Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar (Studi Kasus Tentang Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung)

(1)

Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh : Marlinah 41811068

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(Studi Kasus Tentang Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada

Radio Ardan 105,9 FM Bandung)

Oleh: MARLINAH

41811068

Skripsi ini dibawah bimbingan: Sri Dewi Setiawati, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung. Untuk menjawab masalah tersebut, maka diambil sub-fokus dari Identitas Perusahaan yang meliputi Simbol, Perilaku, dan Komunikasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Studi Kasus. Informan dari penelitian ini berjumlah sembilan orang, informan tersebut dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling. Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan internet searching.

Hasil dari penelitian ini, simbol yang muncul ketika siaran yakni terdapat pada pengucapan nama radio, frekuensi, tagline, tema bulanan, nama program, jingle, serta pemilihan iklan sesuai dengan segmentasi radio Ardan. Perilaku yang ditunjukkan untuk menarik perhatian pendengar radio Ardan, diantaranya dengan cara bersikap asik, seru, akrab, terbuka kepada pendengar, dan merangkul pendengar, serta membuat pendengar merasa nyaman untuk mendengarkan radio Ardan. Komunikasi yang dilakukan yakni pendekatan kepada pendengar melalui call sign insan muda yang ketika siaran diganti menjadi “aku dan kamu” yang bertujuan agar penyiar lebih akrab dengan pendengar dan komunikasi juga dilakukan melalui topik dan bahasan siaran serta selalu menyisipkan humor.

Kesimpulannya, karakteristik penyiar dibentuk sesuai dengan identitas radio Ardan yang bersegmentasi untuk anak muda, karakteristik tersebut yakni nada yang bersemangat, enerjik dan memiliki teknik penekanan suara yang jelas, agar dapat menjadi pemacu semangat bagi kawula muda dan menjadi pembeda dengan radio lain.

Akhirnya saran dari penelitian ini yaitu jangan mengubah karakter dari setiap penyiar dan jangan sampai menghilangkan ciri khas anak muda dari radio Ardan, karena dapat mempersulit pendengar dalam mengenali radio Ardan.


(3)

(A Case Study About Maintaining Radio Identity By Forming The Anouncer Characteristic At Ardan Radio 105.9 FM Bandung)

By: MARLINAH

41811068

This thesis under the guidance of: Sri Dewi Setiawati, S.Sos., M.Si

This study aims to determine maintaining the radio identity by forming the anouncer characteristic at Ardan radio 105.9 FM Bandung. To answer these problems, the researcher takes three sub-focus about the Company is identity, including Symbol Identity, Behavior, and Communication.

This study used a qualitative approach with case study method. Researcher took nine informants for this study, informants were selected using snowball sampling technique. Data were obtained through interviews, observation, documentation, literature, and internet searching.

Results from this study, symbol that appears when a broadcast that is contained in the spoken radio’s name, frequency, tagline, monthly theme, and the the program’s name, the jingle, and advertisement selection. The behavior shown to attract the attention of Ardan radio listeners, including by being cool, fun, intimate, open to the listener, and the listener embrace, and makes the listener feel comfortable to listen to the Ardan radio. The communication done by using call

sign “young people” to approach the listeners which changed to “I and You”

which aims to make the broadcaster more familiar to listeners and communication is also done through the topics and discussion broadcast, and always give some humor.

In conclusion, announcer characteristics established in accordance with of the identity of the Ardan radio segmented for young people, The characteristics of the the tone that excited, energetic and have a clear sound suppression techniques, in order to become a spirit booster for young people and a differentiator with other radios.

Finally suggestions from this research that don’t alter the character of

each announcer and don’t eliminate the hallmark of young people from Ardan radio, because it can be difficult for the listener to recognize Ardan radio.


(4)

jati diri atau segala sesuatu yang ditampilkan oleh perusahaan kepada publik. Identitas perusahaan menjadi salah satu faktor penting bagi suatu citra perusahaan dan dianggap menjadi awal bagi suatu citra positif perusahaan. Identitas tidak hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar dan perusahaan-perusahaan penghasil produk atau pemberi jasa saja, tetapi dimiliki pula oleh perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran, baik televisi maupun radio.

Seiring dengan pesatnya perkembangan radio, radio menjadi salah satu media yang menarik perhatian dan radio menjadi populer karena keanekaragaman program acaranya, serta selain murah, jangkauan radio pun luas sehingga dapat didengarkan juga oleh masyarakat di pelosok. Di Bandung terdapat kurang lebih 54 radio FM dan 4 radio AM, 54 radio FM tersebut memiliki bermacam-macam segmentasi, mulai dari radio untuk anak, radio untuk remaja atau anak muda, radio untuk orang dewasa, radio dangdut, radio khusus berita, radio khusus musik hingga radio khusus untuk kebudayaan. Diantara banyaknya radio yang memiliki segmentasi untuk anak muda terdapat radio-radio yang diidolakan oleh anak-anak muda di Bandung, salah satunya Radio Ardan.

