PENETAPAN KANDUNGAN ZAT BESI PADA AKAR, DEKOK AKAR DAN DAUN TAPAK LIMAN ( Elephantopus scaber, LINN.)

  SK R I P Sl

  EDI J U NIARIANT O PENETAPAN KANDUNGAN ZAT BESI PADA

AKAR, DEKOK AKAR DAN DAUN TAPAK LIMAN ( Elephantopus scaber, LINN.)

  FA KU L T A S FARMAS1 U N IV ERSIT A S A1RLANGGA

  1987

  

PENETAPAN KANDUNGAN ZAT BESI PADA

AKAR, DEKOK AKAR DAN DAUN

TAPAK LIMAN ( Elephanto-pus scaber, LIIJK.)

  

SK3IPSI

DIBUAT UNTUK KEMENUHI TUGAS AKHIR KENCAPAI

GELAR SASJANA FARKASI PADA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

  1987

  /u/)

oleh

  

Disetujui oleh Pembimbing

Drs. HARJANA. M.Sc, Drs. K. YUV/ONO

  P R A K A T A Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadlirat Allah SWT, yang mana hanya dengan rahmat dan hidayahNyalah usaha kami dalam tugas skripsi untuk memenuhi salah satu syarat penting dalam meraih gelar Sarjana Farmasi di Fa- kultas Farmasi Universitas Airlangga telah dapat kami se- lesaikan dengan baik. Skripsi ini akan membahas tentang kandungan zat besi yang terdapat pada tanaman Elephantopus scaber. LINN, dalam hubungannya sebagai obat tradisional untuk kurang darah atau anemia. Perkenankanlah pada kesempatan ini kami menyampai- kan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-ting - ginya kepada Bapak-bapak pembimbing skripsi yaitu Bapak Drs. Harjana, M.Sc. dan Drs. Muhammad Yuwono atas segala bimbingan dan pengarahannya sehingga skripsi ini dapat ka­ mi selesaikan dengan baik. Rasa terima kasih juga kami sampaikan kepada Kepa- la Laboratorium Analisis Farmasi, para dosen, staf dan karyawan bagian Analisis Farmasi yang telah banyak memban- tu baik moril maupun spirituil serta segala fasilitas la - boratorium untuk menyelesaikan skripsi ini. Kepada Panitia Penguji Skripsi, tak lupa kami sam­ paikan terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu un­ tuk memeriksa skripsi ini. i

  Semoga Allah SWT. melimpahkan karuniaNya sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang telah dibe - rikan, dan ibarat tidak ada yang besar tanpa dimulai dari yang kecil, semoga hasil skripsi ini walaupun kecil dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Surabaya, Desember 1987 Penyusu* ii

  DAFTAR ISI halaman PRAKATA .......................................... .. i M F T A R ISI ........................................ iii DAFTAR TABEL ...................................... .. vi BAB

  I. PENDAHULUAN ............. ............. .. 1 BAB

  II. TINJAUAN P U S T A K A ........................ 5

  1. Tinjauan terhadap tanaman Elephanto-

  5 •pus scaber, LINN........ ........... ..

  1.1. Tinjauan secara uraum............ .. 5

  1.2. Morfologi turabuhan .............. .. 5 . . Daun ................. ...... 5

  • * 1.2.2. Batang ...................... 5

  1

  2

  1

  1.2.3. Bunga ....................... 5 1.3* Klasifikasi tumbuhan ............ ..

  6 l.if. Khasiat dan kegunaannya......... ..

  6

  2. Tinjauan terhadap zat b e s i ........ ..7

  2.1. Tinjauan u m u m ...................... 7 2.2. Fungsi zat besi bagi m a n u s i a .... ..

  8 2 . 3 * Kebutuhan zat besi .............. ..

  8

  2 . Absorpsi zat besi dan penyimpanan- nya dalara tubuh manusia

  9

  3..Tinjauan terhadap SAA ............ ..13 BAB

  III. METODOLOGI PENELITIAN................ ..1?

  1. Alat .............................. ..17

  2. Bahan p e r e a k s i .......................17 2.1* Untuk analisis kualitatif....... ..17.

  2.2. Untuk analisis kuantitatif ...... ..17 iii

  2.2.1. Penyediaan larutan pereaksi.17

  IV. HASIL PENELITIAN .................... .28

  31

  2.1.3. Persamaan garis regresi kurva baku .............. .

  29

  2.1.2. Perhitungc-n adanya korelasi antara absorban dan kadar

  2.1.1. Hasil percobaan untuk kurva baku .............. .23

  2.1. Pembuatan kurva baku ........... .28

  2. Hasil analisis kuantitatif .........28

  1. Hasil analisis kualitatif ........ .28

  4.2. Pengolahan data ................ .26 BAB

  3. Jalannya penelitian ............... .18

  25

  3.4.1. Analisis kualitatif...... .20 3.^.2. Analisis kuantitatif ..... .21 if. Analisis data .................... .23 If. 1. Pembuktian adanya korelasi antara absorban dan kadar ............. .

  3 . Cara kerja ............ ......... .20

  20

  3.3. Cara pembuatan larutan sampel un­ tuk analisis .

  3.2. Proses destruksi sampel ......... .19

  3.1.2. Dekok akar .............. .19

  3.1. Sampel ........................... .18 3.1.1* Akar dan daun ........... .18

  halaraan iv

  halaman

  2.2. Hasil-hasil analisis sampel .... .. 32

  3. Pengolahan data ................... .. 34 if. Jumlah Fe yang tersari dalam dekok akar Klo-chanto-pus scaber, LINN. ...

  35 BAB

  V. PEMBAHASAN ......................... .. 36 BAB

  VI. KESIMPULAN DAK SARAN ............... .. 39 H I N G K A S A N ............................... .. 40 DAFTAR PUSTAKA .................................. .. 41 LAMPIRAN - LAMPIRAN ............................. .. 45 v

  DAFTAR TABEL halaman TABEL

  X. Hasil analisis kualitatif zat besi pada sampel dengan beberapa larutan pereaksi ............. '............

  28 II. Hasil pengamatan absorban dari bebe­ rapa kadar baku Fe pada

  A*

   = 2If8,3 nra

  29 III. Pembuktian adanya korelasi antara absorban dan kadar ...............

  30 IV. Hasil percobaan kadar zat besi pada sampel akar .......................

  32

  v. Hasil percobaan kadar zat besi pada sampel daun .......................

  33 VI. Hasil percobaan kadar zat besi pada sampel dekok akar .... ............

  33 VII. Analisis data dengan uji t-Student 3k

  

B U I *

” V W T B R S 1 T A S A l R t A M * "

« l l U A B A V A _

  1 BAB X P E N D A H U L U A N Seperti telah diketahui, zat besi (Fe) merupakan suatu unsur (element) yang mutlak diperlukan tubuh untuk mempertahankan fungsi-fungsi fisiologi's tubuh. Zat besi tergolong dalam apa yang dinamakan "essential - trace element". Unsur Fe terutama untuk sintesa hemoglobin. Pada manusia, 65

  diketahui fungsinya. (

  Soemantri (1978) dalam tesisnya telah membuktikan bahwa anemia kurang besi akan menurunkan kemampuan konsen- trasi dan prestasi belajar seseorang. (

  3 >^)

  Anemia kurang besi diketahui pula menyebabkan me- ningkatnya kerentanan seseorang terhadap infeksi dan menu- runnya respon immunologik secara nyata. (

  2 , 3 )

  Akibat-akibat yang dapat terjadi itu antara lain : Anemia kurang besi akan menurunkan kemampuan pro- duktivitas kerja dan ketahanan fisik sebanding dengan be- rat anemia kurang besi tersebut. (

  2 )

  World Health Organization (7/.H.0) dalam laporannya telah menjelaskan bahv/a seseorang dengan anemia kurang be­ si akan membawa akibat-akibat buruk yang sangat tidak di- harapkan. (

  1 )

  5 belum

  %

   terdapat dalam en- zim-enzim yang terutama berguna dalam proses respirasi atau pun proses oksidasi biologik dan sisanya +

  1 %

   pada senyawa-senyawa timbunan Fe (ferritin dan hemosiderin), sekitar

  %

   pada mioglobin, 19

  %

  10

   Fe terdapat pada hemoglobin,

  5 )

  2 Penelitian beberapa sarjana seperti Buetler dan Ha- gler, L. et.al. menunjukkan adanya hubungan antara kekura- ngan Fe dengan gangguan aktivitas enziraatik dari berbagai enzim seperti enzim oksidoreduktase yang memegang peranan penting dalara pengadaan energi atau kelangsungan proses- proses metabolisme. (

  6 , 7 )

  Anemia kurang besi adalah paling banyak diderita masyarakat Indonesia, baik pada anak-anak maupun orang de- v/asa .(3) Keadaan ini sangat mengkhawatirkan, mengingat akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh anemia ka- rena kekurangan zat besi. Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya dilakukan- usaha pencegahan atau penanggulangan secara dini supaya dapat terhindar dari akibat-akibat buruk yang dapat ditim­ bulkan oleh anemia kurang besi. Salah satu yang sudah se­ rins dila':ukan mes;'arakat Indonesia adalali penggunaan ta- naman sebagai obat tradisional kurang darah atau anemia. Tanaman dapat digunakan sebagai obat tradisional kurang darah atau anemia bila kandungan zat besinya lebih besar dari mg %. (lif)

  naman Ele-phanto-pus scaber, LINN. atau tapal: liman sering digunakan sebog-i obat tradisional kurrng darah atau ane­ mia di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.(S) Penggunaan Elephantopus scaber, LINN, atau tapak liman sebcgai obat tradisional kurang darah ini mendorong dilakukannya penelitian terhadap kandungan zat besinya,

  3 mengingat peranan zat besi s'.ngat penting dalam proses pembentukan hemoglobin darah dan juga sebagian besar kasus anemia di Indonesia adalsh anemia kurang besi.(3) Selain itu faktor-faktor lain yang juga mendorong dilaku- kannya penelitian ini adalah : - penggunaan lebih sederhana - tanaman ini kurang bernilai secara ekonomi - tanaman ini mudah dikembangkan/diperbanyak Pada penelitian ini yang ditetapkan kadar zat besinya adalah akar, daun dan dekok akar dengan maksud :

  1. Untuk mengetahui kadar zat besi pada akar karena yang sering digunakan sebagai obat tradisional kurang darah atau anemia adalah pada bagian akarnya.

  2. Untuk mengetahui kadar zat besi yang tersari dalam dekok akar, karena digunakan sebagai obat tradisional kurang darah atau anemia de­ ngan cara demikian.

