S SEJ 0900907 Chapter5

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat
diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948
merupakan waktu yang cukup penting untuk dibahas. Pada periode ini banyak
sekali peristiwa pertempuran yang menentukkan nasib masyarakat Bandung untuk
merdeka atau kembali di jajah. Dalam hal ini terdapat dua cara perjuangan yang
berbeda dari tokoh militer yang di wakili oleh Sukanda Bratamanggala dan sipil
yang diwakili oleh Sewaka yang terjadi di Bandung Utara. Peristiwa ini diawali
oleh kedatangan Tentara Sekutu ke Bandung yang di pimpin oleh Brigade Mc
Donald pada tanggal 12 Oktober 1945 yang menjadi awal adanya pertempuran
yang terjadi di Bandung dan kemudian merembet ke daerah Bandung Utara yang
menjadi kajian oleh penulis. Dalam hal ini terdapat tiga poin yang dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan hasil dari rumusan masalah. Dari ketiga poin tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan dari hasil penelitian peristiwa yang terjadi di Bandung Utara
pada kurun waktu 1945-1948 yang telah diuraikan di bab sebelumnya
adalah peristiwa pertempuran yang terjadi di Bandung Utara pada kurun
waktu 1945-1948 yang dilatarbelakangi oleh kedatangan dari Tentara

Sekutu yang dipimpin oleh Brigade Mc Donald ke Bandung dengan
menggunakan kereta api. Ketika pasukan sekutu datang ke Bandung,
masyarakat Bandung ini telah merasakan akan adanya penjajahan kembali
karena pengalaman di masa lalunya yang menderita. Dengan datangnya
tentara sekutu ke Bandung pun menjadi sebuah ancaman bagi Masyarakat

Mohamad Ully Purwasatria, 2014
Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Tahun 1945-1948
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

90

Bandung yang bermukim di Bandung Utara. Maka terjadilah beberapa
pertempuran melawan tentara Sekutu oleh Tentara Keamanan rakyat yang
di komandoi oleh Sukanda Bratamanggala di Wilayah Bandung Utara
yang wilayahnya meliputi Lembang, Dago, Cijengkol, Cihideung, Cisarua.
Dengan terjadinya peristiwa pertempuran di sekitar Villa Isola yang
memakan korban dengan gugurnya Kapten Abdul Hamid, Sersan Badjuri,
Sersan Surip, dan Sersan Sodik. Sedangkan di wilayah Bandung Utara

yang lain, terdapat juga berbagai pertempuran dengan salah satunya di
sekitar Gedung Sate dan Gedung PTT yang dilakukan oleh Samsu, D.
Kosasih, Satu Kompi Hizbullah, Pemuda PTT, Batalyon II Res.8 Poniman,
Paryadi, Ali Hanafiah dengan satu Peleton, Pasukan-pasukan Batalyon II
Res.9 Kompi Sujana dan Tatang Basyah melawan Tentara Sekutu Inggris
yang menguasai Gedung Sate dan Gedung PTT. Karena disana kekuatan
tidak seimbang maka gedung PTT dikuasai oleh Inggris dan telah gugur 7
pahlawan yaitu Didi Kamarga, Suhodo, Mokhtaruddin, Rana, Subengat,
Susilo, dan Suryono.
2. Menyoroti peranan tokoh militer yaitu Sukanda Bratamanggala sebagai
pemimpin Batalyon di Bandung Utara ini cukup menonjol ketika
terjadinya pertempuran di Bandung Utara. Sukanda sebelum terjun
kedalam perang kemerdekaan di Bandung ini telah mendirikan batalyon di
Lembang dengan mendirikan dan membina anggota prajuritnya untuk
bersiap menghadapi datangnya Sekutu. Disamping itu, dengan figur beliau
sebagai pemimpin batalyon di Bandung Utara yang pengalaman militernya
cukup banyak dapat menggerakan anggotanya untuk mempertahankan
wilayahnya dari jajahan tentara Sekutu yang berusaha untuk mengambil
alih wilayah Bandung Utara. Ketika terjadinya pertempuran seperti di
sekitar Villa Isola, di Lembang hingga ke Subang (Kerawang Timur),

sosok Sukanda Bratamanggala ini berperan aktif untuk membendung
serangan dari Sekutu yang bergerak di daerah Bandung Tengah. Walaupun
dari beberapa pertempuran yang terjadi di Bandung Utara memakan
Mohamad Ully Purwasatria, 2014
Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Tahun 1945-1948
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

91

korban yang cukup banyak, tetapi jiwa perjuangan dari Sukanda
Bratamanggala dan tokoh militer lainnya itu sangat militant karena mereka
sadar mereka tidak ingin wilayah Indonesia khususnya di Bandung Utara
kembali jatuh ketangan penjajah. Selain adanya peranan dari tokoh militer
yaitu Sukanda Bratamanggala yang berjuang secara langsung dalam
perang

revolusi

fisik,


dalam

perjuangan

untuk

mempertahankan

kemerdekaan juga peranan dari tokoh sipil yaitu Raden Mas Sewaka yang
berperan dari pihak sipil. Sewaka yang merupakan lulusan dari OSVIA
(sekolah pemerintahan) ini mulai berkarier sebagai tenaga pemerintahan
yang mulai tertarik ke dunia perpolitikan sejak zaman Belanda. Sewaka
yang ketika itu menjadi Gubernur Jawa Barat menggantikan Soetoko ini
aktif ikut dalam perundingan-perundingan

yang bertujuan untuk

membicarakan


dengan

nasib

wilayah

Indonesia

Belanda

dan

memperjuangkan Wilayah Jawa Barat di dalam perundingan tersebut.
Walaupun Sewaka tidak secara langsung berperan terhadap pertempuran
yang terjadi di Bandung Utara namun secara tidak langsung Sewaka
berperan juga. Dari penjelasan diatas mengenai berperannya Tokoh Militer
yang dalam hal ini di wakili oleh Kolonel Sukanda Bratamanggala dan
Tokoh Sipil yaitu Raden Mas Sewaka dari perjalanannya dalam
mempertahankan kemerdekaan di Bandung Utara ini sepak terjangnya
lebih di dominasi oleh tokoh Militer ketika pada peristiwanya di sana.

