Isti Setyo Utari BAB II

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN

  1. Definisi Menurut federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di definisikan sebagai

  fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

  dan dilanjutkan dengan

  nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

  waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27 ), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga 40). ( Prawirohardjo : 2009:hal 213)

  2. Proses terbentuknya janin dalam kehamilan.

  a. Konsepsi Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma

  sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan.

  Konsepsi ini dapat

  terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut:

  1. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.

2. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.

  3. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.

  4. Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai, melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya membuahi

  ovum.

  Agar terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan sebelum tepat dihari wanita ovulasi karena sperma dapat hidup tiga hari di dalam vagina. Sedangkan ovum hanya bertahan 12-24 jam setelah dikeluarkan dari ovarium(ovulasi). (sulistyawati:2009: hal 35)

  7

b. Fertilisasi

  Merupakan kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma bertemu dengan ovum. Terjadi penyatuan sperma dengan ovum, sampai terjadi perubahan fisik dan kimiawi

  ovum-sperma hingga menjadi

  buah kehamilan. (sulistyawati:2009: hal 36)

  c. Implantasi (Nidasi) Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi

  kedalam

  endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu sampai

  disebut

  trofoblast, yang mampu menghancurkan atau mencairkan

  jaringan. Ketika

  blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam fase sekresi. Jaringan endometrium ini

  banyak mengandung nutrisi untuk buah kehamilan. (sulistyawati:2009: hal 37) 3. Diagnosa kehamilan.

  Untuk bisa melihat kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil,antara lain : a. Tanda pasti

  Seseorang yang dinyatakan positif hamil ditandai dengan : 1) Terlihatnya

  embrio atau kantong kehamilan melalui USG pada 4-6 minggu sesudah pembuahan.

  2) Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu.didengar dengan stetoskop leanec,alat kardiotokografi,alat dopler, atau dilihat dengan ultrasonografi. 3) Terasa gerak janin dalam rahim pada primi gravida bisa dirasakan ketika kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan pada multigravida di usia 16 minggu. Teraba gerakan janin dan bagian-bagian janin. 4)

  Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin.(Arsinah, dkk : 2010: hal 78) b. Tidak pasti

  Ada beberapa tanda dan gejala kehamilan yang dialami seorang perempuan tetapi blm tentu hamil. 1)

  Amenore (tidak adanya menstruasi )

  2) Mual dipagi hari (tanpa muntah ) terjadi pada usia 2-8 minggu setelah pembuahan.

  3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu )

  4) Pingsan

  5)

  Mamae menjadi tegang dan membesar

  6)

  Anoreksia (tidak nafsu makan ) 7) Konstipasi dan obstipasi

  8) Pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan 12 minggu keatas. 9)

  Varises. (Asrinah,dkk : 2010:hal 78-81)

  c. Tanda Mungkin hamil Tanda-tanda yang memungkinkan seorang perempuan hamil adalah :

  1) Rahim membesar : sesuai dengan tuanya kehamilan.

  2) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. (Asrinah,dkk : 2010: hal 81)

  4. Kunjungan Ulang ( Antenatal Care) Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

  a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama ( sebelum 14 minggu)

  b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua ( antara minggu 14-28 )

  c. Satu kali kunjungan selama trimester ketiga ( antara minggu ke 28-36 dan sesudah minggu ke 36 ). (saiffudin:2010: hal N-2) Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan teratur. Bila kehamilan berjalan normal maka, jumlah kunjungan cukup 4x yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3. Tindakan ini memberi peluang yang lebih besar bagi petugas kesehatan untuk mengenali secara dini berbagai penyulit atau gangguan kesehatan pada ibu hamil. Selain itu, upaya memberdayakan ibu hamil tentang proses kehamilan dan permasalahannya tersedia cukup waktu untuk melaksanakan pendidikan kesehatan sebaiknya dilakukan pencatatan sebagai berikut : a. Keluhan yang di rasakan oleh ibu hamil.

  b. Hasil pemeriksaan setiap kunjungan : 1) Umum

  a) Tekanan darah b) Respirasi

  c) Nadi

  d) Temperatur tubuh 2) Abdomen

  a) Tinggi fundus uteri

  b) Letak janin (setelah 34 minggu )

  c) Presentasi janin d) Denyut jantung janin. 3) Pemeriksaan tambahan

  a) Proteinuria

  b) Glukosuria

  c)

