BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang - Lismanto BAB I

BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

  kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial serta berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan (Pardede, 2002). Pada masa remaja, seorang anak perempuan akan mengalami pubertas yang ditandai dengan konsepsi yaitu

  menarche

  menstruasi. Sebelum terjadinya menstruasi, selama 7-10 hari seorang wanita akan mengalami gejala-gejala perubahan emosional maupun fisik atau yang sering disebut premenstrual syndrome dan akan mereda ketika menstruasi dimulai (Devi & Mazarina, 2009).

  Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama untuk remaja putri yang nantinya menjadi seorang wanita yang bertanggungjawab terhadap keturunannya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami (Widyaningsih, 2007).

  Survey pada tahun 1992 penelitian di Amerika Serikat menunjukan

  premenstrual syndrome dialami 50% wanita dengan sosial ekonomi menengah

  yang datang ke klinik genokologi. Selain itu sekitar 14% wanita antara usia 20- 50 tahun, mengalami sindrom premenstuasi yang sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya (Joseph & Nugroho, 2010).

  Dari penelitian di Asia Pasifik, diketahui bahwa di Jepang premenstrual

  

syndrome (PMS) dialami oleh 34% populasi perempuan dewasa. Peneltian di

  Hongkong premenstrual syndrome di alami oleh 17% populasi perempuan populasi perempuan dewasa. Penelitian di Australia dialami oleh 44% perempuan dewasa, di Indonesia belum dilakukan penilitian tentang hal ini (Elvira, 2010).

  Penelitian yang dilakukan di Indonesia terkait dengan premenstrual menyatakan hasil yang tidak terlalu berbeda. Suatu penelitian yang

  syndrome

  disponsori WHO tahun 2002 melaporkan 23% wanita Indonesia mengalami

  

premenstrual syndrome (Essel, 2007). Dilihat dari segi kuantitas, jumlah

  penduduk usia remaja 10-19 tahun di Indonesia sebesar 22,2% dari total penduduk Indonesia yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kurniawan, 2002).

  Tingginya masalah premenstrual syndrome pada remaja akan berdampak pada produktivitasnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala

  • –gejala fisik, psikologis dan emosional yang sering dialami atau dilaporkan adalah rasa kembung, pembengkakan dan nyeri payudara, ketegangan, depresi, mood yang berubah-ubah dan perasaan lepas kendali (Glasier, 2006).

  Prevalensi premenstrual syndrome cukup tinggi, yaitu terjadi pada sekitar 70-90% wanita pada usia subur dan lebih sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun. Wanita yang pernah melahirkan akan semakin beresiko lebih tinggi menderita premenstrual syndrome (Saryono, 2009).

  Premenstrual syndrome

  diperkirakan mempengaruhi 70-90% wanita yang masih mengalami menstruasi, dan satu dari 20 wanita menderita gejala berat dapat menyerang secara psikologis maupun fisik. Menurut beberapa literatur, di Jawa Tengah terdapat lebih dari 150 gejala berkaitan dengan premenstrual syndrome sehingga dapat timbul suatu kecemasan. Hal ini karena pada kondisi premenstrual syndrome, hormon estrogen dan progesteron tidak seimbang (Silvia, 2009).

  Berbagai gejala emosional yang paling umum dialami wanita saat pra- haid meliputi perasaan mudah tersinggung sebanyak 48% dan timbul suatu kecemasan ketika menghadapi premenstrual syndrome, kurang berenergi atau lemas 45%, dan mudah marah 39%. Gejala fisik yang paling umum dialami wanita meliputi kram atau nyeri perut 51%, nyeri sendi, otot atau punggung 49%, nyeri pada payudara 46%, dan perut kembung 43% (Hestiantoro, 2009).

