BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Langkah Pengembangan Model 4.1.1.Potensi dan Masalah 1. Perencanaan (Planning) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Mening

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Langkah Pengembangan Model

4.1.1.Potensi dan Masalah 1. Perencanaan (Planning)

  Pengawas maupun Kepala Sekolah Dasar di lingkup kecamatan Getasan memiliki potensi sumber daya manusia yang memadai. Program supervisi yang telah disusun menjadi salah satu tindakan pencapaian kinerja yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan. Langkah tersebut juga mendapat dukungan dari kepala UPTD setempat yang ikut serta mengawasi perkembangan kompetensi kepala sekolah- kepala sekolah di lingkungan kecamatan Getasan. Hal tersebut sesuai dengan wawancara dengan kepala UPTD:

  “Kami sudah menyusun program supervisi maupun kunjungan bagi kepala sekolah maupun guru secara rutin. Akan tetapi, memang ada kendala-kendala yang dihadapi ketika akan melakukan supervisi. Misalnya kendala kesiapan dari sekolah yang dikunjungi. Atau pengawas datang, kepala sekolah yang bersangkutan sedang meninggalkan jam dinas.” (wawancara, kepala UPTD, 6 September 2017)

  Hal tersebut sejalan dengan keterangan yang diperoleh dari pengawas SD di lingkup kecamatan Getasan:

  “Program supervisi itu sudah kami siapkan supaya memudahkan kepala sekolah maupun guru untuk mengatasi kesulitan- kesulitan dalam melakukan tugasnya. Misalnya, kesulitan mengajar, mengelola kelas, dan lain sebagainya. Akan tetapi saat di lapangan ditemukan banyak kendala yang tidak terduga. Contohnya, kalau saya datang, kemudian guru maupun kepala sekolah belum siap untuk disupervisi ada yang menawar hari supervisinya. Ada pula, ketika saya mau supervisi ternyata sudah dirancang kegiatan lain di sekolah, dan lain- lain. Memang tidak mudah untuk melaksanakan program supervisi itu dengan maksimal, apalagi keterbatasan waktu yang sudah kami tentukan belum tentu sesuai dengan kegiatan sekolah yang akan kami kunjungi.” (wawancara, pengawas, 6 September 2017) Program supervisi yang dilaksanakan terkait dengan kompetensi kepala sekolah dalam melaksanakan program supervisi pembelajaran. Untuk menguatkan pernyataan dari dua sumber tersebut, peneliti mewawancarai dua kepala sekolah mengenai pelaksanaan supervisi pembelajaran:

  “Program supervisi pasti ada dan sudah disusun dari awal semester. Bahkan pelaksanaannya juga minimal satu semester. Biasanya untuk melaksanakan program supervisi kepada guru-guru perlu penjadwalan yang tepat disesuaikan dengan jadwal guru tersebut saat mengajar.” (wawancara, kepala sekolah, 10 September 2017) “Di awal semester program-program di sekolah sudah harus di buat, salah satunya program supervisi guru. Program itu disusun berdasarkan kebutuhan sekolah, seperti saya menyesuikan dengan sumber daya yang ada di sekolah.” (wawancara, kepala sekolah, 9 September 2017) Berdasarkan hasil wawancara dari narasumber tersebut dapat disimpulan bahwa program supervisi sudah disusun sesuai dengan kebutuhan. Supervisi sebagai alat untuk mengukur kinerja atau kompetensi baik manusia maupun lembaga yang bertujuan untuk mencari solusi dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

  Perencanaan program supervisi yang dilakukan baik pengawas maupun kepala disusun berdasarkan kebutuhan daerah masing- masing.

  Perencanaan program merupakan langkah awal yang menentukan langkah selanjutkan dalam organisasi. Tujuan dari penyusunan program supervisi yaitu untuk memberikan secara pribadi maupun kelompok yang mengalami kesulitan dalam suatu kegiatan.

  Program supervisi dalam bidang pendidikan memberikan gambaran sekaligus bantuan bagi pelaku bidang pendidikan untuk meningkatkan kompetensi sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Pada kenyataannya, perencaan sebuah program belum dipersiapkan dengan matang, sesuai yang diungkapkan kepala UPTD:

  “Perencanaan program biasanya kami melaksanakan di awal tahun ajaran. Rancangan tersebut kami susun berdasarkan waktu yang tidak bertepatan dengan kegiatan dinas lain yang sudah pasti. Namanya merancanag program sudah pasti karena kami punya tujuan, yaitu membantu kepala sekolah, guru di sekolah

  .” (Wawancara, Kepala UPTD, 6 September 2017) Hal ini dikuatkan oleh pernyataan yang disampaikan oleh pengawas: “Selama ini kami menyusun program seperti yang sudah ada sebelumnya. Susunan program yang kami buat juga menyesuaikan kebutuhan yang ada. Jadi, kalau susunan program memang belum ada yang berubah. Sebenarnya ketika menyusun program baru, kami harus melihat evaluasi dari program yang sudah dibuat dan dilaksanakan sebelumnya. Tapi, seringkali kami harus membagi waktu dengan kesibukan pekerjaan yang lain, sehingga kekurangan program sebelumnya tidak kami evaluasi dan tidak kami perbaharui dengan hal yang baru.”