  Keton ( Asrinah dkk : 2010:hal 113-114 )

  5. Standar pelayanan antenatal (10 T)

  a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

  b. Ukur Tekanan darah

  c. Ukur Lingkar lengan atas

  d. Ukur Tinggi fundus uteri

  e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ)

  f. Skrining Status imunisasi TT dan berikan Imunisasi TT bila diperlukan.

  g. Berikan Tablet tambah darah

  h. Periksa Laboratorium i. Tata Laksana penanganan kasus. j. Temu wicara ( konseling)

  (lukas C Hermawan M.kes:2010:hal 8-13)

  6. Komplikasi Kehamilan

  a. Kehamilan muda

1) Abortus

a) Abbortus imminens

  Sering juga disebut keguguran membakat dan akan terjadi jika ditemukan perdarahan pada kehamilan muda, namun pada tes kehamilan masing menunjukan hasil yang positif. Dalam kasus ini keluarnya janin masih dapat dicegah dengan memberikan terapi hormonal dan antipasmodik serta istirahat. Jika setelah beberapa minggu perdarahan masih ditemukan dan dalam dua kali tes kehamilan menunjukan hasil yang negative, maka harus dilakukan kuretase karena hal tersebut menandakan

  abortus sudah terjadi.

  ( sulistyawati:2009: hal 149)

  b) Abbortus insipiens ( keguguran sedang berlangsung)

  Abbortus insipiens terjadi apabila ditemukan adanya

  perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan membukanya

  ostium uteri dan terabanya selaput ketuban.

  Penanganannya sama dengan abortus inkomplitus. ( sulistyawati:2009: hal 149)

  c)

  Abortus habitualis ( Keguguran berulang)

  Pasien ternasuk dalam

  abortus tipe ini jika telah

  mengalami keguguran berturut-turut selama lebih dari tiga kali. ( sulistyawati: 2009: hal 149) d)

  Abbortus inkomplitus ( keguguran bersisa)

  Tanda pasien dalam kondisi ini adalah jika terjadi perdarahan pervagina disertai pengeluaran janin tanpa disertai desidua dan selaput plasenta. Gejala yang menyertai adalah

  

amenore, sait perut karena kontraksi, perdarahan yang keluar

  bisa banyak atau sedikit. Pada pemeriksaan dalam ditemui

  

ostium yang terbuka dan kadang masih teraba jaringan, serta

ukuran uterus yang lebih kecil dari usia kehamilannya.

  Jika terdapat tanda-tanda syok maka atasi terlebih dahulu dengan pemberian transfusi darah dan cairan. Kemudian keluarkan jaringan secepatnya dengan metode digital (menggunakan dua jari) atau kuretase. Dan selanjutnya berikan obat-obatan uterotonika dan antibiotik. ( sulistyawati:2009: hal 150)

  e)

  Abbortus komplete ( keguguran lengkap )

  Pada

  abortus jenis ini akan ditemukan pasien dengan

  perdarahan pervaginam disertai dengan pengeluaran seluruh hasil konsepsi (

  janin dan desidua) sehingga rahim kosong.

  ( sulistyawati:2009: hal 150)

  2) Kehamilan Mola Disebut kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion

  (sulistyawati:2009:hal 150) Pengelolaan

  Facum curet dilanjutkan dengan kuret menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul.

  Fakum curetase untuk memberbaiki kontraksi diberikan uterotonika.

  2. Pengeluaran jaringan mola da 2 cara yaitu : a.

  1. Perbaikan keadaan umum Pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklamsi atau tirotoksikosis.

  berikut ini :

  mola hidatidosa dapat terdiri atas empat tahap

  e) Muka dan terkadang badan kelihatan lebih pucat atau kekuning-kuningan, yang disebut mola face.

  

(korionich filly) yang tumbuh berganda berupa gelembung-

  diagnosis pasti namun jaringan mola ini tidak selalu ditemukan.

  mola seperti (anggur) yang merupakan

  d) Keluar jaringan

  b) Kadang kala ada tanda teksemia gravidarum(pusing, gangguan penglihatan, tekanan darah tinggi) c) Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, warna tenguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak tidak teratur, pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.