  Aaromaterapi mempunyai efek positif karena diketahui bahwa aroma yang segar, harum merangsang sensori, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi. Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak. Sebagai contoh, bau yang menyenangkan akan menstimulasi

  

talamus untuk mengeluarkan enkafelin yang berfungsi sebagai penghilang rasa

  sakit alami dan menghasilkan perasaan tenang. Bau seperti melati,kenanga dan lavender dapat merangsang kerja endofrin pada kelenjar ptituari dan menghasilkan efek afrodisiak. Kelenjar ptituari juga melepaskan agen kimia ke adrenal (Jeannie, 2009).

  Hasil penelitian di dapatkan bahwa intensitas nyeri sebelum pemberian aromaterapi lavender adalah 4,80 dengan standar deviasi 2,530. Intensitas nyeri sesudah pemberian aromaterapi lavender 4,10 dengan standar deviasi 2,807. Terlihat nilai meanperbedaan rata-rata sebelum dan sesudah adalah 0,700. Hasil uji statistik didapatkan perbedaan yang signifikan karena nilai p = 0,001, p val ue < α (α = 0,05). Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender (Bangun, 2013).

  Kompres hangat dan aromateraphy merupakan cara untuk menurunkan nyeri dismenorea dengan cara kerja yang berbeda. Kompres hangat memberikan kehangatan yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar sedangkan aromaterapi merangsang relaksasi dengan bau yang dihirup oleh seseorang. Panas dari kompres yang langsung pada daerah yang sakit lebih cepat menurunkan rasa nyeri sedangkan aroma yang dihirup melalui proses pernafasan yang kemudian baru merangsang kinerja otak dan juga dipengaruhi oleh dalamnya pernafasan. Sehingga responden banyak yang mengalami penurunan nyeri dismenorea karena pemberian kompres hangat (Rahmawati, 2014).

  Peneliti melakukan pengambilan data awal dengan memberikan kuesioner untuk mengetahui kejadian premenstrual syndrome dengan menggunakan

  

Shortened Premenstrual Assessment Form dengan mengisi kuisoner tersebut

  68,90%, tidak mengalami sejumlah 18 mahasiswi atau 15,12% dan sisanya 19 tidak mengisi sebanyak 19 mahasiswi atau 15.66% dari jumlah 119 mahasiswi yang berada di asrama. Berdasarkan fenomena yang terjadi pada mahasiswi di asrama maka peneliti akan melakukan uji terhadap pengaruh aromaterapi terhadap penurunan gejala premenstrual syndrome yang terjadi pada mahasiswi di asrama Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah peneletian sebagai berikut: “apakah ada pengaruh aromaterapi terhadap penurunan gejala

  premenstrual syndrome pada mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

  Muhammadiyah Purwokerto 2014?” C.

   Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi terhadap penurunan gejala premenstrual syndrome.

  a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dan siklus menstruasi mahasiswi di asrama Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  b. Mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan gejala premenstrual syndrome pada mahasiswi di asrama Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Praktis Sebagai sumber informasi bagi masyarakat terutama wanita usia repoduktif yang mengalami premenstrual syndrome.

  2. Manfaat Teoritis

  a. Bagi peneliti sendiri, dapat menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang mengidentifikasi pengaruh aromaterapi dan terhadap penurunan gejala premenstrual syndrome.

  b. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pengaruh aromaterapi dan terhadap penurunan gejala premenstrual syndrome.

  c. Bagi profesi kesehatan secara luas, sebagai bahan kajian/ informasi dalam mengkaji, menganalisa, mendiagnosa dan memberikan d. Bagi wanita usia produktif, sebagai bahan masukan agar wanita dapat mengenal gejala-gejala premenstrual syndrome serta dapat menanggulanginya.