Posisi seorang penyiar di radio terkesan ekslusif dan istimewa, karena menempati posisi paling depan dalam siaran radio dan yang lebih berpengaruh


(5)

sebagai komunikator pada sebuah radio tentunya penyiar memiliki karakteristik tersendiri, dan seorang penyiar yang profesional haruslah pandai dalam bermain peran. Air Personality merupakan sebuah karakter atau ciri khas yang muncul dari seorang penyiar ketika mereka sedang membawakan sebuah program pada radio. Air Personality seorang penyiar akan menjadikan nilai lebih bagi penyiar tersebut dan khalayak atau pendengar pun akan mudah dalam membedakan penyiar yang satu dengan penyiar yang lain, sehingga terbentuk identitas dari penyiar tersebut.

Karakteristik suara adalah kriteria yang paling penting. Selain karakteristik suara, untuk menjadi penyiar yang handal dan profesional seseorang dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik, cerdas dan berkarakter. Ia juga harus selalu mengasah dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya, kemampuan berbicara, kemampuan menyampaikan pesan dengan baik, kemampuan dalam bermain peran saat siaran dan lain sebagainya.

Pada umumnya pendengar akan lebih tertarik pada penyiar yang mempunyai karakteristik tersendiri untuk membawakan program acara dan bagaimana cara penyiar membawakannya dibanding apa jenis program acaranya. Sejauh ini masalah yang dihadapi oleh banyak radio yaitu berubahnya nuansa dari program acara karena beda penyiar yang


(6)

Memunculkan kelebihan atau karakteristik yang khas dari penyiar di radio Ardan, akan membuat para pendengar senatiasa terus menerus mengingat radio Ardan, serta dapat meningkatkan kepercayaan pendengar, mesikupun tidak banyak melakukan sponsorship citra Ardan akan tetap positif, karena adanya karakteristik yang khas dan unik, kredibilitas penyiar radio Ardan tidak akan diragukan lagi, baik oleh pendengarnya maupun publik yang belum menjadi pendengarnya.

Penyiar nantinya akan melakukan suatu kegiatan branding melalui siarannya, mereka yang akan membuat pendengar menjadi tertarik untuk mendengarkan setiap program yang dibuat oleh radio, mereka dengan karakter suara-suara dan gaya-gaya khas siarannya yang membuat pendengar betah berlama-lama mendengarkan radio, mereka yang secara tidak langsung memperkenalkan identitas radionya kepada masyarakat, identitas yang tidak hanya dilihat dari logo, citra yang tidak hanya dibentuk dari pembuatan event-event dengan klien, dan reputasi yang tidak hanya dibentuk dari sponsorship, melainkan identitas yang disampaikan dan dibangun melalui alunan karakter suara dan gaya bicara penyiar-penyiar saat mereka siaran. Stasiun radio yang memiliki identitas tersendiri dan mudah dibedakan dengan stasiun radio lainnya akan dapat membuat pendengar atau publiknya menjadi lebih mudah mengenali stasiun radio tersebut dan mereka lebih tertarik untuk mendengarkan radionya.


(7)

hal yang akan menjadi pokok masalah yang akan di teliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Simbol penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

2. Bagaimana Perilaku penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

3. Bagaimana Komunikasi yang dibangun penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Studi Kasus dengan pradigma dari Creswell. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah suatu kasus secara intensif, mendetail, mendalam dan komprehensif. Peneliti kualitatif mempelajari segala sesuatu di lingkungannya yang alami, mencoba untuk memahami atau menafsirkan fenomena menurut makna-makna yang diberikan kepada fenomena tersebut oleh orang-orang, maka dari itu untuk memahami penelitian secara alami,


(8)

4. Hasil Penelitian

Sesuai dengan sub-fokus penelitian, yakni simbol, perilaku dan komunikasi, dalam penelitian ini, peneliti mendengarkan simbol-simbol yang bermakna yang muncul pada saat penyiar sedang siaran. Hasil dari mendengarkan tersebut, peneliti merasa bahwa penyiar di radio Ardan sudah dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk dapat membangun dan mempertahankan identitas radio Ardan, dimana simbol disini yakni terdapat pada pengucapan nama radio, frekuensi, tagline, tema bulanan, dan nama program. Adapun simbol sudah dibuat dan diatur terlebih dahulu oleh music director, yaitu representasi identitas radio Ardan yang dikemas menjadi jingle, jingle biasanya sudah berisi nama radio, frekuensi radio (105,9 FM), dan tagline.

