MAKALAH HERBARIUM BERBAGAI JENIS TANAMAN

MAKALAH HERBARIUM

Untuk Pemenuhan Syarat Mengikuti Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Botani Farmasi

FA2121

Disusun oleh : Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung Angkatan 2015

Penanggung Jawab Helbert Hoesada

Editor :

Dita Pratama

M. Tsani Jamil

Faqihatul Mahmudah

Siti Riqqah Hasan

Nd. St. Tamara Chrysanthy 11615015 Indah Sugesti

SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Makalah Herbarium” ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah botani farmasi dan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian tengah semester pada mata kuliah tersebut. Atas dukungan moral dan meteriil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada,

1. Ibu Siti Kusmardiyani, M.Sc., selaku dosen mata kuliah botani farmasi kelas 02 yang senantiasa membimbing kami

2. Bapak Prof. Dr. Sukrasno, selaku dosen mata kuliah botani farmasi kelas 03 yang senantiasa membimbing kami

3. Sdra Defri Rizaldy, M.Si. Apt., selaku pemimpin praktikum mata kuliah botani farmasi yang selalu mendorong untuk segera menyelesaikan makalah ini

4. Sdri Evelyn Nadia Halim, M.Si.Apt., selaku asisten mata kuliah botani farmasi yang selalu mendorong untuk segera menyelesaikan makalah ini

5. Serta teman-teman Sekolah Farmasi 2015, orang tua kami, dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dari segi tata bahasa maupun isi yang berupa herbarium itu sendiri. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk memperbaiki makalah ini sehingga bermanfaat untuk pembelajaran yang lebih baik di masa mendatang.

Demikian yang dapat kami sampaikan, besar harapan penyusun dengan hadirnya makalah herbarium ini dapat memberikan sumbangsih dalam memajukan ilmu pengetahuan.

Bandung, November 2016 Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Bumi saat ini, diketahui telah memiliki lebih dari 350.000 jenis tumbuhan. Keberagaman jenis tumbuhan tersebut dikelompokkan dalam sebuah sitem yang disebut sistem klasifikasi tumbuhan. Tumbuhan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan ciri-ciri yang dimiliki. Salah satunya adalah ciri-ciri morfologi. Dalam prosesnya, ciri-ciri morfologi tumbuhan awalnya didapat dari sebuah pengamatan secara langsung pada tumbuhan tersebut. Dan dalam keberjalanannya, para ahli botani pada zaman dahulu membuat suatu spesimen tanaman untuk dijadikan koleksi dan sebagai bukti autentik dari sebuah identifikasi ciri-ciri morfologi suatu tumbuhan yang telah mereka kemukakan. Spesimen tumbuhan tersebut kemudian dikenal dengan nama herbarium.

Herbarium merupakan istilah dari pengawetan spesimen tumbuhan dengan cara dikeringkan dan dipress (ditekan) untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Selain itu, herbarium merupakan salah satu acuan identifikasi untuk mengetahui ciri-ciri morfologi tumbuhan. Dengan adanya herbarium, kita dapat mengidentifikasi ciri-ciri suatu tumbuhan tanpa harus melihat tumbuhannya secara langsung pada habitatnya. Tidak semua tumbuhan iii dapat dijumpai dengan mudah disekitar lingkungan. Banyak tumbuhan yang hidup pada daerah-daerah tertentu yang sulit dijangkau. Oleh karenanya, dengan adanya herbarium akan sangat memudahkan studi literatur tentang ciri-ciri morfologi suatu tumbuhan. Selain itu, herbarium juga berfungsi sebagai koleksi. Para ahli botani biasanya menjadikan herbarium sebagai koleksi pribadi dan menyimpannya dengan baik pada kondisi penyimpanan yang seharusnya.

II. Tujuan

 Menentukan cara pembuatan herbarium

BAB II PEMBAHASAN

Praktikum Shift Senin Kelompok 1

Cymbopogon nardus

: Cymbopogon nardus L. Rendle

Nama sinonim : Andropogon nardus Nama resmi : serai wangi Nama daerah : sere magat (Aceh), sereh (Sunda), sere (Jawa), hisa-hisa (Ambon),

dan sare (Makasar)

Nama asing : citronella grass (Inggris), su sa (Vietnam), ta khrai hom (Thailand),

ya xiang mao (Cina), dan kou suigaya (Jepang)

2. Morfologi

Cymbopogon nardus merupakan rumput-rumputan tegak, tumbuhan tahunan, dan memiliki perakaran yang dalam. Habitus

: Terna perennial.

Batang : Tegak atau condong, berpelepah, membentuk rumpun, pendek, masif, bulat (silindris), penampang lintang berwarna merah. Daun

: Tunggal, tidak bertangkai, pertulangan daun sejajar, tepi daun kasar dan tajam, ujung daun runcing (akutus), permukaan daun bawah berbulu, jika diremas mengeluarkan bau aromatik.

Bunga : Susunan malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk, berwarna

hijau atau putih kekuningan.

Buah

: Tidak ada.

Biji

: Tidak ada.

Akar

: Serabut dan berimpang.

3. Kegunaan

Komponen-komponen dari tanaman serai wangi memiliki manfaatnya masing- masing. Salah satu khasiatnya adalah sebagai obat antibakteri. Menurut suatu penilitian yang dilakukan oleh mahasiswa FMIPA dari Universitas Negeri Yogyakarta, sifat antibakteri dari serai wangi ini dapat digunakan untuk deodoran alami. Fungsi antibakteri di deodoran adalah untuk menekan pertumbuhan bakteri yang dapat membuat keringat bau. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembatan deodoran ini adalah serai wangi, aqua destillata, propilen glikol, dan alkohol 95%.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan ekstraksi pada serai wangi menggunakan metode destilasi uap. Dari hasil destilasi ini, didapatkan minyak atsiri yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan deodoran. Kemudian diambil 65 mL alkohol 95%, 30 mL ekstrak serai wangi, 5 mL propilen glikol lalu dimasukkan ke dalam botol. Semua larutan dikocok sampai homogen.

4. Daftar Pustaka

Dasuki, M. Sc., Ahmad, Drs. Undang, dan Sofi Andriani, S. Si. 2002. Morfologi dan Sistematik Tumbuhan. Bandung: Departemen Biologi, Instititut Teknologi Bandung.

Khasanah, Retno Atun, Budiyanto, Eko, dan Nenny Widiani. 2011. Pemanfaatan

Ekstrak Sereh (Chymbopogon nardus L.) Sebagai Alternatif Anti Bakteri Staphylococcus Epidermidis pada Deodoran Parfume Spray. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Lembang

Kelompok 2

Pluchea indica

: Pluchea Indica (L.) Less.

Nama sinonim : Baccharis indica, Linn. Nama umum : beluntas Nama Daerah : beluntas, luntas (Jawa), lamutasa (Makassar), luntas (Dayak) Nama Asing : Indian camphorweed (Inggris), cuc tan (Vietnam), luan yi (Cina)

2. Morfologi

Habitus

: Semak, perdu kecil, tinggi 2-3 m.

