Implementasi Metode Dempster-Shafer untuk Mendeteksi Penyakit Diabetes Mellitus

  Vol. 2, No. 8, Agustus 2018, hlm. 2956-2962 http://j-ptiik.ub.ac.id

  

Implementasi Metode Dempster-Shafer untuk Mendeteksi Penyakit

Diabetes Mellitus

1 2 3 Januar Dwie Amanda , Nurul Hidayat , Marji

  Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email: januardwiamanda@gmail.com, ntayadih@ub.ac.id, marji@ub.ac.id

  

Abstrak

  Deteksi secara dini dapat meminimalisir resiko kematian penderita Diabetes Mellitus serta untuk penanganan awal penyakit ini. Proses deteksi yang ada selama ini masih manual, hal ini bergantung pada pakar penyakit organ dalam tubuh manusia yang jumlahnya tergolong terbatas serta biaya diagnosa yang relatif mahal. Pemanfaatan implementasi sistem proses deteksi menjadi lebih mudah dan singkat. Pakar penyakit ini dapat melakukan deteksi penyakit Diabetes Mellitus lebih awal dan mudah. Pada penelitian ini penyakit diabetes mellitus yang dapat dideteksi sebanyak 3 jenis menggunakan metode

  

Dempster-Shafer dengan masukan gejala dari pengguna. Metode tersebut digunakan untuk mengolah

  data gejala penyakit Diabetes Mellitus dalam hasil perhitungan presentase sebesar 100%, sedangkan hasil pengujian sistem antara deteksi hasil perhitungan metode Demspter Shafer menggunakan 11 data kasus memiliki tingkat keakurasian sebesar 81,81%.

  Kata kunci: Dempster-Shafer, Deteksi, Diabetes Mellitus

Abstract

  

Early detection can minimize the risk of death from Diabetes Mellitus disease and first treatment for

this disease. The detection that existed so far is still don manually, which means it depend on the expert

who very limited on itquantity and also it diagnosis are costly. The disease expert can detect Diabetes

Mellitus earlier and cheap. On this research this kind of Diabetes Mellitus that can be detected as many

as 3 disease using Demspster-Shafer Method with input from user of symptoms. The method is used to

analyze the data of system accuracy test between the detection and the result of Dempster-Shafer method

calculation with 11 case data has the data accuracy level of 81,81%.

  Keywords: Dempster-Shafer, Detection , Diabetes Mellitus

  Asia lebih dari 50 persen (bahkan ada yang 1. mencapai 85 persen) penderita diabetes baru

   PENDAHULUAN

  mengetahui diri mengidap diabetes setelah Diabetes Mellitus merupakan salah satu mengalami komplikasi di berbagai organ tubuh penyakit yang penderitanya cukup tingg

  (Hans, 2007). Pada penelitian yang dilakukan Kebanyakan penderita penyakit ini tidak sadar oleh Vonny Pawaka yang berjudul

  “Sistem

  bahwa dirinya telah mengidap Diabetes

  Pakar Deteksi Diabetes Mellitus Menggunakan

  Mellitus. Diagnosa membutuhkan waktu yang

  Metode Bayesian Berbasis Web”

  cukup lama dan biaya yang cukup mahal mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran dikarenakan penderita harus melakikan cek masyarakat akan dampak buruk yang darah untuk mengetahui penderita mengidap ditimbulkan oleh penyakit Diabetes Mellitus penyakit ini atau tidak.. masih rendah dan banyak masyarakat yang tidak

  Pada penelitian yang dilakukan oleh Budi menyadari dirinya sedang berada dalam resiko Cahyo Saputro , Rosa Delima, dan Joko Purwadi

  Penyakit Diabetes Mellitus. Salah satu penyebab (2011) yang berjudul “Sistem Deteksi Penyakit yang disimpulkan oleh penulis adalah kurangnya

  Diabetes Mellitus Menggunakan metode

  pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus

  Certainty Factor

  ” menyimpulkan bahwa banyak dan juga keterbatasan waktu maupun biaya orang awalnya tidak tahu bahwa dirinya untuk konsultasi ke dokter. Oleh karena itu, menderita diabetes mellitus, di negara-negara perlu adanya sebuah media edukasi kepada

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

2956 pasien dan keluarganya yang bertujuan untuk implementasi, implementasi algoritma pada memberikan pemahaman mengenai gejala, program dan implementasi antarmuka pencegahan, dan informasi umum seputar 5.1 Spesifikasi Sistem 5.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras penyakit Diabetes Mellitus. Oleh sebab itu, 5.1.2 Spesifikasi Perangkat Lunak masyarakat perlu dibantu dalam pendeteksian 5.2 Batasan Implementasi 5.3.1 Implementasi Algoritma penyakit ini. Pengetahuan yang dimiliki oleh 5.3 Implementasi Algoritma Plausibility para pakar atau ahli dalam bidang penyakit 5.3.2 Implementasi Algoritma Dempster-Shafer

  Diabetes Mellitus dapat membantu masyarakat 5. Implementasi 5.4.1 Implentasi Antarmuka Halaman Login

  umum lebih cepat dalam pendeteksian penyakit ini melalui gejala

  • – gejala yang timbul.
  • 5.4.2 Implementasi Antarmuka Halaman Utama Pakar Pengetahuan yang dimiliki oleh pakar ini dapat 5.4.3 Implementasi Antarmuka Diagnosa Penyakit diperoleh oleh teknisi kesehatan dengan bantuan 5.4 Implementasi Antarmuka 5.4.4 Implementasi Antarmuka teknologi saat ini tanpa harus mendatangi pakar Tambah/Ubah Pengguna secara langsung. 5.4.6 Implementasi Antarmuka 5.4.5 Implementasi Antarmuka Tambah/Ubah Penyakit

    2. LANDASAN KEPUSTAKAAN

      Halaman Detail Pengguna Gambar 1. Pohon Implementasi

      2.1 Dempster-Shafer

      Andino Maseleno dan Mahmud Hasan

      3.1 Perhitungan Metode Dempster-Shafer

      (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Perhitungan manual berfungsi untuk

      “Avian Influenza (H5N1) Expert System using memberikan gambaran umum perancangan

      Dempster-Shafer Theory

      ” menyimpulkan sistem yang dibangun. Contoh manualisasi akan bahawa sistem pakar yang dibangun dapat dibagi menjadi 3 kasus, yaitu kasus 1 dengan memberikan hasil beserta tingkat kebenarannya perhitungan 1 gejala yang dimasukkan, kasus 2 berdasarkan nilai kepercayaan yang dimiliki dengan perhitungan 3 gejala dan kasus 3 dengan oleh gejala masing-masing kasus. perhitungan 5 gejala. Dengan kasus 2 dan 3 adalah perkembangan penambahan gejala dari

      2.2 Diabetes Mellitus perhitungan kasus 1.

      Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit a.

       Kasus 1 (Perhitungan 1 Gejala)

      yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang terjadi karena kelainan sekresi Pada kasus 1 ini akan diberikan contoh 1 insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Tubuh gejala yang terjadi pada salah satu penyakit, penderita Diabetes Mellitus tidak dapat misal banyak makan atau Polifagia. memproduksi hormon insulin atau tidak mampu

       Gejala 1: Banyak makan (Polifagia) memanfaatkan insulin sehingga berakibat tingginya kadar gula dalam darah dikarenakan Apabila setelah diamati pasien insulin tidak mampu mengurangi kadar gula. mengalami Polifagia dengan densitas Penyakit ini bersifat kronis yang dapat muncul m{DM2} = 0,8 sebagai gejala dari dan berkembang dengan lambat namun pasti Diabetes Mellitus Type 2 untuk m 1 nilai yang mengakibatkan komplikasi hampir di densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, seluruh organ penderita seperti mata, otak, maka: jantung , ginjal, infeksi yang sulit diobati yang

      1 { 2} = 0,8

      berakibat pembusukan pada jaringan tubuh sehingga harus dioperasi atau bahkan dilakukan {θ} = 1 − 0,8 = 0,2

      1

      pemotongan (amputasi) pada jaringan tubuh Sehingga dapat dihitung menggunakan yang terkena infeksi. persamaan (2-3).

