Analisis Efektifitas Relaksasi Napas Dal (1)

Analisis Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Dan Tehnik Imajinasi Terbimbing
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Panti Werda Hanna
Tangerang Selatan Tahun 2015
Dewi Fitriani
Stikes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia
e-mail: dewifitriani1717@gmail.com

ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan
berbahaya saat ini. Napas dalam dan imajinasi terbimbing merupakan terapi nonfarmakologis yang dapat
menurunkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas napas dalam, imajinasi
terbimbing dan gabungan (napas dalam dan imajinasi terbimbing). Jenis penelitian Quasi eksperimen dengan
jumlah sampel 8 napas dalam, 8 imajinasi terbimbing dan 8 gabungan (napas dalam dan imajinasi terbimbing) di
Panti Werda Hanna Tangsel. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah
pre dan post intervensi selama 4 minggu dengan perbedaan nilai mean kelompok napas dalam adalah 17,50/ 11,25,
Kelompok imajinasi terbimbing adalah 20,00/ 8,75, kelompok gabungan adalah 18,75/ 6,25.Berdasarkan nilai
mean, Intervensi yang paling berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah adalah imajinasi terbimbing dan
waktu yang paling efektif untuk semua intervensi adalah diminggu 1 dengan nilai F yaitu 15,842. Saran : Napas
dalam dan imajinasi terbimbing dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Kata kunci : napas dalam, imajinasi terbimbing, Tekanan darah.


ABSTRACT
Hypertension is one of the non-communicable diseases are becoming a very serious health problems and
dangerous current. A deep breath and guided imagery is a non-pharmacological therapy that can lower blood
pressure. This study aimed to analyze the effectiveness of a deep breath, guided imagery and combined (a deep
breath and guided imagery). Type of quasi-experimental research with a sample of breath 8, 8 and 8 combined
guided imagery (a deep breath and guided imagery) in Nursing home Hanna South Tangerang. The results showed
no significant difference between blood pressure pre and post intervention for 4 weeks with a mean value of group
differences in the breath was 17.50 / 11.25, guided imagery group was 20.00 / 8.75, the combined group was 18,
75 / 6,25. based on mean, interventions that most influence on blood pressure reduction is guided imagery and
the most effective time for all interventions is week is one with the F value is 15.842. Suggestion: Breath in and
guided imagery can be used to lower blood pressure.
Keywords: a deep breath, guided imagery, blood pressure.

Pendahuluan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit
tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius dan
berbahaya saat ini, di Amerika diperkirakan
satu dari empat orang dewasa menderita
hipertensi. Di Indonesia sendiri, angka

kejadian hipertensi juga sangat tinggi
(Susanti dkk, 2013). Berdasarkan data
Kementerian Kesehatan RI tahun 2013
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
Prevalensi hipertensi mencapai 31,7%.

1

Menurut informasi kesehatan Banten, di
wilayah provinsi Banten diperkirakan satu
diantara tiga orang adalah klien dengan
hipertensi (Pradono, 2012). Jika penyakit
ini tidak terkontrol, akan menyerang organ
target seperti mengakibatkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal, serta
kebutaan. Menurut WHO dan the
International Society of Hypertension
(ISH)
dilaporkan
bahwa

penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan peluang 3 kali lebih besar
terkena serangan jantung dan 7 kali lebih

besar terkena stroke
Tuminah, 2009).

(Rahajeng

dan

Menurut The Seventh Report of The Joint
National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC 7) tahun 2003,
berikut klasifikasi tekanan darah adalah :
Tabel 1 : Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi
Tekanan Darah


TDD
(mmHg)

Normotensi

TDS
(mmHg)
< 130

Hipertensi Perbatasan

130-139

85-89

Hipertensi Ringan

140-159


90-99

Hipertensi Sedang

160-179

< 85

100-109
≥180
Hipertensi Berat
≥110
TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik
(Pradono, 2012. Indriawati, 2011)

Penyakit stroke merupakan komplikasi
yang sering terjadi jika hipertensi tidak
mendapatkan penangan yang serius, hal ini
bisa saja terjadi pada klien dari 58% klien
panti yang saat ini terdiagnosis hipertensi di

Panti Sosial Tresna Werda Hanna di
Tangerang Selatan dari seluruhnya yang
berjumlah 74 orang. Pada saat ini ada 2
orang yang mengalami hipertensi dengan
komplikasi Stroke. (Pengelola panti Werda
Hanna, Januari 2015).
Komplikasi dari hipertensi tidak akan
terjadi jika klien mendapatkan penangan
dengan tepat. Hipertensi dapat diobati
dengan dua cara yaitu terapi dengan cara
farmakologis
dan
nonfarmakologis.
Beberapa jenis terapi nonfarmakologis atau
terapi komplemeter meliputi : terapi
Akupresur (terapi akupuntur tanpa jarum),
terapi herbal berasal dari cina, terapi jus,
terapi Pijatan (stimulasi kutaneus), terapi
Yoga, terapi dengan menggunakan
Aromaterapi, terapi Pernapasan dan

relaksasi, terapi melalui pikiran dan tubuh
/meditasi atau hypnosis (Ritu Jain 2011
dalam Kenia dan Taviyanda, 2012).
Dengan mulai berkembangnya terapi
komplementer di Indonesia, perawatpun
dapat berperan dalam menerapkan terapi
komplementer jika mengacu pada

peraturan menteri kesehatan nomor
473/MENKES/Per/17/2013
tentang
penyelenggaran praktik keperawatan.
Praktik keperawatan menurut Orem
merupakan asuhan keperawatan dilakukan
dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat
diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan dan kesejahteraannya sehingga
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya

secara mandiri. Penyakit hipertensi dapat
menjadi ancaman yang serius jika klien
tidak mendapatkan penatalaksanaan yang
tepat. Jika klien hipertensi di Panti Sosial
Tresna Werda Hanna tekanan darahnya
dapat dipertahankan dalam nilai normal
maka akan membantu klien lansia dengan
hipertensi dalam memperoleh kesehatan
yang optimal dan terhindar dari resiko dan
komplikasi juga diharapkan meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraannya
dengan melakukan perawatan secara
mandiri (Alligod & Tomey. 2006)
Dalam upaya memahami fenomena diatas
dimana
diharapkan
klien
mampu
melakukan perawatan untuk dirinya
sendiri, dan meningkatkan kualitas hidup,

maka klien hipertensi selain tetap diberikan
terapi farmakologis, peneliti bertujuan
memperkenalkan
dan
mengajarkan
pemberian therapy non farmakologis yang
relatif praktis dan efisien pada klien juga
perawat yang bertugas dipanti dengan
latihan relaksasi dengan cara napas dalam
dan imajinasi terbimbing. Dimana tehnik
relaksasi napas dalam dan imajinasi
terbimbing ini belum pernah dilaksanakan
di Panti ini sebagai tindakan dalam asuhan
keperawatan pada klien.
Metode
Penelitian dilakukan dengan desain Quasi
Eksperimental,
Teknik
pengambilan
sampel menggunakan porposive sampling.

Dalam penelitian ini responden dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok
napas dalam, imajinasi terbimbing dah

gabungan. Masing-masing kelompok
diberikan pretest dan posttest untuk
mengetahui tekanan darah. Penelitian
dilaksanakan bulan Juni-Juli 2015.
Hasil
Pengumpulan data dilakukan pada bulan
Juni sampai Juli 2015 dilaksanakan di Panti
Werda Hanna Tangerang Selatan. Jumlah
responden 24 orang dengan rincian masingmasing kelompok 8 orang. Berdasarkan
usia, rerata usia responden adalah 74 tahun,
Dengan usia termuda 66 tahun dan usia
tertua 86. 100% jenis kelamin perempuan.
Uji normalitas data yang dilakukan dengan
cara menilai swekness dan standar eror,
dengan hasil distribusi normal. variabel
sistol dan diastol pre dan post intervensi

variasi datanya adalah homogeny, terlihat
dari hasil uji levence statistis > 0,05.
Rata-rata Tekanan Darah pre dan post
Intervensi Napas Dalam
Tabel 2 : Distribusi Tekanan Darah pre dan
post Intervensi Napas Dalam Selama 4
Minggu di Panti Werda Hanna Tangerang
Selatan Juni-Juli 2015
Variabel

n

TD pre intervensi
TD Sistol
TD Diastol
TD post intervensi
TD Sistol
TD Diastol

8

Mean

141.25
87.50
8
123.75
76.25

Perbedaan
nilai mean
Sistol
17,50
Diastol
11,25

p
value
Sistol
dan
Diastol
0.000

Pada tabel diatas diketahui bahwa rata-rata
tekanan darah pre intervensi adalah 141,25/
87,50 mmHg, kemudian hasil rata-rata
tekanan darah post intervensi napas dalam
selama 4 minggu adalah 123,75/ 76,25
mmHg, dengan perbedaan nilai mean
antara tekanan darah pre dan post
intervensi napas dalam selama 4 minggu
adalah 17,50/11,25.
Hasil uji statistic menunjukan ada
perbedaan yang signifikan dengan nilai p
value 0.000, antara tekanan darah sistol dan
diastol pre dan post intervensi nafas dalam
selama 4 minggu.

Tekanan Darah Pre dan Post Intervensi
Imajinasi Terbimbing
Tabel 3 :Distribusi Tekanan Darah pre dan
post Intervensi Relaksasi Imajinasi
Terbimbing Selama 4 Minggu di Panti
Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli
2015
Variabel
TD pre intervensi
TD Sistol
TD Diastol
TD post intervensi
TD Sistol
TD Diastol

n

Mean

8
143.75
81.25
8
123.75
75.50

Perbedaan
nilai mean
Sistol
20.00

p value

Diastol
8,75

Diastol
0.006

Sistol
0.000

Pada tabel diatas diketahui bahwa rata-rata
tekanan darah pre intervensi adalah 143,75/
81,25 mmHg, dan kemudian didapat ratarata tekanan darah post intervensi adalah
123,75/75,50 mmHg, dengan perbedaan
nilai mean antara tekanan darah sistol dan
diastol pre dan post intervensi relaksasi
imajinasi terbimbing selama 4 minggu
adalah 20,00/8,75.
Hasil uji statistic menunjukan ada
perbedaan yang signifikan antara tekanan
darah pre dan post intervensi relaksasi
imajinasi terbimbing dengan p value 0.000
untuk tekanan sistol dan p value 0.006
untuk tekanan darah diastol.
Tekanan Darah pre dan post Intervensi
Gabungan (Napas Dalam dan Tehnik
Relaksasi Imajinasi Terbimbing)
Tabel 4 : Distribusi Tekanan Darah pre dan
post Intervensi Gabungan (Napas Dalam
dan Relaksasi Imajinasi Terbimbing)
Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna
Tangerang Selatan Juni-Juli 2015
Variabel

n

TD pre intervensi
TD Sistol
TD Diastol
TD post intervensi
TD Sistol
TD Diastol

8

Mean

151.25
87.50
8
132.50
81.25

Perbedaan
nilai mean
Sistol
18,75

p value

Diastol
6,25

Diastol
0.011

Sistol
0.000

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa
rata-rata tekanan darah sistol dan diastol

pre intervensi adalah 151,25/87,50 mmHg.
Dan rata-rata tekanan darah post intervensi
adalah 132,50/81,25 mmHg. Perbedaan
nilai mean antara pre dan post intervensi
gabungan adalah 18,75/6,25.
Hasil uji statistic menunjukan ada
perbedaan yang signifikan antara tekanan
darah pre dan post intervensi gabungan
selama empat minggu dengan p value 0.000
untuk tekanan sistol dan p value 0.0011
untuk tekanan darah diastol.
Rata-rata
Intervensi

Tekanan

Darah

Post

Tabel 5 : Distribusi Perbedaan Rata-rata
Tekanan Darah Post Intervensi Napas
Dalam, Relaksasi Imajinasi Terbimbing
dan Gabungan Selama 4 Minggu di Panti
Werda Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli
2015
Variabel
Intervensi
napas dalam
TD Sistol
TD Diastol
Intervensi
imajinasi
terbimbing
TD Sistol
TD Diastol
Intervensi
gabungan
TD Sistol
TD Diastol

Mean

SD

95% CI

123,75
76,25

5,175
5,175

119-128
71 -80

P
Value

Sistol
0.009
123,75
75,50

5,175
7,071

119-128
66-78

132,50
81,25

7,071
3,536

126-138
78-84

Diastol
0.015

Dilihat dari tabel diatas dapat dilihat ratarata tekanan darah sistol dan diastol post
intervensi pada kelompok intervensi napas
dalam selama 4 minggu adalah
123,75/76,25 mmHg. Pada kelompok
intervensi imajinasi terbimbing adalah
123,75/75,50 mmHg. Sedangkan untuk
kelompok intervensi gabungan (napas
dalam
dan
imajinasi
terbimbing)
didapatkan rata-rata tekanan darah sistol
dan diastol adalah 132,50/ 81,25 mmHg.
Hasil uji statistic didapat nilai p value sistol
0.009 dan p value diastol 0,015, berarti
pada alpa 5% dapat disimpulkan ada
perbedaan tekanan darah antara ketiga
intervensi.

Intervensi Yang Paling Berpengaruh
Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Tabel 6 : Analisis Intervensi Yang Paling
Berpengaruh Terhadap Tekanan Darah
Selama 4 Minggu Intervensi di Panti Werda
Hanna Tangerang Selatan Juni-Juli 2015
Perlakuan

Napas
Dalam

Imajinasi
Terbimbing

Gabungan

Waktu

Mean
Sistol/ Diastol

Pre-intervensi
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Pre-intervensi
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Pre-intervensi
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4

141,25/ 87,50
131,25/ 86,25
127,50/ 85,00
126,25/ 78,75
123,75/ 76,25
143,75/ 87,50
132,50/ 80,00
128,75/ 80,00
125,00/ 73,75
123,75/ 75,50
151,25/ 87,50
140,00/ 83,25
135,00/ 86,25
133,75/ 81,25
132,50/ 81,25

Perbedaan
mean setelah
4 minggu
Sistol 17,50
Diastol 11,25

Sistol 20,00
Diastol 8,75

Sistol 18,75
Diastol 6,25

Dilihat dari tabel diatas dengan
menggunakan analisis General Linier
Model-Repeated Measures dapat dilihat
pengaruh intervensi relaksasi napas dalam
terhadap tekanan darah pada kelompok
intervensi napas dalam, dimana rata-rata
tekanan darah pre-intervensi adalah 141,25/
87,50 mmHg, kemudian setelah dilakukan
intervensi napas dalam selama 15 menit
perhari diminggu pertama didapatkan ratarata tekanan darah 131,25/ 86,25 mmHg,
kemudian intervensi masih berlanjut
selama 15 menit setiap hari maka
didapatkan rata-rata tekanan darah
diminggu 2 adalah 127,50/ 85,00 mmHg,
kemudian rata-rata tekanan darah diminggu
3 didapatkan 126,25/ 78,25 mmHg, dan
hasil rata-rata tekanan darah post intervensi
nafas dalam selama 4 minggu intervensi
napas dalam dilaksanakan didapatkan ratarata
123,75/76,25
mmHg,
dengan
perbedaan rata-rata tekanan darah pre-test
dan post-test adalah 17,50/11,25 mmHg.
Jika kita lihat pengaruh intervensi relaksasi
imajinasi terbimbing terhadap tekanan
darah maka dapat kita simpulkan dimana
rata-rata tekanan darah pre-intervensi

Kemudian untuk pengaruh intervensi
gabungan antara napas dalam dan imajinasi
terbimbing berdasarkan tabulasi bahwa
didapatkan rata-rata tekanan darah preintervensi adalah 151,25/87,50 mmHg,
kemudian setelah dilakukan intervensi
gabungan didapatkan rata-rata tekanan
darah diminggu 1 adalah 140,00/83,75
mmHg, kemudian untuk rata-rata tekanan
darah diminggu 2 didapatkan 135,00/86,25
mmHg, dan rata-rata tekanan darah
diminggu 3 didapatkan 133,75/81,25
mmHg, kemudian hasil rata-rata tekanan
darah post-intervensi setelah intervensi
gabungan selama 4 minggu adalah 132,50
mmHg/ 81,25 mmHg, dengan perbedaan
tekanan darah pre-test dan post-test adalah
18,75/6,25.
Jika kita lihat dari perbedaan nilai mean
antara pre dan post intervensi setelah 4
minggu penurunan tekanan darah yang
terjadi pada masing-masing kelompok
intervensi setelah dilakukan intervensi
selama 4 minggu, maka dapat disimpulkan
untuk nilai mean yang tertinggi didapat
pada kelompok intervensi imajinasi
terbimbing dengan perbedaan nilai mean
20,00/8,75 mmHg.
Waktu Yang Paling Berpengaruh
Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Grafik 1 : Penurunan tekanan darah dari
minggu 1 sampai minggu 4 pada kelompok
intervensi Napas Dalam, Imajinasi
Terbimbing dan Gabungan.
Es t i ma t e d

Ma r g i n a l

Me a n s

of

k e l o mp o k . p e n e l i t i a n

Pe r l a k u a

140

Na f a s d a l a m
I ma j i n a s i _ t e
Ga b u n g a n

Est i mat ed Mar gi nal Means

adalah adalah 143,75/87,50 mmHg,
kemudian setelah dilaksanakan intervensi
imajinasi terbimbing selama 15 menit/ hari
didapatkan rata-rata tekanan darah
diminggu 1 didapatkan rata-rata 132,50/
80,00 mmHg, kemudian intervensi masih
dilanjutkan setiap hari selama 15 menit
setiap hari maka didapatkan rata-rata
tekanan darah diminggu 2 adalah 128,75/
80,00 mmHg, selanjutnya rata-rata tekanan
darah diminggu 3 didapatkan 125,00/ 73,75
mmHg, kemudian didapatkan rata-rata
tekanan darah post-intervensi setelah
dilakukan intervensi selama 4 minggu
adalah 123,75/75,50 mmHg. Dengan
perbedaan rata-rata tekanan darah pre-test
dan post-test adalah 20,00/ 8,75 mmHg.

135

130

125

120
1

2

3

4

Si s t o l

Dilihat dari grafik 1 rata-rata tekanan darah
pre-intervensi adalah 141,25/ 87,50 mmHg,
kemudian setelah dilakukan intervensi
napas dalam selama 15 menit perhari dalam
waktu emapat minggu intervensi maka
diihat rata-rata penurunan di minggu
pertama penurunan terjadi sangat signifikan
ditandai dengan penurunan rata-rata 10,00
mmHg, kemudian untuk minggu kedua
sampai minggu keempat penurunan masih
berlangsung antara 1- 3,75 mMHg.
Untuk rata-rata tekanan darah preintervensi adalah adalah 143,75/ 87,50
mmHg, kemudian setelah dilaksanakan
intervensi imajinasi terbimbing selama 15
menit perhari selama empat minggu
didapatkan rata-rata penurunan rata-rata
diminggu pertama 11.25 mmHg, kemudian
untuk minggu kedua sampai minggu
keempat penurunan masih berlangsung
antara 1,25- 3,75 mMHg.
Untuk rata-rata tekanan darah preintervensi adalah 151,25 mmHg/ 87,50
mmHg, kemudian setelah dilakukan
intervensi gabungan (antara napas dalam
dan imajinasi terbimbing) selama 15 menit
perhari selama empat minggu didapatkan
rata-rata penurunan tekanan darah di
minggu pertama penurunan terjadi sangat
signifikan ditandai dengan penurunan ratarata 11,25 kemudian untuk minggu kedua

sampai minggu keempat penurunan masih
berlangsung antara 1,25- 3,00 mMHg.
Waktu Yang Paling Berpengaruh
Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Tabel 7 : Analisis Waktu Yang Paling
Berpengaruh Setelah dilaksanan Intervensi
Selama 4 Minggu di Panti Werda Hanna
Tangerang Selatan Juni-Juli 2015.
Efek
Intervensi

Variabel Dependent
Sistol_1
Diastol_1
Sistol_2
Diastol_2
Sistol_3
Diastol_3
Sistol_4
Diastol_4

F
15.842
4.433
6.200
4.742
6.543
4.356
5.914
5.180

Sig.
0.000
0.025
0.008
0.020
0.006
0.026
0.009
0.015

Dilihat dari tabel diatas untuk tests of
between-subjects effects yang tercantum
pada hasil diatas menunjukkan bahwa
hubungan antara intervensi dengan hasil
TD sistol minggu 1 memberikan nilai
tertinggi dengan harga F tertinggi yaitu
15,842 dengan nilai signifikansi 0,000.
yang artinya dari mulai minggu 1 intervensi
yang dilakukan sudah berpengaruh
terhadap tekanan darah sistol. Di minggu
pertama penurunan terjadi sangat signifikan
ditandai dengan penurunan rata-rata antara
10,00-11,25 kemudian untuk minggu kedua
sampai minggu keempat penurunan masih
berlangsung terus antara 1,25- 4,7. Untuk
intervensi napas dalam dan imajinasi
terbimbing juga gabungan masih turun
terus sampai minggu keempat intervensi
dilaksanakan, tetapi belum ditemukan titik
maksimal tindakan jika dilakukan tindakan
selama 4 minggu.
Pembahasan
Karakteristik Responden
Berdasarkan tabulasi menunjukan hasil
statistik distribusi frekuensi
untuk
karakteristik usia responden pada saat
dilaksanakan penelitian Dengan usia
termuda 66 tahun dan usia tertua 86, dengan
rata-rata usia responden berumur 74 tahun.
Hipertensi primer biasanya muncul antara
usia 30-50 tahun. Berdasarkan hasil

penelitian pradono tahun 2010 bahwa
Hipertensi meningkat pada kelompok usia
45 tahun atau lebih. 50-60% klien yang
berumur lebih dari 60 tahun memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Menurut hasil penelitian Sugarlaki pada
tahun 2009 bahwa ada hubungan antara
usia dengan angka kejadian hipertensi, dari
100 klien yang menjadi responden
penelitiannya 66% klien berusia diatas 56
tahun.
Menurut laporan Rahajeng dan Tumirah
(2009) dari pusat penelitian Biomedis dan
farmasi mengatakan bahwa proporsi pasien
yang mengalami hipertensi terjadi pada
kelompok usia lebih dari 45 tahun. Menurut
Abbas dan Fausto (2005) setelah usia 45
tahun dinding arteri akan mengalami
penebalan karena penumpukan kolagen
pada lapisan pembuluh otot sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku.
Menurut Palmer dan Wiliam (2007)
tekanan darah akan meningkat seiring
bertambahnya usia. Didukung oleh hasil
penelitian harahap dkk pada tahun 2008
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antar umur dengan tekanan
darah, setiap peningkatan umur 1 tahun
akan meningkatkan tekanan darah sisitol
sebanyak 0,493 mmHg dan tekanan darah
diastol sebanyak 0,189 mmhg. Hal ini
karena
elastisitas
pembuluh darah
berkurang dengan semakin meningkatnya
umur, sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah.
Hasil analisa untuk jenis kelamin dimana
seluruhnya responden 100% berjenis
kelamin perempuan (Omah), dikarenakan
di Panti Werda Hana untuk penghuni lakilaki (Opah) hanya berjumlah 5 orang dan
dari ke 5 Opah pada saat dilaksanakan
penelitian tekanan darah dalam batas
normal. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Rahajeng dan Tumirah (2009)
dimana dilaporkan bahwa di Indonesia

proporsi laki-laki bermakna beresiko
hipertensi 1,25 kali dari pada perempuan.
Menurut pernyataan Smeltzer & Bare tahun
2010 bahwa laki-laki lebih beresiko
menderita
hipertensi
dibandingkan
perempuan. Dan tekanan darah pada wanita
akan meningkat secara signifikan setelah
menopause, seperti yang terjadi pada omahomah yang tinggal di Panti Werda Hanna
daerah Tangerang Selatan. Sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh South
pada tahun 2014 dimana hasil penelitian
didapatkan pada kelompok usia dengan
hipertensi sebagian besar dengan kelompok
usia diatas 50 tahun dengan responden
berjenis kelamin perempuan sejumlah
68,8%.
Pada
keseluruhan angka
kejadian,
hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita sampai kira-kira usia
55 tahun. Resiko pada pria dan wanita
hampir sama antara usia 55 sanpai 74 tahun,
kemudian setelah usia 74 tahun wanita
berisiko lebih besar dari pada laki-laki
(Muttaqin, 2009). Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh Anggara pada tahun
2012 dimana jenis kelamin tidak ada
hubungan tekanan darah yang terjadi
dengan hasilnya nilai p value 0,355.
Intervensi Relaksasi Napas Dalam,
Imajinasi Terbimbing dan Gabungan
Tabel 8 : Distribusi Mean pre, post dan
Perbedaan Nilai Mean
Variabel
Intervensi
napas dalam
TD Sistol
TD Diastol
Intervensi
imajinasi
terbimbing
TD Sistol
TD Diastol
Intervensi
gabungan
TD Sistol
TD Diastol

n

8

Mean
Pre

Mean
Post

Perbedaan
nilai mean

141,25
87,50

123,75
76,25

17,50
11,25

143,75
81,25

123,75
75,50

20,00
8,75

151,25
87,50

132,50
81,25

18,75
6,25

8

8

Pengaruh Relaksasi napas dalam setelah
intervensi dilaksnakan selama 4 minggu,

dengan perbedaan rata-rata tekanan darah
pre-test dan post-test sebesar 17,50/11,25
mmHg.
Dengan hasil uji statistic
menunjukan ada perbedaan yang signifikan
antara tekanan darah sistol dan diastol pretest pada tahap hipertensi ringan dan posttest pada normal tensi setelah dilakukan
intervensi nafas dalam selama empat
minggu dengan nilai p value 0.000.
Didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Erlita dkk 2013, tentang
pengaruh tehnik relaksasi napas dalam
terhadap penurunan tekanan darah pasien
Hipertensi sedang-berat di ruang Irina C RS
Kandau Manado, teknik relaksasi napas
dalam di ajarkan kepada responden
kelompok eksperimen selama 15 menit,
lalu tekanan darah di ukur kembali dan
dicatat. Analisa dengan menggunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test (α=0,05)
dengan kesimpulan teknik relaksasi napas
dalam dapat menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi sedang-berat. Jika
klien mampu mempertahankan tekanan
darah dalam kondisi stabil maka sejalan
dengan konsep Self Care Orem, seperti
dijelaskan dalam konsep Universal SelfCare Requisites dimana kebebasan individu
dalam merawat diri sendiri diharapkan
memiliki kemampuan untuk mengenal dan
memvalidasi kebutuhan tubuh secara
terintegrasi dengan lingkungan kehidupan
sebagai kebutuhan dasar diantaranya klien
mampu
melakukan
pemeliharaan
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
sehingga tekanan darah dapat tetap
dipertahankan pada posisi normal (Orem,
2001).
Pengaruh relaksasi imajinasi terbimbing
terhadap tekanan darah setelah dilakukan
intervensi relaksasi imajinasi terbimbing
selama 4 minggu didapatkan perbedaan
rata-rata tekanan darah pre-test dan posttest adalah 20,00/8,75 mmHg. Dengan hasil
uji statistic menunjukan ada perbedaan
yang signifikan antara tekanan darah sistol
dan diastol pre-test pada tahap hipertensi
ringan dan post-test pada normal tensi

setelah dilakukan intervensi imajinasi
terbimbing dengan p value 0.000 untuk
tekanan sistol dan p value 0.006 untuk
tekanan darah diastol.
Didukung dengan hasil penelitian Kruschke
pada tahun 2008 dengan judul The impact
of guided imagery on healthcare employess
as a means to lower their blood pressure,
pulse and perceived level of stress, Hasil
penelitian menunjukkan korelasi langsung
antara penurunan tekanan darah dan denyut
nadi, dan pengurangan tingkat stres peserta
mengikuti sesi guided imagery. Data
menunjukkan perbedaan sinificant (p value
0.05) antara tekanan darah sistolik pre dan
post untuk stelah mengikuti empat sesi
guided imagery. Hasil analisis data juga
menghasilkan perbedaan signifikan dengan
perbedaan rata-rata antara tekanan darah
pre dan post sistolik adalah 10,5 mmHg.
Jika klien mampu mempertahankan
tekanan darah dalam kondisi awal (normal)
maka sejalan dengan konsep Self Care
Orem, dimana pasien hanya membutuhkan
Supportif-Educative System yaitu dengan
cara mengatur latihan dan mengembangkan
kemampuan self care klien. Dengan desain
sistem asuhan keperawatan yang diberikan
pada
klien
yang
membutuhkan
pembelajaran dan juga dukungan dengan
harapan klien mampu melakukan tindakan
secara mandiri (Alligod & Tomey, 2006)
Pengaruh intervensi gabungan (napas
dalam
dan
imajinasi
terbimbing)
berdasarkan tabulasi menunjukan hasil
statistik dengan perbedaan tekanan darah
pre-test dan post-test adalah 18,75/6,25.
Hasil uji statistic menunjukan ada
perbedaan yang signifikan antara tekanan
darah imajinasi terbimbing anatara tekanan
darah pre-test pada tahap hipertensi ringan
dan post-test pada hipertensi perbatasan
dengan p value 0.000 untuk tekanan sistol
dan p value 0.011 untuk tekanan darah
diastol.
Tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rozako dkk tahun 2012,

bahwa pemberian tehnik relaksasi napas
dalam dan imajinasi terbimbing terhadap
penurunan nyeri dismenorrhea pada remaja
putri dipondok pesantren Al_quran
Pekalongan dengan p value 0,109, sehingga
tidak ada pengaruh yang signifikan.
Sedangkan untuk penelitian yang sejenis
dimana menggabungkan intervensi napas
dalam dan imajinasi terbimbing terhadap
tekanan darah tidak ditemukan hasil
penelitian sebelumnya. Dan untuk
penelitian gabungan antara napas dalam
dan imajinasi terbimbing belum ditemukan.
Menurut Perry dan Potter tahun 2009
menjelaskan bahwa tehnik relaksasi yaitu
mengerahkan
individu
dengan
pengendalian diri ketika perasaan sakit atau
kegelisahan terjadi. Tehnik relaksasi dapat
digunakan untuk meningkatkan kesehatan,
klien yang menggunakan tehnik relaksasi
dengan sukses mengalami beberapa
perubahan tingkah laku dan fisiologis yaitu
mengakibatkan diameter arteriol meningkat
(vasodilatasi), tahanan perifer akan
menurun. Pegaturan primer tekanan arteri
dipengaruhi oleh baroreseptor karotis dan
arkus aorta yang akan menyampaikan
impulsnya ke pusat saraf simpatis dimedula
oblongata.
Impuls
tersebut
akan
menghambat stimulasi sistem saraf
simpatis, hal ini akan menurunkan
ketegangan pusat simpatis, akibatnya
frekuensi jantung akan menurun, arteriol
mengalami dilatasi, dan tekanan darah
kembali ke level awal (Guyton, 2013).
Jika
tekanan
darah
klien
dapat
dipertahankan pada posisi normal dengan
rutin dilakukan tehnik relaksasi napas
dalam akan sejalan dengan konsep Selfcare menurut Orem dimana fungsi
pengaturan manusia yang digunakan
dengan sengaja oleh individu dimana untuk
mencapai integritas struktural dan fungsi
kemanusiaan dengan tujuan untuk
mempertahankan kehidupan. Perilaku yang
aktual dari self care adalah hasil dari
kemampuan self care agency diantaranya
adalah
pengetahuan
untuk
dapat

mempertahankan tekanan darah dalam
keadaan stabil diposisi nornal, maka
kualitas hidup klien akan maksimal dan
Self-care akan terpenuhi (Anggleton &
Chalmers 1986, dalam Martiningsih 2011)
Alligod & Tomey tahun 2006 menjelaskan
dalam pandangan orem, bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya secara mandiri. Orem
dengan tegas mencoba mengoptimalkan
kemampuan alami setiap klien dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya. Saat
keseimbangan tercapai antara kemampuan
dan kebutuhannya karena kondisi yang
stabil yang dialami klien. Untuk klien
hipertensi yang tinggal di Panti Sosial
Tresna Werda Hana jika mampu
mempertahan tekanan darah dalam keadaan
normal setelah dilakukan latihan imajinasi
terbimbing secara rutin dan konsisten
dilaksanakan setiap hari maka diharapkan
dapat
mengurangi stres, dan kondisi
tekanan darah pasien selalu stabil dalam
keadaan normal dan dapat meningkatkan
kualitas hidup, sehinga klien dapat
memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya
secara maksimal.
Jika dilihat dari penurunan tekanan darah
yang signifikan baik pada kelompok napas
dalam, imajinasi terbimbing dan juga
kelompok gabungan salah satunya
dipengaruhi oleh terapi farmakologis yang
patuh
dilakukan
oleh
responden,
pengawasan yang ketat dari dokter dan
perawat yang bertanggung jawab di Panti
Werda Hanna, juga ditambah dengan
dilakukan latihan napas dalam atau
imajinasi
terbimbing
secara
rutin
diharapkan dapat mempertahankan tekanan
darah dalam keadaan normal. Menurut
Prawitasari tahun 1988 dalam Utami tahun
2002 menjelaskan Selama sistem-sistem
berfungsi normal dalam keadaan seimbang,
seperti pada saat seseorang dalam keadaan
relaksasi dapat menekan rasa tegang dan
kecemasan dengan Kondisi otot yang rileks
akan menstimulasi hipotalamus sehingga
merasakan ketenangan dan kenyamanan.

Jika kondisi yang berhubungan dengan
lingkungan dan tingkat perkembangan
individu yang stabil, juga berkaitan dengan
perubahan hidup seseorang dan dapat
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi
sehingga dapat menunjang pada kualitas
hidup klien yang lebih baik dengan hidup
sehat, sehinga klien dapat memenuhi
kebutuhan dasar sehari-harinya secara
maksimal (Orem, 2001)
Intervensi Yang Paling Berpengaruh
Terhadap Tekanan Darah
Berdasarkan
hasil
analisis
dapat
digambarkan penurunan tekanan darah dan
kita lihat dari perbedaan nilai mean antara
pre dan post intervensi setelah 4 minggu
penurunan tekanan darah yang terjadi pada
masing-masing kelompok intervensi baik
kelompok
napas
dalam,
imajinasi
terbimbing juga gabungan (napas dalam
dan imajinasi terbimbing), maka dapat
disimpulkan nilai mean yang tertinggi
didapat pada kelompok intervensi imajinasi
terbimbing dengan perbedaan nilai mean
20,00/ 8,75 mmHg.
Perry dan Potter tahun 2009 menjelaskan
bahwa tehnik relaksasi yaitu mengerahkan
individu dengan pengendalian diri ketika
perasaan sakit atau kegelisahan terjadi.
Tehnik relaksasi dapat digunakan untuk
meningkatkan kesehatan, klien yang
menggunakan tehnik relaksasi dengan
sukses mengalami beberapa perubahan
tingkah laku dan fisiologis yaitu
mengakibatkan diameter arteriol meningkat
(vasodilatasi), tahanan perifer akan
menurun. Pegaturan primer tekanan arteri
dipengaruhi oleh baroreseptor karotis dan
arkus aorta yang akan menyampaikan
impulsnya ke pusat saraf simpatis dimedula
oblongata.
Impuls
tersebut
akan
menghambat stimulasi sistem saraf
simpatis, hal ini akan menurunkan
ketegangan pusat simpatis, akibatnya
frekuensi jantung akan menurun, arteriol
mengalami dilatasi, dan tekanan darah
kembali ke level awal (Guyton, 2013).

Imajinasi terbimbing mengarakan pada
imajinasi yang menyenangkan sehingga
terbentuk sebagai rangsang oleh berbagai
indra, kemudian rangsangan tersebut akan
dijalankan ke batang otak menuju sensor
thalamus. Dithalamus rangsang diformat
sesuai dengan bahasa otak, sebagian kecil
rangsangan itu ditransmisikan ke amigdala
dan hipokampus sekitarnya dan sebagian
besar lagi dikirim ke korteks serebri,
dikorteks serebri terjadi proses asosiasi
pengindraan dimana dirangsang dianalisis,
dipahami dan disusun menjadi sesuatu yang
nyata sehingga otak mengenali objek dan
arti kehadiran tersebut. Hipokampus
berperan sebagai penentu sinyal sensorik
yang dianggap penting atau tidak sehingga
jika hipokampus memutuskan sinyal yang
masuk adalah penting maka sinyal tersebut
akan disimpan sebagai ingatan. Hal-hal
yang disukai tersebut, memori yang telah
tersimpan akan muncul kembali dan
menimbulkan
suatu
persepsi
dari
pengalaman sensasi yang sebenarnya,
walaupun pengaruh/ akibat yang timbul
hanyalah suatu memori dari suatu sensasi.
Amigdala merupakan area perilaku
kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah
sadar, amigdala mempunyai serangkaian
tonjolan dengan reseptor yang disiagakan
untuk berbagai macam neurotransmitter
yang mengirim rangsangan kewilayah
sentral sehingga terbentuk pola respons
perilaku yang sesuai dengan makna
rangsangan yang diterima (Guyton & Hall
tahun 1997 dalam Nurhayati tahun 2011).
Waktu Yang Paling Berpengaruh
Terhadap Tekanan Darah
Berdasarkan tabulasi menunjukan hasil
statistik untuk tests of between-subjects
effects didapatkan kesimpulan untuk
penurunan tekanan darah sistol yang
memiliki nilai F tertinggi yaitu di minggu 1
dengan nilai F yaitu 15,842 dengan
signifikansi 0,000. yang artinya dari mulai
minggu 1 intervensi yang telah dilakukan,
sudah berpengaruh terhadap tekanan sistol

(waktu jantung berkontraksi). Di minggu
pertama penurunan terjadi sangat signifikan
ditandai dengan penurunan rata-rata antara
10,00-11,25 kemudian untuk minggu kedua
sampai minggu keempat penurunan masih
berlangsung terus antara 1,25- 4,75, untuk
intervensi napas dalam dan imajinasi
terbimbing juga gabungan masih turun
terus, belum ditemukan titik maksimal
tindakan jika dilakukan tindakan selama 4
minggu. maka jika waktu diperpanjang lagi
maka kemungkinan akan menemukan titik
maksimalnya atau bahkan akan turun terus,
sedangkan tekanan darah klien sudah
mencapai batas normal.
Menurut Evelyn tahun 2011 menjelaskan
bahwa tekanan darah sistolik dihasilkan
oleh otot jantung yang mendorong isi
ventrikel masuk kedalam arteri yang telah
teregang. Selama diastolik arteri masih
tetap mengembang karena tahanan perifer
dari arteriole-arteriole menghalangi semua
darah
mengalir
kedalam
jaringan.
Demikianlah maka tekanan darah sebagian
tergatung kepada kekuatan dan volume
dalam dinding arteriole. Kontraksi ini
dipertahankan oleh syaraf vasokontriktor,
dan dikendalikan oleh pusat vasomotorik
dalam media oblongata. Tekanan darah
mengalami sedikit perubahan bersamaan
dengan perubahan-perubahan gerak yang
fisiologik, seperti waktu latihan jasmani,
perubahan mental karena kecemasan/
emosi bahkan kondisi relaksasi.
Penurunan tekanan darah menurun secara
signifikan dikarenakan di minggu awal para
omah masih sangat semangat untuk
melakukan intervensi, dimana waktu
adaptasi juga terjadi menurut Perry dan
Potter tahun 2009 menjelaskan bahwa
tehnik relaksasi dapat pengendalian diri
ketika perasaan sakit atau kegelisahan
terjadi dengan pengalaman motorik. Impuls
tersebut akan menghambat stimulasi sistem
saraf simpatis, hal ini akan menurunkan
ketegangan pusat simpatis, dengan
keluarnya hormon endorphin lebih banyak
lagi akibatnya frekuensi jantung akan

menurun, arteriol mengalami dilatasi
sehingga tekanan darah menurun sangat
signifikan dan untuk minggu dua sampai
minggu empat terjadi penurunan tekanan
darah tetapi tidak terlalui signifikan akan
tetapi tekanan darah dalam kondisi stabil
jika dilakukan secara rutin maka
kemungkinan tekanan darah dapat
dipertahankan pada keadaan normal.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menemukan bahwa :
1. Ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah pre-test pada tahap
hipertensi ringan dan post-test pada
normal tensi setelah dilakukan
intervensi nafas dalam selama empat
minggu.
2. Ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah pre-test pada tahap
hipertensi ringan dan post-test pada
normal tensi setelah dilakukan
intervensi imajinasi terbimbing selama
empat minggu.
3. Ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah pre-test pada tahap
hipertensi ringan dan post-test pada
normal tensi setelah dilakukan
intervensi gabungan selama empat
minggu.
4. Intervensi yang paling berpengaruh
dengan mean tertinggi adalah Tehnik
imajinasi terbimbing.
5. Penurunan tekanan darah terjadi secara
signifikan di minggu pertama kemudian
untuk minggu kedua sampai minggu
keempat penurunan masih berlangsung
terus sehingga belum ditemukan waktu
yang maksimal jika intervensi hanya
dilakukan selama 4 minggu.
Referensi
Alligod & Tomey. 2006. Nursing Theorists
And Their Work. 6thed. St. Louis.
Missouri: Mosby
Apik, D., 2014. Perbandingan Efektifitas
Relaksasi Benson dan Relaksasi Otot
Progresif
terhadap
Penurunan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi di
Kota Bogor. Tesis : Perpustakan UMJ.

Anggara, F,. Prayitno, N,. 2012. FaktorFaktor Yang berhubungan Dengan
Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga
Murni Cikarang Barat tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1) : Jan
2013. Diunduh Maret 2015
Arif, D., Rusnoto., Hartinah, D., 2013.
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Pusling Desa Klumpit UPT
Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus.
Jurnal Stikes Muhammadiyah Kudus.
JIKK Vol.4 No.2 Juli 2013:18-34.
Diunduh 15 Desember 2014
Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014.
Keperawatan
Medikal
Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Duharapkan. Edisi.8. Buku 1.
Singapura: Elsevier.
Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014.
Keperawatan
Medikal
Bedah:
Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Duharapkan. Edisi.8. Buku 2.
Singapura: Elsevier.
Corwin, E, J. 2002. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Evelyn, Pearce. 2011. Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia
Ghozali, I. 2008. Aplikasi Analisis
Multivariat dengan Program SPSS.
Semarang : BP Undip.
Guyton. 2013. Fisiologi Manusia Dan
Mekanisme Penyakit. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Hastono, S, P,. 2006. Basic Data Analisis
for Health Researceh Training. Jakarta
: FKM UI.
Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian
Kebidanan Tekhnik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, A. 2009. Pengantar Asuhan
Kepaearawatan
Klien
dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmojo,
S.
2010.
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rhineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapanpenerapan Metodologi Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen
Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis. Jakarta : Salemba Medika.
Orem, D, E. 2001. Nursing : Concept Of
Practice. (6th Ed). St. Louis : Mosby
Inc
Palmer, A dan Wiliam. 2007. Simple
Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta
: Erlangga
Poter P. A., Perry A. G. 2009.
Fundamental Keperawatan. Buku 2
Edisi 8. Jakarta : EGC
Rahmat, Mochamad. 2012. Buku Ajar
Biostatistika
:
Aplikasi
Pada
Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC
Sastroasmoro, S., Ismael, Sofyan. 2013.
Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Jakarta : Sagung Seto.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., &
Cheever, K.H. 2010. Brunner &
Suddarth’s Textbook of MedicalSurgical Nursing (12 th ed).
Philadelpia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Dewi, D., Setyoadi., Widastra, N., 2009.
Pengaruh Tehnik Relaksasi Napas
Dalam Terhadap Penurunan Persepsi
Nyeri Pada Lansia dengan Arthritis
Reumatoid.
Jurnal
Keperawatan
Sudirman, Volume 4, No.2 Juli 2009.
Diunduh 10 Februari 2015.
Erna. 2008. Perbedaan Tingkat Insomnia
Lansia sebelum dan sesudah latihan
relaksasi otot progresif di BPSTW
Ciparay Bandung, Tesis . Diunduh 15
Desember 2014.
Elrita., Tawaang, Mulyadi., Palandeng,
Henry., 2013. Pengaruh Tehnik
Relakssai Napas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi Sedang-Berat di
Ruang Irina C Blu Prof. Dr.R.D.

Kandau
Manado.
Ejournal
keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor.
Agustus 2013. Diunduh 25 Februari
2015.
Ernawati., Hartini, T., Hadi, Idris., 2010.
Terapi Relaksasi Terhadap Nyeri
Dismenore
Pada
Mahasiswi
Universitas
Muhammadiyah
Semarang. Diunduh 25 Januari 2015.
Harahap, Heryudarini., Hardiyansyah.,
setiawan, Budi., efendi, Imam., 2008.
Hubungan Indeks Massa Tubuh, Jenis
Kelamin, Usia, Golongan Darah dan
Riwayat keturunan dengan Tekanan
Darah pada Pegawai Negeri Sipil di
Pekan
Baru.
Jurnal
PGM
2008.31(2):51-58.
Herlinah, L., 2014. Dukungan Informasi
Keluarga Terhadap perilaku Lansia
Dalam Pengendalian Hipertensi.
Nursing Science Jurnal Keperawatan
Vol 1.1 Hal 1-68 Edisi Mei 2014. ISSN
2355-9624. Diunduh 25 April 2015.
Kemenkes RI. 2013. Penyajian pokokpokok Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013. Badan LitBangkes. Kemenkes.
RI. Diunduh 20 Januari 2015.
Kenia, N., Taviyanda, Dian., 2012.
Pengaruh Relaksasi (Aromaterapi
Mawar)
Terhadap
Perubahan
Tekanan
Darah
Pada
Lansia
Hipertensi. STIKES RS Baptis Kediri.
Diunduh 20 Desember 2015.
Kruschke, Kelly, Ann,. 2008. The impact of
guided imagery on healthcare
employess as a means to lower their
blood pressure, pulse and perceived
level of stress. Ebsco Publis. Diunduh
10 Februari 2015.
Mariyam. 2011. Pengaruh Giude Imagery
Terhadap Tingkat Nyeri Anak usia 713 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan
Infus di RSUD Kota Semarang. Lontar
UI.
Martiningsih. 2011. Analisis Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Terjadinya
Hipertensi Primer pada pasien di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
BIMA ditinjau dari Perspektif

Keperawatan Self-Care Orem. Lontar
UI.
Novarenta, A,. 2013. Guided Imagery
untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat
Menstruasi. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. Jurnal JIPT UMM. ISSN:
2301-8267, Vol.01, No.02, Agustus
2013. Diunduh Februari 2015.
Noviyanti, Amalia., Widodo, Sri.,
Shobirun., 2013. Perbedaan Efektifitas
Relaksasi Otot progresif dan Relaksasi
Napas Dalam Terhadap Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi.
Diunduh 10 Februari 2015.
Pradono, J., Afifah. T., Supomo. S., 2012.
Model Intervensi Hipertensi di
Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Portalgaruda.org. Terbit 16 Februari
2012. Diunduh Januari 2015.
Rank. 2011. Guided Imagery Therapy.
Minddisorders.com.
Diunduh
Desember 2014.
Rahajeng, E., Tumirah, S. 2009. Prevalensi
Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Diunduh 10 Januari 2015.
Rozako, Rusianah, Nizmah, Yuliana. 2012.
Perbedaan Efektifitas Pemberian
Tehnik Relaksasi Nafas dalam dengan
Tehnik
Imajinasi
Terbimbing
Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Diysmenorhea Pada Remaja Putri di
Pondok Pesantren Modern Al-Qur’an
Buaran Pekalongan. Diunduh 2
Agustus 2015.
South, M,. Bidjuni,. Mahara, R. 2014.
Hubungan Gaya Hidup Dengan
Kejadian Hipertensi Di Puskesmas
Kolongan
Kecamatan
Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara. ejournal
Keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor
1, Februari 2014. Diunduh 15 Maret
2015.
Sudrajat. 2014. Pengaruh Latihan Napas
dalam dan Pemijatan terhadap
Tingkat Kelelahan dan Saturasi
Oksigen pada pasien Gagal Ginjal
Kronik yang menjalani Hemodialisis
di RSUD Serang. Tesis : Perpustakan
UMJ.

Sugarlaki, H,. 2009. Karakteristik dan
Faktor
Berhubungan
Dengan
Hipertensi Di Desa, Kecamatan Bulus
Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah tahun 2009. Jurnal Makara
Kesehatan Vol.10, No.2, Desember
2009: 78-88. Diunduh April 2015.
Susanti, W., Warsito B., Armunanto. 2013.
Pengaruh Terapi Imajinasi Terpimpin
Terhadap Perubahan Tekanan Darah
pada Pasien Hipertensi di kelurahan
Karang Sari Kabupaten Kendal.
Prosiding Konferensi Nasional PPNI
Jawa Tengah. Diunduh 20 Desember
2014.
Sudoyo, A., Setyohadi, B., Alwi, Idrus.,
Simadibrata, M., Setiati, S., 2014.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Interna Publising
Suddarth., Brunner. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 10.
Jakarta : EGC
Supardi,
2013.
Metodologi
Riset
Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media.
Utami M.S. 2011, Efektivitas dan Terapi
Kognitif untuk mengurangi kecemasan
berbicara dimuka umum. Tesis,
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Diunduh Desember 2014.
WHO. 2011. Global Status Report on
Noncomunicable Diseases. Worlg
Health Organization. Geneva. Diunduh
Desember 2014.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63