Batang : Berkayu, bulat, berdiri tegak, banyak cabang, berwarna ungu dan hijau saat muda.

Daun : Tunggal, akutus, berselang-seling, permukaan daun terdapat bulu-bulu halus, panjang daun 3,8-6,4 cm, lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, tepi bergerigi, bertangkai pendek.

Bunga : Majemuk dengan bentuk umbela, benang sari banyak warna putih, putik seperti jarum dengan warna hitam kecoklatan.

Buah

: Kecil, keras, warna coklat.

Biji

: Coklat keputih–putihan.

Bagian tanaman yang dipakai adalah seluruh tanaman, baik dalam keadaan segar ataupun dikeringkan. Luntas mengandung amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), lemak, kalsium, fosfor, besi, Vitamin A dan C. Tanaman ini bermanfaat menurunkan suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh sehingga banyak keringat yang Bagian tanaman yang dipakai adalah seluruh tanaman, baik dalam keadaan segar ataupun dikeringkan. Luntas mengandung amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), lemak, kalsium, fosfor, besi, Vitamin A dan C. Tanaman ini bermanfaat menurunkan suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh sehingga banyak keringat yang

Menghilangkan nyeri punggung dan pinggul dengan cara 1 akar beluntas, 1 ibu jari kencur, 1 ibu jari temulawak, 1 ibu jari kunyit direbus dengan 1 gelas air sampai airnya tinggal setengah. Diminum 1x sehari, sekaligus. Mengobati rematik dengan cara akar beluntas direbus dengan segelas air. Saring, minum 1x sehari sekaligus. Mengobati sakit perut dan menghilangkan nyeri haid dengan cara 20 helai daun beluntas dicuci bersih lalu diremas-remas sampai hancur. Seduh dengan segelas air panas sambil diberi sedikit asam dan garam, lalu disaring. Diminum selagi masih hangat. Ramuan ini untuk diminum dua kali sehari. Mengobati gangguan pencernaan dan menambah nafsu makan pada anak dengan cara 8 helai daun beluntas dicuci bersih, lalu taruh di nasi yang akan ditim.

Kegunaan yang lain adalah untuk mengobati kencing darah (bijinya), gangguan pencernaan pada anak-anak dan menambah nafsu makan, menurunkan panas, peluruh keringat (daunnya), mencret darah, TBC kelenjar leher (Cervical tuberculous lymphadenitis), nyeri pada rheumatik, nyeri haid, sakit perut, nyeri pinggang (lumbago) dan pinggul, menghilangkan bau badan, pegal linu.

4. Daftar Pustaka

Dalimarta, Setiawan. 2004. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Puspa Swara. Halaman 5. Hariana, Arief. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya: Jakarta. Halaman 57.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Lembang

Kelompok 3

Quisqualis indica

: Quisqualis indica

Nama resmi : melati belanda, ceguk, widani Nama sinonim : Combretum indicum (L.) De Filipps, Quisqualis glabra Nama daerah : bidani (sunda), wedani (Jawa), wudani (Melayu) Nama asing : Chinese honeysuckle (Inggris), rangoon creeper (Inggris), Akar dani

: perdu (2,5-8 m).

Batang : berkayu, coklat, memiliki rambut berwarna kuning, merambat, kadang berduri karena petiola di batang yang mengeras, tumbuh ke atas (erektus), mudah mengelupas.

Daun : berwarna hijau kekuningan, berbentuk lonjong (ovatus), ujung runcing (akutus), bagian bawah bulat (kordatus), tumbuh berhadapan (opposita), oblong, oblovatus.

Bunga : aromatik, berbentuk tabung (tubular), berwarna putih, merah, atau merah muda, aktinomorf, tumbuh di terminal, rasemosa, memiliki petal sejumlah 4-5.

Buah : berbentuk lonjong (elips atau oblong), memiliki ujung yang runcing, licin, berwarna merah saat muda, berwarna coklat dan berupa drupa bersayap 5 saat matang.

Biji

: kecil, memiliki 5 sisi, berwarna hitam.

Akar

: tunggang, berwarna cokelat.

3. Kegunaan

Quisqualis indica atau melati belanda sering digunakan sebagai tanaman hias Sebagai obat cacing, Quisqualis indica direbus atau dipanggang, dan hasil rebusan atau panggangan tersebut dikonsumsi secara oral sebanyak tiga kali sehari, untuk anak-anak 4-7 biji, untuk orang dewasa 8-10 biji. Dikonsumsi 2 jam sebelum makan. Obat diabetes, dengan cara mengonsumsi 4 mL sari dari bunga atau daun Melati Belanda, diminum dua kali sehari, dapat dikonsumsi bersama sari pare pahit. Untuk mengobati masalah pencernaan, bisa dikonsumsi sari daun melati belanda atau mengunyah daunnya beberapa kali sehari.

4. Daftar Pustaka

Ahmad, Undang dkk. 2002. Morfologi dan Sistematik Tumbuhan. Bandung: Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung. Halaman 112

Traill, William. 1863. Transaction of the Botanical Society of Edinburgh. Skotlandia: Taylor &Francis. Halaman 109.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Turangga

Kelompok 4

Piper crocatum

: Piper crocatum

Nama sinonim : Piper ornatum Nama resmi : sirih merah Nama daerah : suruh, sedah (Jawa), ranub (Aceh), cambai (Lampung), dan derigi

(Sulawesi)

Nama asing : ikmo (Philipina), guan shang hu jiao (Cina), ornamental pepper

(Inggris)

2. Morfologi

Piper crocatum diketahui tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, seperti di lingkungan Keraton Yogyakarta dan di lereng Merapi sebelah timur, serta di Papua, Jawa Barat, Aceh dan beberapa daerah lainnya. Habitus

: Sirih termasuk jenis tumbuhan memanjat dan bersandar pada batang pohon lain. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai sekitar 5-10 m.

Batang : Batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut dengan bentuk bulat, beruas dengan panjang ruas 3-8 cm, batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm. Pada setiap buku tumbuh satu daun.

Daun : Piper crocatum saat muda umumnya mempunyai bentuk kordatus- ovatus dan pada fase dewasa (siap menghasilkan alat reproduksi) terjadi perubahan bentuk daun dari membulat ovatus-oblongus. Tangkainya agak panjang, tepi daun entire (rata), ujung daun akuminatus (meruncing), pangkal daun berlekuk, daun tunggal, tulang daun menyirip (peninervis), dan daging daun tipis. Filotaksis daun Daun : Piper crocatum saat muda umumnya mempunyai bentuk kordatus- ovatus dan pada fase dewasa (siap menghasilkan alat reproduksi) terjadi perubahan bentuk daun dari membulat ovatus-oblongus. Tangkainya agak panjang, tepi daun entire (rata), ujung daun akuminatus (meruncing), pangkal daun berlekuk, daun tunggal, tulang daun menyirip (peninervis), dan daging daun tipis. Filotaksis daun

Bunga : Bunga berbentuk bulir, berdiri sendiri diujung cabang dan berhadapan dengan daun. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bulat telur terbalik atau lonjong, panjang kira-kira 1 mm. Bulir jantan, panjang gagang 2,5-

3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5–6 cm. Kepala putik berjumlah 3-5. Buah

: Buah buni, bulat, dengan ujung gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1–1,5 cm.

