SITUASI DAN KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DI SUMATERA BARAT

SITUASI DAN
KEBIJAKAN PROGRAM
PENGENDALIAN
HIV-AIDS DI SUMATERA
BARAT
SEKSI PENANGGULANGAN PENYAKIT
DINKES PROVINSI SUMATERA BARAT

SITUASI HIVAIDS DI
INDONESIA &
SUMATERA

Gambaran Estimasi ODHA di Indonesia
Menurut Propinsi – Tahun 2012
Estimasi Jumlah ODHA 591.823

3

Kasus HIV dan AIDS yang
Dilaporkan per Tahun sd
Juni 2013


10 Provinsi dengan jumlah
HIV dan AIDS terbanyak sd
Juni 2013

Sepuluh Provinsi dengan AIDS
Case Rate Tertinggi sampai
dengan Juni 2013

Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan
Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008- 2013

Sumber Data : Layanan Konseling dan
Tes HIV

Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan
Menurut Kelompok Umur
Tahun 2010- 2013


Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan
Menurut Faktor Risiko
Tahun2010-2013

Case Fatality Rate AIDS yang
Dilaporkan Menurut Tahun, 2000
sd Juni 2013

Laporan Perawatan HIV dan
Pengobatan ARV s.d Juni
2013
Masuk Perawatan
HIV = 127.012

68.61
%

31.39
%


Memenuhi
syarat untuk
ARV = 87137

Tidak memenuhi
syarat utk ARV =
39.875
25.02
%

74.98
%

Pernah
menerima ARV
= 65.331

19.94
%


Mening
gal =
13.025
71.46
%

Original
1st Line
=
24.982

53.51
%

Masih
menerima
ARV =
34.961
25.36
%


Substitu
si =
8.865

•LFU
: Lost Follow Up
•Rujuk Keluar
: Pindah ke layanan lain
•Original 1st Line : Menggunakan Regimen Lini
Pertama
•Substitusi
: salah satu ARV nya diganti
dengan obat ARV lain tapi
masih pada kelompok lini
pertama yang original
•Switch
: 1 atau 2 jenis ARV nya
diganti
dengan obat ARV lini kedua


Belum menerima
ARV = 21.806

7.55
%

15.74
%

LFU =
10.285

3.17
%

Switch
=
1.110


Rujuk
keluar =
4.931

3.20
%

Stop =
2.090

0.06
%

Unknown
= 39

0.01
%

Unkno

wn = 4

Sumber data : Layanan
Perawatan HIV dan
Pengobatan ARV

Kasus HIV dan AIDS
Nasional yang Dilaporkan
per Tahun sd Juni 2013

10 Provinsi dengan jumlah
HIV dan AIDS terbanyak sd
Juni 2013

KUMULATIF KASUS AIDS
SUMBAR 2002- Juni 2013
No
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

24
25
26
27

Kabupaten / Kota
Kabupaten Padang Pariaman
Kabupaten Tanah Datar
Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Agam
Kabupaten 50 Kota
Kabupaten Pasaman
Kabupaten Pasaman Barat
Kabupaten Sijunjung
Kabupaten Dharmasraya
Kabupaten Solok
Kabupaten Solok Selatan
Kabupaten Mentawai
Kota Padang
Kota Bukittinggi

Kota Payakumbuh
Kota Padang Panjang
Kota Solok
Kota Sawahlunto
Kota Pariaman
Tidak diketahui
Riau
DKI
Kerinci Jambi
Padang Sidempuan
Bengkulu
Medan
Lain-lain
J UMLAH

HIV
4
0
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
39
7
0
0
2
0
4
84
3
2
2
0
0
0
0
152

AIDS
37
28
28
65
17
8
12
3
10
6
6
5
339
144
26
7
20
11
20
13
16
10
8
1
1
1
1
843

MENINGGAL
7
4
3
7
2
1
3
1
1
0
0
1
60
15
1
1
4
4
5
2
2
3
1
0
0
0
0
128

MENURUT UMUR

MENURUT FAKTOR RISIKO

MENURUT PEKERJAAN

MENURUT KABUPATEN/KOTA

So
lo
50 k
Pa
sa
K
o
m
an ta
D
ha Ba
rm rat
a
Sa sra
ya
w
ah
lu
nt
Pa
Pa
o
sa
da
ng ma
Pa n
nj
K
ab an
g
So . S
ol
lo
ok
k
Se
la
ta
M
en n
ta
w
Si
ai
ju
nj
un
g

Pa
da
B
ng
uk
it
ti
ng
gi
La
in
-la
Pa
in
da
A
ng
g
Pa am
Pe
ri
am
si
si
a
r
Se n
Ta
la
na tan
h
Pa
D
ya ata
ku
r
m
bu
Pa
h
ri
am
an

MENURUT JUMLAH KASUS

400

350

300

250

200

150

100

50

0

HIV
AIDS

MENURUT CASE RATE
119.75
120
100
80
60
40
20
0

35.79
26.94
21.0618.01
12.7612.3111.98

8.12 6.20 5.82 5.25 5.23

14.38
4.21 3.47 2.74 2.68 1.72 1.46

KEBIJAKAN
PENGENDALIAN
HIV-AIDS DAN
IMS

Tujuan Pengendalian HIV-AIDS
dan IMS
GETTING THREE ZEROES
• Menurunkan jumlah kasus baru HIV
• Menurunkan angka kematian
• Menurunkan stigma dan diskriminasi

Meningkatkan kualitas hidup ODHA

Kebijakan Pengendalian HIVAIDS & IMS Tahun 2010-2014
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.

Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan pengembangan kapasitas.
Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat berisiko
tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta
bermasalah kesehatan
Mengutamakan program berbasis masyarakat.
Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama.
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber daya.
Mengutamakan promotif dan preventif.
Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s, komitmen nasional dan
internasional

Kegiatan Pengendalian
HIV-AIDS & IMS

PENCEGAHAN

PENDIDIKAN
• MORAL
• AGAMA

•Pencegahan
Melalui Transmisi
Seksual (PMTS)
•Pencegahan
dampak Buruk
Napza (PDBN)
•Pencegahan
Penularan melalui
Ibu dan Anak
( PPIA)

• KESPRO
• BAHAY
A
NAPZA

LKB
KPA
Fasyank
es

P
Komunit
as

“PERKUAT JEJARING
INTERNAL”
“PERKUAT JEJARING
EKSTERNAL”

TES
HIV
KONDO
M

Pengobat
an IMS

LAS
S

IPW
L

PENGOBATAN
•Perluasan tes
• Pasien IMS
• Penasun
• Ibu Hamil
• Pasangan
HIV +
• Koinfeksi TB
• Penderita
Hepatitis
•Inisiasi ARV dini
pada populasi
kunci, Ibu hamil
HIV +, koinfeksi
TB, Koinfeksi
Hepatitis B & C

Kerangka Kerja Layanan
Komprehensif Berkesinambungan
C O M M U N IT Y
KOMISI
O R G A N IZ E R
PENANGGULANGAN
AIDS (KPA)
Fa sy a n k e s
P r im e r
P U SK E SM A S

Fa sy a n k e s
Se ku n d e r
R S K ab / K o ta
KA D ER
M a sy a ra k a t

PBM :
Fa sy a n k e s
T e r s ie r
R S P r o v in s i

K e lo m p o k
D u k u n ga n

LSM , O rm as,
O r s o s , R e la w a n

PBR:
K e lu a r g a O D H A

C O M M U N IT Y
O R G A N IZ E R

Pengembangan LKB HIV
Unsur Utama
No.