E. Penelitian Terkait

  1. Bangun dan Nur’aeni (2013). Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap

  Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Di Rumah Sakit Dustira Cimahi:

  Hasil penelitian didapatkan bahwa rerata intensitas nyeri sebelum pemberian aromaterapi lavender adalah 4,80 dengan standar deviasi 2,530. Intensitas nyeri sesudah pemberian aromaterapi lavender 4,10 dengan standar deviasi 2,807. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan bentuk rancangan one group pretest-posttest design selama Januari-April 2013 dengan sampel yang dipilih secara purposive sampling. Analisa data dengan uji paired t-test. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,001 berarti ada perbedaan intensitas nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender.

  Persaman penelitian ini adalah intervensi sama-sama menggunakan aromaterapi dengan perbedan jenis aromaterapi yang digunakan yaitu aromaterapi lavender pada pasien penderita premenstrual syndrome design dengan rancangan pretest-postest desain.

  2. Kristanti (2010) : Pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada Lansia di Panti Wredha St. Yoseph Kediri Metode: Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden

  (lebih dari 90%) di Panti Werda St Yoseph Kediri mengalami penurunan tingkat kecemasan setelah aromaterapi Lavender. Analisis statistik "t- Test" menggunakan SPSS 11.0 dengan α ≤ 0,05 menunjukkan pengaruh aromaterapi Lavender terhadap penurunan tingkat kecemasan lansia di Panti Werda St.Yoseph Kediri. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aromaterapi lavender mempengaruhi penurunan tingkat kecemasan lansia oleh karena itu dapat menimbulkan rasa santai dan kenyamanan. Kondisi membuat pikiran orang tua ini jelas untuk menghadapi stressor. Jika stressor diatasi dengan baik, itu akan menurunkan tingkat kecemasan lansia secara otomatis menjadi kecemasan ringan bahkan lebih tidak cemas sama sekali.

  Persaman penelitian ini adalah intervensi sama-sama menggunakan aromaterapi lavender dengan perbedan pada jenis aromaterapi yang digunakan untuk pasien penderita premenstrual syndrome yaitu menggunakn aromaterapi melati dengan menggunakan metode the one

  

group pretest-posttest design dengan rancangan pretest-postest desain.

  3. Rahmawati dan Ekawati (2014). Perbedaan pemberian kompres hangat siswi kelas XI SMA Negeri 1 Karangbinangun Lamongan.

  Salah satu tanda peralihan masa anak menjadi dewasa adalah adanya menstruasi pada remaja putri. Menstruasi sering kali menimbulkan ketidaknyamanan pada remaja putri, terutama akibat nyeri menstruasi disminore yang ditimbulkan. Tujuan penelitian ini adalah perbedaan pemberian kompres hangat dan aromatherapy terhadap penurunan nyeri menstruasi dismenore. Desain penelitian Pra-

  Eksperimen dengan menggunakan pendekatan One-Group Pra test-post test Design . Populasi Seluruh remaja putri kelas XI yang mengalami

  disminore di SMA N 1 Karangbinangun Lamongan sebanyak 80 siswi pada bulan Februari-Maret Tahun 2012. Teknik sampling Simple Random

  Sampling . Sample sebanyak 67 siswi SMA N 1 Karangbinangun

  Lamongan pada bulan Februari-Maret Tahun 2012, dengan 34 responden diberikan kompres hangat dan 33 responden diberikan aromatherapi.

  Instrumen penelitian thermometer air, lembar observasi dan lembar skala nyeri. Setelah ditabulasi data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon Test dengan tingkat kemaknaan

  α =0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan P=0,000 dimana P<0,05, sehingga H1 diterima, artinya terdapat perbedaan pemberian kompres hangat dan aromatherai terhadap penurunan nyeri menstruasi dismenore pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Karangbinangun. Rekomendasi dari penelitian ini maka penting bagi salah satu cara alternatif non farmakologis untuk mengurangi dismenore .

  Persaman penelitian ini adalah intervensi sama-sama menggunakan aromaterapi lavender dengan perbedan pada pasien penderita

  

premenstrual syndrome dengan menggunakan metode the one group

design dengan rancangan pretest-postest desain. pretest-posttest