Biji : Biji berbentuk bulat. Akar

: Tanaman sirih mempunyai sistem perakaran serabut. Akar pada tanaman sirih merupakan suatu modifikasi untuk memenuhi fungsinya dari akar yang disebut akar pelekat yaitu akar-akar yang keluar pada buku-buku batang tumbuhan memanjat dan berguna untuk melekatkan diri pada penunjangnya.

3. Kegunaan

Sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar, simplisia maupun ekstrak dalam kapsul. Secara empiris sirih merah dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes millitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi, dan memperhalus kulit. Karena sirih merah mengandung flavonoid, polivenol, alkoloid, tanin, minyak astsiri, saponin, hidroksikafikol, kavikol, kavibetol, allylprokatekol, karvokrol, eugenol, P-cymene, cineole, coryofelen, kadimen, ekstragol, terpenana, dan fenil propoda. Senyawa flavonoid dan polivenol berfungsi sebagai antioksidan, antideabetik, antikanker, antiseptik dan antiflamasi. senyawa alkoloid pada sirih merah juga dapat dimanfaatkan sebagai penghambat pertumbuhan sel-sel kanker.

Sirih merah dapat dimanfaatkan sebagai diabetes melitus dengan cara, tiga lembar daun sirih merah dipetik lebih baik daun keenam atau ketujuh dari pucuk. Semua daun dicuci bersih, kemudian diiris kecil-kecil. Direbus dengan air sebanyak Sirih merah dapat dimanfaatkan sebagai diabetes melitus dengan cara, tiga lembar daun sirih merah dipetik lebih baik daun keenam atau ketujuh dari pucuk. Semua daun dicuci bersih, kemudian diiris kecil-kecil. Direbus dengan air sebanyak

4. Daftar Pustaka

Ahmad, Undang. 2002. Morfologi dan Sistematik Tumbuhan. Bandung: Departemen Biologi ITB. Arief, Hariana. 2006. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 73-74. Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Cisitu Baru

Kelompok 5

Gardenia jasminoides

Sub class

: Gardenia jasminoides

Nama sinonim : Gardenia augusta (L.) Merr. Nama resmi : kaca piring Nama daerah : jempiring (Bali), ceplokpiring (Jawa), cepiring (Sumatra) Nama asing : Tidak ada

2. Morfologi

Habitus

: Setengah semak, setengah perdu.

Batang : Tinggi 1-2 m, kulit batang berwarna keabu-abuan, berkayu, berbentuk bulat, simpodial.

Daun : Bertekstur tebal, berwarna hijau gelap hingga terang mengilap, berbentuk elips bulat telur, memiliki stipula, tunggal, opposita, menyirip, tepi integer, ujung akuminatus, duduk dalam lingkaran, pinnatus.

Bunga : Berwarna putih atau putih krem, beraroma harum, tunggal, terminal, petal 4-5, kaliks 4-5, biseksual, aktinomorf, ovarium inferior, simosa.

Buah : Berbentuk kapsul bulat telur, berwarna kuning atau jingga, panjang 2,5-4,5 cm, diameter 1,5-2 cm.

Biji

: Tipis pipih, berbentuk bundar.

Akar

: Tunggang.

3. Kegunaan

Diabetes mellitus: bahan yang digunakan adalah 12 lembar daun kaca piring. Cara membuatnya direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas. Cara menggunakannya diminum sekaligus dan diulangi secara rutin setiap hari.

Sariawan: bahan yang digunakan adalah 7 lembar daun kaca piring, 2 sendok makan madu dan 1 potong gula aren. Cara membuatnya daun kaca piring diremas- remas dan ditambah dengan 1 cangkir air dan disaring. Kemudian dicampur dengan madu dan gula aren tersebut dan diaduk sampai merata. Cara menggunakannya diminum dan diulangi setiap dua hari sekali.

Demam: bahan yang digunakan adalah 7 lembar daun kaca piring dan 1 potong gula batu. Cara membuatnya daun kaca piring diremas-remas dengan 1 gelas air dan disaring. Kemudian dicampur dengan gula batu dan diaduk sampai merata. Cara menggunakannya diminum.

Sukar buang air besar: bahan yang digunakan adalah 3 biji buah kaca piring. Cara membuatnya direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas. Cara menggunakannya diminum.

4. Daftar Pustaka

Dalimartha, Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta: IKAPI. Gilman, Edward F. 1999. Gardenia Jasminoides. Florida: Florida Cooperative

Extension Service, University of Florida. Halaman 222. Thomas A.N.S. 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Buah Batu

Kelompok 6

Barleria prionitis

Sub Class

: Barleria prionitis L.

Nama Sinonim

: Prionitis hystrix Miq.

Nama Resmi

: landep

Nama Daerah : kembang landep (Sunda), bunga landak (Sumatera), landep

(Jawa)

Nama Asing : porcupine flower (Inggris), vajradanti (Hindi), pilikantashelio

: Semak, tinggi 1,5 m.

Batang

: Berkayu, segiempat, monopodial, hijau.

Daun : Daun tunggal, oposita, peninervis, elips sampai lanset, akuminatus,

panjang 2-18 cm, lebar 20-65 mm, hijau.

Bunga : Bunga tunggal, zigomorf, simosa, aksial, panjang 1-2 cm, sepal ±1,5 cm, stamen dua, stilus bentuk jarum, petal bertajuk lima, bentuk elips memanjang, ovarium superior, kuning.

Buah : Buah kotak, bulat telur, pipih, ujung agak lancip, keras, hijau. Biji

: Bulat telur, pipih, mengkilat seperti beludru, cokelat. Akar

: Tunggang, bulat, cokelat kotor.

3. Kegunaan

Tanaman landep dapat digunakan untuk mengobati rasa sakit (efek analgetik). Bahan yang digunakan adalah 7-10 lembar daun landep. Daun landep mengandung Tanaman landep dapat digunakan untuk mengobati rasa sakit (efek analgetik). Bahan yang digunakan adalah 7-10 lembar daun landep. Daun landep mengandung

4. Daftar Pustaka

Amin, Asmi. 2012. “Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi Asal Kabupaten Bulukumba yang Berpotensi sebagai Antikanker”. Wahjeodi, Bambang, dkk. 2000. Penelitian Tanaman Obat dibeberapa Perguruan Tinggi di Indonesia X. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Halaman 102.

5. Herbarium

 Herbarium di Dalam ITB

 Herbarium dari Bumi Herbal Dago

Kelompok 7

Murraya paniculata

Sub Class

: Murraya paniculata L.

Nama Resmi : kemuning Nama Sinonim: Chalcas exotica (L.) Millsp, Chalcas paniculata L., Murraya exotica Nama Daerah : kamuning (Sunda), kuning (Bali), kamoni (Ambon) Nama Asing : orange jessamine (Inggris), jiu li xiang (Cina), yueh chu (Cina)

2. Morfologi

Tanaman ini tersebar luas di India, Asia bagian selatan dan Cina bagian selatan. Habitus

: Perdu.

Batang : Tegak dan tajuk luas, beralur dan tidak berduri. Kayu kemuning berwarna kuning muda. Seiring bertambahnya usia, warna kayu yang tadinya berwarna kuning muda akan berubah menjadi cokelat. Serat kayunya halus dan keras tapi mudah dibelah. Diameter batang kemuning dapat mencapai 60 cm.

Daun : Warna daun hijau mengkilap. Bentuk oval, daun tersebar, ujung lancip. Panjang 5 cm termasuk majemuk, dan helaian anak daun bertangkai, bentuk bulat telur sungsang atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata.

Bunga : Berwarna putih, beraroma harum, bunga majemuk yang keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Berbentuk terompet, jumlahnya sekitar 1-8, biseksual, aktinomorf, jumlah sepal 5, jumlah petal 5, stamen 10 (dalam 2 lingkaran masing-masing 5) dan ovarium superior.

Buah : Buni berdaging, bentuknya bulat telur atau bulat memanjang, panjang 8-12 mm dan berwarna hijau jika masih muda dan berwarna merah

Biji : Kecil, lanset, berwarna Putih, dan berjumlah 2. Akar

: Tunggang dan berwarna kuning keputih-putihan.

3. Kegunaan

Salah satu bagian tumbuhan yang sering digunakan adalah daunnya. Dalam masyarakat, daun kemuning digunakan untuk mengatasi nyeri, menurunkan demam, obesitas, penyakit infeksi seperti bisul, eksema, ulkus, infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernafasan, diare dan disentri.

Dalam mengobati infeksi kandung kemih, daun kemuning memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli. Bahan untuk membuatnya adalah 30 gram daun kemuning yang masih segar dan 150 ml air matang. Cara membuatnya adalah daun kemuning dihaluskan dengan blender, ditambahkan air matang. Ramuan disaring dan diambil airnya. Air ramuan diminum sekaligus satu hari.

4. Daftar Pustaka

Dwi, Kartika dan Gunardi. Profil Kromatogram Dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya Paniculata (L) Jack.) terhadap Bakteri Escherichia Coli Secara In Vitro. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Jabbar, Abdul, dkk. 1996. Cinnamates and Coumarins From the Leaves of Murraya Paniculata. Pakistan: H. E. J. Research Institute of Chemistry, University of Karachi.

Kumar, Bendre. 2007. A Text Book of Practical Botany II. India: Rastogi Publication

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Bumi Herbal Dago

Praktikum Shift Selasa Kelompok 1

Lavandula Angustifolia

: Lavandula angustifolia Mill.

Nama sinonim : Lavandula officinalis, Lavandula spica L., Lavandula spica,

Lavandula vulgaris Lam.

Nama resmi : lavender Nama daerah : lavender (Indonesia) Nama asing : common lavender, english lavender, true lavender

: Berkayu, berbentuk bulat, monopodial.

Daun : Dekusatus, tunggal, pertulangan rektinervis, tepi daun serratus. Bunga

: Zigomorf, biseksual, simosa.

Buah : Nutlet (kacang kecil), tekstur lembut, bentuk ovoid atau oblong. Biji

: Dikotil, berwarna hitam atau coklat tua, bentuk bulir. Akar

; Tunggang, berserabut, berwarna putih kotor hingga kecokelatan.

3. Kegunaan

Minyak esensial bunga lavender bermanfaat untuk mengatasi berbagai macam kondisi, seperti insomnia, alopecia (kerontokan rambut), kecemasan, stres, dan mengurangi rasa sakit pasca operasi. Minyak lavender juga seringkali digunakan untuk pengobatan alternatif, seperti pijat dan akupunktur. Komponen kimia yang terdapat pada tumbuhan lavender adalah minyak atsiri (1-3%), linalol asetat (> 20 – 50 %), monoterpene hidrokarbon, camphene, alokasi-ocimene, limonene, geraniol, lavandulol, Minyak esensial bunga lavender bermanfaat untuk mengatasi berbagai macam kondisi, seperti insomnia, alopecia (kerontokan rambut), kecemasan, stres, dan mengurangi rasa sakit pasca operasi. Minyak lavender juga seringkali digunakan untuk pengobatan alternatif, seperti pijat dan akupunktur. Komponen kimia yang terdapat pada tumbuhan lavender adalah minyak atsiri (1-3%), linalol asetat (> 20 – 50 %), monoterpene hidrokarbon, camphene, alokasi-ocimene, limonene, geraniol, lavandulol,

Berikut merupakan berbagai cara pemakaiannya dalam berbagai penyakit/ masalah kesehatan: 1) Insomnia, dengan menambahkan 5-8 tetes untuk 1/4 cangkir garam (Bath muda Starflake / garam mandi yang sangat mengkristal yang besar untuk menyerap minyak esensial), kemudian tambahkan ke bak air, berendam selama 20 atau oleskan di bagian belakang leher, pelipis, dan bagian atas telinga. Tambahkan 5-

10 tetes untuk satu ons air dalam botol semprot, kocok dengan baik dan semprot bantal, seprei, atau hanya menyemprotkan sekitar kamar tidur. Ini akan menenangkan emosi dan memungkinkan untuk bersantai dan tidur. 2) Luka bakar, jika area yang terbakar adalah besar, tambahkan 5-10 tetes minyak lavender untuk satu ons air murni dalam botol semprot, kocok dengan baik (dan sering) dan semprot pada areal yang terbakar. 3) Sakit kepala atau depresi, tambahkan 2 – 4 tetes minyak lavender kedalam

2 atau 3 gelas air mendidih. Hiruplah uapnya. Jika memiliki masalah asma, sebaiknya atas persetujuan dokter.

4. Daftar Pustaka

Gruenwald, Joerg et.al. 2000. “PDR for Herbal Medicine”. Montvale: Medical Economics Company. Halaman 277-278. Lis-Balchin, Maria. 2004. ”The Genus Lavandula”. USA: Taylor & Francis e-Library. Halaman 12.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Bumi Herbal Dago

Kelompok 2

Catharanthus roseus

: Catharanthus roseus (L.) G. Don

Nama sinonim : Ammocallis rosea, Lochnera rosea, Vinca rosea Nama resmi : tapak dara

Nama daerah : kembang tembaga beureum (Sunda), kembang sari cina (Jawa), tapak

lima (Bali), usia (Maluku), sindapor (Sulawesi)

Nama asing : perwinkle (Inggris), chang chun hua (Cina), keminting cina, rumput

jalang (Malaysia).

Batang : Berbentuk teres (bulat), tumbuh erectus (tegak lurus), pola cabang simpodial (tidak mempunyai batang utama).

Daun : Folius simplex (tunggal), tulang daun penninervis (menyirip), bentuk daun oval, ujung daun mukronatus (ujung runcing), foliatus berbentuk folia decussata (selang-seling), pangkal daun obtusus (tumpul), tepi daun integer (rata), pangkal daun petiolatus dengan tangkai yang sangat pendek

Bunga : Majemuk, warnanya ada yang putih, merah muda, atau putih dengan bercak merah di tengahnya, bentuk simetri bunga aktinomorf (simetri radial), kelamin bungan biseksual (kelamin ganda), kuncup bunga berbentuk contortus (terputar ke satu arah), mempunyai 5 sepal (kelopak), 5 petal (mahkota), 5 stamen (benang sari) dengan anthera basifik, putik (pistilum) terdiri atas kepala putik (stigma), tangkai kepala putik (stilus), dan ovarium yang terletak di ketiak daun (axilaris).

Buah : Folliculus (bumbung) berbentuk silinder (gilig), berbulu.

Akar ; Tunggang.

3. Kegunaan

Kandungan kimia dari tanaman ini mengandung alkaloid yang berefek antikanker dan alkaloid yang berefek menurunkan kadar gula dalam darah. Alkaloid antikanker seperti vinblastine (VLB), vincristine (VCR), leurosine (VLR), vincadioline, leurosidine, catharanthine, lochnerine. Alkaloid yang berefek hipoglikemia (menurunkan kadar gula darah) antara lain leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, indoline, dan vindolinine.

Efek farmakologis dari tanaman tapak dara bersifat sedikit pahit, sejuk, dan toksin. Berkhasiat sebagai antikanker (antineoplaastik), penenang (hipotensif), sitostatika, menyejukan darah, menghilangkan racun tubuh, menghentikan pendarahan, dan menurunkan gula darah. Bagian tanaman yang digunakan adalah bunga, daun dan batang yang dikeringkan yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan diabetes mellitus; hipertensi; leukemia; asma dan bronkhitis; demam; radang perut dan disentri; kurang darah; tangan gemetar; gondong, bengkak, bisul dan borok; luka bakar dan luka baru ; serta pendarahan akibat penurunan jumlah trombosit.

Daun dari tapak dara dapat digunakan untuk mengobati diabetes melitus, tangan gemetar, gondongan, bengkak, bisul, borok,dan demam. Cara pembuatan obat resebut dengan merebus daun tersebut dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas. Pada penggunaan untuk luka bakar daun direndam dalam air panas dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat ditempelkan pada luka bakar tersebut dan pada luka baru daun dikunyah sampai lembut lalu ditempel pada luka baru tersebut. Selain itu, daun tapak dara kering yang direbus dapat digunakan untuk mengobabati hipertensi, redang perut, disentri dan leukimia. Bonggol akar tapak dara kering dapat digunakan untuk mengobati asma dan bronkhitis dengan cara direbus dengan 5 gelas air. Penyakit anemia juga dapat diobati dengan putik bunga tapak dara putih yang direndam dengan 1 gelas air kemudian ditaruh diluar rumah semalaman.

4. Daftar Pustaka

A.N.S, Thomas. 2012. Tanaman Obat Tradisional Volume 1. Yogyakarta: Kanisius. Suryo, Joko. 2009. Herbal penyembuh Kanker Pada Perempuan. Yogyakarta: B First.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Komplek Graha Indah

Kelompok 3

Andrographis paniculata

: Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees

Nama sinonim

: Justicia paniculata Burm. f.

Nama resmi

: sambiloto

Nama daerah : ki oray (Jawa Barat), sambiloto (Jawa Tengah dan Jawa

Timur), bidara (Sumatera)

Nama asing : hempedu bumi (Melayu), chuan xin lian (Cina), green chireta

(Inggris)

2. Morfologi

Habitus : Perdu. Batang : Berwarna hijau tua, panjang 30-100 cm, diameter 2-6 mm, berbentuk

persegi empat (quadrangular), berkerut di sekitar sudut batang muda, sedikit membesar di bagian tangkai. Daun : Tunggal, berbentuk seperti pedang (lanset), panjang 2-12 cm, lebar 1-3 cm, tepi daun rata (integer), permukaan halus, berwarna hijau, persebaran daun dekustatus. Tekstur daun herbaseus. Pertulangan daun menyirip. Permukaan daun bagian bawah berwarna hijau ucat dan tangkai daunnya (petiolus) pendek.

Daun bagian atasnya selalu bractiform dengan petiolus yang pendek. Bunga : Berwarna putih dengan bercak merah-keunguan di bagian petal, berukuran kecil dan tersebar, berbentuk jorong dengan pangkal bunga lancip. Percabangan bunga rasemosa. Bentuk geometris bunga yakni zigomorf dan bentuk khusus bilabiatus (perhiasan bunga membentuk struktur bibir atas dan

Buah : Kapsul berbentuk corong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm pangkal, dan ujung berbentuk tajam. Biji

: Berbentuk kapsul, kedua sisinya berbentuk tajam, banyak dan tersebar, berukuran kecil 1.9 cm × 0.3 cm, berwarna kuning kecoklatan. Tanpa endosperm dan subquadrate.

Akar : Akar tunggang, berwarna putih kecokelatan.

3. Kegunaan

Andrographis paniculata sering digunakan sebagai obat herbal tradisional di Bangladesh, Cina, Hong Kong, Pakistan, Filipina, Malaysaia, Indonesia, dan Tailand. Biasanya tanaman ini digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti bekas gigitan ular dan serangga, diabetes, disentri, demam, dan malaria. Saat ini banyak produk-produk komersial di beberapa negara yang juga menggunakan ekstrak dari tanaman ini. Daun dan akar dari tanaman ini yang dimanfaatkan untuk berbagai pengobatan untuk diambil ekstraknya. Tanaman ini juga diketahui memiliki efek farmakologi sebagai antikanker, antidiare, antihepatitis, anti-HIV, antihyperglycemic, anti-inflammatory, antimikroba, antimalaria, antioksidan, kardiovaskular, sitotoksik, hepatoprotektif, immune stimulatory, dan sexual dysfunctions.

Daging dari batang dan seluruh bagian tanamannya digunakan untuk mengobati penyakit Newcastle dan sakit pernapasan pada hewan unggas. Di India, daun tanamanya biasa digunakan untuk mengobati keracunan datura, cacing hati, cacing mata dan perut, konstipasi, glositis, tuberkulosis, pneumonia, tetanus dan skabies. (Wynn, Susan; Halaman 471)

4. Daftar Pustaka

Hossain, Md. Sanower, et al. 2014. “Andrographis Paniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees: A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and Pharmacology”. The Scientific

Journal. https://www.hindawi.com/journals/tswj/2014/274905/ diakses pada tanggal 12 Oktober 2016.

World

Jarukamjorn, Kanokwan, Nabuo Nemoto. 2008. “Pharmacological Aspects of Andrographis Paniculata on Health and Its Major Diterpenoid Constituent Andrographolide”. Journal of Health Science. Halaman 370-381.

Kataky, Ankita and Handique. 2010. A Brief Overview On Andrographis paniculata

Asian

and Technology. http://journalajst.com/sites/default/files/1038%20Download.pdf diakses pada tanggal 12 Oktober 2016, pukul 21.22 WIB.

