(3,786,648,633,905)
2,943,943,954,118
1,045,751,700,227
100,781,440,389,790

%

2013-2014
Naik (Turun)

%

2014-2015
Naik (Turun)

%

9.87% 69,559,089,539,980
6.46% 93,553,088,528,120
8.16%

10.63% 73,367,572,653,930
7.12% 102,261,251,458,840
9.27%
-4.43% (3,808,483,113,953) -8.03%
(8,708,162,930,720) -19.95%
0.84% 43,838,634,496,522 12.36% (142,962,047,119,574) -35.87%
0.25% 14,442,093,146,320
6.38% (139,876,409,523,231) -58.08%
10.48%
6,288,825,851,286 18.48% (2,670,709,157,082) -6.62%
-5.15% 18,074,911,405,549 25.94% (6,049,341,696,303) -6.89%
13.56%
5,032,804,093,367 20.42%
5,634,413,257,042 18.98%
18.07% (1,797,979,982,267) -26.32%
6,938,517,830,795 137.82%
7.53% 111,599,744,054,230
7.76% (42,470,440,760,650) -2.74%

Berdasarkan hasil perbandingan LRA pada pos Pendapatan Negara dan Hibah di atas,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
 Secara total, Pendapatan Negara dan Hibah pada tahun 2015 mengalami penurunan
sebesar Rp 42,5 T atau sebesar (2,74%). Padahal total Pendapatan Negara dan Hibah
sempat mengubah tren naik pada tahun 2014 dengan selisish kenaikan Rp 111,6T atau
sebesar 7,76%. Selisih ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang
meskipun jika dibandingkan antara tahun 2012 dan 2013 masih mengalami kenaikan
namun jumlah kenaikan itu cenderung turun dibandingkan kenaikan pada tahun 2012,
yang sebesar 10,53%.
 Penurunan secara total pada tahun 2015 ini jelas disebabkan oleh banyaknya pos yang
juga mengalami penurunan yang signifikan pada tahun tersebut. Tidak tanggungtanggung, penurunan terbesar terjadi pada pos Penerimaan SDA yang mengalami
penurunan hingga (58,08%). Padahal meskipun sempat melemah dengan selisih

positif pada tahun 2013 hanya sebesar 0,25%, pada tahun 2014 pos ini mampu
kembali meningkat sebesar 6,38%.
Penurunan realisasi penerimaan SDA tersebut dipengaruhi antara lain oleh masih rendahnya
harga minyak mentah yang menyebabkan turunnya penerimaan pemerintah di sektor minyak
bumi, dan lifting minyak tahun 2015 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini
terlihat dari Realisasi Indonesian Crude Price (ICP) tahun 2015 yaitu sebesar USD49,21 per
barrel yang jauh lebih rendah dibandingkan realisasi ICP tahun 2014 sebesar USD96,51 per
barrel.

Realisasi lifting minyak bumi pada tahun 2015 sebesar 785 ribu barel per hari juga lebih
rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2014 sebesar 793 barel per hari. Pendapatan
SDA berupa gas bumi tahun 2015 mengalami penurunan karena lebih rendahnya realisasi
lifting gas bumi pada 2015 jika dibandingkan dengan realisasi lifting gas bumi pada periode
yang sama tahun 2014. Realisasi lifting gas bumi 2015 sebesar 1.203 ribu barel setara
minyak per hari (MBOEPD) lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2014
sebesar 1.224 MBOEPD.
 Pos-pos lain yang juga mengalami penurunan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
o Pos Pajak Perdagangan Internasional, turun sebesar (19,95%). Pos ini memang
cenderung turun dari tahun ke tahun. Hanya saja penurunan pada tahun-tahun
sebelumnya hanya berkisar antara 4% - 8%. Penurunan pada tahun 2015 dapat
dikatakan cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pajak Perdagangan Internasional pada Tahun 2015 terutama dipengaruhi oleh
harga internasional atas komoditi utama yang terkena Bea Keluar yaitu CPO
sangat rendah di pasar internasional sehingga Tarif yang dikenakan adalah 0
persen. Selain itu, harga komoditas mineral juga mengalami penurunan
sepanjang 2015 dikarenakan perlambatan ekonomi global.
o Pos Bagian pemerintah atas laba BUMN, turun (6,62%). Padahal pada tahuntahun sebelumnya, pos ini justru memberi sinyal positif dengan terus
megalami kenaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan terbesar
diraih pada tahun 2014, yang mencapai 18,48%.

Adapun Penurunan Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Bagian Laba BUMN
tahun 2015 sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam pembangunan
infrastruktur dengan meningkatkan peran BUMN sebagai agent of
development sehingga penerimaan laba BUMN dalam jangka menengah

diproyeksikan turun rata-rata 18,4 persen. Pendapatan bagian laba BUMN
tersebut ditempuh melalui peningkatan kinerja BUMN dan menetapkan pay
out ratio dividen BUMN sesuai dengan kemampuan keuangan BUMN.
Dengan kebijakan tersebut diharapkan BUMN akan memiliki banyak ruang
untuk pengembangan usaha sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih
besar pada APBN di tahun-tahun mendatang.
o Pos PNBP lainnya, turun (6,89%). Padahal pos ini mengalami kenaikan yang
cukup menggembirakan pada tahun 2014 yaitu mencapai 25,94%.
Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya tidak mencapai target APBN-P TA
2015 terutama karena menurunnya Pendapatan Penjualan dari Kegiatan Hulu
Migas, dan menurunnya Pendapatan Penjualan Hasil Produksi/Sitaan.
Pos Penerimaan BLU, naik 18,98%. Meskipun masih dalam tren kenaikan,
namun selisih kenaikan pada tahun 2015 mulai menunjukkan sinyal menurun
dibandingkan kenaikan-kenaikan pada tahun sebelumya yang lebih besar.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh adanya peningkatan tarif layanan pada

beberapa BLU, dan BLU yang baru ditetapkan pada tahun 2015 termasuk
BLU dengan pendapatan yang signifikan yaitu BLU Pengelola Dana Sawit
dengan pendapatan sebesar Rp6.902.212.717.058.
 Lain halnya dengan pos diatas yang cenderung mengalami penurunan, pos-pos berikut
justru memberikan sinyalemen positif yang pada tahun sebelumnya mengalami
penurunan, tapi pada tahun 2015 mulai mengalami kenaikan, yaitu pada pos-pos
berikut:
o Pos Pajak Dalam Negeri, naik 9,27%. Kenaikan ini dipandang mampu mengenerate kenaikan Pos Penerimaan Pajak sebesar 8, 16%.
o Pos Hibah, naik 137,82%. Kenaikan ini cukup fantastis mengingat tahun 2014
justru turun sebesar (26,32%) dan kenaikan terbesar tahun sebelumnya hanya
mencapai 18,07% yaitu pada tahun 2013. Kenaikan pada tahun 2015 ini
dikarenakan hibah langsung yang diterima oleh K/L tidak direncanakan dalam
APBN-P TA 2015. Di samping itu, realisasi sebesar 361,52% dari APBN
tersebut dikarenakan meningkatnya hibah langsung yang diterima K/L
terutama terkait pilkada serentak Tahun 2015, di samping meningkatnya
kesadaran K/L untuk melaporkannya kepada BUN.

