THE CRIMINOLOGY REVIEW OF FIGHTING AND BEATING IN ORGAN TUNGGAL EVENT (Bandar Lampung Study) I Putu Budhi Yasa, Heni Siswanto, Diah Gustiniati M ABSTRACT - TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERKELAHIAN DAN PENGEROYOKAN PADA ACARA HIBURAN ORGAN TUNGGAL (Studi

THE CRIMINOLOGY REVIEW OF FIGHTING AND BEATING IN
ORGAN TUNGGAL EVENT
(Bandar Lampung Study)
I Putu Budhi Yasa, Heni Siswanto, Diah Gustiniati M
Email : iputubudhiyasa@gmail.com
ABSTRACT
The Circulation of liquor on entertainment location is danger enough. Most of
single organ Visitors is dominant male adolescents aged and usually junior high
school graduate. Fighting in the single organ entertainment and events that are
conducted with the aim of harming others is deviant behavior. The problem of this
paper is whether the causes of fighting and beatings in a single organ
entertainment events in Bandar Lampung and how the response of fight and
beatings in a single organ entertainment events in Bandar Lampung. the problems
approach that used to answer of this problems are normative juridical approach,
and legally empirical. Based on the results of this research and discussion of the
factors that cause fights and beatings in a single organ entertainment event in
Bandar Lampung is internal and external factors. Internal factors are
aggressiveness due to alcohol abuse, lack of compliance with the law, lack of
manners (knowledge). External factors are inaction by police, poverty,
environment and time entertainment until the early hours. The Effort to control
fights and beatings in single organ entertainment events in Bandar Lampung is

through the penal and non-penal effort. Penal Effort is done by taking repressive
measures against the perpetrators of fights and beatings in single organ
entertainment events (catch, prosecute, and reconstruct ability in prison). The nonpenal Efforts is from monitoring appropriate procedures permit. The Placement
for the police as a supervisor (Intelpampol) as well as coordination and
communication between the police and the person in charge of entertainment.
Keywords: criminological, fights and beatings, organ tunggal

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERKELAHIAN DAN
PENGEROYOKAN PADA ACARA HIBURAN ORGAN TUNGGAL
(Studi di Bandar Lampung)
I Putu Budhi Yasa, Heni Siswanto, Diah Gustiniati M
Email :( iputubudhiyasa@gmail.com)
Abstrak
Peredaran minuman keras pada lokasi hiburan organ tunggal cukup
memperihatinkan. Pengunjung organ tunggal rata-rata adalah laki-laki yang
dominan berusia remaja dan biasanya tamatan sekolah menengah pertama.
Berkelahi dalam acara yang bersifat hiburan dan dilakukan secara bersama-sama
dengan tujuan melukai orang lain adalah perilaku menyimpang. Permasalahan
dalam skripsi ini adalah apakah faktor penyebab perkelahian dan pengeroyokan
pada acara hiburan organ tunggal di Bandar Lampung dan bagaimanakah upaya

penanggulangan perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal
di Bandar Lampung.pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab
permasalahan tersebut yaitu pendekatan secara yuridis normatif, dan secara
yuridis empiris. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan faktor penyebab
terjadinya perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di
Bandar Lampung adalah faktor intern dan ekstern. Faktor internal : agresivitas
akibat penyalah gunaan alkohol, kurangnya kepatuhan hukum, rendahnya budi
pekerti (pengetahuan). Faktor eksternal : pembiaran oleh polisi, kemiskinan,
lingkungan, waktu hiburan yang hingga dini hari. Upaya penanggulangan
perkelahian dan pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal di Bandar
Lampung adalah melalui upaya penal dan non penal. Upaya penal dilakukan
dengan cara melakukan tindakan represif terhadap pelaku perkelahian dan
pengeroyokan pada acara hiburan organ tunggal (menangkap, mengadili, serta
membinanya dalam Lembaga Pemasyarakatan). Upaya non penal yang dilakukan
adalah Melakukan prosedur pengawasan sesuai izin yang diberikan. Penempatan
polisi sebagai pengawas (Intelpampol) serta melakukan koordinasi dan
komunikasi yang baik antara polisi dan pihak penanggung jawab hiburan.
Kata kunci : kriminologis, perkelahian dan pengeroyokan, organ tunggal

3


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia hidup di bawah
naungan hukum positif, meski di daerah
tertentu eksistensi pranata adat masih bisa
dijumpai. Individu sebagai bagian dari
masayarakat
selalu
ingin
hidup
berdampingan dengan anggota masyarakat
lainnya.
Sifat
alamiah
ini
yang
menyebabkan
manusia
melakukan

interaksi antar sesamanya. Interaksi yang
dilakukan manusia bisa bersifat saling
menguntungkan
atau
bisa
bersifat
merugikan. Hukum hadir di tengah
masyarakat sebagai penyeimbang dari
berbagai pola interaksi individu yang
hidup sebagai masyarakat, karena hukum
memuat norma-norma tentang interaksi
seperti apa yang dianggap merugikan hak
dan rasa keadilan dari individu lain atau
masyarakat sebagai komunitas yang
dianggap ikut merasakan dampaknya.
Kejahatan merupakan suatu fenomena
komplek yang dapat dipahami dari
berbagai sisi yang berbeda. itu sebabnya
dalam keseharian kehidupan dapat
menangkap berbagai komentar tentang

