PENGALAMAN PENYIAR RADIO DI LINGKUP PUBLIK (Studi Fenomenologi Pada Penyiar Radio di Tasikmalaya)

  

PENGALAMAN PENYIAR RADIO DI LINGKUP PUBLIK

(Studi Fenomenologi Pada Penyiar Radio di Tasikmalaya)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Githa Mediana br Simanjuntak

  

NIM: 059114021

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

  

PENGALAMAN PENYIAR RADIO DI LINGKUP PUBLIK

(Studi Fenomenologi Pada Penyiar Radio di Tasikmalaya)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Oleh:

Githa Mediana br Simanjuntak

  

NIM: 059114021

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

Foot Prints One night I dreamed a dream

  

I was walking along the beach with my Lord.

Across the dark sky flashed scenes from my life.

For each scene, I noticed two sets of footprints in the sand,

One belong to me and one to my Lord.

  

When the last scene of my life shot before me,

I looked back at the footprints in the sand.

  

There was only one set of footprints.

I realized that this was the lowest and the saddest times of my life.

This always bothered me and I questioned the Lord about my dilemma.

  

‘Lord, You told me when I decided to follow,

You would walk and talk with me all the way.

But I’m aware that during the most troublesome times of my life,

There is only one set of footprints.

I just don’t understand why, when I need You most, You leave me.’

He whispered, ‘My precious child, I love you and will never leave you

never, ever, during your trials and testings.

  

When you saw only one set of footprints,

It was then that I carried you.’

  Suatu malam aku bermimpi Aku berjalan di tepi pantai dengan Tuhan

  Di bentangan langit gelap tampak kilasan-kilasan adegan hidupku Di tiap adegan, aku melihat dua pasang jejak kaki di pasir Satu pasang jejak kakiku, yang lain jejak kaki Tuhan.

  Ketika adegan terakhir terlintas di depanku Aku menengok kembali pada jejak kaki di pasir.

  Di situ hanya ada satu pasang jejak. Aku mengingat kembali bahwa itu adalah bagian yang tersulit Dan paling menyedihkan dalam hidupku.

  Hal ini menganggu perasaanku maka aku bertanya Kepada Tuhan tentang keherananku itu. “Tuhan, Engkau berkata ketika aku berketetapan mengikut Engkau, Engkau akan berjalan dan berbicara dengan aku sepanjang jalan,

  Namun ternyata pada masa yang paling sulit Dalam hidupku hanya ada satu pasang jejak. Aku tidak mengerti mengapa justru pada saat aku sangat membutuhkan

  Engkau, Engkau meninggalkan aku?”

  Tuhan berbisik, “Anakku yang Kukasihi Aku mencintai kamu dan takkan meninggalkan kamu Pada saat sulit dan penuh bahaya sekalipun.

Ketika kamu melihat hanya ada satu pasang jejak , ltu adalah ketika Aku menggendong kamu.”

  

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah

semangatmu, karena ada upah bagi usahamu...

  • - 2 Tawarikh 15:7 -

Terkhusus, karya ini ku persembahkan untuk semua pribadi yang telah hadir mengisi lembar kehidupanku…  Papa dan Mamaku…  Kakak dan adik-adikku…  Sahabat dan teman-temanku…  Keluarga besarku…  Semua pribadi yang pernah menganggapku ada… Karya ini ada semata-mata hanya karena Anugerah dan Kasih Karunia Tuhan..

  

“Makasih banyak, Bapa… Semua yang ku lakukan, tidak pernah kembali dengan sia-

sia… Praise The LORD!!!”

  Studi Fenomenologi Pada Penyiar Radio Di Tasikmalaya

  

Githa Mediana Br Simanjuntak

ABSTRAK

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman subjektif dari beberapa penyiar

radio di Tasikmalaya dalam lingkup publik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang

difokuskan pada fenomena tertentu, yaitu pengalaman penyiar radio di Tasikmalaya dalam menampilkan

diri mereka di hadapan publik. Partisipan dari penelitian ini terdiri dari 10 orang penyiar radio berusia

antara 20-30 tahun dan memiliki pengalaman bekerja minimal 1 (satu) tahun.

  Penulis menggunakan metode wawancara dalam proses pengumpulan data. Teknik wawancara

yang digunakan adalah wawancara dengan pedoman umum. Wawancara dilakukan dengan menggunakan

panduan pertanyaan yang mencantumkan indikator yang harus ditanyakan. Langkah-langkah analisis

yaitu dengan menulis transkrip verbatim melakukan kategorisasi, interpretasi, dan pembahasan hasil

penelitian. Hasil penelitian adalah terdapat dua pola makna pengalaman penyiar radio di lingkup publik.

Pola pertama adalah penyiar radio pekerjaan hobi-iseng tapi harus sempurna. Penyiar radio ini

menggunakan strategi presentasi diri menjilat, yaitu dengan menjadi seorang entertainer, superhero,

penyihir, panutan, hebat dan pemberi informasi. Pada pola ini, penyiar radio menganggap fans penting

dan segalanya, yaitu dengan membentuk Role Distance agar tercipta kesan sangat dekat dengan fans.

Selain itu, pemantauan diri penyiar radio ini tinggi, terlihat dari penampilan yang menjadi pusat

perhatiannya. Pola kedua adalah pola penyiar radio sebagai pekerjaan serius. Strategi Presentasi Diri yang

digunakan adalah pemberian contoh, dengan menjadi motivator, inspirator, mempengaruhi orang dan

selebritis lokal. Pada pola ini, secara penampilan penyiar radio kurang menyediakan diri sebagai pusat

perhatian. Hubungan dengan fans menggunakan teknik mistifikasi dengan menjaga jarak agar tercipta

keterkaguman fans pada dirinya.

  Kata kunci : Studi fenomenologi, penyiar radio, presentasi diri, pemantauan diri

  Phenomenological Study on The Radio Announcer in Tasikmalaya

  

Githa Mediana Br Simanjuntak

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the subjective experience of several radio

announcer in Tasikmalaya in the public sphere. This study used a qualitative descriptive method

that is focused on a particular phenomenon, namely a radio announcer experience in Tasikmalaya

in presenting themselves in public. Participants of this study consisted of 10 people broadcaster

between 20-30 years of age and have experience working at least 1 (one) year.

  The author uses the interview method in the process of data collection. Interview

techniques used are interviews with the general guidelines. Interviews were conducted by using a

guide that lists questions to ask indicators. The steps of the analysis by writing verbatim

transcripts made categorization, interpretation, and discussion of research results. The results of

the study is that there are two patterns of meaning in the experience of a radio announcer public

sphere. The first pattern is a radio announcer-idle hobby work but have to be perfect. This radio

broadcasters using self-presentation strategies lick, that is by becoming an entertainer, superhero,

witch, modeling, intense and informers. In this pattern, the radio announcer fans consider

important and everything, that is by forming Role Distance to create an impression very close to

the fans. In addition, self-monitoring is high broadcaster, seen from the appearance of the center

of attention. The second pattern is the pattern of the radio broadcaster as a serious job. Self

Presentation Strategies used are giving an example, by being a motivator, inspiration, influence

people and local celebrities. In this pattern, the appearance of a radio broadcaster to provide

themselves less as the center of attention. Relationship with fans using the technique of

mystification in order to create distance in her admiration of fans.

  Keyword : phenomenological study, announcer, self-presentation, self-monitoring

  Puji Tuhan… Penulis sangat mengucap syukur atas berkat, anugerah, kasih karunia dan penyertaan Tuhan yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi,

  terima kasih untuk kesempatan yang telah Bapak berikan selama proses studi.

  2. Ibu Sylvia Carolina CMYM, S. Psi, M. Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi USD, terima kasih banyak untuk dukungan Ibu selama ini.

  3. Ibu Kristiana Dewayani selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis belajar di Fakultas Psikologi. Terima kasih banyak untuk dukungan Ibu

  

sehingga kami termotivasi untuk cepat-cepat menyelesaikan studi kami.

  4. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis.

  Terima kasih banyak, Bu.. Terima kasih untuk setiap dinamika yang telah kita lalui.. Meskipun berat dan sampai mabok-mabok, tapi akhirnya memang indah dan manis…

  5. Bapak Y. Cahya dan Bapak Heri Widodo, yang telah banyak membantu menjelaskan fenomenologi. Makasih banyak ya, Pak… Saya banyak belajar

  dari setiap kesalahan yang saya perbuat.. Semangat ya, Pak…

  6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

  banyak, Pak.. Bu… Terima kasih untuk dinamika yang sangat luar biasa, kami tidak hanya dipandang sebagai seorang murid tapi juga sebagai orang dewasa yang memiliki tanggung jawab penuh.

  7. Mbak Nani, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Dony yang tidak pernah bosan memberikan bantuannya saat penulis membutuhkan segala hal akademis. Terima kasih banyak buat semuanya..

  8. Bapak Edwi Arief Sosiawan, Makasih banyak buat buku dan diskusi singkat

  namun penuh makna. Saya sangat belajar banyak dari diskusi kita tempo hari. Makasih ya, Pak…

  9. Keluarga tercinta… Papa mama, yang sangat luar biasa menginspirasi dan memotivasi penulis selama menjalankan perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini. Papa dan Mama memang orang tua yang sangat luar biasa. Aku

  bangga menjadi putri kalian.. Kakak dan adik-adikku, Kak Frina, Anna, Marlan, Marlen, Marlon, Alfrans.. Makasih banyak buat semuanya.

  Keberhasilan ini buat kalian juga, secepatnya kalian akan merasakannya… Kak Frina yang sering banget nganter aku kemana-mana; Anna yang sering ngomel kalo kakak ga ngerjain skripsi; Bang, Len, Lon, tiga jagoan yang selalu kakak banggakan. Kalian adik yang sangat hebat buat kakak..; Aceuh yang selalu menyambut kakak kalau pulang ke rumah. Kakak sayang kalian semua..

  10. Keluarga besar Simanjuntak yang selalu mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung… Terima kasih banyak..

  11. Sahabat-sahabatku sayang.. Wiera + Nurma… Aku mengerti dan merasakan

  keberadaan seorang sahabat yang sesungguhnya dari kalian. Ga cuma sahabat secara dunia, tapi juga secara rohani aku sangat merasakan dukungan kalian. Apapun yang terjadi, nama kalian ga akan pernah hilang

dari hidupku… Kalian adalah anugerah terindah yang pernah ku miliki…

  12. Teman-teman seperjuangan yang sangat aku kasihi.. Iin, Mbak Nana, Shinta, Wida, Mbak Bella, Lilo, Alma, Tiwi, Arya.. Makasih banyak yah. Kalian

  memang keluarga cemara yang tangguh. Aku banyak belajar dari kalian dan aku sangat rasakan kekeluargaan yang kalian bentuk selama ini.

  SEMANGAT, temans…!!! Sekalipun nanti kita berpisah, ingat video buatan Shinta yaa.. “Apabila nanti kita t’lah hidup masing-masing ingatlah hari ini….”

  13. Saudara dan saudariku di Impact FM. Makasih banyak buat kesempatan yang

  sangat amat indah banget!!!! Aku ga bakal pernah lupa setiap kenangan kita di radio tercinta. Mulai studio di ruko ampe di PCC, semua jadi warna yang sangat menarik untuk diceritakan. Siaran yang gila-gilaan, mancing dan bakar ikan, karokean ampe pagi, sampai cerita yang membuatku menitikkan air mata. Semua komplit dari A ampe Z. VJ’s lama n baru : Bond, Benja, Andre, Pinkan, Inez, Fey, Simon, Debho, Bitha, Iva, Mamie Susan, My Soulmate yang terpisahkan Billy. Bagiku kalian bukan hanya seorang penyiar yang hebat, tapi juga keluarga yang hangat dan menyenangkan. Babe, Mas Seto, Mbak Lisa, Pak Yanto, aku sangat sayang kalian semua.. Agnes,

  14. Teman-teman komsel.. Cika, makasih udah mau jadi ibuku selama 3 tahun ini. Aku belajar bagaimana menjadi Putri Raja hingga Prajuritnya Allah.

  Makasih buat bimbingannya selama ini. Ci Nia, Kak Adel, Putri, Mbak Risa. Doa kalian sangat menguatkanku.. Luph u olweyz..

  15. Teman-teman penyiar Style FM dan Martha FM, Riri, Olive, Valen, Ogie, Ewink, Arya, Mbak Arnia, Mbak Sarah, Mas Ibeng, Mas Marwan, Makasih

  banyak.. Aku sunguuh-sungguh berterimakasih buat kerjasama kalian selama aku mengambil data. Kalian tidak hanya membantuku untuk skripsi ini, tapi juga berbagi pengalaman hidup yang sangat mahal harganya bagiku.. Makasih yah… Aku ga bakal pernah lupain kalian semua.. =)

  16. Kantor Pariwisata Tasikmalaya dan Kantor Bappeda Tasikmalaya, Terima

  kasih untuk informasi dan masukan dari Bapak dan Ibu. Sungguh sangat membantu saya mendapatkan data tentang Tasikmalaya.

  17. Teman-teman kost mulai dari kost pertama hingga saat ini. Kost Tastiti, Kost Alamanda, Kost Griya Martha.. Makasih ya teman-teman.. Kalian adalah

keluarga yang menyenangkan. Selalu ada kenangan indah di setiap tempat..

  18. Kak Marin, Makasaih ya kak.. Kakak yang menjadi inspirasiku meneliti penyiar radio.. Makasih juga buat ilmu-ilmu yang udah kakak kasih ma aku..

  Semangaaatt….! 19. Semua testee-testee yang pernah membantuku mengerjakan mata kuliah tes.

  Mulai dari Binet hingga TAT.. Makasih untuk kerjasama teman-teman..

  Makasih juga udah mau “diganggu” ma aku.. ;)

  20. Teman-teman di Fakultas Psikologi dari berbagai angkatan, terkhusus 2005.

  Makasih banyak, teman-temin… Terimakaish untuk dinamika yang telah kita jalani.. Aku bisa merasakan menjadi seorang adik, seorang kakak, seorang teman, dan bahkan sahabat. Keep contact yah sampai kapanpun…

  21. Buat semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih banyak untuk peran kalian dalam hidupku. Aku yakin, kalian adalah orang yang Tuhan tempatkan untuk bisa mengisi setiap lembar kehidupanku.. Aku mengasihi kalian semua..

  Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, semoga skripsi ini bermanfaat. Tuhan memberkati kita semua.

  Yogyakarta, Januari 2010 Peneliti

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..…… .i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………….……………………....ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...iii HALAMAN MOTO ……………………………………………………………. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………....vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………….. vii ABSTRAK ………………………………………………………….…………..viii ABSTRACT ……………………………………………………………………...ix HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………….. x KATA PENGANTAR …………………………………………………………...xi DAFTAR ISI ...………………………………………………………………….xvi DAFTAR TABEL ………………………………………………………….... ...xix DAFTAR LAMPIRAN ...………………………………………………………..xx

  BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………...………...1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………...1 B. Rumusan Masalah …………………………………………………….9 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………..9 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………9 BAB II. LANDASAN TEORI …….…………………………………………... 11 A. Teori Presentasi Diri ...……………………………….……………...12

