BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Nyeri - GALUH DEWI HINDUN BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Nyeri

  1. Pengertian Nyeri Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).

  Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2007).

  Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Potter , 2012).

  2. Sifat Nyeri Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. ada empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Manuaba, 2008)

  3. Teori- Teori Nyeri

  a. Teori Spesivitas ( Specivicity Theory) Teori Spesivitas ini diperkenalkan oleh Descartes, teori ini menjelaskan bahwa nyeri berjalan dari resepror-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur neuroanatomik tertentu kepusat nyeri diotak (Andarmoyo, 2013). Teori spesivitas ini tidak menunjukkan karakteristik multidimensi dari nyeri, teori ini hanya melihat nyeri secara sederhana yakni paparan biologis tanpa melihat variasi dari efek psikologis individu (Prasetyo, 2010).

  b. Teori Pola (Pattern theory) Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider pada tahun 1989, teori ini menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari stimulasi reseprot yang menghasilkan pola dari implus saraf (Andarmoyo, 2013). Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neuralgia, teori pola ini bertujuan untuk menimbulkan rangsangan yang kuat yang mengakibatkan berkembangnya gaung secara terus menerus pada spinal cord sehingga saraf trasamisi nyeri bersifat hypersensitif yang mana rangsangan dengan intensitas rendah dapat mengahasilkan trasmisi nyeri (lewis, 1983 dalam Andarmoyo, 2013).

  c. Teori Pengontrol Nyeri (Theory Gate Control) Teori gate control dari Melzack dan Wall ( 1965) menyatakan bahwa implus nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat, dimana implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup (Andarmoyo, 2013).

  d. Endogenous Opiat Theory Teori ini di kembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh, substansi ini disebut endorphine (Andarmoyo, 2013). Endorphine mempengaruhi trasmisi implus yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine kemugkinan bertindak sebagai neurotrasmitter maupun neoromodulator yang menghambat trasmisi dari pesan nyeri (Andarmoyo, 2013).

  4. Klasifikasi Nyeri

  a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi 1) Nyeri Akut

  Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).

  Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010). 2) Nyeri kronik

  Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2007).

  b. Klasifikasi Nyeri Berdasrkan Asal 1) Nyeri Nosiseptif

  Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).

  Nyeri Nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).

  2) Nyeri neuropatik Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

  c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi 1) Supervicial atau kutaneus Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.

  Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.

  2) Viseral Dalam Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Contohnya sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung. 3) Nyeri Alih (Referred pain)

  Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

  4) Radiasi Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

  5. Pengukuran Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).

  Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007 dalam Andarmoyo, 2013)

  Beberapa skala intensitas nyeri :

  a. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

Gambar 1.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana

  Andarmoyo, S. (2013) Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objekti. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ” nyeri yang tidak tertahankan” (Andarmoyo, 2013).

  Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013).

  b. Skala Intensitas Nyeri Numerik

Gambar 1.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik

  Andarmoyo, S. (2013) Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013)

  c. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

Gambar 1.3 Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale

  Andarmoyo, S. (2013) Skala analog visual (Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013). d. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC Skor

  Kategori

  1

  2 Muka Tidak ada ekspresi atau Wajah Sering dahi senyuman tertentu, tidak cemberut, dahi tidak konstan, mencari perhatian. mengkerut, rahang menyendiri menegang, dagu gemetar

  

Kaki Tidak ada posisi atau Gelisah, resah Menendang

  rileks. dan menegang

  Aktivitas Berbaring, posisi Menggeliat, Menekuk, kaku

  normal, mudah menaikkan atau bergerak. punggung dan menghentak maju, menegang.

  Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis keras,

  merengek, sedu sedan, kadang-kadang sering mengeluh mengeluh.

  Hiburan Rileks. Kadang-kadang Kesulitan untuk

  hati tentram menghibur atau dengan kenyamanan sentuhan, memeluk, berbicara untuk mengalihkan perhatian.

  Total Skor 0-10

Tabel 2.1 Skala Intensitas Nyeri dari FLACC

  Andarmoyo, S. (2013) Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat melaporkan nyerinya (Judha, 2012). Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik yaitu: 1. 0 : Tidak Nyeri 2. 1-2 : Nyeri Ringan 3. 3-5 : Nyeri Sedang 4. 6-7 : Nyeri Berat 5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012).

  6. Manajemen penatalaksanaan nyeri

  a. Manajemen Non Farmakologi Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tidakan menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi. Dalam melakukan intervensi keperawatan/kebidanan, manajemen non farmakologi merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien (Sulistyo, 2013).

  b. Manajemen Farmakologi Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang mengunakan obat- obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini memerlukan instruksi dari medis. Ada beberapa strategi menggunakan pendekatan farmakologis dengan manajemen nyeri persalinan dengan penggunaan analgesia maupun anastesi (Sulistyo, 2013).

B. Kehamilan

  1. Pengertian Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2008).

  Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).