Pilar Utama

Maksud dan Tujuan

Pilar 1:

Koordinasi dan kemitraan dengan
semua pemangku kepentingan di
setiap lini

Mendapatkan dukungan dan keterlibatan
aktif semua pemangku kepentingan

Pilar 2:

Layanan terintegrasi dan
terdesentralisasi sesuai kondisi
setempat

Tersedianya layanan terintegrasi sesuai
dengan kondisi setempat.

Pilar 3:

Sistem rujukan dan jejaring kerja

Adanya jaminan kesinambungan dan
linkage antara komunitas dan layanan
kesehatan.

Pilar 4:

Paket layanan HIV komprehensif
yang berkesinambungan

Tersedianya layanan berkualitas sesuai
kebutuhan individu

Pilar 5:

Akses Layanan Terjamin

Terjangkaunya layanan baik dari sisi
geografis, finansial dan sosial, termasuk
bagi kebutuhan populasi kunci

Pilar 6:

Keterlibatan ODHA dan Keluarga

Meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas
layanan, meningkatkan cakupan, dan
retensi pada perawatan dan pengobatan,
serta mengurangi stigma dan diskriminasi.

LAYANAN TERKAIT HIV-AIDS DAN
IMS DI SUMBAR
LAYANAN

JUMLAH

Konseling dan Tes HIV

Klinik VCT RSUP M.Jamil, RSAM
Bukittinggi, PKM Payolansek, PKM
Biaro, RSU Solok, RSU Pdg
Pariaman.

Perawatan, Dukungan dan
Pengobatan

RS. M.Jamil, RSAM Bukittinggi, RS
Solok, RS Pariaman, RS Yos
Sudarso

Program Terapi Rumatan Metadon

Klinik PTRM RSUP M.Jamil

Layanan Jarum dan Alat Suntik
Steril

PKM Seberang Padang & Guguk
Panjang

IMS

PKM Seberang Padang & Guguk
Panjang

PPIA

RSUP M.Jamil, RSAM Bukittinggi,

DAFTAR LAYANAN LKB HIV
NO

1

KAB/KOTA

Kota Padang

LAYANAN TERLATIH LKB

PKM SEBERANG PADANG
PKM PAUH
PKM BUNGUS
PKM AIR TAWAR
PKM LUBUK BUAYA
RSUP M. DJAMIL

2

Kota Bukittinggi

PKM GUGUK PANJANG
PKM TIGO BALEH
PKM MANDIANGIN
PKM GULAI BANCAH
RSU ACHMAD MUCHTAR

DAFTAR LAYANAN LKB HIV
NO

3

KAB/KOTA

KOTA SOLOK

LAYANAN TERLATIH LKB

PKM KTK
PKM TANJUNG PAKU
PKM NAN BALIMO
PKM TANAH GARAM
RSU SOLOK

4

KAB AGAM

PKM BIARO
PKM LUBUK BASUNG
RSUD LUBUK BASUNG

5

KAB PADANG PARIAMAN

PKM ENAM LINGKUNG
RSUD PARIT MALINTANG

DAFTAR LAYANAN LKB HIV
NO

KAB/KOTA

LAYANAN TERLATIH LKB

6
KOTA PARIAMAN

PKM NARAS
RSU Pariaman

7
KAB SIJUNJUNG

PKM Padang Sibusuk

KAB TANAH DATAR

PKM Tanjung Emas

8

RSUD KAB TANAH DATAR
9
KAB 50 KOTA

PKM DANGUNG2
RSUD KAB 50 KOTA

10
KOTA PAYAKUMBUH

PKM PAYOLANSEK
RSUD KOTA PAYAKUMBUH

UPAYA PENCEGAHAN

UPAYA PENCEGAHAN HIV-AIDS dan
IMS
• Pelayanan Kesehatan Remaja
• Peningkatan Pengetahuan Komprehensif di usia 14-25
tahun :
1. Apakah dengan saling setia pada pasangan dapat mengurangi
risiko tertular HIV?
2. Bisakah seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan
alat makan atau minum    secara dengan seseorang yang
sudah terinfeksi HIV ?
3. Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan
nyamuk/serangga ? 
4. Dapatkah Anda mengetahui seseorang sudah terinfeksi HIV
hanya dengan melihatnya ?
5. Bisakah seseorang mengurangi risiko tertular HIV dengan cara
menggunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan
seks?

• Pendidikan Kesehatan Reproduksi di institusi
Pendidikan bersama Kemendiknas

UPAYA STRATEGIS TERHADAP
3M
(MOBILE MAN WITH MONEY)

 Intensifkasi pencegahan melalui intervensi
struktural dengan fokus pada Lelaki Berisiko
Tinggi/LBT:



Di Tempat Kerja: Peran sektor swasta, peran aktif
pimpinan perusahaan dan personalia. Terintegrasi
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan kerja).
Di Lokasi Transaksi Seks Berisiko (Hotspot):
Program Pencegahan Penularan Melalui Transmisi
Seksual (PMTS) berupa komitmen stakeholder lokal
untuk pemberdayaan pekerja seks, promosi
penggunaan kondom dan pemeriksaan IMS. Hal ini
melibatkan
pemberdayaan
komunitas
dan
masyarakat.

 Penguatan sistem, perluasan dan mutu
layanan kesehatan yang berkesinambungan
35

Pencegahan HIV Melalui
Transmisi Seksual (PMTS)
Pendekatan:

Pencegahan HIV Melalui
Transmisi Seksual (PMTS)
1. Pemakaian kondom konsisten
pada prilaku seksual beresiko
o
o

Di Lokasi/hotspot (di setiap wisma/kamar)
Pada seluruh Populasi Kunci (PS, LBT, GWL,
Penasun, Remaja Berisiko  PMTS Paripurna)
melalui:
• Penjangkauan melalui Pendidik Sebaya
• Fasilitas Layanan Kesehatan

2. Pengobatan IMS komprehensif
o
o
o

Sebagai “pintu masuk” bagi Layanan HIV
Komprehensif yang Berkesinambungan (LKB)
Rutin Screening Gejala dan Pengobatan bagi
populasi kunci
Kondom Merupakan Paket dalam pengobatan IMS

Pencegahan HIV Melalui
Transmisi Seksual (PMTS)
3. Mencegah Penularan dari Ibu Ke anak
penggunaan kondom sebagai “dual
protection”
mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada
ODHA
4. Advokasi, Sosialisai dan KIE
oAdanya Regulasi sebagai dukungan
lingkungan yang kondusif
oSosialisasi dan KIE tentang kondom dan
upaya pencegahan HIV-AIDS dan IMS

Legal dan Advokasi,
Sosialisasi, KIE
• Mendorong penerbitan Perda yang mendukung pada upaya
pengendalian HIV/AIDS dan IMS
• Penyusunan berbagai kebijakan dan pedoman2 teknis
pengendalian HIV-AIDS dan IMS
• Merupakan salah satu kriteria dalam Akreditasi RS
• Pembuatan media KIE untuk berbagai kelompok populasi
kunci
• Peningkatan pengetahuan Komprehensif pada populasi
umum
• Standarisasi kurikulum dan modul program HIV/AIDS dan IMS
• Pelatihan TOT terkait HIV/Aids dan IMS untuk 33 Propinsi
• Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi
• Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS, Komunitas dan
Stakeholder terkait

Pengembangan SDM &
Kewaspadaan Standar
• Standarisasi kurikulum dan modul program
HIV/AIDS dan IMS
• Pelatihan TOT terkait HIV/Aids dan IMS untuk 33
Propinsi
• Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi
• Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS,
Komunitas dan Stakeholder terkait
• penyusunan pedoman Kewaspadaan Standar,
berkoordinasi dengan Direktorat BUK Dasar
• Semua tindakan medis yang invasif harus
menerapkan prinsip kewaspadaan standar

Jejaring Kerja & Partisipasi
Masyarakat
• Melakukan koordinasi bersama
KPAN/KPAP/KPAKab/kota
• Melibatkan masyarakat, LSM, kelompok
populasi kunci dalam pelaksanaan program
pengendalian HIV-AIDS dan IMS (mis. dalam
monitoring ARV, LKB)
• Melibatkan organisasi profesi dalam
pelaksanaan program pengendalian termasuk
Dokter Praktek swasta
• Melibatkan penyedia pelayanan baik
pemerintah, swasta, dan organisasia
masyarakat lainnya dalam pelayanan IMS dan
HIV/AIDS

Logistik
• Pengalihan sentralisasi pengelolaan ARV menjadi
desentralisasi serta terintegrasi dengan “One Gate
Policy”
• Perencanaan kebutuhan obat dan reagen
pemeriksaan terkait HIV-AIDS dan IMS
• Menjamin ketersediaan obat ARV bagi odha yang
membutuhkan (100% lini1)
• Penyediaan obat IO dan IMS, serta reagen
pemeriksaan HIV dan IMS untuk layanan (sesuai SE
Dirjen PPPL maks hanya 40%)
• Standarisasi dan Penyediaan alat pemeriksa CD4 dan
VL beserta reagennya

Pengamanan Darah Donor
dan Produk Darah Lainnya
• Penyusunan pedoman untuk pengamanan
darah donor dan produk darah,
berkoordinasi dengan Direktorat BUK Dasar
dan PMI
• Semua darah donor dilakukan skrining HIV
dan siflis
• Penyediaan reagen untuk skrining darah
donor oleh Direktorat BUK Dasar
• Membuat jejaring dengan PMI/UTD RS agar
dapat mengakses layanan IMS, KT dan PDP

Pengendalian IMS
• Skrining awal dan Pengobatan pada Populasi kunci
• Skrining berkala dan pengobatan dengan tanda IMS
• Tatalaksana IMS sesuai dengan pedoman nasional 
pendekatan sindrom atau dengan pemeriksaan
laboratorium sederhana
• Pengobatan IMS sekaligus satu paket dengan
Distribusi kondom kepada pasien yang berisiko,
melalui klinik IMS, layanan PPIA, layanan TB-HIV,
layanan KT, layanan PDP
• Penawaran tes HIV bagi semua pasien IMS dan
couple konseling
• Adanya Klinik IMS yang “User Friendly” bagi populasi
kunci sesuai kesepakatan dengan penyedia layanan

Pengurangan Dampak Buruk Akibat
Napza
Berdasarkan 9 kebijakan
1.Penyediaan LASS melalui fasyankes dengan 3
strategi : Menetap, satelit dan bergerak
2.Terapi ketergantungan Napza, baik melalui terapi
substitusi opiate (PTRM dan lainnya) dan terapi
Napza lainnya
3.Akses Tes HIV dan konseling
4.Akses Terapi ARV
5.Pencegahan dan terapi IMS
6.Pemberian kondom bagi penasun dan pasangan
seksnya
7.KIE terarah bagi penasun dan pasangan seksnya
8.Diagnosis dan terapi OI
9.Pencegahan, diagnosis dan terapi TB

Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak

• 4 PRONG :

– Pencegahan penularan HIV pada wanita usia subur melalui
kesehatan reproduksi
– Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan
HIV positif
– Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya
– Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu
HIV positif beserta bayi dan keluarganya

• Ibu hamil ditawarkan untuk tes IMS dan HIV pada saat K1
pada :
– Epidemi meluas dan terkonsentrasi : semua bumil
– Epidemi rendah : bumil dengan risiko (IMS&/TB)

• Dilakukan couple conseling dan tes IMS dan tes HIV pada
pasangannya
• Konseling untuk keputusan persalinan aman dan pemberian
makanan bayi

Konseling Dan Tes HIV
(KTH)
• Dengan 2 pendekatan: KTS (Konseling dan
Tes Sukarela) dan TIPK (Tes atas Inisiatif
petugas Kesehatan dan Konseling) dengan
mengikuti prinsip 3C (counseling,
confdential dan informed consent) 2R
• Akses tes HIV sukarela
• Pasien yang dicurigai terinfeksi HIV
ditawarkan untuk tes IMS dan HIV
• Tes dengan reagen rapid HIV,
menggunakan strategi 3 secara serial
(dengan 3 reagen berbeda)

Pengobatan, Dukungan dan
Perawatan
• Tatalaksana ART mengikuti buku pedoman nasional
• Inisiasi ARV di RS Rujukan ARV, follow up bisa
dilakukan di RS/Puskesmas satelit
• Peresepan ARV yang terstandarisasi
• Setiap 6 bulan sekali dilakukan monitoring
pengobatan (jumlah CD4, VL, tes fungsi hati dan
ginjal, foto thorax)
• Penguatan layanan PDP pada tingkat Puskemas
• Pengembangan Jejaring Layanan (Internal dan
Eksternal)melalui Pendekatan Layanan
Komprehensif Berkesinambungan

PENGOBATAN IMS & HIVAIDS
• IMS dapat diobati dengan tuntas (kecuali virus)
• HIV-AIDS sudah ada obatnya, sekalipun tidak
menyembuhkan
• Obat HIV : ARV (Anti retroviral) disediakan pemerintah






AZT (zidovudin)
TDF (tenofovir)
3TC (lamivudin)
EFZ (Evafrenz)
NVP (Nevirapin)

• Syarat :




11/12/18

patuh 100%
Seumur hidup diminum
Beritahu orang terdekat, PMO orang terdekat
Selalu pakai kondom

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN
TES HIV
(Permenkes no 21 Tahun 2013)
 Penguatan program TIPK
 Penawaran tes HIV kepada:
 Pasien IMS
 Pasien TB
 Ibu hamil (sesuai
daerah)
 Pasangan odha

prevalensi

HIV

di

 Tes ulang (re-testing) populasi kunci
tiap 6 bulan

UPAYA PENINGKATAN TERAPI
ARV
(Permenkes no 21 Tahun 2013)
 Inisiasi ARV tanpa melihat jumlah CD4
pada:






Ibu hamil
Pasien ko-infeksi TB
Pasien ko-infeksi hepatitis
Odha sero-discordant
Populasi kunci

 Penyediaan triple fxed dose combination
(FDC)  penyederhanaan regimen (1
tab/hari),
efek
samping
kecil,
meningkatkan adherence

PERMENKES NO. 21 TAHUN 2013
Latar Belakang

PERMENKES NO. 21 TAHUN 2013
Tanggung Jawab Pemerintah

RUANG LINGKUP
PERMENKES 21/2013
Pasal 2

Meliputi penanggulangan HIV dan AIDS
secara komprehensif dan
berkesinambungan yang terdiri atas
promosi kesehatan, pencegahan,
diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi
terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat

TUJUAN
PERMENKES 21/2013
Pasal 3
 Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru
 Menurunkan hingga meniadakan kematian yang
disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS
 Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA
 Meningkatkan kualitas hidup ODHA
 Mengurangi dampak sosial ekonomi dari penyakit HIV
dan AIDS pada individu, keluarga, dan masyarakat

KEGIATAN PENANGGULANGAN
PERMENKES 21/2013

Pasal 9 Ayat 1
a. Promosi Kesehatan
b. Pencegahan Penularan HIV
c. Pemeriksaan Diagnosis HIV
d. Pengobatan, perawatan, dan dukungan; dan
e. rehabilitasi

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIV
PERMENKES 21/2013

Pasal 21
Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan
berdasarkan prinsip konfidensialitas,
persetujuan, konseling, pencatatan,
pelaporan, dan rujukan
(ayat 2)

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIV
PERMENKES 21/2013

• Prinsip konfidensial berarti hasil
pemeriksaan harus dirahasiakan dan
hanya dapat dibuka kepada :
– yang bersangkutan;
– tenaga kesehatan yang menangani;
– keluarga terdekat dalam hal yang
bersangkutan tidak cakap;
– pasangan seksual; dan
– pihak lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIV
PERMENKES 21/2013
Pasal 22
Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui
KTS atau TIPK
Pemeriksaan diagnosis HIV harus dilakukan
dengan persetujuan pasien


Pengecualian dalam hal:
 Penugasan tertentu dalam kedinasan tentara/polisi
 Keadaan gawat darurat medis untuk tujuan
pengobatan pasien yang secara klinis telah
menunjukkan gejala yang mengarah kepada AIDS
 Permintaan pihak yang berwenang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (1)

TIPK harus dianjurkan sebagai bagian dari
standar pelayanan bagi:
Setiap orang dewasa, remaja, dan
anakanak yang datang ke fasilitas
pelayanan
kesehatan dengan tanda,
gejala, atau
kondisi medis yang
mengindikasikan atau
patut diduga telah
terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan
riwayat penyakit
tuberculosis dan IMS
(pasal 24, ayat 3, poin a)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (2)

Pada wilayah epidemi meluas, TIPK
harus dianjurkan pada semua orang yang
berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai bagian dari standar
pelayanan.
(pasal 24, ayat 4)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (3)

Pada wilayah epidemi terkonsentrasi dan
meluas, TIPK dilakukan pada semua orang
dewasa, remaja dan anak yang
memperlihatkan tanda dan gejala yang
mengindikasikan infeksi HIV, termasuk
tuberkulosis, serta anak dengan riwayat
terpapar HIV pada masa perinatal, pada
pemerkosaan dan kekerasan seksual lain.
(pasal 24, ayat 7)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (4)
TIPK sebagaimana dimaksud pada ayat (7) terutama
diselenggarakan pada:
a.pelayanan IMS;
b.pelayanan kesehatan bagi populasi kunci/orang
yang berperilaku risiko tinggi;
c.fasilitas pelayanan yang
pelayanan pemeriksaan
persalinan dan nifas; dan

menyelenggarakan
ibu hamil,

d.pelayanan tuberkulosis.
(Pasal 24, ayat 8)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (5)

Pengobatan ARV harus diindikasikan
bagi:
a.penderita HIV yang telah menunjukkan
stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel
Limfosit T CD4 kurang dari atau sama
dengan 350 sel/mm3;
b.ibu hamil dengan HIV; dan
c.penderita HIV dengan tuberkulosis

TANTANGAN PROGRAM
 Stigma dan diskriminasi
 Rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS dan
IMS
 Tingginya praktek berisiko tertular HIV
 Adanya miss opportunity kebutuhan
masyarakat
 Terbatasnya akses dan utilisasi terhadap
layanan
 Logistik dan SDM yang memadai
 Kerjasama lintas sektor/program belum optimal
 Optimalisasi peran dan fungsi KPA Kab/kota

RENCANA TINDAK LANJUT
 Melakukan upaya penurunan stigma dan
diskriminasi
 Melakukan upaya peningkatan pengetahuan
 Melakukan upaya penurunan praktek berisiko
 Peningkatan
akses,
penurunan
miss
opportunity
kebutuhan
masyarakat

peningkatan cakupan tes HIV dan terapi ARV
 Penguatan HSS & CSS melalui LKB
 Memperkuat peran KPA Kab/kota

0 Jika Membutuhkan Anda Informasi Lebih Lanjut Tentang HIV/AIDS

Hubungi Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat
0
0
0
0

Contact Persons :
DR. dr. Irene, MKM (0811661880)
dr. Lusi Arda (081371744783)
Trisnayanti, AMK (081363449740)