EVALUASI KINERJA DAERAH IRIGASI JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

EVALUASI KINERJA DAERAH IRIGASI JRAGUNG
KABUPATEN DEMAK
Eka Wulandari Srihadi Putri 1, Donny Harisuseno2, Endang Purwati 2
1)

Mahasiswa Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur,
Indonesia; exxa_sp@yahoo.co.id
2)
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK: Daerah Irigasi Jragung yang terletak di Kabupaten Demak mengalami penurunan
kinerja sistem irigasi. Berdasarkan Penilaian kondisi debit kebutuhan Daerah Irigasi Jragung tidak
seimbang dengan debit ketersediaan air. Selain itu penilaian kinerja jaringan irigasi Daerah Irigasi
Jragung berdasarkan Peraturan Menteri PU no. 32/PRT/M/2007 masuk dalam kategori kurang dan
perlu perhatian dengan prosentase kinerja sebesar 66.95%.Upaya peningkatan kinerja jaringan
melalui rehabilitasi berdasarkan skala prioritas menggunakan metode AHP (Analytical Hierarcy
Process) dengan hasil sebagai prioritas utama adalah Bendung Jragung dan Saluran Induk Jragung,
selanjutnya Saluran Sekunder Teluk, Saluran Sekunder Sugihwaras, Saluran Sekunder Jragung,
Saluran Sekunder Karangsono, Saluran Sekunder Ngumpul, Saluran Sekunder Pamongan dan
Saluran Sekunder Panjen. Upaya mengatasi ketidakseimbangan neraca air dengan melakukan
perubahan jadwal pola tanam yang awalnya dimulai bulan November menjadi bulan Desember. dan

menggunakan metode tanam SRI (System of Rice Intensification) dapat menghemat air irigasi
sebesar 53.25 %.
Kata Kunci : Kinerja Irigasi, Keseimbangan Air, AHP, Skala Prioritas, Metode SRI

ABSTRACT: Jragung irrigation Area is located in Demak Regency has decreasedin its
performance. The result of existing analysis showed that there is an imbalance of irrigation water
within it. Based on its performance analysis taken from regulation of the ministry of public works
No. 32/PRT/M/2007, Jragung Irrigation area has been classified as poor and requiremore attention
with 66.95% working performance only. Efforts to increase its performance is by rehabilitation
priority scale with following the AHP (Analytical Hierarcy Process) methods. With its main priority
is Jragung Dam and Main Canal of Jragung, subsequently Teluk Secondary Canal, Sugihwaras
Secondary Canal, Jragung Secondary Canal, Karangsono Secondary Canal, Ngumpul Secondary
Canal, Pamongan Secondary Canal and Panjen Secondary Canal respectively. Efforts to overcome
the imbalance of irrigation water is by the alteration of cropping periods from November to
December and conventional cropping methods to SRI (System Rice Intensification) methods could
save 53.25 % of irrigation water.
Keywords : Irrigation Performance, Water Balance, AHP, Priority Scale, SRI Method

66


67

Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak

1. PENDAHULUAN
Kabupaten Demak adalah lumbung padi
terbesar ketiga di Jawa Tengah setelah Cilacap dan
Grobogan. Pemerintah setempat menyadari betul
akan potensi yang dimiliki oleh daerah sehingga
sangat mendukung kegiatan yang berhubungan
dengan sektor pertanian, karena jumlah daerah
yang bermasalah banyak maka penanganan perlu
dilakukan dengan skala prioritas. Salah satunya
Daerah Irigasi Jragung yang juga terletak di
Kabupaten Demak.Jaringan Irigasi Jragung pernah
direhabilitasi oleh PT. Barunadri Consultant pada
tahun 1988-1989 dan dilakukan kegiatan
normalisasi saluran oleh Dinas PSDA Jratun
Tuntang pada Tahun 2007.Pada beberapa tahun
terakhir ini kinerja jaringan mengalami penurunan.