  2. Tanda dan gejala Tanda-tanda dugaan hamil yaitu : untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan, yaitu sebagai berikut :

  a. Tanda Dugaan Kehamilan 1). Amenorea

  Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang menyebabkan tidak terjadi pembentukan Folikel de graff dan ovulasi . Hal ini menyebabkan terjadinya amenorea pada seorang wanita yang sedang hamil. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan perhitungan Neagle dapat ditentukan hari perkiraan lahir (HPL) yaitu dengan menambah tujuh pada hari, mengurangi tiga pada bulan, dan menambah satu pada tahun.

  2). Mual dan Muntah Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan Muntah pada pagi hari disebut

  morning sickness .

  3). Ngidam Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.

  4). Sinkope atau pingsan Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.

  5). Payudara Tegang Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.

  6). Sering Miksi (Sering BAK) Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.

  7). Konstipasi atau Obstipasi Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar

  8). Pigmentasi Kulit Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma gravidarum). Pada dinding perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra semakin menghitam.

  9). Epulis Hipertrofi gusi yang disebut epuils, dapat terjadi saat kehamilan.

  10). Varices Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. (Manuaba, 2010).

  3. Komplikasi pada kehamilan Komplikasi dalam kehamilan antara lain :

  a. Abortus Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan ( oleh akibat-akibat tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu.

  b. Anemia Kehamilan Anemia Kehamilan adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin Hb) dibawah nilai normal.

  c. Hyperemesis Gravidarum

  Hyperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil.

  d. Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplementasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.

C. Abortus

  1. Pengertian Abortus Istilah Abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Manuaba, 2008).

  2. Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan :

  a. Abortus Spontan Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi menjadi : 1) Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana 27 hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. 2) Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. 3) Abortus Inkomplete adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus. 4) Abortus Komplete adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri.

  5) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih berturut-turut.

  6) Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

  7) Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran yang disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2008).

  b. Abortus Provokatus (Induced Abortion) Mendefinisikan Abortus Provokatus merupakan Abortus yang disengaja baik dengan memakai obat obatan atau memakai alat. Abortus ini terbagi menjadi : 1) Abortus Medisinalis ialah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.

  2) Abortus Kriminalis ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional (Manuaba, 2007).

D. Konsep Abortus Incomplete

1. Pengertian Abortus Incomplete

  Abortus incomplete adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih

  tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009).

  Abortus incomplete adalah Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan

  sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina servikalis terbuka dan jaringan dapat di raba dalam kafum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin di keluarkan, dapat menyebabkan shok (ika pantikawati, 2010).

  Abortus incomplete adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

  kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Khumaira, 2012).

  Abortus incomplete merupakan perdarahan pada kehamilan muda dimana

  sebagian ari hasil konsepsi telah keluar dari vakum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Rukiyah,dkk,2010).

  Abortus incomplete ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

  kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus ( Wiknjosastro A, 2007).

  2. Etiologi

  Abortus Inkomplete dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

  a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena : 1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom 2) Faktor lingkungan endometrium 3) Pengaruh luar

  a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

  b. Kelainan Pada Plasenta

  c. Penyakit Ibu d. Kelainan yang terdapat dalam rahim (Manuaba, 2010).

  3. Tanda dan Gejala

  a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut: 1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis 3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat 4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi 5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).

  4. Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian yaitu : genetalia eksternal dan genetalia internal.

  Gambar 1. 4 : Organ Reproduksi eksternal pada wanita Joseph HK dan Nugroho. (2011)

  a. Organ genitalia eksternal pada wanita meliputi: 1) Mons pubis

  Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis. 2) Labia mayora

  Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah.

  3) Labia minora Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu dengan fourchette.

  4) Klitoris Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus pubis.

  5) Prepusium klitoris Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial dan lateral.

  6) Vestibulum Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). 7) Fourchette

  Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina.

  8) Perineum Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

  b. organ genitalia internal pada wanita meliputi: Gambar 1.5 : Organ Reproduksi internal pada wanita.

  Joseph HK dan Nugroho. (2011) 1) Ovarium

  Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii.

  2) Tuba Fallopii Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.

  3) Uterus Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat.

  Dinding uterus Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.

  a) Endometrium, yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium. selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berakahir, tebal endometrium 0,5 mm.Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.

  b) Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik).

  4) Vagina Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai serviks.( Manuaba,2007).

  5. Pathofisiologi abortus incomplete Awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

  Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya.

  Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.

  Apabila janin yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi sedikit gepeng.

  Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.

  Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Khumaira, 2012).

