PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN PADA VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) VARIETAS DERING 1 PASCASIMPAN TIGA BULAN

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN
PADA VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)
VARIETAS DERING 1 PASCASIMPAN TIGA BULAN
(Skripsi)

Oleh
Cahyadi Prayuda

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

ABSTRAK
PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN
PADA VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)
VARIETAS DERING 1 PASCASIMPAN TIGA BULAN

Oleh
CAHYADI PRAYUDA


Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan penting selain padi, jagung, dan
kacang tanah. Kebutuhan kedelai dalam negeri saat ini mencapai 2,4 juta ton per
tahun, sedangkan produksi kedelai Indonesia hanya mampu mencapai 850.000 ton
per tahun. Upaya agronomik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
kedelai adalah dengan melakukan pemupukan susulan pada saat berbunga.
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) pemberian bentuk pupuk NPK majemuk
susulan yang berbeda dalam menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga
bulan; (2) pemberian dosis pupuk NPK majemuk susulan yang berbeda dalam
menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan; (3) pemberian bentuk dan
dosis pupuk NPK majemuk susulan yang berbeda dalam menghasilkan viabilitas
benih pascasimpan tiga bulan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada
Pebruari sampai Maret 2014. Rancangan percobaan menggunakan rancangan
kelompok teracak sempurna diulang tiga kali. Rancangan perlakuan terdiri dari
dua faktor yang disusun secara faktorial (2x5). Faktor pertama adalah bentuk

Cahyadi Prayuda

NPK susulan yaitu tidak digerus (g0) dan digerus (g1). Faktor kedua adalah dosis
NPK susulan yang terdiri dari 5 taraf yaitu 0 (p0), 25 (p1), 50 (p2), 75 (p3), dan 100

kg/ha (p4). Homogenitas ragam data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan
data diuji dengan uji Tukey. Asumsi analisis ragam terpenuhi, pemisahan nilai
rata-rata perlakuan diuji dengan uji perbandingan ortogonal pada taraf nyata 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pupuk NPK majemuk susulan yang
digerus meningkatkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan, hasil ini didukung
oleh panjang hipokotil, panjang tajuk dan bobot kering kecambah normal serta
menurunkan kecambah abnormal; (2) pupuk NPK majemuk susulan dengan
dosis 0 kg/ha sampai 100 kg/ha mempengaruhi viabilitas benih pascasimpan tiga
bulan, hasil ini didukung oleh kecepatan perkecambahan, kecambah normal total,
panjang akar primer, panjang epikotil, panjang tajuk, panjang kecambah normal,
kecambah normal kuat, dan bobot kering kecambah normal; dan (3) viabilitas
benih pascasimpan tiga bulan pada semua dosis NPK majemuk susulan
menghasilkan daya hantar listrik lebih kecil bila pupuk diberikan dengan cara
digerus dibandingkan dengan tidak digerus.

Kata Kunci : Pemupukan Susulan, Bentuk Pupuk, Dosis Pupuk, NPK majemuk.

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN
PADA VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)
VARIETAS DERING 1 PASCASIMPAN TIGA BULAN


Oleh
Cahyadi Prayuda

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 8 Juli 1992 sebagai anak kedua dari
dua bersaudara dari Bapak Hi. Sutrisno, S.P. dan Ibu Hj. Sriyati.


Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Abung
Semuli pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Abung Semuli pada tahun
2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 01 Abung Semuli pada tahun
2007, dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri 02 Bandar Lampung pada tahun 2010.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten Dosen untuk mata
kuliah Produksi Tanaman Perkebunan (2013), mata kuliah Pembibitan Tanaman
Perkebunan (2013), Produksi Tanaman Tebu (2014), dan Pengelolaan Kebun
Kelapa Sawit (2014). Penulis melaksanakan Praktik Umum di PT Perkebunan
Nusantara VII Unit Usaha Way Berulu Kabupaten Pesawaran dan KKN di Desa
Kali Pasir Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2013.
Penulis dalam bidang keorganisasian aktif sebagai anggota muda FOSI FP
2010/2011 dan anggota bidang humas FOSI FP 2011/2012.

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya
skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karya sederhana penuh perjuangan dan kesabaran ini sebagai

ungkapan rasa sayangku dan baktiku kepada:
Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mencurahkan rasa sayang tanpa henti, yang
selalu mengajariku begaimana menjadi manusia yang terbaik, serta dalam doa dan
sujud selalu menantikan keberhasilanku dengan sabar dan penuh pengertian.
Semua keluarga besarku atas rasa sayang, doa, perhatian, pengertian,
pengorbanan, penghormatan, dan dorongan semangat yang tulus serta
persaudaraan yang tidak dapat tergantikan.
Almamater yang kucintai, Universitas Lampung.

Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui
(QS. Al-Baqarah:216)

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,(1) Dan Kami telah
menghilangkan dari padamu bebanmu,(2) yang memberatkan punggungmu? (3)
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (4) Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, (5) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.(6) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (7) dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap.(8)
(QS: Al Insyirah:1-8)

Walk on, walk on, with hope in your heart And you'll never walk alone
(Gerry and The Pacemakers)

i

SANWACANA

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Ermawati, M.S., selaku Ketua Tim Penguji dan Pembimbing Pertama
sekaligus selaku Pembimbing Akademik atas saran, pengarahan, motivasi, dan
kesabaran dalam membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian
skripsi.
2. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya
memberikan bimbingan, pengarahan, pikiran, semangat, motivasi, waktu,

kesabaran, saran, nasehat, dan memberi bantuan biaya penelitian sebesar Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) selama penulis menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Penguji bukan Pembimbing yang telah
memberikan saran, pengarahan, semangat, motivasi, nasehat, dan kesabaran
yang sangat berharga untuk perbaikan penulisan skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran, koreksi, dan
persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran, koreksi, dan persetujuan
pencetakan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung yang telah mensahkan skripsi ini.
7. Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Sriyati serta Saudari Cahyani Pratisti dan Ayu
Praharsiwi atas kasih sayang, dukungan, kritikan, nasehat, dan saran yang
diberikan.
8. Bapak Sungkono dan Ibu yang telah bersedia memberikan fasilitas yang

dibutuhkan selama penelitian ini berjalan hingga selesai.
9. Debby Kuncoro Wibowo, S.P., Diago Fajar Saputra, S.P., dan Dendy Fauzie
S.P (tim penelitian) yang telah bersama-sama berjuang, memberikan
semangat, dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman Agroteknologi 2010 dan adik-adik Agroteknologi angkatan
2011, 2012, dan 2013 atas segala doa, perhatian, diskusi, hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman asrama silampari, terima kasih kebersamaannya selama ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar lampung,
Penulis

Cahyadi Prayuda

Mei 2015

ix

DAFTAR TABEL


Tabel
1.

Halaman

Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
kecepatan perkecambahan. ........................................................

30

Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
kecambah normal total. ..............................................................

31

Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
kecambah abnormal. .................................................................

32


Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
panjang akar primer. .................................................................

34

Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
panjang hipokotil. .....................................................................

35

Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
panjang epikotil. ........................................................................

35

Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
panjang tajuk. ............................................................................

37


Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
panjang kecambah normal. .......................................................

38

Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
kecambah normal kuat. .............................................................

39

10. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
kecambah normal lemah. ..........................................................

40

11. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
bobot kering kecambah normal. ................................................

41

12. Pengaruh bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan pada
daya hantar listrik. ......................................................................

43

13. Data kecepatan perkecambahan pascasimpan tiga bulan.

54

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

……..

x

14. Uji Bartlett kecepatan perkecambahan kedelai pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

54

15. Analisis ragam kecepatan perkecambahan pascasimpan tiga
bulan. ..................................................................................

55

16. Uji perbandingan ortogonal kecepatan perkecambahan kedelai
pascasimpan tiga bulan. ……………………………………….

55

17. Data kecambah normal total pascasimpan tiga bulan.

56

………...

18. Uji Bartlett kecambah normal total pascasimpan tiga bulan.

....

56

19. Analisis ragam untuk kecambah normal total pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

57

20. Uji perbandingan ortogonal kecambah normal total pascasimpan
tiga bulan. ...................................................................................

57

21. Data kecambah abnormal pascasimpan tiga bulan.

…...............

58

22. Uji Bartlett kecambah abnormal pascasimpan tiga bulan. ……..

58

23. Analisis ragam kecambah abnormal pascasimpan tiga bulan.

...

59

24. Uji perbandingan ortogonal kecambah abnormal pascasimpan
tiga bulan. ...................................................................................

59

25. Data panjang akar primer pascasimpan tiga bulan.

60

...................

26. Uji Bartlett panjang akar primer pascasimpan tiga bulan.

…….

27. Analisis ragam panjang akar primer pascasimpan tiga bulan.

60

...

61

28. Uji perbandingan ortogonal panjang akar primer pascasimpan
tiga bulan. ...................................................................................

61

29. Data panjang hipokotil kecambah pascasimpan tiga bulan.

......

62

30. Uji Bartlett panjang hipokotil pascasimpan tiga bulan. ………..

62

31. Uji perbandingan ortogonal panjang hipokotil pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

63

32. Uji perbandingan ortogonal panjang hipokotil pascasimpan tiga
bulan. .................

63

33. Data panjang epikotil pascasimpan tiga bulan.

64

..........................

xi

34. Uji Bartlett panjang epikotil pascasimpan tiga bulan.

...............

35. Analisis ragam panjang epikotil pascasimpan tiga bulan.

64

.........

65

36. Uji perbandingan ortogonal panjang epikotil pascasimpan tiga
bulan. …………………………………………………………..

65

37. Data panjang tajuk pascasimpan tiga bulan.

66

..............................

38. Uji Bartlett panjang tajuk pascasimpan tiga bulan.

...................

39. Analisis ragam panjang tajuk pascasimpan tiga bulan.

66

.............

67

40. Uji perbandingan ortogonal panjang tajuk pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

67

41. Data panjang kecambah normal pascasimpan tiga bulan.

.........

68

42. Uji Bartlett panjang kecambah normal kedelai pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

68

43. Analisis ragam panjang kecambah normal kedelai pascasimpan
tiga bulan. ...................................................................................

69

44. Uji perbandingan ortogonal panjang kecambah normal kedelai
pascasimpan tiga bulan. .............................................................

69

45. Data kecambah normal kuat pascasimpan tiga bulan.

70

...............

46. Uji Bartlett kecambah normal kuat pascasimpan tiga bulan.

.....

70

47. Analisis ragam kecambah normal kuat kedelai pascasimpan tiga
bulan. …………………………………………………………..

71

48. Uji perbandingan ortogonal kecambah normal kuat pascasimpan
tiga bulan. ..................................................................................

71

49. Data kecambah normal lemah pascasimpan tiga bulan.

............

72

50. Uji Bartlett kecambah normal lemah pascasimpan tiga bulan.
.........................................................................................................

72

51. Analisis ragam kecambah normal lemah kedelai pascasimpan
tiga bulan. ...................................................................................

73

52. Uji perbandingan ortogonal kecambah normal lemah kedelai

xii

pascasimpan tiga bulan.

.............................................................

73

53. Data bobot kering kecambah normal kedelai pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

74

54. Uji Bartlett bobot kering kecambah normal pascasimpan tiga
bulan. …………………………………………………………..

74

55. Analisis ragam bobot kering kecambah normal pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

75

56. Uji perbandingan ortogonal bobot kering kecambah normal
kedelai pascasimpan tiga bulan.
……………………………..

75

57. Data daya hantar listrik kedelai pascasimpan tiga bulan.

..........

76

58. Uji Bartlett daya hantar listrik benih kedelai pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

76

59. Analisis ragam daya hantar listrik benih kedelai pascasimpan tiga
bulan. ..........................................................................................

77

60. Uji perbandingan ortogonal daya hantar listrik benih kedelai
pascasimpan tiga bulan. .............................................................

78

61. Deskripsi kedelai Varietas Dering 1.

79

........................................

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Tata letak percobaan.

2.

Kecambah normal.

3.

Kecambah abnormal.

4.

Bagian-bagian kecambah kedelai.

5.

Kriteria kecambah.

6.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

..........................................................

17

..............................................................

23

........................................................

24

......................................

27

...........................................................

28

Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk susulan dan
kecepatan perkecambahan. ...............................................

30

Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk susulan dan
kecambah normal total. .....................................................

32

Hubungan antara dosis pupuk NPK majemuk susulan dan
panjang akar primer. ……………………………………….

34

Hubungan dosis pupuk NPK majemuk susulan dan panjang
epikotil. .............................................................................

36

Hubungan dosis pupuk NPK majemuk susulan dan panjang
tajuk. ...................................................................................

37

Hubungan dosis pupuk NPK majemuk susulan dan panjang
kecambah normal. ............................................................

38

Hubungan dosis pupuk NPK majemuk susulan dan
kecambah normal kuat. .....................................................

39

Hubungan dosis pupuk NPK majemuk susulan dan
kecambah normal lemah. ...................................................

41

Hubungan bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan
pada bobot kering kecambah normal. ................................

42

16.

Hubungan dosis pupuk NPK susulan dan daya hantar listrik
pada bentuk yang tidak digerus (g0) dan digerus (g1). .........

44

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

........................................................................... .......

Halaman
v

DAFTAR GAMBAR

...............................................................................

xi

I. PENDAHULUAN

....................................................................... .......

1

1.1 Latar Belakang dan Masalah

............................................. .......

1

............................................................... .......

5

.......................................................... .......

6

............................................................................ .......

8

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. .......

9

1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Kerangka Pemikiran
1.4 Hipotesis

2.1 Viabilitas Benih

................................................................. .......

9

2.2 Pengaruh Pemupukan NPK majemuk Susulan pada Kualitas
Benih ................................................................................. .......

11

2.3 Penyimpanan Benih

.................... ...................................... .......

13

2.4 Kemunduran Benih

.................... ....................................... .......

14

........................................................ ......

17

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Bahan dan Alat

........................................... ......

17

.................................................................. ......

17

.............................................................. .....

18

3.3 Metode Penelitian

3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.5 Peubah Pengamatan

...................................................... .....

19

.......................................................... .....

21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian

.......................................................

30

................................................................. .....

30

4.1.1 Kecepatan perkecambahan

................................... ........

30

......................................... ........

31

4.1.3 Kecambah abnormal

............................................ ........

31

4.1.4 Panjang akar primer

............................................. .......

32

4.1.5 Panjang hipokotil

.................................................. .......

33

4.1.6 Panjang epikotil

.................................................... .......

33

........................................................ .......

36

4.1.2 Kecambah normal total

4.1.7 Panjang tajuk

4.1.8 Panjang kecambah normal
4.1.9 Kecambah normal kuat
4.1.10 Kecambah normal lemah

................................... .......

36

......................................... .......

38

...................................... .......

40

4.1.11 Bobot kering kecambah normal

............................ .......

40

................................................ .......

42

....................................................................... .......

44

4.1.12 Daya hantar listrik
4.2 Pembahasan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

................................................ .......

49

....................................................................... ......

49

................................................................................. ......

49

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

PUSTAKA ACUAN
LAMPIRAN

....................................................................... ......

50

.................................................................................... ......

53

Tabel 13-62

...................................................................................

54-78

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan penting selain padi, jagung, dan
kacang tanah. Kadar protein kedelai sekitar 40%, cukup tinggi dibandingkan
dengan kacang tanah, beras dan jagung. Menurut Taufik (2004), biji kedelai juga
mengandung karbohidrat, lemak, fosfor, besi, kalsium, vitamin B, dan komposisi
asam amino lengkap. Kedelai dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai
industri makanan, minuman, pupuk hijau, dan pakan ternak.

Kedelai adalah tanaman yang mengandung protein yang tinggi, konsumsi kedelai
akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Kebutuhan
kedelai dalam negeri saat ini mencapai 2,4 juta ton per tahun, sedangkan produksi
kedelai Indonesia hanya mampu mencapai 850.000 ton per tahun atau 35%.
Indonesia saat ini masih mengimpor kedelai sebesar 1,55 juta ton per tahun
(Badan Pusat Statistik, 2014).

Kebutuhan kedelai dalam negeri yang cukup besar tersebut tidak diimbangi oleh
produksi dalam negeri, sehingga untuk memenuhinya harus diimpor dari luar
negeri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya produktivitas kedelai yang berdampak
pada petani untuk menanam tanaman lain selain kedelai. Selama ini kedelai

2
hanya dijadikan sebagai tanaman sampingan yang ditanam setelah penanaman
padi. Harga kedelai impor yang jauh lebih murah daripada kedelai lokal juga
menyebabkan rendahnya keinginan petani untuk menanam kedelai (Wirawan dan
Wahyuni, 2002).

Produktivitas kedelai yang rendah disebabkan oleh masih rendahnya tingkat
penggunaan teknologi budidaya kedelai. Upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi kedelai yaitu melalui program intensifikasi dan
ekstensifikasi. Program ekstensifikasi dilakukan dengan perluasan areal panen
kedelai. Program intensifikasi yaitu menerapkan pancausaha tani seperti
penggunaan benih bermutu varietas unggul dan pemupukan.

Penyediaan benih kedelai bermutu dari varietas unggul setiap saat tidak mudah.
Semua faktor budidaya (agronomik) harus dalam kondisi yang optimum untuk
meningkatkan produksi benih. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk memenuhi N, P, dan K bagi tanaman.
Pupuk dasar diberikan agar hara yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman
kedelai tercukupi, sedangkan pupuk susulan diberikan agar tanaman tidak
kekurangan hara saat memasuki fase generatif sehingga hasilnya tetap tinggi
(Mugnisjah dan Setiawan, 2004).

Nurmiaty dan Nurmauli (2010) menyatakan bahwa upaya agronomik yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan viabilitas benih awal yang tinggi adalah dengan
melakukan pemupukan susulan pada saat berbunga. Aplikasi pupuk susulan
berguna untuk menambahkan nutrisi yang sudah berkurang saat fase vegetatif.
Saat tanaman memasuki periode pembungaan, pertumbuhan akar mencapai

3
pertumbuhan maksimum seiring dengan pertumbuhan pucuk yang mencapai
pertumbuhan maksimum sehingga dibutuhkan banyak unsur hara untuk
pertumbuhan generatif seperti pengisian benih. Optimalisasi pemupukan dapat
dilakukan dengan pemberian bentuk dan dosis yang tepat.

Penggunaan bentuk pupuk bagi tanaman harus dilakukan secara tepat agar unsur
hara yang tersedia dapat diserap tanaman dengan optimum. Bentuk pupuk yang
tepat memungkinkan pupuk lebih cepat larut jika terkena air dan pupuk cepat
bereaksi, sehingga unsur hara lebih banyak tersedia untuk tanaman. Salah satu
cara untuk mengubah bentuk atau ukuran pupuk yaitu dengan cara penggerusan
pupuk. Penggerusan pupuk dilakukan agar pupuk mudah larut dan cepat tersedia
untuk tanaman. Menurut Arryanto (2012), semakin kecil ukuran pupuk semakin
cepat bereaksi dan dapat dimanfaatkan langsung untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman karena ukurannya yang halus, sehingga pupuk menjadi
lebih cepat tersedia untuk tanaman sehingga berpengaruh terhadap hasil dan mutu
benih. Hasil penelitian Wibowo (2014) menunjukkan bahwa bentuk pupuk yang
digerus berpengaruh pada viabilitas benih yang ditunjukkan dengan variabel
kecambah normal kuat.

Dosis pupuk juga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan produksi benih.
Peningkatan dosis pupuk NPK yang diberikan dapat meningkatkan ketersediaan
unsur hara di dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan vegetatif
tanaman yang akan berpengaruh juga pada fase generatif. Pemupukan dengan
dosis yang sedikit menghasilkan pertumbuhan yang kurang baik, sedangkan
pemupukan dengan dosis yang berlebihan akan menyebabkan toksik atau

4
keracunan sehingga tanaman akan mati. Pemupukan dengan dosis yang tepat
sangat diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang
optimum serta viabilitas benih yang baik.

Dosis pupuk yang tepat menghasilkan pertumbuhan, produksi, dan viabilitas
benih yang baik. Avivi (2005) menyatakan bahwa pemupukan susulan dengan
NPK setengah dosis pupuk normal dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman dan jumlah polong isi per tanaman kedelai. Hasil penelitian Rusdi
(2008), pemupukan NPK susulan dengan dosis sampai 100 kg/ha meningkatkan
produksi benih kedelai Varietas Anjasmoro berdasarkan variabel jumlah polong
total, bobot 100 butir, dan hasil benih per hektar. Dosis pupuk NPK susulan
sampai 100 kg/ha juga menghasilkan viabilitas benih yang baik berdasarkan
variabel daya berkecambah, kecepatan berkecambah, dan keserempakan
berkecambah. Hasil penelitian Nurmiaty (2010) juga menunjukkan bahwa
penambahan dosis pupuk NPK sebagai pupuk susulan mampu meningkatkan laju
perkecambahan atau kecepatan perkecambahan benih kedelai. Penelitian
Marwanto (2003) juga menunjukkan penambahan dosis N, P, dan K berpengaruh
pada membran sel kulit benih Varietas Detam 1 sehingga memiliki daya simpan
yang lebih baik, hal ini ditunjukkan dengan daya berkecambah yang lebih tinggi
dan nilai daya hantar listrik yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak
dipupuk pascasimpan tiga bulan.

Pemupukan dengan bentuk dan dosis pupuk yang tepat akan menghasilkan
produksi benih kedelai yang tinggi dan viabilitas benih yang baik. Bentuk pupuk
yang semakin kecil dan halus, kemudian dosis pupuk NPK susulan saat berbunga

5
yang tepat akan menghasilkan viabilitas benih yang baik. Bentuk pupuk yang
semakin kecil akan mudah terserap dan akan menjadi toksik bagi tanaman bila
berlebihan, maka perlu adanya kombinasi antara bentuk dan dosis pupuk NPK
majemuk susulan yang tepat. Penelitian Wibowo (2014) menunjukkan bahwa
terdapat interaksi antara bentuk dan dosis pada viabilitas benih yang ditunjukkan
variabel kecepatan perkecambahan, panjang epikotil, dan bobot kering kecambah
normal prasimpan. Pada penelitian ini, benih kedelai Varietas Dering 1 yang telah
diaplikasikan pupuk NPK majemuk susulan dengan bentuk dan dosis yang
berbeda di lapang ingin diketahui tanggapannya terhadap viabilitas benih yang
dihasilkan setelah periode simpan tiga bulan.
Dari uraian tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pemberian bentuk pupuk NPK majemuk susulan yang berbeda
menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan yang berbeda?
2. Apakah pemberian dosis pupuk NPK majemuk susulan yang berbeda
menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan yang berbeda?
3. Apakah tanggapan tanaman terhadap bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk
susulan yang berbeda menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan
yang berbeda?

1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mengetahui pemberian bentuk pupuk NPK majemuk susulan yang berbeda
menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan yang berbeda.

6
2. Mengetahui pemberian dosis pupuk NPK majemuk susulan yang berbeda
menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan yang berbeda.
3. Mengetahui pemberian bentuk dan dosis pupuk NPK majemuk susulan yang
berbeda menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan yang berbeda.

1.3 Kerangka Pemikiran

Benih merupakan salah satu sarana untuk dapat menghasilkan produksi yang
setinggi-tingginya. Produksi benih bertujuan untuk menghasilkan benih yang
memiliki viabilitas tinggi. Produksi benih bermutu dipengaruhi oleh faktor
genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang optimum diperlukan dalam
produksi benih, salah satunya adalah unsur hara yang cukup. Salah satu upaya
agronomik dalam produksi benih untuk menyediakan unsur hara adalah
pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pemupukan dasar dan
pemupukan susulan pada saat berbunga.

Pemupukan susulan pada tanaman kedelai perlu dilakukan dalam produksi benih
untuk mendapatkan viabilitas yang tinggi. Pada saat tanaman memasuki periode
pembungaan, pertumbuhan akar mencapai pertumbuhan maksimum seiring
dengan pertumbuhan pucuk yang mencapai pertumbuhan maksimum sehingga
dibutuhkan banyak unsur hara untuk pertumbuhan generatif seperti pengisian
benih. Penambahan unsur hara ke tanaman dengan melakukan pemupukan
susulan dalam jumlah yang cukup dapat memaksimalkan pengisian biji, sehingga
menghasilkan viabilitas awal yang tinggi. Viabilitas awal yang tinggi hasil pupuk
NPK susulan mampu menurunkan laju kemunduran benih sehingga viabilitas
benih pascasimpan tiga bulan tetap tinggi.

7
Pemupukan tanaman harus dilakukan dengan tepat agar dapat memperkecil risiko
kehilangan pupuk dan meningkatkan serapan hara oleh tanaman. Pemupukan
yang baik dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk menjadi
lebih kecil, salah satu cara untuk megubah bentuk atau ukuran pupuk yaitu dengan
penggerusan pupuk. Bentuk pupuk yang mudah larut ini mudah diserap oleh
tanaman sehingga meningkatkan kandungan kimia benih dan menghasilkan
membran sel yang lebih baik sehingga mampu menurunkan laju kemunduran
benih dan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan tetap baik.

Dosis pupuk juga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan produksi benih.
Pemupukan dengan dosis yang sedikit menghasilkan pertumbuhan yang kurang
baik, sedangkan pemupukan dengan dosis yang berlebihan akan menyebabkan
toksik atau keracunan sehingga tanaman akan mati. Pemupukan dengan dosis
yang tepat sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi tanaman yang
optimum. Peningkatan dosis pupuk NPK yang diberikan dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara di dalam tanah sehingga dapat mendukung pertumbuhan
vegetatif tanaman yang akan berpengaruh juga pada fase generatif. Penambahan
unsur hara berpengaruh saat pembentukan biji sehingga pada saat masak fisiologis
diperoleh bobot kering dan viabilitas yang maksimal. Saat melalui periode
simpan benih mengalami laju kemunduran benih, karena memiliki viabilitas awal
yang baik maka dapat menurunkan laju kemunduran benih sehingga viabilitas
benih pascasimpan tiga bulan tetap tinggi.

Bentuk pupuk yang mudah terserap oleh tanaman dan dosis pupuk NPK susulan
saat berbunga yang tepat dapat dimanfaatkan tanaman dalam proses pertumbuhan

8
dan perkembangan sehingga akan menghasilkan viabilitas benih yang baik.
Interaksi antara keduanya diharapkan mampu meningkatkan kandungan benih dan
menurunkan laju kemunduran benih saat periode simpan sehingga menghasilkan
viabilitas benih pascasimpan tiga bulan yang baik. Viabilitas benih yang baik
ditunjukkan dengan tolok ukur yaitu peningkatan kecepatan perkecambahan,
kecambah normal total, kecambah abnormal, panjang akar primer, panjang
hipokotil, panjang epikotil, panjang tajuk, panjang kecambah normal, persentase
kecambah normal kuat, dan bobot kering kecambah normal serta penurunan
kecambah normal lemah dan daya hantar listrik setelah periode simpan tiga bulan.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan dasar teori yang ada maka dapat ditarik
hipotesis yaitu
1. Pemberian bentuk pupuk NPK majemuk susulan yang berbeda akan
menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan yang berbeda.
2. Pemberian dosis pupuk NPK majemuk susulan yang berbeda akan
menghasilkan viabilitas benih pascasimpan tiga bulan yang berbeda.
3. Tanggapan tanaman terhadap pemberian bentuk dan dosis pupuk NPK
majemuk susulan yang berbeda akan menghasilkan viabilitas benih
pascasimpan yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Viabilitas benih

Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih,
persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Viabilitas benih merupakan
daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme atau
gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolok ukur
parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1994). Perkecambahan benih
mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang
berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks viabilitas benih.

Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad menerangkan hubungan
antara viabilitas benih dan periode hidup benih. Periode hidup benih dibagi
menjadi tiga bagian yaitu periode I, periode II, dan periode III. Periode I adalah
periode penumpukan energi (energy deposit) dan juga merupakan periode
pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih yang diawali dari
antesis sampai benih masak fisiologis. Periode II merupakan periode
penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit), nilai viabilitas
dipertahankan pada periode ini. Akhir periode II adalah kritikal periode dua
(KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih, setelah KP-2 nilai viabilitas

10
potensial mulai menurun sehingga kemampuan benih untuk tumbuh dan
berkembang menurun. Periode II merupakan periode penggunaan energi (energy
release).

Menurut Copeland dan McDonald (2001), viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity). Perkecambahan benih
adalah muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta
kecambah tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi
tanaman normal pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Viabilitas benih
menunjukkan daya hidup benih, aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang
dapat mengkatalis reaksi metabolik yang diperlukan untuk perkecambahan dan
pertumbuhan kecambah.

Copeland dan McDonald (2001) juga menjelaskan bahwa kemungkinan besar
viabilitas benih tertinggi terjadi pada saat masak fisiologi. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu kondisi lingkungan
pada saat memproduksi benih, saat panen, pengolahan, penyimpanan, dan
lingkungan tempat pengujian benih. Kondisi tersebut seperti kemasan benih,
suhu, komposisi gas, dan kelembaban ruang simpan. Faktor internal yang dapat
mempengaruhi viabilitas benih yaitu sifat genetik benih, kondisi kulit benih, dan
kadar air benih.

11
2.2 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk susulan pada Kualitas Benih

Upaya meningkatkan kualitas benih dapat dilakukan dengan banyak cara, antara
lain teknik budidaya. Salah satu dari teknik budidaya yang tepat untuk
meningkatkan produktivitas kedelai yaitu dengan melakukan pemenuhan
kebutuhan unsur hara tanaman melalui pemupukan. Pemupukan pada tanaman
kedelai dilakukan dua kali yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan pada
saat berbunga. Pupuk dasar diberikan agar hara yang digunakan untuk
pertumbuhan tanaman kedelai tercukupi sedangkan pupuk susulan diberikan agar
tanaman tidak kekurangan hara saat memasuki fase generatif sehingga hasilnya
tetap tinggi (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).

Pemupukan susulan pada tanaman kedelai perlu dilakukan pada fase generatif.
Saat tanaman memasuki periode pembungaan, pertumbuhan akar mencapai
pertumbuhan maksimum seiring dengan pertumbuhan pucuk yang mencapai
pertumbuhan maksimum sehingga dibutuhkan banyak unsur hara untuk
pertumbuhan generatif seperti pengisian benih. Penambahan unsur hara ke
tanaman dengan melakukan pemupukan susulan dalam jumlah yang cukup dapat
memaksimalkan pengisian biji, sehingga viabilitas benih menjadi lebih baik
(Adisarwanto, 2005).

Pemupukan susulan dapat diberikan dengan menggunakan pupuk tunggal atau pupuk
majemuk. Pupuk tunggal hanya mengandung satu jenis unsur hara, sedangkan pupuk
majemuk merupakan pupuk campuran yang mengandung lebih dari satu macam unsur
hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P, dan K (Rosmarkam dan Yuwono,
2002). Kelebihan pupuk majemuk yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat

12
mencakup beberapa unsur sehingga lebih cepat tersedia untuk tanaman dalam
penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Kelebihan lain penggunaan pupuk
majemuk yaitu menghemat waktu, tenaga kerja, biaya pengangkutan, dan penyimpanan
(Hardjowigeno, 2003).

Pemupukan NPK yang tepat dosis, tepat cara, tepat jenis, dan tepat waktu dapat
membantu pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan tanaman dengan
dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut dapat menghasilkan
produksi yang optimum. Dosis pupuk N yang tinggi dalam tanah dapat
meningkatkan kadar protein dan produktivitas tanaman kedelai. Pemupukan
unsur N tanpa P dan K dapat menyebabkan tanaman mudah rebah, rentan terhadap
serangan hama penyakit, dan menurunnya kualitas produksi. Pemupukan P secara
terus-menerus tanpa melihat ketersediaan P dalam tanah yang sudah jenuh
mengakibatkan tanggapan tanaman rendah terhadap pupuk P dan tanaman yang
dipupuk P dan K tanpa disertai N, hanya mampu menaikkan produksi yang lebih
rendah (Winarso, 2005).

Bentuk pupuk berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi kedelai. Menurut
Arryanto (2012), penggunaan pupuk yang berukuran kecil memiliki
keunggulannya lebih mudah larut sehingga langsung mencapai sasaran atau target
karena ukurannya yang halus serta hanya dibutuhkan dalam jumlah yang lebih
sedikit. Salah satu cara mengubah bentuk atau ukuran pupuk yaitu dengan
penggerusan pupuk. Lee (2010) juga menyatakan bahwa pemupukan tanaman
harus dilakukan dengan tepat agar dapat memperkecil risiko kehilangan pupuk
dan meningkatkan serapan hara oleh tanaman. Pemupukan yang baik dapat

13
dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk menjadi lebih kecil yang
memungkinkan luas permukaan pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih luas
sehingga lebih mudah larut dan unsur hara tersedia lebih banyak untuk
dimanfaatkan tanaman untuk agar menghasilkan benih dengan viabilitas tinggi.

Dosis pupuk NPK juga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kedelai yang lebih
baik. Peningkatan pupuk NPK secara terus-menerus melebihi batas optimum
mengakibatkan pertumbuhan dan hasil kedelai semakin menurun seiring dengan
dosis pupuk yang diberikan. Dosis pupuk yang berlebihan juga dapat menjadi
racun bagi tanaman. Avivi (2005) menyatakan bahwa pemupukan NPK dengan
setengah kali dosis pupuk normal mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman dan jumlah polong isi per tanaman. Hasil penelitian Rusdi (2008) juga
menunjukkan bahwa pemupukan NPK susulan pada saat berbunga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai berdasarkan variabel tinggi tanaman
dan viabilitas benih.

2.3 Penyimpanan benih

Benih hasil panen tidak semuanya habis ditanam dalam satu periode penanaman,
penyimpanan benih perlu dilakukan dengan baik agar dapat tahan lama dan
kualitasnya tidak menurun. Faktor yang paling penting diperhatikan saat
penyimpanan adalah benih harus dalam kondisi kering dengan kadar air kurang
dari 14%. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang selama mungkin, agar benih dapat

14
ditanam pada tahun-tahun berikutnya atau untuk tujuan pelestarian benih dari
suatu jenis tanaman (Sutopo, 2002).

Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai yang
penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas benih.
Menurut Harnowo et al. (1992), benih kedelai relatif tidak tahan disimpan lama,
sehingga penyimpanan berpengaruh terhadap mutu fisiologis dari benih kedelai.
Penyediaan benih dari dan untuk petani bagi musim tanam berikutnya sering harus
mengalami penyimpanan terlebih dahulu, sehingga upaya merekayasa
penyimpanan benih untuk memperoleh benih kedelai bermutu sangat diperlukan.
Oleh karena itu perlu teknologi penyimpanan yang baik agar viabilitas benih tetap
tinggi pada saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik.
Viabilitas benih kedelai cepat mengalami kemunduran di dalam penyimpanan,
disebabkan kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi sehingga perlu
ditangani secara serius sebelum disimpan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah sifat genetik, daya kecambah dan vigor, kondisi kulit, dan
kadar air benih awal. Faktor eksternal adalah kemasan benih, komposisi gas,
suhu, dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan McDonald, 2001).

2.4 Kemunduran benih

Benih adalah biji tanaman yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman
secara generatif. Kemunduran benih dapat diartikan sebagai timbulnya kelainan
sitologis dan fisiologis yang menyebabkan vigor benih menurun, menurunnya

15
daya kecambah dengan cepat, rentangan lingkungan untuk tumbuh menjadi
sempit serta tanamannya menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit,
sehingga akhirnya produktivitas akan menurun. Menurut Sadjad (1994),
kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat
menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih; baik fisik, fisiologi, dan
kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju kemunduran benih selama penyimpanan
dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat
genetik, daya kecambah dan vigor, kondisi fisik, kadar air benih awal, dan tingkat
kematangan benih. Faktor eksternal adalah suhu, kelembaban ruang simpan,
kemasan benih, dan kebersihan organisme (Copeland dan Donald, 2001).

Viabilitas benih yang diukur dengan peubah daya hantar listrik (DHL) akan lebih
dini menunjukkan gejala kemunduran benih. Daya hantar listrik merupakan
pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat kebocoran membran sel.
Pengujian ini didasari pemikiran bahwa benih yang berkualitas rendah akan
membocorkan bahan-bahan yang dikandungnya lebih banyak daripada benih yang
berkualitas lebih baik. Kebocoran membran sel juga merupakan tempat kerusakan
yang utama peristiwa deteriorasi benih. Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K, Cl, gula, dan asam amino. Nilai daya hantar
yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang tinggi, berarti benih
tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan Powell, 2006).

16
Uji daya hantar juga dapat digunakan untuk mendeteksi vigor benih dan daya
simpan (DS) benih kedelai. Vigor benih dapat dideteksi secara dini dari membran
sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran benih. Benih yang
memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki vigor rendah, sedangkan
yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih bervigor tinggi (ISTA, 2007).
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih. Semakin lama benih disimpan, nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat. Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih (Ismattullah, 2003).

17

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan tegalan Perumahaan Puri Sejahtera, Desa Haji
Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Oktober 2013 sampai
dengan Januari 2014. Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan
Tanaman dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada
Mei 2014.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah benih kedelai Varietas Dering 1 yang memiliki
keunggulan tahan pada kekeringan dan responsif pemupukan (Balitkabi, 2012),
substrat kertas merang, air bebas ion, plastik pelapis, kertas label, dan larutan
KCl 0,01 M.

Alat-alat yang digunakan adalah germinator tipe IPB 73-2A, timbangan tipe
Ohaus, gelas ukur, konduktometer WTW Tetracon 325, glassjar, tissue, nampan,
oven tipe Memmert, desikator, penggaris, gelas plastik, alat pembagi tepat tipe
APT-Boerner Tipe 6717, kotak penyimpanan (drybox wonderful), dan alat tulis.

18
3.3 Metode Penelitian

Rancangan percobaan menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna yang
diulang tiga kali. Rancangan perlakuan terdiri dari dua faktor yang disusun secara
faktorial (2x5). Faktor pertama adalah bentuk pupuk susulan yaitu pupuk tidak
digerus (g0) dan pupuk digerus (g1). Faktor kedua adalah dosis pupuk NPK
susulan yang terdiri dari 5 taraf yaitu 0 kg/ha (p0), 25 kg/ha (p1), 50 kg/ha (p2), 75
kg/ha (p3), dan 100 kg/ha (p4). Homogenitas ragam data diuji dengan uji Bartlett
dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Asumsi analisis ragam
terpenuhi, pemisahan nilai rata-rata perlakuan diuji dengan uji perbandingan
kontras dan uji polinomial pada taraf nyata 5%.

I

II

III

d1g1

d4g0

d2g0

d4g1

d0g1

d3g0

d0g1

d3g1

d0g1

d4g0

d1g1

d4g1

d1g0

d0g0

d0g0

d3g1

d2g0

d1g0

d2g0

d 2g 1

d3g1

d2g 1

d3g0

d1g1

d3g0

d4g1

d2g 1

d0g0

d1g0

d4g0

U

Gambar 1. Tata letak percobaan.
Keterangan: g0 dan g1 = pupuk NPK majemuk susulan tidak digerus dan digerus;
d0, d1, d2, d3, dan d4 = pupuk NPK majemuk susulan dosis 0, 25, 50,
75, dan 100 kg/ha; I, II, III = Kelompok

19
3.1 Pelaksanaan Penelitian

Persiapan benih

Benih kedelai yang dipanen dari lahan penelitian tanaman kedelai di lahan
tegalan Perumahaan Puri Sejahtera, Desa Haji Mena Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan. Setiap petak percobaan berukuran 2 m x 3 m sebanyak 30
petakan dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Setiap ulangan terdiri dari 10 plot
yang masing-masing diberikan perlakuan pupuk susulan berbeda bentuk pupuk
dan taraf dosis pupuk susulan NPK majemuk. Pemupukan dilakukan dua kali
pemberian yaitu pemupukan pertama sebagai pupuk dasar dilakukan pada saat
tanam dengan dosis anjuran 200 kg/ha NPK majemuk. Dosis pupuk dasar yang
dibutuhkan pada pertanaman kedelai per petak dengan ukuran petakan 2 m x 3 m
adalah 0,12 kg/petak. Pemupukan kedua sebagai perlakuan dilakukan pada saat
tanaman berbunga 50% yaitu dengan dosis pupuk NPK majemuk susulan 0 kg/ha
atau 0,000 kg/petak, 25 kg/ha atau 0,015 kg/petak, 50 kg/ha atau 0,030 kg/petak,
75 kg/ha atau 0,045 kg/petak, dan 100 kg/ha atau 0,060 kg/petak. Setiap dosis
pupuk NPK majemuk susulan diberikan dengan bentuk pupuk NPK berbeda yaitu
digerus dan tidak digerus. Penggerusan dilakukan dengan mortar kemudian
pupuk NPK disaring dengan saringan berukuran 145 mess. Pemupukan diberikan
dengan cara dibuat larikan di sela-sela tanaman dengan jarak 20 cm. Benih
kedelai dipanen pada 31 Januari 2014 (14 MST).

Benih kedelai dipanen berdasarkan kriteria panen kedelai yaitu daunnya telah
menguning lebih besar 80% dan mudah rontok, sedangkan polongnya tampak
mengering dan kecoklatan. Benih tersebut dipisahkan dari polong dan

20
dibersihkan kemudian dijemur hingga kadar air benih mencapai 11,5% dan siap
untuk diuji. Benih yang telah dibersihkan, benih tersebut dimasukkan ke dalam
alat pembagi tepat tipe APT-Boerner Tipe 6717 sampai didapatkan jumlah benih
untuk diuji. Benih lebih lanjut disimpan pada kotak penyimpanan (drybox
wonderful) terbuat dari besi dengan suhu 270C selama tiga bulan mulai Pebruari
sampai dengan April 2014.

Pengujian viabilitas benih

Pengujian viabilitas benih dilakukan dengan uji kecepatan perkecambahan (UKP)
dan uji keserempakan perkecambahan (UKsP). Uji kecepatan perkecambahan dan
uji keserempakan perkecambahan dibuat dengan metode uji kertas digulung
dilapisi plastik (UKDdp). Setiap gulungan untuk setiap satuan percobaan ditanam
25 butir benih kedelai yang disusun secara zigzag. Uji kecepatan perkecambahan
diukur dengan kecepatan perkecambahan (% KP), persentase kecambah normal
(% KNT), dan kecambah abnormal. Uji keserempakan perkecambahan diukur
dengan panjang akar primer, panjang hipokotil, panjang epikotil, panjang tajuk,
panjang kecambah normal, kecambah normal kuat (% KNK), kecambah normal
lemah (% KNL), dan bobot kering kecambah normal (BKKN). Bahan uji UKP
diletakkan dalam Germinator tipe IPB 73-2A. Pengamatan kecambah UKP
dilakukan setiap hari setelah 2 HST sampai dengan 5 HST. Pengamatan
kecambah UKsP dilakukan pada 4 HST.

21
Pengujian daya hantar listrik

Pengujian daya hantar listrik dilakukan dengan cara 10 gram benih kedelai
ditimbang dengan timbangan tipe Ohaus. Benih kedelai dimasukkan ke dalam
glassjar. Glassjar ditutup dan disimpan selama 24 jam. Konduktometer WTW
tetracon 325 yang telah dibersihkan dan dilakukan pemanasan secara manual
selanjutnya dilakukan kalibrasi dengan larutan KCl 0,01 M. Glassjar yang berisi
benih kedelai yang telah direndam selama 24 jam, diguncang 10-15 detik agar
larutan tercampur secara merata. Air rendaman benih dipindahkan ke glassjar
kemudian benih dan air dituangkan dengan s