2011-2012
Naik (Turun)

Uraian
B. BelanjaNegara
I. Belanja Pemerintah Pusat
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembayaran Bunga Utang
Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain
II. Transfer Daerah & Dana Desa
Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
a. Dana Otonomi Khusus
b. Dana Keistimewaan DIY
c. Dana Penyesuaian (Transfer lainnya)
Dana Desa
III. Suspen Belanja Negara
JumlahBelanjaNegara
C. Surplus(Defsit) Anggaran

%

126,836,350,335,291 14.35%
22,125,647,397,220 12.59%
16,245,395,895,457 13.03%
27,249,616,421,521 23.12%
7,254,074,463,958
7.78%
51,062,174,546,008 17.29%
(225,029,504,799) -74.98%
4,516,728,976,648
6.35%
(1,392,257,860,718) -25.47%
69,320,309,603,971 16.85%
64,046,911,025,445 18.44%
14,628,210,939,445 15.09%
48,280,726,155,000 21.41%
1,137,973,931,000
4.59%
5,273,398,578,526
8.23%
1,541,264,535,000 14.79%

2012-2013
Naik (Turun)

%

2013-2014
Naik (Turun)

%

2014-2015
Naik (Turun)

%

254,418,176,704 -535.57%
196,411,078,115,970 15.17%

126,604,650,766,430
12.53% 66,414,279,924,620
5.84% (20,273,485,821,450) -1.68%
23,825,253,346,409
12.04% 22,031,064,935,694
9.94%
37,422,856,260,097
15.35%
28,837,809,682,609
20.47%
6,899,580,354,906
4.07%
56,658,862,483,091
32.08%
35,760,054,640,481
24.64% (33,516,274,806,806) -18.53%
68,086,242,658,777
46.21%
12,519,496,208,738
12.46% 20,405,802,195,501 18.05%
22,568,458,348,362
16.91%
8,624,775,775,960
2.49% 36,917,334,329,810 10.40% (205,991,400,375,473) -52.55%
1,227,876,879,026 1635.44%
(395,446,618,365) -30.35%
3,354,147,450,478 369.60%
16,515,014,976,506
21.84%
5,788,604,423,883
6.28%
(773,477,652,351) -0.79%
(705,630,743,303) -17.32%
8,283,615,109,998 245.99%
(1,599,174,994,428) -13.73%
32,615,368,934,876
6.79% 60,442,638,553,084 11.78%
49,436,523,339,445
8.62%
19,061,605,182,222
4.63% 46,698,024,479,288 10.85%
8,765,709,105,459
1.84%
(23,074,142,800,578) -20.69% 15,475,898,135,588 17.49% (25,885,579,988,691) -24.90%
37,324,850,962,000
13.63% 30,080,036,486,000
9.67%
11,668,522,877,000
3.42%
4,810,897,020,800
18.55%
1,142,089,857,700
3.71%
22,982,766,217,150
72.06%
13,553,763,752,654
19.54% 13,744,614,073,796 16.58%
19,904,614,233,986
20.59%
1,482,994,038,000
12.40%
2,703,201,462,000 20.10%
966,740,914,000
5.99%
419,099,774,450
128,350,225,550
30.63%
12,060,769,714,654
21.01% 10,622,312,837,346 15.29%
18,809,523,094,436
23.49%
20,766,200,000,000
(66,516,874,211) -32.15%
(237,790,109,379) -169.37%
169,308,761,907 -173.84%
159,153,502,827,090
10.67% 126,619,128,368,330
7.67%
29,332,346,279,900
1.65%

(68,901,102,302,427)

(58,372,062,437,305)

3,742,134,043,526

6.97%

81.64%

38.08% (15,019,384,314,091)

7.10%

(71,802,787,040,559)

Secara total, jumlah Belanja Negara mengalami kenaikan sebesar 1,65%. Meskipun
demikian, kenaikan ini dapat dikatakan lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
yang memang memperlihatkan kecenderungan untuk terus menurun. Hal ini seiring dengan
kebijakan pemangkasan anggaran oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi dampak
dari pendapatan negara yang tidak terlalu menggembirakan. Jika arus belanja tidak
dibendung, kesenjangan (gap) dalam wujud defisit anggaran akan terus menukik tajam.
Sebagaimana nampak dalam hasil perbandingan berikut, kenaikan defisit anggaran kembali
membesar mencapai 31, 67%. Meskipun mampu mengerem arus belanja hingga
meminimumkan kenaikan belanja hanya pada tingkat 1,65%, namun total pendapatan negara
dan hibah memang justru mengalami penurunan hingga (2,74%). Belanja yang besar tidak
selalu buruk, jika dan hanya jika belanja tersebut memang digunakan secara tepat sasaran
dalam rangka menggerakkan roda perekonomian negara.
Merujuk pada hasil perbandingan berikut, pada tahun 2015, pos Belanja Negara yang
mengalami kenaikan diantaranya di-drive oleh pos Belanja Pegawai 15,35%, Belanja Barang
32,08%. Belanja Modal 46,21%, Belanja Hibah 369,6%, dan Dana Alokasi Khusus 72,06%.
Kenaikan pada belanja pegawai dan belanja barang perlu mendapat perhatian apakah
pengeluaran pada pos ini memang mampu men-generate sisi pendapatan setidaknya pada
tingkatan yang sama. Jika tidak, pengeluaran pos ini dapat dikatakan sebagai pengeluaran
konsumtif yang perlu ditekan karena tidak membawa dampak positif bagi kesehatan
anggaran negara. Sementara itu, kenaikan belanja modal pada tahun 2015 cukup

31.67%

menggembirakan, mengingat pada tahun 2014 pos ini justru mengalami penurunan.
Kenaikan ini perlu dipertahankan karena belanja modal merupakan salah satu pos penting
dalam memperbaiki infrastruktur dalam rangka memberikan fungsi pelayanan publik terbaik
bagi warga negara.
Pos yang mengalami kenaikan paling fantastis berada pada pos Belanja Hibah.
Meskipun jika mengingat kembali pada pos Penerimaan Hibah sebagaimana telah diulas
sebelumnya, Pos Penerimaan Hibah juga mengalami kenaikan yang tidak kalah fantastis.
Meskipun menunjukkan kenaikan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya, ternyata
pada Tahun 2015 ini Realisasi Belanja Hibah tidak mencapai target pagu APBN-P TA 2015
antara lain dikarenakan terdapat Pemda yang tidak mengajukan pencairan hibah pada tahun
2015, dan terdapat kegiatan/proyek seperti proyek MRT yang realisasinya hanya mencapai
72,40%

yaitu

sebesar

Rp2.583.030.000.000,

dan

Rp1.870.093.824.789
proyek Sanitasi

serta

dari

pagu

kegiatan

anggaran

pembangunan

sebesar
sanitasi

untukditerushibahkan kepada 23 (dua puluh tiga) Pemda belum ada realisasi.
Pos yang perlu mendapat perhatian adalah pos Dana Keistimewaan DIY. Total
kenaikan pos ini mencapai ratusan milyar rupiah, yang pada tahun 2015 mencapai 30,63%.
Dana Keistimewaan DIY pertama kali dialokasikan pada TA 2013 sebagai pelaksanaan UU
No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Pada Tahun 2015, pos ini mengalami
kenaikan hingga 30% dibandingkan dengan Tahun sebelumnya. Realisasi ini sesuai dengan
jumlah yang telah dianggarkan pada APBN-P Tahun 2015.
Disamping itu, terdapat pula pos Dana Desa yang baru muncul pada tahun 2015
sebagai program baru pemerintah. Pengeluaran pada pos ini tidaklah sedikit. Untuk itu,
pengawasan terhadap program Dana Desa ini perlu mendapat perhatian lebih. Adanya
jenjang yang lebih panjang dalam aliran Dana Desa ini meningkatkan risiko korupsi atau
penyelewengan dana tersebut. Disamping perlu juga dipastikan bahwa penggunaan dana
yang diserahkan pada level terkecil masyarakat ini memang efisien. Mengingat gagasan
awal program ini adalah bahwa level terkecil masyarakat tersebut lebih mengetahui
kebutuhan masyarakat di daerahnya. Sehingga, program ini bisa benar-benar meningkatkan
kesejahteraan di seluruh lapisan masyarakat bukan hanya daerah-daerah tertentu dalam
jangkauan pemerintah pusat.

2011-2012
Naik (Turun)

Uraian
D. Pembiayaan
I. Pembiayaan DN (Neto)
RekeningPemerintah
Penerimaan Cicilan P3
Privatisasi dan Penjualan Aset
Restrukturisasi
SBN (Neto)
Pinjaman DN (Neto)
Penyertaan Modal Negara
Kewajiban Penjaminan
Pembiayaan Lainnya
a. Dana Pengembangan Diknas
b. Dana Antisipasi Lapindo
c. Cadangan Pembiayaan DJS Kesehatan
II. Pembiayaan LN (Neto)
Penarikan Pinjaman LN (Bruto)
Penerusan Pinjaman (Neto)
Pembayaran Cicilan Pokok UtangLN
JumlahPembiayaan

%

2012-2013
Naik (Turun)

%

49,874,500,327,577 33.53%
15,850,956,951,000 39.31%
(2,075,747,392,010) -24.11%

44,577,211,905,725
(26,170,000,000,000)
(2,359,012,631,156)

(319,986,952,595) -20.02%
39,839,958,178,031 33.24%
180,293,718,306 29.11%
781,325,824,845
-3.98%
(4,382,300,000,000) 167.41%
(5,665,201,631,622) 31.83%
(2,343,696,969,473) -6.94%
470,810,228,907 -11.15%
(3,792,314,891,056)
8.01%
44,209,298,695,955 33.76%

222,156,602,618
64,968,197,842,487
(325,205,629,893)
6,947,110,721,669
(706,035,000,000)
(5,000,000,000,000)
2,000,000,000,000
17,659,197,095,094
23,876,339,862,779
(127,535,694,008)
(6,089,607,073,677)
62,236,409,000,819

17.38%
40.68%
-40.67%
-36.83%

E. SisaLebih(Kurang) PembiayaanAnggaran- SiLPA (24,691,803,606,472) -53.04%

3,864,346,563,514

17.68%

2013-2014
Naik (Turun)

%

22.44% 18,045,238,599,830
7.42%
-46.59% (30,000,000,000,000) -100.00%
-36.11%
825,037,097,307 19.77%

-28.57%

-75.26%
76.03%
3.40%
11.91%
35.53%

2014-2015
Naik (Turun)

%

46,612,749,077,745
(144,375,295,892)

17.84%

-37.13%
36.89%
-12.38%
569.34%
-100.00%

112.78%
-4.89%
-35.43%
9.12%
4.84%

(201,827,937,485)
97,628,085,988,174
(117,559,707,486)
(50,742,259,920,007)
964,068,000,000
(773,382,049,559)
(773,382,049,559)
27,602,434,042,703
31,246,607,526,591
(70,803,627,642)
(3,573,369,856,246)
74,215,183,120,448

(3,521,135,958,765) -13.69%

2,412,396,079,889

10.87%

(956,592,779,325)
39,956,396,992,991
475,497,228,113
3,002,933,060,744
(258,033,000,000)
5,000,000,000,000
5,000,000,000,000
(6,546,990,244,504)
(2,705,159,377,764)
1,374,929,334,129
(5,216,760,200,869)
11,498,248,355,326

-63.77%
17.78%
100.22%
-25.20%
36.55%
-100.00%
-100.00%

Sebagai respon dari bertambahnya kenaikan defisit anggaran pada tahun 2015 pada
kisaran 30%, pemerintah harus mencari skema pembiayaan untuk mendanai defisit tersebut
agar dapat menjaga keseimbangan fiskal dalam negeri. Nampak dalam hasil perbandingan
tersebut, kenaikan total pembiayaan mencapau 29,82%, lebih besar dari tahun sebelunya
yang pada tahun 2014 hanya mencapai 4,84%, namun masih lebih kecil dibandingkan
kenaikan sebelum tahun 2014 yang selalu lebih dari 30%. Meskipun demikian, kenaikan
pembiayaan pada tahun 2015 ini dapat dikatakan baik, mengingat sebelum tahun 2014,
defisit anggaran juga lebih besar. Pada tahun 2012, selisih defisit anggaran bahkan mencapai
(81,64%). Hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
pada tahun 2015 sebesar 10,87%.
Dari hasil perbandingan di atas, nampak bahwa skema pembiayaan yang diajukan
pemerintah pada tahun 2015 adalah lebih memprioritaskan sumber pembiayaan dalam negeri
dibandingkan dengan sumber pembiayaan luar negeri. Pada tahun 2015, pembiayaan dalam
negeri naik hingga 17,84% sebaliknya pembiayaan luar negeri turun cukup signifikan hingga
mencapai (223,46%).
Kenaikan pembiayaan dalam negeri utama nya berasal dari pos Penyertaan Modal
Negara yang pada tahun 2015 mampu mengalami kenaikan hingga mencapai 569,34%.
Kenaikan ini luar biasa fantastis jika melihat pada tahun-tahun sebelumnya pos pembiayaan
dalam negeri mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian,
pembiayaan ini dapat merupakan suntikan yang tepat jika melihat kembali pada
perbandingan Pendapatan Negara dan Hibah utamanya menurun pada pos Bagian
Pemerintah atas laba BUMN dan Pos Penerimaan BLU. Pos Bagian Pemerintah atas Laba
BUMN pada tahun 2015 anjlok hingga mencapai negatif (6,62%) padahal pada tahun

-2.89%

-223.46%
59.43%
2.83%
5.72%
29.82%

sebelumnya terus mengalami kenaikan. Oleh karenanya, pembiyaan jenis ini merupakan
langkah tepat untuk dapat menjaga kewarasan BUMN di tanah air.
2. Neraca
Uraian

2011-2012

%

2012-2013

NAIK (TURUN)
%
2013-2014

ASET
Aset Lancar
Kas dan Setara Kas
RekeningKas BUN di BI
(45,071,221,931,368) -54.66%
6,355,215,597,013
17.00%
RekeningPemerintah Lainnya
6,880,112,778,234
104.00%
(3,496,181,236,536) -25.91%
RekeningKas di KPPN
4,337,325,376,152
36.54% (13,541,162,119,457) -83.55%
Kas dalamTransito
342,891,820,960
Kas di Bendahara Pengeluaran
(79,337,108,738) -27.10%
12,381,107,345
5.80%
Kas di Bendahara Penerimaan
(56,749,862,146) -22.44%
7,167,071,044,360 3653.86%
Kas Lainnya dan Setara Kas
(653,624,262,338)
-9.67% 12,969,688,942,757 212.50%
Kas pada BLU
3,624,031,204,971
27.84% 66,765,590,688,009 401.15%
Jumlah Kasdan SetaraKas
(31,019,463,805,233) -25.58%
(6,833,514,305,592) -7.57%
UangMuka dari Rekening BUN
(621,625,256,352) -44.12%
394,936,590,837
50.16%
Investasi Jangka Pendek
461,732,634,256
150.70%
3,890,064,479,428 506.44%
Belanja Dibayar Dimuka, Uang Muka Belanja
614,368,246,818
48.03% 101,346,715,871,868 5352.25%
Pendapatan Yang Masih Harus Diterima
Piutang:
PiutangPajak
93,360,462,881,817 86394.11%
9,771,723,089,633
10.45%
PiutangBukan Pajak
101,039,868,099,622
508.10% 26,784,475,100,094
22.15%
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
1,977,442,150
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 297,337,968,483
428.00%
(224,325,766,584) -61.16%
Bagian Lancar Penerusan Pinjaman
863,402,224,678
19.35%
685,431,170,740
12.87%
Piutangdari Kegiatan BLU
1,257,511,449,344
103.38%
254,512,454,426
10.29%
PiutangLancar Kredit Pemerintah dan Piutang
(24,977,956,337,945)
Jangka Pendek Lainnya
-100.00% 259,834,588,266,331
Jumlah Piutang (Bruto)
63,894,227,364,741
40.27% (222,560,794,775,872) -100.00%
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
(61,623,644,431,872)
81.80% (22,736,030,373,230) 16.60%
Jumlah Piutang(Neto)
2,270,582,932,869
2.72% 14,537,763,117,229
16.98%
Persediaan
2,801,715,343,255
4.73%
1,188,690,168,794
1.92%
JumlahAset Lancar
(25,492,689,904,387)
-9.55% 11,426,330,350,727
4.74%

%

14,500,950,245,555
33.15%
(5,350,712,546,083) -53.51%
176,836,806,900
6.63%
(342,891,820,960) -100.00%
91,035,037,710
40.31%
(7,215,402,475,847) -97.99%
(12,878,968,613,025) -67.52%
(60,072,190,511,035) -72.02%
12,317,666,273,258
14.77%
(756,222,394,284) -63.96%
(275,568,951,591)
-5.92%
(101,043,559,067,279) -97.87%
(11,466,081,073,617) -11.11%
(6,394,254,772,329)
-4.33%
598,138,976
30.25%
40,082,793,580
28.13%
(792,170,468,005) -13.18%
825,301,714,573
30.25%
(259,834,588,266,331) -100.00%
242,048,064,599,509
10,289,934,242,397
-6.44%
(7,496,589,424,425)
-7.49%
4,395,101,707,478
6.95%
10,239,153,714,994
4.05%

2014-2015

17,907,487,684,057
(2,091,320,931,615)
(609,287,731,176)
11,186,013,463
12,165,915,186
34,720,028,704
5,413,142,565,595
(339,167,202,438)
20,338,926,341,776
(265,384,962,265)
(4,123,085,813)
980,445,406,294
170,654,194,293
3,578,405,721,911
18,299,897,399,108
2,908,389,421
(11,156,198,949)
(5,350,519,421)
(195,423,615,657)
208,813,153,381
21,878,094,329,794
(7,918,863,845,838)
13,959,230,483,956
28,595,013,946,780
63,774,762,325,021

Pada pos Aset Lancar di Neraca, Kas dan Setara Kas mengalami kenaikan hingga
21,25%, meneruskan tren kenaikan tahun sebelumnya. Meskipun dalam komponennya,
beberapa pos mengalami penurunan seperti pos Rekening Pemerintah Lainnya (44,99%),
pos Rekening Kas di KPPN (21,43%), dan Kas pada BLU (1,45%). Namun demikian,
penurunan ini dapat di-trade off oleh komponen lainnya utamanya pada pos Kas Lainnya
dan Setara Kas yang mengalami kenaikan hingga mencapai 87,39%.
Kenaikan juga terjadi pada pos Piutang dan Persediaan. Kenaikan pada kedua pos
tersebut memberikan sinyal positif yang menggerakkan tren perubahan ke arah yang lebih
baik. Terutama pada pos Piutang yang pada tahun 2014 cenderung mengalami penurunan
namun pada akhirnya mampu memperbaiki posisi dengan mengalami kenaikan pada tahun
2015. Hal ini terbukti bahwa secara agregat, kenaikan pos Piutang pada tahun 2015 masih
lebih besar dibandingkan penurunan yang dialami pada tahun 2014. Pos yang juga perlu
mendapat perhatian adalah adanya pos Pendapatan yang Masih Harus Diterima sebesar Rp
170,65M.

%

30.75%
-44.99%
-21.43%
3.84%
23.49%
87.39%
-1.45%
21.25%
-62.28%
-0.09%
44.63%

3.90%
12.95%
112.92%
-6.11%
-0.10%
-5.50%
9.04%
5.30%
15.07%
42.30%
24.25%

Uraian

2011-2012

ASET
Investasi JangkaPanjang
Investasi Non Permanen
Dana Bergulir
3,258,018,837,040
Dana Bergulir Diragukan Tertagih
(20,196,519,935)
Jumlah Dana Bergulir (Neto)
3,237,822,317,105
Investasi Non Permanen Lainnya
3,219,808,353,758
Cadangan Penurunan Nilai Investasi Non Permanen
(8,096,081,815)
Lainnya
Jumlah Investasi Non Permanan Lainnya3,211,712,271,943
(Neto)
Jumlah Investasi Non Permanen
6,449,534,589,048
Investasi Permanen
Investasi Permanen PMN
Investasi Permanen BLU
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen
JumlahInvestasi JangkaPanjang
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedungdan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi DalamPengerjaan
Jumlah Aset Tetap (Bruto)
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
JumlahAset Tetap

%

NAIK (TURUN)
%
2013-2014

%

2014-2015

%

6,419,615,889,325
(19,801,380,202)
6,399,814,509,123
370,902,962,546
2,564,867,878
373,467,830,424
6,773,282,339,547

56.05%
98.04%
55.98%
4.65%
-31.68%
4.69%
34.92%

4,745,342,723,844
(285,442,213,326)
4,459,900,510,518
284,736,462,542
(5,751,596,508)
278,984,866,034
4,738,885,376,552

26.55%
713.64%
25.01%
3.41%
103.98%
3.35%
18.11%

6,157,248,653,503
(232,889,190,977)
5,924,359,462,526
(7,118,500,974,925)
4,845,413,870
(7,113,655,561,055)
(1,189,296,098,529)

27.22%
71.56%
26.58%
-82.53%
-42.95%
-82.58%
-3.85%

175,886,145,163,787
23.87% (68,783,572,403,092)
127,528,182,649 1921.42%
43,613,317,410
(87,609,200,298) -100.00% 312,730,704,421,451
175,926,063,573,652
23.87% 243,990,745,335,760
182,375,598,162,700
24.32% 250,764,027,675,316

-7.53%
32.51%
26.72%
26.89%

96,095,307,100,581
22,656,350,273
25,894,124,742,395
122,012,088,193,250
126,750,973,569,800

11.38%
12.74%
8.28%
10.55%
10.71%

860,749,755,654,340
(192,274,728,358)
54,509,023,988,953
915,066,504,914,940
913,877,208,816,400

91.55%
-95.93%
16.10%
71.54%
69.77%

44,140,825,997,530
4.43%
44,810,963,764,839
18.82%
21,034,904,415,968
12.36%
43,996,297,207,412
11.60%
24,041,167,285,192 165.04%
22,971,711,555,467
23.82%
200,995,870,226,420
10.60%
(386,642,243,569,313)
20.89% (185,646,373,342,900) -9.79%

(95,342,031,259,454)
48,544,001,782,954
19,656,459,487,334
53,021,091,438,951
11,248,675,514,674
(5,472,325,646,021)
31,655,871,318,420
(26,922,615,228,402)
4,733,256,090,030

-9.16%
17.16%
10.28%
12.53%
29.14%
-4.58%
1.51%
6.96%
0.28%

46,158,207,007,721
31,279,048,399,057
14,572,195,241,369
85,259,370,891,623
10,897,001,289,686
6,306,604,173,448
194,472,427,002,910
(57,013,095,657,163)
137,459,331,345,740

4.88%
9.44%
6.91%
17.90%
21.86%
5.53%
9.14%
13.79%
8.02%

190,442,115,656,136
53,277,247,210,755
18,020,180,036,166
32,071,640,774,589
3,049,532,683,408
30,666,555,257,279
327,527,271,618,330
327,527,271,618,330

39.75%

2012-2013

39.51%
67.79%
67.62%
49.82%

23.62%
28.82%
11.84%
9.24%
26.48%
46.62%
20.89%

Dari segi portofolio investasi, pada tahun 2015 pemerintah cenderung melakukan
investasi jangka panjang daripada investasi jangka pendek. Hal ini nampak dari kenaikan
investasi jangka panjang yang mencapai 69,77%, dibandingkan dengan investasi jangka
pendek cenderung turun meskipun hanya sebesar (0,09%). Dalam portofolio investasi jangka
panjang yang dilakukan, pemerintah juga meletakkan prioritas investasi dalam bentuk
investasi permanen. Terbukti bahwa investasi permanen mengalami kenaikan hingga
71,54%. Dibandingkan dengan investasi non permanen yang justru turun hingga (3,85%).
Kenaikan investasi permanen tersebut didominasi dalam bentuk investasi permanen PMN
yang bahkan mencapai 91,55%. Meskipun pada pos investasi permanen BLU mengalami
penurunan yang juga cukup signifikan yaitu sebesar (95,93%), namun secara jumlah,
investasi permanen PMN sangat jauh lebih besar dibandingkan dengan investasi permanen
BLU. Sehingga penurunan signifikan pada pos Investasi permanen BLU tidak berpengaruh
material terhadap total investasi permanen yang dilakukan pemerintah. Di sisi lain, dari segi
penurunan investasi non permanen. Penurunan di-drive oleh bentuk investasi non permanen
lainnya yang mencapai (82,53%). Di samping itu, pos yang perlu mendapat perhatian adalah
pada pos Dana Bergulir diragukan tertagih. Pos tersebut pada tahun 2014 mengalami
kenaikan fantastis yang mencapai lebih dari 700%.

Dari segi pos Aset Tetap, secara agregat Aset Tetap terus mengalami kenaikan.
Meskipun jumlah kenaikan tidak konsisten semakin besar/ kecil. Namun demikian, pada
tahun 2013, total Aset Tetap ini justru mengalami penurunan hingga mencapai (9,79%).
Uraian

2011-2012

ASET
PiutangJangkaPanjang
PiutangTagihan Penjualan Angsuran
PiutangTagihan Tuntutan Ganti Rugi
(2,905,110,500)
PiutangJangka PanjangPenerusan Pinjaman
PiutangJangka PanjangKredit Pemerintah
PiutangJangka PanjangLainnya
1,030,195,265,000
Jumlah Piutang Jangka Panjang (Bruto)
1,027,290,154,500
Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Piutang Jangka211,923,580,312
Panjang
JumlahPiutangJangkaPanjang(Neto)
1,239,213,734,812
Aset Lainnya
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
13,010,536,875
Aset Tidak Berwujud
3,299,194,871,941
Dana yang Dibatasi Penggunaannya
6,620,852,409,114
Dana Penjaminan
(7,061,928,246)
Dana Kelolaan BLU
1,859,267,697,658
Aset KKKS
(6,532,951,959,294)
Aset Eks BPPN
(63,571,111,679,598)
Aset Lain-lain
(2,452,074,565,290)
Aset Lainnya dari Unit Pemerintah Lainnya (12,332,396,054,465)
Aset Lainnya Penerusan Pinjaman
(2,525,989,891,521)
Jumlah Aset Lainnya (Bruto)
(75,629,260,562,826)
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Aset Lainnya(484,475,763,964)
Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya
JumlahAset Lainnya(Neto)
(76,113,736,326,790)

JUMLAHASET

409,535,657,284,670

%

0.00%
-1.16%

27.57%
25.76%
-38.26%
36.08%

6.11%
26.59%
17.77%
-9.37%
9.62%
-4.34%
-94.12%
-2.31%
-83.54%
-5.43%
-16.64%
2.50%
-17.49%

2012-2013

NAIK (TURUN)
%
2013-2014

%

2014-2015

%

(1,375,031,741) -100.00%
(6,772,882,935)
-2.75%
88,581,295,740
1.86%
80,433,381,064
1.60%
(1,855,524,323,328) 542.53%
(1,775,090,942,264)

139,015,325,033
(71,192,230,066)
-29.67%
66,833,754,043,195
2,656,780,000,000
(2,139,282,849,831)
-44.05%
67,419,074,288,331 1322.97%
(22,808,233,976,271) 1037.90%
44,610,840,312,060 1539.10%

(139,015,325,033)
5,463,421,852
(66,833,754,043,195)
(2,656,780,000,000)
2,103,356,046,201
(67,520,729,900,175)
22,837,224,178,310
(44,683,505,721,865)

54,017,834,800
23.91%
1,742,919,776,446
11.10%
51,579,893,073,701 117.56%
3,329,286,781
4.87%
(3,495,196,852,473) -16.50%
77,769,275,405,612
54.02%
(791,625,623,558) -19.93%
(4,932,557,716,275)
-4.76%
5,538,347,541,566 227.91%
2,857,396,774,913
6.49%
130,325,799,501,513
34.39%
(2,002,728,563,162) 10.06%
(68,489,052,477,854)
59,834,018,460,497
16.66%

132,112,695,541,464 47193.87%
1,969,626,166,163
11.29%
12,429,240,684,165
13.02%
2,955,670,851
4.13%
(2,192,417,046,029)
-12.40%
64,343,789,742,313
29.02%
(622,630,603,559)
-19.57%
34,152,641,322,959
34.63%
2,001,782,753,990
25.12%
(5,400,704,608,805)
-11.52%
238,796,979,623,512
46.89%
(1,646,326,254,738)
7.52%
(35,464,785,808,742)
51.78%
201,685,867,560,032
48.14%

1,594,326,405,279
1.20%
1,430,449,307,141
7.37%
98,106,709,302,088
90.94%
(72,255,486,606) -96.86%
(9,848,715,110,886) -63.57%
70,300,712,118,486
24.57%
134,003,896,236
5.24%
(14,923,416,485,648) -11.24%
2,311,504,669,372
23.18%
(41,470,978,243,696) -100.00%
107,562,340,371,766
14.38%
23,550,469,430,844 -100.00%
(38,508,306,017,718) 37.04%
92,604,503,784,892 14.92%

13.55% 134,602,912,201,380

3.92%

343,336,585,525,050

9.62%

1,252,399,311,993,920

Berdasarkan hasil perbandingan di atas, nampak bahwa secara agregat Piutang Jangka
Panjang (Netto) mengalami penurunan sebesar (94,05%). Hal ini menunjukkan bahwa
hampir seluruh piutang pada tahun sebelumnya telah tertagih disamping penambahan
piutang baru pada tahun 2015 hanyalah sedikit. Terbukti bahwa pada tahun 2015, pos
Piutang Tagihan Penjualan Angsuran, Piutang Jangka Panjang Penerusan Pinjaman, dan
Piutang Jangka Panjang Kredit Pemerintah. Ketiga pos tersebut telah tertagih sepenuhnya
(100%). Sementara itu, penambahan piutang hanya terjadi pada dua pos terkait, yaitu pos
Piutang Tagihan Tuntutan Ganti Rugi dan Piutang Jangka Panjang Lainnya. Meskipun
peningkatan jumlah pos Piutang Jangka Panjang Lainnya mecapai 77,42%, namun secara
jumlah, tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan pos yang lain sehingga tidak
berpengaruh material terhadap perubahan pos Piutang Jangka Panjang.

-100.00%
3.24%
-100.00%
-100.00%
77.42%
-93.11%
-91.33%
-94.05%

32.02%

Uraian

2011-2012

KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
UtangPerhitungan Fihak Ketiga
UtangKepada Pihak Ketiga
UtangBiaya Pinjaman
UtangSubsidi
Bagian Lancar UtangJangka Panjang
Unamortized Discount
UtangSBN Jangka Pendek
Unamortized Discount
UtangKelebihan Pembayaran
Pendapatan
Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan YangDitangguhkan
UtangJangka Pendek Lainnya
JumlahKewajibanJangkaPendek
Kewajiban Jangka Panjang
UtangJangka PanjangDalamNegeri
UtangJangka PanjangDalamNegeri
Perbankan
UtangJangka PanjangSBN Dalam
Negeri
- Unamortized Discount
- Unamortized Premium
Pembiayaan Surat Berharga Negara
Ditangguhkan
UtangKepada Dana Pensiun dan THT
UtangJangka PanjangDalamNegeri
Lainnya
Jumlah UtangJangka PanjangDalam
Negeri
UtangJangka PanjangLuar Negeri
UtangJangka PanjangLuar Negeri
Perbankan
UtangJangka PanjangLuar Negeri
Lainnya
Jumlah UtangJangka PanjangLuar
Negeri
JumlahKewajibanJangkaPanjang

JUMLAHKEWAJIBAN

%

2012-2013

NAIK (TURUN)
%
2013-2014

%

(1,303,714,095,928)
(2,042,495,392,458)
1,175,247,382,118
24,910,234,490,505
11,439,023,243,422

-74.26%
-6.43%
5.36%
83.68%
10.71%

(103,762,927,063)
25,642,022,267,270
4,568,818,670,937
17,004,947,252,724
44,035,227,191,373

-22.96%
86.23%
19.78%
31.10%
37.25%

2,331,134,246,699
(17,399,962,637,090)
6,217,190,479,059
(7,249,245,624,929)
(13,116,431,422,663)

669.68%
-31.42%
22.47%
-10.11%
-8.08%

(16,718,898,353,000)

-42.42%

19,032,902,412,000

83.88%

7,861,207,818,000

18.84%

108,493,047,657
(1,918,245,993,479)

15.40%
-22.20%

(651,521,603,212)
1,732,678,911,681

-80.14%
25.78%

1,197,464,415,551
1,328,137,472,941

741.88%
15.71%

71.07%
(9,310,869,299,401)
7.99% 101,950,442,876,286

-95.70%
38.31%

3,052,627,719,958
(15,777,877,532,474)

730.13%
-4.29%

4,041,864,339,693
19,691,508,668,553

2014-2015

%

2,251,184,760,265
84.02%
32,435,505,276,900
85.40%
8,796,411,822,907
25.96%
(7,126,688,037,452) -11.06%
39,604,493,292,621
26.56%
(52,905,644,047)
29,899,868,226,000
60.30%
(1,244,546,080,000)
11,858,662,113,736 872.68%
3,781,700,686,652
38.66%
120,697,517,615
(3,405,593,173,705) -98.12%
116,918,790,761,492 33.19%

781,033,987,016

89.02%

281,016,337,416

16.95%

936,996,842,628

48.31%

752,959,783,978

26.18%

194,523,444,541,650

17.92%

243,902,844,490,010

19.06%

270,293,756,266,940

17.74%

355,426,118,669,580
(13,864,923,596,202)
15,899,248,839,972

19.81%

6,339,513,275,125

53.62%

(1,000,000,000,000)

-5.51%

3,269,467,930,000

19.05%

63,688,116,925,000
(6,212,341,000,000) -30.41%

(8,799,300,246)

-0.17%

63,342,145,182,401 1260.72%

15,829,898,536,098

23.15%

26,496,561,744,960

31.47%

201,635,192,503,550

18.28%

306,526,006,009,820

23.49%

290,330,119,575,670

18.02%

442,185,741,367,280

23.25%

(12,494,533,756,734)

-2.18%

86,733,601,795,542

15.50%

(35,271,601,528,684)

-5.46%

69,595,038,788,231

11.39%

680,507,066,493

2.63%

3,755,499,418

0.01%

7,003,177,655,668

26.35%

(33,552,421,488,036) -99.93%

(11,814,026,690,241)
189,821,165,813,310

-1.98% 86,737,357,294,960
11.16% 393,263,363,304,790

14.80%
20.80%

(28,268,423,873,016)
262,061,695,702,650

-4.20%
11.47%

36,042,617,300,195
478,228,358,667,470

5.59%
18.78%

209,512,674,481,860

10.76% 495,213,806,181,070

22.96%

246,283,818,170,180

9.29%

595,147,149,428,970

20.53%

Secara agregat, pada tahun 2015 total kewajiban jangka pendek akhirnya mampu
kembali naik hingga sebesar 33,19% setelah pada tahun 2014 sempat mengalami penurunan
(4,29%). Apabila dilihat per komponen, tidak ada tren yang pasti. Perubahan per komponen
dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif, naik turun. Dalam fluktuasi tersebut, perubahan
secara signifikan perlu mendapat perhatian lebih. Seperti pada pos Utang Perhitungan Fihak
Ketiga yang pada tahun 2014 mengalami kenaikan tiba-tiba hingga sebesar 669,68%.
Demikian halnya dengan pos Utang Kelebihan Pembayaran Pendapatan yang sejak tahun
2014 terus mengalami kenaikan hingga lebih dari 700%. Sama halnya dengan pos Utang
Jangka Pendek Lainnya yang tiba-tiba mengalami

kenaikan hingga lebih dari 700%.

