Saudaraku, Inilah Keutamaan Puasa Ramadhan

  Saudaraku, Inilah Keutamaan Puasa Ramadhan Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

  Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan pengikutnya, dan

  .

  segenap para sahabatnya. Amma ba’du Pada pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bersama mengenai keutamaan Ramadhan dan puasa di dalamnya. Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.

Keutamaan Bulan Ramadhan Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al- Qur’an

  Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al- Qur’an diturunkan. Sebagaimana

  Allah ta’ala berfirman,

  “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu

  .” (QS. Al Baqarah [2] : 185) Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,” (Dalam ayat ini) Allah

  ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari

  bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi

  

‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)

Kajian Ramadhan

  Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba

  Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun

  dibelenggu

  .” (HR. Muslim) Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ra madhan.”

  (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4, Wazarotul Suunil Islamiyyah)

  Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan

  Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah -yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim. Allah

  ta’ala berfirman,

  • – – “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar

  (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

  ” (QS. Al Qadr [97] : 1-3) Dan Allah ta’ala juga berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan

  sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan

  .” (QS. Ad Dukhan [44] : 3) Ibnu Abbas, Qotadah dan Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam lailatul qadar. (Lihat

  Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al

  Alusi)

  Kajian Ramadhan

  Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa

  Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  , “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap

  hari di bulan Ramadhan ,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan

  .” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam Mujma’ul Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)

  Keutamaan Puasa

  1. Puasa adalah Perisai

  Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

  “Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’)

  2. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pahala yang Tak Terhingga

  3. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Dua Kebahagiaan

  4. Bau Mulut Orang yang Bepuasa Lebih Harum di Hadapan Allah daripada Bau Misik/Kasturi

  Dari Abu Hurairah

  radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

  bersabda, : ، ، . ، ، ، ، .

  ، ،

  “Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad Kajian Ramadhan

  berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR.

  Bukhari dan Muslim)

  5. Puasa akan Memberikan Syafaat bagi Orang yang Menjalankannya

  Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, .

  . “Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada

  hari kiamat nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR.

  Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul Zawaid)

  6. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa

  Abu Hurairah

  radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan

  Muslim)

  7. Bagi Orang yang Berpuasa akan Disediakan Ar Rayyan

  Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

  sallam bersabda,

  ، ، ، ، ، ،

  Kajian Ramadhan

  “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Maka orang- orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (HR. Bukhari

  dan Muslim) Semoga pembahasan di atas dapat mendorong kita agar lebih bersemangat untuk mendapatkan keutamaan berpuasa di bulan Ramadhan dengan cara menghiasi hari-hari di bulan yang penuh berkah tersebut dengan amal saleh yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang mulia.

  Kajian Ramadhan

Pelajaran Berharga di Bulan Ramadhan

  Allah

  ta’ala menciptakan hambanya dengan tujuan agar hanya beribadah pada-

  Nya semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun. Allah

  ta’ala

  berfirman dalam kitabnya yang mulia: “Tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-

  Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

  Allah

  ta’ala menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian dan cobaan untuk

  mengetahui siapa yang paling baik amalannya. Allah

  ta’ala berfirman:

  , ثم :

  “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya.”

  Kemudian Dia berfirman: “Dan Dia adalah Maha Perkasa lagi Maha

  Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)

  Orang-orang yang diuji untuk diketahui siapakah yang paling baik amalannya akan mendapatkan balasan dengan amal tersebut sehingga Allah

  ta’alamenutup ayat

  tersebut dengan nama-Nya Al Ghofur (Maha Pengampun), sedangkan bagi orang- orang yang tidak mampu menghadapi ujian dan cobaan di dunia maka dia berhak mendapatkan hukuman dari-Nya sehingga Dia menutup pula ayat tersebut dengan Namanya Al Aziz (Maha Perkasa). Yang Demikian itu sebagaimana firman Allah

  ta’ala:

  ,

  “Kabarkanlah kepada hamba Ku bahwa sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang dan sesungguhnya Azabku adalah Azab yang sangat pedih.” (QS. Al-Hijr: 49) Kajian Ramadhan

  Keindahan Bulan Ramadhan

  Sebagaimana Allah telah memuliakan sebagian manusia lebih dari yang lainnya, sebagian tempat dari tempat lainnya, Allah

  ta’ala juga telah memuliakan dan

  memberkahi bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Bulan ini merupakan even akhirat di mana pada bulan ini hamba-hambaNya yang saleh akan saling berlomba-lomba untuk meraih akhirat, mendapatkan kemenangan dan mencari cara untuk mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya.