Wynn, Susan G dan Barbara Fougere. 2007. Veterinary Herbal Medicine. New York: Elsevier Health Sciences. Halaman 471.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Cimenyan

Kelompok 4

Clerodendrum thomsoniae

: Clerodendrum thomsoniae

Nama sinonim : Clerodendrum thomsoniae var. balfounii B.D. Jacks Nama resmi : Clerodendrum thosoniae Balf.f Nama daerah : nyonya nginang, nona makan sirih, nyai nginang Nama asing : bleeding glory bower, bag flower, bleeding heart vine, glory tree,

southern bleeding heart, tropical bleeding heart

2. Morfologi

Habitus

: Tahunan, perdu, merambat dan memanjat.

Batang

: Penampang quadrangular, puberulent.

Daun : Tidak ada stipula, opposite, ujung akuminatus, pangkal obtuse, tepi entire, permukaan atas dan bawah puberulent, bagian atas berwarna hijau tua, bagian bawah berwarna hijau pekat, banyak bintil, urat daun terlihat jelas, bentuk lanset.

Bunga : Dikasial, kaliks urceolate putih puberulent, sepal lanset, pangkal connale (bertautan), ujung akuminatus, korola merah, majemuk, tulang daun menyirip.

Buah : Drupa, dilindungi kaliks, bulat, hitam mengkilat, bilobus. Biji

: Bentuk oblong berwarna putih.

Akar

: Tunggang berwarna putih kotor.

3. Kegunaan

Dalam dunia kefarmasian, tanaman ini dapat digunakan untuk memperlancar air seni. Tanaman C. Thomsoniae biasa digunakan untuk membuat pasta dari bubuk Dalam dunia kefarmasian, tanaman ini dapat digunakan untuk memperlancar air seni. Tanaman C. Thomsoniae biasa digunakan untuk membuat pasta dari bubuk

4. Daftar Pustaka

Ratnasari, Juwita. 2007. “Galeri Tanaman Hias Bunga”. Jakarta: Penebar Swadaya. Jeeva, Solomon, et al. 2012. “Intra-specipic variation of bioactive principles in select

members of the genus Clerodendrum L. Nagercoil”. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Tegallega

Kelompok 5

Sonchus arvensis

: Sonchus arvensis

Nama sinonim : Hieracium arvense Nama resmi : tempuyung Nama daerah : galing, lampenas, rayana Nama asing : sowthistle, swine thistle, niu she tou

2. Morfologi

Tempuyung merupakan tanaman obat liar dari famili Asteraceae yang umumnya tumbuh di tempat terbuka atau sedikit terlindung, pematang, tempat bertebing atau pinggir saluran air.

Habitus : Herba menahun dengan tinggi 0,65-2 m. Batang

: Bersegi, berlubang, bergetah putih, percabangan monopodial, berwarna hijau keputih-putihan. Daun

: Tunggal, di bagian bawah membentuk roset akar, berbentuk lonjong dan lanset, tepi daun dentatus, ujung daun akutus, pangkal daun aurikulatus, panjang 5-50 cm dengan lebar 5-10 cm.

Bunga : Majemuk, berbentuk malai, kelopak bunga berbentuk lonceng berbulu dengan panjang tangkai ±8 cm, berwarna hijau keputih-putihan, panjang mahkota bunga 2-2,5 cm berbentuk jarum dan berwarna putih atau kuning.

Buah : Berbentuk kotak, berusuk 5 dan berambut, berwarna hitam, panjang 4-4,5 mm. Biji

: Kecil, berbentuk jarum, berwarna hitam. Akar

: Tunggang, berwarna putih kotor.

3. Kegunaan

Tempuyung digunakan untuk mengobati batu empedu dan batu saluran kencing (diuretik / prostat). Kandungan kalium dalam daun tempuyung cukup tinggi sehingga dapat membuat batu ginjal yang berupa kalsium karbonat tercerai. Kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa oksalat, karbonat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal hingga endapan batu ginjal larut dan keluar bersama urin. Salah satu cara mengonsumsinya adalah dengan membuat serbuk dari daun tempuyung kemudian ambil sekitar 10-20 g untuk direbus menggunakan panci infus dalam air dengan suhu 90 o C selama 15 menit hingga mengeluarkan banyak uap. Kemudian saring dalam keadaan panas dan minum sehari dua kali tiap setengah ramuan.

4. Daftar Pustaka

Napitupulu, Rumonda, dkk. 2008. Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: BPOM RI. Halaman 86. Winarto, W. P. 2004 Tempuyung: Tanaman Penghancur Batu Ginjal. Bandung: Agromedia Pustaka. Halaman 44-45.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Perum Setramurni

Kelompok 6

Acalypha hispida

: Acalypha hispida Burm.F

Nama sinonim : Acalypha densiflora Blume. Nama resmi : Acalypha hispida Burm.f. Nama daerah : tali anjing (Sunda), ikut lutung (Bali), lofoti (Maluku) Nama asing : gou wei hong (Cina), chenile plant, red–hot cattail (Inggris), ekor

kucing (Melayu)

2. Morfologi

Ekor kucing umumnya merupakan tanaman asli hindia barat. Umumnya, ditanam sebagai tanaman hias di halaman.

Habitus : Perdu, tumbuh tegak, tinggi 1-3 m. Batang

: Bulat, tipe percabangan simpodial, permukaan kasar, berwarna cokelat kehijauan.

Daun : Tunggal, bertangkai panjang, letak berseling, helaian daun berbentuk bulat telur atau lonjong, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, panjang 12-20 cm, lebar 6-16 cm, berwarna hijau muda.

Bunga : Berkelamin tunggal dalam satu pohon, bunga betina berkumpul dalam satu karangan berbentuk bulir yang keluar dari ketiak daun, bentuknya bulat panjang menjuntai kebawah, berwarna merah, berdiameter 1-1,5 cm, panjang 20-50 cm.

Buah : Bulat, kecil, berambut, berwarna hijau. Biji

: berbentuk bulat, kecil, berwarna putih kecoklatan. Akar

: Tunggang, berwarna putih kecokelatan.

3. Kegunaan

Ekor kucing atau acalypha hispida memiliki rasa manis dan memiliki khasiat pada bagian bunganya daun dan akarnya. Kandungan kimia dari ekor kucing ini daunnya mengandung acalyphin, flavonoida, saponin, dan tanin. Bunga mengandung saponin dan tanin. Bagian bunga digunakan untuk pengobatan sebagai penawar muntah darah, radang usus, luka luka kecil, mimisan, dan cacingan. Pemakaiannya dengan cara mengambil bunganya dan kunyah mentah bersama daun kari dan daun pinang muda. Bagian akar digunakan untuk pengobatan penawar batuk berdarah. Pemakainnya dengan cara mengambil akarnya lalu rebus, setelah itu minum air rebusan tersebut. Bagian daun digunakan untuk pengobatan sakit kulit vitiligo, sakit kusta, batuk darah, luka berdarah, dan sariawan. Untuk cara pemakain pada sakit kulit (vitiligo) dengan cara cuci segenggam daun segar, dan kencur seukuran ½ ibu jari sampai bersih lalu tumbuk sampai halus. Balurkan pada bagian tubuh yang terkena sakit kulit (vitiligo) lalu balutkan. Untuk menutup luka, cuci segenggam daun segar sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Tempelkan pada luka, lalu balut dengan kain perban.

4. Daftar Pustaka

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid II. Jakarta: Trubus Agriwidya. Halaman 62. Mahendra, B & Fauzi Rahmat Kusuma, 2005. Kumis Kucing. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Utami, Prapi. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: AgroMedia

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Cibeunying

Kelompok 7

Orthosiphon aristatus

: Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.

Nama sinonim : Ortosiphon stamineus Benth. Nama resmi : kumis kucing Nama daerah : remujung (Jawa), se-salaseyan, songkot koneng (Madura), giri-giri

marah (Sumatera)

Nama asing : java tea (USA), misai kucing (Melayu), yaa nuat maeo (Thailand), kabling parang (Filipina), mao xu cao (Tiongkok), cat whiskers (England)

2. Morfologi

Tumbuhan ini banyak ditemukan tumbuh liar, baik di dataran rendah maupun tinggi dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang sulit.

Habitus : Herba atau terna menahun, tumbuh tegak, tinggi 1-2 m. Batang

: Berkayu, bersudut segi empat (quandrangularis), permukaan batang

licin (laevis), percabangan simpodial.

Daun : Daun tunggal, filotaksis daun dekusatus, tulang daun menyirip, berbentuk bulat telur (ovatus), ujung daun akuminatus, tangkai petiolatus, tepi daun seratus, tidak mempunyai stipula, permukaan daun laevis, tekstur daun papiraseus.

Bunga : Perbungaan rasemosa, bunga biseksual, tumbuh di terminal batang, bentuk geometris bunga zigomorf yang pistilum (putik) lebih panjang dari stamen (benang sari), bunga dengan 4 stamen dan 1 pistilum, bilabiatus, periginus (ovarium superus atau semi inferus), letak filamen

Buah : Kotak berbentuk bulat telur, berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi cokelat gelap.

Biji : Kecil, saat muda berwarna hijau setelah tua menjadi hitam. Akar

: Tunggang.

3. Kegunaan

Tanaman kumis kucing mengandung minyak atsiri 0,02-0,06%. Minyak atsiri tersebut terdiri dari 60 macam sesquiterpens dan senyawa fenolik. 0,2% flavonoid lipofil dengan kandungan utama sinensetin, eupatorin, skutellarein, tetrametil eter, salvigenin, rhamnazin, glikosida flavonol, turunan asam kafeat (terutama asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat), metilripariokromen A 6-(7,8-dimetoksi- 2,2-dimetil [2H,1-benzopiran]-il), saponin dan garam kalsium (3%), serta myoinositol.4,9,13). Berikut akan dijelaskan beberapa contoh penggunaan tanaman kumis kucing untuk pengobatan.

a. Batu ginjal Kalium pada tanaman obat kumis kucing berkhasiat diuretik (memperlancar buang air kecil) sehingga dapat mencegah dan membantu melarutkan batu ginjal. Bahan yang digunakan yaitu daun kumis kucing 11 lembar, kencur 5 biji, jahe merah 1 jari tangan, dan beras direndam dulu selama 3 jam ¼ gelas. Sedangkan, cara pembuatannya adalah semua bahan dicuci sampai bersih, lalu direbus bersamaan dengan 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas. Angkat dan saring. Ramuan ini diminum 3 kali sehari masing-masing ½ gelas sesudah makan.

b. Hipertensi Kandungan kalium dalam tanaman kumis kucing dapat merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh. Jika proses pengeluaran cairan dalam tubuh lancar maka tekanan darah akan turun. Cara membuatnya, yaitu cuci 30 gram herba segar kumis kucing, herba daun sendok dan rumput lidah ular. Rebus di dalam 3 gelas air sampai hanya tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring airnya lalu diminum setengah gelas sebanyak dua kali sehari.

4. Daftar Pustaka

Anonim. 1980. Materia Medika Indonesia, jilid IV. Departemen Kesehatan RI. Arisandi, Yohana & Yovita Andriani. 2008. Khasiat Berbagai Tanaman Obat untuk

Pengobatan. Jakarta: Eska Media. Dwiyanto. 2009. Ramuan Tradisional. Yogyakarta: Quills Publisher. Hidayat, Syamsul dan Rodame M. Napitupulu. 2015. Kitab Tanaman Obat. Jakarta:

AgriFlo. J. Kloppenburgh–Versteegh. 2006. Tanaman Berkhasiat Indonesia volume I, Alih Bahasa dan Saduran: drh. J. Soegiri, Prof.Dr.drh.Nawangsari. IPB Press.

Singh, Gucharan. 2010. Plant Systematics An Integrated Approach. New Delhi: Science Publishers.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Taman Cibeunying

Kelompok 8

Plantago major

: Plantago L.

Spesies

: Plantago major L.

Nama sinonim : Plantago borysthenica Wissjul. , Plantago dregeana Decne.,

Plantago

gigas H.Lev.

Nama resmi : Plantago major Nama daerah : daun sendok, ki urat, sangka buah Nama asing : common plantain, broad-leaved plantain, lanting

2. Morfologi

Plantago major merupakan jenis tumbuhan herba tahunan, berkembang secara cepat dengan rimpang tegak. Tanaman ini tumbuh di tanah yang disiari matahari yang cukup. Seperti di pinggir jalan berumput dan di lapangan rumput. Habitus

: Herba dengan tinggi 15-20 cm.

Batang : Pendek, bulat dan berwarna cokelat. Biasanya batang ini berada dibawah permukaan tanah sehingga yang tampak dari luar seperti tidak memiliki batang.

Daun : Daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar. Bentuk daun ovatus sampai lanset melebar, tepi rata, permukaan daun laevis, pertulangan melengkung, panjang sekitar 5-10 cm, lebar 4-9 cm, berwarna hijau. Ada stipula, ujung daun berbentuk akutus.

Bunga : Perbungaan majemuk tersusun dalam bulir yang panjangnya sekitar

30 cm , kecil-kecil berwarna putih. Bunga biseksual, sepal berbentuk elips sampai bulat, mahkota bunga 2-4 mm, ovarium superior, stamen berada di dalam mahkota bunga.

Buah : Buah lonjong atau bulat terlur, berisi 2-4 biji berwarna hitam dan

Biji : Panjang berbentuk elips berwarna kecokelatan sampai hitam. Akar

: Serabut berwarna putih.

3. Kegunaan

Dalam dunia kefarmasian, Plantago major sudah diuji aktivitas farmakologinya seperti dapat menyembuhkan luka yang bengkak, antiinflamasi, antioksidan, antibiotik. Selain itu Plantago major dapat menyembuhkan bisul. Siapkan

3 tanaman daun sendok dan gelas air lalu direbus hingga memperoleh 1 gelas, diminum sehari satu kali satu gelas. Lalu daun sendok dapat digunakan untuk mengobati rematik dengan dibentuk pasta dan dioleskan pada daerah yang sakit dan diperbaharui setiap 3 jam sekali. Daun sendok dapat dijadikan obat wasir dengan 1 genggam daun sendok lalu 7 helai daun wungu segar serta 100 ml air, dibuat infus atau diseduh dan diminum 1 kali sehari sebanyak 100 ml dalam kurun waktu 14 hari.