Nada bersemangat, penekanan suara yang jelas dan suara yang enerjik selalu terdengar dari setiap penyiar ketika penyiar menyapa pendengarnya dan ketika mengucapkan simbol-simbol identitas radio Ardan, apalagi ketika siaran pagi dan siang, dengan nada bersemangat dan enerjik, pendengar juga akan terpengaruh oleh suara penyiar tersebut, dengan begitu pendengar akan senang mendengarkan mereka siaran. Penekanan suara yang jelas disini, bukan berarti penyiar mengucapkannya dengan nada rendah dan pelan,


(9)

pun mengerti apa yang sedang mereka bicarakan dan dapat mengenali simbol identitas radio Ardan seperti tagline dan lain sebagainya.

Demi tercapainya tujuan dan maksud dari simbol yang ada, serta agar identitas radio Ardan sebagai radio bersegmentasi anak muda benar-benar tersampaikan, setiap penyiar harus menyampaikan simbol-simbol tersebut dengan nada dan gaya yang bersemangat, enerjik, dan penekanan suara yang jelas, layaknya anak muda yang penuh semangat, penyiar menjadi wakil dan contoh untuk menumbuhkan semangat pendengar muda.

Karakteristik penyiar tidak hanya dapat dilihat dari simbol yang disampaikannya saja, melainkan perilaku juga mempengaruhi dan menjadi hal yang penting bagi penyiar yang berkarakter. Perilaku disini penyiar tunjukan pada saat mereka siaran, seperti saat siaran mereka harus selalu bersikap baik terhadap pendengar dan merangkul pendengarnya agar pendengar tertarik pada program yang dibawakan penyiar dan agar tertarik untuk suka pada penyiarnya. Perilaku yang ditunjukkan kepada eksternal radio Ardan saat siaran, semata-mata bertujuan untuk menarik perhatian pendengar, dengan bersikap asik, ramah tapi tetap gaul dan merangkul pendengarnya, mereka yakin pendengar akan tertarik pada mereka. Perilaku tersebut menjadi cara untuk mempertahankan identitas radio Ardan dan mempertahankan citra positif radio Ardan. Kemudian selain itu, adapun perilaku kurang baik yang


(10)

atau masyarakat.

Tidak hanya cukup dengan simbol dan perilaku, yang mempengaruhi karakteristik penyiar paling utama yakni komunikasi, karena tanpa adanya komunikasi, simbol dan perilaku tidak dapat tersampaikan dengan baik oleh penyiar kepada pendengarnya. Komunikasi yang dijalin oleh penyiar di radio Ardan, baik dengan lingkup internal, maupun eksternal yakni pendengar dan masyarakat luas merupakan komunikasi yang dijalin dengan baik, meskipun kadang penyiar harus berdramaturgi dalam menghadapi pendengar, tetapi mereka merasa bangga jika pendengar mereka bertambah banyak dan tetap setia pada radio Ardan karena komunikasi yang mereka jalin. Pendekatan-pendekatan pun penyiar lakukan agar terciptanya komunikasi yang baik dengan pendengar.

Cara penyiar melakukan pendekatan yaitu dengan mengubah panggilan untuk pendengarnya, saat mereka sedang berinteraksi dengan pendengarnya, panggilan atau call sign radio Ardan adalah “Insan Muda”, tetapi saat berinteraksi dengan pendengar ketika siaran, call sign “Insan Muda” tersebut diganti menjadi kata “ aku dan kamu” dengan tujuan agar pendengar merasa lebih dekat dengan penyiar dan seolah-olah pendengar dan penyiar sedang melakukan percakapan. Komunikasi yang dijalin juga tidak hanya melalui interaksi secara langsung, baik internal maupun eksternal. Komunikasi


(11)

rupa pesan-pesan atau bahan siaran, lalu penyiar sampaikan melalui gelombang suara dan kemudian diterima oleh pendengar. Faktor yang mempenngaruhi kredibilitas seorang penyiar adalah kepercayaan, baik kepercayaan dari pihak radio Ardan sendiri, maupun kepercayaan yang diberikan oleh pendengarnya. Penyiar yang memiliki kapabilitas yang baik dalam siaran, akan dengan mudah dalam mengontrol intonasi dan nada suaranya saat siaran, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah memiliki Air Personality dalam siarannya.

Perbedaan karakter setiap penyiar dalam mengkomunikasikan pesan-pesan radionya kepada pendengar, memang dapat menjadi pembeda antara penyiar yang satu dengan penyiar lainnya, akan tetapi karakteristik siaran yang penuh semangat, enerjik dan penekanan suara yang khas akan tetap menjadi ciri khas karakteristik radio Ardan, dimana karakteristik tersebut merupakan perwujudan dari identitas atau segmentasi radio yang diperuntukan bagi anak kawula muda.