  Mereka berpuasa di siang hari, shalat tarawih di malam hari, dan memperbanyak membaca al-

Qur’an. Mereka melakukan berbagai macam ketaatan dan menjauhi maksiat karena mengharapkan pahala yang besar dan berbagai keutamaan di

  bulan ini. Ketika Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk berpuasa Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberikan motivasi kepada umatnya setelah puasa Ramadhan untuk mengerjakan puasa 6 hari di bulan Syawal agar mendapatkan pahala yang sangat besar yaitu seperti puasa sepanjang masa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang sahih:

  ثم

  “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan berpusa enam hari di bulan Syawal maka dia seperti berpuasa sepanjang masa.” (HR.

  Muslim) Keutamaan yang lain dari bulan ini, Allah telah memberikan kemudahan bagi hambanya untuk memperoleh jalan-jalan yang dapat mengangkat derajat seseorang dan meleburkan dosa-dosanya. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an, dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dibelenggunya setan sebagaimana yang Allah terangkan dalam hadits qudsi:

  ث لي

  “Setiap amalan anak Adam baginya sepuluh kebaikan yang semisal dengannya kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa itu untukku dan aku yang akan memberinya pahala.” (HR. Bukhari) Kajian Ramadhan

  Apabila telah berlalu bulan Ramadhan dan bulan Syawal maka seorang hamba akan memasuki pula bulan haji. Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

  ج لم ع . ( همير )

  “Barang siapa berhaji dan dia tidak berbuat keji dan fasik maka dia kembali ke tempat asalnya seperti bayi yang baru dilahirkan.” (HR Bukhari dan Muslim)

  لم ج بر لم . ( همير )

  “Umrah ke umrah berikutnya adalah penebus dosa di antara waktu keduanya

  dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR. Bukhari dan

  Muslim)

  Pelajaran Berharga Bulan Ramadhan Bulan Ramadhan adalah even yang penuh berkah di antara even-even akhirat.

  Umat islam selalu menanti-nantikan bulan ini setiap harinya. Maka beruntunglah orang-orang yang berjumpa dengan Allah dengan membawa amal saleh dan diterima amalannya. Alangkah meruginya orang-orang yang menemui bulan ini tanpa amal saleh, bersikap lalai, menyibukkan diri dengan keridaan setan dan memperturuti hawa nafsunya yang jelek wal ‘iyadzubillah Sebagian pelajaran yang bisa dipetik oleh seorang muslim yang berpuasa dan banyak melakukan ketaatan pada hari-hari yang penuh berkah ini antara lain:

  1. Balasan kejelekan adalah kejelekan sesudahnya, dengan demikian sesungguhnya seorang muslim yang ingin mendapatkan kebaikan bagi dirinya, jika menyukai perjumpaan dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah, menyibukkan dengan ketaatan pada-Nya, bersyukur terhadap segala kenikmatannya yang nampak maupun tersembunyi maka dia akan mantap untuk beramal saleh, tergerak hatinya untuk menyukai negeri akhirat yang tidak bermanfaat di negeri akhirat harta benda, anak-anak kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang salim (bersih). Maka benarlah, jika seorang hamba jiwanya senang dengan ketaatan pada hari-hari yang penuh berkah, berharap pahala dari Allah, menjauhi maksiat karena takut azab Allah maka ia akan memperoleh faedah berupa pelajaran berharga

  Kajian Ramadhan yang mengharuskannya untuk berbuat ketaatan dan menjauhi larangannya. Sesungguhnya Allah itu terus disembah hingga datang kematian sebagaimana firman-Nya, “Sembahlah Rabb kalian hingga datang hari yang pasti (Kematian).” (QS. Al- Hijr: 99)

  

