PERAN PROFESI AKUNTAN MANAJEMEN TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL: PERSPEKTIF IMPLEMENTASI

PERAN PROFESI AKUNTAN MANAJEMEN TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL: PERSPEKTIF IMPLEMENTASI

  Pidato Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga di Surabaya pada hari Sabtu, tanggal 25 April 2015

  Oleh

DIAN AGUSTIA

  Printing by Airlangga University Press (AUP)

OC 064/04.15/B9

  “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah

(Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepadanya dengan rasa takut

(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya

rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

  (QS. Al-A’raf : 56)

  “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang

Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam

golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

  (QS. An-Naml: 19)

  Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Yang terhormat,

  Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga, Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik Universitas

  Airlangga, Rektor dan Para Wakil Rektor Universitas Airlangga, Para Guru Besar Universitas Airlangga dan Guru Besar Tamu, Para Dekan dan Wakil Dekan di Lingkungan Universitas Airlangga, Para Direktur Direktorat Universitas Airlangga, Para Pimpinan Lembaga, Badan, Ketua dan sekretaris Departemen, Koordinator Program Studi di Lingkungan Universitas Airlangga, Teman sejawat dosen dan segenap Civitas Akademika Universitas

  Airlangga,

  Para hadirin dan Undangan yang saya hormati, Hadirin yang saya muliakan,

  Pada kesempatan yang sangat baik ini, perkenankan saya mengungkapkan rasa syukur dengan memuji kehadiran Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, Alhamdulillahi Robbil’Alamin, segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya bagi kita sekalian sehingga kita dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat walafiat dan berbahagia menghadiri Sidang Terbuka Senat Akademik Universitas Airlangga dalam acara pengukuhan saya sebagai Guru Besar Universitas Airlangga dalam Bidang Ilmu Akuntansi Universitas Airlangga. Saya haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya disertai penghargaan setinggi-tingginya atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian dalam pengukuhan ini.

  Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.

  Pada kesempatan yang sangat terhormat ini, perkenankan saya menyampaikan pandangan pemikiran saya dengan judul:

  

PERAN PROFESI AKUNTAN MANAJEMEN

TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL:

PERSPEKTIF IMPLEMENTASI

SUSTAINABILITY MANAGEMENT ACCOUNTING

  Hadirin yang saya muliakan,

  Pembang unan berkelanjutan (sustainable development) merupakan salah satu isu penting yang berkembang sepanjang abad ini. Perusahaan itu ada untuk menciptakan kekayaan, dengan memaksimalkan ‘customer value’. Customer value yang akan dicapai harus mampu menciptakan ‘sustainable value creation’. Implikasi dari hal tersebut, perusahaan harus mampu berkontribusi langsung pada pembangunan berkelanjutan, yaitu menciptakan nilai jangka panjang secara ekonomi, sosial dan lingkungan berkelanjutan.

  Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu reaksi untuk mengantisipasi dampak yang semakin meningkat dari efek

  

‘Global Warming’. Konsentrasi dari gas efek rumah kaca di atmosfir

  telah meningkat secara dramatis mengacu ke efek rumah kaca yang tidak seimbang, yang sebagian besar ilmuwan percaya bahwa efek rumah kaca tersebut akan terus menimbulkan pemanasan yang sangat cepat dari iklim bumi sehingga akan mengarah ke timbulnya gangguan yang berbiaya tinggi dari perubahan iklim secara cepat. Perubahan tersebut mengakibatkan perubahan lingkungan secara global.

  Perubahan lingkungan tersebut membutuhkan perhatian yang besar dan tindakan pencegahan yang harus dilakukan, baik secara global maupun lokal. Dampaknya tidak hanya terhadap pemerintah suatu negara namun lebih daripada itu terhadap masyarakat umum. Kalangan bisnis harus mempertimbangkan isu-isu tersebut, antara lain mengurangi carbon footprint, investasi di teknologi rendah emisi CO2, meminimalisasi kerusakan lingkungan, efisiensi lingkungan. Perubahan iklim merupakan masalah yang signifikan karena berdampak terhadap kehidupan di bumi.

  Profesi akuntan manajemen sebagai penyedia informasi dalam perusahaan, harus mampu menyediakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan sesuai paradigma perubahan lingkungan global. Sustainability Management Accounting adalah akuntansi manajemen yang memasukkan dampak eksternal untuk pengambilan keputusan internal dan tidak ada persyaratan bagaimana bentuk pelaporannya.

  Bapak/Ibu, Hadirin yang saya hormati,

PERKEMBANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN

  Akuntansi manajemen konvensional tidak dapat memberikan informasi yang cukup berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. Hal ini disebabkan data yang tidak lengkap dan kegagalan untuk memasukkan hidden cost lingkungan yang ada dalam sistem akuntansi (Ranganathan dan Ditz, 1996; Setthasakko, 2010; Swamy, 2010). Banyak biaya yang efektif dan potensial terkait dengan lingkungan akan menjadi ‘hidden cost’’ dalam biaya tidak langsung. Sebagai contoh, biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk memperbaiki peralatan limbah dimasukkan ke dalam akun akuntansi keuangan bersama-sama dengan biaya tenaga kerja pemeliharaan peralatan. Tidak dialokasikan sebagai biaya pemeliharaan lingkungan sesuai dengan aktivitas spesifiknya. Pengungkapan hidden cost lingkungan akan membantu organisasi untuk pengambilan keputusan yang lebih baik tentang pengelolaan biaya lingkungan.