Dalam hal ini pergerakan yang didominasi oleh Militer ini karena ketika
melihat dari situasi dan kondisi pada saat itu dengan datangnya kembali
Tentara Sekutu ke Kota Bandung, hal yang memungkinkan untuk
dilakukan adalah melakukan perjuangan melalui jalan perang karena
dengan jalan itu hal yang paling memungkinkan dalam mempertahankan
kemerdekaan. Namun dengan adanya peranan dari Raden Mas Sewaka
yang melihat bahwa dengan adanya jalan perang itu merasa kurang efektif
karena dengan dapat menimbulkan korban yang banyak dan juga dari segi
kesiapan mereka dirasa kurang seimbang dalam menghadapi tentara
Mohamad Ully Purwasatria, 2014
Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Tahun 1945-1948
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

92

Sekutu maka Sewaka mengambil jalan diplomasi sebagai bentuk
perlawanannya terhadap sekutu. Walaupun hasil dari diplomasi pun
dengan berbagai perundingan seperti Linggarjati dan Renville merugikan
bagi Rakyat Indonesia khususnya masyarakat Bandung Utara. Karena itu

perjuangan yang terjadi dari kedua tokoh sipil dan Militer ini tidak dapat
dilepaskan dengan cara dalam melakukan revolusi dengan cara Bertempur
dan Berdiplomasi.Apa yang telah dilakukan oleh Masyarakat Bandung
Utara baik dari tentara Militer, Lasykar-Lasykar, maupun warga lokal
yang terlibat langsung dalam pertempuran untuk mempertahankan
kemerdekaan ini merupakan sebuah sikap yang sangat berani. Karena
memori kolektif terhadap pahitnya dijajah membuat mereka sadar untuk
terus melawan kekuasaan asing demi mendapatkan sebuah kebebasan dari
penderitaaan. Hal itu juga merupakan sebuah usaha untuk menegakkan
kemerdekaan di Indonesia.
3. Walaupun ketika melihat dampak dari adanya peristiwa revolusi fisik di
Bandung Utara pada tahun 1945-1948 ini kurang menguntungkan untuk
kemenangan kaum republikan, upaya dari tokoh militer dengan jalannya
melalui peperangan dan tokoh sipil yang menempuh perjuangannya
dengan cara berdiplomasi pada perundingan telah memberikan hasil yang
maksimal untuk mempertahankan kemerdekaan di Indonesia khususnya di
Bandung Utara ini memberikan hasil yang positif walaupun jalan
perjuangan yang ditempuh dari kedua tokoh diatas itu berbeda. Namun
dengan adanya dua pola perjuangan dengan cara bertempur dan berunding
ini dapat menimbulkan kesalahpahaman ketika kedua cara perjuangan

dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut digabungkan dalam waktu
bersamaan. Di satu sisi, ketika militer menghendaki adanya sebuah
pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan dengan tentara militer
yang dirasakan kurang seimbang dengan tentara sekutu sehingga
menimbulkan jatuh korban yang cukup banyak, sipil mulai menggunakan
cara diplomasi sebagai bentuk antisipasi dalam berjuang untuk
Mohamad Ully Purwasatria, 2014
Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Tahun 1945-1948
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

93

mempertahankan kemerdekaan dengan bernegosiasi melalui adanya
perundingan-perundingan

sebagai

bentuk


perlawanan

yang

tidak

menimbulkan korban namun dari segi hasilnya harus merelakan
kehilangan wilayah Indonesia yang membuat kalangan militer merasa
kesal dengan hasil perjuangan dari sipil.

5.2 Saran
Dari hasil kajian mengenai Peranan Sukanda Bratamanggala dan Sewaka
di Bandung Utara dalam mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945-1948 ini
merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Indonesia pada periode Revolusi fisik
yang dimulai pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan dibacakannya proklamasi
kemerdekaan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Peristiwa yang terjadi di
Bandung Utara ini merupakan kajian yang diambil penulis dengan berdasarkan
keinginan karena mengkaji peristiwa Bandung tersebut secara wilayah dari
berbagai wilayah yang ada di Bandung rata-rata sudah dikaji dan di Bandung
Utara yang belum dikaji, maka penulis dalam bentuk skripsi.

Banyaknya kajian lokal yang belum sepenuhnya dikaji ini membuat rasa
penasaran penulis untuk menulis peristiwa lokal yang berkaitan dengan peristiwa
nasional pada revolusi fisik ini. selain itu, dengan skripsi mengenai kajian lokal
ini dengan hasil penelitian dan analisis dari penulis akan menjadi sumber ilmu
pengetahuan dan bahan bacaan untuk menambah literatur mengenai peristiwa
yang terjadi di Bandung khususnya di Bandung Utara bagi para pembacanya.
Dengan demikian generasi yang akan datang dapat mengambil manfaat dari hasil
kajian ini yang tentunya memuat perjuangan yang dialami oleh generasi yang
sebelumnya.

Mohamad Ully Purwasatria, 2014
Peranan Sukanda Bratamanggala Dan Sewaka Di Bandung Utara Dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Tahun 1945-1948
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu