AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SETELAH DEBITUR WANPRESTASI DALAM PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN - repo unpas

  

ARTIKEL TESIS

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA

SETELAH DEBITUR WANPRESTASI

DALAM PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN

Oleh:

Nama : Fitria Sulisdianti, S.H.

  NPM : 158040031 Konsentrasi : Hukum Ekonomi

Di bawah Bimbingan :

Dr. H. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.

  

Dr. Siti Rodiah, S.H., M.H.

  

PROGAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2018

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA

  

SETELAH DEBITUR WANPRESTASI

DALAM PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN

  Oleh FITRIA SULISDIANTI / 158040031

  

ABSTRAK

  UU RI Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia merupakan undang-undang yang mewajibkan lembaga pembiayaan untuk mendaftarkan benda yang dibebani dengan jaminan fidusia yang telah berupa akta jaminan fidusia pada kantor Pendaftaran Fidusia untuk mendapatkan Sertifikat Jaminan Fidusia. Sertifikat Jaminan Fidusia ini mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (Pasal 15 ayat 2 UUJF). Hal tersebut dimaksudkan apabila debitor cidera janji atau wanprestasi, penerima fidusia atau lembaga pembiayaan mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasannya sendiri setelah melakukan eksekutorial. Permasalahan muncul jika akta jaminan fidusia ini didaftarkan oleh Notaris atau Lembaga Pembiayaan setelah debitor wanprestasi, yang mana jika mengacu kepada Peraturan Mentri Keuangan RI Nomor 130/PMK.010/2012 bahwa pendaftaran jaminan fidusia dihitung 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal perjanjian pembiayaan konsumen, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2015 dengan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta jaminan fidusia. Penelitian dengan judul “Akibat Hukum Pendaftaran Jaminan Fidusia Setelah Debitur Wanprestasi dalam Perspektif Hukum Jaminan”, memiliki rumusan masalah bagaimana pengaturan hukum jaminan fidusia itu sendiri sehingga ada dualisme tenggang waktu pendaftaran, akibat hukum pendaftaran akta jaminan fidusia setelah debitor wanprestasi, serta bagaimana proses penyelesaian permasalahan pendaftaran jaminan fidusia setelah debitor wanprestasi.

  Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research).

Adapun sumber data yang digunakan adalah data-data primer dan sekunder serta

  penelitian lapangan (field research) untuk menunjang dan melengkapi data sekunder dalam data kepustakaan. Data akan dianalisa dengan metode deskriptif analisis.

  

Landasan teori yang digunakan adalah t eori Sistem Hukum Lawrence Friedman dan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

  Berdasarkan analisa data diperoleh, bahwa terjadinya pendaftaran jaminan fidusia setelah debitor wanprestasi karena pengaturan hukum jaminana fidusia masih tumpang tindih di antaranya dalam menentukan tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari pendaftaran jaminan fidusia dimulai dari “perjanjian” atau dari “Akta Jaminan fidusia”, adanya lembaga pembiayaan yang sengaja tidak mendaftarkan benda jaminan fidusia dan berbuat “curang” dengan mengelabui debitor dalam membuat suatu perjanjian sehingga jika diusut ke ranah hukum berakibat melanggar undang-undang yang lain. Dengan adanya pelanggaran hukum tersebut perlu ditingkatkannya pengawasan terhadap lembaga pembiayaan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan merevisi undang-undang tentang jaminan fidusia. Kata Kunci: perjanjian, akta jaminan fidusia, akta di bawah tangan, wanprestasi

  

ABSTRACT

Republic of Indonesia Law Number 42 of 1999 concerning Fiduciary

Guarantee (UUJF) is a law that requires financial institutions to register objects

that are burdened with fiduciary guarantees in the form of fiduciary collateral

deeds at the Fiduciary Registration office to obtain a Fiduciary Guarantee

Certificate. This Fiduciary Guarantee Certificate has the same executive power

as a court decision that has permanent legal force (Article 15 paragraph 2 of

UUJF). This is meant if the debtor is injured in a promise or default, the fiduciary

recipient or financial institution has the right to sell the object that is the object of

fiduciary collateral for its own power after executorial. The problem arises if this

fiduciary deed is registered by a Notary or a Financing Institution after a default

debtor, which if it refers to the Regulation of the Minister of Finance of the

Republic of Indonesia Number 130 / PMK.010 / 2012 that the registration of

fiduciary guarantees is calculated 30 (thirty) days from the date of the consumer

financing agreement , whereas according to RI Government Regulation No. 21 of

2015 with a period of 30 (thirty) days from the date of making the fiduciary

guarantee deed. The research entitled "Legal Effects of Registration of Fiduciary