suatu peristiwa kejahatan yang berbeda
satu dengan yang lainya. Masyarakat yang
beradab tentu menilai suatu tindakan dapat
dikatakan sebagai kejahatan atau bukan
kejahatan tentu dari segi hukum dan rasa
adil
yang
ada
di
masyarakat.
Perkembangan selanjutnya dalam upaya
untuk menegtahui faktor-faktor penyebab
terjadinya suatu kejahatan maka ilmu
hukum senantiasa ditemani oleh ilmu
kriminologi.
Norma hukum positif diwujudkan dalam
bentuk suatu undang-undang, yang
biasanya dikodifikasikan tidak lepas dari
respon terhadap suatu gejala sosial yang
terjadi ditengah-tengah masyarakat itu

sendiri. Pasal 170 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana yang mengatur tentang
Tindak
Pidana
Perkelahian
dan

pengeroyokan merupakan salah satu pasal
yang merespon gejala sosial yang ada di
masyarakat yaitu keinginan manusia.
Keinginan untuk dihormati, keinginan
untuk mempertahankan harga diri,
keinginan dalam bidang ekonomi yang
tidak jarang menjadi penyebab terjadinya
suatu tindak pidana. Kendati demikian
perkelahian dan pengeroyokan masih
beberapa
kali
terjadi,
yang

memperihatinkan adalah ketika peristiwa
tersebut terjadi pada acara yang bersifat
hiburan. Acara yang diadakan untuk
menghibur
justru
menjadi
ajang
perkelahian.
perkelahian
dan
pengeroyokan dianggap oleh sekelompok
orang
sebagai
cara
untuk
bisa
menyelesaikan masalah. Tidak adanya
kata sepakat yang menguntungkan antar
pihak yang terlibat konflik sehingga
seolah-olah kekerasan menjadi upaya

terakhir yang dianggap paling benar oleh
sekelompok orang tersebut.
Belakangan perkelahian dan pengeroyokan
beberapa kali terjadi pada acara hiburan
organ tunggal, yang seharusnya bertujuan
untuk hiburan semata justru dimanfaatkan
oleh
sekelompok
individu
untuk
melampiaskan amarahnya. Peristiwa ini
mengindikasikan adanya penyimpangan
perilaku yang dialami oleh individu atau
kelompok individu itu sendiri. Imbasnya
adalah penyelesaian suatu permasalahan
yang mengabaikan supremasi hukum dan
lebih mengedepankan kekerasan sebagai
faktor pembenar dalam setiap keputusan
yang diambil. Membicarakan kekerasan
bukanlah suatu hal mudah, sebab

kekerasan
pada
dasarnya
adalah
merupakan tindakan agresif, yang dapat
dilakukan oleh setiap orang misalnya
tindakan memukul, menusuk, menendang,
menampar, meninju, menggigit, semua itu
adalah bentuk-bentuk-bentuk kekerasan.1

1

Yesmil Anwar dan Adang, 2010, Kriminologi,
PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 410.

4

Perkelahian dan pengeroyokan terjadi pada
acara huburan organ tunggal seperti pada
tabel berikut ini.


NO Daerah Perkara

Tabel Jumlah Perkara Perkelahian dan
Pengeroyokan pada Acara Hiburan
Organ Tunggal di Lampung Tahun
2011-2014
Jumlah
perkara

Keterangan
Kasus
1
terselesaikan
litigasi).

(satu)
(jalur

1


Bandar Lampung: Kampung Bayur
Bawah, Sukamanjur Kelurahan
Bumi
Kedamaian,
Kedamaian
2
Bandar Lampung. Desa Bakung,
Teluk Betung Barat, Bandar
Lampung.3
Kedaton,
Bandar
Lampung.4

3

2

Lampung
Selatan:
Dusun
5
Muarabalak. Bunut, Penengahan.6
Desa Negeri Sakti Gedong Tataan.7

3

Tidak terselesaikan
(buron)

3

Lampung Tengah: Kampung Bumi
Nabung Timur.8

1

Terselesaikan (jalur
litigasi)

4

Pesisir Barat: Pekon Way Haru9

1

Terselesaikan
non
litigasi (jalur mediasi
rembuk pekon)

5

Kabupaten Tulang Bawang: Tulang
Bawang Udik.10

1

Terselesaikan (jalur
litigasi)

Kasus 2 (dua) tidak.
terselesaikan ( sulit
menentukan
tersangka).
Kasus ke 3 (tiga)
terselsaikan.

