PENDAHULUAN Hak cipta (lambang internasional: ©) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk

Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) dalam Perspektif Islam
Oleh :
Aris Badaruddin Thoha

ABSTRAK
Science and technology have brought the convenience of both the effectiveness and efficiency of human
performance. Various devices, ranging from mechanics to engineering software such as computer
programs have been coloring the world Iptek. Research in the field of Iptek not integral with the industry.
Even in some countries, industry-based research as a source of income of a country is big enough.
Along with the time, pump-based economic development research Iptek and not rely solely on income
from the sale of product research. Regulation of any research - such as products or ideas - is also the land
revenue. One of the main regulations related to the development of inventions in the field of Iptek this is
the concept of Intellectual Property Rights (HaKI).
Keywords: Copyright, HaKI

INTISARI
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa kemudahan baik dari sisi efektivitas maupun
efisiensi kinerja manusia. Berbagai perangkat, mulai dari rekayasa mekanika hingga perangkat lunak
berupa program-program komputer telah mewarnai perkembangan dunia iptek. Maraknya penelitian di
bidang iptek tidak terpisahkan dengan dunia industri. Bahkan pada beberapa negara, perindustrian
berbasis penelitian menjadi sumber pemasukan yang cukup besar suatu negara.

Seiring dengan berjalannya waktu, pompa perekonomian yang berbasis perkembangan riset iptek
kemudian tidak hanya mengandalkan pendapatan dari sisi penjualan produk hasil riset. Regulasi atas
setiap hasil riset - baik berupa produk atau pemikiran – pun juga menjadi lahan pendapatan. Salah satu
regulasi utama terkait dengan perkembangan penemuan di bidang iptek ini adalah konsep Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI).
Kata Kunci : Hak Cipta, HaKI

1

PENDAHULUAN
Hak cipta (lambang internasional: ©) adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta
merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak
tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta
memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat
mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan
sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer,
siaran radio dan televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri.
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara

mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas
penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu,
melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.
Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu
gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin
terwujud atau terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan dengan tokoh
kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan salinan kartun tersebut atau
menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney tersebut, namun tidak melarang
penciptaan atau karya seni lain mengenai tokoh tikus secara umum.
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini,
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah
"hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
Sejarah Kemunculan Konsep Hak Cipta (Copyright)
Bangsa yang pertama kali menekankan pada pencantuman pemilik atau penemu atas barang
temuannya adalah bangsa Yunani kuno dan imperium Romawi. Meskipun demikian, mereka belum
membahasnya sampai hak-hak ekonomi bagi para penemunya. Hal ini berlangsung hingga ditemukannya
2


mesin percetakan pada abad ke-15, yang selanjutnya mulai dipikirkan perlunya perlindungan hak cipta.
Penggandaan naskah-naskah pada masa itu kebanyakan dilakukan oleh kaum gereja atas pesanan
lingkungan kerajaan di Eropa. Hanya pihak-pihak masyarakat tertentu saja yang memiliki akses atas
naskah-naskah ini.
Piagam Perizinan Tahun 1662
Kemampuan untuk mencetak buku-buku dengan biaya yang lebih murah mulai memarakkan isu
pembajakan. Seiring dengan bertambahnya jumlah percetakan di Inggris, Raja kemudian mengeluarkan
hak istimewanya untuk mengatur perdagangan buku dan melindungi pencetaknya dari pembajakan. Inilah
ketetapan pertama tentang pengendalian atas barang cetakan. Ketetapan ini dikenal dengan Licensing Act
1662. Piagam inilah yang membangun konsep pendaftaran (register) atas buku-buku berizin, bersama
dengan kebutuhan untuk menyimpan suatu salinan buku untuk diizinkan. Tugas ini dijalankan oleh
Stationer’s Company, yang diberi wewenang untuk menahan buku mencurigai berisi berbagai hal yang
menyulut permusuhan dengan gereja atau pemerintah. Pada tahun 1681 Piagam Perizinan tersebut
dicabut, dan peran Stationer’s Company dibenahi oleh hukum yang memberikan wewenang kepemilikan
buku-buku terdaftar pada sejumlah anggotanya, agar mereka sendiri yang mengatur perdagangan buku
cetakannya.
Undang-Undang Anne
Undang-undang Anne merupakan piagam Hak Cipta pertama di dunia. Piagam ini
memperkenalkan dua konsep baru : pengarang sebagai pemilik hak cipta, dan prinsip mengikat tentang
perlindungan atas hasil-hasil yang dipublikasikan. Piagam ini juga mengatur penyimpanan sebanyak