  Praktik akuntansi manajemen lingkungan diterapkan untuk mengatasi keterbatasan dalam akuntansi manajemen konvensional. Penerapan akuntansi manajemen lingkungan harus tepat untuk memungkinkan organisasi mengidentifikasi, menghasilkan, dan menganalisis data yang terkait lingkungan untuk pengambilan keputusan internal secara efektif. Hal ini kemudian akan membantu organisasi untuk mewujudkan manfaat yang dirasakan apabila menjadi proaktif atas lingkungan, seperti penemuan produk baru yang ramah lingkungan, pengurangan biaya operasional, peningkatan kinerja organisasi.

  Akuntansi manajemen lingkungan memiliki tujuan utama memperoleh informasi yang berg una untuk pengambilan keputusan dalam dimensi ekonomi dan lingkungan. Akuntansi manajemen lingkungan menyediakan pengembangan berkelanjutan dari aktivitas entitas ekonomi, analisis biaya dan manfaat yang ditentukan oleh dampaknya terhadap lingkungan, pengembangan praktik inovatif dan kebijakan pengendalian pencemaran, pemilihan bahan baku yang menjamin minimalisasi biaya, dan mencari alternatif daur ulang yang memungkinkan. Akuntansi manajemen lingkungan didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengumpulan, perhitungan (estimasi), analisis, pelaporan internal dan penggunaan informasi tentang bahan baku dan energi, biaya lingkungan serta data lain mengenai biaya dalam proses pengambilan keputusan untuk mengadopsi keputusan yang mampu berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan (Vasile dan Mariana, 2012). Terdapat tiga aspek yang perlu dipertimbangkan, saat menentukan metode yang paling efisien untuk mengimplementasikan akuntansi manajemen lingkungan. Aspek pertama adalah mengidentifikasi isu-isu signifikan tentang lingkungan. Entitas ekonomi mengukur objek biaya lingkungan. Aspek ini menjelaskan hubungan manajemen lingkungan dengan akuntansi keuangan. Aspek kedua adalah mengidentifikasi data yang relevan kedalam cost obyek biaya, dan aspek ketiga adalah mendefinisikan sistem pengumpulan biaya. Pengetahuan yang memadai tentang biaya lingkungan dapat meningkatkan efisiensi kebijakan administrasi limbah. Pada awalnya, investasi terhadap penanganan limbah dan polusi terbilang mahal. Ketika memilih sebuah teknologi anti-polusi, penghematan yang didapat dari penanganan limbah harus dibandingkan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dari pengadaan teknologi anti- polusi. Biaya perlindungan lingkungan harus dimasukkan dalam harga produk yang menyebabkan harga meningkat. Kemungkinan harga produk menjadi lebih tinggi dibanding pesaing. Namun tujuan perusahaan yang telah mengimplementasikan akuntansi manajemen lingkungan tidak berfokus pada keuntungan jangka pendek, namun menciptakan nilai jangka panjang secara ekonomi dan lingkungan berkelanjutan. Manfaat lain yang diperoleh melalui pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan.

  Dimensi sosial juga menjadi pencapaian kinerja organisasi selain dimensi lingkungan dan keuangan. Hal tersebut merupakan konsep pengembangan ‘sustainability’, yang merupakan cerminan terintegrasi antara ketiga dimensi. Sustainability accounting and

  

reporting adalah bagian dari akuntansi yang menginformasikan

  (a) dampak keuangan yang disebabkan lingkungan dan sosial (termasuk kesejahteraan sosial atau kerusakan lingkungan), (b) dampak ekologi dan sosial dari sistem ekonomi dan (c) berkaitan dengan pengukuran, analisis dan komunikasi interaksi dan hubungan antara isu-isu sosial, lingkungan dan ekonomi/keuangan (Schaltegger, 2004).

  Hadirin yang terhormat,

  

I MPLEMENTASI SUSTA INA BILIT Y M A NAGEMENT

ACCOUNTING Sustainability Management Accounting adalah alat yang

  membantu organisasi untuk menjadi lebih sustainable dengan berfokus kepada biaya, risiko, dan manfaat. Hal ini memperluas akuntansi keuangan dan akuntansi biaya tradisional untuk memperhitungkan dampak sustainability di tingkat organisasi. Fokusnya adalah menyediakan informasi yang meliputi dampak lingkungan, sosial dan ekonomi, sehingga merupakan cerminan terintegrasi antara aspek keuangan, sosial dan lingkungan.

  

The Triple Botton Line merupakan kerangka akuntansi yang

  menggabungkan 3 dimensi kinerja tersebut yaitu kinerja sosial, lingkungan dan finansial, yang merupakan inti dari Sustainability

  

Management Accounting. Ketiga dimensi tersebut secara umum

  dinamakan 3P (people, planet, profit). Tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan profit, sehingga perusahaan terus meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya untuk mencari keuntungan ekonomi yang lebih besar untuk terus berkembang.