Berdasarkan informasi dari Balai Besar
Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana pada tahun
2011, tingkat kerusakan prasarana fisik Jaringan
Irigasi Jragung termasuk kategori rusak sedang
(RS) dengan nilai tingkat kerusakan 25.47 %,
sedangkan berdasarkan studi terakhir yang
dilakukan tahun 2011, rata-rata kehilangan air di
seluruh saluran induk dan sekunder pada sistem
jaringan D.I. Jragung adalah sebesar 3,774 m3/dt
pada tiap periode (setengah bulanan). Hal ini
disebabkan karena kebocoran saluran dan juga
karena banyaknya sadapan liar yang dilakukan
oleh para petani.
Daerah Irigasi Jragung pertama kali dibangun
pada tahun 1930. Daerah irigasi mendapat suplai
air dari Bendung Jragung yang terletak di Desa
Padang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten
Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan
keseluruhan jaringan irigasi berada di Kabupaten
Demak.


Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
kondisi keseimbangan antara debit kebutuhan dan
debit ketersediaan air, menentukan kinerja jaringan
irigasi ditinjau dari aspek kondisi fisik dan non
fisik sesuai dengan Peraturan Menteri PU no.
32/PRT/M/2007 tentang pedoman operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi, untuk mengetahui
jaringan irigasi yang mendapatkan skala prioritas
rehabilitasi serta untuk mendukung kinerja irigasi
yang lebih baik.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah agar hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai pedoman dalam peningkatan kinerja
jaringan pada Daerah Irigasi Jragung.
2. BAHAN DAN METODE
Metode yang diterapkan dalam studi ini
adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
untuk memberikan gambaran suatu daerah secara
obyektif. Penelitian ini dibagi dalam lima tahap

pekerjaan meliputi:
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pengumpulan Data
c. Tahap Pengolahan Data
 Pengolahan data Debit Andalan
Menghitung besarnya volume air yang tersedia
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dengan
menggunakan
metode
Modus-Median.
Menurut Triatmodjo (2010), apabila terdapat
data debit dalam jumlah cukup panjang, maka
analisis ketersediaan air dapat dilakukan
dengan melakukan analisis frekuensi terhadap
data debit.
Median
Dalam bukunya Soewarno (1995), mengatakan
median adalah nilai tengah dari suatu
distribusi, atau dikatakan variat yang membagi
frekuensi menjadi 2 (dua) bagian yang sama,

oleh karena itu peluang (probability) dari
median selalu 50%.
1) Data yang belum dikelompokkan ;
 Jumlah data ganjil
Untuk data yang jumlahnya ganjil, median
adalah data pada urutan yang ke (k1) yang
dapat dihitung dengan rumus :

Gambar 1. Lokasi Penelitian


Dimana :
k1 = letak median
n = jumlah data
Jumlah data genap

68

Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 66-75


Untuk data yang jumlahnya genap, median
adalah data yang letaknya pada titik tengah
urutan data ke (k1), yang dapat dihitung
dengan rumus :

Dimana :
k1, k2 = letak median
n
= jumlah data
2) Data yang dikelompokkan:
Median
dari
data
yang
telah
dikelompokkan menjadi suatu distribusi
frekuensi dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut ;
(
)

Dimana :
Md = median
i
= interval kelas
k1
= letak median
b
= tepi bawah
f
= frekuensi kelas median
F
= frekuensi kumulatif
sebelum kelas median

Modus
Modus adalah variat yang terjadi pada
frekuensi yang paling banyak, sedang pada
suatu distribusi yang terdiri dari variable
continu, yang disebut dengan modus
adalah variat yang mempunyai kerapatan

peluang maksimum (maximum probability
density). Sebelum menghitung nilai
modus, menurut Soewarno (1995) terlebih
dahulu data yang ada disusun dalam suatu
distribusi frekuensi interval kelas lalu nilai
modus dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
(
(

)

(

)

Dimana :
Mo = Modus
B = Batas bawah interval kelas
modus

i = Interval kelas
f = Frekuensi maksimum kelas
modus
f1 = Frekuensi sebelum kelas
modus
f2 = Frekuensi setelah kelas modus