  Pasien dengan kehamilan jenis ini akan memiliki tanda dan gejala sebagai berikut : a) Terdapat gejala-gejala kehamilan muda yang lebih nyata dari kehamilan normal misalnya mual muntah yang berlebihan.

  neuplasma trofoblas yang jinak (beenigna).

  gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Ini merupakan bentuk

  Tindakan kuret cukup dilakukan satu kali saja, asal bersih. b. Histerektomi, tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batsan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup 3. (prawiroharjo 2010: hal 489-490)

3) Ektopik

  b) Pada KET jika terjadi

  e) Tanda-tanda akut nyeri abdomen antara lain nyeri lain nyeri tekan, muntah gelisah anmenis pada pemeriksaan tanda vital didapatkan denyut nadi yang kecil dan halus, serta tekanan darah yang rendah sampai tidak terukur. Penanganan KET adalah : (1) Setelah diagnosis ditegakan segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat. (2) Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus segera dihentikan.

  d) Perasaan nyeri dan sakit dan tiba-tiba diperut seperti iris-iris dengan pisau disertai dengan muntah dan bisa sampai jatuh pingsan.

  ruptur tuba maka akan lebih hebat dan dapat membahayakan jiwa ibu.

  c) Namun bila terjadi

  terlalu berat. Hanya ada rasa sakit diperut dan pengeluaran darah pervaginam.

  abortus tuba, maka kemungkinan tidak

  Dinamakan kehamilan

  ektopik jika kehamilan dengan hasil

  a) Pada anamnesa ditemukan tanda dan gejala

  gejala klinis yang biasa ditemui adalah :

  tuba. Diagnosa dan gejala-

  akan meningkat menjadi kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada usia kehamilan lebih dari 10 minggu, sebagian besar KET terjadi pada kehamilan yang terletak di

  endometrium uterus. Keadaan ini

  konsepsi tidak berada di dalam

  amenore serta keluhan hamil muda dan gejala hamil lainnya.

  (3) Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan RL 500 ml dalam 15 menit pertama atau

  2L dalam 2 jam pertama. (4) Tindakan pada tuba parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi.

  (5) Memberikan terapi pasca tindakan ketoprofen 100 mg, secara supositoria, tramadol 200 ml IV, petidhin 50mg IV.

  (Sarwonoprawiroharjo 2009: hal 155)

4) Hiperemesis gravidarum

  Adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehri-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan. Faktor-faktor yang dapat menimbulakn

  hiperemesis adalah

  sebagai berikut :

  a) Adanya faktor alergi

  b) Adanya faktor

  predisposisi,

  seperti primigravida dan

  overdistensi rahim

  c) Adanya faktor sikologis psikologis, seperti ketidak harmonisan dalam rumah tangga, kehamilan yang tidak diinginkan atau ketidakpastian mempunyai anak (sulistyawati, 2009, hal; 153). Penangannya adalah sebagai berikut (1) Isolasi dan pengobatan psikologis dengan melakukan isolasi diruangan sudah dapat meringankan wanita hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga

  (2) Pemberian cairan pengganti dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti, sehingga keadaan dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa 5-10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai sumber energi. (3) Obat yang di berikan antara lain sedatife ringan, anti alergi, obat anti mual muntah, dan vitamin. (Manuaba, 2010, hal;

  231-232) B. Komplikasi pada Kehamilan lanjut Perdarahan pervaginam

1. Plasenta previa

  Adalah keadaan dimana

  plasenta berimplantasi pada tempat

  abnormal, Yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Diagnosa dan gambaran klinis :

  a. Keluhan utama pasien ketika datang ke fasilitas kesehatan biasanya karena ada perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (Trimester III)

  b. Sifat perdarahannya akan tersebar, tanpa nyeri dan berulang kadang terjadi pada bangun tidur di pagi hari, tanpa disadari tempat tidur sudah penuh dengan darah. Banyak sedikitnya darah yang keluar tergantung pada seberapa besar bagian plasenta yang lepas dan pembuluh darah yang putus oleh pelepasan plasenta.

  c. Janin sering dalam keadaa belum cukup bulan sehingga TFU masih rendah.

  d. Sering dijumpai kesalahan letak janin, sungsang dan lintang.

  e. Bagian terbawah janin belum turun jika presentasi kepala biasanya masih dapat di goyangkan.