      0,8 3.

      IMPLEMENTASI 1 { 2} =

      1 − 0 = 0,8

      Bab ini membahas tentang implementasi

      0,2

      perangkat lunak berdasarkan hasil yang

      1 {θ} = 1 − 0 = 0,2

      diperoleh dari analisis kebutuhan dan proses b.

       Kasus 2 (Perhitungan 3 Gejala) perancangan perangkat lunak yang dibuat.

      Pembahasan terdiri dari penjelasan tentang Pada kasus 1 ini akan diberikan contoh 3 spesifikasi sistem, batasan-batasan gejala. Pada perhitungan deteksi gejala penyakit mengacu pada nilai densitas yang ada.

       Gejala 1: Banyak Makan (Polifagia) Apabila setelah dilakukan observasi mengalami Polifagia dengan densitas m{DM2} = 0,8 sebagai gejala dari

      4 { 1, 2} = 0,8 4 {θ} = 1 − 0,8 = 0,2

      = 0,98

      3 { } = 0,02

      1 − 0 = 0,02

       Gejala 3: Banyak Minum (Polidipsia) Kemudian gejala ketiga adalah banyak minum dengan densitas m{DM1} = (0,8); m{DM2} = (0,8) sebagai gejala dari

      Diabetes Mellitus Type 1 dan Diabetes Mellitus Type 2

      untuk m 4 nilai densitas yang dipilih yang tertinggi, maka:

      Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m 5 dapat dilihat pada tabel 2.

      Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3)

      Tabel 2. Aturan Kombinasi untuk m 5 Kasus 3 m 3 m 4 {DM1,DM2} (0,8)

      {ϴ} (0,2) {DM2} (0,98) {DM2} (0,784) {DM2} (0,196) {ϴ} (0,02) {DM1,DM2} (0,016)

      {ϴ} (0,004)

      Dari tabel 2 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m 3 {DM2} dan m 4 {DM1,DM2} sehingga dapat dihitung 0,98 x 0.8 menghasilkan 0,784. Demikian pula irisan m 3 { DM2 } dan m 4

      { ϴ } dapat dihitung 0,98 x 0,2 menghasilkan 0,96. Untuk {DM1,DM2} diperoleh dari irisan m 3

      { ϴ } dan m 2 { DM1,DM2 } sehingga dapat dihitung 0,02 x 0,8 menghasilkan 0,016.

      3 { 2} = 0,72 + 0,18 + 0,08 1 − 0

      { ϴ} = 0,02

      Diabetes Mellitus Type 2 untuk m 1 nilai

      2 { 2} = 0,9 2 {θ} = 1 − 0,9 = 0,1

      densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

      1 { 2} = 0,8

      1 {θ} = 1 − 0,8 = 0,2

       Gejala 2: Sering Buang Air Kecil Kemudian gejala selanjutnya adalah sering buang air kecil dengan densitas m{DM2} = 0,9 sebagai gejala dari

      Diabetes Mellitus Type 2 untuk m 2 nilai

      densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

      Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m 3 dapat dilihat pada tabel 1.

       {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ} 0,2 * 0,1 = 0,02

      Tabel 1. Aturan Kombinasi untuk m 3 Kasus 3 m 1 m 2 {DM2} (0,9)

      {ϴ} (0,1) {DM2} (0,8) {DM2} (0,72) {DM2} (0,08) {ϴ} (0,2) {DM2} (0,18)

      {ϴ} (0,02)

      Dari tabel 1 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m 1 {DM2} dan m 2 {DM2} sehingga dapat dihitung 0,8 x 0.9 menghasilkan 0,72. Demikian pula irisan m 1

      { ϴ } dan m 2 {DM2} dapat dihitung 0,2 x 0,9 menghasilkan 0,18 serta irisan m 1 {DM2} dan m 2

      { ϴ } dapat dihitung 0,8 x 0,1 menghasilkan 0,08.