  3. Untuk mengetahui apakah bagian lain selain akar dapat pula digunakan sebagai obat tradi­ sional kurang dar: h atau anemia berdasarkan kandungan zat besinya. Dari penelitian ini diharapkan dapat diungkap bahv/a Ele^hantopus scaber, LIMIT. atau tapak liman dapat digunakan sebagai obat tradisionrl kurang darah atau ane­ mia karena kandungan zat besinya tinggi. Diharapkan pula dari hasil penelitian ini dapatlah diketahui apakah peng-

  k

  gunaan akar Elephanto-pus scaber, LINN, sebagai obat tra­ disional kurang darah atau anemia dalam bentuk dekok su- dah benar, dan dapat diketahui juga apakah bagian lain se- lain akar dalam hal ini daunnya dapat pula digunakan seba­ gai obat tradisional kurang darah atau anemia. TUJUAII PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dengan sek- sama kandungan zat besi pada akar, dekok akar dan daun Elephantopus scaber, LINN, atau tapak liman dalam hubung- annya sebagai obat tradisional kurang darah atau anemia.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA F B R P U S T A K A A W vmrBRSITAS AlRi-ANOOA" H I ! P A B A * * ___- 1. Tin.jauan tentang tumbuhan Elephanto-pus scaber. LINN.

  1.1. Tin.jauan secara umuia. Tumbuhan Elephanto-pus scaber, LINK1, menpunyai nn- 'ma daerah tapak liman, bala guduh, lelobakan, cancang- cancang, tapak tangan dan talpak tanah. Tumbuhan ini tergolong familia Asteraceae atau Com- positae yang merupakan herba menahun dengan tinggi 0,1-0,2 meter dan tumbuh secara liar di ladang berum- (n) put,tepi jalan, galengan, dalam hutan dan lain-lain.7' Tumbuhan Elephanto-pus scaber, LINN. berasal dari Amerika tropis, tetapi kini banyak didapati di negara- negara tropis lainnya seperti Indochina, Malaysia, Thailand dan Indonesia; dimana sering diketahui per- tumbuhannyr liar dan belua banyak dibudidayakan.(

  10 ) 1 . 2 . Morfologi tumbuhan.( 10 ) 1.2.1. Daun.

  Daun tunggal berhadapan, berbentuk me'r.ar.jang sampai bulat telur terbalik, berlekuk tidak teratur atau tidak berlekuk dengan tepi bergerigi lemah, beram- but, daun batang jauh lebih kecil dan berjarak.

  1.2.2. Batang. Batang bulat, kaku, keras dan sangat liat.

  1 . 2 . 3 . 3unr;a.

  Tabung mahkota bunga berv/arna putih, panjang 0,3 cm, pinggir memutar keluar; bertaju lima; v/arna....

  kemerahan jarang putih; kepala sari berlekatan; tangkai put!!: dengan dua cabcuig panjang dan menrru- nyai rambut.

  1 . 3 . Klasifikasi tumbuhan.

  Divisi Spermatophyta

  • Anak divisi Angiospermae
  • Kelas Dicotyledoneae

  Sympetalae • Anak kelas Asterales

  Bangsa Suku Asteraceae

  Elephantopus

  Marga « Elephantopus scaber, LINN, Jenis l.Zf. Khasiat dan kegunaannya.(

  8 )

  Tumbuhan Elephantopus scaber, LINK. di Indonesia ba- nyak digunakan sebogai obat tradisional, antara lain dekok akarnya sering digunakan sebagai obat radang uterus, kurang darah atau anemia, disentri dan b"tuk; ekstrak daunnya menunjukkan aktivitas antibiotik ter- hadap bakteri Staphylococcus; dekok daunnya mempu- nyai khasiat sebagai diuretik.

  7 2. Tinjauan tentang zat besi.

  2 .

  1

  . Tin.jauan umum. (

  11

  ) Zat besi adalah unsur mineral yang sangat penting bagi manusia maupun proses pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya gangguan per- tumbuhan baik pada manusia maupun tanaman bila keku­ rangan zat besi. Kekurangan zat besi pada manusia akan menimbulkan anemia sedangkan pada tanaman akan menimbulkan klorosis. Zat besi pada tanaman berbentuk kompleks dengan sejuralah ligand yang ada seperti asam organik, asam amino dan protein. Walaupun zat besi bukan konstituen klorofil tetapi sangat diperlukan tanaman untuk pera - bentukan klorofil. Kekurangan zat besi bagi tanaman akan menyebabkan klorosis, dinana daun-daun menjadi ■ kuning pucat sedangkan urat aaun tetap hijau. Selain itu zat besi dapat berikatan dengan berbagai enzim sebagai koenzim/kofaktor seperti pada proses pernapasan, dan menjadi bagian dari enzim-enzim kata- lase, peroksidase dan sitokrom. Di dalam sel-sel jaringan tanaman terdapat suatu perimbangan relatif antara ion ferro dengan ion ferri dan berada tidak pada satu tempat saja tetapi di ba- nyak tempat. Lebih dari 90;; total besi yang ada pada daun berada sebagai lipoprotein, ikatan besi-lipopro- tein ini sangat peka terhadap kekurangan zat besi se- hingga menunjukkan v/arna kepucatan bila tanaman keku­ rangan zat besi.

  8 2.2. Fungsi zat besi bagi manusia.