Meskipun pada tahun 2015 dapat turun kembali walau hanya pada kisaran (98,12%).
Dari sisi Kewajiban Jangka Panjang, perubahan yang terjadi terus mengalami
kenaikan meskipun besar kenaikan dari tahun ke tahun tidak konsisten dalam arah yang

terus meningkat atau justru menurun. Peningkatan luar biasa terjadi pada tahun 2013 dalam
pos Utang Jangka Panjang Dalam Negeri Lainnya yang hingga lebih dari 1000%.
Secara total, jumlah kewajiban pada tahun 2015 masih meneruskan perubahan ke arah
positif. Pada tahun 2014, selisih kenaikan sempat turun namun dapat kembali ditingkatkan
pada tahun 2015.

ANALISIS PERSENTASE PER KOMPONEN
Analisis persentase per komponen merupakan suatu teknik analisa yang dilakukan
dengan membandingkan antara suatu pos terhadap totalnya dalam laporan keuangan yang
sama. Analisis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi suatu pos dalam
bentuk angka total.
1. Laporan Operasional
Dalam Laporan Operasional Tahun 2015, pada bagian pendapatan operasional terlihat
bahwa pendapatan operasional terdiri dari tiga komponen yakni pendapatan perpajakan,
PNBP, serta pendapatan hibah. Dari komposisi pada tabel di atas tampak bahwa pendapatan
Negara amat bergantung pada pendapatan perpajakan yakni mencapai 77,71%, sedangkan
PNBP sebesar 21,10% dan hibah hanya sebesar 1,19%.
PENDAPATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN PERPAJAKAN
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
PENDAPATAN HIBAH
JUMLAH PENDAPATAN OPERASIONAL

1,226,039,256,993,690

77.71%

332,915,922,329,921

21.10%

18,722,648,378,278

1.19%

1,577,677,827,701,880

100.00%

Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah yang berusaha membuat sector
perpajakan menjadi tulang punggung penerimaan Negara. Akan tetapi hal tersebut juga
menjadi ancaman tersendiri apabila sector perpajakan tidak mampu menghasilkan
penerimaan secara optimal atau bahkan terjadi shortfall pajak, tentunya pemerintah harus
mulai menggenjot sector lain, yakni PNBP untuk maenjadi alternative penerimaan Negara.
PENDAPATAN PERPAJAKAN
Pendapatan Pajak Penghasilan

600,428,831,252,290

48.97%

Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang
Mewah

424,023,011,182,599

34.58%

Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan

30,215,951,785,002

2.46%

128,332,845,072,391

10.47%

8,121,921,424,940

0.66%

Pendapatan Bea Masuk

31,176,700,022,327

2.54%

Pendapatan Bea Keluar

3,716,678,390,096

0.30%

23,317,864,041

0.00%

Pendapatan Cukai
Pendapatan Pajak Lainnya

Pendapatan Pajak Lain – Lain
Jumlah Pendapatan Perpajakan

1,226,039,256,993,690 100.00%

Dari struktur perpajakan sendiri terlihat bahwa penerimaan perpajakan didominasi
oleh Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 48,97%, Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan
Barang Mewah (PPN & PPnBM) sebesar 34,58%, serta Cukai sebesar 10,47%. Dari data
tersebut terlihat bahwa focus perpajakan saat ini memang masih pajak langsung. Namun
apabila melihat dari sisi penerimaan PPN & PPnBM yang cukup tinggi, dapat
diekualisasikan nilai PPN terhadap penjualan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Sehingga
seharusnya penjualan yang tinggi dapat men-generate penghasilan kena pajak yang tinggi
pula. Oleh sebab itu, focus penggalian potensi pajak dan pengawasan kepatuhannya
harusnya makin dapat ditingkatkan. Diharapkan sector pendapatan PPh mampu menopang
penerimaan perpajakan.

BEBAN OPERASIONAL
Beban Pegawai
Beban Persediaan
Beban Barang dan Jasa
Beban Pemeliharaan

283,907,220,001,149
27,125,641,479,813
124,962,925,031,741
31,768,814,714,115

16.56%
1.58%
7.29%
1.85%

Beban Perjalanan Dinas
Beban Barang Untuk

30,124,861,086,501
Diserahkan

1.76%

Kepada

Masyarakat
16,959,392,591,509
0.99%
Beban Bunga
160,452,613,098,681
9.36%
Beban Subsidi
156,777,708,450,589
9.15%
Beban Hibah
4,261,657,004,693
0.25%
Beban Bantuan Sosial
95,940,988,910,835
5.60%
Beban Transfer
635,587,715,410,460
37.08%
Beban Lain-lain
23,952,620,759,443
1.40%
Beban Penyusutan dan Amortisasi
113,899,378,370,043
6.64%
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih
8,536,816,566,188
0.50%
JUMLAH BEBAN OPERASIONAL
1,714,258,353,475,760 100.00%
Tabel di atas merupakan bagian beban negara baik yang benar-benar merupakan
pengeluaran Negara serta beban akrual yang terjadi. Pada tabel tersebut terlihat bahwa beban
operasional didominasi oleh beban transfer (37,08%) , beban pegawai (16,56%), beban
bunga (9,36%) serta beban subsidi(9,15%).
Beban transfer yang begitu tinggi dapat dipahami karena merupakan pengeluaran
yang wajib disalurkan Negara ke daerah terkait otonomi dan pembangunan daerah tersebut.
Pengeluaran tersebut juga menandakan upaya pemerintah untuk melakukan pemerataan
pembangunan.
Beban pegawai merupakan pengeluaran yang patut diperhatikan mengingat nilainya
amat tinggi. Pemerintah pusat melakukan pengeluaran terkait beban gaji pegawainya yang
dalam setahun mencapai 283 Triliun, angka yang cukup fantastis. Perlu dilakukan kajian
serta pengawasan yang cukup ketat agar pengeluaran beban pegawai tersebut benar-benar
efisien dan bukan merupakan pemborosan.
Beban bunga sebesar 160 Triliun dalam setahun juga perlu diperhatikan. Angka yang
sedemikian tinggi untuk ukuran pembayaran bunga utang harusnya menjadi sinyal bahwa
utang yang dilakukan pemerintah sudah amat besar. Sehingga kemudian kebijakan
melakukan utang dapat lebih rigid dan ketat.
Beban subsidi sebesar 156 Triliun dalam setahun agaknya dirasa cukup wajar. Subsidi
pemerintah sendiri sudah berkurang mengingat pemerintah sudah amat mengurangi subsidi
BBM dan subsidi lain yang bersifat konsumsi. Sehungga diharapkan subsidi yang dilakukan
pemerintah lebih tepat sasaran dan pengeluaran dapat dialihkan ke sector yang lebih
bermanfaat dan menghasilkan.
SURPLUS / (DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL
SURPLUS / (DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL

-136,580,525,773,875
-106,695,334,827,375

56.14%
43.86%

SURPLUS / (DEFISIT) DARI POS LUAR BIASA
SURPLUS / (DEFISIT) LO

-6,612,473,000
0.00%
-243,282,473,074,250 100.00%

Apabila melihat surplus / defisit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa terdapat 3
bagian yakni kegiatan operasional, non operasional, dan pos luar biasa. Dari tabel di atas
terlihat bahwa defisit dari kegiatan operasional sebesar 56,14 % dan disusul dengan defisit
dari kegiatan non operasional sebesar 43,86%. Sehingga dapat terlihat bahwa defisit dari
kegiatan non operasional nilainya amat besar bahkan hampir menyamai defisit dari kegiatan
operasional. Perlu ditelaah lebih lanjut komponen dari kegiatan non operasional untuk dapat
diketahui penyebab besarnya defisit tersebut.
KEGIATAN NON OPERASIONALPELEPASAN ASET NON LANCAR
Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar
Beban Pelepasan Aset Non Lancar
Jumlah Surplus (Defisit) Pelepasan Aset Non Lancar