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah pada Allah dengan sebenar-

benar takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan

muslim.” (QS. Ali Imran: 132)

  Maka tidak selayaknya bagi seorang muslim yang telah merasakan nikmatnya bulan Ramadhan untuk menukar kelezatan tersebut dengan pahitnya maksiat pada Allah baik di bulan Ramadhan maupun di bulan-bulan lainnya. Bukanlah seorang muslim yang baik jika dia menukar kebaikannya di bulan Ramadhan dengan kemaksiatan di bulan lainnya. Allah

  ta’ala akan

  selalu dekat dengan orang-orang yang bertakwa sepanjang zaman. Dia selalu disembah oleh hamba-Nya baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. Dia selalu hidup dan tidak pernah mati. Amal-amal manusia di siang hari selalu terangkat pada-Nya sebelum datang malam hari dan amal- amal yang dikerjakan pada malam hari akan terangkat pada-Nya sebelum datang siang hari. Allah tidak akan berbuat zalim sedikit pun. Dia berfirman:

  

“Jika kamu berbuat baik maka akan dilipatgandakan pahalanya dan akan

mendapatkan pahala yang besar di sisi- Nya.” (HR. An-Nisa: 40) 2. Puasa adalah jalan yang mengantarkan seorang hamba kepada Rabbnya.

  Tidak ada yang mengetahui hakikat pahalanya yang begitu besar kecuali Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman dalam hadits qudsi:

  ث لي ع ي

  Kajian Ramadhan

  

“Setiap amalan anak Adam dibalas dengan kebaikan sepuluh kali lipatnya

kecuali puasa, maka puasa itu untuk-Ku dan aku yang akan membalasnya,

dia menahan syahwatnya dan menahan makan dan minum karena

aku.” (HR. Muslim)

  Mungkin saja ada orang yang mengaku berpuasa padahal ketika tidak dilihat orang maka dia makan dan minum. Orang seperti ini tidak merasa diawasi Allah. Dia hanya mendapatkan pujian dari manusia. Adapun orang yang takut pada Allah jika rusak puasnya dia takut sebagaimana takut apabila rusak shalat, zakat, haji, dan kewajiban-kewajiban lainnya. Allah telah mewajibkan puasa sebagaimana Allah telah mewajibkan shalat. Shalat adalah rukun islam yang paling agung setelah syahadat. Shalat diwajibkan ketika Nabi Mi’raj ke atas langit. Oleh karena itu jika rusaknya puasa adalah perkara yang sangat besar baginya maka rasa khawatir akan rusaknya shalat akan terasa lebih besar urusannya. Inilah salah satu faedah yang bisa diambil seorang muslim di bulan Ramadhan.

  3. Sesungguhnya di antara yang menjadi sebab kelapangan dan kegembiraan hati yang baik adalah menjadikan masjid sebagai tempat ibadah dan shalat di bulan Ramadhan. Ini adalah kelapangan dan kebahagiaan yang sangat agung bagi orang yang selalu mengerjakannya. Masjid-masjid Allah akan semakin diramaikan oleh orang-orang yang hendak mengerjakan shalat. Jika kebaikan ini terus berlanjut setelah Ramadhan usai, maka akan menjadikan seorang hamba sebagai bagian dari tujuh golongan yang kelak akan mendapatkan naungan dari Allah yang tidak ada naungan pada saat itu kecuali naungan dari Allah. Hal ini dikarenakan dia telah menjadi seorang hamba yang hatinya selalu terpaut dengan masjid sebagaimana yang di kabarkan Rasulullah dalam hadits sahih. 4. kewajiban menahan makan, minum dan segala yang membatalkannya hanya terjadi saat berpuasa di bualan Ramadhan. Adapun menahan diri dari yang haram terus berlaku sepanjang masa. Seorang muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan adalah yang berpuasa menahan diri dari perkara yang halal maupun yang haram. Shaum secara bahasa berati menahan diri dari sesuatu. Adapun secara syar’i, shaum adalah menahan diri dari makan dan minum dan dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Makna syar’i adalah bagian dari makna secara bahasa

