BAB II - Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Mahkamah Syar’iyah Daerah Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara

  BAB II GAMBARAN UMUM MAHKAMAH SYAR’IYAH (MS)

KUTACANE

2.1 SEJARAH dan LETAK GEOGRAFIS KUTACANE

  Menurut Sufi, dkk (2006:11), Kutacane adalah Kabupaten Aceh Tenggara dengan Ibukota Kutacane adalah salah satu daerah dalam wilayah administrasi Pemerintahan Daerah Provinsi Aceh. Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara dikelilingi oleh Kabupaten lainnya dalam wilayah Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Dengan demikian kabupaten ini tidak memiliki batas wilayah laut sebagaimana yang dimiliki oleh kabupaten lainnya seperti Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Barat, yang memiliki wilayah garis pantai bagian Barat. Sedangkan garis pantai sebelah Timur dimiliki oleh Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Pidie, dan sebagian wilayah Kabupaten Aceh Besar.

  Kuta Cane berasal dari dua suku kata yaitu Kuta dan Cane. Kuta berasal dari bahasa Alas berarti Kota atau Kampung tempat permukiman penduduk, dan Cane berasal dari bahasa Belanda yang artinya Tebu. Kenapa diambil dari bahasa Belanda, mengingat bahwa Belanda lah yang pertama kali menjajah di wilayah Gayo-Alas. Jadi Kuta Cane maksudnya Kota Tebu.

  Masuk akal jika dikatakan dulunya daerah Alas ini sebagai kota tebu, karena tradisi suku Alas yang masi dibudayakan sampai saat ini adalah tradisi Pemamanen. Pemamanen adalah tradisi undangan kehormatan atau kunjungan keluarga yang dilakukan secara berkelompok atau sekampung ke pihak yang mengundang dengan maksud memberi makan pihak pemamanen, dan pihak pemamanen membawakan peulawat (uang) serta bawaan tebu (kado) kepada pihak yang dituju.

  Dulunya kata orang-orang tua dikampung, setiap pemamanen sebagai barang bawaan kepada pihak yang dikunjungi (ke tempat pesta) selain pelawat mereka juga membawa tebu untuk diserahkan. Bahkan masih sempat sewaktu saya berusia sekitar 9 tahunan setiap berkunjung ke rumah kakek, kami pernah diberikan tebu sebagai oleh-oleh dibawa ke rumah. Meskipun perkebunan tebu dalam skala besar tidak ada di daerah ini, namun dapat dipastikan bahwa setiap perkebunan maupun perkarangan rumah masyarakat yang ada di wilayah Gayo- Alas, khususnya Kutacane pasti ada menanam Tebu untuk dikonsumsi maupun

   dijual di pasar .

  Kabupaten Aceh Tenggara sebelum terbentuknya Kodam I/Iskadndar Muda, dan pembentukan Provinsi Aceh, Kewedaan Tanah Alas dan Aceh Tengah termasuk dalam wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 1957 setelah terbentuknya Provinsi Daerah Istimewa Aceh terbentuk Panitia Aksi Tuntutan Rakyat Tanah Alas/Gayo yang menolak dimasukkannya Tanah Alas dan Gayo Lues ke Provinsi Sumatera Utara dan mengusulkan agar Ibu Kota Kabupaten Aceh Tengah di pindahkan ke Kutacane, namun jika pemindahan ibu kota kabupaten tidak dimungkinkan.

  3 (Di akses tgl 9 bulan januari pukul 18.06)

  Tim mengusulkan agar Kewedaan Tanah Alas dan Gayo Lues dibentuk kabupaten dengan ibu kota Kutacane.

  Setelah perjuangan selama 17 tahun (1957-1974), pada hari Kamis tanggal

  4 Juni 1974 Kewedanan Tanah Alas dan Gayo Lues resmi menjadi Kabupaten Aceh Tenggara berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1974 dan Letkol Syahadat menjadi Bupati yang pertama. Namun pada tahun 2002 kewedanan Gayo Lues memisahkan diri dan membentuk Kabupaten Gayo Lues dengan

   keluarnya Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002 dengan ibukota di Blangkejeren .

  Secara Geografis wilayah Kabupaten Aceh Tenggara terletak pada 3055'23”–4016'37” Lintang Utara dan 96043'23‘–98010'32” Bujur Timur, dengan luas wilayah 4. 231,41 Km² dan ketinggian 25-1000 m di atas permukaan laut dengan dikelilingi Hutan Taman Nasional Gunung Lauser dan Bukit Barisan,

  

  dengan batas-batas wilayah sebagai berikur : Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues.

  Sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Utara. Sebelah Selatan dengan Kab. Aceh Selatan dan Kab. Aceh Singkil. Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Aceh Selatan. Terbentuk pada tahun 1974 dengan ibukota Kutacane, Kabupaten Aceh

  Tenggara sampai tahun 2012 terdiri dari 16 Kecamatan dan 385 Desa. Sebanyak 282 desa diantaranya terletak di lembah dan 103 terletak di kawasan lereng Taman Nasional Gunung Leuser dan Bukit Barisan. Jumlah penduduk Aceh 4 Tenggara berdasarkan hasil proyeksi tahun 2012 adalah sebanyak 184.150 jiwa

  

Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tenggara Dalam Angka 2013, diterbitkan

5 oleh BPS Aceh Tenggara, Kutacane, 2013, halaman xlvi.

  Ibid, halaman 3. dengan 91.880 penduduk laki-laki dan 92.270 penduduk perempuan. Pada umumnya penduduk di Aceh Tenggara bermata pencaharian sebagai Petani atau Pekebun, hal ini ditunjang dengan keadaan alam yang dimungkinkan bagi

   penduduk untuk berkecimpung di dalamnya .

  2.1.1 Suku- Suku di Kutacane Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku bangsa, yang lebih dominan adalah suku Alas dan suku Gayo, selain itu ada suku

  Minangkabau, suku Singkil, suku Aceh, suku Pak-Pak, suku Karo, suku Batak, suku Mandailing, suku Jawa, suku Sunda, suku Nias.dan suku Aneuk Jamee.

  Bahasa Alas dan Gayo digunakan oleh mayoritas masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara, bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa ibu, sebagai bahasa bisnis,

   sekolah, pemerintah, universitas, dan kantor .

  Pada umumnya penduduk Kabupaten Aceh Tenggara menganut Agama Islam dengan persentasi 87,78 % dan sebagian kecil saja dari penduduk tersebut yang menganut agama Kristen Katholik dengan persentasi 1,77 % dan Kristen

8 Protestan dengan persentasi 10,45 % . Untuk menunjang kegiatan Ibadah sehari-

  hari masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara, pemerintah kabupaten dan masyarakat telah menyediakan dan membangun sarana ibadah, yang terdiri dari 212 Mesjid, 128 Meunasah/Mushalla dan 128 Gereja (Sufi, dkk, 2006:21).

  6 Ibid, halaman 61 8 (diakses pada tanggal 28 agustus 2014

pukul 23.30)

  Di Kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas hidup berdampingan dengan 12 etnis lainnya dan penduduk yang beragama Islam berdampingan dengan penduduk yang beragama Kristen Protestan dan Khatolik, walaupun memiliki keanekaragaman dari segi etnis dan agama, di tanah Alas tidak pernah terjadi konflik antar penduduk yang diakibatkan oleh perbedaan tersebut. Inilah yang membuat wilayah perbukitan di daerah Aceh Tenggara terkesan damai dan asri heterogen.

  Keheterogenan kehidupan di tanah Alas kemudian menjadi keunikan tersendiri yang dimiliki oleh Aceh Tenggara, membuat kehidupan setiap elemen masyarakatnya sangat berwarna dan bervariasi. Setiap unsur masyarakat yang berbeda kebudayaan saling berbaur dan saling mempengaruhi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.

  Atas dasar etiologi kehadiran berbagai etnis di tanah Alas, jelaslah bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat hidup berdiri sendiri, begitu juga dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten ini. Semua pihak perlu terlibat baik secara langsung maupun tidak. Keberagaman suku dan keyakinan akan menjadikan keunikan tersendiri bagi masyarakat di sana dalam membangun daerahnya.

2.2 SEJARAH SINGKAT MAHKAMAH SYAR’IYAH

  Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, maka terjadilah sejarah baru bagi peradilan agama di Aceh.

  Karena salah satu lembaga yang harus ada di Nanggroe Aceh Darussalam dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus adalah Peradilan Syari’at Islam yang dilaksanakan oleh Mahkamah Syar’iyah.

  Mahkamah Syar`iyah adalah lembaga Peradilan Syari'at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam sebagai pengembangan dari Peradilan Agama yang diresmikan pada tanggal 4 Maret 2003 M/1 Muharram 1424 H sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001, Keppres Nomor 11 Tahun 2003 dan Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002.

  Dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24 menyebutkan hanya 4 (empat) lingkungan badan Peradilan yaitu : 1. Lingkungan Badan Peradilan Umum.

  2. Lingkungan Badan Peradilan Agama

  3. Lingkungan Badan Peradilan Militer dan 4. Lingkungan Badan Peradilan Tata Usaha Negara.

  Sebagai peradilan khusus, Mahkamah Syar’iyah mempunyai kewenangan yang sangat luas bila di bandingkan dengan Peradilan Agama. Dalam Pasal 49 Qanun No. 10 Tahun 2002 mengatur tentang tugas dan wewenang Mahkamah Syar’iyah meliputi ahwal al-sakhsiyah (hukum keluarga), Muamalah dan Jinayah.

  Dalam Penjelasan Qanun tersebut menerangkan bahwa bidang ahwal al-

  

sakhsiyah meliputi hal-hal yang diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang No 7

  Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan undang- Undang No. 50 Tahun 2009 beserta penjelasan Pasal tersebut kecuali waqaf, hibah dan sadaqah.

  Selanjutnya yang dimaksud dengan kewenangan dalam bidang muamalat meliputi hukum kebendaan dan perikatan seperti :

  • Jual beli, hutang piutang.
  • Qiradh (permodalan)
  • Musaqoh, Muzara’ah, mukhabarah, (bagi hasil pertanian)
  • Wakilah (kuasa),syirkah (perkongsian)
  • Ariyah (pinjam meminjam), Hajru (penyitaan harta), syuf’ah (hak Langgeh),

  Rahn (Gadai)

  • Ihyaul Mawat (pembukaan lahan), Ma’din (tambang),Lughatah (barang temuan)
  • Perbankan, Ijarah (sewa menyewa),takaful
  • Perburuhan - Harta Rampasan - Wakaf,hibah, shadaqah dan hadiah.

  Sedangkan yang dimaksud kewenangan bidang jinayat adalah :

  a. Hudud mencakup zina, menuduh berzina (qazhaf), mencuri, merampok, menuman keras dan napza, murtad, pemberontakan (bughat) b. Qishas/diat meliputi : pembunuhan, penganiayaan.

  c. Ta’zir yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada orang yang melakukan pelanggaran syari’at selain hudud dan qishas/diat seperti: maisir (perjudian), penipuan, pemalsuan, Khlawat meninggalkan shalat fardhu dan puasa ramadhan.

  Pelaksanaan kewenangan Mahkamah Syar’iyah khususnya dalam bidang

  

Jinayah , akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan, kompotensi

  dan ketersediaan sumber daya manusia. Hal ini secara tegas telah digariskan dalam Pasal 3 ayat (2) Keputusan Presiden RI No. 11 Tahun 2003.

2.3 KANTOR MAHKAMAH SYAR’IYAH KUTACANE

  Kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane merupakan kantor bekas Departemen Agama karena dulunya Mahkamah Syar’iyah dan Departemen Agama memiliki satu naungan yakni Kementrian Agama namun pada tahun 2003 dipecah Mahkamah Syar’iyah dibawah naungan Mahkamah Agung dan Departemen Agama tetap berada dibawah naungan Kementrian Agama. Departemen Agama kini sudah meemiliki kantor sendiri sedangkan Mahkamah Syar’iyah belum sehingga kantor tersebut dijadikan kantor Mahkamah Syar’iyah untuk sementara waktu sampai kantor Mahkamah Syar’iyah selesai di bangun.

  Kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane saat ini memiliki ruangan yang sederhana. Pertama kali kita memasuki kantor melalui pintu masuk kita akan langsung dijumpai dengan ruangan sidang yang berdekatan dengan meja piket, meja informasi serta ruang tunggu. Di sisi lain terdapat ruangan ketua, wakil ketua, hakim, para pegawai yang masing-masing ruangan dilengkapi dengan meja kerja, air conditioner (ac), serta dispenser dan kelengkapan ini dimiliki setiap ruangan. Gambar 1: Kantor Mahkamah Syar’iyah Jl. T. Bedussamad no 259 Kutacane Kantor ini tergolong bangunan lama dan tidak bertaraf bangunan

  Mahkamah Agung. Dalam bangunan ini susunan ruangan tidak sesuai standar yang ditentukan untuk Kantor Mahkamah Syar’iyah bahkan mushalla khusus tidak dimiliki oleh kantor ini. Mushalla yang digunakan merupakan pengalihan dari ruang kerja yang tidak dipakai lagi dan merangkap menjadi ruangan penyimpanan seperti gudang dan ini yang digunakan oleh pegawai wanita yang ingin shalat sedangkan pegawai laki-laki lebih memilih shalat di masjid yang letaknya tidak jauh dari kantor Mahkamah Syar’iyah.

  Tanggung jawab pembangunan kantor ini merupakan tanggung jawab dari Mahkamah Agung dengan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat dimana Mahkamah Agung bertanggung jawab mendanai pembangunan dan Pemerintah Daerah (Pemda) bertugas menyediakan lahan dan itu belum terpenuhi sampai akhir tahun 2014. Pada awal tahun 2015 Mahkamah Syar’iyah sudah berkoordinasi dengan pemda setempat untuk membangun kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane dan saat ini kantor tersebut dalam pembangunan dengan luas kurang lebih 10 rantai dan akan dibangun dengan dua lantai yang ditargetkan akhir tahun 2015 ini akan selesai dan dapat dihuni menjadi kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane. Sehingga dapat dipastikan selambat-lambatnya awal tahun 2016 kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane yang baru sudah selesai dan dapat langsung ditempati sehingga kantor Mahkamah Syar’iyah sama dengan kantor Mahkamah Syar’iyah lainnya yang ada di Kutacane.

2.4 FASILITAS KANTOR MAHKAMAH SYAR’IYAH

  Layaknya kantor haruslah memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan kantor agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kutacane yang berada dikelilingi oleh perbukitan menyebabkan kota ini sedikit jauh perkembangannya dengan kota lainnya selain permasalahan jarak tempuh serta kondisi jalan yang buruk sampai tingginya kemungkinan terjadinya bencana longsor ketika musim hujan menjadi penyebab sulitnya pembangunan perkantoran di kota ini.

  Begitupun dengan Kantor Mahkamah Syar’iyah yang dimiliki dikarenakan bangunan ini merupakan bangunan peninggalan kantor sebelumnya dan sudah tergolong bangunan tua sehingga segala fasilitas yang dimiliki juga sangat terbatas namun hal itu tidak menjadikan sebuah halangan bagi Mahkamah Syar’iyah dalam hal memberikan pelayanan terbaik bagi para pencari keadilan sehingga ruangan yang ada disulap sedemikian rupa dan senyaman mungkin agar kantor ini tidak berbeda dengan kantor lainnya dalam hal fasilitas yang menunjang kegiatan kerja sehingga para pencari keadilan merasa nyaman berada di kantor ini dalam rangka penyelesaian perkara. Fasilitas yang dimiliki kantor ini antara lain:

  2.4.1 Ruang Tunggu Kantor Mahkamah Syar’iyah merupakan kantor yang pernah dipakai oleh

  Departemen Agama dan sekarang menjadi kantor Mahkamah Syar’iyah. Bisa dikatakan kalau kantor ini memiliki bangunan tua yang tidak berstandar kantor Mahkamah Syar’iyah namun karena tidak memiliki pilihan lain sehingga kantor ini tetap masih beroperasi hingga sekarang.