  1. Pengertian Presentasi Diri…………………………………..…… 12

  3. Teori Pengelolaan Kesan ………………………………………... 17

  B. Pemantauan Diri (Self Monitoring) ……………………………….... 21

  C. Penyiar Radio ….……………………….……………………………24

  1. Keahlian Utama Penyiar Radio ..……………………………….....25

  2. Kecakapan Yang Harus Dimiliki Penyiar Radio….……………....26

  3. Modal Menjadi Penyiar Radio...................................................... 27 .

  D. Kota Tasikmalaya …………………………………………………... 30

  E. Presentasi Diri dan Pemantauan Diri Penyiar Radio di Tasikmalaya ...…………………….................................................32 F. Skema ...………………………………………………………...…. 36

  BAB III. METODE PENELITIAN .……………………………………………..37 A. Jenis Penelitian ….…………………………………………………...37 B. Batasan Istilah ………………...……………………………………. 38 C. Subjek Penelitian……………………………………………………. 38 D. Metode Pengumpulan Data …...……………………………………..40 E. Analisis Data ..……………………………………………………….44 F. Pemeriksaan Keabsahan Data…………………………………..........45 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..……………………...47 A. Hasil Penelitian ..………………………………………………….....47

  1. Data Demografi Informan ……………………………………...47

  2. Hasil Analisis Data Penelitian …………………………………...49

  B. Pembahasan Penelitian ..……………………………………………..74

  A. Kesimpulan …..……………………………………………………..79

  B. Saran ……......……………………………………………………….81 DAFTAR PUSTAKA ……..…………………………………………………….82 LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 84

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1. Data Demografi………………………………………………………..47 Tabel 2. Sintesis Pengalaman Menjadi Penyiar Radio…..……………………...69 Halaman Lampiran 1 Tabel Tematik Informan ………………………..……………….. 84 Lampiran 2 Deskripsi Kategori Semua Informan ……………………………. 91

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ada banyak cara yang dilakukan oleh figur publik dalam menjalankan

  perannya sebagai orang yang dipandang masyarakat. Keberadaannya sebagai orang terkenal membuatnya harus mampu menampilkan diri sebaik mungkin di hadapan khalayak umum. Sementara berkaitan dengan sisi hidupnya yang lain, yakni sebagai pribadi yang memiliki kehidupan privat seringkali juga menuntut privasi harus tetap dijaga. Figur publik harus mampu menampilkan dirinya di hadapan publik sesuai dengan tuntutan yang publik berikan atas dirinya. Semakin baik diri yang hendak ditampilkan seorang figur publik, maka hal ini menandakan bahwa kesadaran diri publiknya pun semakin meningkat.

  Kesadaran diri publik yang tinggi dari seorang figur publik menandakan bahwa figur publik tersebut berusaha menampilkan diri terbaiknya di hadapan masyarakat dan memantau serta menjaga dirinya untuk tampil sempurna. Hal ini dilakukan seperti menjadi orang yang ramah dan rilaks ((Lippa, 1978) dalam Dayakisni dan Hudaniah 2006), tidak pemalu dan lebih siap untuk mengambil inisiatif dalam berbagai situasi ((Pilkonis, 1977) dalam Dayakisni dan Hudaniah 2006). Hal inilah yang membuat banyak figur publik melakukan berbagai cara untuk tetap sempurna dalam menghadirkan mendukung. Cara-cara tersebut dapat kita lihat dari peristiwa yang menimpa para figur publik, seperti peristiwa Ari Lasso dan figur publik lainnya mengenai kasus narkoba.

  Semula aku pakai biar lebih pede aja ketika nyanyi di atas

panggung. Kebayang nggak sih, nyanyi di depan ribuan orang yang

mengelu-elukan kita. Kadang tiba-tiba kita merasa menjadi sangat

takut dan kecil. Ketika memakai narkoba, aku menjadi lebih santai dan

nggak peduli dengan jumlah penonton yang membludak.

Penampilanku menjadi lebih baik di atas panggung . (Buletin

  STUDIA, Edisi 289, 17 April 2006) Selain agar percaya diri di hadapan fans, figur publik juga menggunakan narkoba karena untuk menggenjot kreativitas demi memenuhi permintaan fans. Hal ini terlihat dari pengalaman Bimbim Slank

  Ketika baru memakai, kami merasa menjadi sangat hebat karena

dalam sehari bisa menciptakan puluhan lagu. Kami merasa sangat

luar biasa berkat narkoba. Tanpa kami sadari, hidup kami sedikit demi

sedikit dihancurkan oleh barang haram itu. (Buletin STUDIA, Edisi

  289, 17 April 2006) Kasus di atas merupakan salah satu dari banyak kasus figur publik terkait dengan cara mereka dalam menampilkan dirinya di hadapan publik.

  Dunia publik atau wilayah depan seseorang merupakan suatu peristiwa sosial yang memungkinkan individu bergaya atau menampilkan peran formalnya (Goffman, 1959). Hal ini tentu dipengaruhi oleh kesadaran diri publik individu, yakni perhatian yang diarahkan pada aspek tentang diri yang tampak atau kelihatan pada orang lain seperti penampilan dan sikap sosial ((Buss, 1980) dalam Dayakisni dan Hudaniah 2006). Selain itu, dunia privat atau wilayah belakang adalah suatu peristiwa atau tempat yang memungkinkan dengan kesadaran diri privat, yaitu pemfokusan pada aspek yang relatif pada diri seperti mood, persepsi, dan perasaan. Oleh karena itu, figur publik akan menampilkan wilayah depan dirinya dengan sempurna meskipun mungkin cara yang dilakukannya akan menyakiti dirinya sendiri dengan cara mengkonsumsi narkoba agar tampil percaya diri di hadapan publik.