  Kajian Ramadhan sebagaimana makna secara bahasa juga dikaitkan dengan makna secara syar’i maka keduanya saling melengkapi. Berdasarkan makna secara bahasa maka termasuk larangan selama puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang haram baik yang dilakukan oleh mata, lisan, telinga, tangan, kaki dan kemaluan. Allah telah berjanji untuk memberikan pahala bagi orang-orang yang bersyukur atas segala nikmat-Nya dan mengamalkan perintah-perintahNya. Allah pun telah berjanji untuk mengazab orang-orang yang tidak menjaga perintah dan larangan- Nya, menuruti keridaan setan dan meninggalkan keridaan Allah. Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia akan ditanyai kelak di hari kiamat. Allah

  ta’ala

  berfirman: ع “Janganlah kalian mengikuti perkara yang kalian tidak memiliki ilmu tentangnya.

  Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan ucapanmu akan dimintai pertanggungjawaban (kelak di akhirat)” (QS. Al-Isra: 36) “Tangan-tangan mereka akan berbicara kepada kami dan kaki-kaki mereka akan bersaksi atas apa yang telah mereka perbuat (semasa di dunia)” (QS. Yasin: 65)

  , , لم ي

  Dan Allah juga berfirman, “Pada hari dikumpulkannya musuh-musuh Allah di

  neraka dalam keadaan berkelompok-kelompok. hingga datang sebagai saksi atas mereka yaitu pendengaran mereka, penglihatan mereka, kulit-kulit mereka terhadap apa yang dilakukan (selama di dunia) dan mereka berkata kepada kulit mereka mengapa kalian bersaksi atas kami?maka mereka menjawab Allah telah membuat kami bisa berbicara sebagaimana dia bisa membuat bicara segala sesuatu dan dia menciptakan kalian pertama kali dan kepada-Nya lah kalian kembali.” (QS. Fushshilat: 19) Kajian Ramadhan

  Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Muadz bin jabal radhiyallahu ‘anhu setelah dia memerintahkannya untuk menjaga lisannya. Maka

  Muadz bertanya: “ بي ، الله لم ؟ : “ ث ، : ” تر .

  Wahai Nabi Allah apakah kita akan diazab karena apa yang telah kita

  ucapkan? Berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ibumu kehilangan

  dirimu wahai Muadz. Bukankah seseorang diseret atas wajahnya atau di atas batang hidungnya karena ucapan lisannya?” (HR. Tirmidzi)

  Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: لي ض ”.

  “Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” (HR. Bukhari)

  Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam juga bersabda: لله لآ ير

  “Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  لم لم

  “Seorang muslim adalah orang yang tidak mengganggu muslim yang lain dengan lisan dan tangannya

  . ” (HR. Bukhari dan Muslim)

  Kajian Ramadhan

  لم تي تي تي ض

  ي ثم ”

  “Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan amalan shalat, puasa dan zakat dalam keadaan dahulunya mencaci orang lain, memfitnah orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, memukul orang lain. Maka diambil kebaikannya untuk diberikan kepada orang yang telah ia zalimi tersebut. Apabila telah habis kebaikannya sementara urusannya belum selesai maka kejelekan orang yang dizalimi akan diberikan padanya kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)

  “ لم ”

  “surga itu dihiasi dengan perkara-perkara yang di benci sedangkan neraka dihiasi dengan hal- hal yang disukai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  Dengan demikian, sungguh Allah telah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk berpuasa (menahan) lisannya, kemaluannya, pendengarannya, penglihatan, tangan dan kakinya dari perbuatan haram dan inilah pengertian shiyam (puasa) secara bahasa. Puasa yang seperti ini tidak hanya khusus di bulan Ramadhan saja tetapi untuk seterusnya sampai datang kematian dalam ketaatan pada Allah sehingga menang dengan keridaan Allah dan selamat dari kemurkaan Allah. Maka jika seorang muslim telah mengetahui bahwa Allah telah mengharamkan sesuatu yang halal ketika bulan Ramadhan dan mengharamkan perkara-perkara yang pada asalnya memang haram untuk selamanya maka pelajaran yang bisa dipetik bahwasanya seseorang tidak akan begitu saja membatasi dari yang haram ketika bulan Ramadhan saja akan tetapi dia akan melakukannya terus hingga akhir hayatnya karena takut terhadap hukuman Allah bagi orang-orang yang menyelisihi perintah dan larangan-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan firman Allah ta’ala dalam sebuah hadits qudsi bahwasanya orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu ketika berbuka dan bertemu dengan Rabbnya di hari kiamat. Orang yang berpuasa bergembira ketika berbuka karena jiwanya saat berpuasa telah mampu meninggalkan apa yang ia sukai tetapi dilarang oleh Allah