273,195,816,513
-6.15%
4,714,926,840,362 -106.15%
-4,441,731,023,849 100.00% 4.16%

PENYELESAIAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Pendapatan Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Beban Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Jumlah Surplus (Defisit) Penyelesaian Kewajiban Jangka

71,432,500,000 -135.93%
123,984,830,000 -235.93%

Panjang

-52,552,330,000 100.00% 0.05%

KEGIATAN NON OPERASIONAL LAINNYA
Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
10,042,393,952,189
Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
112,243,445,425,715
Jumlah Surplus (Defisit) Dari Kegiatan Non Operasional
Lainnya
SURPLUS

-9.83%
-109.83%

-102,201,051,473,526 100.00% 95.79%
/

(DEFISIT)

DARI

KEGIATAN

NON

OPERASIONAL
-106,695,334,827,375
100%
Dari tabel di atas tampak kegiatan non operasional terbagi menjadi 3 bagian yakni
pelepasan asset non lancar (4,16 %) , penyelesaian kewajiban jangka panjang (0,05%), serta
kegiatan non operasional lainnya dengan dominasi sebesar 95,79 %. Perlu diteliti lebih
lanjut untuk mengetahui komponen dari kegiatan non operasional lainnya mengapa nilainya
sedemikian tinggi.

Dari tabel di atas tampak bahwa beban kerugian selisih kurs belum terealisasi
merupakan beban yang paling mendominasi. Beban tersebut muncul dari pengakuan beban
secara akrual dan merupakan imbas dari utang dengan mata uang asing yang nilainya amat
besar sedangkan kurs rupiah makin melemah. Kebijakan utang luar negeri perlu diperketat
agar nilai beban ini tidak semakin membengkak.

2. Neraca
NERACA
PER 31 DESEMBER 2015 DAN 31 DESEMBER 2014
URAIAN

31 Des 2015

%

31 Des 2014

%

ASET
Jumlah Aset Lancar
Jumlah

Investasi

326,755,380,598,002

6.33%

262,980,618,272,981

6.72%

Jangka

Panjang

2,223,798,602,704,030

43.07% 1,309,921,393,887,620

33.49%

Jumlah Aset Tetap

1,852,047,660,298,950

35.87% 1,714,588,328,953,210

43.84%

Jumlah Piutang Jangka Panjang
(Neto)
Jumlah Aset Lainnya (Neto)
JUMLAH ASET

47,509,339,951,600

0.92%

2,825,834,229,735

0.07%

713,210,659,553,133

13.81%

620,606,155,768,241

15.87%

5,163,321,643,105,720 100.00% 3,910,922,331,111,790 100.00%

Dilihat dari neraca pemerintah, pada bagian asset tampak komposisi seperti pada tabel
di atas, pada tahun 2015 Investasi Jangka Panjang memiliki jumlah paling besar sebesar
43,07%, asset tetap sebesar 35,87% sedangkan asset lainnya sebesar 13,81%. Tampak
perubahan komposisi signifikan terjadi pada pertukaran posisi investasi jangka panjang
dengan asset tetap. Pada tahun 2014 jumlah asset tetap sebesar 43,84 % , sedangkan
investasi jangka panjang sebesar 33,49%.

Dari data tersebut, terlihat bahwa sebenarnya jumlah asset tetap bertambah namun
tidak signifikan. Sedangkan investasi jangka panjang meningkat pesat jumlahnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah saat ini lebih focus pada program-program investasi
jangka panjang.
URAIAN
Investasi Jangka Panjang
Investasi Non Permanen
Dana Bergulir
Dana Begulir Diragukan
Tertagih
Jumlah Dana Bergulir
(Neto)
Investasi Non Permanen
Lainnya
Cadangan Penurunan Nilai
Investasi Non Permanen
Lainnya
Jumlah Investasi Non
Permanen Lainnya (Neto)
Jumlah Investasi Non
Permanen
Investasi Permanen
Investasi Permanen PMN
Investasi Permanen BLU
Investasi Permanen
Lainnya
Jumlah Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jangka
Panjang

31 Des 2015

%

31 Des 2014

%

28,775,482,215,222

96.83%

22,618,233,561,719

73.18%

-558,329,304,440

-1.88%

-325,440,113,463

-1.05%

28,217,152,910,782

94.95%

22,292,793,448,256

72.13%

1,506,683,971,917

5.07%

8,625,184,946,842

27.91%

-6,437,396,575

-0.02%

-11,282,810,445

-0.04%

1,500,246,575,342

5.05%

8,613,902,136,397

27.87%

29,717,399,486,124

100.00%

30,906,695,584,653

100.00%

1,800,939,189,748,630
8,160,316,474

82.08%
0.00%

940,189,434,094,290
200,435,044,832

73.51%
0.02%

393,133,853,152,799
2,194,081,203,217,900

17.92%
100.00%

98.66%

338,624,829,163,846
1,279,014,698,302,970

26.48%
100.00%

100.00%

1,309,921,393,887,620

2,223,798,602,704,030

1.34%

2.36%

97.64%
100.00%

Melihat sisi investasi jangka panjang, tampak bahwa investasi terbagi menjadi dua
yakni investasi permanen dan investasi non permanen. Investasi permanen amat dominan
dengan total persentese pada tahun 2014 sebesar 97,64% dan meningkat pada tahun 2015
sebesar 98,66%. Investasi permanen sendiri dibagi menjadi 3 yakni investasi permanen
PMN (82,08%), investasi permanen BLU (0%) serta investasi permanen lainnya (17,92%).
Dari data di atas tampak investasi permanen PMN amat besar dilakukan pemerintah,
bahkan di tahun 2015 jumlahnya meningkat hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Investasi permanen PMN paling besar disalurkan ke BUMN. Perlu dikaji tingkat efisiensi
dan efektifitas dari dana PMN kepada BUMN tersebut, apakah tujuan penyaluran modal
tercapai dan BUMN memang layak diberi suntikan modal, dan apakah investasi tersebut
memberikan imbal hasil yang menguntungkan.

KEWAJIBAN

2015

%

2014

%

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek

469,227,744,936,972

13.43%

352,308,954,175,480

12.16%

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang

3,024,303,002,478,110

86.57%

2,546,074,643,810,630

87.84%

JUMLAH KEWAJIBAN

3,493,530,747,415,080

100.00%

2,898,383,597,986,110

100.00%

Beralih ke bagian kewajiban pada neraca pemerintah, terlihat bahwa kewajiban
jangka panjang cukup mendominasi dengan 86,57% sedangkan kewajiban jangka pendek
sebesar 13,43%. Hal yang patut diamati adalah kenaikan kewajiban jangka panjang yang
cukup besar di tahun 2015. Komponen utang Negara memang amat besar hampir mencapai
3.500 Triliun, sebuah angka yang amat besar tentu dengan bunga utan

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63