       {DM2} ∩ {DM2} = {DM2} 0,8 * 0,9 = 0,72 {DM2} = 0,72  {ϴ} ∩ {DM2} = {DM2} 0,2 * 0,9 = 0,18 {DM2} = 0,18  { DM2} ∩ {ϴ} = {DM2} 0,8 * 0,1 = 0,08 {DM2} = 0,08

       {DM2} ∩ {DM1,DM2} = {DM2} 0,98 * 0,8 = 0,784 {DM2} = 0,784  {ϴ} ∩ {DM1,DM2} = {DM1,DM2} 0,02 * 0,8 = 0,016 {DM1,DM2} = 0,016  {DM2} ∩ {ϴ} = {DM2} 0,98 * 0,2 = 0,196 {DM2} = 0,196

       {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ}

      Dari tabel 3 ditunjukkan {DM2}

      0,02 * 0,2 = 0,004

      diperoleh dari irisan antara m 1 {DM2} dan

      m 2 {DM2} sehingga dapat dihitung 0,8 x 0.9 menghasilkan 0,72. Demikian pula

      { ϴ} = 0,004

      Sehingga dapat dihitung menggunakan 1 2 irisan m {DM2} dapat { ϴ } dan m persamaan (2-3). dihitung 0,2 x 0,9 menghasilkan 0,18 serta

      0,784 + 0,196

      irisan m 1 {DM2} dan m 2 { ϴ } dapat

      = 0,98 5 { 2} =

      1 − 0 dihitung 0,8 x 0,1 menghasilkan 0,08.

      0,016 { 1, 2} =

      5  {DM2} ∩ {DM2} = {DM2} 1 − 0 = 0,016 0,8 * 0,9 = 0,72 0,004 = 0,004

      5 { } = {DM2} = 0,72 1 − 0

    c. Kasus 3 (Perhitungan 5 Gejala)

       {ϴ} ∩ {DM2} = {DM2}

      Pada kasus 3 ini akan diberikan contoh

      0,2 * 0,9 = 0,18

      dengan memasukkan 5 gejala. Pada perhitungan

      {DM2} = 0,18

      ini diibaratkan seseorang penyakit Diabetes

      Mellitus dengan gejala banyak makan, sering  {DM2} ∩ {ϴ} = {DM2}

      buang air kecil, banyak minum, berat badan

      0,8* 0,1 = 0,08 turun tanpa alasan yang jelas dan gatal - gatal. {DM2} = 0,08

      Perhitungan deteksi penyakit ini mengacu pada nilai densitas yang ada pada akuisisi nilai

       {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ} densitas gejala.

      0,2 * 0,1 = 0,02

       Gejala 1: Banyak makan (Polifagia)

      { ϴ} = 0,02

      Apabila setelah dilakukan observasi Sehingga dapat dihitung menggunakan

      Banayk makan dengan densitas m{DM2} = persamaan (2-3). 0,8 sebagai gejala dari Diabetes Mellitus

      0,72 + 0,18 + 0,08 Type 2 untuk m 1 nilai densitas yang dipilih

      = 0,98 3 { 1} =

      adalah yang tertinggi, maka:

      1 − 0 0,02 { 2} = 0,8

      1 { } =

      3 1 − 0 = 0,02 {θ} = 1 − 0,8 = 0,2

      1

       Gejala 3: Banyak Minum (Polidipsia) Gejala 2: Sering buang air kecil

      Kemudian gejala ketiga adalah Banyak Kemudian gejala selanjutnya adalah minum dengan densitas m{DM1} = (0,8); sering buang air kecil dengan densitas m{DM2} = (0,8) sebagai gejala dari m{DM2} = 0,9 sebagai gejala dari

      Diabetes Mellitus Type 1 dan Diabetes Diabetes Mellitus Type 2 untuk m 2 nilai 4 Mellitus Type 2 untuk m nilai densitas

      densitas yang dipilih adalah yang tertinggi, yang dipilih yang tertinggi, maka: maka:

      4 { 1, 2} = 0,8 { 2} = 0,9

      2 4 {θ} = 1 − 0,8 = 0,2 2 {θ} = 1 − 0,9 = 0,1

      Maka dihitung nilai densitas baru untuk Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas beberapa kombinasi dengan fungsi densitas 5 m dapat dilihat pada tabel 4. m 3 dapat dilihat pada tabel 3.

      Tabel 4. Aturan Kombinasi untuk m Kasus 3 5 Tabel 3. Aturan Kombinasi untuk m Kasus 3 3 m 4 m 3 m 2 {DM1,DM2} (0,8)

      {ϴ} (0,2) m 1 {DM2} (0,9) {ϴ} (0,1) {DM2} (0,98) {DM2} (0,784) {DM2} (0,196)

      {DM2} (0,8) {DM2} (0,72) {DM2} (0,08) {DM1,DM2} (0,016) {ϴ} (0,02) {ϴ} (0,004) {DM2} (0,18)

      {ϴ} (0,2) {ϴ} (0,02)

      Dari tabel 4 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m 3 {DM2} dan m 4 {DM1,DM2} sehingga dapat dihitung 0,98 x 0.8 menghasilkan 0,784. Demikian pula irisan m 3 { DM2 } dan m 4

      Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas m 7 dapat dilihat pada tabel 5.

      7 { 2} = 0,4900 + 0,4900 1 − 0

      Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

       {DM2} ∩ {DM1,DM2} = {DM2} 0,98 * 0,5 = 0,4900 {DM2} = 0,4900  {DM1,DM2} ∩ {DM1,DM2} = {DM1,DM2} 0,016* 0,5 = 0,0080 {DM1,DM2} = 0,0080  {ϴ}∩ {DM1,DM2} = {DM1,DM2} 0,002* 0,5 = 0,0010 {DM1,DM2} = 0,0010  {DM2} ∩ {ϴ} = {DM2} 0,98 * 0,5 = 0,4900 {DM2} = 0,4900  {DM1,DM2} ∩ {ϴ} = {DM1,DM2} 0,016 * 0,5 = 0,0080 {DM1,DM2} = 0,0080  {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ} 0,002 * 0,5 = 0,0010 { ϴ} = 0,0010

      { ϴ } dan m 6 {DM1,DM2} dapat dihitung 0,002 x 0,5 menghasilkan 0,0010.

      { ϴ } dapat dihitung 0,016 x 0,5 menghasilkan 0,0504. Irisan m 5

      { ϴ } dapat dihitung 0,98 x 0,5 menghasilkan 0,49. Untuk {DM1,DM2} diperoleh dari irisan m 5 { DM1,DM2 } dan m 6 { DM1,DM2 } sehingga dapat dihitung 0,016 x 0,5 menghasilkan 0,008. Irisan m 5 { DM1,DM2} dan m 6

      Dari tabel 5 ditunjukkan {DM2} diperoleh dari irisan antara m 5 {DM2} dan m 6 {DM1,DM2} sehingga dapat dihitung 0,98 x 0.5 menghasilkan 0,49. Demikian pula irisan m 5 { DM2 } dan m 6

      {DM1,DM2} (0,0010) {ϴ} (0,0010)

      (0,0080) {DM1,DM2} (0,0504) {ϴ} (0,002)

      (0,5) {ϴ} (0,5) {DM2} (0,980) {DM2} (0,4900) {DM2} (0,4900) {DM1,DM2} (0,016) {DM1,DM2}

      Tabel 5. Aturan Kombinasi untuk m 7 Kasus 3 m 5 m 6 {DM1,DM2}

      6 { 1, 2} = 0,5 6 {θ} = 1 − 0,5 = 0,5

      { ϴ } dapat dihitung 0,98 x 0,2 menghasilkan 0,96. Untuk {DM1,DM2} diperoleh dari irisan m 3

      yang dipilih adalah yang tertinggi, maka:

      Mellitus Type 2 untuk m6 nilai densitas

      Selanjutnya turunnya berat badan tanpa alasan yang jelas dengan densitas m{DM2} = 0,1 gejala dari Diabetes Mellitus Type 1 dan m{DM2} = 0,5 gejala dari Diabetes