  (Wawancara, pengawas, 6 September 2017) Selain wawancara, informasi mengenai perencanaan supervisi juga diperoleh dari studi dokumen, berupa program atau rencana kegiatan supervisi pengawas, dan supervisi kepala sekolah. dalam studi dokumen tidak ditemukan hal-hal yang menjadi masalah pada program supervisi.

  Perencanaan diperlukan untuk menghasilkan pelaksanaan yang efektif. Oleh karena itu, perencanaan program supervisi pengawas perlu dipersiapkan dengan baik supaya dapat mencapai tujuan.

2. Pengorganisasian (organizing)

  Setelah perencanaan tahap berikutnya dalam pelaksanaan program supervisi pengawas adalah pengorganisian. Pengorganisasian merupakan cara mengumpulkan orang-orang dan menempatkannya menurut kemampuan dan keahlian masing-masing dalam rencana progam yang sudah ditentukan. Pengawas sekolah di lingkup kecamatan Getasan sudah melakukan pengorganisasian supervisi kepala sekolah dengan membentuk kelompok kerja kepala sekolah. secara dokumentasi pembentukan tersebut diwujudkan dalam surat kegiatan kepala sekolah lingkup kecamatan getasan. Berikut kutipan wawancara dengan kepala UPTD:

  “di lingkup kecamatan Getasan kami sudah membentuk paguyuban atau kelompok kerja bagi kepala sekolah. perkumpulan tersebut bertujuan supaya memudahkan kami untuk koordinasi jika ada kegiatan, maupun himbauan penting dari dinas terkait dengan sekolah, guru, maupun kepala sekolah sendiri. Jadi, sebenarnya dengan adanya kegiatan pertemuan bersama dengan kepala sekolah di lingkup kecamatan Getasan, sudah mempermuda untuk mengoordinir mereka.” (Wawancara, Kepala UPTD, 6 September 2017) Sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh kepala UPTD, pengawas juga memberikan penjelasan yang sama terkait pengorganisasian program supervisi:

  “untuk memudahkan koordinasi dengan kepala sekolah di lingkungan kecamatan, memang sudah dari dulu dibentuk perkumpulan atau kelompok kerja bagi kepala sekolah. kalau tidak ada kelompok kerja itu, pasti kami sebagai pengawas maupun yang ada di dinas akan kesulitan untuk memberitahukan informasi-informasi baru yang terkait dengan dinas maupun sekolah. Biasanya kegiatan kepala sekolah tidak bisa dipastikan berapa pertemuan dalam satu bulan, karena yang berkaitan dengan informasi dinas terkadang mendadak atau bisa juga lebih lama. Kepala sekolah yang ada di lingkup kecamatan Getasan itu ada kurang lebih 28 sekolah, kalau tidak ada kelompok kerja kepala sekolah kami pengawas yang satu kecamatan hanya 2 tidak sanggup untuk menginformasikan ke tiap-tiap sekolah. Kadang kalau kami datang tiba-tiba untuk menyampaikan informasi, yang terjadi kepala sekolah sedang ada kegiatan di luar jam dinas, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan yang dilakukan melalui kelompok kerja tersebut seringkali mengenai kegiatan dinas, laporan dinas yang langsung berkaitan dengan tugas kepala sekolah.” (wawancara, pengawas, 6 September 2017) Melalui studi dokumentasi, pengawas menunjukkan daftar hadir pertemuan kepala sekolah dan juga surat undangan bagi kepala sekolah. Dari hasil wawancara dan studi dokumentasi pengorganisasian kepala sekolah, dapat disimpulkan bahwa pengawas kurang efektif dalam mengorganisasi kepala sekolah terkait dengan program supervisi.

3. Pelaksanaan (actuating)

  Tahap ketika dalam program supervisi pengawas adalah pelaksanaan program. Pelaksanaan program dilakukan sesuai dengan pembagian program dan menggerakkan seluruh sumber daya yang ada sehingga program yang direncakan dapat dilakukan secara efektif.

  Kepala UPTD, sebagai penanggung jawab kegiatan-kegiatan yang diprogramkan pada dinas pendidikan setempat menjelaskan tentang pelaksanaan program supervisi:

  “kalau kegiatan supervisi itu pasti dilakukan dengan cara melihat atau mengobservasi secara langsung orang yang disupervisi. Pelaksanaan yang dilakukan biasanya pengawas berkunjung ke setiap sekolah di kecamatan Getasan pada jam dinas atau jam kegiatan belajar mengajar berlangsung.”