  Mengkomsumsi narkoba sebagai upaya memenuhi tuntutan publik merupakan suatu cara yang destruktif (tidak sehat). Fromm (dalam Schultz, 1991) mengatakan bahwa seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan ‘bersikap tunduk’ kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu yang ideal. Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia yaitu dengan ‘menguasainya’, dengan memaksa orang lain tunduk kepadanya. Kedua hal tersebut merupakan suatu malapetaka, karena orang yang bersikap ‘tunduk’ atau ‘mendominasi’ tidak bebas mengembangkan hakikat dirinya secara penuh. Selain itu, Frankl (dalam Schultz, 1991) menambahkan bahwa salah satu ciri orang yang memiliki sifat kepribadian yang sehat adalah tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri mereka.

  Berdasarkan penjelasan tersebut, figur publik melakukan cara yang destruktif dikarenakan kurangnya mengelola diri sehingga mereka dikuasai oleh tuntutan-tuntutan publik dan menyediakan diri untuk dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri mereka. Figur publik ini tidak mampu menyeimbangkan tuntutan dari luar dirinya sehingga mereka tidak bebas merugikan tidak hanya diri figur publik saja tetapi juga masyarakat. Peran figur publik yang seharusnya menjadi teladan dan dipandang masyarakat tidak berhasil dijalankan dengan baik.

  Tidak hanya seorang figur publik, tetapi juga setiap individu tentu akan menampilkan dirinya saat berinteraksi dengan orang lain. Diri yang ditampilkan tersebut merupakan upaya individu dalam menghadirkan kesan yang baik dari orang lain. Ada berbagai cara yang dilakukan figur publik untuk menampilkan dirinya di hadapan umum. Seorang figur publik cenderung memiliki fokus yang lebih besar pada dunia publiknya, yaitu hal yang berkaitan dengan sesuatu yang tampak dan terlihat orang lain. Figur publik akan berusaha dengan keras agar diri publik yang ia tunjukkan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat pada dirinya.

  Saat menampilkan diri publiknya, figur publik akan menyeleksi dan mengontrol perilaku dan penampilan mereka sesuai dengan situasi dimana perilaku itu dihadirkan. Proses ini merupakan presentasi diri yang digunakan figur publik dalam menunjukkan dirinya di hadapan publik. Salah satu figur publik yang mempresentasikan dirinya di hadapan publik adalah penyiar radio.

  Penyiar radio merupakan salah satu figur publik yang juga memiliki tuntutan dan tanggungjawab besar dalam pekerjaannya. Penyiar radio membuka suatu acara dengan hangat kepada pendengar dan juga menutupnya di akhir acara sehingga membuat acara tersebut menjadi lebih hidup. Kata- yaitu suatu imajinasi dalam pikiran, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan bahkan membuat kehebohan kepada pendengarnya pada acara yang dibawakannya. Diri publik yang ditunjukkan sebagai penyiar radio mengharuskannya tetap memiliki kedekatan dengan pendengar, kehangatan, memiliki smiling voice, dan bahkan harus tetap ‘tampak bahagia’ menghadapi pendengarnya (Ningrum, 2007).

  Tidak hanya saat siaran, penyiar radio juga mempresentasikan dirinya saat berhadapan dengan pendengar, terlebih saat membawakan suatu acara secara langsung di hadapan umum. Peran penyiar radio sekarang ini mulai bergeser tidak hanya pekerjaan di balik layar, melainkan juga menjadi pekerjaan di depan layar. Penyiar radio mulai memiliki tugas membawakan acara langsung di hadapan masyarakat sehingga penampilannya pun harus terjaga dengan baik.

  Berbagai tugas-tugas penyiar radio itu mengharuskan mereka untuk bisa tetap prima di hadapan pendengar. Meskipun dalam kehidupan senyatanya, penyiar radio juga tidak terlepas dari permasalahan hidup. Saat inilah penyiar radio dituntut untuk mengelola diri dengan baik agar tetap menjadi pribadi yang sehat secara mental. Dalam segala situasi yang sedang dialami, penyiar radio harus tetap menghibur dan tetap menjadi teladan bagi pendengarnya.

  Presentasi diri yang dilakukan penyiar radio dapat memiliki beberapa tujuan. Penyiar radio mungkin ingin disukai, nampak kompeten, berkuasa, strategi presentasi yang bervariasi. Tujuan itu biasanya tidak hanya satu, seseorang mungkin berusaha mencapai beberapa tujuan dalam waktu yang sama. Ada beberapa strategi presentasi diri, meliputi Mengambil muka/menjilat (Ingratiation), Mengancam atau menakut-nakuti (intimidation), Promosi diri (self-promotion), Pemberian contoh/teladan (Exemplification), Hambatan diri (self-handicapping), Alignig actions, dan Altercasting (Dayakisni dan Hudaniah, 2006). Oleh karena itu, suatu siasat atau upaya yang mereka lakukan dalam memperindah penampilannya di hadapan publik yaitu dengan menggunakan strategi presentasi diri, pengelolaan kesan, dan pemantauan diri.

  Penelitian sebelumnya tentang penyiar radio mengulas mengenai perbedaan kompetensi komunikasi interpersonal antara penyiar radio pria dan wanita. Penelitian dilakukan oleh Liza Akmalia Arkam, di stasiun radio swasta yang berada di wilayah Jakarta, Depok, dan Bogor dengan responden sebanyak 60 orang. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik independen sample T-test, dan hasil yang didapatkan adalah bahwa tidak terdapat perbedaan kompetensi komunikasi interpersonal yang signifikan antara penyiar radio pria dan wanita (www.library.gunadarma.ac.id). Selain penelitian tersebut, ada juga penelitian mengenai penyiar radio lainnya yang dilakukan oleh Marina (2008) dengan judul Hubungan Antara Tipe Kepribadian Introvert-Ekstravert Dan Keterampilan Berkomunikasi Saat Siaran Pada Penyiar Radio. Penelitian dilakukan dengan jumlah subyek Yogyakarta. Data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi Kendall’s Tau-b dan hasilnya menunjukkan koefisien korelasi yang bernilai 0,124 dengan taraf signifikasi 0,59 (dengan p<0.01). Hasil ini berarti bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tipe kepribadian introvert-ekstravert dan skala keterampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio (skripsi Sanata Dharma, 2008). Penelitian lainnya yang membahas mengenai penyiar radio juga dilakukan oleh Muhammad Rohmadi mengenai karakteristik bahasa penyiar radio JPI FM Solo. Karakteristik ragam bahasa penyiar radio JPI FM Solo diwarnai campur kode, alih kode, dan nuansa humor dalam siaran.

  Tujuan utama penyiar radio JPI FM Solo adalah untuk menarik simpati pendengar dan berinteraksi dengan para pendengar secara kreatif (Humaniora Volume XVI, 2004).

  Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya, penelitian mengenai penyiar radio adalah mengulas tentang perbedaan kompetensi komunikasi interpersonal antara penyiar radio pria dan wanita, tipe kepribadian introvert- ekstravert dan keterampilan berkomunikasi saat siaran pada penyiar radio, serta karakteristik bahasa penyiar radio JPI Solo. Namun, belum ada penelitian yang mengulas mengenai pengalaman subyektif menjadi penyiar radio dalam menampilkan dirinya di hadapan publik. Oleh karena itu, penelitian ini dapat mengisi kekosongan penelitian dan memberikan informasi atau gambaran pada figur publik, khususnya penyiar radio dalam menampilkan dirinya di hadapan publik.

  Tuntutan dunia publik mengharuskan penyiar radio menjadi sosok publik yang menyenangkan dan menjalankan perannya dengan baik, terlepas dari segala kesulitan dan permasalahan pribadi yang terjadi. Terlebih tuntutan publik yang menuntut penyiar radio untuk berpenampilan semaksimal mungkin, seperti yang terjadi di Tasikmalaya. Penampilan fisik masyarakat kota Tasikmalaya dipengaruhi kuat dari kota Bandung. Kota Bandung telah mampu mempertahankan pionir fashion karena dari 700 unit usaha fashion, 300 unit usaha berada di Kota Bandung (www.jabar.go.id). Selain itu Bandung dikatakan sebagai Kota Fashion bukan hanya karena di kota ini banyak bermunculan factory outlet (FO) atau distro (distribution outlet) yang menyediakan berbagai model busana, tetapi juga karena Bandung dikenal sebagai kota yang warganya gandrung bergaya dengan penampilannya yang khas, terutama di kalangan anak-anak muda (Pikiran Rakyat, 12 November 2009).

  Kota Tasikmalaya juga merupakan salah satu Pusat Kegiatan Wilayah di Jawa Barat sehingga menjadi pusat pertumbuhan di wilayah Priangan Timur. Hal ini juga berkaitan dengan banyaknya sarana dan prasarana yang mendukung masyarakatnya dalam berpenampilan. Oleh karena itu, penampilan fisik menjadi sangat penting bagi masyarakat Tasikmalaya. Berkaitan dengan itu, penampilan fisik bagi figur publik di Tasikmalaya, tidak terkecuali bagi penyiar radio adalah hal yang penting dan menjadi fokus penampilan mereka.

  Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini penting dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengalaman penyiar radio di Tasikmalaya dalam menampilkan dirinya di hadapan publik, berkaitan dengan siaran, fans, dan penampilan fisiknya. Gambaran ini lebih lanjut dapat mengidentifikasi sejauh mana pengelolaan diri penyiar radio dalam menjalankan perannya sehingga tetap bisa menjadi pribadi yang sehat secara mental dan fisik. Selain itu, penelitian ini juga dapat mengidentifikasi hal yang perlu ditingkatkan oleh penyiar radio dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

  B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan penjelasan di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengalaman subyektif menjadi penyiar radio di Tasikmalaya dalam lingkup publik?

  C. TUJUAN Mengetahui pengalaman subyektif penyiar radio di Tasikmalaya dalam lingkup publik.

  D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini memiliki manfaat secara praktis maupun teoritis.

  1. Manfaat Teoritis

  Manfaat penelitian ini adalah menambah keragaman penelitian psikologi terutama mengenai pengalaman subyektif penyiar radio di lingkup publik khususnya dalam mempresentasikan diri di hadapan publik.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Penyiar Radio Memberikan informasi mengenai gambaran pengalaman subyektif penyiar radio di Tasikmalaya.

  b. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk menambah wacana mengenai gambaran pengalaman penyiar radio di Tasikmalaya.

BAB II LANDASAN TEORI Seorang figur publik, tidak terkecuali penyiar radio akan menampilkan

  dirinya dengan cara-cara tertentu. Saat menampilkan diri publiknya, penyiar radio juga mengatur dan mengelola dirinya agar tampil sebagai sosok yang baik dan tidak mengecewakan banyak orang. Sebaliknya, dalam diri pribadinya penyiar radio juga mengalami realita kehidupan seperti individu lainnya yang memiliki masalah, emosi negatif di saat menjalankan peran sebagai seorang figur publik. Oleh karena itu, penyiar radio menggunakan cara dalam menampilkan dirinya di hadapan publik. Cara tersebut bisa dengan dua cara, yaitu orientasi ke luar dan orientasi ke dalam. Cara orientasi keluar dilakukan penyiar radio dengan cara Presentasi Diri (Self Presentation), sedangkan orientasi ke dalam dilakukan dengan Pemantauan Diri (Self Monitoring).

  Oleh sebab itu, dalam bab ini peneliti akan menguraikan dua teori yang cukup peka terhadap penelitian ini, yaitu teori presentasi diri dan pemantauan diri.

  Teori Presentasi Diri digunakan karena berkaitan dengan cara penyiar radio dalam menampilkan dirinya dalam cara yang sudah diperhitungkan untuk memperoleh penerimaan atau persetujuan dari orang lain. Adapun Teori Pemantauan Diri digunakan berkaitan dengan kecenderungan penyiar radio mengatur perilaku untuk menyesuaikan tuntutan-tuntutan sosial.

  A. TEORI PRESENTASI DIRI (Orientasi Lebih ke Luar)

  1. PENGERTIAN PRESENTASI DIRI Presentasi diri adalah menghadirkan diri sendiri dalam cara-cara yang sudah diperhitungkan untuk memperoleh penerimaan atau persetujuan orang lain. Dalam proses presentasi diri, individu akan menseleksi dan mengontrol perilaku mereka sesuai dengan situasi dimana perilaku itu dihadirkan. Hal ini berkaitan dengan kesadaran diri yang dimiliki individu dalam menghadirkan suatu perilaku yang akan ditampilkan.

  Kesadaran diri muncul ketika kita mengarahkan perhatian kita ke dalam untuk memfokuskan pada isi dari diri sendiri. Menurut Bringham (1991) dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2006, kesadaran diri menunjukkan derajat perhatian diarahkan ke dalam untuk memusatkan perhatian pada aspek-aspek dari diri sendiri. Pada umumnya, individu tidak berpikir mengenai dirinya sendiri ketika melakukan perilaku yang otomatis, bahkan tidak juga berpikir tentang apa yang dipikirkan orang lain mengenai diri individu tersebut. Tetapi situasi-situasi tertentu memaksa individu untuk memperhatikan ke dalam dirinya sehingga isi dalam diri individu menjadi objek dari perhatiannya.

  Menurut Buss (1980) dalam Dayakisni dan Hudaniah 2006, ada dua jenis kesadaran diri, yaitu: a. Kesadaran diri pribadi (private self awarnness)

  Adalah pemfokusan pada aspek yang relatif pada diri seperti mood, persepsi dan perasaan. Individu yang memiliki kesadaran diri pribadi yang tinggi, maka akan lebih cepat memproses informasi yang mengacu pada dirinya dan memiliki gambaran tentang diri sendiri yang lebih konsisten. Selain itu, individu akan lebih mungkin untuk melihat diri mereka sendiri sebagai pelaku yang bertanggung jawab atas kejadian yang meninpa individu.

  b. Kesadaran diri publik (public self awarnnes) Adalah perhatian diarahkan pada aspek tentang diri yang tampak atau kelihatan pada orang lain seperti penampilan dan tindakan sosial.

  Orang yang memiliki kesadaran diri publik yang tinggi akan cenderung menaruh perhatian pada identitas sosialnya dan reaksi orang lain pada dirinya. Berdasarkan uraian diatas, suatu perilaku akan dihadirkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh individu. Hal ini dipengaruhi oleh kesadaran diri yang dimiliki individu, yaitu kesadaran diri publik dan kesadaran diri pribadi.

  2. STRATEGI PRESENTASI DIRI Presentasi diri dapat memiliki beberapa tujuan. Seseorang mungkin ingin disukai, nampak kompeten, berkuasa, budiman atau menimbulkan simpati.