  

Planet, perlu adanya tanggung jawab lingkungan jika perusahaan

  menginginkan untuk tetap bersaing dan berkembang. People, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat karena diperlukan dukungan dari masyarakat untuk keberhasilan perusahaan. Sustainability Management Accounting dapat diterapkan pada perusahaan industri, organisasi nirlaba atau pemerintah.

  Pada struktur umum untuk penilaian sustainability cost yang dikembangkan oleh Global Reporting Initiative terlihat pada Tabel 1. Biaya internal organisasi sebagian dapat diambil pada laporan perusahaan dan biaya yang tidak bisa diambil dari laporan perusahaan yaitu external effects, intangible items dan aspek risiko, namun mempunyai implikasi keuangan. Skema ini telah dikembangkan untuk menilai biaya atas lingkungan dan sosial serta pendapatan pada suatu periode dan mencatat external

  

effects, intangible items dan aspek risiko yang mempunyai dampak

  keuangan di masa depan. Atas dasar ini biaya dan manfaat lingkungan, kesehatan dan keselamatan, serta tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilaporkan secara eksplisit. Biaya eksternal adalah menguangkan dampak eksternal dari suatu organisasi dan setidaknya untuk menginformasikan dampak secara kualitatif dari dampak ekonomi tidak langsung. Identifikasi dampak eksternal positif atau dan negatif menjadi hal penting bagi organisasi, karena hal ini berhubungan dengan pemangku kepentingan organisasi. Contoh dampak negatif eksternal dari limbah dan emisi dapat diperkirakan dengan menghitung biaya pengobatannya dan kebisingan. Dampak eksternal yang positif mungkin timbul dari produksi dan perusahaan antara lain melaporkan keikutsertaan sistem manajemen lingkungan, melaksanakan Corporate Social

  

Responsibility, penyediaan tempat kerja yang nyaman sesuai aturan

  kesehatan dan keselamatan kerja, menghasilkan produk sangat ramah lingkungan atau mempromosikan penggunaan produk ramah lingkungan serta meningkatkan daur ulang.

  Proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan mempunyai potensi untuk menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak yang timbul dapat dikelompokkan dua bagian, yaitu dampak bio-kimia-isik dan dampak sosial. Contoh dari dampak bio-fisik-kimia misalnya pencemaran udara, pencemaran air, pengurangan cadangan air tanah, kerusakan keanekaragaman hayati. Semua jenis dampak tersebut memberikan risiko yang mempengaruhi bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Misalnya pencemaran air yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan, memberikan risiko pertanggungjawaban dalam bentuk tuntutan pidana dan tuntutan perdata dari pihak- pihak yang berkepentingan (pemerintah, masyarakat). Dampak lingkungan maupun sosial berpengaruh pada aspek keuangan perusahaan, antara lain pada biaya internal perusahaan, antara lain tampak pada Tabel 2.

  Tabel 1.

  General Structure for sustainability cost assessment

  

Internal Costs

External effects Environmental costs Social performance costs Value added accounting derived from the profit & loss account Air & Climate (Energy) W aste W ater W aste Soil & Ground W ater Noise Landscape Enveronmental Manag. Health Safety Training & Education Society Product R esponsibility Other Costs

  1. Treatment of undesired effects e.g.: depreciation of end of pipe equipment, waste treatment and disposal costs e.g.: costs

resulting from

unimplemented

protection measures (accident, sick leave) Formation of

  Value added and Distribution of Value added between stakeholders

  2. Prevention e.g.: R&D for emission prevention, personnel for environmental management, external consultants and verification

e.g.: facilities

for health care,

safety training,

fire protection

representative cost of health and safety personnel

  3. Material flows e.g.: purchase value of non-product-output e.g.: life cycle costing, negative effects of emissions

  4. Earnings e.g.: sale of waste materials, subsidies for environmental protection measures

e.g.: revenue

from recreational

facilities for

employees,

subsidies for

employee related

issues Positive external offects, e.g.: value added in the region

  5. Intangible items e.g.: environmental quality of the site e.g.: human capital e.g.: business relations, brand name

  6. Risk aspects e.g.: risk of hazardous accidents e.g.: accident risks e.g.: operational risks

  Sumber : Jasch dan Stasiskiene, 2005

  Tabel 2.

  6. Asuransi Atas peningkatan risiko lingkungan Atas peningkatan risiko keselamatan dan risiko lain dalam dimensi sosial

  Bagian proporsional dari peralatan pencegah polusi terintegrasi, biaya tambahan untuk “green” electricity

  4. Peralatan untuk pencegahan terintegrasi

  3. Research & development Atas pencegahan emisi Atas pengurangan kecelakaan dan aspek risiko lainnya

  0. Atas personalia yang bekerja dalam isu kesehatan dan keamanan; radiation protection representatives; pencegahan kecelakaan, contoh: pelatihan, audit internal, pemeriksaan medis, perwakilan pemadam kebakaran, company medical officer

  2. Personalia Internal Atas manajemen lingkungan dan pencegahan emisi

  1. Jasa eksternal Atas manajemen lingkungan dan sertifikasi Atas pelatihan dan tindakan keamanan, contoh: pelatih, konsultan lainnya dan auditor