  (wawancara, kepala UPTD, 6 September 2017)

  Pendapat serupa juga diungkapkan oleh pengawas sekolah Kecamatan Getasan: “memang yang biasa kami lakukan adalah mengunjungi sekolah-sekolah di kecamatan Getasan, terutama kami ingin memantau kegiatan belajar mengajar dan perkembangan yang dihasilkan oleh sekolah. Biasanya kami sudah menjadwalkan dan menyampaikan terlebih dahulu kepada kepala sekolah jika kami akan visitasi ke sekolah. Tujuannya supaya kepala sekolah siap di tempat, sehingga kalau kami sebagai pengawas ingin melihat laporan-laporan yang berkaitan dengan sekolah, atau kami ingin mengetahui program kegiatan sekolah, kami bisa wawancara dan bertukar pikiran. Di Kecamatan Getasan ini ada kurang lebih 28 sekolah yang kami bina, sedangkan pengawas hanya ada 2. Jika dibandingkan dengan jumlah pengawas dan jumlah sekolah yang ada, tentu itu menjadi kesulitan bagi kami untuk mengefektifkan program supervisi. Padahal sebenarnya ketika membuat program itu kami ingin melaksanakan dengan maksimal, tetapi tugas kami yang lain juga banyak, apalagi kalau ada keperluan dinas, undangan rapat, pelatihan, seminar, dan lain- lain yang menyita cukup banyak waktu bagi kami pengawas.” (wawancara, pengawas, 6 September 2017) Selain wawancara dengan kepala UPTD dan

  Pengawas, berikut wawancara dengan dua kepala sekolah yang menyampaikan pelaksanaan supervisi pengawas:

  “pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi kepada kepala sekolah biasanya datang ke sekolah untuk mensurvei kegiatan belajar mengajar, memantau program maupun kegiatan sekolah, dan lain-lain. Kalau untuk kepala sekolah di Kecamatan Getasan, kami biasanya ada pertemuan bersama untuk kepala sekolah, tapi dalam pertemuan tersebut tidak selalu membahas mengenai supervisi dari pengawas. Biasanya di kegiatan kepala sekolah banyak membahas mengenai perubahan kurikulum, peraturan dinas, berkas-berkas, dan hal-hal lain yang terkait dengan dinas pendidikan. Tetapi kalau tidak ada paguyuban seperti itu, kepala sekolah seperti saya yang sudah sepuh pasti kesulitan untuk mendapatkan informasi- informasi baru seperti untuk guru, untuk siswa, untuk kepala sekolah, dan juga untuk kemajuan sekolah.” (wawancara, kepala sekolah 1, 10 September 2017) “kalau untuk kegiatan supervisi pengawas, biasanya pengawas memberitahu terlebih dahulu dan menjadwalkan datang ke sekolah untuk kegiatan supervisi. Tetapi biasanya pengawas hanya datang untuk mewawancarai saja terkait kegiatan yang dilakukan sekolah. Kalau untuk visitasi di kelas, tidak selalu dilaksanakan karena jam datang pengawas tidak menentu. Terkadang pengawas datang pada saat jam kegiatan belajar mengajar sudah selesai, sehingga tidak dapat visitasi kegiatan pembelajaran di kelas.” (wawancara, kepala sekolah 2, 9 September 2017) Selain itu, wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala sekolah bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah kepada guru:

  “pada dasarnya program supervisi sudah saya susun sesuai dengan kebutuhan masing- masing guru. Kalau menurut program seharusnya tiap semester saya harus supervisi semua guru yang ada, tetapi karena menemukan banyak kendala pelaksanaan terkadang yang saya menjadwalkan supervisi hanya satu kali dalam dua semester. Kendala- kendala itu seperti kegiatan dinas yang tidak bisa saya tinggalkan, agenda kegiatan sekolah yang juga menyita waktu, dan beberapa kendala lain.” (wawancara, kepala sekolah, 10 September 2017) “program supervisi untuk guru sudah saya buat biasanya diawal tahun ajaran. Kalau untuk pelaksanaannya memang belum maksimal. Hal itu karena ada kendala- kendala yang tidak terduga, seperti panggilan dinas, kegiatan dinas di luar sekolah, keterbatasan waktu dengan agenda sekolah.