  Kantor ini memiliki beberapa ruangan seperti ruang tunggu yang peruntukkan untuk para pencari keadilan untuk menunggu ketika menunggu giliran sidang. Standar ruang tunggu yang wajib dimiliki seperti ruangan memiliki fasilitas ac dan juga ada ruang asi bagi para pencari keadilan yang memiliki anak balita namun pada kantor ini ruang tunggu disulap sedemikan rupa walaupun sederhana tetap memberikan rasa nyaman bagi para pencari keadilan yang menunggu dengan dilengkapi dengan beberapa bangku sederhana yang dapat diduduki, kipas angin sebagai penyejuk ruangan serta tv sebagai penghibur tambahan agar para pencari keadilan tidak merasa bosan ataupun ngantuk berada disini. Namun usaha Mahkamah Syar’iyah dalam upaya memberikan pelayanan yang sangat baik untuk para pencari keadilan ditanggapi positif oleh para pencari keadilan. Beliau mengatakan “Saya nyaman kok disini ada tv ada kipas angin jadi

  

gak ngantuk sambil nunggu giliran malah kalau pakai ac saya masuk angin pun

jadi lebih bagus pakai kipas angin”.

  . Gambar 2: Terlihat ibu-ibu duduk sambil menunggu giliran sidang

  2.4.2 Meja Piket dan Meja Informasi Selain ruang tunggu terdapat meja piket dan meja informasi yang letaknya berdekatan dengan kursi-kursi pada ruang tunggu. Meja piket dan meja informasi digunakan untuk memudahkan para pencari keadilan untuk bertanya agar tidak membingungkan mereka untuk mendaftar dan lain sebagainya.

  Gambar 3: Meja piket Meja piket ini diisi oleh satpam yang bertugas mengarahkan para pencari keadilan sesuai dengan keluhan yang disampaikan. Selain itu satpam juga bertugas menjaga keamanan dalam jalannya sidang agar tetap kondusif dan tidak ada yang membahayakan para majelis hakim. Sedangkan meja informasi diisi oleh pegawai, guna meja informasi membantu para pencari keadilan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan seperti informasi mendaftarkan gugatannya baik itu perceraian, isbat nikah, maupun harta warisan. Tidak berbeda dengan meja piket meja informasi juga diperuntukkan untuk memudahkan para pencari keadilan untuk bertanya seputar jadwal sidang, kelengkapan berkas, serta hal-hal lainnya.

  Gambar 4: Meja informasi

  2.4.3 Ruang Sidang Ruang sidang merupakan fasilitas yang wajib dimiliki karena ruangan ini menjadi ruangan inti dimana disinilah para pencari keadilan mendapatkan keadilannya begitupun dengan para majelis hakim yang memberikan keadilan bagi para pencari keadilan. Ruangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan sidang baik sidang perceraian, harta warisan, jinayat ataupun isbat nikah. Setiap berlangsungnya sidang biasaya dihadiri majelis hakim yang berisi hakim ketua, dan dua orang hakim anggota dan satu orang panitera dan lamanya sidang tidak dapat ditentukan karena tergantung dari selesai atau tidaknya suatu perkara menurut para majelis hakim.

  Gambar 5 : Ruang sidang (tempat berlangsungnya persidangan) serta majelis hakim yang bertindak sebagai pemberi keadilan.

  2.4.4 Papan Nomenklatur Struktural dan Fungsional Papan nomenklatur merupakan papan yang berisikan nama-nama sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing selain itu terdapat pula papan nomenklatur struktural dan nomenklatur fungsional yang berfungsi untuk mengetahui apakah pejabat yang dikantor Mahkamah Syar’iyah berada di tempat atau sedang diluar, dengan tujuan agar para pencari keadilan tau jika sedang mencari para pejabat struktural ataupun fungsional sehingga dapat memudahkan para pencari keadilan dalam mencari pejabat sesuai dengan nama yang tertera disitu. Dengan kata lain papan ini seperti papan pemberitahuan keberadaan pejabat struktural dan pejabat fungsional.

  Gambar 6: Nomenklatur Struktural Gambar 7: Nomenklatur Fungsional

  2.4.5 Papan Pengumuman Gambar 8: Papan Pengumuman

  Papan pengumuman ini berisi dengan panggilan terhadap pihak yang bersangkutan yang tidak diketahui keberdaaannya sehingga surat panggilan tersebut ditempelkan di papan ini dengan tujuan agar dapat dilihat jika saja yang bersangkutan datang langsung ke kantor Mahkamah Syar’iyah Kutacane untuk mencari kebenarannya. Selain itu pemanggilan pihak yang tidak diketahui ini juga disiarkan melalui radio daerah yang bekerja sama dengan Mahkamah Syar’iyah untuk melakukan siaran yang berisi pemanggilan terhadap pihak tersebut untuk segera datang ke kantor Mahkamah Syar’iyah dan memenuhi panggilan tersebut. Pemanggilan melalui radio ini dilakukan selama 4 bulan dan apabila selama tenggang waktu tersebut yang bersangkutan tidak datang maka sidang tersebut dianggap selesai dan perkara tersebut putus.

  2.4.6 Papan Pengumuman Sidang Papan pengumuman sidang ini berisi mengenai jadwal sidang baik itu sidang cerai, warisan dsb. Jadwal sidang ini akan berganti setiap harinya sesuai dengan jadwal orang-orang yang sidang pada hari itu sesuai dengan yang telah ditentukan. Pada papan ini lengkap dengan nama, jenis perkara, waktu persidangan, serta nama majelis hakim yang menangani perkara tersebut.

  Petugas yang bertugas menulis isi pengumuman ini merupakan pegawai honorer sehingga pegawai tersebut memiliki rincian hari, tanggal beserta waktu sidang serta jika terjadi kesalahan seperti jadwal yang bertabrakan petugas ini akan langsung meminta konfirmasi kepada majelis hakim yang bertanggung jawab sehingga tidak menyulitkan para pencari keadilan dalam mencari informasi seputar jadwal persidangan.

  Gambar 9: Papan Pengumuman Sidang

2.5 VISI dan MISI MAHKAMAH SYAR’IYAH

  Sama halnya dengan kantor-kantor lainnya Mahkamah Syar’iyah juga memiliki visi dan misi sebagai garis besar dalam melakukan semua kegiatan yakni:

  VISI : Terwujudnya Badan Peradilan yang Agung MISI :

  1. Menjaga kemandirian badan peradilan

  2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan

  3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan

  4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan

2.6 STRUKTUR ORGANISASI MAHKAMAH SYAR’IYAH

  Ketua : Drs Husaini SH Wakil Ketua : Drs Abd.Hamid Lubis Hakim-Hakim 1. Rohyan S.H 2. Heni Nurliana S.Ag 3. M. Nawawi S.Hi 4. Haris Lutfi S.Hi, MA Panitra / Sekretaris Drs. Samsuar Husein SH Wakil Panitera : Drs. Jemadil M.Kasim Panitra Muda Permohonan Panitra Muda Gugatan Drs Addin Panitra Muda Hukum Suherdi S.Ag Panitra Pengganti M. Firdaus SH Wakil Sekretaris: Fakhrudin Jurista Pengganti 1. Zulkarnaen 2. Asadin 3. Hadi Fadillah Rusli S.Hi Kepala Urusan Umum Ramli Efendi Berutu S.Hi KepalaUr usan Keuangan Mawardi Kpl Urusan Kepegawai an: Azhari Ketua : Drs Husaini SH Wakil Ketua : Drs Abd.Hamid Lubis

2.7 TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi)

  1. Ketua

  • Pemimpin pelaksanaan tugas dalam mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan tugas menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  2. Wakil Ketua

  • Mewakili ketua dalam hal merencanakan dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai wakil ketua serta mengkoordinasi dan melaporkan pengawasan tugas

  3. Hakim

  • Menerima dan meneliti berkas perkara serta bertanggung jawab atas perkara yang diterima yang menjadi wewenangnya baik dalam proses maupun penyelesainnya sampai dengan minutasi.

  2. Panitera/ Sekretaris

  • Berkoordinasi dengan ketua merencanakan dan melaksanakan pelayanan teknis di bidang administrasi perkara, administrasi umum dan administrasi lainnya yang berkaitan dengan menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaan tugas kegiatan kepaniteraan dan kesekretarisan dalam menysusun program kerja jangka panjang dan jangka pendek.

  5. Wakil Panitera

  • Membantu panitera dalam melaksanakan tugas-tugas kepaniteraan dan bertanggung jawab dalam mengawasi tugas meja I meja II meja III. Mengevaluasi dan melaporkan tugas sesuai dengan perundangan yang berlaku.

  6. Kepala Urusan Umum

  • Memimpin dan mengkoordinir dan menggerakkan seluruh aktivitas pada sub bagian bagian umum (rumah tangga) serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membuat laporan/ bertanggung jawab kepada wakil sekretaris.

  7. Kepala Urusan Kepegawaian

  • Memimpin dan mengkordinir / menggerakkan seluruh aktivitas pada sub bagian kepegawaian serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dan pelaksanaan mengevaluasi dan membuat laporan/ bertanggung jawab kepada wakil sekretaris.

  8. Kepala Urusan Keuangan

  • Memimpin dan mengkordinir/menggerakkan seluruh aktivitas sub bagian keuangan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dan pelaksanaan mengevaluasi dan membuat laporan/ bertanggung jawab kepada wakil sekretaris.

  9. Panitera Muda Gugatan

  • Memimpin dan mengkoordinasi/ menggerakkan seluruh aktivitas pada bagian gugatan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan, mengevaluasi dan membuat laporan dan bertanggung jawab kepada wakil panitera.

  10. Panitera Muda Permohonan

  • Memimpin dan mengkoordinasi/ menggerakkan seluruh aktivitas pada bagian permohonan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan, mengevaluasi dan membuat laporan dan bertanggung jawab kepada wakil panitera.

  11. Panitera Pengganti

  • Mendampingi dan membantu majelis hakim mengikuti sidang pengadilan, membuat berita acara, membuat instrumen sidang, mengetik putusan, dan penetapan perkara, menyerahkan berkas perkara yang telah selesai pada panitera muda hukum atau meja III melalui wakil panitera serta bertanggung jawab kepada panitera sekretaris.

  12. Jurusita/ Jurusita Pengganti

  • Melaksanaan kejurusitaan dan bertanggung jawab dengan wakil panitera.

Dokumen yang terkait

Modal Sosial Komunitas Buruh Pengepul Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit di Daerah Transmigrasi (Studi Deskriptif Pada Buruh Pengepul Kelapa Sawit di Desa Ramin Blok C Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi)

0 2 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Perubahan Sosial - Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

0 3 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Bentuk Program CSR Bank Nagari dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal (Studi Pada Program CSR Bank Nagari Cabang Pangkalan)

0 3 13

Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 1 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 10

Pengaruh Penyuluhan tentang Makanan Kariogenik dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Pengetahuan Anak-anak Penderita Karies Gigi di SD Negeri 068004 Perumnas Simalingkar Medan 2015

0 0 16

BAB II URAIAN TEORITIS - Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 27

1 BAB I PENDAHULUAN - Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 6

Proses Akulturasi Dan Perubahan Identitas (Pengaruh Proses Akulturasi Terhadap Perubahan Identitas Etnis Pasangan Keturunan Jepang Dan Indonesia Di Fukushi Tomo No Kai)

0 0 12