PENERAPAN METODE DEMPSTER SHAFER DALAM MENDIAGNOSA PENYAKIT BELL’S PALSY

  

PENERAPAN METODE DEMPSTER SHAFER DALAM

MENDIAGNOSA PENYAKIT BELL’S PALSY Muhammad Syahril

  1 , Nelly Astuti Hasibuan

  2 , Pristiwanto

  3

  1 Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma 2, 3

  Dosen Tetap STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Sp. Limun Medan

  

ABSTRAK

Penyakit Bell’s palsy adalah disfungsi nervus facialis, saat saraf berjalan di dalam canalis facialis, kelainan ini biasanya

unilateral. Letak disfungsi menentukan aspek fungsional nervus facialis yang tidak bekerja. Pembengkakan saraf di dalam

canalis facialis menekan serabut-serabut saraf, keadaan ini menyebabkan hilangnya fungsi saraf sementara dan

menimbulkan tipe paralisis facialis lower motor neuron. Sistem pakar bukanlah untuk menggantikan fungsi dokter, akan

tetapi hanya digunakan sebagai pelengkap dan alat bantu. Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang

menggunakan pengetahuan, faktadan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan

oleh seorang pakarhanya dalam bidang tertentu. Metode yang digunakan pada sistem pakar ini menggunakan teori

dempster-shafer, karena metode ketidakpastian ini menghasilkan gambaran kemungkinan sebuah jawaban, dan hanya ada

satu yang akan sesuai dengan jawaban yang dibutuhkan, dan teori ini tingkat kepercayaannya didapat dari suatu gejala dari

masalah tersebut.

  Kata kunci : Bell’s Palsy, Sistem Pakar, Dempster-Shafer

I. PENDAHULUAN

  facialis , saat saraf berjalan di dalam canalis facialis,

  matematika untuk pembuktian berdasarkan belief

  Sistem pakar adalah salah satu cabang dari AI yang membuat penggunaan secara luas knowledge yang khusus untuk penyelesaian masalah tingkat manusia yang pakar. Seorang pakar adalah orang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu, yaitu pakar yang mempunyai knowledge atau kemampuan khusus yang orang lain tidak mengetahui atau mampu dalam bidang yang dimilikinya. Ketika sistem pakar dikembangkan pertama kali sekitar tahun 70-an sistem pakar hanya berisi knowledge yang ekslusif. Namun demikian sekarang ini istilah sistem pakar sudah digunakan untuk berbagai macam sistem yang menggunakan teknologi sistem pakar itu. Teknologi sistem pakar ini meliputi bahasa sistem pakar, program dan perangkat keras yang dirancang untuk membantu pengembangan dan pembuatan sistem pakar.

  B. Sistem Pakar

  Aplikasi adalah program komputer yang dipakai untuk melakukan pekerjaan yang dapat membantu manusia dalam pekerjaannya yang berhubungan dengan komputer, dengan tujuan agar pekerjaan tersebut bisa lebih cepat, tepat dan efisien. Misalnya aplikasi perpustakaan digunakan untuk mengolah buku, anggota, dan peminjaman buku.

  A. Aplikasi

  II. TEORITIS

  dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa.

  functions and plausible reasoning (fungsi kepercayaan

  shafer . Metodedempster shafer adalah suatu teori

  kelainan ini biasanya unilateral. Letak disfungsi menentukan aspek fungsional nervus facialis yang tidak bekerja. Pembengkakan saraf di dalam canalis

  Ada beberapa metode yang dapat diterapkan didalam sistem pakar, salah satunya metodedempster

  fungsi seorang pakar dalam menyelesaikan suatu masalah. Sistem pakar sebagai kecerdasan buatan, menggabungkan pengetahuan dan fakta-fakta serta teknik penelusuran untuk memecahkan permasalahan yang secara normal memerlukan keahlian dari seorang pakar.

  base ) dengan sistem inferensi untuk menggantikan

  Sistem pakar (expert system) merupakan cabang dari kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan juga merupakan bidang ilmu yang muncul seiring perkembangan ilmu komputer saat ini. Sistem pakar ini adalah sistem komputer yang bisa menyamai atau meniru kemampuan seorang pakar. Sistem ini bekerja untuk mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang menggabungkan dasar pengetahuan (knowledge

  Penyakit bell’s palsy adalah disfungsi nervus

  neuron

  menyebabkan hilangnya fungsi saraf sementara dan menimbulkan tipe paralisis facialis lower motor

  facialis menekan serabut-serabut saraf, keadaan ini

  . Bell’s palsy merupakan suatu kelumpuhan wajah idiopatik akut dari saraf kranial ketujuh yang memengaruhi satu sisi wajah. Penyebab bell’s palsy tidak diketahui, kadang-kadang terjadi setelah wajah terpajang angin dingin. Di Indonesia, Kasus penyakit bell’s palsy banyak terjadi namun secara pasti sulit ditentukan. Dalam hal ini didapatkan kasus terjadinya bell’s palsy di Indonesia sebesar 19,55%, dari seluruh kasus neuropati terbanyak yang sering dijumpai terjadi pada usia 20-50 tahun, dan angka kejadian meningkat dengan bertambahnya usia setelah 60 tahun. Sekitar 60-85% penderita dapat sembuh sempurna dalam 3 minggu dan hanya 15% yang membutuhkan waktu 3 bulan. Tetapi terdapat 30% yang cacat seumur hidup, akibat pasien tidak kunjung membaik selama 4 bulan. Maka diperlukannya secara mutlak seorang ahli yang mampu melakukan diagnosis berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. sistem pakar knowledge-base. Pengguna menyampaikan fakta atau informasi untuk sistem pakar dan kemudian menerima saran dari pakar atau jawaban ahlinya. Bagian dalam sistem pakar terdiri berisi knowledge dan mesin inferensi yang menggambarkan kesimpulan. Kesimpulan tersebut merupakanrespons dari sistem pakar atas permintaan pengguna. Gambar 1: Konsep dasar fungsi sistem pakar

  Sumber : Muhammad Arhami, 2005 C.

  1

  dan m

  2

  sebagai m

  3

  , yaitu: m

  3

  (Z)= )

  .......... 3 .( ) (

  2 ). (

  1 ) (

  sebagai fungsi densitasnya , maka dapat membentuk fungsi kombinasi m

  2 ). (

  1 

    

    

   y x Y m X m z y x Y m

  X m

  III. ANALISA DAN PEMBAHASAN

  Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum tahapan perancangan dilakukan. Tujuan diterapkannya analisis terhadap suatu sistem adalah untuk mengetahui alasan mengapa sistem tersebut diperlukan, merumuskan kebutuhan- kebutuhan dari sistem tersebut untuk mereduksi sumber daya yang berlebih serta membantu merencanakan penjadwalan pembentukan sistem, sehingga fungsi yang terdapat didalam sistem tersebut bekerja secara optimal. Salah satu unsur pokok yang harus dipertimbangkan dalam tahapan analisis sistem ini yaitu masalah perangkat lunak, karena perangkat lunak yang digunakan haruslah sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan.

  Dalam tahap ini dilakukan pencarian dan pengumpulkan data serta pengetahuan yang diperoleh

  1

  2

  Penyakit Bell’s Palsy

  Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence (bukti) dalam mendukung suatu himpunan proposisi.

  Bell’s palsy adalah disfungsi nervus facialis, saat saraf berjalan di dalam canalis facialis, kelainan ini biasanya unilateral. Letak disfungsi menentukan aspek fungsional nervus facialis yang tidak bekerja. Pembengkakan saraf di dalam canalis facialis menekan serabut-serabut saraf, keadaan ini menyebabkan hilangnya fungsi saraf sementara dan menimbulkan tipe paralisis facialis lower motor

  neuron

  . Penyebab bell’s palsy tidak diketahui, kadang- kadang terjadi setelah wajah terpajang angin dingin. Gambar 2: Kelaianan ekspresi wajah yang menunjukkan lesi

  Sumber : Richard S. Snell, Neuroanatomi Klinik, 2006 , 400. Keterangan : 1.

  Upper motor neuron 2. Lower motor neuron

  Teori dempster shafer adalahsuatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief

  functions and plausible reasoning (fungsi kepercayaan

  dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. Teori ini dikembangkan oleh Arthur P. Dempster dan Glenn Shafer.Secara umum teori dempster shafer ditulis dalam suatu interval:

  [Belief, Plausibility] ................(1)

  Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak ada

  merupakan subset dari θ dengan m

  evidence , dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya

  kepastian. Plausibility (Pl) dinotasikan sebagai: Pl(s)=1-Bel(-s) ..........................(2)

  Plausibility juga bernilai 0 sampai 1. Jika yakin

  ¬s, maka dapat dikatakan bahwa Bel(¬s)=1, dan Pl(¬s)=0. Pada teori dempstershafer mengenal adanya

  frame of discernment yang dinotasikan dengan θ. Frame ini merupakan semesta pembicara dari sekumpulan hipotesis.

  Jika kemudian diketahui bahwa panas merupakan gejala dari flue, demam, dan bronkitis dengan m = 0,8, maka: m{F,D,B} = 0,8 m {

  θ} = 1 - 0,8 = 0,2

  Andaikan diketahui X adalah subset dari θ, dengan m

  1 sebagai fungsi densitasnya, dan Y juga

D. Teori Dempster-Shafer

  didapatkan hasil beruapa sebuah sistem yang strukturnya dapat didefenisikan dengan baik dan jelas. Sistem yang dibangun untuk menentukan gejala penya kit bell’s palsy adalah dengan cara manual, yaitu dengan cara melakukan konsultasi antara dokter terhadap pasiennya. Konsultasi yang dilakukan dengan dokter adalah untuk memperoleh gejala-gejala yang diderita oleh pasien, kemudian dari gejala yang diperoleh dihasilkan diagnosa berupa suatu penyakit.

  0,4

  4. Menghitung nilai tertinggi atau nilai kepercayaan yang didapat dari setiap gejala-gejala penyakit dengan metode dempster shafer.

  5. Hasil akhir berupa persentase yang dijadikan sebagai nilai kepercayaan dari setiap pertanyaan yang dijawab oleh user, dan kemudian hasil itu menentukan bahwa orang tersebut menderita penyakit bell’s palsy.

  Tabel 3: Nilai Hipotesa Penyakit Bell’s Palsy

  No Kode Nama Gejala Nilai Pakar

  1 A1 Kelumpuhan sebagian wajah 0,8

  2 A2 Tidak dapat menutup mata pada bagian wajah yang lumpuh

  0,8

  3 A3 Tidak dapat menggerutkan dahi 0,8

  4 A4 Tidak dapat menggembungkan pipi

  5 A5 Sulit untuk tersenyum 0,5

  3. Menghitung atau menentukan frame of

  6 A6 Rasa sakit didekat telinga dan rahang pada sisi wajah yang lumpuh

  0,2

  7 A7 Pengecapan berubah 0,3

  8 A8 Tidak mampu menaikan alis mata pada bagian wajah yang lumpuh

  0,8 Berikut ini adalah rule kepakaran yang berada dalam sistem pakar diagnosa penyakit bell’s palsy:

  IF Kelumpuhan sebagian wajah AND Tidak dapat menutup mata pada bagian wajah yang lumpuh AND Tidak dapat menggerutkan dahi AND Tidak dapat menggembungkan pipi AND Sulit untuk tersenyum AND Rasa sakit didekat telinga dan rahang pada sisi wajah yang lumpuh AND Pengecapan berubah AND Tidak mampu menaikan alis mata pada bagian wajah yang lumpuh THEN Penyakit bell’s palsy.

  Berikutiniadalahcontohmasalahdansolusipenyel esaiannyadalamdiagnosa p enyakit bell’s palsy.

  Contoh kasus :

  User

  discernment yang dinotasikan dengan θ.

  Menyusun gejala-gejala tersebut kedalam sistem dengan pertanyaan yang di ajukan keuser.

  Untuk diagnosa penyakit bell’s palsy perlu diketahui terlebih dahulu gejala-gejala yang ditimbulkan. Meskipun hanya dari gejala klinis (gejala-gejala yang terlihat langsung maupun yang dirasakan oleh penderita), dokter dapat mengambil suatu kesimpulan berupa penyakit yang diderita. Tetapi ada kalanya diperlukan pemeriksaan lebih lanjut melalui pemeriksaan laboratorium untuk penyakit tertentu.

  6 Rasa sakit didekat telinga dan rahang pada sisi wajah yang lumpuh

  Berdasarkan hasil konsultasi dengan seorang pakar atau dokter yaitu Dr. Haflin, Sps terdapat beberapa gejala penyakit bell

  ’s palsy. Basis pengetahuan dimasukan dalam program komputer sehingga komputer akan berperan sebagai ahli yang mampu mengidentifikasi gejala penyakit bell’s palsy. Berikut ini pengetahuan dasar atau informasi tentang penyakit bell’s palsy :

  Tabel 1: Informasi Penyakit Bell’s Palsy

  No Nama Gejala

  1 Kelumpuhan sebagian wajah

  2 Tidak dapat menutup mata pada bagian wajah yang lumpuh

  3 Tidak dapat menggerutkan dahi

  4 Tidak dapat menggembungkan pipi

  5 Sulit untuk tersenyum

  7 Pengecapan berubah

  Menentukan nilai hipotesa dari gejala-gejala penyakit bell’s palsy.

  8 Tidak mampu menaikan alis mata pada bagian wajah yang lumpuh Adapun pengetahuan dasar tentang terminologi kepastian dari suatu gejala adalah sebagai berikut:

  Tabel 2: Terminologi Kepastian

  No Keterangan Nilai

  1 Tidak

  2 Tidaktahu 0,2

  3 Sedikityakin 0,4

  4 Cukupyakin 0,6

  5 Yakin 0,8

  6 Sangatyakin

  1 Penerapan Metode Dempster Shafer Pada sub bab ini terdapat penyelesaian yang mencakup tentang metode dempster shafer yang digunakan dalam sistem pakar diagnosa penyakit bell’s palsy. Berikut ini langkah-langkah penyelesaian metode dempstershafer adalah sebagai berikut: 1.

  melakukan diagnosa dengan menjawab pertanyaan sesuai dengan gejala-gejala yang dirasakan, kemudian dilakukan uji coba dari analisa yang dirasakan user tersebut. Dan hasilnya adalah sebagai berikut: No Kode Nama Gejala Jawaban Y SY CY SY TT T

  0,8 1 0,6 0,4 0,2

  1 A1 Kelumpuhan sebagian wajah √

  2 A2 Tidak dapat menutup mata pada √ bagian wajah yang lumpuh

  3 A3 Tidak dapat menggerutkan dahi √

  4 A4 Tidak dapat menggembungkan pipi √

  5 A5 Sulit untuk tersenyum √

  6 A6 Rasa sakit didekat telinga dan rahang √ pada sisi wajah yang lumpuh

  7 A7 Pengecapan berubah x

  8 A8 Tidak mampu menaikan alis mata pada √ bagian wajah yang lumpuh

  Diketahui dari 8rule yang ada, dipilih rule yang palsy dengan nilai kepastian:Hasil = 0,66 * 100%= berhubungan dengan analisa yang didapat dari 66%.

  user tersebut, antara lain : 1.

  IV. IMPLEMENTASI

  Kelumpuhan sebagian wajah 2.

  A. Tampilan Form Login

  Tidak dapat menutup mata pada bagian wajah yang lumpuh Tampilan ini merupakan tampilan dari form 3.

  login dimana berfungsi untuk melakukan proses login.

  Tidak dapat menggerutkan dahi 4.

  Pada form ini pengguna harus menginputkan Tidak dapat menggembungkan pipi 5.

  username dan password yang telah di tentukan agar

  Sulit untuk tersenyum 6. program ini bisa dijalankan.Tampilan form login

  Rasa sakit didekat telinga dan rahang pada sisi wajah yang lumpuh dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

  7. Gambar 3: TampilanForm Login Tidak mampu menaikan alis mata pada bagian wajah yang lumpuh

  Maka dicarilah nilai m(θ) dengan rumus: m(θ) = 1 - m1{x}. Tetapi sebelumnya harus ditentukan dulu

  mass funtions m1(P) atau tingkat kepercayaan dari suatu evidence.

  7

  m1(P) = = 0,87

8 Setelah didapat nilai dari evidence, maka

  dicarilah n ilai dari m(θ) dari evidence tersebut. m1(P) = 0,87 m1(

  ) = 1 – 0,87 = 0,13

  −1

  Langkah selanjutnya hitung nilai dari :

  B. Tampilan Form Menu Utama −1

  = 1

  • – ( m1(θ))

  Tampilan ini merupakan tampilan dari form = 1

  • – 0,13 menu utama dimana berfungsi untuk melakukan

  = 0, 87 pemanggilan terhadap form-form yang lain. Tampilan Selanjutnya hitung tingkat keyakinan (m) combine

  form menu utama dapat dilihat pada gambar dibawah

  dengan rumus : ini :

   m 1 ( p )  m 1 ( )

  Gambar 4: TampilanForm Menu Utama

  

  m1(P) =

  1  k

  ( , 8  , 8  , 8  , 4  , 6  , 2  , 8 )  ,

  13 =

  ,

  87 = 0,66 Lalu masukkan rumus: bel (x) = bel

  ∑

  ≤ ( ) =

  ({

  bell’s palsy})

  = bel (

  bell’s palsy)

  = {m1 (

  bell’s palsy)}

  = 0,66 Maka didapat nilai kepastian kombinasi bahwa user

  dempster-shafer menderita penyakit bell’s

  C. Tampilan Form Data Gejala gejala berfungsi untuk menginputkan gejala-gejala ke dalam database yang suatu saat dapat di panggil atau dilihat bila dokter atau programmer kesulitan dalam mengupdate sistem pakar ini. Tampilan form data gejala dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

  Gambar 5:TampilanForm Data Gejala

  Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :Rapha Publishing.

  Yogyakarta : Andi 10. nggal akses 7 Mei 2015.

  9. Wahana komputer. (2009). Visual basic 2008, edisi 1.

  Yogyakarta :GrahaIlmu.

  8. SugiartiYuni. (2013). Analisa dan Perancangan UML.

  Neuro anatomi Klinik, edisi. 5. Jakarta : EGC.

  7. Snell, Richard S. ahli bahasa, Sugiharto Liliana. (2006).

  6. Rizky, Soetam. (2011). Konsep Dasar Rekayasa Perangkat Lunak. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka raya.

  Yogyakarta :Andi.

  5. Paryudi, Iman dan Janner Simarmata. (2005). Basis Data.

  4. Nugroho, Bunafit. (2008). Panduan Lengkap Menguasai Perintah SQL. Jakarta: Media Kita.

  3. Kusumadewi, Sri. (2003). Artificial Intelligence. Yogyakarta :GrahaIlmu.

  2. DiGiulio, Mary dkk. Ahli bahasa, Prabantini Dwi. (2014).

  D. Tampilan Form Diagnosa

  Yogyakarta :Andi.

  VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Arhami, Muhammad. (2005). Konsep Dasar Sistem Pakar.

  1. dapat dikembangkan dengan berbasis web.

  3. Aplikasi sistem pakar ini dirancang untuk dapat digunakan dalam mengetahui penentuan penyakit bell’s palsy. Dengan adanya aplikasi ini maka dapat membantu mengetahui hasil persentase penyakit bell’s palsy.

  2. Metode dempster shafer dapat diterapkan untuk perhitungan penyelesaian seberapa pasti penyakit bell’s palsy.

  1. Rule penyakit bell’s palsy telah didapatkan dari gejala yang diberikan oleh Dr. Haflin, Sp berikut dengan nilai kepastian.

  sebelumnya maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

  Gambar 7. Tampilan Form Hasil Diagnosa

  Tampilan ini merupakan tampilan form hasil diagnosa dimana berfungsi untuk menampilkan informasi hasil diagnosa. Tampilan form hasil diagnosa dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

  E. Tampilan Form Hasil Diagnosa

  Gambar 6: TampilanForm Diagnosa

  Tampilan ini merupakan tampilan form diagnosa berfungsi untuk menampilkan pertanyaan seputar gejala- gejala penyakit bell’s palsy yang dialami oleh user. Tampilan form diagnosa dapat dilihat pada gambar dibawah ini :