  2

  1 >j dalam transferin 2 . 3 . Kebutuhan zat besi bagi manusia.

   dalam ferritin dan hemosiderin - y/o dalam mioglobin - dalam heme enzim - ,

  1/k

  ) - 2/3 dalam hemoglobin -

  13

   ke seluruh bagian tubuh, Dalam tubuh manu­ sia hampir semua zat besi membentuk kompleks dengan protein seperti transferin, ferritin, hemoglobin, mio- globin dan heme enzim dengan perbandingan sebagai be- rikut : (

  2

   dan C0

  Dengan adanya hemoglobin ini memungkinkan transpor

  Zat besi sangat diperlukan untuk. proses pertumbuh-

  1 molekul haem mengandung 1 atom besi. ( 13 )

  Haem adalah suatu kompleks ferro - protoforfirin yang terdiri atas cincin porfirin dengan ferro di tengahnya Satu molekul hemoglobin mengandung molekul haem dan

  k% haem.

   globin dan

  96%

  Kemoglobin terdiri dari

  12 )

  an mulai janin sampai dewasa karena zat besi adalah unsur yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin da­ rah, (

  Kebutuhan zat besi bagi manusia beragam menurut umur dan kondisi masing-masing. Menurut Sherman dalam "Standard makanan", bagi manusia 12 mg zat besi se- tiap hari dan diperkirakan untuk pria berpendidikan tinggi rata-rata diperlukan 16 mg Fe tiap hari. (1^)

  9 Jumlah kebutuhan Fe tiap hari yang dianjurkan adalah sebagai berikut : ( )

  1

  10 15 - miligram

  • - Bayi - Anak-anak ;

  15 miligram

  1 - 3 tahun 10 miligram

   tahun

  4 -10

  • - Anak-anak dan orang dewasa : 18 miligram laki-laki

  11 - 18 tahun 10 miligram

  di at&s

  19 tahun

  18 miligram wanita 11-50 tahun, hamil/menyusui miligram di atas

  50 tahun

  10 Jadi bila ditinjau dari kebutuhan manusia akan zat

  besi, maka sulit kiranya tercapai kecukupan zat besi bila hanya bersumber dari konsumsi zat besi dari maka- nan semata. Hal ini memungkinkan manusia kekurangan zat besi yang dapat menimbulkan anemia gizi dimana sa­ ngat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh maupun ak~ tivitas kerja manusia, Jumlah zat besi yang dapat di- serap tubuh manusia dari makanan sangat rendah, dapat dilihat dari data berikut : ( )

  15 C beras 1% of

  @ kedelai

  6 % 3%

  © jagung 2.4. Absorpsi zat besi dan penyirapanannya. Jumlah Fe yang terdapat dalam tubuh dalam keadaan fisiologik dikendalikan dalam batas-batas tertentu me- lalui pengendalian absorpsi dan tidak melalui pengen- dalian ekskresi. (

  16 , 17 )

  Dipandang dari sudut absorpsi, senyawa-senyawa besi dapat aikelorapokkan menjadi dua kelompok :

  1. Besi heme

  2. Besi non heme Besi heme diabsorpsi dari lumen usus kedalam sel mu- kosa usus tanpa mengalami degradasi yaitu dalam ben- tuk kompleks besi porfirin yang utuh. Setelah diab­ sorpsi secara utuh, dalam sel mukosa usus besi akan dipisahkan dari cincin porfirinnya untuk diangkut da­ lam aliran darah. Senyawa-senyawa yang dapat mempe- ngaruhi absorpsi besi non heme seperti asam askorbat, asam fitat; tidak berpengaruh terhadap absorpsi dari besi heme. (18,19) Pada absorpsi besi non heme ion Fe^+ akan dire- duksi dahulu menjadi ion Fe2+, ion inilah yang kemu- dian diabsorpsi oleh sel mukosa usus (duodenum dan jejenum). Selanjutnya ion Fe2+ akan berikatan dengan suatu protein yang disebut apoferritin membentuk fer­ ritin. Apoferritin menunjukkan aktivitas enzimatis sebagai oksidase, oleh karena itu ion Fe2+ dioksida- si kembali menjadi ion Fe*^+ setelah berikatan dengan apoferritin yaitu dalam bentuk FeO(OH) atau Ferriok- sihihroksida, (

  20 )

  Ferritin ini tetap tinggal dalam sel mukosa usus se­ bagai cadangan, Sebagian dari ion Fe2+ diabsorpsi lebih lanjut melalui lapisan serosa usus memrsuki plasma dan berikatan dengan suatu protein plasma yang termasuk fraksi Beta-l-globulin membentuk trans­

  ferrin. Transferrin selanjutnya diangkut ke berbagai jaringan seperti sumsum tulang, hati, limpa dan otot dimana transferrin melepaskan zat besi yang selanjut­ nya digunakan untuk biosintesa berbagai senyawa besi seperti hemoglobin, mioglobin, enzim-enzim heme dan enzim besi non heme. (

  5 > 21 )

  Sebagian besi yang berasal dari transferrin di- ubah lagi menjadi Ferritin dan ditimbun sebagai ca- dangan. Hal ini terutama terjadi dalam sel hati dan limpa. Sebagian ferritin yang tertimbun dalam sel se­ bagai cadangan, oleh enzim-enzim yang terdapat dalam lisosom sel akan dicerna dan dilepas dari apoprotein- nya membentuk hemosiderin. Hemosiderin pada dasarmya adalah kumpulan misel- misel Ferrioksihidroksida dengan sedikit kandungan protein. Walaupun tiap sel yang nengandung ferritin secara teoritis dapat merubah ferritin menjadi hemo­ siderin karena tiap sel mempunyai lisosom, namun da­ lam keadaan fisiologik hemosiderin hanya diiumpai da­ lam sel hati dan limpa. Hanya dalam keadaan patologik hemosiderin dapat dijumpai pada sel-sel lain seperti sel mukosa usus dan otot. (

  1 )

  Jadi jelas bahwa hemosiderin dan ferritin merupakan bahan cadangan besi tubuh. (5*17*20) Walaupun ferritin terutama terdapat intrasellu- er tetapi sebagian kecil terdapat dalam plasma. (

  20

  )

  Oleh karena ferritin adalah besi cadangan bagi tubuh, m:ka pemeriksaan ferritin plasma dapat menggambarkan cadangan besi dalam tubuh.(20,22) Secara singkat metabolisme Fe dapat ditunjukkan dalam skema berikut : KATABOLISME Fe dalam makanan T 'Fe3+ je2

  • lumen usus

  ABSORPSI Fe2+

  

_ j ______

  Ferritin Fe5+ deskuamasi “^epitel mu- kosa usus epitel mukosa usus

  

T

  Transferrin Fe5+ *7 , plasma EKSKH33I A TRANSPORT urine keringc enroedu .... .. ? Senyawa^ Fe - hemoglobin - mioglobin - hemoprotein - NHI-protein Ferritin F e A +

  l t

  ^

  l

  Hemosiderin BI0SINT2SA CADANGAN Jaringan perifer hati, limpa, otot

  13 3. Tinjauan tentang Spektrofotometri Absorpsi Atom. Semua atom dapat menyerap cahaya, tetapi hanya ca- haya dengan panjang gelombang tertentu saja yang dapat diserap oleh atom dari suatu unsur. Cahaya ini harus mempunyai panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang cahaya yang dipancarkan unsur yang bersangku- tan. Sebagai contoh atom Fe yang sangat kuat absorpsi - nya terhadap cahrya yang mempunyai panjang gelombang 2^8,3 nm. Hal ini disebabkan cahaya pada panjang gelom­ bang tersebut mempunyai energi yang tepat untuk dapat aengubah atom Fe dari tingkat energi dasar menjadi ter- eksitasi. (

  23 )

  Semua atom dikatakan dalam tingkr.t energi dasar bila elektronnya terdapat pada tingkat energi yang pa­ ling rendah. Elektron ini dapat berpindah ke tingkat energi yang lebih tingt:i atau tereksitasi hanya bila r.enda^at energi yang tepat dan besarnya tertentu. Bila energi yang diterima lebih besar atau lebih kecil dari syaratnya maka elektron tidak akan berpindah. Dalam hal ini elektron turun ke tingkat energi yang le­ bih rendah atau energi dasar dan elektron ini akan me- lepaskan energi sebagai cahaya. Cahaya yang dilepaskan pada saat elektron turun ke tingkat energi yang lebih rendah, spektrumnya lebih tajam dibandingkan dengan ka- lau turun sampai ke tingkat energi dasar. Cahaya yang dilepas elektron pada saat turun ke tingkat energi da­ sar dikenal sebagai garis RESONANSI. (24,25,27)

  14 Telah disebutkan sebelumnya bahwa energi yang te­ pat dapat diabsorpsi elektron untuk berpindah dari ting­ kat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Energi yang diabsorpsi dapat pula berasal dari energi cahaya yang mengenai elektron tersebut, yaitu yang di- nyatakan dengan persamaan PLANCK :

  . V 2 = h ( 1 )

  E = energi h = tetapan PLANCK

  Y = frekuensi radiasi = C A

  C = kecepatan cahaya vA = panjang gelombang cahaya Sebagai contoh atom Na, keadaan tereksitasi pada ting­ kat pertama bila energinya 2,2 eV di atas energi dasar. Keadaan ini dapat disebabkan karena Na mengabsorpsi ca­ haya yang mempunyai panjang gelombang 589*0 nm. Sedang­ kan keadaan tereksitasi pada tingkat energi ke dua, energinya 3,6 eV lebih besar dari tingkat energi dasar. Perubahan energi ini dapat menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang 330,3 nm.(

  25 )

  Dalam Spektrofotometri Absorpsi Atom yang penting adalah energi yang diabsorpsi oleh elektron. Seperti pada spektrofotometri absorpsi yang lain, maka dalam hal ini juga berlaku hukum LAMBERT - BEES,(24) yang da­ pat ditulis sebagai berikut :

  = intensitas cahaya sebelum absorpsi k = suatu tetapan b = tebal lapisan yang mengabsorpsi c = kadar atom lapisan yang mengabsorpsi a = koefisien absorpsi A = absorbansi Dari rumus (2) terlihat bahwa absorban merupakan fungsi dari kadar, Penc-tapan kadar suatu larutan sampel metode SAA dapat dilakukan dengan cara-cara berikut : (26)

  15 I - I „-(kbc) xt - io * e Log = a^c A = abc *t = intensitas cahaya setelah absorpsi

  • 0

  1

  . Mula-mula diukur absorban dari suatu larutan baku yang diketahui kadarnya (A^) kemudian dengan cara yang sanu\ diukur absorban larutan sampel (A„), dari perbandingan pembacaan kedua absorban dapat dihitung kadar larutan sampel. Csampel — x ^baku Hasil terbaik diperoleh bila kadar larutan baku dibu- at sedekat mungkin dengan kadar larutan sampel. 2, Dengan kurva baku. Dengan cara ini, kadar larutan sarpel dibandingkan dengan grafik baku yang dibuat dari larutan baku de­ ngan berbagsi kadar yang diketahui dan diukur absor-

  16 bsnnya dengan cara yang sama dengan penetapan kadar sampel. Hubungan antara absorban dan kadar larutan baku akan merupakan garis lurus. Kadar larutan sampel dapat ditentukan dengan menginterpolasikan absorban- nya pada grafik baku tersebut.