4. Daftar Pustaka

Prota. 2008. Plant Resources of Tropical Africa 11 Medical Plant 1. Wageningen: Backhuys. Ki Seger Waras. 2011. Pijat Refleksi dan Obat Herbal. Surabaya : Karya Ilmu.

5. Herbarium

 Herbarium dari Pelesiran

Praktikum Shift Jumat Kelompok 1

Piper sarmentosum

: Piper sarmentosum Roxb.

Nama sinonim : Macropiper sarmentosa, Piper brevicaule Nama resmi : sirih tanah Nama daerah : karuk, cabean, kado-kado Nama asing : wild pepper, wild betel, chaa pluu, chabai, kadok batu

Batang : Bulat, berkayu, beruas, halus, hijau muda hingga tua. Daun

: Tunggal, letak daun tersebar (alternate), tepi daun rata (integer), bentuk daun kordatus, ujung daun meruncing (akuminatus), permukaan daun mengkilap (nitidus), tulang daun menjari (peninervis).

Bunga : Majemuk, bentuk bulir (spika), di ketiak daun, tangkai silindris, panjang ± 2 cm, stamen banyak, ruang sari dua, stigma putih, berukuran kecil, bunga berwarna putih kehijauan.

Buah : Lonjong, panjang ± 4 cm, berwarna hijau pucat ketika masih muda dan setelah tua berwarna hitam, permukaan buah tidak rata (membentuk tonjolan- tonjolan).

Biji

: Bulat, kecil, dan berwarna putih.

Akar

: Tunggang dan berwarna putih pucat.

3. Kegunaan

Beberapa bagian dari tanaman Piper sarmentosum ini dapat digunakan sebagai bahan obat tradisonal seperti akarnya dapat digunakan untuk mengobati sakit gigi, peluruh air seni dan batu empedu. Sedangkan daunnya, dapat dimanfaatkan untuk mengobati perut kembung, gangguan pencernaan, diare, disentri, gejala iritasi usus, gastritis, asma, mengurangi flu, dan mengurangi demam. Buah dan daun karuk mengandung saponin, polifenol, dan flavanoid. Kandungan daun dan buah karuk diantaranya saponin, polifenol, dan flavoniod sedangkan kandungan dari karuk lainnya diantaranya adalah kalsium, kalium, karoten, magnesium, niacin, vitamin B1, B2, dan

C yang dikenal sebagai antioksidan yang alami. Cara penggunan Piper sarmentosum, yaitu sebgai berikut: untuk mengobati asma, lumatkan 5 lembar daun karuk hingga menyerupai bubur, lalu campurkan dengan setengah gelas air panas. Saring, lalu diminum sehari dua kali. Biasanya, sesak nafas tersebut akan terhenti tak sampai seminggu. Sementara untuk mengobati batuk, ambil daun karuk yang tua sebanyak 5 lembar. Masukkan ke dalam air panas sebanyak 3/4 gelas. Boleh juga ditambahkan madu. Lalu diamkan hingga airnya menjadi hangat kuku, baru diminum. Lebih baik jika daunnya disuir atau ditumbuk hingga halus. Minum tiap pagi dan sore. Selain itu, untuk mengobati sakit kepala, tumbuk daun karuk lalu jadikan bahan lulur atau param kulit, lalu tempelkan pada kepala yang sakit dan untuk mengobati sakit gigi, kunyah akar karuk bersamaan dengan pinang dan jahe kecil.

4. Daftar Pustaka

Ahmad, Undang. 2002. Morfologi dan Sistematik Tumbuhan. Bandung: Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung. Halaman 68 dan 3-50. Hoon, Chay Than, Hwe Ling Koh dan Chua Tung Kian. 2009. An Ilustrated, Scientific and Medicinal Approach. Singapura: World Scientific. Halaman122-123. Jacobsen, Nephyr dan C. Pierce Salguero. 2013. Thai Herbal Medicine Traditional Receipes for Health & Harmony. United Kingdom: Findhorn Press. Halaman 151.

Permadi, Adi. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta: Pustaka Bunda. Halaman 29.

5. Herbarium

 Herbarium di dalam ITB

 Herbarium dari Bumi Herbal Dago

Kelompok 2

Anredera cordifolia

: Anredera cordifolia

Nama sinonim : Boussingaultia cordifolia, Boussingaultia basselloides, dan

Boussingaultia gracilis Miers

Nama resmi : binahong Nama daerah : gendola, kandula, uci-uci, gendele, lembayung, rinutu, tatabue, poiloo,

garang-garang, dan duyumu

Nama asing : heartleaf madeira vine, madeira vine, dan teng san chi

2. Morfologi

Habitus : Semak perennial, tanaman yang melilit atau memanjat Batang

: Tidak berambut (glabrus). Batang muda berwarna hijau atau kemerahan, bentuk bulat, saat dewasa tampilan batang menjadi seperti tali dan warnanya menjadi coklat keabuan, batang terdapat umbi warty berwarna coklat keabuan atau kehijauan dengan panjang 1-10 cm, namun biasanya hanya mencapai 2-3 cm, umbi terbentuk pada nodus sepanjang batang yang lebih tua.

Daun : Susunan daun tersebar (alternate), sedikit berdaging (semi-succulent), tidak berambut (glabrus), kadang tampak mengkilat (nitidus), tangkai daun (petioles) yang panjangnya 5-20 mm, bentuk daun hati (kordatus) atau berbentuk bulat telur (ovate) dengan ujung yang sedikit berlekuk (emarginatus). Panjang daun mencapai 2-15 cm dan lebarnya 1,5-10 cm. Ujung daunnya akutus atau obtuse apex.

Bunga : Bunga majemuk berbentuk rasemus atau malai panjang berukuran 6-

30 cm yang tumbuh dari axil daun paling ujung. Setiap tandan bunga memiliki banyak bunga kecil berwarna putih atau krim yang harum 30 cm yang tumbuh dari axil daun paling ujung. Setiap tandan bunga memiliki banyak bunga kecil berwarna putih atau krim yang harum

Buah : Tidak ada. Biji

: Tidak ada. Akar

: Akar tunggang, berdaging lunak, dan berwarna cokelat.

3. Kegunaan

Daun binahong (A. cordifolia (Ten.) Steenis) memiliki kandungan senyawa aktif berupa terpenoid, saponin, fenol, minyak atsiri, dan flavonoid. Oleh karenanya, binahong dalam farmasi memiliki kegunaan untuk membantu pengobatan luka, tipus, maag, radang usus, ambeien, pembengkakan, pembekuan darah, rematik, luka, memar, asam urat, stroke, dan diabetes mellitus. Cara penggunaanya adalah dengan merebus daun binahong. Kemudian rebusan akarnya juga dapat dimanfaatkan untuk menegeringkan luka bekas operasi.