Guarantees After Default Debtors in the Guaranteed Legal Perspective", has a

formulation of the problem of how the fiduciary legal guarantees themselves so

that there is a dualism of registration deadlines, due to legal registration of

fiduciary collateral after default, and how the process of resolution registration of

fiduciary collateral after the debtor defaults.

  This study uses library research methods. The data sources used are

primary and secondary data and field research to support and supplement

secondary data in library data. Data will be analyzed by descriptive analysis

method. The theoretical foundation used is the theory of Lawrence Friedman's

Legal System and the applicable legislation in Indonesia.

  Based on data analysis, it was found that the occurrence of registration

of fiduciary collateral after the debtor defaults because the legal regulation of

fiduciary guarantee is still overlapping, among others in determining the 30

(thirty) days of registration of fiduciary guarantees starting from "agreement" or

from "Fiduciary Assurance Deed", financial institutions that intentionally do not

register fiduciary objects and do "fraudulent" by tricking the debtor into making

an agreement so that if investigated into the legal domain results in violating

other laws. With the violation of the law, it is necessary to increase supervision of

financial institutions by the Financial Services Authority (OJK) and revise the law

on fiduciary guarantees.

  Keywords: agreement, fiduciary deed, underhanded deed, default.

  DAFTAR PUSTAKA

  A. Sumber Buku F.J. Stahl, dikutip oleh Fathurohman, Dian Aminudin, Sirajuddin,

  Memahami Mahkamah Konstitusi Di Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 2004.

  Lawrence M. Friedman, The Legal System; A Social Scince Prespective, Russel Sage Foundation, New York, 1975. Mien Rukmini, Perlindungan HAM Melalui Asas Praduga Tidak Bersalah

  dan Asas Persamaan Kedudukan Dalam Hukum Pada Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Alumni, Bandung, 2003.

  Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Aditya Bakti, Bandung, 2003. Philipus M Hadjon, dikutif oleh Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2005.

  Rachmadi Usman, SH, MH, Hukum Jaminan Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2009. Rony Hanityo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990. Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Bandung, 1992. Subekti, R, Prof, S.H., Hukum Perjanjian, Cetakan ke-XVIII, PT Intermasa, Jakarta, 2001.

  B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

  Perundang-undangan Undang-Undang RI Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

  Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana) Peraturan Kapolri No. 8 tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan

  Fidusia Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

  Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Pendelegasian Penandatangan Sertifikat Jaminan Fidusia Secara Elektronik; Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik;

  Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik.

  Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia

  Peraturan Pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia

  Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

C. Sumber Lain

  1. Instansi

  Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar, Jalan Soekarno Hatta No. 748 Bandung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jabar, Jalan Soekarno Hatta No. 748 Bandung Kantor Kementrian Hukum dan Ham Provinsi Jawa Barat, Jalan Jakarta No. 27 Bandung.

  Kantor Regional 2 OJK Jawa Barat di Jalan Ir. H. Juanda No. 152 Coblong Bandung

  2. Internet

  Stanley Lesmana, SH, MHum, Asas-asas Perjanjian dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, diakses tanggal 13 Januari 2018, pukul 21.30 WIB Diakses tanggal 14-1-2018 pukul 10.20 WIB

  Teori Sistem Hukum Friedman. Diakses tanggal 14-1-2018 pukul

  22.33 WIB. https://aanmuhsinin.wordpress.com/2013/06/28/eksistensi-perlindungan- hukum-terhadap-kreditor-berdasarkan-uu-no-42-tahun-1999- tentang-jaminan-fidusia/; diakses pada tanggal 10-1-2018 pukul

  10.36 WIB iakses tanggal 14-1-2018 pukul 11.10 WIB.

  Diakses tanggal 11-1-2018.