      Tanpa Alasan yang Jelas

       Gejala 4: Turunnya Berat Badan

      0,002 1 − 0 = 0,002

      0,016 1 − 0 = 0,016 5 { } =

      = 0,98 5 { 1, 2} =

      5 { 2} = 0,784 + 0,196 1 − 0

      Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

       {DM2} ∩ {DM1,DM2} = {DM2} 0,98 * 0,8 = 0,784 {DM2} = 0,784  {ϴ}∩ {DM1,DM2} = {DM1,DM2} 0,02 * 0,8 = 0,016 {DM1,DM2} = 0,016  {DM2} ∩ {ϴ} = {DM2} 0,98 * 0,2 = 0,196 {DM2} = 0,196  {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ} 0,02 * 0,2 = 0,002 { ϴ} = 0,002

      { ϴ } dan m 2 { DM1,DM2 } sehingga dapat dihitung 0,02 x 0,8 menghasilkan 0,016.

      = 0,98

      0,008 + 0,008 0,016 * 0,2 = 0,0032 7 { 1, 2} =

      1 − 0 {DM1,DM2} = 0,0032 = 0,016

      {DM1,DM2,DMG} = ∩  {ϴ} 0,001 + 0,001 {DM1,DM2,DMG}

      7 { } = = 0,002 1 − 0 0,002* 0,2 = 0,0004

       Gejala 5: Gatal - Gatal

      {DM1,DM2,DMG} = 0,0004

      Kemudian selanjutnya adalah sesak nafas m{D1} = 0,1; m{DM2} = 0,2;

       {DM2} ∩ {ϴ} = {DM2}

      m{DMG} = 0,2 sebagai gejala dari

      0,98* 0,8 = 0,784 Diabetes Mellitus Type 1, Diabetes

      {DM2} = 0,784 Mellitus Type 2 dan Diabetes Mellitus Gestational dengan nilai densitas, untuk m 8

       {DM1,DM2} ∩ {ϴ} = {DM1,DM2}

      nilai sensitas yang dipilih adalah yang

      0,016 * 0,8 = 0,0128

      terbesar, maka:

      {DM1,DM2} = 0,0128 8 { 1, 2, } = 0,2

       {ϴ} ∩ {ϴ} = {ϴ} 8 {θ} = 1 − 0,2 = 0,8

      0,002 * 0,8 = 0,0016

      Maka dihitung nilai densitas baru untuk beberapa kombinasi dengan fungsi densitas { 8

      ϴ} = 0,0016 m dapat dilihat pada tabel 6.

      Sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan (2-3).

      Tabel 6. Aturan Kombinasi untuk m Kasus 3 9 0,196 + 0,784 m 8 { 2} = = 0,98

      9 1 − 0 m 7 {DM1,DM2,DMG}

      {ϴ} (0,8) (0,2) 0,0032 + 0,0128

      9 { 1, 2} = {DM2} (0,98) {DM2} (0,196) {DM2} (0,784) 1 − 0

      = 0,016 {DM1,DM2} {DM1,DM2} {DM1,DM2} (0,016) (0,0032) (0,0128)

      9 { 1, 2, } 0,0004 + 0,0128 {DM1,DM2,DM3}

      = {ϴ} (0,002) {ϴ} (0,0016) (0,0004)

      1 − 0 = 0,0132

      Dari tabel 6 ditunjukkan {DM2}

      0,0016

      diperoleh dari irisan antara m 7 {DM2} dan

      9 { } = 1 − 0 = 0,0016

      m 8 {DM1,DM2,DMG} sehingga dapat dihitung 0,98 x 0.2 menghasilkan 0,196.

      3.2 Tampilan

      Demikian pula irisan m 7 { DM2 } dan m 8 { ϴ } dapat dihitung 0,98 x 0,8 menghasilkan 0,784. Untuk {DM1,DM2} diperoleh dari irisan m 7 { DM1,DM2 } dan m 8 {

      DM1,DM2,DMG } sehingga dapat dihitung 0,016 x 0,2 menghasilkan 0,0032. Irisan m 7 { DM1,DM2} dan m 8

      { ϴ } dapat dihitung 0,016 x 0,8 menghasilkan 0,0128. Untuk {DM1,DM2,DMG} diperoleh dari Irisan m 7 8 {DM1,DM2,DMG}

      { ϴ } dan m

      Gambar 2. Form Login

      dapat dihitung 0,002 x 0,2 menghasilkan 0,0004.

       {DM2} ∩ {DM1,DM2,DMG} = {DM2} 0,98 * 0,2 = 0,196 {DM2} = 0,196  {DM1,DM2} ∩ {DM1,DM2,DMG} = {DM1,DM2}

      Tidak

      9 Kasus 9 DM 2 DM1 Cocok

      10 Kasus 10 DM 2 DM 2 Cocok

      11 Kasus 11 DM 2 DM 2 Cocok

      Proses analisa dari pengujian akurasi sistem pendeteksi penyakit Diabetes Mellitus menggunakan metode dempster shafer dilakukan berdasarkan perbandingan hasil

      Gambar 3. Menu Utama deteksi sistem dengan deteksi pakar.

      Berdasarkan perbandingan hasil diagnosa sistem

    4. PENGUJIAN DAN ANALISIS

      dengan diagnosa pakar pada tabel 7 diketahui dari 11 data yang diuji, persentase kebenaran

      4.1 Pengujian Fungsionalitas sistem adalah 81,81% (9 deteksi kasus).

      Pada bagian ini akan dijelaskan tentang

      5. PENUTUP

      skenario pengujian yang akan dilakukan pada skenario pengujian pertama yaitu pengujian Berdasarkan pada hasil perancangan, fungsionalitas merupakan pengujian yang implementasi dan pengujian sistem yang telah dilakukan terhadap sistem untuk mengetahui dilakukan maka kesimpulan yang didapat apakah sistem yang dibangun telah sesuai sebagai berikut: dengan daftar kebutuhan yang telah ditentukan.

      1. Pemodelan sistem untuk medeteksi Proses analisa terhadap hasil pengujian penyakit Diabetes Mellitus menggunakan fungsionalitas dilakukan dengan melihat metode Dempster-Shafer dapat digunakan kesesuaian antara hasil yang diharapkan sebagai salah satu cara untuk mendeteksi berdasarkan kebutuhan sistem dengan hasil penyakit Diabetes Mellitus . Sistem kinerja sistem memiliki kesesuaian 100%. diimplementasikan dengan menggunakan

      Sehingga dapat disimpulkan bahwa gejala yang telah diberikan nilai densitas. implementasi dan fungsionalitas dari sistem 2.

      Pemodelan sistem untuk mendeteksi pendeteksi penyakit Diabetes Mellitus dapat penyakit Diabetes Mellitus menggunakan berjalan dengan daftar kebutuhan yang ada. metode Dempster-Shafer dapat digunakan mendeteksi penyakit Diabetes Mellitus

      4.2 Pengujian Akurasi

      pengujian 18 gejala dari 3 penyakit yang ada pada sistem. Pengujian tingkat akurasi dilakukan untuk

      a. pengujian fungsionalitas mengetahui performa dari sistem pendeteksi Hasil pemodelan sistem untuk medeteksi penyakit Diabetes Mellitus menggunakan penyakit Diabetes Mellitus metode Dempster-Shafer. Pengujian akurasi menggunakan metode Dempster-Shafer dilakukan dengan cara membandingkan data memiliki tingkat presentase 100%. hasil deteksi sistem dengan data hasil deteksi b. pakar.

      Hasil pengujian akurasi pemodelan sistem untuk medeteksi penyakit

      Tabel 7. Tabel pengujian akurasi Diabetes Mellitus menggunakan

      metode Dempster-Shafer memiliki

      No Keteran Kasus Pakar Sistem

    . gan tingkat kesesuaian presentase sebesar

    81,81%.

      1 Kasus 1 DM 2 DM 2 Cocok

      2 Kasus 2 DM DM Cocok

      Saran yang diberikan untuk pengembangan

      Gestational Gestation

      sistem dalam penelitian selanjutnya yaitu dapat

      al

      dilakukan penelitian lebih lanjut untuk nilai

      3 Kasus 3 DM 2 DM 2 Cocok

      densitas tiap gejala penyakit Diabetes Mellitus

      4 Kasus 4 DM 2 DM 2 Cocok

      sehingga akurasi sistem menjadi lebih optimal

      5 Kasus 5 DM 2 DM 2 Cocok

      serta dapat menambanh logika pada sistem

      6 Kasus 6 DM 2 DM 2 Cocok

      sehingga diagnosa sistem dapat memotong

      7 Kasus 7 DM 2 DM 1 Tidak

      perbedaan hasil diagnosa sistem tersebut dengan

      Cocok diagnosa pakar.

      8 Kasus 8 DM 2 DM 2 Cocok

      DAFTAR PUSTAKA Barat Tahun 2012”. STIKes MH. Thamrin.

      Jakarta Timur. Ermayani, Dewi. 2012.

      “Aplikasi Diagnosa Penyakit Jantung Koroner Menggunakan Sulistyohati, Aprili. 2008.

      “Aplikasi Sistem Metode Dempster-Shafer Diagnosa Penyakit Ginjal Dengan Metode

      ”. Universitas Caltex. Riau. Dempster -

      Shafer”. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Fadhlil, Abdul. 2013.

      “Sistem untuk Mendiagnosa Saluran Pencernaan Yuliani, Fadma. 2014.

      “Hubungan Berbagai menggunakan Metode Dempster-Shafer Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit ”.

      Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Jantung Koroner Pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2”. Universitas Andalas. Jogiyanto HM. 2008.

      “Metode Penelitian Sistem Padang. Informasi”. Andi Offset. Yogyakarta.

      Wahyuni, Elyza Gustri. 2013.

      “Prototype Sistem Kadir, A. 2010. “Konsep dan Tuntutan Praktis untuk Mendeteksi Tingkat resiko Penyakit

      Basis Data”. Andi Offset.

      Jantung Koroner dengan Metode Dempster- Kusumadewi Sri. 2003. “Atificial Intelligence Shafer”. Universitas Islam Indonesia.

      Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. (Teknik dan Aplikasinya)”. Graha Ilmu.

      Yogyakarta.

      Yogmalanda, Taufiqillahi Nissano. 2016. Listiyono, Hersatoto. 2008.

      “Merancang dan “Implementasi Metode Dempster-Shafer Untuk Diagnosa Penyakit Gigi Dan

      Membuat Sistem”. Jurnal Fakultas Teknologi Informasi Universitas

      Mulut ”. Universitas Brawijaya. Malang. Stikubank. Semarang.

      Maseleno, Andino. 2011.

      “Avian Influenza Expert System using Dempster-Shafer ”. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Mulyanto, A. 2009.

      “Sistem Informasi dan Pustaka Fajar. Konsep Aplikasi”.

      Yogyakarta. Nahampun, Maruli Tua. 2014.

      “Sistem Diagnosa Penyakit Pada Tanaman Kelapa Sawit Dengan Metode Demspter-Shafer

      ” Prihatini, Putu Manik. 2011.

      “Metode Ketidakpastian dan Kesamaran dalam Sistem”. Politeknik Negeri Bali. Bali.

      Rikhiana, Esthi Dyah. 2013.

      “Implementasi Sistem Untuk Mendiagnosa Penyakit Dalam Pada Manusia Menggunakan Metode Dempster-Shafer

      ”. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. Rimawati. 2012.

      “Perancangan Aplikasi Sistem untuk Mendiagnosa Penyakit Ginjal dengan Metode Dempster-Shafer

      ”. STMIK Budi Darma. Medan. Saputro, Budi Cahyo. 2011.

      “Sistem Deteksi Penyakit Diabetes Mellitus Menggunakan metode Certainty Factor”. Universitas Kristen Duta Wacana. Yogyakarta. Shara Kurnia Trisnawati. 2013.

      “Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melelitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta