ssc 1.
Tim Peneliti Puslitbang BMKG
I.PENDAHULUAN
A.Type gempabumi beruntun
B.History gempabumi beruntun di berbagai tempat.
II.KONDISI DAERAH PENELITIAN
A.Kondisi Geografi,Tatanan Tektonik,Struktur Geologi
dan Geomorpologi
III.METODE PENELITIAN
IV.HASIL ANALISA DATA
A.Data seismogram
B.Disritbusi spasial epicenter
C.Hub.Frekuensi vs Magnitudo ( b value)
D.Time dan Magnitude Histogram
V. KESIMPULAN
9
9
9
Fenomena gempabumi beruntun dengan skala kecil
yang diikuti suara dentuman yang terjadi di sekitar
Trenggalek dan Ponorogo, Jawa Timur telah
meresahkan masyarakat di sekitar tempat kejadian
Menimbulkan perbedaan hipotesa:
PVMBG menduga fenomena tersebut terjadi akibat
gerakan tanah rayapan
LIPI menduga akibat aktivitas tremor yang berasosiasi
dengan aktivitas magmatik
BMKG menduga adanya gempabumi tektonik yang
berasosiasi dengan aktivitas sesar
Suara Dentuman Misterius Resahkan Warga
Trenggalek
Senin, 07 Pebruari 2011 21:49 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,TRENGGALEK--Masyarakat di
kawasan pesisir selatan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur,
selama dua pekan terakhir ini diresahkan oleh suara
dentuman misterius yang terdengar pada tengah malam dan
diduga berasal dari bawah tanah.
"Hampir semua warga mendengar suara dentuman mirip
gemuruh itu, tapi kami tidak tahu dari mana sumbernya,"
kata Panut (40), salah seorang tokoh nelayan di Desa
Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, Senin.
Terlepas dari berbagai rumor yang kini beredar, sebagian
besar warga berharap pemerintah maupun aparat segera
bertindak untuk mengidentifikasi sumber suara dentuman
tersebut. Warga khawatir jika terlambat diantisipasi, suatu
saat terjadi bencana serius yang mengancam keselamatan
mereka.
Berita koran Jawa Pos pagi ini, bhw suara gemuruh
juga terdengar di daerah Kare - Madiun (lereng
barat G. Wilis). Suara terdengar lbh jelas pada
malam hari. Konon suara itu terdengar juga di
Sedudo - Nganjuk (lereng timur G. Wilis). Selain
itu, baru saja sy ditelepon seorang pejebat Pemkab
Tulungagung yg kebetulan orang geologi, bhw di
Tulungagung juga mulai terdengar suara gemuruh
yaitu di daerah Besuki - Watulimo, terdengar paling
nyaring di daerah Sedayu Gunung. Melihat
perkembangan terakhir, setelah Ponorogo dan
Trenggalek, kami di Pemprov Jatim akan kembali
berkoordinasi dg Stasiun Geofisika Tretes utk dapat
melakukan pemantauan lapangan di Tulungagung
dan kemungkinan Madiun/ Nganjuk.
Ternyata ada laporan lagi dr Bojonegoro sbb :
"Menindak lanjuti lap masy kec Sekar kab
Bojonegoro tgl 21 Pebr 2011 ttg suara ledakan ,
setelah di koordinasikan dg Cmt Sekar dan Gondang
bhw terjadinya suara ledakan terjadi siang/malam hr
dan tdk tentu waktunya sdh berlangsung 1 bln
sumber ledakan diduga dr Gunung Pandan, masy
kawatir terjadinya bencana dan secara dini P. Camat
menghimbau masy agar waspada DUMP".
Kok semakin meluas ya? Apakah ada sesar yg
membentang dr Trenggalek/ Tulungagung Bojonegoro ya?( diskusi mailing list HAGI)
Sabtu, 19/02/2011 16:54 WIB
PVMBG: Getaran dan Dentuman di Trenggalek Bukan
Gempa Tektonik
Samsul Hadi - detikSurabaya
Trenggalek - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) Bandung mementahkan hasil penelitian
Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes, terkait getaran dan
dentuman di 4 kecamatan di Kabupaten Trenggalek.
Kejadian tersebut dipastikan bukan gempa tektonik,
melainkan sebuah dampak dari terjadinya pergerakan tanah
lambat.
"Kalau istilah teknisnya, kami biasa menyebut kriting. Di
Indonesia, khususnya yang memiliki kemiringan tanah
sedang, itu biasa terjadi," kata Kepala PVMBG Surono
kepada detiksurabaya.com saat dihubungi, Sabtu
(19/2/2011).
Dalam catatan PVMBG, kejadian yang sama di Kabupaten Trenggalek pernah terjadi di Kabupaten
Samosir, Sumatera Utara dan Bandung Utara, Jawa Barat. Kejadian itu biasanya akan selalu terjadi saat
musim penghujan, dan akan berhenti dengan
sendirinya saat kemarau tiba.
"Itu adalah gesekan antara tanah dengan kelembapan tinggi karena air hujan, dengan lapisan dalam yang
kedap air. Gesekan dan gerakannya sangat lambat, makanya disebut pergerakan tanah lambat dan
getarannya tidak begitu keras," jelas Surono.
Untuk mempermudah penjelasan, Surono mencontohkan sebuah meja dengan beban berat di atasnya,
bila ditarik secara tiba-tiba dapat dipastikan akan memunculkan suara yang merupakan hasil pergesekan
antara kaki meja dengan lantai. Getaran juga dipastikan muncul di bagian atas meja, juga sebagai akibat
gesekan tersebut.
Ditanya mengenai hasil penelitian Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes,
Pasuruan, yang menyebut kejadian tersebut adalah gempa tektonik, dengan tegas Surono membantahnya.
"Gempa tektonik tidak mungkin ada di kedalaman 33 Km," sangkalnya.
Dalam penjelasannya Surono juga membantah adanya kemungkinan tanah longsor dalam skala besar,
sebagai akibat getaran dan dentuman di Kabupaten Trenggalek tersebut. Ancaman tanah longsor tetap
ada, namun tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
"Dampak yang paling mungkin terjadi adalah tanah retak. Kalau longsor kemungkinannya kecil, kecuali
daerah tempat kejadiannya memiliki kemiringan yang curam," tandasnya.
Sebelumnya, dalam 2 pekan terakhir masyarakat di 4 kecamatan di Kabupaten
Trenggalek, masing-masing Watulimo, Munjungan, Kampak, dan Panggul, dikagetkan
dengan munculnya suara dentuman menyerupai bom dan getaran ringan di permukaan tanah.
Kejadian yang juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo
tersebut, berdasarkan penelitian oleh Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika
Kelas II BMKG Tretes, Pasuruan, dianggap sebagai gempa tektonik di kedalaman kurang dari 33 Km.
Getaran Fenomena
alam itu diduga
berasal dari gejala :
1.Aktifitas tektonik ?
2.Aktifitas Vulkanik ?
3.Aktifitas Gerakan
Tanah Rayapan ?
BMKG melalui Pusat Gempa Nasional merilis
bahwa: Tanggal 10
Pebruari 2011, terjadi gempabumi dengan
parameter: Kekuatan 2.6 SR,
waktu 22 46 49 WIB, lokasi 7.90LS-111.63BT (31
Km Tenggara Madiun),
kedalaman 10 Km, dirasakan di Trenggalek dan
Ponorogo I-II MMI
5 sd 8 Februari 2011
15 sd 19 Februari 2011
Dalam diskusi terbatas di mailing list IAGI dan
HAGI, Dr Danny Hilman (LIPI) menduga gempa
beruntun atau Earthquake swarm ini menunjukkan
gejala akibat aktifitas vulkanik. Menunjuk
gunungapi terdekatnya, yaitu Gunung Wilis.
Namun tentusaja dugaan Pak Danny Hilman ini juga
belum final, perlu penelitian lebih lanjut.
Fenomena gempa kecil yang terjadi terus menerus
dalam jangka cukup lama biasa disebut earthquake
swarm. Ini banyak terjadi di Sumatra dan daerah
lainnya. Yang aneh, biasanya tidak disertai suara-suara
seperti yg dilaporkan. Saya curiga apakah ini
berhubungan dengan aktifitas volkanik (bukan
tektonik)? ( Danny Hilman)
Gunung Wilis adalah gunung berapi massif tunggal
dikelilingi oleh dataran rendah elevasi pada semua
namun sisi selatan. Ini dibentuk selama tiga episode
dating kembali ke pertengahan Pleistosen. Setelah
penghancuran bangunan 2, kerucut paling baru tumbuh
selama Holosen. Tidak ada letusan sejarah dikonfirmasi
diketahui dari Gunung Wilis, meskipun ada laporan dari
sebuah letusan pada tahun 1641 M, tahun yang sama
sebagai letusan besar gunung berapi Kelut di dekatnya.
Fumarol dan lumpur pot terjadi di dekat Danau Ngebel
di sisi barat Gunung Wilis yang lebih rendah.
Kalo mau solusi tepat, ya harus memasang jaringan
seismik lokal (sementara) yang cukup rapat sehngga
analisisnya, dan khususnya penentuan lokasi
hiposenter, bisa akurat. Hanya mengandalkan
jaringan statsiun seismograf BMKG permanen saja
tentu tidak cukup.
Kalo tidak, ya kita akan berdebat kesana-kemari
tanpa ujung (Danny Hilman, dalam diskusi mailing
list HAGI)
Gejala rayapan tanah ini
sering ditandai dengan
bentuk pohon yang miring
atau bahkan melengkung.
Profil tanahnya akan
terlihat melengkung pada
bagian permukaan.
Pelengkungan tanah bagian
atas (soil) ini terjadi karena
proses pemanasan
(pemuaian) dan
pendinginan (penyusutan)
yang terjadi secara
berulang-ulang.
Ternyata ketiga hipotesa ini menjadi menarik kalau
dilihat sepintas semua memang meyakinkan. Hanya
saja perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan hipotesa ini. Mana yang benar ?
BMKG dengan plotting episenternya yang menyebar bahkan hingga ada
d laut tentunya sangat meyakinkan kemungkinan gejala tektonik.
Namun disisi lain munculnya pernyataan orang-orang di Trenggalek
Ponorogo di sisi barat G Wilis juga mengindikasikan adanya
kemungkinan aktifitas volkanik. Apalagi kalau getarannya berupa
tremor. Juga swarm earthquake paling sering berasosiasi
denganvolkanik ketimbang tektonik.
Pendapat Pak Surono yg dikutip media cukup menggelitik juga.
Karena memang kebanyakan pusat getaran ini dijumpai di
pegunungan selatan yang tentusaja rawan gerakan tanah. apakah
creep ini akan menghasilkan getaran yang besar sehingga dirasakan
cukup jauh ? Ataukah karena terjadi massive slow earth movement
(creeping) ini sehingga dirasakan dibanyak tempat. Bahkan sudah ada
laporan retakan-retakan tanah.
Swarms are especially
common in volcanic
areas.
The number of events
(N) per unit time versus
time is schematically
shown for the three
types of earthquake
sequences.
The mainshock (MS)
indicates the sharp
increase in rate for the
upper two distributions.
Sumber: www.earthmax.wordpress.com
seismic activity is common around volcanoes as
volcanoes can produce various types of earthquakes-tectonic-type or volcanic-type. Tectonic-type
earthquakes around a volcano occur when rocks
break along faults or fractures around the volcano.
Seismologists must determine if an earthquake near
a volcano is tectonic or volcanic as the differences
are very subtle.
According AVO:
"Most seismic swarms are not precursors to eruptions."
Increased earthquakes near Lawu volcano started on
10th December 1978 and the number of tremors
increased to a swarm around 14-15 May 1979, when
over 1000 earthquakes were recorded over 24 hours,
50 of which were felt. Although the swarm is likely
due to magma movements inside the volcano (i.e. an
intrusion), no visible changes or eruptions occurred
BMKG waktu itu namanya PMG melalukan riset
Swarm di Gunung Lawu oleh Subid Riset
Geofisika.Dan datanya digunakan penulis untuk
tugas akhir/Skripsi AMG dg judul”Hubungan
Frekuensi – Magnitudo Gempabumi Swarm sekitar
Gunung Lawu”
Several small earthquakes ranging in magnitude from 1.8 to 3.8 have rattled
the north-central Arkansas cities of Greenbrier and Guy this week, and the
cause is unknown.
The U.S. Geological Survey has reported more than 30 earthquakes in the
area since Sunday, including a magnitude 3.8 quake Thursday morning and
at least 16 others occurring Wednesday, two of which were magnitude 3.2
and 3.5. More than 700 quakes have occurred in the region over the past six
months.
Scott Ausbrooks, geohazards supervisor for the Arkansas Geological Survey,
said the quakes are part of what is now called the Guy earthquake swarm. a
series of mild earthquakes that have been occurring periodically since 2009.
A similar swarm occurred in the early 1980s when a series of quakes hit
Enola, Ark.
Michael Hamburger, a professor of geological sciences at Indiana University.
"This is a slow, developing swarm of activity, starts with some fairly small
earthquakes," he said. "The size gradually increases, and there are many of a
similar size, and they die down within a few weeks, a few months time."
1. Apabila ini berasosiasi dengan sesar aktif, rangkaian dari
kegempaan ini tidak lazim
apabila bukan shadow dari past earthquake (susulan gari gempa
besar), walaupun untuk
beberapa kasus khusus bisa juga terjadi.
2. Kemungkinan lainnya yaitu berasosiasi dengan intrusi fluida.
Intrusi fluida bisa
berbagai macam, misalnya magmatik atau geothermal. Contoh
swarm yang terkenal yaitu
swarm yang berhubungan dengan intrusi fluida magmatik di
sekitar izu-miyakejima
di jepang tahun 2004, yang berlangsung selama 2 bulan.
( Irvan Meilano,dalam diskusi di mailing list HAGI))
Gempa bisa menghasilkan suara, tetapi bukan
sebagai akibat proses rupture (robekan)
bidang gempa, yang apabila magnitudnya sekitar 3,
maka slip-nya hanya beberapa cm saja.
Suara tersebut ditimbulkan oleh goyangan (shaking)
dari permukaan tanah
sebagai respon rambatan gelombang gempa.
Goyangan ini akan mem-vibrasi udara disekitar kita,
sehingga getaran udara ini yang untuk beberapa
kasus memiliki rentang frekuensi yang
bisa didengar oleh telinga. Dan terdengar sebagai
suara, beberapa saat sesudah gempa ( Irvan
Meilano,dalam diskusi di mailing list HAGI)
PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH
PETA SESAR DAERAH PENELITIAN
G. Lawu
G. Arjuno-Welirang
G. Wilis
G. Kelud
G. Bromo
G. Lamongan
G. Argopuro
G. Semeru
GUNUNGAPI AKTIF
G. Kawah Ijen
G. Raung
9
9
9
9
9
9
9
9
9
Survei awal dilakukan pada bulan Pebruari
Survei lanjutan dilakukanpada tanggal 1 sampai 5 Maret 2011.
Pengukuran seismik dilakukan dengan pemasangan jaringan short period digital
seismograph di enam lokasi yaitu di
Kec. Jetis (Kab. Ponorogo)
Kec. Pulung (Kab. Ponorogo)
Kec. Gandusari (Kab. Trenggalek)
Kec. Bendungan (Kab. Trenggalek)
Kec. Watulimo (Kab. Trenggalek)
Kec. Sawahan (Kab. Nganjuk).
Tiga tempat di Kab. Trenggalek dilengkapi dengan PWS (portable automatic
weather station) untuk mengukur parameter meteorologi
wilayah pantai (Kec. Watulimo)
wilayah urban (Kec. Gandusari)
wilayah rural (Kec. Bendungan)
LOKASI PENGAMATAN
JTIS
PLNG
WTLM
GDSR
BDGN
SWHM
WAVEFORM
SEBARAN EPICENTER
DATA PARAMETER CURAH HUJAN
GEMURUH
ROCK FALLS
FRACTURES
ROCK BREAKS
TECTONIC
WAVE FORM HASIL PENELITIAN
Event gemuruh jam 17.08 utc tanggal 1 maret 2011
Event Tanggal 3 Maret 2011
Rockfalls Tanggal 3 Maret 2011
TECTONIC
ROCKFALLS
Power Spectrum
BACKGROUND NOISE
Time Histogram
Magnitude Histogram
20
16
18
14
16
12
10
Number
12
10
8
8
6
6
4
4
2
2
0
2011.08
0
2011.1
2011.12
2011.14
Time
2011.16
-1
2011.18
180
160
140
Cumulative Number
Number
14
120
100
80
60
40
20
0
2011.08
2011.1
2011.12
2011.14
Time in years
2011.16
2011.18
0
1
2
Magnitude
3
4
5
10
2
2
Mc
b-value
1.5
10
1
1
0.5
10
0
0
0
1
2
Magnitude
0
3
0.5
1
1.5
2
Magnitude
2.5
0.5
mean
95%
5%
Maximum Likelihood Solution
b-value = 0.797 +/- 0.07, a value = 3.17
Magnitude of Completeness = 1.6
0.45
Range of b-value
Cumulative Number
2.5
0.4
0.35
50
100
150
Number of eqs
200
3
3.5
Perbandingan pola curah hujan rata-rata TRMM
10 tahun (1998 – 2009) dengan data curah hujan
TRMM tahun 2010
Gempabumi beruntun yang terjadi di sekitar
Ponorogo dan Trenggalek pada bulan pebruari –
maret 2011 berasosiasi dengan aktivitas SESAR
setempat
Suara dentuman pada saat gempabumi diduga akibat
di sekitar episenter terdapat goa-goa kapur yang
dapat menimbulkan resonansi suara gemuruh
Curah hujan diatas normal memicu terjadinya
longsor beberapa lokasi di daerah penelitian.
TERIMA KASIH
apabila dimungkinkan dilakukan penelitian
kegempaan dan deformasi
yang memiliki frekuensi tinggi (mis gps 1hz) untuk
melihat respon permukaan
dan kemudian dimodelkan sumbernya.
( Irvan Meilano)
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
3-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.95
111.98
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
3-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.88
112.00
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
3-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.89
111.95
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
3-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.92
111.92
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
3-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.84
111.99
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
3-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.84
111.98
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
3-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.85
111.99
1.4
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
5-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.86
111.83
1.3
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
9
6-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.90
112.02
1.4
±22.7 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
6-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.85
111.89
2.2
±22.1 km Timur Laut Pulung Ponorogo
11
6-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.87
111.82
0.9
±14.0 km Tenggara Pulung Ponorogo
12
6-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.85
111.92
1.8
±25.5 km Timur Laut Pulung Ponorogo
13
6-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.84
111.97
2
±30.9 km Timur Laut Pulung Ponorogo
14
6-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.84
111.81
1.1
±14.0 km Timur Laut Pulung Ponorogo
15
6-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.84
111.83
1.4
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
Hasil Survey di Trenggalek
15– 18 Pebruari 2011
No.
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
16‐Feb‐11
23.16.13 WIB
‐8.39
111.51
2.4
±31.9 km Barat daya Timahan Trenggalek
2
16‐Feb‐11
23.17.42 WIB
‐8.19
111.49
2.7
±19.7 km Barat daya Timahan Trenggalek
3
16‐Feb‐11
23.16.49 WIB
‐8.16
111.56
2.4
±11.4 km Barat daya Timahan Trenggalek
4
16‐Feb‐11
23.17.30 WIB
‐8.16
111.53
2.5
±14.3 km Barat daya Timahan Trenggalek
5
16‐Feb‐11
23.16.57 WIB
‐8.14
111.58
2.3
±8.3 km Barat daya Timahan Trenggalek
6
16‐Feb‐11
23.17.58 WIB
‐8
111.78
3.2
±20.5 km Timur Laut Timahan Trenggalek
7
16‐Feb‐11
23.17.43 WIB
‐8.17
111.52
2.5
±15.7 km Barat Daya Timahan Trenggalek
8
17‐Feb‐11
01.50.47 WIB
‐8.16
111.63
0.6
±4.2 km Barat Daya Timahan Trenggalek
9
17‐Feb‐11
02.08.57 WIB
‐8.19
111.59
0.7
±9.7 km Barat Daya Timahan Trenggalek
10
17‐Feb‐11
02.09.03 WIB
‐8.19
111.58
0.7
±9.9 km Barat Daya Timahan Trenggalek
11
17‐Feb‐11
02.09.25 WIB
‐8.16
111.61
0.7
±6.1 km Barat Daya Timahan Trenggalek
12
17‐Feb‐11
02.28.45 WIB
‐8.14
111.42
2
±26.7 km Barat Timahan Trenggalek
13
17‐Feb‐11
02.29.10 WIB
‐8.16
111.57
1.2
±26.7 km Barat daya Timahan Trenggalek
14
17‐Feb‐11
02.29.13 WIB
‐8.16
111.37
2.1
±31.4 km Barat Timahan Trenggalek
15
17‐Feb‐11
02.30.02 WIB
‐8.12
111.58
1.3
±9.4 km Barat Laut Timahan Trenggalek
16
17‐Feb‐11
02.49.28 WIB
‐8.23
111.56
0.8
±14.9 km Barat Laut Timahan Trenggalek
17
17‐Feb‐11
02.49.43 WIB
‐8.1
111.68
0.8
±4.9 km utara Timahan Trenggalek
18
17‐Feb‐11
01.50.46 WIB
‐8.19
111.59
0.7
±9.2 km Barat daya Timahan Trenggalek
19
17‐Feb‐11
02.09.25 WIB
‐8.16
111.56
0.8
±13.2 km Barat daya Timahan Trenggalek
20
17‐Feb‐11
02.29.37 WIB
‐8.26
111.56
1.2
±16.6 km Barat daya Timahan Trenggalek
21
17‐Feb‐11
02.50.03 WIB
‐8.18
111.6
0.7
±7.5 km Barat daya Timahan Trenggalek
22
17‐Feb‐11
03.19.23 WIB
‐8.11
111.56
0.6
±9.1 km Barat Laut Timahan Trenggalek
23
17‐Feb‐11
03.22.41 WIB
‐8.19
111.59
0.9
±9.2 km Barat Laut Timahan Trenggalek
24
17‐Feb‐11
04.43.28 WIB
‐7.88
111.9
2.6
±39.8 km Timur Laut Timahan Trenggalek
25
17‐Feb‐11
04.51.47 WIB
‐8.25
111.5
1.3
±21.2 km Barat Daya Timahan Trenggalek
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
17-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.82
111.82
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
17-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.803
111.83
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
17-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.78
111.98
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
17-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.785
111.98
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
17-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.82
111.84
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
17-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.7
111.87
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
17-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.81
111.87
1.4
±12.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
18-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.801
111.83
1.3
±11.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
9
18-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.802
111.835
1.4
±15.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
18-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.8
111.84
2.2
±16.4 km Tenggara Sawahan Nganjuk
11
18-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.82
111.86
0.9
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
12
19-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.817
111.824
1.8
±15 km Tenggara Sawahan Nganjuk
13
19-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.79
111.838
2
±18 km Tenggara Sawahan Nganjuk
14
19-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.75
111.89
1.1
±16.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
15
19-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.8
111.83
1.4
±18.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
3-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.95
111.98
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
3-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.88
112.00
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
3-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.89
111.95
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
3-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.92
111.92
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
3-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.84
111.99
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
3-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.84
111.98
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
3-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.85
111.99
1.4
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
5-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.86
111.83
1.3
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
9
6-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.90
112.02
1.4
±22.7 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
6-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.85
111.89
2.2
±22.1 km Timur Laut Pulung Ponorogo
11
6-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.87
111.82
0.9
±14.0 km Tenggara Pulung Ponorogo
12
6-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.85
111.92
1.8
±25.5 km Timur Laut Pulung Ponorogo
13
6-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.84
111.97
2
±30.9 km Timur Laut Pulung Ponorogo
14
6-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.84
111.81
1.1
±14.0 km Timur Laut Pulung Ponorogo
15
6-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.84
111.83
1.4
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
I.PENDAHULUAN
A.Type gempabumi beruntun
B.History gempabumi beruntun di berbagai tempat.
II.KONDISI DAERAH PENELITIAN
A.Kondisi Geografi,Tatanan Tektonik,Struktur Geologi
dan Geomorpologi
III.METODE PENELITIAN
IV.HASIL ANALISA DATA
A.Data seismogram
B.Disritbusi spasial epicenter
C.Hub.Frekuensi vs Magnitudo ( b value)
D.Time dan Magnitude Histogram
V. KESIMPULAN
9
9
9
Fenomena gempabumi beruntun dengan skala kecil
yang diikuti suara dentuman yang terjadi di sekitar
Trenggalek dan Ponorogo, Jawa Timur telah
meresahkan masyarakat di sekitar tempat kejadian
Menimbulkan perbedaan hipotesa:
PVMBG menduga fenomena tersebut terjadi akibat
gerakan tanah rayapan
LIPI menduga akibat aktivitas tremor yang berasosiasi
dengan aktivitas magmatik
BMKG menduga adanya gempabumi tektonik yang
berasosiasi dengan aktivitas sesar
Suara Dentuman Misterius Resahkan Warga
Trenggalek
Senin, 07 Pebruari 2011 21:49 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,TRENGGALEK--Masyarakat di
kawasan pesisir selatan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur,
selama dua pekan terakhir ini diresahkan oleh suara
dentuman misterius yang terdengar pada tengah malam dan
diduga berasal dari bawah tanah.
"Hampir semua warga mendengar suara dentuman mirip
gemuruh itu, tapi kami tidak tahu dari mana sumbernya,"
kata Panut (40), salah seorang tokoh nelayan di Desa
Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, Senin.
Terlepas dari berbagai rumor yang kini beredar, sebagian
besar warga berharap pemerintah maupun aparat segera
bertindak untuk mengidentifikasi sumber suara dentuman
tersebut. Warga khawatir jika terlambat diantisipasi, suatu
saat terjadi bencana serius yang mengancam keselamatan
mereka.
Berita koran Jawa Pos pagi ini, bhw suara gemuruh
juga terdengar di daerah Kare - Madiun (lereng
barat G. Wilis). Suara terdengar lbh jelas pada
malam hari. Konon suara itu terdengar juga di
Sedudo - Nganjuk (lereng timur G. Wilis). Selain
itu, baru saja sy ditelepon seorang pejebat Pemkab
Tulungagung yg kebetulan orang geologi, bhw di
Tulungagung juga mulai terdengar suara gemuruh
yaitu di daerah Besuki - Watulimo, terdengar paling
nyaring di daerah Sedayu Gunung. Melihat
perkembangan terakhir, setelah Ponorogo dan
Trenggalek, kami di Pemprov Jatim akan kembali
berkoordinasi dg Stasiun Geofisika Tretes utk dapat
melakukan pemantauan lapangan di Tulungagung
dan kemungkinan Madiun/ Nganjuk.
Ternyata ada laporan lagi dr Bojonegoro sbb :
"Menindak lanjuti lap masy kec Sekar kab
Bojonegoro tgl 21 Pebr 2011 ttg suara ledakan ,
setelah di koordinasikan dg Cmt Sekar dan Gondang
bhw terjadinya suara ledakan terjadi siang/malam hr
dan tdk tentu waktunya sdh berlangsung 1 bln
sumber ledakan diduga dr Gunung Pandan, masy
kawatir terjadinya bencana dan secara dini P. Camat
menghimbau masy agar waspada DUMP".
Kok semakin meluas ya? Apakah ada sesar yg
membentang dr Trenggalek/ Tulungagung Bojonegoro ya?( diskusi mailing list HAGI)
Sabtu, 19/02/2011 16:54 WIB
PVMBG: Getaran dan Dentuman di Trenggalek Bukan
Gempa Tektonik
Samsul Hadi - detikSurabaya
Trenggalek - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) Bandung mementahkan hasil penelitian
Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes, terkait getaran dan
dentuman di 4 kecamatan di Kabupaten Trenggalek.
Kejadian tersebut dipastikan bukan gempa tektonik,
melainkan sebuah dampak dari terjadinya pergerakan tanah
lambat.
"Kalau istilah teknisnya, kami biasa menyebut kriting. Di
Indonesia, khususnya yang memiliki kemiringan tanah
sedang, itu biasa terjadi," kata Kepala PVMBG Surono
kepada detiksurabaya.com saat dihubungi, Sabtu
(19/2/2011).
Dalam catatan PVMBG, kejadian yang sama di Kabupaten Trenggalek pernah terjadi di Kabupaten
Samosir, Sumatera Utara dan Bandung Utara, Jawa Barat. Kejadian itu biasanya akan selalu terjadi saat
musim penghujan, dan akan berhenti dengan
sendirinya saat kemarau tiba.
"Itu adalah gesekan antara tanah dengan kelembapan tinggi karena air hujan, dengan lapisan dalam yang
kedap air. Gesekan dan gerakannya sangat lambat, makanya disebut pergerakan tanah lambat dan
getarannya tidak begitu keras," jelas Surono.
Untuk mempermudah penjelasan, Surono mencontohkan sebuah meja dengan beban berat di atasnya,
bila ditarik secara tiba-tiba dapat dipastikan akan memunculkan suara yang merupakan hasil pergesekan
antara kaki meja dengan lantai. Getaran juga dipastikan muncul di bagian atas meja, juga sebagai akibat
gesekan tersebut.
Ditanya mengenai hasil penelitian Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika Kelas II BMKG Tretes,
Pasuruan, yang menyebut kejadian tersebut adalah gempa tektonik, dengan tegas Surono membantahnya.
"Gempa tektonik tidak mungkin ada di kedalaman 33 Km," sangkalnya.
Dalam penjelasannya Surono juga membantah adanya kemungkinan tanah longsor dalam skala besar,
sebagai akibat getaran dan dentuman di Kabupaten Trenggalek tersebut. Ancaman tanah longsor tetap
ada, namun tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
"Dampak yang paling mungkin terjadi adalah tanah retak. Kalau longsor kemungkinannya kecil, kecuali
daerah tempat kejadiannya memiliki kemiringan yang curam," tandasnya.
Sebelumnya, dalam 2 pekan terakhir masyarakat di 4 kecamatan di Kabupaten
Trenggalek, masing-masing Watulimo, Munjungan, Kampak, dan Panggul, dikagetkan
dengan munculnya suara dentuman menyerupai bom dan getaran ringan di permukaan tanah.
Kejadian yang juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo
tersebut, berdasarkan penelitian oleh Balai Besar wilayah III Stasiun Geofisika
Kelas II BMKG Tretes, Pasuruan, dianggap sebagai gempa tektonik di kedalaman kurang dari 33 Km.
Getaran Fenomena
alam itu diduga
berasal dari gejala :
1.Aktifitas tektonik ?
2.Aktifitas Vulkanik ?
3.Aktifitas Gerakan
Tanah Rayapan ?
BMKG melalui Pusat Gempa Nasional merilis
bahwa: Tanggal 10
Pebruari 2011, terjadi gempabumi dengan
parameter: Kekuatan 2.6 SR,
waktu 22 46 49 WIB, lokasi 7.90LS-111.63BT (31
Km Tenggara Madiun),
kedalaman 10 Km, dirasakan di Trenggalek dan
Ponorogo I-II MMI
5 sd 8 Februari 2011
15 sd 19 Februari 2011
Dalam diskusi terbatas di mailing list IAGI dan
HAGI, Dr Danny Hilman (LIPI) menduga gempa
beruntun atau Earthquake swarm ini menunjukkan
gejala akibat aktifitas vulkanik. Menunjuk
gunungapi terdekatnya, yaitu Gunung Wilis.
Namun tentusaja dugaan Pak Danny Hilman ini juga
belum final, perlu penelitian lebih lanjut.
Fenomena gempa kecil yang terjadi terus menerus
dalam jangka cukup lama biasa disebut earthquake
swarm. Ini banyak terjadi di Sumatra dan daerah
lainnya. Yang aneh, biasanya tidak disertai suara-suara
seperti yg dilaporkan. Saya curiga apakah ini
berhubungan dengan aktifitas volkanik (bukan
tektonik)? ( Danny Hilman)
Gunung Wilis adalah gunung berapi massif tunggal
dikelilingi oleh dataran rendah elevasi pada semua
namun sisi selatan. Ini dibentuk selama tiga episode
dating kembali ke pertengahan Pleistosen. Setelah
penghancuran bangunan 2, kerucut paling baru tumbuh
selama Holosen. Tidak ada letusan sejarah dikonfirmasi
diketahui dari Gunung Wilis, meskipun ada laporan dari
sebuah letusan pada tahun 1641 M, tahun yang sama
sebagai letusan besar gunung berapi Kelut di dekatnya.
Fumarol dan lumpur pot terjadi di dekat Danau Ngebel
di sisi barat Gunung Wilis yang lebih rendah.
Kalo mau solusi tepat, ya harus memasang jaringan
seismik lokal (sementara) yang cukup rapat sehngga
analisisnya, dan khususnya penentuan lokasi
hiposenter, bisa akurat. Hanya mengandalkan
jaringan statsiun seismograf BMKG permanen saja
tentu tidak cukup.
Kalo tidak, ya kita akan berdebat kesana-kemari
tanpa ujung (Danny Hilman, dalam diskusi mailing
list HAGI)
Gejala rayapan tanah ini
sering ditandai dengan
bentuk pohon yang miring
atau bahkan melengkung.
Profil tanahnya akan
terlihat melengkung pada
bagian permukaan.
Pelengkungan tanah bagian
atas (soil) ini terjadi karena
proses pemanasan
(pemuaian) dan
pendinginan (penyusutan)
yang terjadi secara
berulang-ulang.
Ternyata ketiga hipotesa ini menjadi menarik kalau
dilihat sepintas semua memang meyakinkan. Hanya
saja perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan hipotesa ini. Mana yang benar ?
BMKG dengan plotting episenternya yang menyebar bahkan hingga ada
d laut tentunya sangat meyakinkan kemungkinan gejala tektonik.
Namun disisi lain munculnya pernyataan orang-orang di Trenggalek
Ponorogo di sisi barat G Wilis juga mengindikasikan adanya
kemungkinan aktifitas volkanik. Apalagi kalau getarannya berupa
tremor. Juga swarm earthquake paling sering berasosiasi
denganvolkanik ketimbang tektonik.
Pendapat Pak Surono yg dikutip media cukup menggelitik juga.
Karena memang kebanyakan pusat getaran ini dijumpai di
pegunungan selatan yang tentusaja rawan gerakan tanah. apakah
creep ini akan menghasilkan getaran yang besar sehingga dirasakan
cukup jauh ? Ataukah karena terjadi massive slow earth movement
(creeping) ini sehingga dirasakan dibanyak tempat. Bahkan sudah ada
laporan retakan-retakan tanah.
Swarms are especially
common in volcanic
areas.
The number of events
(N) per unit time versus
time is schematically
shown for the three
types of earthquake
sequences.
The mainshock (MS)
indicates the sharp
increase in rate for the
upper two distributions.
Sumber: www.earthmax.wordpress.com
seismic activity is common around volcanoes as
volcanoes can produce various types of earthquakes-tectonic-type or volcanic-type. Tectonic-type
earthquakes around a volcano occur when rocks
break along faults or fractures around the volcano.
Seismologists must determine if an earthquake near
a volcano is tectonic or volcanic as the differences
are very subtle.
According AVO:
"Most seismic swarms are not precursors to eruptions."
Increased earthquakes near Lawu volcano started on
10th December 1978 and the number of tremors
increased to a swarm around 14-15 May 1979, when
over 1000 earthquakes were recorded over 24 hours,
50 of which were felt. Although the swarm is likely
due to magma movements inside the volcano (i.e. an
intrusion), no visible changes or eruptions occurred
BMKG waktu itu namanya PMG melalukan riset
Swarm di Gunung Lawu oleh Subid Riset
Geofisika.Dan datanya digunakan penulis untuk
tugas akhir/Skripsi AMG dg judul”Hubungan
Frekuensi – Magnitudo Gempabumi Swarm sekitar
Gunung Lawu”
Several small earthquakes ranging in magnitude from 1.8 to 3.8 have rattled
the north-central Arkansas cities of Greenbrier and Guy this week, and the
cause is unknown.
The U.S. Geological Survey has reported more than 30 earthquakes in the
area since Sunday, including a magnitude 3.8 quake Thursday morning and
at least 16 others occurring Wednesday, two of which were magnitude 3.2
and 3.5. More than 700 quakes have occurred in the region over the past six
months.
Scott Ausbrooks, geohazards supervisor for the Arkansas Geological Survey,
said the quakes are part of what is now called the Guy earthquake swarm. a
series of mild earthquakes that have been occurring periodically since 2009.
A similar swarm occurred in the early 1980s when a series of quakes hit
Enola, Ark.
Michael Hamburger, a professor of geological sciences at Indiana University.
"This is a slow, developing swarm of activity, starts with some fairly small
earthquakes," he said. "The size gradually increases, and there are many of a
similar size, and they die down within a few weeks, a few months time."
1. Apabila ini berasosiasi dengan sesar aktif, rangkaian dari
kegempaan ini tidak lazim
apabila bukan shadow dari past earthquake (susulan gari gempa
besar), walaupun untuk
beberapa kasus khusus bisa juga terjadi.
2. Kemungkinan lainnya yaitu berasosiasi dengan intrusi fluida.
Intrusi fluida bisa
berbagai macam, misalnya magmatik atau geothermal. Contoh
swarm yang terkenal yaitu
swarm yang berhubungan dengan intrusi fluida magmatik di
sekitar izu-miyakejima
di jepang tahun 2004, yang berlangsung selama 2 bulan.
( Irvan Meilano,dalam diskusi di mailing list HAGI))
Gempa bisa menghasilkan suara, tetapi bukan
sebagai akibat proses rupture (robekan)
bidang gempa, yang apabila magnitudnya sekitar 3,
maka slip-nya hanya beberapa cm saja.
Suara tersebut ditimbulkan oleh goyangan (shaking)
dari permukaan tanah
sebagai respon rambatan gelombang gempa.
Goyangan ini akan mem-vibrasi udara disekitar kita,
sehingga getaran udara ini yang untuk beberapa
kasus memiliki rentang frekuensi yang
bisa didengar oleh telinga. Dan terdengar sebagai
suara, beberapa saat sesudah gempa ( Irvan
Meilano,dalam diskusi di mailing list HAGI)
PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH
PETA SESAR DAERAH PENELITIAN
G. Lawu
G. Arjuno-Welirang
G. Wilis
G. Kelud
G. Bromo
G. Lamongan
G. Argopuro
G. Semeru
GUNUNGAPI AKTIF
G. Kawah Ijen
G. Raung
9
9
9
9
9
9
9
9
9
Survei awal dilakukan pada bulan Pebruari
Survei lanjutan dilakukanpada tanggal 1 sampai 5 Maret 2011.
Pengukuran seismik dilakukan dengan pemasangan jaringan short period digital
seismograph di enam lokasi yaitu di
Kec. Jetis (Kab. Ponorogo)
Kec. Pulung (Kab. Ponorogo)
Kec. Gandusari (Kab. Trenggalek)
Kec. Bendungan (Kab. Trenggalek)
Kec. Watulimo (Kab. Trenggalek)
Kec. Sawahan (Kab. Nganjuk).
Tiga tempat di Kab. Trenggalek dilengkapi dengan PWS (portable automatic
weather station) untuk mengukur parameter meteorologi
wilayah pantai (Kec. Watulimo)
wilayah urban (Kec. Gandusari)
wilayah rural (Kec. Bendungan)
LOKASI PENGAMATAN
JTIS
PLNG
WTLM
GDSR
BDGN
SWHM
WAVEFORM
SEBARAN EPICENTER
DATA PARAMETER CURAH HUJAN
GEMURUH
ROCK FALLS
FRACTURES
ROCK BREAKS
TECTONIC
WAVE FORM HASIL PENELITIAN
Event gemuruh jam 17.08 utc tanggal 1 maret 2011
Event Tanggal 3 Maret 2011
Rockfalls Tanggal 3 Maret 2011
TECTONIC
ROCKFALLS
Power Spectrum
BACKGROUND NOISE
Time Histogram
Magnitude Histogram
20
16
18
14
16
12
10
Number
12
10
8
8
6
6
4
4
2
2
0
2011.08
0
2011.1
2011.12
2011.14
Time
2011.16
-1
2011.18
180
160
140
Cumulative Number
Number
14
120
100
80
60
40
20
0
2011.08
2011.1
2011.12
2011.14
Time in years
2011.16
2011.18
0
1
2
Magnitude
3
4
5
10
2
2
Mc
b-value
1.5
10
1
1
0.5
10
0
0
0
1
2
Magnitude
0
3
0.5
1
1.5
2
Magnitude
2.5
0.5
mean
95%
5%
Maximum Likelihood Solution
b-value = 0.797 +/- 0.07, a value = 3.17
Magnitude of Completeness = 1.6
0.45
Range of b-value
Cumulative Number
2.5
0.4
0.35
50
100
150
Number of eqs
200
3
3.5
Perbandingan pola curah hujan rata-rata TRMM
10 tahun (1998 – 2009) dengan data curah hujan
TRMM tahun 2010
Gempabumi beruntun yang terjadi di sekitar
Ponorogo dan Trenggalek pada bulan pebruari –
maret 2011 berasosiasi dengan aktivitas SESAR
setempat
Suara dentuman pada saat gempabumi diduga akibat
di sekitar episenter terdapat goa-goa kapur yang
dapat menimbulkan resonansi suara gemuruh
Curah hujan diatas normal memicu terjadinya
longsor beberapa lokasi di daerah penelitian.
TERIMA KASIH
apabila dimungkinkan dilakukan penelitian
kegempaan dan deformasi
yang memiliki frekuensi tinggi (mis gps 1hz) untuk
melihat respon permukaan
dan kemudian dimodelkan sumbernya.
( Irvan Meilano)
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
3-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.95
111.98
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
3-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.88
112.00
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
3-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.89
111.95
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
3-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.92
111.92
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
3-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.84
111.99
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
3-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.84
111.98
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
3-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.85
111.99
1.4
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
5-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.86
111.83
1.3
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
9
6-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.90
112.02
1.4
±22.7 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
6-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.85
111.89
2.2
±22.1 km Timur Laut Pulung Ponorogo
11
6-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.87
111.82
0.9
±14.0 km Tenggara Pulung Ponorogo
12
6-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.85
111.92
1.8
±25.5 km Timur Laut Pulung Ponorogo
13
6-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.84
111.97
2
±30.9 km Timur Laut Pulung Ponorogo
14
6-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.84
111.81
1.1
±14.0 km Timur Laut Pulung Ponorogo
15
6-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.84
111.83
1.4
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
Hasil Survey di Trenggalek
15– 18 Pebruari 2011
No.
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
16‐Feb‐11
23.16.13 WIB
‐8.39
111.51
2.4
±31.9 km Barat daya Timahan Trenggalek
2
16‐Feb‐11
23.17.42 WIB
‐8.19
111.49
2.7
±19.7 km Barat daya Timahan Trenggalek
3
16‐Feb‐11
23.16.49 WIB
‐8.16
111.56
2.4
±11.4 km Barat daya Timahan Trenggalek
4
16‐Feb‐11
23.17.30 WIB
‐8.16
111.53
2.5
±14.3 km Barat daya Timahan Trenggalek
5
16‐Feb‐11
23.16.57 WIB
‐8.14
111.58
2.3
±8.3 km Barat daya Timahan Trenggalek
6
16‐Feb‐11
23.17.58 WIB
‐8
111.78
3.2
±20.5 km Timur Laut Timahan Trenggalek
7
16‐Feb‐11
23.17.43 WIB
‐8.17
111.52
2.5
±15.7 km Barat Daya Timahan Trenggalek
8
17‐Feb‐11
01.50.47 WIB
‐8.16
111.63
0.6
±4.2 km Barat Daya Timahan Trenggalek
9
17‐Feb‐11
02.08.57 WIB
‐8.19
111.59
0.7
±9.7 km Barat Daya Timahan Trenggalek
10
17‐Feb‐11
02.09.03 WIB
‐8.19
111.58
0.7
±9.9 km Barat Daya Timahan Trenggalek
11
17‐Feb‐11
02.09.25 WIB
‐8.16
111.61
0.7
±6.1 km Barat Daya Timahan Trenggalek
12
17‐Feb‐11
02.28.45 WIB
‐8.14
111.42
2
±26.7 km Barat Timahan Trenggalek
13
17‐Feb‐11
02.29.10 WIB
‐8.16
111.57
1.2
±26.7 km Barat daya Timahan Trenggalek
14
17‐Feb‐11
02.29.13 WIB
‐8.16
111.37
2.1
±31.4 km Barat Timahan Trenggalek
15
17‐Feb‐11
02.30.02 WIB
‐8.12
111.58
1.3
±9.4 km Barat Laut Timahan Trenggalek
16
17‐Feb‐11
02.49.28 WIB
‐8.23
111.56
0.8
±14.9 km Barat Laut Timahan Trenggalek
17
17‐Feb‐11
02.49.43 WIB
‐8.1
111.68
0.8
±4.9 km utara Timahan Trenggalek
18
17‐Feb‐11
01.50.46 WIB
‐8.19
111.59
0.7
±9.2 km Barat daya Timahan Trenggalek
19
17‐Feb‐11
02.09.25 WIB
‐8.16
111.56
0.8
±13.2 km Barat daya Timahan Trenggalek
20
17‐Feb‐11
02.29.37 WIB
‐8.26
111.56
1.2
±16.6 km Barat daya Timahan Trenggalek
21
17‐Feb‐11
02.50.03 WIB
‐8.18
111.6
0.7
±7.5 km Barat daya Timahan Trenggalek
22
17‐Feb‐11
03.19.23 WIB
‐8.11
111.56
0.6
±9.1 km Barat Laut Timahan Trenggalek
23
17‐Feb‐11
03.22.41 WIB
‐8.19
111.59
0.9
±9.2 km Barat Laut Timahan Trenggalek
24
17‐Feb‐11
04.43.28 WIB
‐7.88
111.9
2.6
±39.8 km Timur Laut Timahan Trenggalek
25
17‐Feb‐11
04.51.47 WIB
‐8.25
111.5
1.3
±21.2 km Barat Daya Timahan Trenggalek
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
17-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.82
111.82
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
17-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.803
111.83
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
17-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.78
111.98
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
17-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.785
111.98
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
17-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.82
111.84
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
17-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.7
111.87
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
17-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.81
111.87
1.4
±12.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
18-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.801
111.83
1.3
±11.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
9
18-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.802
111.835
1.4
±15.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
18-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.8
111.84
2.2
±16.4 km Tenggara Sawahan Nganjuk
11
18-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.82
111.86
0.9
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
12
19-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.817
111.824
1.8
±15 km Tenggara Sawahan Nganjuk
13
19-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.79
111.838
2
±18 km Tenggara Sawahan Nganjuk
14
19-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.75
111.89
1.1
±16.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
15
19-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.8
111.83
1.4
±18.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
NO
Tanggal
Waktu
Lintang
Bujur
Kekuatan
Keterangan
1
3-Feb-11
02.17.19 WIB
-7.95
111.98
0.9
±22.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
2
3-Feb-11
02.19.08 WIB
-7.88
112.00
1
±19.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
3
3-Feb-11
03.08.58 WIB
-7.89
111.95
1.2
±15.6 km Tenggara Sawahan Nganjuk
4
3-Feb-11
03.24.06 WIB
-7.92
111.92
1.1
±15.9 km Tenggara Sawahan Nganjuk
5
3-Feb-11
03.26.25 WIB
-7.84
111.99
1.4
±18.2 km Tenggara Sawahan Nganjuk
6
3-Feb-11
03.33.21 WIB
-7.84
111.98
1.3
±16.5 km Tenggara Sawahan Nganjuk
7
3-Feb-11
04.30.31 WIB
-7.85
111.99
1.4
±17.8 km Tenggara Sawahan Nganjuk
8
5-Feb-11
20.19.02 WIB
-7.86
111.83
1.3
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo
9
6-Feb-11
01.11.35 WIB
-7.90
112.02
1.4
±22.7 km Tenggara Sawahan Nganjuk
10
6-Feb-11
01.11.52 WIB
-7.85
111.89
2.2
±22.1 km Timur Laut Pulung Ponorogo
11
6-Feb-11
01.32.17 WIB
-7.87
111.82
0.9
±14.0 km Tenggara Pulung Ponorogo
12
6-Feb-11
02.49.12 WIB
-7.85
111.92
1.8
±25.5 km Timur Laut Pulung Ponorogo
13
6-Feb-11
02.53.25 WIB
-7.84
111.97
2
±30.9 km Timur Laut Pulung Ponorogo
14
6-Feb-11
02.55.06 WIB
-7.84
111.81
1.1
±14.0 km Timur Laut Pulung Ponorogo
15
6-Feb-11
03.03.57 WIB
-7.84
111.83
1.4
±15.6 km Timur Laut Pulung Ponorogo