)

 Pengolahan Data Kebutuhan Air Irigasi

Menghitung besaran kebutuhan air tanaman
menggunakan pola tata tanam eksisting dengan
metode FPR – LPR
Faktor Palawija Relatif (FPR)
Faktor Palawija Relatif merupakan metode
perhitungan kebutuhan air irigasi yang
berkembang di Jawa Timur.Dalam situasi
menipisnya sumber daya air di Jawa Timur
khususnya, perencanaan kebutuhan air

merupakan faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam pengelolaan air
yang tersedia.
FPR = Q/LPR
Dengan :
FPR = Faktor Palawija Relatif (ltr/det/ha.pol)
Q
= Debit yang mengalir di sungai
(ltr/det)
LPR = Luas Palawija Relatif (ha.pol)
Tabel 1. Nilai FPR Berdasarkan Berat Jenis Tanah
FPR (ltr/det/ha.pol)
Jenis
Air
Air
Tanah
Air cukup
kurang
memadai
Alluvial
0,18
0, 18 – 0,36
0,36
Latosol
0,12
0,12 – 0,23
0,23
Grumosol 0,06
0,06 – 0,12
0,12
Giliran
Perlu
Mungkin
Tidak
Sumber :Kunaifi, 2010
Nilai LPR (Luas Palawija Relatif)
Pada dasarnya nilai LPR adalah perbandingan
kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan
jenis tanaman lainnya. Tanaman pembanding
yang digunakan adalah palawija yang
mempunyai nilai 1 (satu). Semua kebutuhan
tanaman yang akan dicari terlebih dahulu
dikonversikan dengan kebutuhan air palawija
yang akhirnya didapatkan satu angka sebagai
faktor konversi untuk setiap jenis tanaman.
Tabel 2. Koefisien Pembanding LPR
Koefisien
Jenis Tanaman
Pembanding
Palawija
1
Padi Rendeng
a. Persemaian /
20
pembibitan
b. Gerap / pengolahan
6
tanah
c. Pertumbuhan /
4
pemeliharaan
Padi Gadu ijin
Sama dengan

69

Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak

Padi Gadu tidak ijin
Tebu
a. Bibit / muda
b. Tua
Tembakau / Rosela
Pengisian tambak (sawah
tambak)
Sumber :Kunaifi, 2010

padi rendeng
1
1,5
0
1
3

 Pengolahan data indeks kinerja jaringan
dan penelusuran jaringan
Pembobotan penilaian jaringan
irigasi
berdasarkan parameter penilaian yang sesuai
ketentuan Peraturan menteri PU No.
32/PRT/M/2007.
Evaluasi kinerja sistem irigasi menurut
Peraturan Menteri PU no. 32/PRT/M/2007
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
kinerja sistem irigasi yang meliputi :
a. Prasarana fisik
b. Produktivitas tanaman
c. Sarana penunjang
d. Organisasi personalia
e. Dokumentasi
f. Kondisi kelembagaan P3A
 Pengolahan data kuesioner
Data kuesioner yang meliputi kriteria
prasarana fisik dan non fisik sesuai ketentuan
Peraturan menteri PU No. 32/PRT/M/2007
diolah dengan metode AHP.
Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Metode AHP merupakan suatu metoda dalam
pemilihan
alternatif-alternatif
dengan
melakukan penilaian komparatif berpasangan
sederhana
yang
digunakan
untuk
mengembangkan prioritas-prioritas secara
keseluruhan berdasarkan rangking.
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya
adalah memilih suatu alternatif. AHP
merupakan sebuah hirarki fungsional dengan
input utamanya persepsi manusia.
a. Penyusunan Hirarki
Sebuah bagan alir yang dipergunakan
dalam struktur pemecahan sebuah masalah
terdiri dari tiga tingkatan yaitu hasil
keputusan yang diperoleh diletakkan pada
tingkat pertama, berbagai multikriteria
mendukung
alternatif
pemecahan
diletakkan pada tingkat kedua, serta
beberapa alternatif yang mungkin menjadi

pemecahannya diletakkan pada tingkat
ketiga.
b. Skala tingkat kepentingan
Penilaian
pembobotan
mengenai
perbandingan kepentingan antara faktor
yang
digunakan
untuk
membantu
mengambil keputusan dalam pemilihan
keputusan, yaitu berdasarkan skala dasar
tingkat kepentingan seperti pada tabel
berikut:
Tabel 3. Skala Dasar Berdasarkan Tingkat
Kepentingan

Sumber : Marimin, 2004
Langkah-langkah di dalam penerapan metode AHP
sebagai berikut :
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan
solusi yang diinginkan;
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan
tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan sub tujuan, kriteria dan kemungkinan
alternatif-alternatif pada tingkatan paling
bawah;
c. Membuat matrik perbandingan berpasangan
yang menggambarkan kontribusi relatif atau
pengaruh setiap elemen terhadap masingmasing tujuan atau kriteria yang setingkat di
atasnya. Perbandingan dilakukan dengan
berdasarkan
penilaian
dari
pengambil
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan
suatu elemen dibandingkan elemen lainnya,
melakukan
perbandingan
berpasangan,
sehingga diperoleh penilaian seluruhnya

70

Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 66-75

sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah
banyaknya elemen yang dibandingkan;
d. Menghitung nilai eigen dan menguji
konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi;
e. Mengulangi langkah 3 s/d 4 untuk seluruh
tingkat hirarki;
f. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik
perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen
merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini
untuk mensintesis judgement dalam penentuan
prioritas elemen-elemen pada tingkat hiraki
terendah sampai pencapaian tujuan;
g. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya
lebih dari 10 persen, maka penilaian data harus
diperbaiki.
 Pengolahan data sistem pemberian air
dengan metode SRI
Metode SRI pada budidaya padi dilakukan
dengan memberikan air irigasi secara terputus
(intermittent) berdasarkan alternasi antara
periode basah (genangan dangkal) dan kering.
Metode irigasi ini disertai metode pengelolaan
tanaman yang baik dapat meningkatkan
produktivitas tanaman padi hingga 30-100%
bila dibandingkan dengan menggunakan
metode irigasi konvensional (tergenang
kontinu).
Metode irigasi ini pertama dikembangkan
untuk metode budidaya padi SRI yang
memiliki ciri khas sebagai berikut:
a. Irigasi terputus macak-macak atau
genangan dangkal (± 2 cm) sampai retak
rambut
b. Tanam benih muda (10 hari setelah
semai) dan satu lubang satu
c. Jarak tanam lebar 30 cm x 30 cm, 40 cm
x 40 cm
d. Penggunaan pupuk organik (kompos)
e. Penyiangan minimal empat kali pada
umur tanaman 10, 20, 30 dan 40 Hari
Setelah Tanam (HST)
f. Pengendalian hama terpadu.
Kebutuhan air di sawah dan debit yang
diperlukan pada pintu pengambilan dihitung
dengan menggunakan persamaan di bawah
ini:
Q1 = (H X A)/T x 10.000
Q2 = Q1/86.400 x 1/((1-L))
Dimana :
Q1 = Kebutuhan
harian
air
di
lapangan/petak sawah (m3/hr)

Q2 = Kebutuhan harian air pada pintu
pemasukan (m3/det)
H = Tinggi genangan (m)
A = Luas area sawah (ha)
T = interval pemberian air (hari)
L = Kehilangan air di lapangan / petak
sawah dan saluran
Gilir dan Golongan
Sistem Giliran adalah cara pemberian air di
saluran tersier atau saluran utama dengan
interval waktu tertentu bila debit yang
tersedia kurang dari faktor K.
Sistem golongan adalah sawah dibagi
menjadi golongan-golongan saat permulaan
pekerjaan
sawah
bergiliran
menurut
golongan masing-masing.
Faktor K adalah perbandingan antara debit
tersedia di bendung dengan debit yang
dibutuhkan pada periode pembagian dan
pemberian air.
K=
Pada kondisi air cukup (faktor K=1),
pembagian dan pemberian air adalah sama
dengan rencana pembagian dan pemberian
air. Pada saat terjadi kekurangan air (K 0.36
Air
0.36
MT. 1
0.20
MT. 2
0.25
MT. 3
0.08
Giliran
Perlu
Mungkin
Tidak
Sumber : Hasil Analisa, 2014
Dari Tabel.7 diketahui bahwa pemberian air
pada musim tanam 1 dan 2 dimungkinkan terjadi
giliran karena air yang tersedia terbatas. tetapi pada

72

Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 66-75

musim tanam 3, air yang tersedia sangat kurang
sehingga sangat diperlukan giliran dalam
penggunaan air.
Kinerja jaringan irigasi
Kinerja jaringan irigasi diukur berdasarkan
hasil survey, data inventarisasi jaringan irigasi DI.
Jragung tahun 2014 dan wawancara yang telah
dilakukan penulis terhadap responden yang
berkepentingan.
Berdasarkan perhitungan indeks kinerja, diketahui
bahwa Daerah Irigasi Jragung
memiliki prosentase kinerja sebesar 66.95 %,
nilai tersebut didapat dari penjumlahan bobot
bagian tiap elemen kriteria yang dinilai, sehingga
menurut
Peraturan
Menteri
PU
no.
32/PRT/M/2007, kinerja Jaringan Irigasi Jragung
masuk dalam kategori kurang dan perlu perhatian.
Model Analisis Hierarki
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
diatas, terdapat banyak faktor yang menjadi
permasalahan pada Daerah Irigasi Jragung. Penulis
bermaksud membagi permasalahan yang sangat
kompleks tersebut berdasarkan urutan skala
prioritas penyelesaian masalah dengan metode
AHP (Analytical hierarcy Process).
Permasalahan utama metode AHP adalah
penentuan skala prioritas perbaikan jaringan
irigasi, yang difokuskan menjadi beberapa kriteria
kemudian difokuskan lagi menjadi beberapa sub
kriteria. Kriteria dan sub kriteria ini telah sesuai
dengan Kepmen PU no.32/PRT/M/2007.
Tabel 8 Rekap Hasil Skala Prioritas
No
Prioritas
Bobot Nilai
1 Bendung Jragung dan Sal.
Induk Jragung
0.68
2 Sal. Sekunder Teluk
0.65
3 Sal. Sekunder Sugihwaras
0.56
4 Sal. Sekunder Jragung
0.55
5 Sal. Sekunder Karangsono
0.55
6 Sal. Sekunder Ngumpul
0.55
7 Sal. Sekunder Pamongan
0.55
8 Sal. Sekunder Panjen
0.54
Sumber : Hasil Analisa, 2014

Dari Tabel. 8 maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa prioritas penanganan rehabilitasi Daerah
Irigasi Jragung adalah pada Bendung dan Saluran
Induk Jragung, disusul selanjutnya yaitu Saluran
Sekunder Teluk, Saluran Sekunder Sugihwaras,
Saluran Sekunder Jragung, Saluran Sekunder
Karangsono, Saluran Sekunder Ngumpul, Saluran
Sekunder Pamongan dan Saluran Sekunder Panjen
Perhitungan Kebutuhan Air dengan Metode
SRI
Berdasarkan kondisi eksisting, penulis
mencoba untuk merubah jadwal tata tanam dengan
memajukan sebulan lebih awal, kemudian penulis
menggunakan pola tata tanam SRI (System Rice
Intensification).
Hasil yang didapat adalah seperti pada gambar 2.
Berdasarkan Gambar 2, terjadi perbedaan
cukup mencolok dari metode yang telah
dilaksanakan sebelumnya. Pada musim tanam I
dan Musim Tanam II total air yang tersedia
berbanding lurus dengan air yang dibutuhkan.
Walaupun pada musim
tanam III masih dalam posisi kekurangan air.
Tetapi hal ini dapat diatasi dengan pengerukan
sedimen di bendung dan realisasi pembangunan
Waduk Jragung.

Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak

Gambar 2. Grafik Neraca Air Metode SRI
Sumber: Hasil Analisa,2014

Gambar 3. Grafik Perbandingan Neraca Air Metode Konvensional dan SRI
Sumber: Hasil Analisa,2014

73

74

Jurnal Teknik Pengairan, Volume 6, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 66-75

Perbandingan
banyaknya
rotasi
pemberian air dapat dilihat pada tabel 10.

gilir

Tabel 10. Perbandingan rotasi antara metode
konvensional dan SRI

Uraian
Faktor
K
Metode
Konvensional
a. Q Minimum
Kebutuhan Kriteria
Gilir
b. Q Modus
Kebutuhan Kriteria
Gilir
Faktor K Metode SRI
a. Q Minimum
Kebutuhan
Kriteria Gilir
b. Q Modus
Kebutuhan Kriteria
Gilir
Sumber: Hasil Analisa,2014

Banyaknya
kejadian rotasi
dalam setahun

33

22

21

14

Dari Tabel 10 diketahui bahwa terjadi penurunan
gilir air setelah diterapkan metode SRI pada
Daerah Irigasi Jragung. Hal ini membuktikan
bahwa terjadi pengurangan jumlah kebutuhan air
pada setiap pola tanam. Perbandingan jumlah
kebutuhan air antara metode konvensional dan
SRI dapat dilihat pada gambar 3.
Rekomendasi Teknik
Berdasarkan hasil analisa neraca air diatas,
jumlah kebutuhan dan ketersediaan air di Daerah
Irigasi Jragung tidak seimbang, karena itu penulis
merekomendasikan hal– hal sebagai berikut:
1. Perubahan jadwal pola tanam dan mengganti
metode tanam dengan metode SRI. Hal ini
sangat efektif, karena setelah dilakukan
simulasi dengan perubahan jadwal dan
metode
tanam,
terjadi
penghematan
penggunaan air sebesar 53.25 %.
2. Berdasarkan hasil indeks kinerja, Jaringan
Irigasi Jragung dikategorikan kurang dan
perlu perhatian, maka perlu diupayakan
perbaikan-perbaikan
dalam
upaya
peningkatan kinerja. Perbaikan ini tidak bisa
dilakukan secara menyeluruh,
karena
terbatasnya anggaran yang tersedia, sehingga
penulis menggunakan skala prioritas dalam

perbaikan jaringan tersebut. Skala prioritas ini
berdasarkan jaringan mana yang harusnya
didahulukan dalam penanganan yaitu:
Bendung dan Saluran Induk Jragung, disusul
selanjutnya Saluran Sekunder Teluk, Saluran
Sekunder Sugihwaras,
Saluran Sekunder
Jragung, Saluran Sekunder Karangsono,
Saluran
Sekunder
Ngumpul,
Saluran
Sekunder Pamongan dan Saluran Sekunder
Panjen.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
penulis pada Daerah Irigasi Jragung maka didapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Penilaian kondisi debit kebutuhan daerah
irigasi Jragung tidak seimbang. Pada:
a. MT I
Debit ketersediaan air rata-rata = 1484.23
lt/det, sedangkan debit kebutuhan rata–
rata = 1832.99 lt/dt
b. MT II
Debit ketersediaan air rata-rata = 1765.43
lt/dt, sedangkan debit kebutuhan rata-rata
= 2402.85 lt/dt
c. MT III
Debit ketersediaan air rata-rata = 73.65
lt/dt, sedangkan debit kebutuhan rata-rata
= 492.26 lt/dt
2. Kinerja jaringan irigasi Daerah Irigasi
Jragung ditinjau dari aspek kondisi fisik dan
non fisik sesuai dengan Peraturan Menteri PU
no. 32/PRT/M/2007 memiliki prosentase
kinerja sebesar 66.95 %, sehingga kinerja
Jaringan Irigasi Jragung masuk dalam
kategori kurang dan perlu perhatian.
3. Skala prioritas rehabilitasi dalam peningkatan
kinerja pada Daerah Irigasi Jragung
ditentukan dengan metode AHP (Analytical
Hierarcy Process) maka sebagai prioritas
utama adalah Bendung dan Saluran Induk
Jragung, disusul selanjutnya yaitu Saluran
Sekunder
Teluk,
Saluran
Sekunder
Sugihwaras,
Saluran Sekunder Jragung,
Saluran Sekunder Karangsono, Saluran
Sekunder Ngumpul, Saluran Sekunder
Pamongan dan Saluran Sekunder Panjen;
4. Rekomendasi teknik yang ditawarkan dalam
mendukung kinerja jaringan irigasi yang baik
adalah dengan menggeser jadwal pola tanam
yang dimulai pada bulan November menjadi
bulan Desember dan mengganti sistem
penanaman padi dari sistem konvensional

Putri, dkk ., Evaluasi Kinerja Daerah Irigasi Jragung Kabupaten Demak

menjadi sistem SRI (Sistem of Rice
Intensification) dapat menghemat air hingga
53.25 %.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum
No.32/PRT/M/2007
Tentang
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
2. Kunaifi, A. A. 2010. Pola Penyediaan Air DI.
Tibunangka dengan Sumur Renteng pada
Sistem Suplesi Renggung. Tesis tidak
dipubikasikan. Universitas Brawijaya Malang.

75
3. Marimin. 2004, Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk,
Gramedia, Jakarta.
4. Saaty, Thomas L.1993. Pengambilan
Keputusan bagi Para Pemimpin. Penerbit
Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
5. Soewarno. 1995. Hidrologi Untuk Teknik.
Penerbit Nova, Bandung.
6. Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Cetakan kedua. Beta Offset.
Yogyakarta.

Dokumen yang terkait

PRAKTEK JUAL BELI KARET DI DESA TUMBANG BARINGEI KECAMATAN RUNGAN KABUPATEN GUNUNG MAS DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH

0 0 83

UPAYA GURU UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MELALUI PROSES PEMBELAJARAN PAI KELAS VII DI SMPN 5 LAHEI BARAT KABUPATEN BARITO UTARA SKRIPSI

0 0 90

PENYELESAIAN SENGKETA HUTANG PIUTANG DI KALANGAN MASYARAKAT TALOHEN HULU KELURAHAN AMPAH KOTA KABUPATEN BARITO TIMUR

0 0 172

PENERAPAN DATA MINING DALAM MENENTUKAN POTENSI KEBERHASILAN BAKAL CALON LEGISLATIF DI DAERAH PEMILIHAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBORS Alfin Dhuhawan Bagja , Gunawan Abdillah, Faiza Renaldi

0 0 6

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PENDEKATAN PAIKEM DI SDN-1 SAMUDA KECIL KECAMATAN MENTAYA HILIR SELATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN AJARAN 20152016

0 0 15

KEANEKARAGAMAN JAMUR JENIS BASIDIOMYCOTA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DESA SARI HARAPAN KECAMATAN PARENGGEAN KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 93

PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI PENDEKATAN HABIT DI BOARDING SCHOOL SMP AL HASYIMIYYAH KECAMATAN ARUT SELATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

0 4 179

INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT RAMUAN TRADISIONAL UNTUK REPRODUKSI SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KECAMATAN TEWEH BARU KABUPATEN BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

0 0 172

INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT RAMUAN TRADISIONAL UNTUK REPRODUKSI SUKU DAYAK BAKUMPAI DI KECAMATAN TEWEH SELATAN KABUPATEN BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

0 1 169

NILAI-NILAI ISLAMI DALAM BUDAYA SINOMAN DI DESA RUNGAU RAYA KABUPATEN SERUYAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

0 2 81