Sumber: Data sekunder dari penelusuran website

2

http://www.Lampung-news.com/article/kriminal/ 12191.html/ diakses2 September 2014 17.00
http:www.indosiar.com/patroli/ribut-diajang-organ tunggal-bapak-terluka_37492.html/ diakses 6 September
2014 13.00
4 http://javanewsonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4368:anak-pejabat-keroyokpemilik-organ-tunggal&catid=11:berita-terkini&Itemid=12/ diakses 9 Oktober 2014 21.00
5
http://www.haluanlampung.com/index.php/kriminal/3625-polisi-buru-pembunuh-firman/ diakses 4
September 2014 21.30
6
http://buser.liputan6.com/read/68795/hiburan organ-tunggal-di-lampung-menelan-korban.html diakses 4
september 2014 20.30
7
http://news.liputan6.com/read/79866/diciduk-buronan-pembacok-pengusaha-hiburan-di-lampung diakses 7
September 2014 18.30
8
http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/ diakses 5 September 2014 22.30
9
http://lampost.co/berita/hiburan-organ-tunggal-picu-perkelahian/ diakses 1 Oktober 2014 20.30
10
http://javanewsonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5510:buntut-bentrok-polisi-vswarga-kanit-provos-terkena-sanksi&catid=11:berita-terkini&Itemid=12 diakses 6 September 2014 23.00
3

5

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa
perkara perkelahian dan pengeroyokan
untuk wilayah Bandar Lampung terjadi
tiga perkara, satu perkara mengakibatkan
adanya koraban jiwa yaitu kasus yang
terjadi di Kampung Bayur Bawah. Pada
Wilayah Hukum Kabupaten Lampung
Selatan terjadi tiga perkara yang semuanya
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Pada
wilayah Hukum Kabupaten Lampung
Tengah terjadi satu perkara dan menelan
korban jiwa. Pada wialayah Hukum
Kabupaten Pesisir Barat dan Tulang
Bawang masing-masing terjadi satu
perkara, pada Kabupaten Pesisir Barat
tidak ada korban jiwa sedangkan pada
kabupaten Tulang Bawang menelan
korban jiwa dengan Luka tembak di kepala
korban.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah
(1) faktor penyebab terjadinya perkelahian
dan pengeroyokan pada acara hiburan
organ tunggal di Bandar Lampung ; (2)
Upaya penanggulangan perkelahian dan
pengeroyokan pada acara hiburan organ
tunggal di Bandar Lampung.
C. Metode Penelitian
Pendekatan masalah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah secara yuridis
normatif dan secara yuridis empiris. Data
yang digunakan adalah data primer, data
sekunder, dan data tersier. Pengumpulan
data dilakukan dengan studi kepustakaan,
dan studi lapangan. Data tersebut lalu
diolah melalui tahap editing, sitematisasi
data, dan seleksi data. Data yang sudah
diolah tersebut kemudian diuraikan dan
dianalisis
secara
kualitatif,
yaitu
melukiskan kenyataan-kenyataan yang ada
berdasarkan kalimat. Dari analisis data
tersebut dilanjutkan dengan menarik
kesimpulan secara induktif.

II.
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

A.
Faktor-faktor
Penyebab
Perkelahian dan Pengeroyokan pada
Acara Hiburan Organ Tunggal di
Bandar Lampung
Perkembangan dan perubahan-perubahan
yang terjadi baik secara institusional
maupun intelektual dalam kriminologi
menunjukan
terjadinya
hubunganhubungan dialektis antara pengetahuan dan
pemikiran dengan realitas sosial, serta juga
tahap-tahap pencapaian hasil-hasil yang
diantisipasikan dalam praktik sosial bidang
pengetahuan ilmiah ini. Kriminologi
masalalu beranjak dari pemahaman yang
dangkal mengenai kejahatan, padahal
kejahatan tak hanya bisa ditilik dari segi
fenomenanya saja, melainkan merupakan
aspek yang tidak terpisah dari konteks
politik,
ekonomi
dan
sosial
masyarakatnya, termasuk dinamika sejarah
kondisi-kondisi yang melandasinya (yakni
struktur-struktur sosial yang ditentukan
secara historis).11
Dari segi politik kebijakan sosial
pemerintah yang tak berpihak kepada
rakyat berlindung rapi dibalik undangundang, mengakibatkan pemelaratan terus
berlangsung.
Dampak
dari
tidak
sejahteranya
perekonomian
adalah
keterbatasan
kesempatan
untuk
memperoleh pendidikan. Tujuan dari
keberpihak suatu kebijakan dan penerapan
undang-undang
secara
konsisten,
menerapkan sistem jaminan hidup dan
kesejahteraan dilakukan semata-mata
untuk mencegah terjadinya kejahatan.
Kriminologi berpendapat bahwa kejahatan
disebabkan karena kondisi-kondisi dan
proses-proses sosial yang sama, yang
menghasilkan perilaku-perilaku sosial
lainya. Analisis terhadap kondisi-kondisi
dan proses-proses tersebut menghasilkan
dua kesimpulan, yaitu pertama yang
11

Yesmil Anwar dan Adang, Op. Cit., hlm. 57.

6

terdapat hubungan anatara variasii
kejahatan dengan variasi organisasiorganisasi sosial dimana kejahatan tersebut
terjadi.12
Membicarakan
masalah
kekerasan
bukanlah suatu hal mudah, sebab
kekerasan
pada
dasarnya
adalah
merupakan tindakan agresif, yang dapat
dilakukan oleh setiap orang, misalnya
tindakan memukul, menusuk, menendang,
menampar, meninju, menggigit, semua itu
adalah bentuk-bentuk kekerasan. Selain itu
juga kekerasan merupakan tindakan yang
normal, namun tindakan yang sama pada
situasi yang berbeda akan disebut
penyimpangan.
Menurut Abdussalam, dalam bukunya
Criminology ( Pembahasan Dengan Kasus
Tindak Pidana Yang Terjadi Di Seluruh
Indonesia),
Hasil
wawancara
dan
pengamatan penulis dengan pelaku
kejahatan penganiayaan dan pembunuhan
dan petugas reskrim yang menyelesaikan
perkara tindak pidana penganiayaan dan
pembunuhan berkisar antara 60-70% dari
tahun 2007 samapi dengan tahun 2012,
sebagai berikut : pelaku melakukan tindak
pidana penganiayaan, karena mudah
tersinggung dan emosional, korban
melakukan
penghinaan
tidak
mau
melakukan perintah atau yang disuruh,
memberi pelajaran kepada korban. Pelaku
melakukan tindak pidana pembunuhan
karena sulit mengendalikan emosional,
korban melakukan penghinaan yang sangat
merendahkan derajatnya, dendam yang
tidak dapat dikendalikan, harga diri yang
merasa diremehkan, cemburu, tekanan
ekonomi. Bila dianalisis menggunakan
teori
kendali
diri,
maka
pelaku
penganiayaan dan pembunuhan lemah
dalam
mengendalikan
diri
dan
tempramenya
sangat
tinggi.
Hasil
pengamatan penulis terhadap pelaku
penganiayaan dan pembunuhan pelaku
bertingkah laku bebas. Bila ada yang

menghalangi kehendaknya maka dia tidak
segan-segan akan melakukan kejehatan
itu.13
Menurut Rinaldy Amrullah, Apa yang
harus dilakukan masyarakat apabila
hendak menyelenggarakan kegiatan yang
melibatkan banyak orang (segala bentuk
kegiatan masyarakat) sebaga contoh :
pertandingan olah raga, konser musik, di
wilayah hukum kepolisian kota Bandar
Lampung, agar pelaksanaan kegiatan itu
berjalan dengan tertib, aman, nyaman,
lancar dan terkendali sudah dilakukan
dengan
ketentuan
dasar
(Petunjuk
Lapangan/Pelaksanaan) Juklap Kapolri
No. Pol / 02 / XII / 95 tentang perijinan
dan pemberitahuan kegiatan masyarakat.
Tidak berjalanya dengan baik tugas dan
kewenagan polisi Sebagaimana yang diatur
dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Repubik
Indonesia pada Pasal 13, 14, dan 15 telah
diatur tentang tugas dan kewenangan
Kepolisian yang harus memberi izin
kepada pihak pemohon dan menjaga
ketertiban dan keamanan agar tidak ada
pelaggaran hukum yang terjadi.
Pada kasus yang terjadi di Kampung
Sukamanjur
Kelurahan
Kedamaian
hiburan organ tunggal berlangsung hingga
dini hari dan tidak ada polisi yang
memantau jalannya hiburan. Artinya
Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010
tentang susunan organisasi pada tingkat
Kepolisian Resor dan Sektor tidak
dipatuhi. Menurut peraturan ini terdapat
dua bidang dalam Kepolisian dalam
bidang
mengatur
penerbitan
dan
pengawasan terhadap pelaksanaan izin
keramaian yaitu bidang Intelkam Polda
atau Polres serta pasukan pengamanan
yang ditugaskan untuk menjaga keamanan
serta ketertiban dalam kegiatan keramaian.
13

12

Ibid., hlm. 59.

Abdussalam, 2014, Criminologi,PTIK,
Jakarta,hlm. 155.

7

Tidak berjalan sesuai harapan terhadap
peraturan Kepala Kepolisian Republik
Indoneisa Nomor 22 Tahun 2007 tentang
bimbingan penyuluhan keamanan dan
ketertiban
masyarakat.
Bimbingan
penyuluhan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memberikan tuntunan,
petunjuk, dan penerangan kepada individu
atau kelompok secara terus menerus
dengan maksud agar terjadi perubahan
perilaku atau sikap yang berguna bagi diri
pribadi ataupun masyarakat. Menurut
tokoh masayarakat setempat Bapak
Mastuhi bimbingan penyuluhan ketertiban
dan keamanan masyarakat tidak pernah
dilakukan baik yang yang melibatkan
Forum Kemitraan Polisi Masyarakat atau
organisasi kemasyarakatan yang lain.
Faktor pendidikan merupakan salah satu
faktor pendorong seseorang untuk
melakukan suatu kejahatan, hal itu
disebabkan oleh tingkat pengetahuan
mereka yang kurang terhadap hal-hal
seperti aturan dalam cara hidup
bermasyarakat.
Tingkat
pendidikan
dianggap sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi
seseorang
berbuat
kejahatan, pendidikan merupakan sarana
bagi seseorang untuk mengetahui mana
yang baik dan mana yang buruk dengan
melakukan suatu perbuatan apakah
perbuatan tersebut memiliki suatu manfaat
tertentu
atau
malah
membuat
masalah/kerugian tertentu.
Pendidikan yang rendah pola pemikiran
mereka mudah dipengaruhi oleh keadaan
sosial
sehingga
pergaulan
dalam
lingkunganya mudah mengekspresikan
tingkah laku yang kurang baik lewat
perbuatan yang merugikan masyarakat dan
akan memepengaruhi pelaku karena
kurangnya pengetahuan yang dimiliki
sehingga
pelaku
perkelahian
dan
pengeroyokan di kota Bandar Lampung
pada umumnya dalah buruh yang
pekerjaannya tidak tetap. Penyebabnya
karena pendidikan yang rendah, sehingga
kurangnya kreatifitas dan berhubungan
dengan kurangnya peluang lapangan kerja.

Akibat pendidikan yang rendah itu maka
pola pikir mereka mudah terpengaruh
karena kadang-kadang mereka bisa
mengekspresikan tingkah laku yang tidak
baik lewat perbuatan yang merugikan
masyarakat. Melalui bekal pendidikan
yang diperoleh dengan baik dapat
merupakan proses pembentukan nilai-nilai
atau perilaku mereka. Jika dikaitka faktor
pendidikan
dengan
latar
belakang
kejahatan yang dilakukan itu rata-rata yang
berpendidiakn rendah yang berpendidikan
sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama.
Kejahatan yang dilakukan seseorang
banyak tergantung dalam hubungan
sosialnya
dalam
masyarakat
yang
bersangkutan, yakni dengan melihat
kondisi-kondisi struktural yang terdapat
dalam
masyarakat.
Walaupun
ada
kemungkinan manusia itu sendiri secara
sadar memilih jalan yang menyimpang
sebagai cara dia memecahkan masalah
eksistensinya. Seseorang yang semula
berasal dari keturunan yang baik, jika
lingkungan pergaulan dalam masyarakat
tempat dia tinggal adalah lingkungan
terdapat pelaku kejahatan bukan tidak
mungkin maka diapun terbawa arus
melakukan kejahatan.
Salah satu penyebab seseorang itu
melakukan kejahatan adalah keadaan
lingkungan dimana orang itu berada.
Seseorang dapat menjadi pelaku kejahatan
tidak hanya berasal dari lingkungan
keluarga miskin tetapi ada juga berasal
dari lingkungan keluarga kaya. Pada
umumnya orang melakukan kejahatan itu
berasal dari lingkungan yang tidak baik.
Menurut Aan Suhendar dan Febryadi,
Alkoholisme berpengaruh besar pada
tinggkat emosi para pengunjung yang
mengkonsumsi alkohol. Akibat dari
pengaruh minuman keras pikiran menjadi
kacau tidak terkendali. Lepas kontrol
dalam berfikir, berkata dan bertindak
mengkibatkan
sering
terjadinya
perkelahian dikarenakan saling ejek, tidak

8

sengaja tersenggol karena cara berjalan
yang sudah sempoyongan akibat mabuk
minuman keras. Kehilangan kesadaran
dalam berfikir mengakibatkan kata-kata
yang diucapkan oleh para pengunjung bisa
membuat pengunjung lainya tersinggung.
Perkataan yang menyinggung pengunjung
lain seperti ini lah bisa menyebabkan
perkelahian dan pengeroyokan pada acara
hiburan organ tunggal.14
Menurut Hilman Haidir, Pada acara
hiburan organ tunggal menjumpai orang
yang mabuk minuman beralkohol adalah
hal yang biasa. peredaran minuman keras
sangat memperihatinkan. Artinya undangundang tentang minuman beralkohol tidak
diindahkan oleh lingkungan masyarakat
yang gemar mengadakan hiburan organ
tunggal. Pengaruh panasnya dentuman
musik, minuman keras ditambah dengan
waktu hiburan yang melebihi batas hiburan
yang telah ditentukan oleh kapolres
Bandar Lampung yaitu pukul 21.00.
Menurut Hilman Haidir,perkelahian yang
terjadi sering pada waktu yang larut
malam.
Peristiwa perkelaihan dan
pengeroyokan cukup sering terjadi pada
wilayah hukum kepolisian Bandar
Lampung namun tidak semua kejadia
dilaporkan kepolisi. Perilaku menyimpang
ini kerap terjadi pada daerah pinggiran
kota Bandar Lampung yang memang
masih sering diadakan hiburan organ
tunggal ketika ada pesta perkawinan atau
khitanan.15
Menurut hasil wawancara dengan pelaku
perkelahian dan pengeroyokan pada acara
hiburan organ tunggal yang terjadi di
Kampung
Sukamanjur
Kelurahan
Kedamaian yaitu Dodi Saputra dan Okta
Pratama. Perkelahian cukup sering terjadi
14

Hasil Wawancara dengan Aiptu Aan Suhendar
Kanit Reskrim Polsek Tanjung Karang Timur
Tanggal 15 Januari 2015.
15
Hasil wawancara dangan Bripka Hilman Haidir
Wakil Panit II Polsek Tanjung Karang Timur
Tanggal 15 Januari 2015.

