LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM I A1 A9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM I
A1 – A9

NAMA : Tika Wahyudiana
NPM
: 14010091
GROUP
: T4
DOSEN
: Wulan S., S.ST, M.T.
ASISTEN : 1. Darijan
2. Rijali N.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2014
A1 – PENGENALAN LARUTAN ASAM DAN BASA

I.

Maksud dan Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami sifat dari suatu larutan, apakah
bersifat asam atau basa dengan menggunakan indikator.

II. Teori Dasar
Defnisi asam dan basa telah mengalami perkembangan sehingga
mencakup semua zat yang bersifat asam atau bersifat basa.
Pengertian asam dan basa yang biasa kita gunakan diambil menurut
pengertian Arrhenius. Pengertian asam dan basa yang lebih luas
diberikan oleh Bronsted Lowry dan selanjutnya oleh Lewis.
1. Teori asam basa Arrhenius
Asam

: dalam air menghasilkan ion H+

Basa : dalam air menghasilkan ion OH+
Contoh : HCl air
→ H + Cl

(asam)


+
NaOH air
→ Na + OH

(basa)

2. Teori asam basa Bronsted Lowry
Asam

: donor proton

Basa : akseptor proton
Contoh : NH3 + H2O ⇄ NH4+ + OHbasa-1

asam-2

asam-1

basa-2


3. Teori asam basa Lewis
Asam

: donor pasangan elektron

Basa : akseptor pasangan elektron
Contoh : H2O + H+ → H3O+
basa

asam

Indikator asam basa adalah zat yang dapat menunjukan sifat
asam, basa ataupun suatu larutan. Asam dan basa dapat ditunjukan
dengan menggunakan indikator asam basa berupa zat-zat warna
yang memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan dalam
lingkungan basa. Contoh : lakmus, fenolftalein, dan berbagai ekstrak
bunga atau buah yang berwarna.
III. Alat dan Pereaksi
Alat


:-

Tabung reaksi

-

Pipet tetes

-

Rak tabung

-

Kaca Arloji

Pereaksi : -

Asam khlorida (HCl) 0,1 N . 1 N


-

Asam sulfat (H2SO4) 0,1 N . 1 N

-

Asam asetat (CH3COOH) 0,1 N . 1 N

-

Asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N . 1 N

-

Asam nitrat (HNO3) 0,1 N . 1 N

-

Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N . 1 N


-

Natrium karbonat ( Na2CO3) 0,1 N . 1 N

-

Natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,1 N . 1 N

-

Natrium khlorida (NaCl) 1 N

-

Amonium hidroksida (NH4OH) 0,1 N . 1 N

IV. Cara Kerja
a. Siapkan tabung reaksi yang bersih, beri tanda atau nomor agar zat
yang diamati tidak tertukar kemudian isilah dengan zat yang akan
diamati sifat dari larutan tersebuat kira-kira 1-2 ml.

b. Teteskan

kedalam

masing-masing

larutan

tersebut indikator

fenolftalein selanjutnya amati perubahan warna yang terjadi.
c. Kemudian

cuci

masing-masing

tabung

reaksi,


ulangi

pengerjaannya seperti diatas tetapi dengan mempergunakan
indikator yang lain yakni Metyl Merah (MM), amati warna yang
terjadi. Selanjutnya lakukan pengerjaan dengan indikator Metyl
Orange (MO).
d. Selanjutnya test dengan kertas Lakmus Merah dan kertas Lakmus
Biru, caranya yakni dengan menggunakan pipet tetes diambil
sedikit masing-masing larutan contoh, kemudian teteskan pada
kertas lakmus tersebut, amati perubahan warna yang terjadi.
e. Untuk mengetahui berapa nilai pH masing-masing larutan dapat
digunakan kertas Universal indikator pH, caranya yaitu dengan
mencelupkan kertas pH tersebut kedalan larutan, kemudian
bandingkan warna yang dihasilkan dengan standar warna pada
pack atau kemasan kertas Universal indikator pH.
V. Data Percobaan

No
.


Nama
Larutan

PP

MO

Indikator
Univers
MM
al

Ket.
LM

LB

1.


HCl 0,1 N

TB

M

M

pH 1

M

M

2.

HCl 1 N

TB


M

M

pH 1

M

M

3.

H2SO4 0,1 N

TB

M

M

pH 1

M

M

4.

H2SO4 1 N

TB

M

M

pH 1

M

M

TB

M

M

pH 4

M

M

TB

M

M

pH 2

M

M

5.
6.

CH3COOH
0,1 N
CH3COOH 1
N

Asa
m
Asa
m
Asa
m
Asa
m
Asa
m
Asa
m
Asa
m
Asa
m
Asa
m
Asa
m

7.

H2C2O4 0,1 N

TB

M

M

pH 1

M

M

8.

H2C2O4 1 N

TB

M

M

pH 1

M

M

9.

HNO3 0,1 N

TB

M

M

pH 1

M

M

TB

M

M

pH 1

M

M

M

O

K

pH 12

B

B

Basa

M

O

K

pH 13

B

B

Basa

M

O

K

pH 10

B

B

Basa

M

O

K

pH 11

B

B

Basa

M

O

K

pH 11

B

B

Basa

M

O

K

pH 11

B

B

Basa

TB

O

K

pH 7

M

B

Gara
m

M

O

K

pH 10

B

B

Basa

M

O

K

pH 10

B

B

Basa

10
HNO3 1 N
.
11
NaOH 0,1 N
.
12
NaOH 1 N
.
13 Na2CO3 0,1
.
N
14
Na2CO3 1 N
.
15 NaHCO3 0,1
.
N
16
NaHCO3 1 N
.
17
NaCl 1 N
.
18
NH4OH 0,1 N
.
19
NH4OH 1 N
.
Keterangan : TB

VI. Diskusi

= Tidak Berwarna

M

= Merah

O

= Orange

K

= Kuning

B

= Biru

Saat melakukan praktikum dengan menggunakan kertas Lakmus
Merah, kertas Lakmus Biru dan kertas Universal indikator pH,
prosedur ini tidak dilakukan oleh masing-masing praktikan. Pada
prosedur ini, salah satu praktikan melakukannya di depan, sedangkan
praktikan yang lainnya hanya melihat dari kejauhan, sehingga
perubahan warna pada kertas Lakmus Merah, kertas Lakmus Biru dan
kertas Universal indikator pH pun tidak terlihat dengan jelas.
Akibatnya,

praktikan yang

lain

langsung mencatat

data yang

diberikan oleh praktikan yang di depan tanpa melihat perubahannya
secara jelas. Maka dari itu, sebaiknya prosedur ini pun dilakukan oleh
masing-masing

praktikan,

agar

para

praktikan

bisa

melihat

perubahannya secara jelas dan praktikan pun bisa mengetahui
perubahan warna apa yang terjadi apabila larutan itu bersifat asam,
basa maupun garam.
VII.Kesimpulan
Asam + PP

→ Tidak Berwarna

MO

→ Merah

MM

→ Merah

LM

→ Merah

LB

→ Merah

Universal
Basa + PP

→ Merah

MO

→ Orange

MM

→ Kuning

LM

→ Biru

LB

→ Biru

Universal
Garam + PP

→ pH 10-13 ~ pH 8-14

→ Tidak Berwarna

MO

→ Orange

MM

→ Kuning

LM

→ Merah

LB

→ Biru

Universal
VIII.

→ pH 1-4 ~ pH 1-6

Daftar pustaka

→ pH 7

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung
Purba, Michael. 2009. Tops: Siap UN Kimia SMA/MA. Jakarta: Erlangga

A2 – MEMBUAT LARUTAN BAKU ASAM OKSALAT 0.1000 N
I.

Maksud dan Tujuan
Untuk membuat larutan baku asam oksalat.

II. Teori Dasar
Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk
membuat larutan baku “primer” dan untuk menetapkan kenormalan
larutan baku sekunder. Syarat-syarat bahan baku diantaranya:
a.

Harus murni atau mudah dimurnikan.

b. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopis.
c.

Harus mantap dalam keadaan murni maupun larutan.

d. Mudah larut dan dapat bereaksi
e.

Mempunyai bobot setara yang besar
Salah satu contoh dari bahan baku asam adalah Asam Oksalat.

III. Alat dan Pereaksi
Alat

Bahan

:-

Neraca analitik

-

Corong gelas

-

Labu ukur 100 ml

:-

Asam Oksalat

-

Air suling

IV. Rumus
(COOH2)2 . 2H2O
BM = 126

126

BE = 2 = 63
V. Cara kerja
a.

Timbang tepat (COOH2)2 . 2H2O sebanyak 0.6300 gram dengan
kertas timbang.

b. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui corong gelas.
c.

Larutan diencerkan terus sampai garis takar dengan air suling.

d. Larutan dikocok sebanyak 12 kali sampai isinya serba sama
(homogen).
e.

Larutan sudah siap dipakai sebagai larutan baku primer.

VI. Diskusi
Praktikum ini tidak dilakukan. Larutan baku Asam Oksalat 0,1000 N
sudah tersedia di laboratorium.
VII.Daftar pustaka
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung

A3 – MENETAPKAN TITAR NaOH DENGAN LARUTAN BAKU ASAM
OKSALAT 0.1000 N
I.

Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan titar NaOH dengan larutan baku asam oksalat
0,1000 N.

II. Teori Dasar
Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan
pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan
tertentu, yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang
ditetapkan kadarnya.
Salah satu metoda penitaran adalah penitaran asam dan basa.
Reaksi

dasar

dalam

netralisasi/penetralan.

titrasi

Titrasi asam

asam

dan

basa

adalah

dan basa digunakan untuk

menentukan kadar atau konsentrasi suatu larutan. Jika salah satu
larutan diketahui normalitasnya, maka normalitas larutan yang lain
dapat diketahui dengan rumus:
V a . Na = V b . N b
Dimana Va = volume yang dititar
Na = normalitas yang dititar

Vb = volume penitar
Nb = normalitas penitar
Untuk mengetahui kadar NaOH dalam g/L dapat digunakan
rumus:

g

1L

N = Mr x valensi
g =

N . valensi . Mr
1L

III. Alat dan Pereaksi
Alat

:-

Erlenmeyer 250 ml

-

Pipet volume 10 ml

-

Buret 50 ml

-

Pipet tetes

Pereaksi : -

NaOH dengan N dicari

-

Asam oksalat 0.1000 N

-

Indikator PP

IV. Reaksi
(COOH2)2 + 2NaOH

→ Na2C2O4 + 2H2O

V. Cara kerja
a.

Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling.

b. Bilasi buret dengan larutan NaOH, lalu diisi hingga penuh dan
dihimpitkan digaris (skala) nol.
c.

Pipet 10 ml larutan baku (COOH)2 0.1000 N ke dalam Erlenmeyer.

d. Bubuhi 2 tetes indikator PP.
e.

Kemudian dititar dengan larutan NaOH dari buret hingga titik
akhir berwarna merah muda.

f.

Hitunglah titar NaOH dan dihitung pula kadarnya dalam g/L.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan
Titrasi Ke1
2

V 1+V 2
2
10,5+11
=
2

V=

Vawal
0
10,5

Vakhir
10,5
21,5

= 10,75 ml
V a . Na = V b . N b
10 . 0,1000 = 10,75 . Nb
Nb =

10 .0,1000
10,75

= 0,0930 N

g

1L

N = Mr x valensi

N . valensi . Mr
1L
0,0930 .1 . 40
=
1

g =

= 3,72 g/L
VII.Diskusi
Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda
beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih,
praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar
terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak
melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.
VIII.

Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, untuk titrasi larutan baku
C2H2O4 0,1 N, tercatat bahwa NaOH yang digunakan adalah 10,75 ml,
maka normalitas dari larutan NaOH adalah 0,0930 N dan kadar NaOH
adalah 3,72 g/L.
IX. Daftar pustaka
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung

A4 – MENETAPKAN KADAR ASAM ASETAT/CUKA (CH3COOH)
DENGAN NaOH 0.1 N
I.

Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan kadar asam asetat/cuka (CH 3COOH) dengan NaOH
0,1 N.

II. Teori Dasar
Bila

suatu

sedangkan

larutan

kepekatannya

diencerkan,
akan

volumenya

berkurang,

akan

tetapi

berubah

bobot

yang

dilarutkan akan tetap.
Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan
pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan
tertentu, yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang
ditetapkan kadarnya.

Salah satu metoda penitaran adalah penitaran asam dan basa.
Reaksi

dasar

dalam

titrasi

asam

dan

basa

adalah

netralisasi/penetralan.
Untuk

menghitung

kadar

asam

asetat

dalam

mg/L

dapat

digunakan rumus:
Kadar (mg/L) = VB . NB . BEA . fP
Dimana VB = volume NaOH
NB = normalitas NaOH
BEA = BE CH3COOH
fP = faktor pengenceran
Untuk menghitung kadar asam asetat dalam % dapat digunakan
rumus:
%=

kadar (g /L) . 100%
1000 . BJ

III. Alat dan Pereaksi
Alat

:-

Erlenmeyer 250 ml

-

Pipet volume 25 ml

-

Buret 50 ml

-

Pipet tetes

-

Corong gelas

Pereaksi : -

NaOH 0.0930 N

-

Asam asetat/cuka (CH3COOH)

-

Indikator PP

IV. Reaksi
NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2O
V. Cara kerja
a.

Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling.

b. Bilasi buret dengan larutan NaOH 0.0930 N lalu diisi hingga penuh
dan dihimpitkan digaris (skala) nol.
c.

Pipet

25

ml

asam

asetat

kedalam

labu

mengencerkannya sampai tanda garis.
d. Larutan dikocok 12 kali.
e.

Pipet 25 ml larutan encer kedalam Erlenmeyer.

f.

Bubuhi 2 tetes indikator PP.

ukur

100

ml,

g. Kemudian dititar dengan larutan NaOH dari buret hingga titik
akhir berwarna merah muda.
h. Hitunglah kadar asam asetat dalam % atau g/L.
VI. Data Percobaan dan Perhitungan
Titrasi Ke1
2
fP =

Vawal
0
0

Vakhir
31
31

1000 100
25 x 25

= 160
Kadar (mg/L) = VB . NB . BEA . fP
= 31 . 0,0930 . 60 . 160
= 27676,80 mg/L
= 27,68 g/L

kadar (g /L) . 100%
1000 . BJ
27,68
= 1000. 1 . 100%

%=

= 2,77%
VII.Diskusi
Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda
beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih,
praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar
terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak
melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.
VIII.

Kesimpulan

Dari

percobaan

yang

telah

dilakukan,

diketahui

bahwa

kadar

CH3COOH adalah 27,68 g/L dengan presentase 2,77%
IX. Daftar pustaka
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung

Rufaida, Anis Dyah. 2013. Detik-Detik Ujian Nasional Kimia. Klaten:
Intan Pariwara

A5 – MEMBUAT LARUTAN BAKU PRIMER BORAKS 0.1000 N
I.

Maksud dan Tujuan
Untuk membuat larutan baku primer boraks 0,1000 N.

II. Teori Dasar

Bahan baku adalah bahan kimia yang dapat dipergunakan untuk
membuat larutan baku “primer” dan untuk menetapkan kenormalan
larutan baku sekunder. Syarat-syarat bahan baku diantaranya:
a.

Harus murni atau mudah dimurnikan.

b. Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopis.
c.

Harus mantap dalam keadaan murni maupun larutan.

d. Mudah larut dan dapat bereaksi
e.

Mempunyai bobot setara yang besar
Salah satu contoh dari larutan baku basa adalah boraks.

III. Alat dan Pereaksi
Alat

:-

Bahan

Neraca analitik

-

Corong gelas

-

Labu ukur 100 ml

:-

Boraks
Air suling

IV. Rumus
Na2B4O7 . 10H2O
BM = 381,2
BE =

381,2
2 = 190,6

V. Cara kerja
a.

Timbang tetap boraks sebanyak 1.906 gram dengan kertas
timbang.

b. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui corong gelas.
c.

Larutan diencerkan terus sampai garis takar dengan air suling.

d. Larutan dikocok 12 kali samapi isinya serba sama (homogen).
e.

Masukkan ke dalam botol, simpan di tempat yang aman.

f.

Maka sekarang larutan sudah siap dipakai sebagai bahan baku
primer.

VI. Diskusi
Praktikum ini tidak dilakukan. Larutan baku primer boraks 0,1000 N
sudah tersedia di laboratorium.

VII.Daftar pustaka
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung

A6 – MENETAPKAN TITAR HCl DENGAN LARUTAN BAKU BORAKS
0.1000 N
I.

Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan titar HCl dengan larutan baku boraks 0,1000 N.

II. Teori Dasar
Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan
pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan
tertentu, yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang
ditetapkan kadarnya.
Salah satu metoda penitaran adalah penitaran asam dan basa.
Reaksi

dasar

dalam

titrasi

asam

dan

basa

adalah

netralisasi/penetralan.
Untuk menghitung kadar HCl dalam mg/L dapat digunakan rumus:

gr A
N B . V B . BE A . 1000
=
L
ml titrasi
Dimana NB = Normalitas boraks
VB = Volume boraks
BEA = BE HCl
Untuk menghitung kadar HCl dalam g/L dapat digunakan rumus:
N HCl =

10 . N boraks
ml titrasi

g
L = N HCl . BE HCl
III. Alat dan Pereaksi
Alat

:-

Erlenmeyer 250 ml

-

Pipet volume 10 ml

-

Buret 50 ml

-

Pipet tetes

-

Corong gelas

Pereaksi : -

HCl dengan N dicari

-

Boraks 0.1000 N

-

Indikator MO

IV. Reaksi
2HCl + Na2B4O7 → 2NaCL + H2B4O7

V. Cara kerja
a.

Bersihkan buret dan membilasnya dengan air suling.

b.

Bilasi buret dengan sedikit HCl lalu diisi hingga penuh dan
dihimpitkan digaris (Skala) nol.

c.

Pipet 10 ml larutan baku boraks kedalam Erlenmeyer.

d.

Bubuhi 2 tetes indikator MO.

e.

Kemudian dititar dengan larutan HCl dari buret hingga titik akhir
berwarna jingga.

f.

Hitunglah titar HCl dan kadarnya dalam g/L.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan
Titrasi Ke1
2
3

Vawal
0
0
0

Vakhir
11,5
11,5
11,5

Cara I

gr A
N B . V B . BE A . 1000
=
L
ml titrasi
0,1000 .10 . 36,5 .1000
=
11,5
= 3173,91 mg/L
= 3,17 g/L
Cara II

10 . N boraks
ml titrasi
10 .0,1000
=
11,5

N HCl =

= 0,0869 N

g
L = N HCl . BE HCl
= 0,0869 . 36,5
= 3,17 g/L
VII.Diskusi
Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda
beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih,
praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar
terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak
melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.
VIII.

Kesimpulan

Dari percobaaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa Normalitas
dari HCl adalah 0,0869 N dan kadar HCl adalah 3,17 g/L.
IX. Daftar pustaka
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung

A7 – MENETAPKAN KADAR NaHCO3
I.

Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan kadar NaHCO3.

II. Teori Dasar
Bila

suatu

sedangkan

larutan

diencerkan,

kepekatannya

akan

volumenya

berkurang,

akan

tetapi

berubah

bobot

yang

dilarutkan akan tetap.
Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan
pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan
tertentu, yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang
ditetapkan kadarnya.
Salah satu metoda penitaran adalah penitaran asam dan basa.
Reaksi

dasar

dalam

titrasi

asam

dan

basa

adalah

netralisasi/penetralan.
Untuk menghitung kadar NaHCO3 dalam mg/L dapat digunakan
rumus:
Kadar (mg/L) = ´x ml titrasi . N HCl . BE NaHCO3 . fP
Dimana fP = faktor pengenceran
Untuk menghitung kadar NaHCO 3 dalam g/L dapat digunakan
rumus:
N2 =

V 1. N1
V2

Kadar = N2 . BE NaHCO3 . V NaHCO3
Dimana V1 = volume HCl
N1 = normalitas HCl
V2 = volume NaHCO3
N2 = normalitas NaHCO3
III. Alat dan Pereaksi
Alat

:-

Pipet volume 10 dan 25 ml

-

Labu ukur 100 ml

-

Buret 50 ml

-

Piala gelas 100 ml

-

Pipet tetes

Pereaksi : -

IV. Reaksi

Erlenmeyer 250 ml

NaHCO3 dengan N dicari

-

HCl 0.0869 N

-

Indikator MO

CO2
NaHCO3 + HCl → NaCl + H2CO3
H 2O
V. Cara kerja
a.

Bersihkan buret dan bilasi dengan air suling.

b. Isi buret dengan HCl 0.0869 N.
c.

25 ml larutan NaHCO3 dipipet ke dalam labu ukur 100 ml lalu
diencerkan dengan air suling sampai tanda garis. Kocok 12 kali.
Air suling yang dipakai tidak mengandung CO 2.

d. 10 ml larutan encer dipipet ke dalam erlenmeyer lalu bubuhi 2
tetes indikator MO.
e.

Kemudian dititar dengan larutan HCl dari buret hingga titik akhir
berwarna orange.

f.

Hitunglah kadar NaHCO3 asal.

VI. Data Percobaan dan Perhitungan
Titrasi Ke1
2

Vawal
0
0

Cara I
fP =

1000 100
25 x 10

= 400
Kadar (mg/L) = ´x ml titrasi . N HCl . BE NaHCO3 . fP
= 8 . 0,0869 . 84 . 400
= 23358,72 mg/L
= 23,36 g/L
Cara II
N2 =

V 1. N1
V2

=

8 .0,0869
25

= 0,0278 N
Kadar = N2 . BE NaHCO3 . V NaHCO3

Vakhir
8
8

= 0,0278 . 84 . 10
= 23,36 g/L
VII.Diskusi
Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda
beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih,
praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar
terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak
melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.
VIII.

Kesimpulan

Dari percobaaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa kadar
NaHCO3 adalah 23,36 g/L.
IX. Daftar pustaka
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung
Rufaida, Anis Dyah. 2013. Detik-Detik Ujian Nasional Kimia. Klaten:
Intan Pariwara

A8 – MENETAPKAN KADAR CAMPURAN Na2CO3 DAN NaHCO3
I.

Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan kadar campuran Na2CO3 dan NaHCO3.

II. Teori Dasar
Bila

suatu

sedangkan

larutan

kepekatannya

diencerkan,
akan

volumenya

berkurang,

akan

tetapi

berubah

bobot

yang

dilarutkan akan tetap.
Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan
pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan
tertentu, yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang
ditetapkan kadarnya.
Salah satu metoda penitaran adalah penitaran asam dan basa.
Reaksi

dasar

dalam

titrasi

asam

dan

basa

adalah

netralisasi/penetralan.
Untuk menghitung kadar Na2CO3 dalam

mg/L dapat digunakan

rumus:
Kadar Na2CO3 = (2 . a ml) . N HCl . BE Na2CO3 . fP
Dimana a = ml titrasi setelah diberikan PP
Untuk menghitung kadar NaHCO3 dalam mg/L dapat digunakan
rumus:
Kadar NaHCO3 = (b - a) . N HCl . BE NaHCO3 . fP
Dimana b = ml titrasi setelah diberikan MO
Untuk menghitung prosentase Na2CO3 dapat digunakan rumus:

A

% Na2CO3 = A +B . 100%
Dimana A = Kadar Na2CO3
B = Kadar NaHCO3
Untuk menghitung prosentase NaHCO3 dapat digunakan rumus:

B

% NaHCO3 = A +B . 100%
III. Alat dan Pereaksi
Alat

:-

Erlenmeyer 250 ml
Pipet volume 10 dan 25 ml

-

Labu ukur 100 ml

-

Buret 50 ml

-

Pipet tetes

-

Corong gelas

Pereaksi : -

Larutan contoh NaHCO3 + Na2CO3

-

Larutan HCl 0.0995 N

-

Indikator PP dan MO

IV. Reaksi
Na2CO3 + HCl → NaHCO3 + NaCl
CO2
Dengan + HCl → NaCl + H2CO3
H 2O
V. Cara kerja
a.

Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling.

b. Isi buret dengan HCl 0.995 N.
c.

25 ml larutan contoh dipipet dan diencerkan dengan air suling tak
mengandung CO2 sampai tanda garis dalam labu ukur 100 ml.

d. Kocok 12 kali.
e.

10 ml larutan encer dipipet ke dalam erlenmeyer lalu bubuhi 2
tetes indikator PP.

f.

Lalu dititar dengan larutan HCl dari buret hingga larutan tepat tak
berwarna.

g. Kemudian bubuhi 2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi
sampai titik akhir yang berwarna orange.
h. Hitunglah kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing-masing dan susunan
prosentase campuran tersebut.
VI. Data Percobaan dan Perhitungan
Titrasi Ke1
2
fP =

1000 100
25 x 10

= 400

Setelah diberikan PP
(a)
1,5
1,5

Setelah diberikan
MO (b)
4,2
4,4

Kadar Na2CO3 = (2 . a) . N HCl . BE Na2CO3 . fP
= (2 . 1,5) . 0,0995 . 53 . 400
= 6328,2 mg/L
= 6,33 g/L
Kadar NaHCO3 = (b - a) . N HCl . BE NaHCO3 . fP
= (4,3 - 1,5) . 0,0995 . 84 . 400
= 9360,96 mg/L
= 9,36 g/L

A

% Na2CO3 = A +B . 100%

6,33

= 6,33+9,36 . 100%
= 40,33%

B

% NaHCO3 = A +B . 100%

9,36

= 6,33+9,36 . 100%
= 59,67%
Perbandingan presentase

= 40,33 : 59,67

=

4:6

=

1 : 1,5

VII.Diskusi
Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda
beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih,
praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar
terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak
melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.
VIII.

Kesimpulan

Dari percobaaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa kadar Na 2CO3
adalah 6,33 g/L dengan persentase Na 2CO3 adalah 40,33% sedangkan

kadar NaHCO3 adalah 9,36 g/L dengan persentase NaHCO 3 adalah
59,67%. Perbandingan persentase Na 2CO3 dan NaHCO3 adalah 1 : 1,5.
IX. Daftar pustaka
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung
Rufaida, Anis Dyah. 2013. Detik-Detik Ujian Nasional Kimia. Klaten:
Intan Pariwara
A9 – MENETAPKAN KADAR CAMPURAN NaOH DAN Na2CO3
I.

Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan kadar campuran NaOH dan Na 2CO3.

II. Teori Dasar
Bila

suatu

sedangkan

larutan

kepekatannya

diencerkan,
akan

volumenya

berkurang,

akan

tetapi

berubah

bobot

yang

dilarutkan akan tetap.
Titrimetri atau volumetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan
pengukuran volume larutan pereaksi yang mempunyai kepekaan
tertentu, yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang
ditetapkan kadarnya.
Salah satu metoda penitaran adalah penitaran asam dan basa.
Reaksi

dasar

dalam

titrasi

asam

dan

basa

adalah

netralisasi/penetralan.
Untuk menghitung kadar NaOH dalam

mg/L dapat digunakan

rumus:
Kadar NaOH = (a - b) . N HCl . BE NaOH . fP
Dimana a = ml titrasi setelah diberikan PP
b = ml titrasi setelah diberikan MO
Untuk menghitung kadar Na2CO3 dalam mg/L dapat digunakan
rumus:
Kadar Na2CO3 = (2 . b) . N HCl . BE Na2CO3 . fP
Untuk menghitung prosentase NaOH dapat digunakan rumus:

A

% NaOH = A +B . 100%
Dimana A = Kadar NaOH
B = Kadar Na2CO3

Untuk menghitung prosentase Na2CO3 dapat digunakan rumus:

B

% Na2CO3 = A +B . 100%
III. Alat dan Pereaksi
Alat

:-

Erlenmeyer 250 ml

-

Pipet volume 10 ml dan 25 ml

-

Labu ukur 100 ml

-

Buret 50 ml

-

Pipet tetes

-

Corong gelas

Pereaksi : -

Larutan contoh NaOH + Na2CO3

-

Larutan HCl 0.995 N

-

Indikator PP dan MO

IV. Reaksi
Dengan indikator PP terjadi reaksi:
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl → NaHCO3 + NaCl
Dengan indikator MO terjadi reaksi:
CO2
NaHCO3 + HCl → NaCl + H2CO3
H 2O
V. Cara kerja
a.

Bersihkan buret dan dibilas dengan air suling.

b. Isi buret dengan HCl 0.995 N.
c.

25 ml larutan contoh dipipet dan diencerkan dengan air suling tak
mengandung CO2 sampai tanda garis dalam labu ukur 100 ml.

d. Kocok 12 kali.
e.

10 ml larutan encer dipipet ke dalam erlenmeyer lalu bubuhi 2
tetes indikator PP.

f.

Lalu dititar dengan larutan HCl dari buret hingga larutan tepat tak
berwarna.

g. Kemudian bubuhi 2 tetes indikator MO dan titrasi diteruskan lagi
sampai titik akhir yang berwarna orange.

h. Hitunglah kadar Na2CO3 dan NaOH masing-masing dan susunan
prosentase campuran tersebut.
VI. Data Percobaan dan Perhitungan
Setelah diberikan PP
(a)
9,3
9,2

Titrasi Ke1
2
fP =

1000 100
25 x 10

= 400
Kadar NaOH = (a - b) . N HCl . BE NaOH . fP
= (9,25 – 2,95) . 0,0995 . 40 . 400
= 10029,60 mg/L
= 10,03 g/L
Kadar Na2CO3 = (2 . b) . N HCl . BE Na2CO3 . fP
= (2 . 2,95) . 0,0995 . 53 . 400
= 12445,46 mg/L
= 12,45 g/L

A

% NaOH = A +B . 100%

10,03

= 10,03+ 12,45 . 100%
= 44,62%

B

% Na2CO3 = A +B . 100%

12,45

= 10,03+ 12,45 . 100%
= 55,38%
Perbandingan presentase

VII.Diskusi

= 44,62 : 55,38

=

9 : 11

=

1 : 1,2

Setelah diberikan
MO (b)
3
2,9

Dalam praktikum ini, para praktikan mendapatkan hasil yang berbeda
beda. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
praktikan tidak membersihkan alat-alat hingga benar-benar bersih,
praktikan tidak membilas buret hingga semuanya benar-benar
terbilas, dan yang paling sering dilakukan adalah praktikan tidak
melihat garis skala pada buret tepat di depan matanya.
VIII.

Kesimpulan

Dari percobaaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa kadar NaOH
adalah 10,03 g/L dengan persentase NaOH adalah 44,62% sedangkan
kadar Na2CO3 adalah 12,45 g/L dengan persentase Na2CO3 adalah
55,38%. Perbandingan persentase NaOH dan Na 2CO3 adalah 1 : 1,2.
IX. Daftar pustaka
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. 2003. Pedoman Praktikum Kimia
Umum. Bandung
Rufaida, Anis Dyah. 2013. Detik-Detik Ujian Nasional Kimia. Klaten:
Intan Pariwara