  Pencegahan Pencegahan emisi Pencegahan kecelakaan dan pengurangan risiko

  7. Kompensasi Kompensasi, contoh: untuk nelayan; restorasi, pembersihan area yang terkontaminasi Kompensasi, contoh: akibat dari rasa sakit dan penderitaan

  Atas ketidakpatuhan dalam dimensi sosial/etika

  Biaya-biaya Internal

  5. Denda, biaya otoritas Atas ketidakpatuhan dalam dimensi lingkungan

  Atas biaya tambahan atas pekerjaan yang sulit dan atau kotor

  4. Pajak, biaya, tagihan Atas penanganan limbah dan kotoran

  3. Personalia Dari laporan pusat biaya dari peralatan yang telah didefinisikan di atas Lembur karena karyawan cuti sakit, biaya untuk karyawan yang cuti karena sakit atau terluka

  Gas pelindung, peralatan untuk departemen pemadam kebakaran

  2. Pemeliharaan, material dan jasa eksternal Dari laporan pusat biaya dari peralatan yang telah didefinisikan di atas,

  1. Depresiasi End-of-pipe equipment and proportion of equipment producing waste and emissions Perlengkapan untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan dan keselamatan, contoh: peralatan peredam kebisingan

  Dimensi Lingkungan Dimensi Sosial Treatment of undesired Effect Biaya yang dihasilkan dari tidak dilaksanakannya tindakan perlindungan Biaya yang dihasilkan dari tidak dilaksanakannya tindakan perlindungan

  Peralatan untuk kesehatan, contoh: area fitness untuk karyawan, ergonometric chairs, perlengkapan keamanan, contoh: Pakaian lapangan untuk karyawan, biaya tambahan untuk sistem pendingin ruangan yang ramah lingkungan

  Dimensi Lingkungan Dimensi Sosial

  7. Air Biaya pengadaan eksternal dan ekstraksi

  Risiko dekontaminasi, risiko kecelakaan, risiko hukum, contoh: perdagangan emisi Risiko kewajiban, risiko pengembangan hukum, contoh: kondisi kerja, risiko citra, contoh: tuduhan atas keterlibatan pekerja di bawah umur

  Aspek Risiko Risiko lingkungan Risiko sosial/ etika Risiko yang diperhitungkan

  Intangible Values Nilai lingkungan tak berwujud Nilai sosial/etika tak berwujud contoh: kualitas lingkungan dalam area perusahaan, hubungan dengan pemerintah. contoh: pengetahuan khusus, know-how, human capital, employee motivation, attractivenessas employer, reputation, creativity

  Contoh : pendapatan dari fasilitas rekreasi bagi karyawan, kontribusi kepada staf kantin, subsidi bagi karyawan langkah-langkah kualifikasi, manfaat asuransi bagi karyawan kecelakaan, recourse receivables sehubungan dengan kecelakaan perusahaan lain

  2. Pendapatan Lainnya Contoh: pendapatan dari penjualan sisa bahan atau kapasitas membersihkan kelebihan dari instalasi pengolahan air limbah, subsidi untuk investasi peralatan, manfaat asuransi kecelakaan lingkungan, recourse receivables sehubungan dengan kecelakaan perusahaan lain

  1. Produk

  8. Produk Produk sisa x biaya produksi Pendapatan Pendapatan internal Pendapatan internal

  6. Energi Input x kerugian-% for own production, external procurement by 100%

  5. Biaya pencegahan lainnya Komunikasi lingkungan dan publikasi, donasi untuk perlindungan lingkungan

  5. Barang dagang Tidak dipertimbangkan (kecuali terdapat presentase kerugian yang signifikan)

  4. Bahan operasional Bahan operasi utama 100%, administrasi tidak dipertimbangkan

  3. Bahan paketan Input x kerugian-%

  2. Bahan pembantu Input x kerugian-%

  1. Bahan mentah Input x kerugian-%

  Materials flows Biaya output non-produk, dinilai dari harga beli

  Komunikasi dan publikasi sosial/ etika, donasi untuk inisiatif sosial termasuk infrastruktur di luar area operasi, contoh: sekolah di lingkungan terdekat; biaya sosial sukarela, imbalan kerja sukarela

  Sumber: Jasch and Stasiskiene, 2005 ( Diolah kembali )

  Berdasarkan Tabel 2 di atas, biaya lingkungan internal adalah bagian yang paling berkembang dari sustainability accounting. Berkenaan dengan aliran material, input material non-produktif serta biaya untuk output material non produktif (limbah dan emisi) yang dianggap sebagai aspek biaya dalam dimensi lingkungan. Selain itu, mereka memiliki efek eksternal karena ekstraksi material dan dampak limbah dan emisi. Arus material dalam dimensi sosial relatif kecil dan dimasukkan dalam kategori pengobatan dan pencegahan. Pendapatan mungkin sebagian berasal dari kegiatan lingkungan dan sosial, tetapi juga dapat mengakibatkan efek eksternal yang positif, seperti penciptaan lapangan kerja di daerah yang banyak pengangguran atau stimulasi lain perekonomian daerah, misalnya dengan memilih pemasok regional.