pada acara hiburan organ tunggal akibat
hal yang sepele. Pada kasus mereka latar
belakangnya adalah dendam. Sebelum
mereka berkelahi mereka terlebih dahulu
mereka mengkonsumsi minuman keras
jenis tuak. Mereka memang gemar
menonton organ tunggal karena sifat
hiburan yang murah meriah. Menurut
pengalaman mereka perkelahian dan
biasanya berujung pada perkelahian secara
bersama-sama sering terjadi ketika hiburan
ini diadakan hingga larut malam.
Artinya kasus yang terjadi di Kampung
Sukamanjur di akibatkan oleh rasa
dendam. Untuk meningkatkan emosi
mereka
mengkonsumsi
minuman
beralkohol. Perkelahian dan pengeroyokan
terjadi pada saat Intelpampol yang
ditugaskan sudah tidak ada di lokasi
hiburan. Hiburan yang berlanjut hingga
dini hari dan tidak dihentikan sesuai
dengan surat izin yang telah disepakati
merupakan tindakan pembiaran yang
dilakukan oleh polisi.
Peristiwa ini mengakibatkan satu orang
tewas yaitu Indra. Para pelaku dari
kelompok Puing alias Sugiyanto maupun
kelompok Feby bisa saja dikenakan Pasal
170, 351, 353 dan 355 KUHP. Menyerang
seseorang secara terang-terangan dengan
tenaga bersama yang mengakibatkan lukaluka atau bahkan kematian secara khusus
memang diatur dalam asal 170 Kitab
Undang- Undang Hukum Pidana. Penyidik
bisa saja berpandangan lain sesuai dengan
temuan fakta yang ada ditempat terjadinya
perkara serta hasil penyidikan. Oleh karena
itu jika perkelahian ini direncanakan
sebelumnya bisa saja salah satu pelakunya
dikenakan Pasal 353 Kitab UndangUndang Hukum Pidana sesuai dengan
perannya dalam kejadian itu.

9

B.
Upaya
Penanggulangan
Perkelahian dan Pengeroyokan pada
Acara Hiburan Organ Tunggal di
Bandar Lampung
Menurut Rinaldy Amrullah, Usaha
penanggulangan
terhadap
perilaku
menyimpang dimasyarakat ini, telah
banyak usaha-usaha yang dilakukan
dengan berbagai cara. Salah satu usaha
pencegahan dan pengendalian itu adalah
menggunakan hukum pidana dengan
sanksinya berupa pidana. Penggunaan
upaya hukum termasuk hukum pidana,
sebagai salah satu upaya untuk mengatasi
masalah perilaku menyimpang dengan
kekerasan, termasuk dalam bidang
kebijakan penegakan hukum. Tujuan dari
itu semua adalah terciptanya kesejahteraan
masyarakat pada umumnya.
1. Upaya Represif
Kebijakan
penal
dalam
upaya
penanggulangan
perkelahian
dan
pengeroyokan pada acara hiburan organ
tunggal adalah:
a. Menangkap pelaku setelah peristiwa
perkelahian
dan
pengeroyokan
terjadi;
b. Mengadili
para
pelaku
dan
menjatuhkan hukuman sesuai hukum
yang berlaku, jika terbukti;
c. Membina
para
pelaku
dalam
Lembaga Pemasyarakatan, setelah
putusan mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Menurut Febriyadi dan Hilman Haidir
Perkelahian dan pengeroyokan bisa
mengakibatkan luka berat ataupun ringan
dan bahkan kematian. penjatuhan putusan
tentang lamanya hukumannya berbedabeda sesuai dengan akibat perbuatannya.16
Peran kepolisian sangat vital dalam hal ini
karena sebagai ujung tombak penegakan
hukum pidana. Dikatakan bahwa tujuan
16

Hasil wawancara dengan Brigpol Febryadi
Penyidik Pembantu Polsek Tanjung Karang Timur
Tanggal 15 Januari 2015.

dari pemidaan saat ini bukanlah sematamata untuk memeberikan penderitaan.
Penjatuhan pidana pada para pelaku
adalah
untuk
membinanya
dalam
Lembaga Pemasyarakatan, agar suatu saat
dapat
dikembalikan
kedalam
17
masyarakat.
2. Upaya Preventif
Usaha-usaha
yang
rasional
untuk
mengendalikan
atau
mananggulangi
kejahatan (politik kriminal), sudah barang
tentu tidak hanya menggunakan sarana
penal (hukum pidana), namun juga
menggunakan sarana-sarana non penal.
Usaha-usaha non penal ini misalnya
penyantunan dan pendidikan sosial dalam
rangka mengembangkan tanggungjawab
sosial warga masyarakat; penggarapan
jiwa masyarakat melalui pendidikan
moral,
agama
dan
sebagainya;
peningkatan usaha-usaha kesejahteraan
anak dan remaja; kegiatan patroli dan
pengawasan lainya secara kontinyu oleh
polisi dan aparat keamanan lainya dan
sebagainya. Usaha-usaha non penal ini
dapat meliputi bidang yang sangat luas
diseluruh sektor kebijakan sosial. 18
Perkelahian dan penegroyokan pada acara
hiburan organ tunggal berusaha di
tanggulangi secara preventif melalui
Juklap Kapolri No. Pol / 02 / XII / 95
tentang perijinan dan pemberitahuan
kegiatan masyarakat. Pengadaan hiburan
harus ada izin dari pihak kepolisian.
Tujuan diharuskanya ada permohonan izin
untuk dapat mengantisipasi kemungkinan
terjadinya gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat dengan cara :
1. Mempertimbangkan setiap bentuk
kegiatan kemasyarakatan yang akan
diadakan.