  Sebenarnya bisa dilaksanakan dengan maksimal kalau kendala-kendala itu bisa diatasi. Apalagi jika melaksanakan supervisi itu harusnya mengikuti kegiatan pembelajaran dari awal sampai selesai, tetapi karena keterbatasan waktu visitasi untuk supervisi hanya sampai kegiatan inti.” (wawancara, kepala sekolah, 9 September 2017) Untuk menguatkan pernyataan kepala sekolah tersebut, dua guru yang diwawancarai juga menyampaikan hal serupa mengenai pelaksanaan supervisi guru:

  “kegiatan supervisi dari kepala sekolah tidak pasti untuk waktunya, kadang hanya satu kali dalam dua semester. Kalau kepala sekolah mensupervisi biasanya juga tidak selesai sampai akhir kegiatan karena kepala sekolah seringkali sudah ada agenda lain terkait kegiatan dinas.” (wawancara, guru, 10 september 2017) “tidak tentu untuk kegiatan supervisi kepala sekolah, karena kepala sekolah lebih banyak kegiatan lain yang berkaitan dengan administrasi, laporan, rapat, tugas dinas, kegiatan dinas, dan lain-lain yang tidak terduga. Sehingga, untuk pelaksanaan supervisi biasanya tergantung kapan kepala sekolah ak an mengadakannya.”

  (wawancara, guru, 9 September 2017) Melalui studi dokumentasi, pelaksanaan supervisi kepala sekolah maupun pengawas diperoleh dari laporan penilaian supervisi yang dilakukan.

  Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan berdasarkan wawancara dan hasil dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program supervisi pengawas belum meningkatkan kompetensi supervisi kepala sekolah. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan supervisi kepala sekolah, maka dibutuhkan model pelaksanaan supervisi pengawas yang dapat menjawab permasalahan kompentensi supervisi kepala sekolah.

4. Evaluasi (controling)

  Setelah ketiga tahapan tersebut dilakukan, tahapan terakhir adalah evaluasi. Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai sejauhmana pelaksanaan program tersebut berhasil. Pelaksanaan program supervisi dilakukan kegiatan evaluasi untuk mengukur dan menilai keterlaksanaan program tersebut yang berupa laporan penilaian.

  Evaluasi yang dilakukan oleh pengawas pada pelaksanaan program supervisi dijelaskan oleh kepala UPTD pada hasil wawancara:

  “bentuk evaluasi yang dilakukan pengawas, melakukan penilaian dari kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah.” (wawancara, kepala UPTD, 6 September 2017)

  Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan pengawas yang menjelaskan tentang evaluasi kegiatan supervisi:

  “untuk evaluasi supervisi yang kami lakukan memberikan penilaian kepada kepala sekolah mengenai pelaksanaan program supervisi yang dilakukan kepala sekolah. Pada form penilaian kegiatan suda memberikan kritik, saran, atau masukan bagi kepala sekolah terkait kegiatan supervisi. Harapannya supaya dengan masukan-masukan dari saya, kepala sekolah dapat mengintrospeksi diri dan semakin meningkatkan kemampuan supervisi kepala sekolah. Hasil evaluasi ini juga harus saya laporkan dengan mengetahui kepala UPTD, sebagai bukti pelaksanaan program yang sudah disusun.” (wawancara, pengawas, 6 September 2017) Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi pelaksanaan supervisi belum dilakukan secara maksimal. Sebagaimana pernyataa dari kepala UPTD dan pengawas tersebut, kepala sekolah juga memberikan pernyataan terkait evaluasi pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas:

  “biasanya pengawas hanya menilai pelaksanaan supervisi yang saya lakukan kepada guru. Penilaian itu didasarkan pada bukti fisik laporan penilaian supervisi yang sudah saya lakukan. Tetapi hanya pada hal itu saja. Belum ada diskusi bersama untuk membahas masalah, kendala yang dihadapi ata u memberikan masukan secara lisan.”

  (wawancara, kepala sekolah, 10 September 2017) “evaluasi yang diberikan pengawas berupa penilaian, juga kritik dan saran yang ditujukan bagi kepala sekolah. Tetapi, kepala sekolah tida diberi instrumen hasil penilaian, sehingga tidak banyak tahu bagaimana perbaikan yang harus dilakukan.” Menurut pernyataan-pernyataan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi pelaksanaan program supervisi pengawas masih mengalami kelemahan yang diperlukan adanya perbaikan. Evaluasi yang tepat dapat memberikan perbaikan bagi pelaksanaan program.

  Berdasarkan uraian tersebut, pelaksanaan program supervisi pengawas di Kecamatan Getasan belum beberapa masalah. Dari aspek perencanaan masalah yang dihadapi kurang adanya pembaharuan program supervisi dengan program sebelumnya, sehingga program yang dibuat menggunakan metode yang sama.

  Pada aspek pengorganisasian, pengawas belum dapat mengorganisasi kepala sekolah di kecamatan getasan untuk melaksanakan program supervisi dengan baik. Pada aspek pelaksanaan program supervisi pengawas terdapat kendala berupa waktu yang terbatas, kurang maksimalnya pelaksanaan program yang sesuai dengan rancangan, keterbatasan tenaga pengawas dibandingkan dengan jumlah kepala sekolah.

  Kelemahan yang ditemukan pada aspek evaluasi adalah kurangnya tindak lanjut dari pengawas terkait hasil penilaian supervisi. Tindak lanjut penilaian tersebut perlu dilakukan supaya kepala sekolah dapat mengevaluasi kemampuan dirinya sendiri dalam melaksanakan program supervisi. Oleh karena itu, dibutuhkan model supervisi untuk menjawab kendala dan permasalah yang dialami, supaya pelaksanaan program supervisi pengawas dapat dilaksanakan secara efektif.

4.1.2.Desain Produk

  Pengembangan model supervisi pengawas melalui teknik workshop menggunakan model pengembangan proseduran, yang menggambarkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Berdasarkan analisis potensi dan masalah pelaksanaan supervisi pengawas di kecamatan Getasan, maka dibuat sebuah model supervisi pengawas melalui teknik workshop untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

  Pada tahap ini dilakukan terlebih dahulu identifikasi kebutuhan terkait dengan kegiatan supervisi pengawas melalui teknik workshop. Identifikasi kebutuhan didasarkan pada masalah-masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi pengawas, yang diperoleh melalui pengumpulan data dari narasumber.

  Langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Perumusan tujuan ini didasarkan pada identifikasi kebutuhan. Sehingga, tujuan yang diperoleh sesuai dan terarah. Berdasarkan identifikasi kebutuhan dan perumusan tujuan, selanjutnya disusun kegiatan supervisi melalui teknik workshop. Dalam tahap perencanaan pengawas dibantu oleh kepala UPTD dan staf terkait dapat merencanakan kegiatan workshop yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah.

2. Pengorganisasian dan Pelaksanaan

  Pengorganisasian merupakan langkah yang dilakukan untuk cara untuk menggunakan sumber daya yang ada. Pengorganisasian yang dilakukan dalam supervisi pengawas melalui teknik workshop dilakukan dengan berkoordinasi dengan kepala UPTD, pengawas, dan kepala sekolah di kecamatan Getasan. Koordinasi tersebut dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan supervisi melalui teknik workshop. Selain itu, pengorganisasian dilakukan agar adanya pemahaman bersama mengenai kegiatan supervisi melalui workshop.

  Langkah selanjutnya yaitu pengorganisasian panitia dan peserta supervisi. Langkah ini diperlukan agar pelaksanaan supervisi dapat maksimal. Panitia yang dibentuk bertugas untuk menyiapkan alat bahan, materi, dan instrumen lain terkait kegiatan workshop.

  Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaa. Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pra

  

workshop yang dilakukan dengan sosialisasi

  kepada peserta workshop. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan memberikan surat undangan dan pemberitahuan kepada kepala sekolah terkait dengan pelaksanaan supervisi pengawas. Kegiatan sosialsasi kepada kepala sekolah bertujuan agar kepala sekolah menyiapkan terlebih dahulu baik dokumen yang diperlukan dalam penilaian supervisi, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan

  workshop kepala sekolah sudah memiliki bekal mengenai hal-hal yang akan dibahas.

  Selanjutkan dilakukan kegiatan supervisi pengawas dengan teknik workshop. kegiatan supervisi ini dilakukan agar kepala sekolah dapat menyampaikan masalah yang dihadapi terkait pelaksanaan supervisi pembelajaran. Pengawas, bertanggung jawab untuk memberikan pembinaan, pengarahan, dan penilaian terkait dengan supervisi pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah.

  Kegiatan selanjutnya pada pelaksanaan supervisi pengawas adalah evaluasi dan tindak lanjut kegiatan supervisi melalui teknik

  workshop. Kegiatan ini diperlukan untuk

  menjadi bahan refleksi bagi pengawas dan panitia untuk menilai kesuksesan kegiatan tersebut.

3. Evaluasi

  Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan penilaian mengenai model atau program yang dilakukan. Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut menjawab kebutuhan supervisi dan efektif untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang. Akhir dari tahap ini diharapkan pengawas mendapat penilaian kompetensi supervisi kepala sekolah.

  64 Gambar 4.1. Desain Model Supervisi Pengawas melalui Teknik Workshop untuk

Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

4.1.3.Validasi Data

  Validasi model supervisi pengawas melalui teknik workshop dilakukan melalui 4 validator, yaitu (1) Dr. Ade Iriani, M.M. (2) Dra. Bety Dwi Jatmi, M.Pd. (3) Yahya Kristanto, S.Pd. (4) Siska Indria Yuniarti, S.Pd. Hasil uji validasi dari keempat pakar terhapada model supervisi pengawas melalui teknik workshop dapat di lihat pada tabel 4.1.