  Masing-masing tujuan melibatkan strategi presentasi yang bervariasi. mencapai beberapa tujuan dalam waktu yang sama. Ada beberapa strategi presentasi diri, yaitu: a. Mengambil muka/menjilat (Ingratiation)

  Tujuan dan strategi ini adalah supaya dipersepsi sebagai orang yang menyenangkan atau menarik. Taktik yang umum meliputi memuji orang lain, menjadi pendengar yang baik, ramah, melakukan hal-hal yang memberi keuntungan pada orang lain dan menyesuaikan diri atau konform dalam sikap dan perilakunya. Jones dan Wortman memberi nama sebagai taktik illicit (gelap/tersembunyi) karena motivasi pelaku yang sebenarnya tersembunyi. Sebab yang ditekankan adalah membangun penampilan sebagai orang yang benar-benar tulus hatinya dan perilakunya itu asli (otentik).

  b. Mengancam atau menakut-nakuti (intimidation) Straregi ini digunakan untuk menimbulkan rasa takut dan cara memperoleh kekuasaan dengan meyakinkan pada seseorang bahwa ia adalah orang yang berbahaya. Jadi berbeda dengan penjilat (ingranarory) yang ingin disukai, maka mereka justru ingin ditakuti.

  Straregi intimidasi kemungkinan lebih sering digunakan dalam situasi dimana meloloskan diri adalah tidak mudah.

  c. Promosi diri (self-promotion) Ketika tujuan seseorang adalah supaya dilihat nampak kompeten atau ahli pada tugas tertentu, strategi promosi diri biasanya digunakan. kekuatan dan berusaha untuk memberi kesan dengan prestasi mereka. Melebih-lebihkan tentang kemampuan diri dapat beresiko mereka dianggap sombong, dan tidak dapat dipercaya. Menyadari masalah ini, cara yang digunakan adalah tidak langsung sehingga memungkinkan orang lain sampai pada kesimpulan bahwa dia kompeten.

  d. Pemberian contoh/teladan (Exemplification) Orang yang menggunakan strategi ini berusaha memproyeksikan penghargaannya pada kejujuran dan moralitas. Biasanya mereka mempresentasikan dirinya sebagai orang yang jujur, disiplin dan baik hati atau dermawan, Kadang-kadang penampilan yang ditunjukkan ini memang keadaan yang sebenarnya, namun yang sering pengguna strategi ini berusaha memanipulasi dan tidak tulus hati dalam melakukannya.

  e. Permohonan (supplification) Strategi ini dengan cara memperlihatkan kelemahan atau ketergantungan untuk mendapatkan pertolongan atau simpati. Ini merupakan alternatif straregi yang terakhir, jika orang tidak memiliki sumber-sumber yang dapat digunakan untuk melakukan strategi- strategi yang tersebut di atas. Biasanya yang dilakukan adalah melakukan kritik pada diri sendiri.

  f. Hambatan diri (self-handicapping) Strategi ini digunakan ketika individu merasa egonya terancam karena kesuksesannya sebelumnya karena nasib baik, mereka takut gagal dalam melaksanakan tugas. Sehingga mereka berpura-pura mendapatkan suatu hambatan (rintangan) sebelum atau selama kejadian-kejadian yang mengancam egonya. Ini dilakukan dalam rangka melindungi agar egonya tidak hancur sehingga harga dirinya menurun.

Dokumen yang terkait

Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar (Studi Kasus Tentang Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung)

7 86 147

BAB 1 PENDAHULUAN MOTIVASI PENYIAR BEKERJA DI RADIO KOMUNITAS (Studi Deskriptif Kualitatif Motivasi Penyiar Bekerja di Radio Komunitas Balai Budaya Minomartani 107.9 FM).

0 4 20

KESIMPULAN DAN SARAN MOTIVASI PENYIAR BEKERJA DI RADIO KOMUNITAS (Studi Deskriptif Kualitatif Motivasi Penyiar Bekerja di Radio Komunitas Balai Budaya Minomartani 107.9 FM).

0 6 46

PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Profesionalisme Penyiar di Trijaya FM PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PROFESIONALISME PENYIAR DI TRIJAYA FM YOGY

0 3 12

MOTIVASI PENYIAR BERITA BEKERJA DI RADIO GAPURA MOTIVASI PENYIAR BERITA BEKERJA DI RADIO GAPURA KLEWER 97.3 FM SURAKARTA.

0 3 16

PENYIMPANGAN MAKSIM KUALITAS SEBAGAI PEMBENTUK WACANA HUMOR PADA DIALOG PENYIAR RADIO POP FM SOLO Penyimpangan Maksim Kualitas Sebagai Pembentuk Wacana Humor Pada Dialog Penyiar Radio Pop Fm Solo.

0 3 12

PENYIAR RADIO SE-EKS Kesantunan Berbicara Penyiar Radio Se-Eks Karesidenan Surakarta: Kajian Pragmatik.

0 3 14

PENYIAR RADIO SE-EKS Kesantunan Berbicara Penyiar Radio Se-Eks Karesidenan Surakarta: Kajian Pragmatik.

0 3 14

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA Pemakaian Bahasa Gaul Penyiar Radio Jpi Fm Dalam Acara Popiku Pada Bulan Februari Minggu Pertama.

0 0 15

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI Pemakaian Bahasa Gaul Penyiar Radio Jpi Fm Dalam Acara Popiku Pada Bulan Februari Minggu Pertama.

1 1 13