sembilan cetakan atas suatu buku pada perpustakaan-perpustakaan tertentu suatu negara. Selain itu,
penggunaan istilah perlindungan hak cipta juga diperluas untuk hasil-hasil pekerjaan lainnya.
Piagam Hak Cipta Internasional 1886 dan Konvensi Berne
Pada tahun 1857, Komisi Kerajaan Inggris mengusulkan bahwa piagam-piagam berikutnya harus
dikodifikasikan, dan melangkah pada perjanjian hak cipta bilateral dengan Amerika. Hal ini dilakukan
untuk menyediakan perlindungan timbal balik pengarang-pengarang Inggris dan AS. Conference of
Powers kemudian digelar (menghasilkan kerangka Konvensi Berne bagi Perlindungan Hasil Kerja kajian
dan Seni). Piagam 1886 ini menghapuskan permintaan untuk mendaftarkan hasil kerja asing dan
memperkenalkan hak eksklusif untuk mengimpor atau memproduksi terjemahan-terjemahan.
Piagam Hak Cipta 1911

3

Pada 1 Juli 1912, Piagam Hak Cipta 1911 mulai berlaku. Piagam ini melakukan revisi dan
meninjau ulang piagam-piagam sebelumnya. Perkembangan itu mencakup pengenalan tentang perluasan
lebih lanjut atas istilah perlindungan, dan istilah hak cipta. Arsip, perforated rolls, rekaman suara, dan
hasil arsitektur juga memperoleh perlindungan. Piagam ini juga menghapuskan kebutuhan untuk
mendaftarkan hak cipta pada Stationer’s Hall (salah satu prinsip pokok Konvensi Berne), menghapuskan
perlindungan hak cipta atas hasil pekerjaan yang tidak dipublikasikan. (Sumber : http://www.intellectualproperty.gov.uk)
Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal Copyright Convention, UCC)

UCC dibentuk oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)
sebagai alternatif dari Konvensi Berne bagi negara-negara yang tidak menyetujui dengan aspek-aspek
yang termaktub dalam Konvensi Berne, namun masih ingin berpartisipasi dalam perlindungan hak cipta
multilateral. Negara-negara ini meliputi negara-negara berkembang, negara-negara bekas Uni Soviet.
Negara-negara tersebut menilai bahwa Konvensi Berne menguntungkan pihak Barat. Meskipun demikian,
Konvensi Berne juga menjadi bagian faksi dari UCC, sehingga hak ciptanya juga diakui negara-negara
non konvensi Berne. (http://en.wikipedia.org)
Prinsip Dasar Konsep HaKI
Hak atas Kekayaan Intelektual adalah hak yang timbul dari suatu karya yang dihasilkan dengan
menggunakan kemampuan intelektual manusia yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Dalam hal
ini, manfaat yang dimaksud adalah nilai ekonomi dalam karya tersebut.
Dalam teknis pelaksanaanya, HaKI diklasifikasikan berdasarkan jenis pemakaian objek atau
barangnya menjadi dua kategori : Industrial Property dan Hak Cipta (Copyright).
A. Industrial Property
Yang dimaksud dengan industrial property adalah semua benda hasil kreasi dan digunakan untuk
tujuan industri atau komersial. Material yang termasuk dalam kategori ini adalah : Merk, Desain Industri,
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST), PVT, Rahasia dagang, dan Paten.
a. Merk
Merek adalah suatu tanda yang berupa: gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam

kegiatan perdagangan barang dan jasa. Merek dapat digunakan sebagai tanda pengenal untuk
membedakan hasil produksi yang dihasilkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya
4

Beberapa ketentuan terkait dengan merk :


Merek harus memilik daya pembeda



Merek tidak boleh menggunakan nama barang yang dimintakan perlindungan



Merek tidak boleh menggunakan nama yang generik




Merek hanya dilindungi untuk satu kelas merek atau jasa



Merek dapat menunjukkan asal-usul suatu barang (indikasi geografis)

b. Desain Industri
Adalah suatu kreasi bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna,
atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis
dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Mengapa desain perlu dimasukkan dalam
regulasi HaKI ?. Bentuk desain sangat mempengaruhi penampilan suatu produk. Secara psikologis,
produk yang ditampilkan dalam desain yang menarik pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing dan
nilai komersialnya.
Dalam pelaksanaannya, perlindungan diberikan selama jangka waktu 10 (sepuluh) tahun. Dalam
kurun waktu tersebut pendesain atau penerima hak dapat melaksanakan Hak desainnya dan melarang
pihak lain tanpa persetujuannya : membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau
mengedarkan barang dimaksud.
c. Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus

yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh
Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman
melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Obyek yang dilindungi dalam hal ini adalah hak kekayaan
intelektual pemulia dalam menghasilkan varietas baru tanaman melalui kegiatan pemuliaan (Pemulia :
yang berhak atas perlindungan, Varietas : subyek dari perlindungan). Hak PVT adalah menggunakan
sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk
menggunakannya selama waktu tertentu.
Pendaftaran PVT diajukan ke Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, Departemen Pertanian.
Pada saat didaftarkan VT belum pernah diperjualbelikan lebih dari satu tahun di dalam negeri atau di luar
negeri selama 4 tahun (untuk tanaman musiman), atau 6 tahun (bagi tanaman tahunan). Jangka waktu
5

perlindungan hukum VT di Indonesia ada dua, yaitu 20 tahun untuk tanaman musiman dan 25 tahun
untuk tanaman tahunan.
d. Desain dan Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST)
Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang di dalamnya
terdapat berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang
sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam sebuah bahan
semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik. Sedangkan Desain Tata Letak
adalah kreasi berupa rancangan peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya satu

dari elemen tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu Sirkuit
Terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit Terpadu.
Perlindungan DTLST diberikan kepada pemegang hak terhitung sejak pertama kali desain tersebut
dieksploitasi secara komersial dimanapun, atau sejak tanggal penerimaan selama 10 tahun. 1
e. Rahasia Dagang
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau
bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh
pemilik Rahasia Dagang.
Lingkup perlindungan dapat diberikan pada metode produksi, metode pengolahan, metode
penjualan, daftar pelanggan, atau informasi lain di bidang teknologi dan atau bisnis. Informasi dianggap
rahasia apabila informasi tersebut hanya diketahui oleh pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum
oleh masyarakat. Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan informasi tersebut
dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan
keuntungan secara ekonomi.
Informasi dari bidang teknologi yang dapat dilindungi dengan sistem rahasia dagang mencakup :
e.1 Metode Penjualan
Informasi bisnis yang dirahasiakan dari metoda penjualan adalah strategi-strategi yang dilakukan
untuk meningkatkan penjualan/ omset yang besar, misalnya :

1




Cara pembayaran(kredit, cash)



Kebijakan diskon



Kebijakan harga (distributor, retail)



Promosi (black promo,open promo), dll.

UU No. 32 Tahun 2000 (http://ri.go.id)

6


e.2 Metode produksi
Yang termasuk dalam kategori ini adalah hasil penelitian, hasil riset pasar dan langkah yang
hendak dilakukan terhadap pengembangan dari hasil tersebut, termasuk teknik penggunaan mesin-mesin,
treatment terhadap bahan, dan teknik pengolahan.
e.3 Komposisi ramuan
Adalah penggunaan bahan-bahan yang dipakai untuk formula, sehingga dapat menghasilkan
produk yang lebih unggul, misalnya kualitas bahan yang digunakan. Contoh : obat, jamu, kosmetika,
minuman ringan, dsb.

f. Paten
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut, atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Dalam hal ini, inventor
menjelaskan invensinya secara lengkap dalam bentuk dokumen yang dipublikasi sehingga orang lain tahu
persis apa yang telah ditemukan oleh inventor. Sebagai imbalannya, pemerintah memberi hak monopoli
untuk jangka waktu tertentu bagi inventor. Hak monopoli tersebut disebut sebagai paten.
Dalam rezim paten dikenal istilah pemilik dan pemegang paten. Inventor pada dasarnya adalah
pemilik paten. Ia selanjutnya dapat memberikan hak pada pihak lain, yang dengannya pihak lain tersebut
menjadi pemegang hak paten. Hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada Inventor/ Pemegang Hak
adalah sebagai berikut :
c.1 Melaksanakan sendiri Invensinya,
c.2 Memberi persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya;
c.3 Melarang pihak lain yang melaksanakan Invensinya tanpa hak, dengan ketentuan :


Jangka waktu 20 Tahun untuk Paten biasa



Jangka waktu 10 tahun untuk Paten sederhana



Tidak dapat diperpanjang



Perlindungan berlaku surut.

Paten tidak dapat diberikan atas invensi tentang (Pasal 7 UU Paten Tahun 2001) :
c.1 Proses/produk yg bertentangan dengan hukum, moralitas agama, ketertiban umum, kesusilaan
c.2 Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan atau pembedahan manusia/hewan
7

c.3 Teori dan metode bidang ilmu pengetahuan dan matematika
c.4 Makhluk hidup kecuali jasad renik
c.5 Proses biologis yang esensial untuk produksi tanaman/hewan, kecuali proses non-biologis atau proses
mikrobiologis.
B. Hak Cipta (Copyright)
Hak Cipta berarti hak untuk memperbanyak suatu ciptaan yang dalam praktiknya termasuk hak
untuk mempublikasikan dan menyebarluaskan. Skema hak cipta di Indonesia diatur dalam Pasal 1 UU
No. 19 Tahun 19 Tahun 1992 : Hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi
pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tabel 1 :
Masa perlindungan hak cipta
NO.

JENIS CIPTAAN YANG DILINDUNGI

LAMA PERLINDUNGAN

1.

 Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain
 Drama atau drama musikal, tari, koreografi
 Segala bentuk seni rupa, seni lukis, seni pahat, seni patung
 Lagu atau musik dengan atau tanpa teks
 Arsitektur
 Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis lainnya
 Alat peraga
 Peta
 Terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai

Seumur hidup pencipta ditambah
50 tahun setelah pencipta
meninggal dunia.

2.

 Program komputer
 Sinematografi
 Fotografi
 Database
 Karya hasil pengalihwujudan

50 tahun sejak pertama kali
diumumkan

3.

Perwajahan karya tulis yang diterbitkan

50 tahun sejak pertama kali
diumumkan

4.

Ciptaan yang dipegang badan hukum

50 tahun sejak pertama kali
diumumkan

5.

Folklore

Tanpa batas

6.

Pelaku/ Performer (aktor dan musisi dalam hal pertunjukannya)

50 tahun sejak pertama kali
dipertunjukkan.

7.

Produser rekaman suara

50 tahun sejak pertama kali
direkam

8

8.

Lembaga Penyiaran

20 tahun sejak pertama kali
disiarkan

Pembiayaan Pengurusan Lisensi Cabang-Cabang HaKI di Indonesia
Tabel 2 :
Cabang-cabang HaKI dengan spesifikasinya
NO.

JENIS
HKI

PERATURAN

OBJEK
PERLINDUNGAN

MASA
PERLINDUNGAN

Biaya
(Rp)

KETERANGAN

1.

Hak
Cipta

UU No.
19/2002

Atas karya/ciptaan
dibidang ilmu
pengetahuan, seni
atau sastra

Seumur hidup
pencipta ditambah
50

75.000

Bersifat ekslusif
& pendaftaran
tidak diharuskan

2.

Merek

UU No.
15/2001

Tanda berupa
gambar, nama, kata,
huruf-huruf, angkaangka, susunan
warna atau
kombinasinya

10 tahun

450.000
(merek
dagang
& jasa)

Dapat
diperpanjang

3.

Desain
Industri

UU No.
31/2000

Bentuk, konfigurasi,
atau komposisi garis
dan warna, atau
gabungannya.

10 Tahun

600.000
atau
300.000
(utk
UKM)

4.

DTLST

UU No.
32/2000

Desain rangkaian
yang mengandung
elemen
aktif/semikonduktor.

10 Tahun

700.000
atau
400000
(untuk
UKM)

5.

PVT

UU No.
29/2000

Tanaman dengan
varian baru

20 tahun untuk
tanaman musiman

Bukan
kewenangan
DJHKI.

25 tahun untuk
tanaman tahunan

Pendaftaran di
Deptan
Tidak perlu
pendaftaran

6.

Rahasia
Dagang

UU No.
30/2000

Informasi yang
bernilai ekonomi

Selama informasi
terjaga
kerahasiaannya

7.

Paten

UU No.
14/2001

Invensi di bidang
teknologi berupa
produk atau proses

20 tahun untuk
paten biasa

575.000

Terdapat biaya
lainnya hingga
Rp 68.175.000

10 tahun untuk
paten sederhana

575.000

Terdapat biaya
lainnya hingga
Rp. 17.525.000

9

Di AS, industri hak cipta mencapai 5,68% dari GDP , dan tumbuh dengan nilai sekitar lebih dari
dua kali dari nilai pertumbuhan ekonomi AS keseluruhan. Di samping itu, juga menciptakan lapangan
kerja tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan sektor-sektor industri tanpa hak cipta. Di negara-negara
berkembang lain, industri hak cipta mencapai 3 hingga 6% dari GDP.
Mendudukkan Pemahaman Sains dan Teknologi Perspektif Islam
Penemuan-penemuan di dunia sains dan teknologi tidak terlepas dari keinginan masyarakat suatu
bangsa untuk meningkatkan kualitas pemenuhan kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidup - baik secara individu maupun komunal – dengan cara yang lebih efektif dan efisien
tidak terlepas dari motivasi perkembangan temuan dunia sains dan teknologi. Hal semacam ini juga
dijumpai dalam dunia administrasi, seperti dunia perbankan, dan manajemen perkantoran. Kendati
demikian, perkembangan di bidang sains dan teknologi maupun bidang-bidang lain sebenarnya hanya
merupakan buah pemikiran yang dibangun atas suatu pemahaman (mafhum) tertentu.
Penelaahan lebih lanjut atas pemahaman-pemahaman (mafahim) yang membangun pemikiran (al
fikr) akan mengantarkan kita pada dua kategori pemahaman : Pemahaman atas kehidupan (mafahim ‘an al
hayah, perception of live) dan Pemahaman atas esensi kebendaan (mafahim ‘an al asya’, perception of
essence of thing).
Pemahaman atas kehidupan diawali dengan argumentasi yang diberikan oleh manusia sebagai
bagian suatu komunitas atas pertanyaan mendasar dalam kehidupan : dari mana segalanya bermula, untuk
apa ia berada di dunia, dan hendak ke mana akhir kesudahannya. Jawaban atas ketiganya akan
menghasilkan tiga ideologi besar dunia : Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam. Kajian yang mendalam
tentang pemahaman atas kehidupan ini memiliki potensi regulasi tata kehidupan manusia, sehingga
muncullah berbagai sistem hukum yang dibangun di atas pemecahan permasalahan mendasar kehidupan.
Adapun yang dimaksud dengan pemahaman atas esensi kebendaan adalah kemampuan manusia
untuk mencerap suatu fakta secara mendalam untuk mencapai suatu tujuan tertentu berdasarkan kondisi
fakta tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah perkembangan riset di berbagai bidang, perkembangan ilmu
manajemen, struktur administratif organisasi atau pemerintahan, serta kodifikasi perundangan. Oleh
karena itu, pemikiran yang lahir dari pemahaman atas esensi ini bersifat universal, dan semata untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia atau bangsa.
Meskipun sebagian besar produk buah pemikiran manusia ini bersifat universal, terdapat di
antaranya merupakan hasil interaksi antara ideologi ataupun agama tertentu. Sehingga penafian atas
produk satu ideologi oleh ideologi lainnya seringkali terjadi. Islam, dengan konsep nashabnya, jelas
10

menafikan penemuan teknologi kloning pada manusia dalam kehidupan. Secara definitif, An Nabhani
(2001) membedakan produk-produk yang dihasilkan oleh suatu peradaban dengan istilah hadharah untuk
konsep atau pemikiran yang dihasilkan oleh pemahaman atas kehidupan, dan madaniyyah untuk segala
sesuatu buah pemikiran yang dihasilkan oleh pemahaman atas kebendaan. Kendati sifat madaniyyah yang
universal, sebelum mengambilnya, setidaknya umat Islam harus mengetahui asal kemunculannya.
Peradaban Islam dibangun sejak hadirnya Rasulullah Muhammad Saw. Beliau Saw telah
meletakkan dasar-dasar konsep hadharah dan madaniyyah sebagai asas dalam membangun peradaban
Islam. Terkait dengan penghukuman (justify) atas suatu fakta atau benda, beliau secara tegas
menyampaikan status hukumnya berdasarkan nash-nash syara’ tanpa kompromi. Sedangkan universalitas
madaniyyah beliau tunjukkan tatkala Negara Islam waktu itu membutuhkan riset teknologi persenjataan,
di mana beliau memerintahkan sebagian sahabatnya untuk mempelajari pembuatan pedang di daerah
Yaman. Beliau Saw menyatakan dalam perkara-perkara teknis :
“kalian lebih mengetahui tentang perkara-perkara kalian”.
Hukum Dasar Pemanfaatan Alam bagi Kehidupan Manusia
Secara umum, di dalam al Qur’an Allah SWT telah menyatakan kemubahan manusia untuk
memanfaatkan segala yang Dia ciptakan di muka bumi. Allah SWT berfirman :
Maka berjalanlah di segala penjurunya, serta makanlah sebagian dari rezeki-Nya. (Al Mulk : 15)
Katakanlah : Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik. (Al A’raf : 32)
Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.(Thaha : 81)
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. (Al Baqarah : 267)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan
bagi kamu. (Al Maidah : 87)
Dan makanlah yang halal lagi baik yang telah Allah berikan kepadamu. (Al Maidah 88)
Dengan demikian, segala pemikiran manusia terkait dengan pengelolaan alam untuk diperoleh
manfaatnya bagi kehidupan manusia, pada dasarnya adalah perkara teknis yang setiap manusia
dibolehkan mempergunakan caranya masing-masing sebelum datangnya pengharaman oleh nash syara’
atas teknis pemenuhannya tersebut. Pada masa Rasulullah SAW, teknik penanaman pohon kurma
misalnya, Rasulullah pernah mengajari sahabat yang bertanya kepada beliau cara menanam kurma yang
11

baik. Setelah dipraktekkan, justru tanaman tersebut mati. Beliau pun mempersilakan sahabat tersebut
untuk memilih teknik lainnya.
Tampak bahwa Rasulullah SAW tidak melakukan pembatasan informasi pengetahuan teknis
pemanfaatan alam bagi kehidupan manusia. Beliau juga pernah mengutus sahabatnya untuk belajar
pabrikasi senjata ke daerah Yaman. Beliau pun mengadopsi sistem stempel pada pengiriman setiap surat
negara kepada raja-raja di Persia, Habsyah, dan Romawi. Jikalau saja setiap teknis yang dipakai seseorang
kemudian menjadi sebuah ‘komoditi perdagangan’ tentu Rasulullah SAW tidak akan melakukan transfer
ilmu pengetahuan pada para sahabat beliau.
Aktivitas teknis penerbitan al Qur’an dan kitab-kitab ilmu pengetahuan pada masa Khilafah juga
menjadi sesuatu yang maklum dalam peradaban Islam. Fakta ini jelas berbeda dengan gereja pada masa
imperium Romawi, yang membatasi akses buku-buku gereja bagi masyarakat umum. Allah SWT
berfirman :
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah
buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di lehernya di hari kiamat.
( Ali Imran : 180)
Pengelolaan Kekayaan Intelektual dalam Islam
a. Asas Pengembangan Iptek : Aqidah Islam
Penetapan aqidah Islam sebagai asas pengembangan iptek bukan berarti setiap ilmu pengetahuan
harus bersumber dari syari’at Islam, sebab tidak semua ilmu pengetahuan terlahir dari aqidah Islam. Yang
dimaksud aqidah Islam sebagai asas adalah dengan menjadikan aqidah Islam sebagai standar penilaian.
Dengan kata lain, aqidah Islam difungsikan sebagai kaidah atau tolok ukur pemikiran dan perbuatan. Hal
ini tentu berbeda dengan penyelenggaraan kebijakaan sistem Kapitalisme yang memberikan kebebasan
sebesar-besarnya untuk berekspresi dan berbicara sebagai dasar pengelolaan intelektualitasnya.
Sistem Islam memiliki regulasi yang khas dalam mengatur perkembangan iptek. Dari sudut
pandang khasnya tersebut, kebijakan negara dalam memutuskan keberlanjutan riset iptek merupakan
langkah awal sebelum hasil riset nantinya dikonsumsi masyarakat. Hal ini semata-mata untuk menjaga
aqidah masyarakat dari infiltrasi pemikiran yang tidak sesuai dengan syari’at Islam. Pengkajian tentang
kloning pada manusia misalnya, riset ini tidak akan pernah dibuka mengingat pertentangannya dengan
nash-nash nashab. Hal serupa, teori evolusi Darwin juga tidak akan dipelajari atau dikembangkan sebagai
sebuah kebenaran.
12

b. Jaminan Hak Dasar Anggota Masyarakat
Berbeda halnya dengan sistem kapitalis yang melakukan berbagai regulasi untuk mendatangkan
modal– yang tak jarang memarginalkan sebagian besar masyarakat bawah, sistem Islam menegasikan
pembatasan-pembatasan yang justru membuat hasil karya anggota masyarakat, terutama penelitian di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tak terjangkau oleh masyarakat bawah. Islam
membangun peradabannya dengan sistem yang khas, yang berbeda dengan sistem Kapitalisme maupun
Sosialisme.
Pengelolaan kekayaan intelektual beririsan dengan sistem pendidikan yang diberlakukan negara.
Metode pembelajaran Islam mendorong pengkajian ilmu untuk diterapkan dalam kehidupan. Wal hasil,
orientasi pencerapan ilmu pengetahuan maupun tsaqafah Islam adalah untuk diterapkan dalam kehidupan.
Dengan sendirinya hal ini telah menjadi pilar awal inovasi iptek. Di samping itu, ketetapan syari’at Islam
telah mewajibkan setiap laki-laki bekerja (bagi yang mampu) sehingga dia bisa memenuhi kebutuhan
primernya, berikut kebutuhan pihak-pihak yang menjadi tanggungan nafkahnya. Sedangkan tidak
terlaksananya kewajiban tersebut akibat tidak terenyamnya pendidikan, maka menjadikan pengadaan
sistem pendidikan oleh pemerintah merupakan keharusan yang harus dipenuhi (terjangkau bahkan gratis
bagi masyarakat). Dengan demikian, berbagai regulasi yang memunculkan kesulitan akses pengetahuan di
tengah masyarakat jelas bertentangan dengan konsep dasar tersebut.
c. Tradisi Penjagaan Literatur
Sepeninggal Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan seterusnya senantiasa
menjaga aspek ketertelusuran data sabda Rasulullah, atau yang biasa kita kenal dengan periwayatan
hadits. Tidak hanya dalam masalah aqidah dan syari’at, kebiasaan penulisan dan pencantuman ini juga
dilakukan pada karya-karya ilmu pengetahuan lainnya. Sebut saja kitab Oseanografi karya Ibnu Majid,
yang selain didasarkan pada pengalaman dirinya sendiri selaku navigator, juga dipadukan dengan teoriteori navigasi yang diperoleh melalui kitab-kitab para pendahulunya. Beberapa kitab yang menjadi
rujukan dalam penulisan karya-karyanya tersebut antara lain kitab al-Mabadi wa al-Gayah fi Ilm al-Miqat
atau kitab pengantar lengkap tentang waktu karya Abu Ali Hasan bin Umar al-Marakussi al-Magribi
(wafat 660H/1262 M), kitab Surah al-Ard atau peta bumi karya Ibnu Hawqal (wafat 365 H/975 M), dan
kitab al-Musytarik atau kitab tentang penanggalan karya Yaqut al-Hamawi (wafat 626/1229 M). Tradisi
ini terus berlanjut hingga berakhirnya Khilafah 1924.
Dengan demikian, pencantuman sumber literasi sesungguhnya adalah hal yang terpisah namun
disatukan oleh ideologi Kapitalisme dalam industri hak ciptanya, sebagai bumbu pelegalan regulasi HaKI.

13

Pencantuman literasi bahkan hampir-hampir merupakan sesuatu yang alami ketika seseorang
mengeluarkan pernyataan, sebagai penguat argumentasinya.
Adapun tentang merk sebagai pembeda suatu produk, maka hal ini adalah perkara yang mubah. Ini
pun merupakan sesuatu yang thabi’i (alami) ketika seseorang menghasilkan suatu barang atau barang jasa.
Dalam hal ini, negara hanya perlu melakukan pendaftaran semata agar tidak tumpang tindih
antarpengusaha.
Kesimpulan
1. Realitas sejarah kemunculan konsep hak cipta mengindikasikan lemahnya pemenuhan hak dasar
masyarakat – khususnya dalam pendistribusian kekayaan intelektual (via pendidikan) - oleh
negara.
2. Perkembangan regulasi HaKI semenjak Piagam Berne hingga dicetuskannya Konvensi Hak Cipta
Dunia (UCC) menunjukkan dengan jelas liberalisasi sektor publik yang bermuara pada
kepentingan ekonomi pemilik modal (pengusaha).
3. Dalih untuk mencegah pembajakan dan plagiarisme di balik regulasi HaKI pada sistem
Kapitalisme sesungguhnya mencerminkan kepentingan ekonomi untuk mengamankan kekuatan
para pemodal.
4. Islam mendasarkan pengelolaan kekayaan intelektual berbasis aqidah Islam. Segala bidang kajian
maupun perkembangan temuan diselaraskan dengan syari’at Islam sebagai penentu keberlanjutan
pengembangan iptek.
5. Negara sebagai institusi pengelola kepentingan rakyat menegasikan berbagai regulasi yang
menyulitkan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, termasuk di dalamnya penyampaian hasil
penemuan iptek.
6. Menyangkut perkara-perkara teknis pengusahaan manusia dalam aktivitas pekerjaannya, seperti
pemakaian merk dan desain khas, negara hanya melakukan pendaftaran. Hal ini semata-mata
hanya untuk mencegah tumpang tindih pemakaian nama atau merk, dan bukan merupakan bagian
sumber pendapatan negara.
7. Tradisi pencantuman literatur rujukan pada suatu karya sesungguhnya merupakan perkara yang
thabi’i (alami) dan universal dalam realitas sejarah peradaban manusia, sehingga merupakan fakta
yang terlepas dari regulasi HaKI.

14

DAFTAR PUSTAKA


http://www.intellectual-property.gov.uk



http://en.wikipedia.org/wiki/Industrial_property



UU No. 19 Tahun 2002, Hak Cipta



http://www.ifrro.org/: Volume 1 No 3 May/June 1998



Stephen E Siwek, Copyright Industries in the US Economy The 2002 Report



Peraturan Hidup dalam Islam, Taqiyuddin An Nabhani (2001)



Persepsi-Persepsi Berbahaya, Abdul Qadim Zallum



Bunga Rampai Syari’at Islam, Hizbut Tahrir Indonesia (2002)



www.history-science-technology.com



Syakhshiyyah Islamiyyah Juz I, Taqiyuddin an Nabhani (2003)



Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Taqiyuddin an Nabhani (2002)



Republika.co.id



Adi Purwandana, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

15

Dokumen yang terkait

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

IbM Pemanfaatan Biopestisida untuk Mengendalikan Hama Uret (Lepidiota stigma) Pada Tanaman Tebu

8 129 1

Hak atas Kesehatan reproduksi perempuan dalam cedaw dan hukum Islam (studi komparaif)

9 90 110

Aplikasi forecasting untuk memprediksi kepadatan penduduk di Dinas Kependudkan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Timur

9 92 261

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh variasi berat glukosa pada filtrat tomat (solanum lycopersicum (L) Commune) dan lama fermentasi acetobacter xylinum terhadap tingkat ketebalannata de tomato - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Penerapan metode eksperimen terhadap pokok bahasan bunyi untuk meningkatkan hasil belajar siswa mtsn 2 palangka raya kelas VIII semester II tahun ajaran 2013/2014 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN Pala

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN - Sistem ijon dalam jual beli ikan di Kecamatan Seruyan Hilir - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 8

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan model Problem Based Instruction (PBI) terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa pokok bahasan tekanan Kelas VIII Semester II di SMPN Palangka Raya Tahun Ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Pala

0 3 80