17

Hasil wawancara dengan Bripka Hilman Haidir
Wakil Panit II Polsek Tanjung Karang Timur
Tanggal 15 Januari 2015 .
18
Abintoro Prakoso, 2013, Kriminologi Dan Hukum
Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta, hlm.159.

10

2. Lokasi/tempat
kegiatan,
apakah
memenuhi syarat untuk menampung
jumlah penonton yang cukup banyak.
3. Jalur yang mengarah ke lokasi
kegiatan, apakah memungkinkan
untuk dilalui dengan memperhatikan
keamanan, ketertiban, kelancaran lalu
lintas (kamtibcarlantas).
4. Jenis musik/pertunjukan yang akan
ditampilkan dikaitkan dengan aliran
dan fansnya.
5. Perkuatan
pengamanan
agar
disesuaikan
dengan
jumlah
pengunjung/penonton yang akan
hadir dan kerawanan yang akan
timbul.
6. Memberikan pemahaman kepada
penyelenggara/event organizer dalam
kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk lebih memperhatikan aspek
keamanan, keselamatan, dan situasi
lokasi kegiatan serta melakukan
koordinasi lebih awal untuk proses
ijin keramaian dan pengamanan
kegiatan (pam giat).
Keadaan masyarakat yang kurang sadar
hukum mengakibatkan peraturan demi
paraturan yang telah ditetapkan dilanggar.
Hiburan yang digelar sering melebihi
batas waktu hiburan yang tertulis dalam
surat izin. Upaya penangulangan secara
preventif ini, yang didasari oleh peraturan
kapolri dirasa kurang mengikat para pihak
yang memohon izin keramaian. Budaya
masyarakat yang gemar melanggar
hukum, sehingga kapolda menurankan TR
( telegram rahasia) yang isinya adalah
mengharuskan para pihak pemohon izin
membuat
surat
pernyataan
yang
ditandatangani diatas materai. Kebiasaan
masyarakat yang gemar menyepelekan
himbauan dari pihak kepolisian untuk
tidak mengadakan hiburan hingga larut
malam adalah berujung pada peristiwa
perkelahian dan penyeroyokan.19
19

Hasil wawancara dengan Hasil wawancara
dengan Aiptu Aan Suhendar Kanit Reskrim Polsek
Tanjung Karang Timur Tanggal 15 Januari 2015.

Terdapat dua bidang Kepolisian dalam
bidang
mengatur
penerbitan
dan
pengawasan terhadap pelaksanaan izin
keramaian yaitu bidang Intelkam dan
pasukan
pengamanan.
Pasukan
pengamanan yang ditugaskan untuk
menjaga keamanan serta ketertiban dalam
kegiatan keramaian tersebut yang diatur
juga dalam peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi
pada Tingkat Kepolisian Resor dan
Sektor.
Penempatan
pasukan
pengamanan
(intelpampol) pada lokasi hiburan
bertujuan
untuk
meminimalisasi
terjadinya keributan. Keberadaan aparat
pada lokasi hiburan sangat penting karena
apabila terjadi keributan bisa diredam saat
itu juga. Berdasarkan peraturan Kepala
Polisi Negara Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 2009 tentang Penggunaan
Kekuatan dalam Tindakan Polisi yaitu
Pasal 5 Ayat (1), kekuatan yang memiliki
dampak deteren (berupa kehadiran aparat
dengan seragam atau kendaran dengan
atribut polisi atau lencana). Pada Pasal 5
Ayat (2) tindakan dengan kekuatan
perintah lisan (adanya komunikasi atau
perintah). Rasa takut akan berurusan
dengan hukum jika mereka melakukan
tindakan kekerasan menjadi kunci utama
dalam kasus seperti ini. Aparat yang
bertugas pada lokasi hiburan biasanya
berjumlah satu atau dua orang tergantung
dari situa dan kondisi tempat di adakannya
hiburan tersebut.
Upaya penanggulangan kejahatan secara
preventif melalui metode moralistik dan
abolisionis dalam hal ini kejahatan dengan
kekerasan
(perkelahian
dan
pengeroyokan) sebenaranya sudah termuat
dalam peraturan Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia Nomor 22
Tahun
2007 tentang Bimbingan
Penyuluhan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat. Pada Bab III Pasal 6, metode