  Asset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi tanpa substansi fisik, yang dikendalikan oleh suatu perusahaan dan dari mana manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan mengalir ke perusahaan. Dalam transaksi akuisisi, barang-barang tersebut merupakan bagian dari nilai asset yang melebihi nilai buku dalam neraca. Item asset tidak berwujud antara lain terdiri dari misalnya merek dagang, posisi pasar, reputasi, hubungan dan kepuasan pelanggan, kualifikasi karyawan. Semua item tersebut, yang dalam kombinasi membuat nilai suatu organisasi, pada saat yang bersamaan dapat dianggap sebagai risiko di masa mendatang. Aspek-aspek ini telah disajikan sebagai biaya internal dan diinformasikan secara kualitatif dalam laporan keuangan perusahaan. Penerapan sistem manajemen lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate

  

Social Responsibility) berkontribusi secara signifikan terhadap nilai

  perusahaan tersebut. Untuk perusahaan yang terdaftar, di Bursa nilai kesenjangan ini terlihat. Ada perbedaan yang signifikan antara nilai buku dari suatu organisasi yang tercermin dari nilai asset dan kewajiban dalam neraca dan nilai pasar ekuitas yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran ekuitas mereka dipasar saham.

  Kesenjangan ini mencerminkan penilaian tidak berwujud, tidak terwakili dalam neraca dan berkaitan dengan nilai suatu organisasi, yang merupakan kemampuan dan kompetensi berdasarkan modal manusia dan sosial. Biaya internal yang kelompok biaya lingkungan dan kelompok biaya kinerja sosial termasuk dalam biaya tidak langsung. Biaya langsung dan biaya tidak langsung membentuk biaya-biaya dalam memproses produk atau layanan/jasa. Proses bisnis perusahaan yang mendasarkan pada pembangunan berkelanjutan menghasilkan kinerja pada tiga dimensi yaitu kinerja sosial, kinerja lingkungan dan kinerja keuangan. Ketiga kinerja tersebut saling terintegrasi dan bersinergi untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan customer value sehingga mencapai sustainable value creation. Secara terstruktur hal tersebut tampak pada skema 1 berikut.

  Hadirin yang saya hormati,

  

I M PLEM EN TASI SUSTA INA BILIT Y M A NAGEMEN T

ACCOUNTING: SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN DAN

  SOSIAL

  Degradasi kualitas lingkungan yang terjadi di bumi, telah mendorong tercapainya komitmen dari berbagai Negara untuk menerapkan program pembangunan berkelanjutan, sebagaimana dicetuskan dalam KTT Bumi di Rio de Janerio pada tahun 1992. Prinsip pembangunan berkelanjutan adalah ‘memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan’. Hubungan antara aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek sosial dalam kerangka pembangunan berkelanjutan telah dipraktekkan oleh perusahaan-perusahaan dunia termasuk perusahaan di Indonesia. Hal tersebut merupakan implementasi dari

  

sustainability management accounting dalam perusahaan menjadi

  suatu kebutuhan. Bahkan perjanjian-perjanjian internasional, nasional dan perundang-undangan yang mensyaratkan ketiga aspek tersebut sebagai indikator kinerja perusahaan yang harus dipenuhi. Ini merupakan tantangan bagi profesi akuntan manajemen untuk menyajikan informasi yang meliputi ketiga jenis kinerja perusahaan tersebut baik bagi perusahaan yang berskala internasional maupun nasional.

  Prinsip pembangunan berkelanjutan di Indonesia cukup kuat dilaksanakan, terutama oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki investasi besar di Indonesia, perusahaan-perusahaan sudah mampu menunjukkan tanggung jawabnya terhadap aspek lingkungan dan aspek sosial. Keuntungan yang diperoleh perusahaan juga dirasakan juga oleh masyarakat di daerah sekitar perusahaan beroperasi. Perundang-undangan Indonesia juga mendukung pelaksanaan tersebut, karena setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus mematuhi peraturan hukum dan standar nasional yang berlaku. Hal ini berlaku pula dalam beberapa standar internasional yang berlaku dan didalamnya mensyaratkan kewajiban perusahaan untuk mematuhi standar kebijakan nasional yang berlaku.

  Sistem Manajemen Lingkungan merupakan sistem manajemen perusahaan yang berfungsi untuk memastikan bahwa proses yang digunakan dan produk yang dihasilkan telah memenuhi komitmen terhadap lingkungan, terutama dalam upaya pemenuhan terhadap peraturan di bidang lingkungan, pencegahan pencemaran dan komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan. Ketika perusahaan berkomitmen untuk menerapkan sistem manajemen lingkungan, maka perusahaan tersebut telah memiliki komitmen untuk memperbaiki secara terus menerus kinerja lingkungannya. Standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan yang bersifat sukarela (voluntary) yaitu ISO 14001 dan ISO 14004. Pemerintah Republik Indonesia telah mengadopsi ISO 14001 ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) menjadi SNI-19-14001-1997.

  

Tabel 3.