  Pathway

   Mk 2: Ansietas

  Gangguan rasa nyaman

  Nyeri Abdomen

  Mk 5 :Resiko Kekurangan volume cairan

  Perdarahan Resiko syok hipovolemik

  Mk 1 : Nyeri Akut Mk 3:Resiko Infeksi

  Jaringan terputus/terbuka

  Curretage

Tabel 2.2 Pathway Post Abortus Inkomplete

  Abortus Inkomplete Pre Curretage Post Curretage

  4. Kelainan yang terdapat pada rahim Abortus ( mati janin, BB = 400- 1000gr)

  3. Penyakit Ibu

  2. Kelainan Pada Plasenta

  1. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

  Nurarif dan Hardhi, (2015)

  MK 4 :Intoleransi aktifitas

  6. Penatalaksanaan abortus incomplete Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase (Prawirohardjo, 2010).

  a. Penatalaksanaan keperawatan : 1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda- tanda vital.

  2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).

  3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.

  b. Penanganan medis Abortus Inkomplit 1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi

  (perdarahan hebat, syok dan sepsis) 2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan: a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia.

  7. Konsep asuhan keperawatan

  a. Pengkajian Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

  Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.

  Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginan berulang Riwayat kesehatan , yang terdiri atas : 1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam diluar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

  2) Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

  Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya

  Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

  b. Pemeriksaan fisik, meliputi : Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

  Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

  Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

  Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

  Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya (Khumaira,2012 )

E. Konsep Curretage

1. Pengertian Curretage

  Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam

  rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Nugroho, Taufan,2010 ).

  2. Tujuan Curretage Menurut Nugroho, Taufan (2010) , tujuan kuret ada dua.Yaitu :

  a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.

  b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja.

  3. Etiologi Curretage Hal-hal yang menyebabkan kuret harus dilakukan adalah sebagai berikut : a . Usia ibu yang lanjut b. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik

  c. Riwayat infertilitas

  d. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan

  e. Berbagai macam infeksi f. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (Prawirohardjo, 2010).

  4. Persiapan Sebelum Kuretase :

  a. Konseling pra tindakan : 1) Memberi informed consent.

  2) Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita. 3) Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan: garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan.

  4) Memeriksa keadaan umum pasien,bila memungkinkan pasien dipuasakan (Prawirohardjo, 2010)

  5. Persiapan Tindakan : a. Menyiapkan pasien.

  b. Mengosongkan kandung kemih.

  c. Membersihkan genetalia eksterna.

  d. Membantu pasien naik ke meja ginek.

  e. Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan paru

  • – paru dan sebagainya.

  f. Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis.

  g. Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan ketalar.

  h. Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari ruangan. i. Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya.

  Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal

  6. Post Curretage Hal-hal yang perlu dilakukan: a. Mengukur tekanan darah, sebelum dan sesudah tindakan.

  b. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih kembali

c. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan .

F. Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa post curretage

  Menurut Wilkinson & Atern ( 2012) dan Reader ( 2011), diagnosa yang muncul pada periode post curretage meliputi : a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik

  b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

  c. Resiko infeksi

  d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum Intervensi

  a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil

  Pain control (NOC)  Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan management nyeri  Mampu mengenali nyeri ( skala,intensitas,frekuensi dan tanda nyeri)

  Pain management (NIC)

   Mampu mengontrol nyeri secara komprehensif  Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri.

  b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas teratasi,

  Anxiety Control (NOC)

  Kriteria Hasil:  Klien mampu mengidentifikasikan dan mengungkapkan gejala cemas  Mengidentifikasikan, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas  Vital sign dalam batas normal  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

  Anxiety Reduction (NIC)

   Gunakan pendekatan yang menyenangkan  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur  Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

  Coping enchancement (NIC)

   Jelaskan semua tes dan pengobatan pasa pasien dan keluarga  Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan,  Persepsi dan rasa cemasnya

  c. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawtaan diharapkan tidak ada infeksi dengan kriteria hasil :

  Risk Control (NOC)

   Klien bebas dari gejala infeksi  Mendiskripsikan proses menular penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan secara penatalaksanaannya  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi  Menunjukkan perilaku hidup sehat

  Infection Control (NIC)

   Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain  Pertahankan tehnik isolasi  Batasi Pengunjung

   instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien  Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan  Gunakan sarung tangan sebagai alat pelindung

  d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat bergerak tanpa bantuan orang lain, dengan kriteria hasil : Intervensi : Energy convervation (NOC)

   Mampu melakukan aktifitas sehari(ADLs) secara mandiri  Tanda vital dalam batas normal  Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan orang lain.

  Activity therapy (NIC)

   Kolaborasi dengan tenaga rehabiltas medik dalam merencanakan program terapi  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan  Bantu klien untuk memilih 2 aktivitas konsisten yang sesuai dengan program kemampuan fisik, psikologi dan sosial.

   Bantu untuk mengidentifikasi dan menetapkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan e. Defisit Volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi, dengan kriteria hasil: intervensi :

  NOC :

   Fluid Balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid Intake

  NIC : Fluid Manangement

   Pertahankan catatan intake dan output yang akurat  Monitor status hidrasi  Monitor tandaa vital  Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan