Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2626-2636

e-ISSN: 2548-964X
http://j-ptiik.ub.ac.id

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV)
dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network
Desy Ulina Purba1, Rakhmadhany Primananda2, Kasyful Amron3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email : 1desy_upurba@yahoo.com, 2rakhmadhany@ub.ac.id, 3kasyful@ub.ac.id
Abstrak
Pengembangan dari teknologi jaringan ad-hoc adalah Mobile Ad-Hoc Network (MANET).
MANET terbentuk dari kumpulan node yang menggunakan antarmuka nirkabel untuk dapat melakukan
komunikasi antara satu node dengan node lainnya. Setiap node memiliki kedudukan yang sama,
sehingga diperlukan adanya routing protokol yang mampu meng-cover pertukaran data untuk dapat
memberikan jalur routing secara optimal. Dalam penelitian ini, protokol routing yang digunakan yaitu
AODV dan FSR. Protokol routing AODV membentuk sebuah rute dari satu node sumber ke node tujuan
berdasarkan pada permintaan node sumber tersebut. Protokol routing FSR, setiap node menyimpan tabel
yang berisi informasi rute pada setiap node yang diketahuinya, informasi rute akan diperbaharui secara
berkala jika terjadi perubahan link. Parameter kinerja routing protokol yang diukur berupa packet

delivery ratio, end to end delay, throughput dan packet loss dengan menggunakan Network Simulator
2.35. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah protokol routing FSR unggul pada nilai parameter
throughput dengan nilai rata-rata 108.435 kbps dan end to end delay dengan nilai rata-rata 16.06575
m/s. Protokol AODV, unggul pada nilai packet delivery ratio dengan nilai rata-rata 98.95 % dan packet
loss dengan nilai rata-rata 1.05 %. Routing protokol AODV dan protokol FSR memiliki tingkat
keunggulan masing-masing pada setiap protokol berdasarkan nilai kinerja Quality of Service (QoS)
terhadap penambahan node dan variasi ukuran paket data.
Kata Kunci : MANET, AODV, FSR , throughput, end to end delay, packet delivery ratio, packet loss, Network
Simulator 2.35

Abstract
The development of ad-hoc network technology is Mobile Ad-Hoc Network (MANET). MANET
is formed from a collection of nodes that use wireless interfaces to be able to communicate between
nodes with other nodes. Each node has the same position, so it takes a routing protocol that able to
cover the exchange of data to be able to provide an optimal routing path. In this research, routing
protocols used are AODV and FSR. AODV routing protocol establishes a route from one source node
to the destination node based on the request of the source node. FSR routing protocol, each node stores
a table containing route information on each node that it knows, route information will be updated
regularly in case of link changes. Parameters of routing protocol performance measured in the form of
packet delivery ratio, end to end delay, throughput and packet loss using Network Simulator 2.35. The

results obtained in this research are FSR protocols best at the value of throughput parameters with an
average value of 108,435 kbps and end to end delay with an average value of 16.06575 m/s. AODV
protocol, best at the value of packet delivery ratio with an average value of 98.95 % and packet loss
with an average value of 1.05 %. AODV protocol routing and FSR protocols have their respective
advantages over each protocol based on Quality of Service (QoS) performance values on the addition
of nodes and packet size variations.
Keywords : MANET, AODV, FSR, throughput, end to end delay, packet delivery ratio, packet loss, Network
Simulator 2.35

Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya

2626

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

2627

1. PENDAHULUAN
Routing merupakan sebuah proses

pemindahan informasi untuk menentukan
jalur terbaik dari host sumber menuju host
tujuan melalui sebuah jaringan. Sedangkan
protokol merupakan seperangkat aturan
antara perangkat komputer untuk dapat
saling bertukar informasi melalui media
jaringan. Sehingga routing protokol
diperlukan untuk mengatur bagaimana cara
router agar dapat berkomunikasi antara satu
dengan lainnya dalam menyebarkan
informasi, yang memungkinkan router
untuk memilih rute pada jaringan komputer.
Pada umumnya routing protokol digunakan
untuk jaringan ad hoc.
Pengembangan dari teknologi
jaringan ad hoc adalah Mobile Ad-Hoc
Network (MANET). MANET merupakan
sekumpulan titik node yang menggunakan
antarmuka nirkabel untuk dapat melakukan
pertukaran informasi antara suatu node