  Tabel 4.1. Hasil Uji Validasi

  Model Supervisi Pengawas melalui Teknik Workshop

  VALIDATOR Dr. Ade Dra. Bety Yahya Siska

  

NO PERTANYAAN Iriani, M.M Dwi Kristanto Indria

Jatmi, , S.Pd Yuniarti, M.Pd S.Pd

  

1 Latar Belakang Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)

  

2 Tujuan Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)

  

3 Sasaran Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)

  

4 Landasan Hukum Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)

  5 Konsep Cukup Jelas (4) Jelas (4) Sangat Manajemen Jelas (3) jelas (5)

  

6 Konsep Cukup Jelas (4) Jelas (4 Jelas (4)

Manajemen Jelas (3) Kepala Sekolah

  7 Konsep Supervisi Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4) Sangat Pembelajaran jelas (5)

  

8 Konsep Teknik Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4 Jelas (4)

Penyusunan

  Supervisi Pembelajaran

  9 Konsep Teknik Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran

  Cukup Jelas (3) Jelas (4) Jelas (4 Jelas (4)

  10 Konsep Teknik Workshop Cukup jelas (3)

  Jelas (4) Jelas (4 Jelas (4)

  11 Model Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop Cukup

  Jelas (3) Jelas (4) Jelas (4 Cukup Jelas (3)

  

12 Penutup Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4 Jelas (4)

Total Nilai

  43

  48

  48

  49 Rata-rata 4,3 4,8 4,8 4,9

  Keterangan: Tidak Jelas : 1 Kurang Jelas : 2 Cukup Jelas : 3 Jelas : 4 Sangat Jelas : 5

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diberikan validator 1, Dr. Ade Iriani, M.M. adalah

  4,3 dalam kategori jelas. Rata-rata nilai yang diberikan validator 2, Dra. Bety Dwi Jatmi, M.Pd. adalah 4,8 dalam kategori jelas. Rata-rata nilai yang diberikan validator 3, Yahya Kristanto, S.Pd. adalah 4,8 dalam katerogi sangat jelas. Validator 4 memberikan nilai dengan rata-rata 4,9 dalam kategori sangat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan memenuhi kriteria yang baik.

  Beberapa saran dari validator tersebut antara lain:

  1. Validator 1 : Perbaikan tata bahasa dalam bahasa Indonesia yang baik, memperbaiki penulisan daftar pustaka.

  2. Validator 2 : Pada prinsipnya sudah baik hanya masih ada yang perlu disesuaikan pada latar belakang dengan apa yang disampaikan sebagai masukan.

  3. Validator 3 : Teknik supervisi dengan workshop sudah jelas, perlu diimplementasikan dalam bentuk uji coba di lapangan sehingga perlu menyempurnakan supervisi teknik workshop.

  4. Validator 4 : Sudah jelas.

4.1.4.Perbaikan Desain

  Berdasarkan hasil validasi dan saran dari validator, selanjutnya dilakukan revisi sehingga diperoleh model supervisi pengawas melalui teknik

  

workshop untuk meningkatkan kompentensi kepala

  sekolah. Revisi yang dilakukan antara lain: 1.

  Memperbaiki susunan kalimat dan tata bahasa yang belum menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang baik sehinga tidak menimbulkan pemahaman yang ambigu.

2. Memperbaiki latar belakang agar sesuai dengan judul sehingga mudah untuk dimengerti.

4.2. Pembahasan

  Model supervisi pengawas melalui teknik

  

workshop ini dikembangkan sesuai dengan kondisi

  tempat penelitian yang dilakukan, agar dapat diimplementasikan dengan mudah. Keberhasilan model ini adalah pada tahapan manajeman, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilakukan dengan baik apabila ada kerjasama yang baik antara pengawas dengan kepala sekolah.

  Daryanto dan Farid (2013:198) menyatakan bahwa pengawas dalam satuan pendidikan adalah pelaksana secara teknis di bidang pengawasan secara akademik dan pengawasan manajerial. Pada hakekatnya fungsi pengawasan tersebut untuk memberi bantuan profesional yang dilaksanakan dalam diskusi mengenai masalah pendidikan untuk meningkatkan kompetensi kepala sekolah, guru, maupun tenaga kependidikan lain yang ada di sekolah. Fungsi pegawasan tersebut dituangkan dalam sebuah program supervisi.

  Program supervisi merupakan program yang susun berdasarkan kebutuhan untuk menilai pelaksanaan suatu kegiatan. Pada penyusunan program diperlukan adanya langkah-langkah manajemen, yaitu idetifikasi masalah, menganalisis masalah, merumuskan cara pemecahan masalah, implementasi pemecahan masalah, evaluasi dan tindak lanjut (Purwanto, 2010:80-81). Pada dasarnya keberhasilan supervisi pengawas juga terletak pada susunan program supervisi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Slameto (2016) yang meneliti tentang supervisi akademik pengawas. Dalam penelitiannya, Slameto menemukan bahwa pengawas perlu menyusun program supervisi dengan melibatkan kepala sekolah binaan, sehingga dapat menyesuikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi.

  Pada tahap perencaan, pengawas perlu menyusun program supervisi terlebih dahulu berdasarkan identifikasi kebutuhan yang ada. Identifikasi kebutuhan dapat dilakukan dengan dialig bersama kepala sekolah binaan, atau berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program supervisi sebelumnya.

  Berdasarkan identifikasi kebutuhan yang sudah ditemukan, pada tahap perencanaan selanjutnya dilakukan perumusan tujuan penyusunan program. Perumusan masalah tersebut didasarkan pada temuan-temuan masalah yang dihadapi pada pelaksanaan supervisi. Pelaksanaan supervisi harus mencakup komponen-komponen yang terkait dan mempengaruhi keberhasilan program, yang terdiri dari komponen perencanaan, implementasi dan dampak dari program supervisi (Daryanto dan Farid, 2013:196).

  Pada langkah perencanaan selanjutnya dilakukan penyusunan program supervisi melalui teknik workshop. Salah satu ciri pelatihan workshop yaitu mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perilaku (Sagala, 2010:54). Selain itu ciri teknik

  

workshop mampu memberikan perubahan iklim yang

  kondusif dan lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi (Mulyasa, 2012: 19-20).

  Melalui pelaksanaan supervisi dengan teknik

  

workshop baik peserta workshop, yaitu kepala sekolah

  maupun narasumber (pengawas) dapat saling menyampaikan pendapat, gagasan secara terbuka mengenai kendala-kendala yang dialami dalam meningkatkan kompetensi. Kesulitan yang dihadapi pengawas dalam melaksanakan supervisi untuk meningkatkan kompetensi supervisi kepala sekolah dapat diatasi dengan melakukan perencanaan program yang disesuikan dengan kondisi masing- masing.

  Pengawas merupakan penggerak utama dalam pelaksanaan kegiatan koordinasi. Kepala sekolah kcamatan Getasan tidak dapat berkoordinasi sendiri tanpa adanya bimbingan dari pengawas. Pada pelaksanaan workshop diperlukan pengorganisasian antara pengawas dengan kepala sekolah. Oleh karena itu, pengawas memiliki fungsi sebagai koordinator yang melekat dalam jabatannya untuk membantu kepala sekolah meningkatkan kompetensinya.

  Pada tahap pelaksanaan, pengawas memberikan pembinaan kepada kepala sekolah mengenai supervisi pembelajaran. Pembelakalan tersebut bertujuan agar kepala sekolah dapat memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai supervisor di sekolah. sebagai seorang supervisor, kepala sekolah bertanggungjawab memberikan bimbingan bagi guru, bantuan dan pengawasan, serta penulaian pada masalah-masalah yang terkait dengan penyeleggaraan belajar mengajar (Daryanto dan Fardi, 2013).

  Pada akhir kegiatan workshop, dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi kegiatan dan tindak lanjut untuk kegiatan selanjutnya. Evaluasi kegiatan

  

workshop diperlukan untuk menilai ketercapaian

tujuan menggunakan model yang digunakan.

  Pada tahap evaluasi, pengawas perlu memberikan penilaian yang sepadan dengan kinerja kepala sekolah mengenai supervisi pembelajaran. Evaluasi ini tidak hanya pada penilaian, namun juga disertai dengan penguatan, tindak lanjut, maupun masukan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuannya dalam supervisi pembelajaran. Seperti pernyataan yang dikemukaan oleh Ulfatin dan Triwiyanto (2016) bahwa evaluasi bertujuan memberikan obyektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil untuk mengetahui kemampuan dan kelayakan.

  Penelitian terdahulu mengenai supervisi yang dilakukan oleh Ashari (2011) mengenai Supervisi Akademik Pengawas Madrasah Tsanawiyah di kabupaten Jepara. Penelitian ini juga dilakukan melalui tahapan proseduran supervisi yang sudah disusun oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Wahid (2013) juga melakukan penelitian yang berjudul Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru. Temuan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah/ madrasah ditandai dengan membuat perencanaan jadwal supervisi, pelaksanaannya menggunakam model, pendekatan dan teknik supervisi, dan menindaklanjuti supervisi.

  Penelitian lain dilakukan oleh Nehtry (2016) melakukan penelitian yang berjudul pengembangan model supervisi akademik teknik mentoring bagi pembinaan kompetensi pedagogik guru kelas. Pada penelitian ini teknik mentoring menjadi salah satu jawaban atas masalah menurunnya kompetensi pedagigik guru karena pelaksanaan supervisi yang belum maksimal.

  S.M Kilminster & B.C Folly (2006) melakukan penelitian yang berjudul effective supervision in clinical

  

practice setting: a literature review. Hasil penelitian ini

  menunjukkan dalam kegiatan supervisi diperlukan hubungan timbal balik agar evaluasi dapat disampaikan untuk perbaikan selanjutnya.

  Penelitian mengenai supervisi untuk meningkatkan kompetensi guru juga dilakukan oleh Harahap (2014) melakukan penelitian yang berjudul supervisi akademik teknik workshop meningkatkan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran aktif. Penelitian dengan teknik serupa juga dilakukan oleh Sukamto (2016) juga melakukan penelitian serupa yang berjudul upaya peningkatan kompetensi guru dalam membuat penilaian tindakan kelas melalui supervisi akademik teknik workshop di SMA Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam Aceh. Hasil dari penelitian dengan teknik workshop tersebut menunjukkan adanya peningkatkan kompetensi guru setelah dilakukan model supervisi melalui teknik workshop.

  Model supervisi pengawas melalui teknik workshop dikembangkan dengan metode pengembangan Borg 7 Gall. Pada tahap analisis potensi dan masalah, disusun pengembangan model supevisi pengawas yang sesuai dengan kebutuhan tempat penelitian. Pada siklus ini mengacu pada tahapan manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Perbedaan model ini dengan model yng digunakan pada pelaksanaan supervisi sebelumnya adalah kejelasan tahapan dalam kegiatan supervisi, yaitu: (1) perencanaan, pada tahap ini dijelaskan langkah- langkah yang ada di dalamnya (identifikasi kebutuhan, perumusan tujuan, penyusunan kegiatan supervisi); (2) pengorganisasian, dijelaskan bentuk organisasi yang dilakukan pengawas untuk melaksanakan supervisi teknik workshop; (3) pelaksanaan, menjelaskan mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan pada tahap pelaksanaan. Kegiatan pada tahap pelaksanaan adalah kegiatan pra workshop dengan melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah, supervisi kepala sekolah, dan kegiatan evaluasi kegiatan workshop; (4) evaluasi, tahap evaluasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran keefektivan pelaksanaan supervisi melalui teknik workshop.

  Adapun yang menjadi kekurang dari model ini pada dasarnya sudah dilakukan oleh penelitian terdahulu mengenai supervisi yang dilakukan kepala sekolah melalui teknik workshop, namun belum ditemukan penelitian yang spesifik mengenai supervisi pengawas. Sehingga, pengembangan yang dilakukan pada model ini didasarkan pada teori-teori yang ada. Selain itu, kekurangan dari penelitian ini perlu diujicobakan untuk melihat keefektivan model dengan peningkatan kompetensi supervisi kepala sekolah. Diharapkan melalui model ini, pengawas dapat melaksanakan supervisi secra efektif untuk meningkatkan kemampuan supervisi kepala sekolah.

4.3. Implikasi Hasil Penelitian

  Implikasi hasil penelitian ini meliputi: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan implikasi terhadap pengembangan model supervisi pengawas melalui teknik workshop, di mana model ini dikembangkan dalam 4 komponen manajemen sehingga kegiatan supervisi pengawas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisian sesuai tujuan.

  2. Penerapan model supervisi pengawas melalui teknik workshop menuntut baik pengawas maupun kepala sekolah bertanggungjawab dan berkomitmen atas keseluruhan tahapan supervisi, sehingga supervisi pengawas untuk meningkatkan kompetensi supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI RANCANG BANGUN PROTOTYPE ALAT PEMBUKA DAN PENUTUP TIRAI JENDELA OTOMATIS BERBASIS ARDUINO UNO AFRIZAL KHOIR NIM. 201452003

0 3 15

PENGARUH KOMPETENSI, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, KOMITMEN ORGANISASI, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP AKUNTABILITAS PEMERINTAH DESA DALAM MENGELOLA ALOKASI DANA DESA (Studi pada Desa Se-Kabupaten Kudus)

0 4 16

A. Bagian Pertama “Me’is Esa” - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Esa Neme Sosona Losa Mate’Ena: Sebuah Komposisi Musik Program untuk Ansambel Musik

0 0 22

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 22

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015)

0 2 19

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SELF EFFICACY, DESENTRALISASI, PELATIHAN DAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA BPR SE KARESIDENAN PATI

0 1 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MODEL SNOWBALL THROWING MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V DI SDN 4 JEKULO

0 0 21

PENERPAN MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE BERBANTUAN MEDIA BAGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA TEMA DAERAH TEMPAT TINGGALKU DI KELAS IV SD 1 DERSALAM

0 3 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

0 0 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1.Pengertian Manajemen - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

0 0 26