MEMULIAKAN BULAN SYABAN by PUTRi

MEMULIAKAN BULAN SYA’BAN
Oleh Dra. CUCU SURYAMAH

Seperti bulan Rajab, ternyata bulan Sya’ban juga memiliki keistimewaan. Jika seseorang ingin
mendapatkan pahala dan menyadari dirinya banyak dosa, lalu ingin bertaubat maka janganlah menyianyiakan bulan Sya’ban. Semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk beramal ibadah, terutama amalanamalan menambah pahala. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa mengagungkan bulan
Sya’ban, bertakwa kepada Allah SWT dan taat beribadah kepadaNya, serta mengekang diri dari
perbuatan maksiat, maka Allah mengampuni segala dosanya, dan menyelamatkannya dari segala macam
bahaya, serta mecam-macam penyakit dalam tahun itu.”
Bulan Sya’ban dianggap mulia karena di dalamnya terkandung beberapa keutamaan. Kata
Rasulullah, “Kelebihan bulan sya’ban mengatasi semua bulan, bagaikan kelebihanku mengatasi seluruh
nabi-nabi, dan kelebihan bulan Raamadhan mengatasi semua bulan seperti kelebihan Allah SWT
mengatasi para hambaNya.”
Di bulan Sya’ban hendaknya kita melakukan puasa sunat. Sebab puasa sunat di bulan Sya’ban
sangat utama. Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda. Jika seorang hamba telah mendapatkan
pahala dari amalannya, maka ia akan lebih dekat kepad Allah. Kalau sudah dekat, maka besar
kemungkinan dosa-dosanya diampuni. Tentang pahala amalan puasa tersebut, Nabi telah bersabda,
“Barang siapa berpuas tiga hari di awal bulan Sya’ban, tiga hari dipertengahannya, tiga hari diakhir bulan
itu maka Allah mencatat pahala 70 orang nabi, dan bagaikan beribadah kepada Allah selama 70 tahun,
jika meninggal dunia pada tahun itu, ia dianggap mati syahid. “
Pada malam-malam bulan Sya’ban sangat baik untuk melakukan amal ibadah, misalnya sholat
tahajud dan memperbanyak istighfar lebih utama lagi, jika kita mengharap ampunan maka kerjakanlah

sholat tasbih. Sebab pada malam itu dibukalah pintu langit dan pintu rahmat. Jika pintu langit dan pintu
Rahmat dibuka, maka permohonan seorang hamba akan mudah sampai kepada Allah. Nabi SAW
bersabda, bahwa pada malam nisfu Sya’ban Jibril dating kepadanya dan berkata, “ Wahai Muhammad,
pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka. Karenanya, kerjakanlah shalat,
angkatlah kepala dan kedua tanganmu kelangit. “ Rasullah SAW bertanya, “ Wahai Jibril malam apakah
ini?” jawab Jibril, “ Pada malam ini 300 pintu rahmat dibuka, Allah mengampuni semua orang yang tidak
musyrik kepada Allah, bukan ahli sihir, bukan dukun, buka orang yang bermusuhan, bukan pemabuk
arak, bukan pelacur, bukan pemaka harta riba, bukan pendurhakan terhadap orang tua, bukan yang suka
mengadu domba, dan bukan yang suka memutuskan silaturaim persaudaraan, mereka semua tidak
diampuni, hingga bertaubat dan suka meninggalkanya.
Nabi Muhammad SAW kemudian keluar dan melakkan shalat malam. Ia menangis dalam sujudya
sambil membaca doa yang artinya. “ Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari siksaMu, aku tidak
menghitung puji-puji kepadaMu,sebagaimana Engkau memuji dzatMu sendiri, maka bagiMu-lah segala
puji hingga Engkau ridha.”

Menurut Yahya bin Muadz bahwa lafal Sya’ban itu mengandung lima huruf, yaitu, syin, ain, bak,
alif, dan nun. Masing – masing mempunyai makna :
a.
b.
c.

d.
e.