  Sumber : http://www.ecology.or.jp/isoworld/)

  Tabel 3 memperlihatkan jumlah perusahaan pada tiap Negara yang sudah bersertifikasi ISO 14001. Lima Negara tertinggi secara berurutan adalah Jepang, Cina, Spanyol, Italia dan Amerika Serikat. Jepang merupakan negara yang terbanyak perusahaannya yang sudah bersertifikasi internasional ISO 14001 yaitu 21.779 perusahaan atau 17% dari jumlah 129.031 perusahaan. Diikuti oleh Cina berjumlah 18.979 perusahaan (15%). Spanyol berjumlah 11.205 perusahaan. Italia berjumlah 9.825 perusahaan (8,7%) dan Amerika Serikat menduduki urutan ke lima, berjumlah 8.801 perusahaan (6,8%). India berjumlah 1500 perusahaan (1,2%), Singapura berjumlah 716 perusahaan (0,6%) dan Malaysia berjumlah 598 perusahaan (0,5%). Indonesia berjumlah 205 perusahaan (0,02%).

  

Tabel 4.

  

Sumber: * http://cab.j as-anz.org/CABPublic/Pages/PublicSearch.aspx, http://

www.malaysiancertified.com.my/MgmtCertification.aspx dan http:// iaardirectory.jadianonline.com/Directory. Diolah kembali

  Tabel 4 menginformasikan persentase jumlah perusahaan yang telah mengikuti sertifikasi ISO 14001 dibandingkan dengan total perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Negara yang bersangkutan. Singapura adalah negara di Asia yang tingkat keikutsertaan perusahaan pada sertifikasi ISO tertinggi yaitu 97% dari 917 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura. Hal ini hampir menyamai USA 99% dari jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek USA. Malaysia berada pada urutan ketiga yaitu 65% dan India pada urutan keempat (55%). Indonesia hanya 40% dari perusahaan yang terdaftar di BEI. Memang dari data tersebut, Indonesia masih terendah setelah Hongkong (51%). Namun di Indonesia, terdapat implementasi sistem manajemen lingkungan alternatif yaitu PROPER.

  Hadirin yang saya muliakan,

  Republik Indonesia melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup mempunyai program sistem manajemen lingkungan yaitu Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER). PROPER merupakan prog ram yang mendorong penaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui instrumen informasi. Dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diarahkan untuk: (1) mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-undangan melalui insentif dan disinsentif reputasi, dan (2) mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production).

  Peserta PROPER bersifat selektif, yaitu untuk industri yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan dan perduli dengan citra atau reputasi. PROPER menggunakan pendekatan

  

command and control. Peringkat kinerja usaha dan atau kegiatan

  terdiri dari Emas, Hijau, Biru, Merah dan Hitam. Emas adalah untuk usaha dan/atau kegiatan secara konsisten menunjukkan keungg ulan lingkungan dalam proses produksi atau jasa, melaksanakan bisnis dengan beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat. Hijau adalah untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumber daya secara efisien dan melakukan upaya tanggung jawab sosial dengan baik. Biru adalah untuk usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Merah adalah upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Hitam adalah untuk usaha dan/atau kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kegiatan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak melaksanakan sanksi administrasi

  Sebagai instrumen, PROPER telah dipuji oleh berbagai pihak termasuk Bank Dunia, bahkan PROPER menjadi salah satu bahan studi kasus di Harvard Institute for International Development (HIID). Sejak dikembangkan di Indonesia mulai tahun 1995, PROPER telah menjadi contoh di berbagai negara di Asia, Amerika Latin dan Afrika sebagai instrumen penaatan alternatif. Pada tahun 1996, PROPER mendapatkan penghargaan Zero Emission Award dari United Nations University di Tokyo (KLH, 2014). Ini membuktikan komitmen Republik Indonesia dalam berperan serta untuk pembangunan berkelanjutan.

  

Tabel 5.

  Sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2014

  Pada tahun 2011, jumlah peserta PROPER adalah 1.002 perusahaan. Dari jumlah peserta tersebut, 5 (lima) perusahaan memperoleh peringkat tertinggi, Emas. Peringkat Hijau berjumlah 106 perusahaan. Peringkat Biru berjumlah 603 perusahaan dan yang peringkat Merah berjumlah 233 perusahaan. Peringkat Hitam berjumlah 48 perusahaan. Dan terdapat 7 (tujuh) perusahaan yang tidak mendapatkan peringkat. Peringkat Emas dan Hijau diidentifikasi ‘bright spot’ yang berarti praktik pengelolaan lingkungan terbaik yang dapat dijadikan teladan atau keunggulan. Peringkat Merah dan Hitam merupakan pelajaran bahwa tidak boleh ada perusahaan yang memperoleh keuntungan kompetitif ekonomi karena tidak melakukan pengelolaan lingkungan dengan baik.