11

bimbingan
penyuluhan
Kamtibmas
dilaksanakan melalui:
a. Cermah;
b. Konseling;
c. Pemasangan
sapanduk
leaflet
kamtibmas;
d. Tanya jawab kamtibmas;
e. Diskusi;
f. Panggung hiburan kamtibmas;
g. Pesan kamtibmas melalui tokoh
Agama dan tokoh masyarakat; dan
Media cetak, media elektronik, dan media
komunisaksi lainy
III. SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang dilakukan penulis dapat
ditaraik kesimpulan sebagai berikut :
a. Faktor-faktor penyebab perkelahian
dan pengeroyokan pada acara hiburan
organ tunggal di Bandar Lampung
adalah faktor internal dan eksternal.
Faktor internalnya adalah pribadi yang
terganggu akibat mabuk minuman
keras serta kurangnya kepatuhan
hukum yang dapat dilihat dari sering
hiburan organ tunggal di adakan
hingga dini hari melebihi batas waktu
pada surat izin yang diberikan oleh
pihak kepolisisan. Faktor eksternanya

yaitu pembiaran yang dilakukan oleh
polisi yang tidak membubarkan
hiburan ketika sudah melebihi batas
waktu pada ketentuan surat izin.
Perkap tentang kemasyarakatan yang
sudah
ada
tidak
dijalankan
sebagaimana
mestinya
terutama
tentang Kamtibmas.
b. Upaya penanggulangan perkelahian
dan pengeroyokan pada acara hiburan
organ tunggal di Bandar Lampung
adalah menggunakan upaya penal dan
non penal. Upaya penal dialakukan
dengan cara menangkap pelaku
perkelahian
dan
pengeroyokan,
mengadili, dan membinanya dalam
lembaga pemasyarakatan. Upaya non
penal
yang
dilakukan
adalah
melakukan prosedur pengawasan
sesuai dengan ijin yang diberikan.
Penempatan polisi sebagai pasukan
pengaman
(Intelpampol)
harus
menggunakan seragam,lecana atau
kendaraan
yang
menandakan
kehadiran polisi pada saat hiburan
diadakan sehinggah memiliki dampak
deteren.
Menghilangkan
faktor
penyebab
perkelahian
dan
pengeroyokan yaitu memberantas
peredaran minuman beralkohol.
http:www.indosiar.com

DAFTAR PUSTAKA
http://javanewsonline.com
Abdussalam, H.R. Desafuryanto, Adri.
2014. Criminology. Jakarta: PTIK.
Anwar,
Yesmil.
Adang.
Kriminologi.
Bandung: PT
Aditama.

2010.
Refika

http://www.haluanlampung.com
http://buser.liputan6.com
http://news.liputan6.com

Prakoso, Abintoro. 2013. Kriminologi dan
Hukum Pidana. Yogyakarta: Laksabang
Grafika

http://putusan.mahkamahagung.go.id

Penelusuran website

http://javanewsonline.com

http://www.Lampung-news.com

http://lampost.co

Dokumen yang terkait

ANALISIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN DALAM KELUARGA (INCEST) (Studi Putusan 11PID2014PT.TK) Nova Selina Simbolon, Tri Andrisman, Donna Raisa Monica email: selina_novayahoo.co.id

0 0 11

JUDGE DECISION ANALYSIS IN THE CRIME OF NARCOTICS ABUSE BY MEMBERS OF POLICE (Study of the decision of Tanjung Karang District Court: No.47Pid.Sus2014PN.TK) Nurul Zahra Syafitri Enanie, Diah Gustiniati Maulani, A.Irzal Fardiansyah email: Zahrasyafitri30ya

0 0 12

FUNGSI ANJING PELACAK SEBAGAI ALAT BANTU PENYIDIKAN DALAM MENDAPATKAN BARANG BUKTI TINDAK PIDANA Oldy Andrelin Newaherman , Diah Gusitiniati, Firganefi email: oldyandrelin_x5yahoo.com Abstrak - FUNGSI ANJING PELACAK SEBAGAI ALAT BANTU PENYIDIKAN DALAM MEN

0 0 14

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN PENJUALAN SATWA LANGKA YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET Patrisella Noviyana, Tri Andrisman, Rini Fathonah email: (Patrisellanyahoo.com)

0 0 14

ANALISIS YURIDIS PENGGUNAAN BARANG BUKTI TERHADAP PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN (STUDI PUTUSAN NOMOR 215/PID.B/2013/PN.KLD)

0 0 10

DISPARITIES VERDICT AGAINST THE CRIME OF THEFT BY SEVERE PUNISHMENT (Studies In State Court Liwa) Emili Sari, Diah Gustiniati, Eko Raharjo Email: Emiliasari07gmail.com Abstract - DISPARITIES VERDICT AGAINST THE CRIME OF THEFT BY SEVERE PUNISHMENT (Studies

0 0 13

PERANAN KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DAN PEMBUNUHAN BERENCANA PADA SATU KELUARGA (Studi di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Lampung) Oleh Fima Agatha, Diah Gustiniati, Firganefi (Email: fimaagathagmail.com) Abstrak -

0 0 11

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PELAKU PENGANCAMAN TERHADAP ANGGOTA POLRI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI PUTUSAN PN NOMOR: 701/Pid.B/2014/PN.Tjk)

0 0 12

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI DANA PENGHAPUSAN ASET MILIK PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG Gracelda Syukrie, Diah Gustiniati, Rini Fathonah Email: graceldasyukriegmail.com

0 0 11

ANALISIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PERKOSAAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA KANDUNG (Studi Putusan No. 222/Pid.Sus/2014/PN. Kot)

0 0 15