  f. Pada pemeriksaan USG terlihat letak

  plasenta di segmen bawah

  rahim. (Sulistyawati, 2009 hal; 157) Penanganan

  plasenta previa

  1) Konservatif bila : kehamilan kurang 37 minggu, perdarahan tidak ada atau tidak banyak, Hb masih dalam batas normal. ( Icesmi sukarni : 2013 : hal 162) 2) Penanganan aktif bila usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat meyelamatkan ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian

  3) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut 4) Bidan melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup dalam melakukan rujukan pernderita plasenta previa sebaiknya di lengkapi dengan pemasangan infus intuk mengimbangi perdarahan. (Manuaba, 2010, hal; 250-251)

2. Solusio plasenta

  Adalah suatu keadaan di mana plasenta yang letaknya normal terlepas sebagian atau seluruhnya sebelum janin lahir, biasanya di hitu sejak umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Diagnosa dan gambaran klinis

  a. Perasaan sakit tiba-tiba di perut terkadang pasien dapat melokalisasi tempat sakit yang tepat dengan tempat terlepasnya plasenta b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat sedikit dan atau sekonyong-konyong (jika solusio plasenta parsialis) atau perdarahan yang tidak banyak (solusio plasenta totalis)

  c. Pergerakan janin yang hebat kemudian melemah sampai denga tidak bergerak, kepala terasa pusing, lemes, mual muntah, pandangan mata kunang-kunang ibu keliatan anemis, tetapi tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar, keliatan darah keluar pervginam.

  d.

  Fundus uteri bertambah naik karena terbentuknya hematoma retroplasenter.

  e.

  Uterus teraba tegang dan keras seperti papan

  f. Auskultasi sulit karena

  uterus tegang bila terdengar biasanya frekuensi diatas 140x/menit.

  g. Pada pemeriksaan darah di dapati kadar HB yang menurun.

  (sulistyawati : 2009 : hal 158-160) Penatalaksanaan Solusio Plasenta a. Transfusi darah segar.

  b. Jika terjadi perdarahan hebat, lakukan persalinan segera.

  1) Pembukaan serviks lengkap, persalinan dengan ektraksi vakum. 2) Pembukaan serviks belum lengkap, persalinan dengan SC.

  c. Jika perdarahan ringan atau sedang, tindakan bergantung pada DJJ.

  1) DJJ normal atau tidak terdengar pecahkan dengan koher.

  a) Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin. b) Jika serviks kenyal, tebal dan tertutup lakukan seksio sesaria. 2) DJJ abnormal ( kurang dari 100 atau lebih dari 180 permenit a) Lakukan persalinan segera.

  b) Jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan, akhiri persalinan dengan seksio sesaria. ( saiffudin : 2010 : hal M-23)

3. Preeklamsi dan Eklamsi

  Kejadian

  preeklamsi bervariasi pada setiap daerah. Dijumpai berbagai

  faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah jumlah

  gravida, terutama

primigravida muda, distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil kembar,

mola hidatidosa. Penyakit yang menyertai kehamilan : diabetes militus,

kegemukan, jumlah usia ibu lebih dari 35 tahun.

  Gambaran klinis

  preeklamsi mulai dengan kenaikan berat badan

  diikuti

  edema kaki atau tangan, peningkatan tekanan darah, dan terakhir

  terjadi kenaikan

  proteinuria. Pada preeklamsi ringan, gejala subjektif

  belum dijumpai, tetapi pada

  preeklamsi berat diikuti dengan keluhan

  subyektif berupa sakit kepala terutama daerah frontalis, terdapat mual sampai muntah, gangguan mata, penglihatan menjadi kabur, gangguan pernapasan sampai

  sianosis, terjadi gangguan kesadaran. Dengan

  pengeluaran

  proteinuria, keadaan penyakit semakin berat karena terjadi

  gangguan fungsi ginjal.(manuaba : 2010 : hal 264)

  a. Preeklamsi Preeklamsi adalah suatu sindrom spesifik kehamilan dengan

  menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya

  vasospasme pembuluh darah.

  Diagnosa

  preeklamsi ringan ditegakkan berdasarkan berdasarkan

  atas timbulnya

  hipertensi disertai proteinuria dan atau oedema setelah

  kehamilan 20 minggu, 140/90 mMhg,

  proteinuria +1, dan edema pada ekstremitas, muka, dan perut.

b. Preeklamsi berat

  Ialah

  preeklamsi dengan tekanan darah sistolik >160 mmHg dan

  tekanan siastolik > 110 mmHg disertai proteinuria +4. Dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan mata kabur.( prawiroharjo : 2010: hal 542-547)

  c. Eklamsia

  Merupakan kasus akut pada penderita

  preeklamsia, yang disertai

  dengan kejang menyeluruh atau koma. Sama halnya dengan preeklamsi, eklamsi dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum.

  Eklamsia post partum biasanya hanya terjadi 24 jam pertama setelah

  persalinan. ( prawiroharjo : 2010: hal 542-547)

  7. TFU menurut Penambahan per Tiga Jari Tabel. 1.1 Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU) (Minggu)

  

12 3 jari daiatas simpisis

  16 Pertengahan pusat-simfisis

20 3 jari dibawah simpisis

  24 Setinggi Pusat 28 3 jari diatas pusat

  32 Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus(px) 36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus(px)

  40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus(px)

  ( sulistyawati 2009: hal 60)

  8. Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil

  a. Uterus

  Selama kehamilan,

  uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

  melindungi hasil

  konsepsi ( janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

  bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil,

  uterus mempunyai berat 70gr dengan

  kapasitas 10ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 51 bahkan dapat mencapai 20 L atau lebih dengan berat rata-rata 1100gr. (Prawiroharjo .2009. hal 175)

  b. Serviks

  Satu bulan setelah konsepsi, serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan varkularisasi dan terjadi oedema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya

  

hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks, berbeda

kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10-15% otot polos.

  Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen

  yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang bertanggung jawab menjaga janin didalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama persalinan. (Prawiroharjo .2009. hal 177)

  c. Ovarium

  Proses

  ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat

  ditemukan di

  ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal 6-7 minggu

  awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesteron dalam jumlah yang relatif minimal. (Prawiroharjo .2009.

hal 178)

  d. Vagina dan perinium

  Selama kehamilan peningkatan

  vaskularisasi dan hiperemia

  terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di

  perinium dan vulva, sehingga

  pada

  vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan

  tanda

  chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan

  hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

  Dinding

  vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan

  persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan

  mukosa, mengendornya jaringan

  ikat,

  hipertrofi sel otot polos. (Prawiroharjo .2009. hal 178)

  e. Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama

  striae

gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu sering kali ditemui garis perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. ( prawiroharjo:2009:hal 179) f. Payudara

  Pada awal kehamilan, perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan berubah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan terlihat. Puting pada payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut

  kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang

  mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh

  prolaktin inhibiting hormon. ( prawiroharjo:2009:hal 179)

  9. Tanda bahaya dalam kehamilan Deteksi dini gejala dan tanda bahaya dalam kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan atau keselamatan ibu hamil.

  a) Perdarahan Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.

b) Nyeri hebat didaerah abdominal

  Bila hal tersebut terjadi pada kehamilan trimester dua atau ketiga dan disertai dengan beberapa riwayat atau tanda tertentu, mengarah pada solusio plasenta.

  c) Sakit kepala yang hebat Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan,dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.Sakit kepala yang menunjukan kemungkinan masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan hanya beristirahat.

  d) Masalah penglihatan Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu bisa berubah selama kehamilan. Misalnya pandangan kabur atau berbayang. e) Bengkak pada muka atau tangan Hampir separuh dari ibu hamil akan mengalami bengkak normal pada kaki. Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius bila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik lain.

  f) Bayi kurang bergerak seperti biasa Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke lima atau ke enam, beberapa ibu bahkan mampu merasakan gerakkan bayinya lebih awal.(arsinah : 2010: hal 114-116)

  b. Minum cairan dingin atau hangat terutama saat perut kosong.

  a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar.

  b. Tingkatkan asupan cairan.

  c. Mandi secara teratur.

  6. Sembelit.

  Trimester II dan III.

  a. Tingkatkan diet asupan cairan.

  c. Istirahat cukup.

  c. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur.

  d. Senam hamil.

  e. Membiasakan buang air besar secara teratur.

  f. Buang air besar segera setelah ada dorongan.