dengan node yang lain (Fitri, 2014). Setiap
node dapat dijadikan suatu host ataupun
router, dimana node tersebut mampu
meneruskan paket data menuju node
berikutnya. Protokol routing memiliki
kemampuan dapat melewati banyak node
(multihop), agar setiap node dapat
berkomunikasi dengan node yang berada
diluar jangkauannya (Olivia, 2012).
Keterbatasan
jangkauan
dari
interface jaringan nirkabel membuat satu
node harus melakukan hop berulang kali
untuk dapat saling berkomunikasi dengan
node yang lain (Tanudjaya, 2016). Oleh
karena itu diperlukan adanya routing
protokol yang mampu meng-cover
kebutuhan
jaringan

untuk
dapat
memberikan jalur routing secara optimal.
Dalam penelitian ini akan dibahas dua
routing protokol yang sifatnya Table Driven
Routing Protokol (Proaktif) dan OnDemand Routing Protokol (Reaktif) pada
jaringan MANET yaitu protokol routing
AODV dan FSR.
Protokol routing AODV dan FSR
memiliki perbedaan cara kerja pada proses
routing jaringan yang menyebabkan adanya
perbedaan performansi untuk kedua
protokol. Kedua routing protokol tersebut
akan disimulasikan menggunakan Network

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Simulator versi 2.35. Hasil simulasi yang
diuji dapat dijadikan sebagai gambaran
performansi untuk mengetahui sejauh

mana cara kerja yang dihasilkan dari
protokol AODV dan FSR.
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
2.1 MANET
Mobile
Ad
Hoc
Network
(MANET) merupakan sekumpulan titik
perangkat nirkabel yang dinamis dan
bersifat temporari. Setiap node yang berada
dalam jaringan MANET bebas untuk
bergerak ke segala arah dan node tersebut
juga dapat berfungsi sebagai penghubung
antara node yang satu dengan node lainnya.
Pada mobile ad hoc network, terdapat
beberapa keuntungan, beberapa di
antaranya adalah (Neni, 2016) :
a. Tidak memerlukan dukungan backbone
infrastruktur, sehingga dapat dengan

mudah diimplementasikan dan sangat
berguna ketika infrastruktur tidak ada
ataupun tidak dapat berfungsi lagi.
b. Mobile node yang selalu bergerak atau
dinamis dapat mengakses informasi
secara real time ketika berhubungan
dengan mobile node lainnya, sehingga
pertukaran data dan pengambilan
keputusan dapat segera dilakukan.
c. Fleksibel, karena jaringan ini memang
memiliki sifat yang sementara.
d. Dapat
direkonfigurasi
dalam
bermacam-macam topologi, baik untuk
jumlah user kecil hingga jumlah user
besar sesuai dengan aplikasi dan
instalasi (scalability).
2.2 AODV
Pesan yang digunakan dalam protokol

AODV adalah Route Request (RREQ), Route
Reply (RREP) dan Route Error (RERR).
RREQ dan RREP merupakan route discovery,
sedangkan RERR disebut juga sebagai route
maintenance. Route discovery diinisiasi
dengan menyebarkan Route Reply (RREP).
Ketika RREP menjelajahi node, maka secara
otomatis RREP akan melakukan setup path.
Jika sebuah node menerima RREP, maka node
tersebut akan mengirimkan RREP lagi menuju
destination sequence number.

2628

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

Jika benar, maka node akan mengirimkan
RREP (Gambar 1).
Ketika RREP berjalan kembali menuju
source melalui path yang telah di setup,

RREP akan melakukan setup jalur ke depan
dan melakukan update timeout.

Gambar 1. Mekanisme Penemuan Rute

FSR untuk setiap paket data sesuai dengan
tabel routing. Tabel routing selalu
menggunakan informasi topologi yang terbaru.
Pada saat melakukan update, pencarian rute
dilakukan dalam ruang lingkup fisheye dan
node yang berada di dalam ruang lingkup tidak
akan kehilangan akurasinya. Pertukaran
informasi node untuk update link state dengan
node terdekat dikendalikan oleh parameter
scope (jumlah hop), sedangkan update dengan
node tetangga yang berada diluar scope
dikendalikan oleh parameter TPU (Time
Period of Update) (Imam Santoso, 2013).
Dengan jumlah node yang semakin
banyak, pesan update menghabiskan jumlah

bandwidth yang besar karena dipengaruhi oleh
periode update. Ruang lingkup dapat diartikan
sebagai himpunan node yang dapat dilalui oleh
jumlah hop tertentu (Gambar 3).

Jika sebuah link ke hop berikutnya
tidak dapat di deteksi dengan menggunakan
metode penemuan rute, maka link tersebut
akan diasumsikan putus dan Route Error
(RERR) akan disebarkan ke node
tetangganya (Gambar 2).

Gambar 3. Ruang Lingkup FSR

Gambar 2. Mekanisme Data dan Rute
Error

2.3 FSR
Fisheye
State

Routing
(FSR)
merupakan protokol proaktif dengan
menggunakan pendekatan link state. Protokol
FSR melakukan optimasi algoritma link state
dengan memakai pendekatan fisheye. Dengan
menggunakan teknik tersebut, node-node
akan dikelompokkan sesuai dengan jarak
atau hopnya. Frekuensi pengiriman informasi
routing yang berada dalam scope yang jauh
akan lebih rendah dibandingkan dengan node
yang berada dalam scope yang dekat. Rute

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Pendekatan fisheye menghasilkan
update yang tepat dari node yang dekat, namun
dapat menciptakan latency yang besar dari
node yang jauh. Rute untuk node yang jauh
menjadi lebih akurat ketika paket semakin
dekat dengan tujuan (destination).
2.4 Network Simulator 2
Network
Simulator
2
(NS-2)
merupakan program simulasi jaringan yang
bersifat open source. NS-2 dibangun dari 2
bahasa
pemrograman,
yaitu
bahasa
pemrograman C++ yang digunakan untuk
event
scheduler,
protocol,
network
components, dan Tcl/OTcl yang merupakan
bahasa pemrograman untuk menulis script
simulas

2629

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

Throughput merupakan banyaknya
bytes yang diterima dalam selang waktu
tertentu dengan satuan byte per second yang
merupakan kondisi data rate sebenarnya dalam
suatu jaringan.
Besarnya selang waktu
pengukuran dapat mempengaruhi hasil
gambaran perilaku jaringan.
Gambar 4. Komponen Pembangun NS-2

Komponen-komponen NS-2 padterdiri dari:
1. Tcl (Tool command language)
2. Otcl (Object Tcl)
3. TK (Tool Kit)
4. Tclcl
5. NS sebagai simulator.
6. NAM sebagai network animator
7. Pre-processing
berfungsi
untuk
membangkitkan trafik dan topologi
jaringan.
8. Post-processing merupakan analisa hasil
simulasi yang ditampilkan pada file .tr
dimana sebagian dari hasil simulasi
tersebut dapat di filter menggunakan
perintah awk.
2.5 Packet Delivery Ratio
Packet Delivery Ratio merupakan
perbandingan antara banyaknya jumlah paket
yang diterima oleh node penerima dengan total
paket yang dikirimkan dalam suatu periode
waktu tertentu.
π‘ƒπ‘Ÿ
π‘₯ 100 %
(1)
PDR =

𝑇=

π‘ƒπ‘Ÿ
𝑑

π‘₯ π‘’π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘π‘Žπ‘˜π‘’π‘‘

(3)

dimana :
Pr = Jumlah paket yang diterima
T = Throughput
t = Total waktu pengamatan
2.8 Packet Loss

Packet loss merupakan suatu paket
data yang hilang dari keseluruhan paket data
yang dikirim selama proses pengiriman dari
klien menuju ke server dan kembali lagi ke
klien selama rentang waktu tersebut. Pada
umumnya, packet loss terjadi dikarenakan
buffer yang terbatas dan urutan paket yang
salah.
Loss =

𝑃𝑠 βˆ’ π‘ƒπ‘Ÿ
𝑃𝑠

π‘₯ 100%

(4)

dimana :
Ps = Paket yang dikirim
Pr = Paket yang diterima
2.9 Random Way Point

0 ≀ t ≀ T dimana :
Pr = Paket yang diterima
Ps = Paket yang dikirim
T = Waktu simulasi (detik)
t = Waktu pengambilan sampel (detik)

Pada pergerakan Random Way Point,
node-node yang ada tersebar dan berjalan
menuju arah yang acak (random). Model ini
menyertakan pause time dalam pola
pergerakannya dan node-node dalam suatu
area, bergerak secara acak menuju tujuannya
dengan distribusi kecepatan antara 0 hingga
kecepatan maksimum tertentu (m/s).

2.6 End to End Delay

2.10 Two Ray Ground

End to End Delay merupakan jumlah
total waktu pengiriman paket dalam satu kali
pengamatan. Satu kali simulasi dibagi dengan
jumlah usaha pengiriman yang berhasil dalam
satu kali pengamatan tersebut.

Two Ray Ground merupakan model
propagasi yang memodelkan perambatan
sinyal pada media nirkabel, tidak hanya
sebagai suatu saluran langsung (LOS) antara
pemancar dan penerima, namun juga
mengikutsertakan saluran pantulan permukaan
perambatan sinyal antara pemancar dan
penerima.

𝑃𝑠

Delay=βˆ‘

𝑛

𝑑 π‘Ÿπ‘’π‘π‘’π‘–π‘£π‘’π‘‘ [𝑖] βˆ’ 𝑑 𝑠𝑒𝑛𝑑 [𝑖]
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž
π‘π‘Žπ‘˜π‘’π‘‘ π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–π‘˜π‘–π‘‘π‘–π‘š
𝑖=0

(2)

dimana :
treceived = Waktu ketika paket i dikirim
tsent = Waktu ketika paket i diterima
i = Nomor paket yang berhasil diterima
2.7 Throughput
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

2631

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

a. 20 node
3. METODOLOGI
Alur metode penelitian yang dilakukan
adalah seperti berikut :

Gambar 6. Topologi Jaringan 20 Node

b. 30 node

Gambar 7. Topologi Jaringan 30 Node

c. 40 node

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian

3.1 Perancangan
Simulasi
dilakukan
dengan
menggunakan NS-2 versi 2.35. Parameter yang
digunakan untuk menganalisis kinerja protokol
AODV dan FSR berupa Packet Delivery Ratio
(PDR), End to End Delay, Packet Loss, dan
Throughput. Simulasi pertama dilakukan
berdasarkan variasi jumlah node yang terdiri dari
20 node, 30 node, 40 node, 50 node. Topologi
jaringan masing-masing variasi node ditunjukkan
pada Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8, Gambar 9.

Gambar 8. Topologi Jaringan 40 Node

d. 50 node

Gambar 9. Topologi Jaringan 50 Node

Perancangan topologi pada setiap
skenario disusun sama, baik untuk protokol
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

routing AODV dan FSR. Hal tersebut dilakukan
untuk memudahkan dalam membandingkan
kinerja dari kedua protokol tersebut. Jenis
mobilitas yang digunakan pada simulasi adalah
Random Way Point. Setiap node secara
independen memilih destination yang hendak
dituju secara acak di dalam batasan jaringan dan
bergerak menuju destination dengan kecepatan
konstan yaitu 50 m/s.
Selanjutnya,
simulasi
dijalankan
berdasarkan variasi ukuran paket data sebesar 512
bytes dan 1024 bytes pada 20 node, 30 node, 40
node dan 50 node secara bergantian menggunakan
protokol routing AODV dan FSR. Jenis trafik data
yang digunakan adalah Constant Bit Rate (CBR) /
UDP. Perancangan ukuran paket data pada setiap
skenario disusun sama, baik untuk protokol
routing AODV dan FSR. Ukuran paket data
menunjukkan jumlah keseluruhan paket data yang
ditransmisikan setiap detiknya. Beberapa tahapan
utama yang dilakukan pada simulasi MANET
menggunakan Network Simulator 2, diantaranya
adalah :
1. Melakukan pengaturan parameter untuk
simulasi
Tabel 1. Parameter Simulasi

Parameter
Jumlah Node
Jenis Protokol
Simulator
Jenis mobilitas
Model Propagasi
Ukuran Paket
Data
Jenis Trafik
Luas Area
Jaringan
Kecepatan Node
Waktu Simulasi

Nilai
20, 30, 40, 50
AODV dan FSR
Network Simulator
2.35
Random Way Point
Two Ray Ground
512 bytes, 1024 bytes
CBR (Constant Bit
Rate)
1000 m x 1000 m
50 m/s
200

2. Melakukan inisialisasi
Inisialisasi variabel digunakan untuk
mengkonfigurasikan pada setiap node tentang
apa saja yang dibutuhkan pada saat melakukan
simulasi.
3. Melakukan setting NAM dan trace file
Setting
NAM
digunakan
untuk
memvisualisasikan keluaran simulasi berupa
tampilan grafis animasi dan trace file
digunakan untuk menganalisa numerik hasil
simulasi yang telah dilakukan.
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

2632

4. Pembuatan node
Pembuatan node digunakan untuk
membangkitkan node-node yang akan
dijalankan.
5. Pembuatan aliran trafik data dan pembentukan
koneksi
Aliran trafik data dan pembentukan
koneksi digunakan untuk menjalankan
simulasi terhadap proses terjadinya pengiriman
data dan penerimaan data dari node satu ke
node lainnya dengan menggunakan Agent
UDP sebagai pengirim dan CBR sebagai trafik
generator untuk pembentukan koneksi agent
UDP.
6. Mengakhiri simulasi
Pada pembuatan simulasi, dilakukan
pengaturan jadwal untuk dapat mengakhiri
simulasi. Pengaturan jadwal dapat dilakukan
dengan menetapkan waktu henti pada saat awal
simulasi dan melakukan reset pada node agar
dapat mengakhiri program.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini analisis performansi
dilakukan pada Mobile Ad hoc Network (MANET)
dengan melakukan perubahan pada dua parameter,
yaitu jumlah variasi node dan ukuran paket data
dengan memperhatikan link atau node dan paket
data sebagai pembanding untuk menganalisis
kinerja protokol routing.
a. Analisis Performansi terhadap Jumlah
Node
Pada skenario pertama, untuk mengetahui
performansi protokol terhadap beban jaringan,
simulasi dijalankan dengan variasi jumlah node
sebanyak 20 node, 30 node, 40 node, 50 node
secara bergantian menggunakan protokol routing
AODV dan FSR pada luas area 1000 m x 1000 m.

2633

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

1. Packet Delivery Ratio

PDR
AODV

FSR

150,00%
98,65% 100,00% 99,32%

100,00%

50,00%

66,27% 59,21% 50,26%

97,82%
51,28%

0,00%
20

30

40

50

melakukan pencarian route request baru karena
rute untuk menuju node sudah ada. Akan tetapi,
apabila paket data yang akan dikirimkan
mengalami kerusakan pada rute, protokol FSR
tidak akan mengirimkan paket data tersebut dan
harus menunggu hingga waktu trigger routing
table yang telah ditentukan. Sedangkan protokol
AODV lebih lama dalam melakukan pencarian
jalur karena ketika salah satu node yang
menggunakan routing protokol AODV, maka
node tersebut akan menanggapi seluruh RREQ
yang diterima, sehingga mengakibatkan
kemacetan.

Gambar 10. End to End Delay vs Jumlah Node

Pada Gambar 10. menunjukkan bahwa
protokol AODV memiliki performansi lebih baik
dibandingkan dengan protokol FSR. Hal ini
disebabkan protokol AODV yang bersifat
reaktif.
Kepadatan
node
yang
besar
mengakibatkan terbentuknya hop yang banyak.
Sehingga, node yang besar memungkinkan
terjadinya perubahan rute yang menghubungkan
satu node dengan node yang lain. Sedangkan
protokol FSR bersifat proaktif, yang hanya
dapat memperbaharui routing table secara
berkala saja. Sehingga memungkinkan semakin
rendahnya paket yang berhasil terkirim.
2. End to End Delay

AVG. END TO END
DELAY
AODV

FSR

2000
994,97
1000
0

3,21

218,13 56,88
2,79

20

30

1,004

302,99
57,25

40

50

3. Throughput

AVG. THROUGHPUT
AODV
150
100

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

106

100,02

100,01

50

95,01

120,72
122,06

60,25

0
20

30

40

50

Gambar 12. Avg Throughput vs Jumlah Node

Pada Gambar 12. menunjukkan bahwa
performansi dari protokol FSR lebih baik
daripada protokol AODV.
Hal
ini
disebabkan protokol FSR menyimpan informasi
ke seluruh node dan ketika salah satu node keluar
dari rute, maka protokol FSR akan melakukan
broadcast ke seluruh node untuk memberitahu
terdapat rute yang rusak. Sedangkan AODV,
tidak menyimpan rute pada suatu node apabila
melebihi batas lifetime.
4. Packet Loss

PACKET LOSS

Gambar 11. End to End Delay vs Jumlah Node

Pada Gambar 11. menunjukkan bahwa
performansi dari protokol FSR lebih baik
daripada protokol AODV. Hal ini disebabkan
protokol FSR melakukan update dan memelihara
route request ke seluruh destination secara
berkala dan disimpan pada routing table.
Sehingga, pada saat protokol FSR melakukan
pengiriman paket data, tidak perlu lagi

112,01

FSR

AODV

FSR

40,00
36,24
20,00
0,00

24,83
1,34
20

34,78

28,85
0
30

0,67
40

2,17
50

Gambar 13. Packet Loss vs Jumlah Node

2634

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

Pada Gambar 13. menunjukkan bahwa
performansi packet loss pada protokol AODV
lebih baik dibandingkan protokol FSR. Hal ini
disebabkan karena proses pencarian rute yang
panjang dan membutuhkan waktu yang lama.
Selain itu juga dipengaruhi oleh jarak antara node
pengirim dengan node penerima. Semakin jauh
jarak node pengirim dengan node penerima, maka
paket yang hilang jumlahnya akan semakin besar.
b. Analisis Performansi terhadap Ukuran
Paket Data
Pada skenario kedua, untuk mengetahui
performansi protokol terhadap ukuran paket data,
simulasi dijalankan dengan variasi jumlah ukuran
paket data sebesar 512 bytes dan 1024 bytes pada
20 node, 30 node, 40 node dan 50 node secara
bergantian menggunakan protokol routing
AODV dan FSR pada luas area 1000 m x 1000 m.

pada protokol FSR yang memiliki rata-rata rasio
pengiriman paket yang tidak terlalu signifikan
dibandingkan protokol AODV, yaitu sebesar
59.90 % untuk ukuran paket data 1024 bytes,
sedangkan protokol AODV menghasilkan ratarata PDR 92.71 % untuk ukuran paket data 1024
bytes. Pada skenario dengan ukuran paket data
512 bytes, protokol AODV menghasilkan ratarata PDR sebesar 98.95 %, sedangkan protokol
FSR menghasilkan rata-rata 56.76 % untuk
ukuran paket data 512 bytes. Hal ini disebabkan
karena semakin besar ukuran paket, maka PDR
akan membutuhkan waktu transfer yang lebih
panjang dan ketika terjadi perubahan topologi
saat transfer data dilakukan, akan terjadi paket
drop yang akhirnya mempengaruhi jumlah data
yang berhasil dikirimkan.
2. End to End Delay

1. Packet Delivery Ratio

AVG. END TO END
DELAY

PDR
AODV

AODV

FSR
1500

150,00%
100,00%

FSR

98,65% 100,00% 99,32% 97,82%
66,27% 59,21%

50,00%

994,97

1000
500

50,26% 51,28%
0

218,13
3,21
20

56,88
1,004
2,79
30

40

302,99
57,25
50

0,00%
20

30

40

50

Gambar 15(a). Avg. End to End Delay 512 bytes

Gambar 14(a). PDR 512 bytes

AVG. END TO END
DELAY

PDR
AODV

AODV

FSR
2000

150,00%
100,00%
50,00%

FSR

98,65% 99,32%

80,20%

92,66%

68,55% 62,80% 54,43% 53,82%

1858,61

1000
0

268,06 151,65
5,3
6,78
20

0,00%
20

30

40

30

2,62
40

574,39
29,99
50

50

Gambar 15(b). Avg. End to End Delay
Gambar 14(b). PDR 1024 bytes

Pada Gambar 14(a) dan Gambar 14(b),
menunjukkan keberhasilan pengiriman paket data
pada protokol AODV lebih baik apabila
dibandingkan dengan protokol FSR, ditunjukkan
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

1024 bytes

Pada Gambar 15(a) dan Gambar 15(b),
menunjukkan hasil performansi yang diperoleh
protokol FSR lebih baik daripada protokol
AODV berdasarkan ukuran paket data 1024
bytes, dengan menghasilkan rata-rata delay

2635

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

11.1725 m/s, sedangkan protokol AODV
menghasilkan 713.1775 m/s. Pada ukuran paket
data 512 bytes, protokol FSR memiliki rata-rata
delay 16.0657 m/s, sedangkan protokol AODV
memiliki rata-rata delay 393.2425 m/s. Hal ini
disebabkan karena routing protokol AODV
mengalami proses pencarian jalur lebih lama dan
lebih panjang daripada routing protokol FSR
dan ukuran paket data yang dikirimkan semakin
besar sehingga membutuhkan waktu yang lebih
lama dari yang biasanya.

4. Packet Loss

PACKET LOSS
AODV

FSR

40,00

20,00
10,00

28,85

24,83
1,34

0

0,00
20

3. Throughput

34,78

36,24

30,00

30

0,67
40

2,17
50

Gambar 17(a). Packet Loss 512 bytes

AVG. THROUGHPUT

PACKET LOSS
AODV

FSR

112,01

106

95,01

100,02

100,01

150

100

120,72
122,06

60,25

50
30

40

50

Gambar 16(a). Avg. Throughput 512 bytes

AVG. THROUGHPUT
AODV

FSR

200
160,24

150
100

103,76

97,6

86,88

109,45

98,48
50

39,32

38,75
0
20

30

40

50

Gambar 16(b). Avg. Throughput 1024 bytes

Pada Gambar 16(a) dan Gambar 16(b),
menunjukkan bahwa performansi protokol FSR
lebih baik daripada protokol AODV. Hal ini
disebabkan hampir di setiap skenario yang
disimulasikan, protokol FSR memiliki rata-rata
throughput lebih besar dibandingkan protokol
AODV dengan rata-rata throughput 99.4225
kbps pada ukuran paket data 1024 bytes dan
108.435 kbps pada ukuran paket data 512 bytes,
sedangkan protokol AODV memiliki rata-rata
throughput 84.1975 kbps untuk ukuran paket
data 1024 bytes dan 95.585 kbps dalam skenario
dengan ukuran paket data 512 bytes.
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

FSR

60,00
40,00

0
20

AODV

30,87

26,84

38,25

38,25

19,79

20,00
1,34

7,33

0,67

0,00
20

30

40

50

Gambar 17(b). Packet Loss 1024 bytes

Pada Gambar 17(a) dan Gambar 17(b),
menunjukkan bahwa protokol AODV dengan
ukuran paket data 512 bytes lebih baik daripada
protokol FSR, dengan nilai rata-rata packet loss
1.05 % dan protokol FSR dengan nilai 31.18 %.
Sedangkan pada protokol AODV, dengan
ukuran paket data 1024 bytes memiliki rata-rata
packet loss 7.28 % dan protokol FSR dengan
nilai 33.55 %. Semakin besar ukuran paket data,
maka semakin besar nilai packet loss yang di
dapatkan, ini disebabkan karena nilai ukuran
paket data berpengaruh pada pengiriman paket
data ke node tujuan, sehingga memungkinkan
paket data yang tidak sampai akan semakin
meningkat.
5. KESIMPULAN
Dari hasil simulasi yang dijalankan
secara keseluruhan menggunakan Network
Simulator 2.35, performansi routing protokol
FSR unggul pada nilai parameter throughput dan
end to end delay dengan nilai rata-rata
throughput 108.435 kbps dan end to end delay
16.06575 m/s. Sedangkan, routing protokol
AODV unggul pada nilai packet delivery ratio

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

dan packet loss dengan nilai rata-rata packet
delivery ratio sebesar 98.95 % dan packet loss
1.05 %.
Pada skenario penambahan ukuran
paket data, performansi dari routing protokol
FSR juga unggul berdasarkan nilai parameter
kerja throughput pada ukuran paket data 512
bytes dan end to end delay pada ukuran paket
data 1024 bytes. Hal ini disebabkan semakin
besar ukuran paket data, maka semakin besar
waktu pengukuran yang dibutuhkan dalam suatu
jaringan. Kondisi seperti ini yang dapat
mempengaruhi hasil peforma dari throughput.
Sedangkan, routing protokol AODV unggul
pada packet delivery ratio dengan ukuran paket
data 512 bytes dan packet loss dengan ukuran
paket data 512 bytes. Hal ini disebabkan semakin
besar ukuran paket data, maka waktu transfer
yang dibutuhkan PDR semakin lama. Kondisi
seperti ini juga mempengaruhi nilai packet loss
pada saat melakukan pengiriman paket data
menuju node tujuan, sehingga memungkinkan
paket data yang hilang semakin meningkat.
Performansi
routing
protokol
berdasarkan nilai kinerja Quality of Service
(QoS) terhadap penambahan jumlah node dan
variasi ukuran paket sangat berpengaruh pada
saat melakukan pengiriman paket data. Hasil
yang diperoleh dalam pengujian,
dapat
disimpulkan bahwa protokol AODV lebih baik
pada saat melakukan pengiriman paket data
dibandingkan dengan protokol FSR. Secara
keseluruhan, protokol AODV dan protokol FSR
memiliki tingkat keunggulannya masingmasing. Protokol FSR cocok digunakan untuk
kepadatan jaringan berskala kecil. Sedangkan,
protokol AODV lebih cocok digunakan untuk
kepadatan jaringan dengan skala menengah atas.
Hal ini disebabkan karena penambahan node
sangat berpengaruh pada penurunan nilai kinerja
parameter QoS. Semakin besar kepadatan node
maka semakin banyak hop yang terbentuk
sehingga dapat menghambat proses pengiriman
paket data menuju node tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Tanudjaya T., R., 2016. Analisis Kinerja
Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Distance
Vector (AODV) dan Destination Sequence
Distance Vector (DSDV) pada MANET.
NS-2, The NS Manual (formally known
as
NS
Documentation)
available
at
http://www.isi.edu/nsnam/ns/doc.NAM.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

2636

Titeja A., Gujral R., Talia S., 2010.
β€œComparative Performance Analysis of DSDV,
AODV and DSR Routing Protocols in MANET
Using NS2β€œ, Advances in Computer Engineering
(ACE).
Sumaiya
Thaseen.,
K.
Santhi.,
Performance Analysis of FSR, LAR and ZRP
Routing Protocols in MANET, International
Journal of Computer Applications (0975 –
8887), March 2012.
Fitri Amilia, Marzuki, & Agustina, 2014.
Analisis Perbandingan Kinerja Protokol
Dynamic Source Routing (DSR) dan Geographic
Routing Protocol (GRP) pada Mobile Ad Hoc
Network (MANET). J. Sains, Teknol. dan Ind.,
vol. 12, no. 1, pp. 9–15.
S. Mohapatra, P. Kanungob, 2011.
Performance analysis of AODV, DSR, OLSR
and DSDV Routing Protocols using NS2
Simulator. Department of Electronics and
Telecommunication Engineering, C.V. Raman
College of Engineering, Bhubaneswar, Odisha,
India.
Kapoor, C; Sharma, G., 2011.. β€œTo
Improve The Qos In MANETs Through Analysis
Between Reactive And Proactive Routing
protocols”, Computer Science & Engineering:
An International Journal (CSEIJ), Vol.1, No.3,
August 2011.
Imawan, Didik., 2013. β€œAnalisis Kinerja
Pola-Pola Trafik Pada Beberapa Protokol
Routing Dalam Jaringan MANET”, Fakultas
Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh
November Surabaya.
Irawan, D. dan Roestam, R., 2011.
β€œSimulasi Model Jaringan Mobile Ad-Hoc
(MANET) Dengan Ns-3”, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Jakarta.