Syin mengandung kata syarafun dan syafaatun. Artinya kemuliaan dan syafaat (pertolongan).
Ain mengandung kata al-‘izaah wal karamah yang berarti kemenangan dan karamah.
Bak mengandung kata Albirru yang berarti kebaikan.
Alif mengandung kata Ulfah yang berarti rasa belas kasihan.
Nun mengandung kata An nur yang artinya cahaya.

Jadi bulan Sya’ban itu mengandung kemuliaan. Di dalamnya terdapat syafaat atau pertolongan
bagi orang-orang yang mendambakan ampunan atas dosa yang telah dan akan diperbuat. Di
samping itu Sya’ban juga mengandung kemenangan dan karomah. Artinya, di bulan itu
seseorang yang dengan sungguh-sungguh melakukan amal ibadah, bertaubat dan mengharap
pahala maka akan mendapatkan kemenangan. Yakni kemenangan dari Allah. Karena itulah maka
dijelaskan bahwa bulan rajab untuk menyucikan tubuh, Sya’ban untuk menyucikan lubuk hati
dan Ramadhan untuk menyucikan jiwa atau ruh. Barang siapa yang menyucikan tubuhnya dalam
bulan Rajab, maka sucilah hatinya di bulan Sya’ban, dan siapa menyucikan hatinya di bulan
Sya’ban maka sucilah hatinya di bulan Sya’ban maka sucilah jiwanya di bulan Ramadhan.
Sebaliknya, orang yang enggan menyucikan tubuhnya di bulan Rajab dan tidak menyucikan
hatinya di bulan Sya’ban maka tak mungkin ia mampu menyucikan jiwanya di bulan ramadhan.

Barangkali karena yang demikian itu sehingga seorang ulama hikmah menegaskan, “Bahwa bulan
Rajab untuk membersihkan (beristighfar) dari segala dosa, Sya’ban untuk memperbaiki hati dari
keburukan, Ramadhan untuk menyinari jiwa. Sedangkan Lailatul Qadar untuk takarrub
(mendapatkan diri) kepada Allah SWT.
Nabi bersabda, Bareng siapa yang menghidupkan (memuliakan) dua malam hari raya
dan malam nisfu Sya’ban, maka tidaklah mati hatinya ketika umumnya hati (manusia) mati.’
Hati yang mati adalah keadaan yang tertutup dari hikmah dan hidayah. Disaat banyak manusia
yang lalai dan terjebak dalam kemaksiatan, maka orang-orang yang memuliakan dua malam hari
raya dan malam nisfu Sya’ban akan tetap hidup, bercahaya dan selamat dari bahaya maksiat.
Atha’ bin Yasar berpendapat bahwa tiada malam sesudah Lailatul Qadar yang utama melebihi
malam nisfu Sya’ban.
Diceritakan bahwa seorang zuhud yang bernama Muhammad bin Abdullah
mengisahkan. Ia mempunyai seorang sahabat bernama Abu Khafsin al Kabir. Usianya sudah tua
dan akhirnya meninggal dunia. Muhammad bin Abdullah merawat jenazahnya, memandikan,
menshalati dan ikut menyemayamkan. Sesudah itu ia tak lagi pernah berziarah ke makam
sahabatnya tersebut hamper selama delapan bulan. Tiba-tiba ia teringat kepadanya dan ingin
berziarah.
Pada malam harinya, Muhammad bin Abdullah bermimpi seolah-olah bertemu dengan
Khafsin, sahabatnya yang telah mati itu. Abdullah merasa penasaran dan kasihan manakala
melihat wajah sahabatnya yang pucat tak bercahaya, mencerminkan kesedihan yang sangat

mendalam. Ia mengucpkan salam. Tetapi Khafsin tidak menjawabnya.

“Wahai sahabat, mengapa engkau enggan menjawab ucapan salamku?” tegur Abdullah.
“Menjawab salam memang suatu ibadah. Sedangkan aku telah terputus dari ibadah,”
jawab Khafsin kurang bersemangat.
“Mengapa mukamu jadi pucat tak bercahaya. Padahal dulu engkau berparas bagus?”
Tanya Abdullah.
Khafsin diam sejenak. Kemudian mulai lah bercerita.
“Ketika aku diletakkan di liang lahat, datanglah malaikat dan tegak diatas kepalaku. Ia
membentakku, ‘Hai orang tua yang jahat!’ dan ia pun menghitung-hitung dosa dan
keburukkanku. Kemudian ia memukulku dengan sebatang kayu sampai tubuhku terbakar. Bahkan
kuburku pun berkata kepadaku, ‘Apakah engkau tidak malu kepada Tuhan?’ Lalu ia menghimpit
tubuhku sampai tulang rusukku remuk, persendianku terputus-putus, berserakanlah tulangku.
Aku disiksa sampai pada malam nisfu Sya’ban. Saat itu terdengar suara memanggil dari atasku,
“Hai malaikat, angkatlah pemukulmu itu dari tubuh manusia itu, sebab ia pernah menghidupkan
salah satu malam dari nisfu sya’ban sepanjang usianya. Ia juga pernah berpuasa sehari pada
bulan itu!’ Maka Allah Taala melenyapkan siksa dariku berkat memuliakan malam Sya’ban
dengan puasa dan shalat di malam harinya. Kemudian Allah memberi kegembiraan padaku
dengan surge dan rahmatNya,” demikian kata Khafsin dalam mimpi Muhammad bin Abdullah.
Bagi orang yang ingin mendapatkan pahala dan ampunan atas dosa-dosanya maka disaat

malam nisfu Sya’ban hendaknya memperbanyak amalan. Siang harinya berpuasa sunat dan
malam harinya tegak melaksanakan shalat. Sebab saat-saat malam itu sangat utama dan
permohonan akan dikabulkan oleh Allah. Dari Ali ra. Bahwa Nabi SAW bersabda, “Ketika masuk
malam nisfu Sya’ban, tegaklah melakukan shalat malam hari dan berpuasa di siang harinya,
sebab Allah SWT turun pada malam itu ke langit dunia ketika matahari terbenam. Dia berfirman,
“Adakah orang yang suka memohon, pasti Aku memberinya, adakah orang yang beristighfar pasti
Aku mengampuninya, dan adakah orang yang minta rejeki, pasti Aku memberinya, sampai terbit
fajar.”
Diterangkan pula dari Abdullah bin Mas’ud ra. Bahwa Nabi SAW bersabda, “Barang siapa
melakukan shalat di malam nisfu Sya’ban sebanyak seratus rakaa, setiap rakaat membaca AlFatihah dan surat Al Ikhlas sebanyak lima kali, maka Allah menurunkan sejumlah buku dari
cahaya, semuanya mencatat pahala orang itu sampai Kiamat.”
Malam nisfu Sya’ban memang dianggap mulia. Karena itu semua amalan yang dikerjakan
dengan ikhlas, Allah akan mengabulkannya. Selain memperbanyak istighfar, shalat malam,
berpuasa, bertasbih, maka perlu juga memperbanyak Shalawat atas Nabi. Sebab shalawat yang
dibaca di malam bulan itu akan mendatangkan pahala yang cukup bear. Nabi SAW bersabda,
“Demi Allah yang telah mengutusku sebagai Nabi, barang siapa bershalawat kepadaku pada mala
mini (nisfu Sya’ban) maka diberi pahala sejumlah pahala para nabi dan rasul, serta para malaikat
dan umat manusia semuanya.”
Di malam-malam bulan Sya’ban pintu rahmat (kasih saying Allah) kepada hambaNya
dibuka seluas-luasnya. Mulai terbenam mata hari dan terbit fajar, manusia diberi kesempatan

untuk mencari pahala dan mencari ampunan. Jika kita mau memanfaatkan malam-malam itu

dengan mengerjakan amalan, maka akan beruntung. Betapa di malam itu, jika kita mau
bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membebaskan dari siksa neraka. Nabi
SAW bersabda, “Pintu-pintu rahmat terbuka atas umatku mulai permulaan malam sampai terbit
fajar. Allah SWT membebaskan dari neraka pada malam itu, lebih banyak daripada jumlah bulu
biri-biri kepunyaan rombongan Bani Kalb.”