  Tingkat ketaatan ditentukan dengan menambahkan jumlah perusahaan yang memperoleh peringkat Emas, yang memperoleh peringkat Hijau dan perusahaan yang memperoleh peringkat Biru, dan kemudian dibagi total peserta PROPER keseluruhan. Tingkat ketaatan sejak tahun 2005 pada umumnya berada di sekitar 70% ke atas, namun pada tahun 2013 tingkat ketaatan berada pada 68%. Hal tersebut karena pada tahun 2013 tersebut terdapat peningkatan perusahaan yang ikut serta program PROPER dibanding tahun 2012, yaitu menjadi 1.792 perusahaan dari 1.311 perusahaan (37%). Namun total perusahaan yang memperoleh peringkat Emas, Hijau dan Biru meningkatnya hanya 31% dan total perusahaan yang berada pada daerah ‘pelajaran’ yaitu peringkat Merah dan Hitam meningkat dari 374 perusahaan pada tahun 2012 menjadi 568 perusahaan pada tahun 2013 (52%). Pada tahun 2014, tingkat ketaatan kembali pada kisaran 70% yaitu 72%. Hal tersebut karena total perusahaan yang memperoleh peringkat Emas, Hijau dan Biru meningkat dari 31% menjadi 45% pada tahun dasar 2012 dan total perusahaan yang berada pada daerah ‘pelajaran’ yaitu peringkat Merah dan Hitam menurun dari 52% menjadi 44%. Walaupun pada tahun 2013 tersebut terdapat penurunan ketaatan, namun justru pada tahun tersebut teridentifikasi bahwa terdapat 51 perusahaan yang menerapkan sistem manajemen lingkungan setara dengan sertifikasi ISO 14001 (KLH, 2014).

  Dengan melihat perkembangan keikutsertaan perusahaan pada PROPER dari tahun ke tahun semakin meningkat, Sustainability

  

Management Accounting semakin berkembang. Ini mengajarkan

  bahwa perusahaan tidak mungkin lagi mempertahankan cara-cara pengelolaan bisnis berorientasi pada laba semata (profit oriented). Perusahaan dituntut berpartisipasi aktif mengelola lingkungan dan memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat (sosial). Partisipasi yang dimaksud tentu tidak sekedar bentuk kedermawanan yang setiap saat dapat muncul atau hilang. Melainkan terinternalisasi dalam seluruh kegiatan rantai produksi (value chain), yaitu institusi menciptakan nilai terhadap lingkungan dan para pemangku kepentingan secara berkelanjutan.

  Hadirin yang saya hormati, Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan aktivitas yang

  merupakan keterkaitan perusahaan dengan dimensi lingkungan dan dimensi sosial. Dengan CSR perusahaan diharapkan dapat meningkatkan perhatian terhadap lingkungan, kondisi tempat kerja, hubungan perusahaan masyarakat, investasi sosial perusahaan, dan citra perusahaan di mata publik menjadi baik, meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan akses kapital. Perusahaan menggunakan sumber daya manusia dan komunitas yang ada, maka perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan profit dan mengembalikan sebagian profit tersebut bagi masyarakat. CSR merupakan suatu bagian strategi bisnis jangka panjang perusahaan

  Pengungkapan CSR (corporate social reporting) adalah proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan atas kegiatan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Khan

  

et al.,2013). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi,

  di luar perannya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Pengungkapan CSR selain diatur oleh peraturan yang dikeluarkan Ikatan Akuntan Indonesia juga terdapat dalam keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No. kep-38/PM/1996 peraturan No.

  VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan ini berisi mengenai kebebasan bagi perusahaan untuk memberikan penjelasan umum mengenai perusahaan, selama hal tersebut tidak menyesatkan dan bertentangan dengan informasi yang disajikan dalam bagian lainnya. Penjelasan umum tersebut dapat berisi uraian mengenai keterlibatan perusahaan dalam kegiatan pelayanan masyarakat, program kemasyarakatan, amal, atau bakti sosial lainnya, serta uraian mengenai program perusahaan dalam rangka pengembangan SDM.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013, membuktikan secara empiris bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan, dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,000. Nilai rata-rata kinerja perusahaan (diproksikan dengan Tobins’Q) pada tahun 2011-2013 yaitu sebesar 2,388. Sedangkan nilai standar deviasi kinerja perusahaan sebesar 2,748. Nilai rata-rata corporate social

  

responsibility disclosure (CSR) pada tahun 2011-2013 yaitu sebesar

  0,322. Sedangkan nilai standar deviasi CSRD sebesar 0,131 (Gambar 1).

  

Gambar 1. Berdasarkan teori sinyal, informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pelaku pasar akan bereaksi. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik salah satunya dengan melakukan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan. Sinyal atau informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain dapat tercantum dalam laporan tahunan perusahaan yang mengungkapkan aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan. Oliveira dan Ferreira (2011) seorang manajer mempunyai motivasi untuk mengungkapkan private information secara voluntary dikarenakan perusahaan berharap informasi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai sinyal positif mengenai kinerja perusahaan dan mengurangi asimetris informasi.

  Tujuan dari laporan tahunan ini adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan sebagai sarana untuk memberikan sinyal kepada para stakeholders mengenai hal-hal lain seperti memberikan sinyal tentang kepedulian perusahaan terhadap daerah sekitarnya atau sinyal bahwa perusahaan tidak hanya memberikan informasi sesuai ketentuan saja namun juga menyediakan informasi yang lebih. Sinyal ini diharapkan dapat diterima secara positif oleh pasar sehingga mampu mempengaruhi kinerja dari perusahaan.

  Tabel 6 menginformasikan jumlah anggaran CSR perusahaan peserta PROPER dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Anggaran CSR mengalami peningkatan signifikan dari tahun 2011 ke tahun 2013, meskipun terdapat penurunan pada tahun 2014, namun tetap terdapat peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2012.

  

Tabel 6.