  7. Kram pada kaki.

  Setelah usia kehamilan

  24

  5. Keringat bertambah secara berlahan akan meningkat sampai akhir kehamilan.

  b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun yang mudah menyerap.

  10. Ketidaknyamanan dan cara mengatasi

  Batasi minum kopi teh dan soda.

Tabel 1.2 No Ketidaknyamanan Cara mengatasi

  1. Sering buang air kecil Trimester I dan 3 a. Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing.

  b.

  Perbanyak minum saat siang hari.

  c. Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia,kecuali jika nokturia sangat menggangu tidur dimalam hari.

  d.

  e. Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran kemih dengan menjaga posisi tidur, yaitu berbaring miring kiri dan kaki di tinggikan untuk mencegah diuresis.

  a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari.

  2. Hemoroid a. Hindari konstipasi.

  b. Makan makanan yang berserat dan banyak minum.

  c. Gunakan kompres es atau air hangat.

  d. Secara perlahan masukan kembali anus setiap selesai BAB

  4. Keputihan.

  Terjadi di trimester I,II,III.

  a. Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfornya tinggi ). minggu.

  b. Latihan dorsofleksi pada kaki dan menggerakkan otot kaki yang kena.

  1. Definisi Persalinan adalah proses pengeluaran hasil

  Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman setelah persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan,

  serviks. ( JNPK-KR 2008 hal; 39)

  perubahan

  inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan

  dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum

  serviks (membuka

  berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada

  (inpartu) sejak uterus

  Persalinan adalah dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai

  melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.(Sulistyawati : 2010 hal 4)

  konsepsi (janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

  C. PERSALINAN

  c. Gunakan penghangat untuk otot.

  (Asrinah dkk : 2010: hal 114-115)

  a. Jelaskan bahwa hal ini normal pada kehamilan.

  10. Berdebar debar ( palpasi jantung ) Mulai akhir trimester I.

  c. Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik napas panjang.

  b. Dorongan agar secara sengaja mengatur laju dalamnya pernapasan pada kecepatan normal yang terjadi.

  a. Jelaskan penyebab fisiologisnya.

  Trimester II dan III.

  9. Napas sesak.

  b. Jelaskan tentang bahaya makanan yang tidak bisa diterima, mencakup gizi yang diperlukan serta memuaskan rasa mengidam atau kesukaan menurut kultur.

  a. Tidak perlu dikhawatirkan selama diet memenuhi kebutuhan.

  8. Mengiam (pika) Trimester I.

  hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. ( Prawirohardjo, 2010:hal.334)

  Proses tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada letak posisi belakang kepala dan berlangsung tanpa alat-alat atau pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya broses ini berlangsung kurang dari 24 jam. (Sondakh:2013: hal 1)

  2. Mendiagnosis persalinan Persalinan dapat dicurigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu, pasien merasakan adanya nyeri

  abdomen berulang disertai dengan

  keluarnya lendir darah. Adapun yang harus diperhatikan adalah perubahan

  serviks dan kontraksi yang cukup.

  a. Perubahan serviks

  Kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika serviks secara progresif menipis dan membuka.

  b. Kontraksi adekuat

  Kontraksi dianggap adekuat apabila : 1) Terjadi teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit dan setiap kontraksi sedikitnya 40 detik.

  2)

  Uterus mengeras selama kontraksi, tandanya adalah tidak bisa menekan uterus dengan jari.

  Sangat sulit membedakan antara persalinan sesungguhnya dan persalinan semu. Ingat, indikator persalinan sesungguhnya ditandai dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. (sulistyawati:2010.hal:10)

  3. Sebab mulainya persalinan Perlu diketahui bahwa selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat dua hormon yaitu esterogen dan progesteron. Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum diketahui benar , yang ada hanya berupa teori

  • – teori yang kompleks antara lain karena faktor-faktor hormon , struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.( sulistyawati :2010.hal:4)

  a. Teori Penurunan Hormon Saat 1-2 minggu sebelum proses persalinan dimulai, terjadi penurunan kadar esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah. ( sulistyawati:2010.hal:5)

  b. Teori plasenta menjadi tua Seiring matangnya usia kehamilan,

  villi choriallis dalam plasenta

  mengalami beberapa perubahan. Hal ini menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron yang menyebabkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus. ( sulistyawati:2010.hal:5)

  c. Teori Distensi Rahim Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tersebut akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai, contohnya pada kehamilan

  

gemeli, sering terjadi kontraksi karena uterus meregang oleh ukuran

  janin ganda, sehinga kadang kehamilan

  gemeli mengalami persalinan

  yang lebih dini.(sulistyawati:2010.hal:5)

  d. Teori Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh

  kelenjar hipofisis posterior, perubahan

  hormon progesteron dan esterogen dapat mengubah

  sensitivitas otot

rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya

  konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkat aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, akhirnya persalinan dimulai. (sulistyawati:2010.hal:5)

  e. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai

  salah satu penyebab permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah

  perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan

  atau selama proses persalinan.(sulistyawati:2010.hal:5)

f. Induksi persalinan

  Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut : Gagang

  laminaria : dengan cara laminaria dimasukan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.

  Amniotomi : pemecahan ketuban Oksitosin Drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

  (sulistyawati:2010.hal:5)

  4. Mekanisme persalinan normal Dalam kenyatannya, beberapa gerakan terjadi bersamaan.

  a. Penurunan kepala pada

  primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas

  panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada

  multigravida biasanya baru terjadi pada

  permulaan persalinan. Masuknya kepala melewati Pintu Atas Panggul (PAP) dapat dalam keadaan

  asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat diantara simfisis dan promontorium.

  Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kana II persalinan. hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari

  segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan

  langsung

  fundus pada bokong janin. (Rohani, S.ST, dkk 2011, hal;

  146)

b. Fleksi

  Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan

  fleksi yang

  ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. (Rohani, S.ST , 2011, hal; 147)

  c. Rotasi dalam (putar paksi dalam) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan

  sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar kedepan ke bawah

  simfisis. Pada presentasi

  belakang kepala, bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah

  simfisis. (Rohani, S.ST, dkk 2011, hal; 148)

  d. Ekstensi

  Sesudah kepala janin sampai didasar panggul, dan ubun- ubun kecil berada di bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. (Rohani, S.ST. dkk 2011, hal; 148)

  e. Rotasi luar (putaran paksi luar)

  kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan rotasi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. I dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk penggul yang dilaluinya. (Rohani, S.ST, dkk 2011, hal; 149) f. Ekspulsi

  Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir. (Rohani, S.ST.dkk 2011, hal; 149)

  5. 58 Langkah Asuhan asuhan persalinan normal Melihat tanda dan gejala kala 2 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

  

1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum atau vaginanya.

  3) Perineum menonjol. 4) Vulva dan vagina membuka.

  Menyiapkan Pertolongan Persalinan

  2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 IU dan menempatkan tabung kecil steril sekali pakai didalam partus set.

  3. Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.

  4. Melepaskan semua perhiasan yang di pakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

  5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6. Menghisap oksitosin 10 IU kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali di artuset .

  7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

  

vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

  membersihkanya dengan seksama, dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar dalam larutan klorin)

  8. Dengan menggunakan tehnik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

  serviks sudah

  lengakap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih kotor kedalam larutan klori 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

  10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa denyut jantung janin itu normal. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal, mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainya pada partograf.

  11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginanya.

  a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.

  b) Menjelaskan keapada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

  12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu dalam meneran. ( Pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

  13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran: a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  c) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihanya.

  d) Menganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.

  e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f) Menganjurkan asupan per oral.

  g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

  h) Jika bayi belum lahir dalam waktu 120 menit meneran untuk ibu primipara dan 60 menit untuk ibu multipara, merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran. i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk meneran pada punca kontraksi- kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi. j) Jika bayi belum lahir atau kelahira bayi belumakan terjadi segera setelah 60 menitmeneran, merujuk ibu dengan segera. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

  14. Jika kepala bayi telah membuka

  vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkn bayi.

  15. Meletakan kain bersi dlipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

  16. Membuka partus set.

  17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. Menolong Kelahiran Bayi

  Lahirnya Kepala

  18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, memiarkan kepala keluar berlahan-lahan. Menganjurkan ibu meneran berlahan lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

  19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

  20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

  a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b) Jika tali pusat melilit janin dengan erat, mengeklem di dua tempat dan memotongnya.

  21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  Lahir Bahu

  22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tang masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya kearah bawah dan arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lmbut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.