  3. Cara adisi standar. Cara ini digunakan bila larutan yang diuji mempu­ nyai sifat rumit atau komponen-komponen lainnya ti- dak diketahui, sehingga tidak mungkin atau sangat su- kar untuk membuat larutan baku dengan komposisi yang sama dengan larutan sampel. Dalam hal ini harus diketahui terlebih dahulu per- kiraan kadar logam dalam sampel. Dari larutan sampel diambil sejumlah tertentu sebanyak tiga bagian yang sams, kemudian kedalam dua bagian diantsra ketiga ba­ gian ditambah sejumlah tertentu garam dari unsur y m g ditetapkan kadarnya. Misalnya perkiraan kadar sampel adalah s, maka penambahan baku adalah s dan 2s. Berikutnya ketiga macam larutan ini ditambah pe- larut sampai volume tertentu dan diukur absorbannya. Selanjutnya dibuat grafik jumla.h garam yang ditam- bahkan vs absorban terbaca, yang mane, akan merupakan garis lurus yang raemotong sumbu X. Jarak titik po- tong ini dengan absis perabacaan absorban larutan sam­ pel adalah jumlah unsur yang terdapat dalam sampel.

  17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  1. Alat - Spektrofotometer Absorpsi Atom - Perkin Elmer 380 - Muffle furnace 2 # Bahan pereaksi 2.1, Untuk analisis kualitatif. @ Larutan K^Fe(CN)^ 1 % r.g.

  %

  © Larutan K^Fe(CN)^ 1 r.g* @ Larutan NH^CNS 1 % r.g,

  2.2. Untuk analisis kuantitatif, @ Larutan HC1 (1:1) p.a, (MERCK) <§ Larutan-EKO^ (1:1) p.a. (MERCK) © NH^Fe(S0 if)2

   12 H20 p.a. (MERCK) @ La(N0 3)3

  • - Larutan HC1 (1:1) Dibuat dari HC1 pekat p.a, sebanyak 50 ml, dien- cerkan dengan air suling sampai 100 ml, - Larutan HNO^ (1:1) Dibuat dari HNO^ pekat p,a, sebanyak 50 ml, dien- cerkan dengan air suling sampai 100 ml.
  • - Larutan La(NO^)^ 5 %

  Ditimbang 31»170i+ g La(NO^)^

  6 H^O, dilarutkan

  dalara air suling dan dipindahkan kedalam labu u- kur 200 ml, diencerkan sampai tepat garis tanda.

  18 3. Jalannya penelitian..

  3 . 1 . Sampel :

  Sampel akar dan daun Slephantopus scaber, LINN, yang diambil dari Kebun Raya Purwodadi, dimana sebe- lum diarabil terlebih dahulu dilakukan determinasi. Pengambilan sampel dilakukan secara "simple random" yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Diambil lima sampel dari populasi yang terdiri da­ ri sepuluh anggota yang sebeluranya telah diberi tanda, kemudian dilakukan pengundian terhadap se­ puluh anggota tadi untuk menentukan lima sampel yang akan dipilih. Untuk mengetahui kadar zat besi pada bagian akar dan daun, maka sampel ditetapkan kadar zat besinya pada bagian-bagian itu dengan menentukan kadar zat besinya masing-masing sebanyak lima kali replikasi. Sedangkan untuk mengetahui jumlah zat besi y;mg ter - sari dalam dekok akar yang biasa digunakan sebagai obat tradisional kurang darah atau anemia, maka perlu juga ditetapkan kadar zat besi dalam dekok akar.

  3.1.1. Akar dan daun.(28) Bagian akar dan daun yang telah dipisahkan dari ta­ naman tapak liman dicuci bersih dan dipotong-potong agar mudah dimasukkan wadah. Masing-masing bagian dikeringkan pada suhu 100 °C selama 1 jam, lalu ditimbang sampai berat konstan dan sebelum dides - truksi, sampel dihaluskan dahulu.

  3.1.2. Dekok akar, Akar yang telah dipisahkan dari tanaman tapak liman dicuci bersih keraudian dipotong-potong dan dikering- kan pada suhu 100 °C selama 1 jam, lalu ditimbang sampai berat konstan; sebelum dibuat dekok akar yang telah kering dihaluskan terlebih dahulu.(28) Ditimbang teliti 2,0 g akar dan dimasukkan dalam ca- wan atau panci dengan air secukupnya, dipanaskan se- laraa 30 menit terhitung sejak suhu mencapai 90 °C, kemudian diserkai dalam keadaan panas bila perlu tambahkan air panas secukupnya sampai didapat

  20 ml

  serkaian. Sebelum ditetapkan kadar zat besinya, di- uapkan dahulu pelarutnya sampai kering, kemudian di- destruksi seperti pada akar dan daun.( )

  29

  3.2. Proses destruksi sampel.(28) Ditimbang teliti sampel kering 2,0 g, dimasukkan keda- lam krus porselin dan kemudian dimasukkan kednlara muffle furnace untuk dipanaskan selama

  2 jam pada su­ hu 500-550 °C sampai mengabu keseluruhan.

  Berikutnya sampel didinginkan dan ditambahkan 10 ml

  1+

  air suling dan ml HNO^ (

  1 : 1 ), kemudian diuapkan di

  atas penangas air. Setelah kering diulangi pemanasan dalam muffle furnace pada suhu 500-550 °C selama satu jam, bila perlu setelah didinginkan dilakukan destruk­ si kembali dengan HNO^ (

  1 : 1 ) untuk menyempurnakan ha-

  sil destruksi. Hasil destruksi kemudian dilarutkan dalam 10 ml HC1 (1:1) untuk penetapan kadar zat besi.

  3.3. Cara pembuatan larutan. sampel untuk analisis. Sampel yang telah didestruksi dengan ENO-^ (1:1) dan sudah dilarutkan dalam HC1 (1:1), dipindahkan kedalam labu ukur 50 ml dan ditambah 10 ml larutan La(NO^)^ 5% kemudian diencerkan dengan air suling sampai tepat garis tanda. Cara kerja. Analisis kualitatif.(30) Sebelum dilakukan analisis kuantitatif dilakukan uji kualitatif dengan reaksi-reaksi berikut :

  a) Reaksi dengan larutan K^Fe(ClI)^* Larutan saapel pada papan tetes ditambah bebera- pa tetes pereaksi K^Fe(CN)g, yang terjadi adalah endapan biru berlin Fe^ Fe(CN)^

  b) Reaksi dengan larutan K^FeCCN)^* Larutan sampel pada papan tetes ditambah bebera- pa tetes pereaksi K^Fe(ClOg* yang terjadi adalah larutan berwarna coklat dari Fe(Fe(CN)^j.

  c) Reaksi dengan larutan NHZ CNS. Larutan sampel pada papan tetes ditambah bebera- pa tetes pereaksi NH^CNS, yang terjadi larutan berwarna merah darah dari kompleks Fe(CNS)2+. Reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi untuk menunjuk- kan adanya Fe^+ pada hasil destruksi sampel dari ta- naman Elephantopus scaber, LINN, atau tapak liman.

  3.^.2. Analisis kuantitatif. Penetapan kadar zat besi pada sampel dilakukan se­ cara Spektrofotometri Absorpsi Atom, dengan tahap- tahap sebagai berikut :

  a) Pembuatan kurva baku dengan larutan baku Besi(

  III) ammonium sulfat.(28) Ditimbang teliti Besi(III) ammonium sulfat p.a. sebanyak

  2,1526

   g, dilarutkan dalam

  7,5

  HC1 (1:1) dan dipanaskan. Setelah itu dipindah- kan secara kuantitatif kedalam labu ukur 250 ml dan diencerkan dengan air suiing sampai tepat garis tanda, maka didapatkan larutan baku Besi(III) ammonium sulfat 1000 ppm sebagai Fe, Dari larutan baku ini dilakukan pengenceran-pe- ngenceran hingga diperoleh larutan baku berka- dar

  6

   ppm,

  

12

   ppm, 18 ppm, dan Zk PP^ dengan cara sebagai berikut : - Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3>0 ml dan dipindahkan secara kuantitatif kedalain la­ bu ukur 500 ml yang kemudian diencerkan hingga tepat garis tanda; maka diperoleh larutan baku sebesar 6 ppm. - Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3j0 ml dan dipindahkan secara kuantitatif kedalam la­ bu ukur

  5 nil yang selanjutnya diencerkan sam -

  ai tepat garis tanda. Dari larutan ini dipipet sebanyak 3* 0 ml dipindahkan secara kuantitatif

  ke dalam labu ukur 200 ml, diencerkan sampai tepat garis tanda; maka diperoleh larutan baku sebesar 9 ppm. - Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3*0 ml dan dipindahkan kedalam labu ukur 250 ml seca- ra kuantitatif kemudian diencerkan hingga te­ pat garis tanda; maka didapat larutan baku se­ besar 12 ppm. - Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3* 0 ml dan. dipindahkan secara kuantitatif kedalam la­ bu ukur

  5 ml kemudian diencerkan hingga tepat

  garis tanda. Dari larutan ini dipipet sebanyak

  3.0 ml dan dipindahkan secara kuantitatif ke -

  dalam labu ukur 100 ml kemudian diencerkan sampai tepat garis tanda; maka didapat larutan baku sebesar 18 ppm. - Dipipet larutan baku 1000 ppm sebanyak 3*0 ml dan dipindahkan secara kuantitatif kedalam la­ bu ukur

  50 ml kemudian diencerkan hingga tepat

  garis tanda. Dari larutan ini dipipet sebanyak

  20.0 ml dan dipindahkan secara kuantitatif ke

  dalam labu ukur

  50 ml kemudian diencerkan sam­

  pai tepat garis tanda; maka diperoleh larutan baku sebesar

  24 ppm.

  Dari larutan baku ini dilakukan pengaturan ab­ sorpsi Fe pada slit 0,2 dengan panjang gelom - bang 2^8,3 tun memakai lampu Fe.

  23

  b) Penambahan larutan baku Besi(III) ammonium sulfat pada larutan sampel,(26) Dari ketiga macam sampel yaitu akar, daun dan de­ kok akar dimana masing-masing sampel dilakukan lima kali replikasi dan sebelum ditambah dengan larutan baku besi, dilakukan orientasi kadar zat besi dalam sampel untuk mengetahui perkiraan ka - dar zat besi pada sampel yang akan menentukan be- rapa kadar larutan baku besi harus ditambahkan pada larutan sampel, Dari orientasi kadar zat be­ si dalam sampel, kadar larutan baku besi yang ha­ rus ditambahkan adalah

  6 ppm untuk daun dan dekok

  akar; 12 ppm untuk akar, Adapun caranya adalah sebagai berikut : - Sampel yang sudah didestruksi dilarutkan dalam 10 ml HC1 (1:1) dan dipindahkan secara cermat kedalam labu ukur 50 ml kemudian ditambah

  10 ml

  larutan La(KO^)^

  5 % dan diencerkan dengan air

  suling sampai tepat garis tanda, Dari larutan ini dipipet

  5 ml untuk sampel akar dan 10 ml

  untuk sampel daun dan dekok akar, kemudian di - pindahkan secara cermat kedalam labu ukur 25 ml dan diencerkan sampai tepat garis tanda. - Dari larutan di atas dipipet tiga kali masing- masing 5 ml, dipindahkan secara cermat kedalam labu ukur ml yaag diberi tanda s, s dan s.

  25

  2

  3 Untuk labu ukur e tidak ditambah larutan baku,

  2i+ labu ukur

  2 s ditambah dengan larutan baku besi

  yang sesuai sebanyak nil* labu ukur s ditam­

  5

  3

  bah dengan larutan baku besi yang sesuai seba­ nyak dua kali ml dan semuanya diencerkan de­

  5 ngan air suling sampai tepat garis tanda.

  • - Perhitungan kadar zat besi dilakukan dengan metode grafik, dari grafik absorban vs jumlah baku besi yang ditambahkan yang merupakan ga­ ris lurus memotong sumbu X; jarak titik potong ini dengan absis pembacaan absorban larutan sampel adalah jumlah unsur atau konsentrasi unsur yang terdapat dalam sampel tersebut. Jumlah baku yang ditambahkan CARA A M SI STANDAR

  25 c) Penetapan kadar Fe dalam sampel. Dari ketiga macam sampel yaitu akar, daun dan de­ kok akar dilakukan penetapan kadar Fe dengan me- ngukur kadarnya atau harga absorpsinya pada pan- jang gelombang 2if8 ,3 nm, roenggunakan lampu Fe pa- slit 0,2 dan gas perabakar udara - asetilen.(

  25 , 28 )

  if. Analisis data. (31»32) if.l. Pembuktian adanya korelasi linier antara absorban de­ ngan kadar> Untuk mengetahui apakah absorpsi sinar oleh laru­ tan sampel dapat dipakai sebagai dasar penetapan ka­ dar larutan tersebut, maka perlu adanya korelasi anta­ ra absorban dengan kadar. Hal ini dapat dilihat dari harga koefisien korelasi persamaan garis regresi yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : ^(x-X).(Y-Y) r. r = koefisien korelasi. xy X = kadar zat dalam larutan Y = absorban yang terbaca ^ = jumlah Jika harga r hasil perhitungan lebih besar dari harga r tabel, maka ada korelasi linier antara absorban de­ ngan kadar. Selanjutnya korelasi ini dinyatakan de-

  ngan persamaan garis regresi sebagai berikut : Y = bX + a

  b = g( x - f ) ( Y- T )

  ^(x-I)2 = koefisien garis regresi Y = T + b (X-X) 4*2. Pengolahan data. Hasil-hasil perhitungan secara kuantitatif selan- jutnya diolah secara statistik dengan uji t-Student untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna anta- ra kandungan zat besi dalam akar dan daun dari sampel yang diteliti. Bila harga t perhitungan lebih besar dari harga t tabel pada derajat kepercayaan tertentu, maka ada perbedaan bermakna antara kandungan zat besi dalam akar dan daun, sedangkan bila harga t perhi- tungr-n lebih kecil dari harga t tsbel maka tidak ada perbedaan bermakna. Untuk perhitungan harga t diguna- kan rumus sebagai berikut : = X1 ~ X5 \ / nl-n2 s V nl + n2

  = kadar rata-rata zat besi dalam akar = kadar rata-rata zat besi dalam daun n^, n2 = banyaknya replikasi s = simpangan baku Untuk mengetahui jumlah Fe yang tersari dalam de- kok akar yang seriag digunakan sebagjai obat tradisio- aal kurang darah atau anemia, maka dilakukan perhitu- ngan sebagai berikut :

  1QQ %

  % Fe tersari = kadar Fe dalam dekok akar x kadar Fe dalara sampel akar

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  1. Hasil analisis kualitatif terhadap adanya zat besi* Hasil reaksi antara larutan sampel tapak liman atau Elephantopus scaber, LIMN, yang sudah didestruksi dengan pereaksi-pereaksi penunjuk zat besi dapat digam- barkan sebagai berikut : TABEL I HASIL ANALISIS KUALITATIF ZAT BESI PADA SAMPEL DENGAN BEBERAPA LARUTAN PEREAKSI Nomer Larutan pereaksi Sampel Elephantopus scaber* LINN. akar daun 1 .

  n

  c. • 3* K^Fe(CN )6

  K^Fe(CN)/-