  

Sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2014, diolah kembali

Hadirin yang saya muliakan,

PERAN PROFESI AKUNTAN MANAJEMEN

  Profesi A kunta n memilik i asosiasi profesi A kunta n Internasional yaitu International Federation of Accountants (IFAC). Didirikan pada tahun 1977, IFAC saat ini terdiri dari 179 anggota dan asosiasi di 130 negara, dalam praktik akuntan publik, akuntan pendidikan, akuntan manajemen (akuntan di pemerintah, industri, dan perdagangan). Asosiasi profesi akuntan di Indonesia disebut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang telah menjadi anggota IFAC sejak tahun 1986. Tugas dari IFAC: melayani kepentingan publik dengan: memberikan kontribusi bagi pengembangan standar kualitas tinggi dan bimbingan; memfasilitasi adopsi dan pelaksanaan standar kualitas tinggi dan bimbingan; memberikan kontribusi bagi pengembangan organisasi akuntansi profesional yang kuat dan perusahaan akuntansi dan praktek berkualitas tinggi dengan akuntan profesional, mempromosikan nilai akuntan profesional di seluruh dunia; dan berbicara tentang isu-isu kepentingan publik (IAESB, 2014). Sebagai bagian dari mandat kepentingan publik,

  IFAC memberikan kontribusi untuk pengembangan, penerapan, dan pelaksanaan standar pendidikan internasional berkualitas tinggi, terutama melalui dukungannya terhadap Standar Pendidikan Akuntansi Internasional (IAESB).

  Profesi akuntan manajemen memberlakukan pengembangan profesi berkelanjutan. Pengembangan profesi berkelanjutan ditujukan untuk pengembangan dan pemeliharaan kompetensi profesional dari pengetahuan professional, ketrampilan professional, nilai-nilai, etika dan sikap professional. Perubahan merupakan karakteristik yang signifikan dari lingkungan tempat akuntan manajemen profesional bekerja. Tekanan untuk perubahan berasal dari berbagai sumber, termasuk (a) globalisasi, (b) kemajuan teknologi, (c) kompleksitas usaha, (d) perubahan sosial, dan (e) perluasan kelompok stakeholder, termasuk regulator dan badan-badan pengawasan. Perubahan membutuhkan akuntan profesional untuk mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru dan / atau lebih khusus sepanjang karier mereka. Sepanjang karir mereka, akuntan profesional (a) perubahan dan memperluas ruang lingkup kompetensi mereka, (b) mengembangkan keahlian mereka, dan (c) secara umum meningkatkan kompetensi mereka (IAESB, 2014).

  Peran profesi akuntansi manajemen dalam merespons adanya perubahan lingkungan global, mengakibatkan profesi akuntan manajemen yang secara konvensional tidak memperhatikan perubahan eksternal perusahaan, sekarang memasukkan faktor eksternal dalam menghasilkan informasi yang dibutuhkan manajemen perusahaan. Perubahan lingkungan dunia yang merupakan dampak pemanasan global, memberikan konsekuensi signifikan kepada profesi akuntan manajemen. Profesi akuntan manajemen harus mampu menyediakan informasi akuntansi ma najemen ya ng strateg is, seba ga i da sa r penga mbila n keputusan. Keputusan di semua lini kebijakan seperti kebijakan bisnis, manajemen sumber daya manusia, strategi pemasaran, pengembangan produk baru, strategi harga, strategi promosi, strategi supply chain, evaluasi kinerja. Ketika perusahaan menjadi lebih kompleks, sistem desentralisasi dan pada saat yang bersamaan semakin dituntut untuk perlindungan lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan, kebutuhan untuk sistem akuntansi manajerial yang efektif mengingat dampak lingkungan dan sosial perusahaan meningkat. Isu-isu perubahan lingkungan, mengakibatkan entitas bisnis membutuhkan informasi keuangan dan lingkungan, sehingga akuntansi manajemen lingkungan menjadi berkembang. Beberapa dekade terakhir, sustainability telah masuk dalam kebijakan banyak perusahaan, seiring meningkatnya kebutuhan informasi mengenai lingkungan. Sistem manajemen sosial diimplementasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan kinerja sosial.

  Di Indonesia praktek CSR dan implementasi sistem manajemen lingkungan telah diakomodir oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1

  Paragraf 9, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting” (IAI, 2009). Sustainability lebih banyak terlihat dalam perspektif lingkungan, tetapi dewasa ini sisi sosial sustainability menjadi semakin penting. Perkembangan yang memperhatikan aspek lingkungan dan aspek sosial di samping aspek ekonomi, berpengaruh terhadap berkembangnya Sustainability Management

  

Accounting. Perkembangan akuntansi manajemen konvensional ke

  arah Akuntansi manajemen Lingkungan, kemudian berkembang menjadi Sustainability Management Accounting.

  Hadirin yang saya hormati,

PERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Universitas Airlangga sebagai perguruan tinggi otonom berkomitmen menerapkan prinsip ”excellence with morality” dengan sistem tata kelola universitas yang baik (Good University

  

Governance) yang bercirikan kejujuran, amanah, kerja sama,

disiplin, transparansi, dan keunggulan.

  Sebagaimana sistem manajemen pada umumnya, Universitas Airlangga memiliki sistem manajemen terpadu yang diberi nama

  

Airlangga Integrated Management System (AIMS ). AIMS dibangun