  Kajian Ramadhan dan yang lebih besar dari itu ia akan mendapatkan balasan yang paling agung dan sempurna yaitu perjumpaan dengan Allah kelak di surga.

  Barangsiapa yang menjaga lisannya, kemaluannya, tangannya, pendengaran, penglihatan dan seluruh anggota badannya dari yang diharamkan Allah hingga ajal menjemputnya maka ia berhak mendapatkan surga yang penuh kenikmatan dan berjumpa dengan Rabbnya.

  Rasulullah

  shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan balasan bagi seorang

  mukmin ketika menjelang wafat, malaikat maut akan datang dengan wajah bersinar bagai matahari. Malaikat tersebut membawa kafan dan minyak wangi dari surga. Kemudian malaikat maut berkata: wahai jiwa yang baik keluarlah

  menuju ampunan dan keridaan Allah. Maka keluarlah ruh orang mukmin tersebut dengan lembut seperti tetesan air dari wadah air”.

  Maka inilah perlombaan yang baik, yaitu orang-orang yang terdepan dalam semangat untuk meraih kebahagiaan hatinya dan berusaha untuk membebaskan dirinya dari hal-hal yang dapat merusak dan membinasakan. Untuk itu dokter hati yaitu nabi kita

  shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi petunjuk kepada

  seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau tentang hari kiamat maka yang paling penting baginya untuk mempersiapkan diri dengan amal saleh. Beliau menjawab :”apa yang telah engkau persiapkan dalam menghadapi hari kiamat?”. Pertanyaan ini adalah penjelasan bahwa kehidupan dunia adalah persiapan untuk menghadapi kehidupan akhirat. Allah

  ta’ala berfirman

  لي

  “Berbekallah!! Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, bertakwalah padaku wahai orang- orang yang berpikir.” (QS. Al-Baqarah: 197)

  Berikut ini kami tulisan ini penjelasan keutamaan bulan ramadhan dari kitab karya Syaikh Salim bin Ied al hilali dan syeikh Ali Hasan Abdul Hamid yang berjudul shifat shaum an Nabiy shallallahu ‘alaihi wa sallam fii Ramadhan.

  Kajian Ramadhan

  Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barakah. Allah memberkahinya dengan keutamaan yang banyak sebagaimana dalam penjelasan berikut ini:

  Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia, obat bagi kaum mukminin, pembimbing ke jalan yang lurus dan menjelaskan jalan petunjuk. Al Qur’an diturunkan pada malam lailatul Qadr, suatu malam di bulan Ramadhan. Allah

  ta’ala berfirman:

  بر

  “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)

  Ketahuilah wahai saudaraku -mudah-mudahan Allah memberkatimu- sesungguhnya status bulan Ramadhan adalah sebagai bulan yang diturunkan padanya al-

  Qur’an. Firman Allah yang artinya, “Barangsiapa di antara kamu hadir

  (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”. Memberi isyarat penjelasan sebab dipilihnya Ramadhan adalah karena

  bulan tersebut bulan diturunkannya al- Qur’an.

  Kajian Ramadhan

  Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggunya jin-jin jahat dengan rantai. Mereka tidak bisa leluasa merusak manusia sebagaimana leluasanya di bulan yang lain. Hal ini dikarenakan pada saat itu kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat dan juga karena bacaan al-

  Qur’an dan ibadah-ibadah yang membersihkan jiwa. Allah ta’ala berfirman:

  “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)

  Dengan demikian, ditutupnya pintu-pintu jahanam dan dibukanya pintu-pintu surga karena pada bulan itu amal saleh banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik tersebar di mana-mana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  ، ير

  “Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggulah syaitan.” (HR. Muslim)

  Semuanya itu sudah terjadi sejak awal bulan Ramadhan yang diberkahi, berdasarkan sabda Rasullah

  

shallallahu ‘alaihi wa sallam,

  ، ، ، : ي ير ، ي

  ، الله

  “Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu -pintu neraka, tidak ada satu pintupun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintupun yang tertutup, berseru seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi) Kajian Ramadhan

  Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam ini lebih baik dari seribu bulan seperti tertera dalam al-

  Qur’an surat al-Qadr: 1-5 Malam Qadr terjadi pada akhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah, dia berkata Rasulullah beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda:

  “Carilah malam Qadr di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ram adhan.”

  Rasulullah bersabda:

  “Barangsiapa berdiri shalat pada malam Qadr dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.”

  Saudaraku semoga Allah memberkahimu dan memberi taufik kepadamu untuk menaati-Nya, engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Qadr dan keutamaannya, maka bangunlah untuk menegakkan shalat pada sepuluh malam terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi istri, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan. Dari Aisyah

  radhiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam

  apabila masuk pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Juga dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,

  بي الله يج يج ير “Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersungguh-sungguh beribadah apabila telah masuk sepuluh terakhir yang tidak pernah beliau lakukan pada malam- malam lainnya.” (HR. Muslim)

  Kajian Ramadhan

Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan

  م لله ه ةلاص لاس ىل م لا ،ه م Tamu agung itu sebentar lagi akan tiba, sudah siapkah kita untuk menyambutnya? Bisa jadi inilah Ramadhan terakhir kita sebelum menghadap kepada Yang Maha Kuasa. Betapa banyak orang-orang yang pada tahun kemarin masih berpuasa bersama kita, melakukan shalat tarawih dan idul fitri di samping kita, namun ternyata sudah mendahului kita dan sekarang mereka telah berbaring di ‘peristirahatan umum’ ditemani hewan-hewan tanah. Kapankah datang giliran kita? Dalam dua buah hadits, Nabi

  shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan

  kondisi dua golongan yang saling bertolak belakang kondisi mereka dalam berpuasa dan melewati bulan Ramadhan: Golongan pertama digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

  م ص ض م م إ س ت غ ه م ق ت م ه

  “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.

  Bukhari dan Muslim) Golongan kedua digambarkan oleh beliau

  shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam

  sabdanya: ئ ص هظ م هم ص ع ج شط “Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga.” (HR.

  Ibnu Majah), al-Hakim dan dia menshahihkannya. Al- Albani berkata: “Hasan

  Shahih.” Akan termasuk golongan manakah kita? Hal itu tergantung dengan usaha kita dan taufik dari Allah ta’ala.

  Kajian Ramadhan

  Bulan Ramadhan merupakan momentum agung dari ladang-ladang yang sarat dengan keistimewaan, satu masa yang menjadi media kompetisi bagi para pelaku kebaikan dan orang-orang mulia. Oleh sebab itu, para ulama telah menggariskan beberapa kiat dalam menyong- song musim-musim limpahan kebaikan semacam ini, supaya kita turut merasakan nikmatnya bulan suci ini. Di antara kiat-kiat tersebut (Agar Ramadhan Kita Bermakna Indah, nasihat yang disampaikan oleh Syaikh kami Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-

  Ruhaili pada malam Jum’at 27 Sya’ban 1423 H di Masjid Dzun Nurain Madinah. Plus penjelasan-penjelasan lain dari penyusun):

Kiat Pertama: Bertawakal kepada Allah Ta’ala

  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan,

  “Dalam menyambut kedatangan musim-musim ibadah, seorang hamba sangat membutuhkan bimbingan, bantuan dan taufik dari Allah ta’ala. Cara meraih itu semua adalah dengan bertawakal kepada- Nya.”

  Oleh karena itu, salah satu teladan dari ulama salaf -sebagaimana yang dikisahkan

Mu’alla bin al-Fadhl- bahwa mereka berdoa kepada Allah dan memohon pada-

  Nya sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba agar dapat menjumpai bulan mulia ini dan memudahkan mereka untuk beribadah di dalamnya. Sikap ini merupakan salah satu perwujudan tawakal kepada Allah. Ibnu Taimiyah menambahkan, bahwa seseorang yang ingin melakukan suatu amalan, dia berkepentingan dengan beberapa hal yang bersangkutan dengan sebelum beramal, ketika beramal dan setelah beramal:

  a. Adapun perkara yang dibutuhkan sebelum beramal adalah menunjukkan sikap tawakal kepada Allah dan semata-mata berharap kepada-Nya agar menolong dan meluruskan amalannya. Ibnul Qayyim memaparkan bahwa para ulama telah bersepakat bahwa salah satu indikasi taufik Allah kepada hamba-Nya adalah pertolongan-Nya kepada hamba-Nya. Sebaliknya, salah satu ciri kenistaan seorang hamba adalah kebergantungannya kepada kemampuan diri sendiri.

  Menghadirkan rasa tawakal kepada Allah adalah merupakan suatu hal yang paling penting untuk menyongsong musim-musim ibadah semacam ini; untuk menumbuhkan rasa lemah, tidak berdaya dan tidak akan mampu menunaikan

  Kajian Ramadhan ibadah dengan sempurna, melainkan semata dengan taufik dari Allah. Selanjutnya kita juga harus berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan supaya Allah membantu kita dalam beramal di dalamnya. Ini semua merupakan amalan yang paling agung yang dapat mendatangkan taufik Allah dalam menjalani bulan Ramadhan. Kita amat perlu untuk senantiasa memohon pertolongan Allah ketika akan beramal karena kita adalah manusia yang disifati oleh Allah ta’ala sebagai makhluk yang lemah:

  قل خ س لإ ض

  “Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisa: 28)

  Jika kita bertawakal kepada Allah dan memohon kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi taufik-Nya pada kita.

  b. Di saat mengerjakan amalan ibadah, poin yang perlu diperhatikan seorang hamba adalah: ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua hal inilah yang merupakan dua syarat diterimanya suatu amalan di sisi

  Allah. Banyak ayat dan hadits yang menegaskan hal ini. Di antaranya: Firman Allah ta’ala, م م لا إ الله ص ل خم ه

  “Padahal mereka tidaklah diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada- Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

  Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: م لم لام س ه ل م ه ف

  “Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan itu akan tertolak.” (HR. Muslim)

  c. Usai beramal, seorang hamba membutuhkan untuk memperbanyak istigfar atas kurang sempurnanya ia dalam beramal, dan juga butuh untuk memperbanyak hamdalah (pujian) kepada Allah Yang telah memberinya taufik sehingga bisa beramal. Apabila seorang hamba bisa mengombinasikan antara hamdalah dan istigfar, maka dengan izin Allah ta’ala, amalan tersebut akan diterima oleh-Nya.

  Kajian Ramadhan

  Hal ini perlu diperhatikan betul-betul, karena setan senantiasa mengintai manusia sampai detik akhir setelah selesai amal sekalipun! Makhluk ini mulai menghias- hiasi amalannya sambil membisikkan,

  “Hai fulan, kau telah berbuat begini dan begitu… Kau telah berpuasa Ramadhan… Kau telah shalat malam di bulan suci… Kau telah menunaikan amalan ini dan itu dengan sempurna…”

  Dan terus menghias-hiasinya terhadap seluruh amalan yang telah dilakukan sehingga tumbuhlah rasa ‘ujub (sombong dan takjub kepada diri sendiri) yang menghantarkannya ke dalam lembah kehinaan. Juga akan berakibat terkikisnya rasa rendah diri dan rasa tunduk kepada Allah ta’ala.

  Seharusnya kita tidak terjebak dalam perangkap ‘ujub; pasalnya, orang yang merasa silau dengan dirinya sendiri (bisa begini dan begitu) serta silau dengan amalannya berarti dia telah menunjukkan kenistaan, kehinaan dan kekurangan diri serta amalannya.

  Hati-hati dengan tipu daya setan yang telah bersumpah: م ف ت غ ق ه كط ص ق ت س م . ث ه تلآ م ه م ه ل خ

  ه م هل ئ مش

  “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka (para manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka.” (QS. Al-A’raf: 16-17)

  Kiat Kedua: Bertaubat Sebelum Ramadhan Tiba

  Banyak sekali dalil yang memerintahkan seorang hamba untuk bertaubat, di antaranya: firman Allah ta’ala: ه م ت ى إ ت ص ى س ت ئ س ل خ ج ج ت م

  ه ت ت ه

  “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kamu akan menghapuskan kesalahan- kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai- sungai.” (QS. At Tahrim: 8) Kajian Ramadhan

  Kita diperintahkan untuk senantiasa bertaubat, karena tidak ada seorang pun di antara kita yang terbebas dari dosa-dosa. Rasul shallallahu

  ‘alaihi wa sallam

  mengingatkan, ل ى ء طخ خ ئ طخ ت

  “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan dihasankan isnadnya oleh

  Syaikh Salim Al Hilal) Dosa hanya akan mengasingkan seorang hamba dari taufik Allah, sehingga dia tidak kuasa untuk beramal saleh, ini semua hanya merupakan sebagian kecil dari segudang dampak buruk dosa dan maksiat (lihat Dampak-Dampak dari

  Maksiat dalam kitab Ad- Daa’ Wa Ad-Dawaa’ karya Ibnul Qayyim, danAdz-Dzunub Wa Qubhu Aatsaariha ‘Ala Al-Afrad Wa Asy-Syu’ub karya Muhammad bin Ahmad Sayyid Ahmad hal: 42-48).

Apabila ternyata hamba mau bertaubat kepada Allah ta’ala, maka prahara itu akan sirna dan Allah akan menganugerahi taufik kepadanya kembali

  Taubat nasuha atau taubat yang sebenar-benarnya hakikatnya adalah: bertaubat kepada Allah dari seluruh jenis dosa. Imam Nawawi menjabarkan: Taubat yang sempurna adalah taubat yang memenuhi empat syarat: 1. Meninggalkan maksiat.

  Menyesali kemaksiatan yang telah ia perbuat.

  2. Bertekad bulat untuk tidak mengulangi maksiat itu selama-lamanya.

  3.

  4. Seandainya maksiat itu berkaitan dengan hak orang lain, maka dia harus mengembalikan hak itu kepadanya, atau memohon maaf darinya (Lihat: Riyaadhush Shaalihiin, karya Imam an-Nawawi hal: 37-38)

  Ada suatu kesalahan yang harus diwaspadai: sebagian orang terkadang betul- betul ingin bertaubat dan bertekad bulat untuk tidak berbuat maksiat, namun hanya di bulan Ramadhan saja, setelah bulan suci ini berlalu dia kembali berbuat maksiat. Sebagaimana taubatnya para artis yang ramai-ramai berjilbab di bulan Ramadhan, namun setelah itu kembali ‘pamer aurat’ sehabis idul fitri.

  Kajian Ramadhan

  Ini merupakan suatu bentuk kejahilan. Seharusnya, tekad bulat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa dan berlepas diri dari maksiat, harus tetap menyala baik di dalam Ramadhan maupun di bulan-bulan sesudahnya.

  Kiat Ketiga: Membentengi Puasa Kita dari Faktor-Faktor yang Mengurangi Keutuhan Pahalanya

  Sisi lain yang harus mendapatkan porsi perhatian spesial, bagaimana kita berusaha membentengi puasa kita dari faktor-faktor yang mengurangi keutuhan pahalanya. Seperti menggunjing dan berdusta. Dua penyakit ini berkategori bahaya tinggi, dan sedikit sekali orang yang selamat dari ancamannya.

  Rasulullah shal

  lallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

  م ع ل ق ز لم ه س ل ف لله ج ف ع هم ط ه ش

  “Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatannya, maka niscaya Allah tidak akan membutuhkan penahanan dirinya dari makanan dan minuman (tidak membutuhkan puasanya).” (HR. Bukhari)

  Jabir bin Abdullah menyampaikan petuahnya: إ مص ص ل ف ك مس ك ص ك س م ع ى ج ,

  ك ل ق س كم ص , لا ل ج ت كم ص ك ط ف ء س

  “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram dan janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuas amu sama.”