Jadi, komunikasi yang dijalin oleh penyiar dengan pendengar dibentuk melalui pendekatan terhadap pendengar, serta dengan menggunakan pesan-pesan yang menarik. Kredibilitas dan kapabilitas penyiar dalam menyampaikan pesan, bahasan dan topik serta karakter dan gaya bicara ketika siaran akan mempengaruhi penilaian pendengar terhadap penyiar dan radio


(12)

sesungguhnya, baik dimata pendengar setia maupun di mata masyarakat luas.

5. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Simbol yang ditunjukkan radio Ardan sebagai identitasnya tidak hanya dapat dilihat dari logo dan seragam saja, tapi banyak hal yang dapat dilihat, seperti pada pengucapan nama radio, frekuensi, tagline, tema bulanan, dan nama program, serta pemilihan iklan. Adapun simbol sudah dibuat dan diatur terlebih dahulu oleh music director, yaitu representasi identitas radio Ardan yang dikemas menjadi jingle, jingle biasanya sudah berisi nama radio, frekuensi radio (105,9 FM), dan tagline. Demi tercapainya tujuan dan maksud dari simbol yang ada, serta agar identitas radio Ardan sebagai radio bersegmentasi anak muda benar-benar tersampaikan, setiap penyiar harus menyampaikan simbol-simbol tersebut dengan nada yang bersemangat, enerjik, dan penekanan suara yang jelas, layaknya anak muda yang penuh semangat, penyiar menjadi wakil dan contoh untuk menumbuhkan semangat pendengar muda.

2. Perilaku positif yang ditunjukkan berupa pelayanan dan perlakuan yang diberikan oleh penyiar kepada pendengar, guna membuat


(13)

pendengar. Perilaku tersebut menjadi cara untuk mempertahankan identitas radio Ardan dan mempertahankan citra positif radio Ardan. Adapun perilaku kurang baik yang dilakukan oleh penyiar yakni berteriak saat siaran dan suara-suara bising kru, meskipun berbicara dengan cara berteriak dalam psikologi terkesan negatif tetapi hal negatif tersebut malah membawa pengaruh positif, yaitu radio Ardan mudah dikenali oleh pendengar atau masyarakat.

3. Komunikasi yang dijalin oleh penyiar dengan pendengar dibentuk melalui pendekatan terhadap pendengar, serta dengan menggunakan pesan-pesan yang menarik. Kredibilitas dan kapabilitas penyiar dalam menyampaikan pesan, bahasan dan topik ketika siaran akan mempengaruhi penilaian pendengar terhadap penyiar dan radio Ardan, menarik perhatian pendengar, serta dapat menentukan feedback seperti apa yang akan diberikan oleh pendengar kepada penyiar dan radio Ardan. Perbedaan karakter setiap penyiar dalam mengkomunikasikan pesan-pesan radionya kepada pendengar, memang dapat menjadi pembeda antara penyiar yang satu dengan penyiar lainnya, akan tetapi karakteristik siaran yang penuh semangat, enerjik dan penekanan suara yang khas akan tetap menjadi ciri khas karakteristik radio Ardan,


(14)

6. Daftar Pustaka Buku

Anggoro, M. Linggar. 2000. Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Creswell, J. W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design : choosing among five tradition. London : Sage Publication

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_______________.1991. Radio Siaran: Teori dan Praktek. Bandung: C.V Mandar Maju.

Fombrun, Charles J. 1996. Reputation: Realizing Value from the Corporate Image. Cambridge, Massachusetts: Harvard Business School Press.

Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Grafiti.


(15)

Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Morissan & Wardhany. Andy. 2009. Teori Komunikasi: Tentang Komunikator, Pesan, Percakapan Dan Hubungan. Bandung: Ghalia Indonesia

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

_______________. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ningrum, Fatmasari. 2007. Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, & Repoter, Jakarta: Penebar Plus.

Pace, R. Wayne, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett. 1997. Techniques for effective Communication. Addison-Wesley.

Solihat, Manap., Melly Maulin, dan Olih Solihin. 2014. Interpersonal Skill. Bandung: Mujahid Press.


(16)

Ria Septiani. 2010. Strategi Public Relations Mobile Unit Departement Radio Ardan 105.9 Fm Dalam Menarik Minat Masyarakat Kota Bandung Untuk Menjadi Pendengarnya. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Ersita Pratiwi. 2010. Analisis Karakteristi Penyiar Radio Dahlia 101,5 FM Bandung. Bandung:Universitas Komputer Indonesia.

Aisha Putri Tania, 2012. Transformasi Identitas Radio (Studi Kasus Transformasi Identitas Radio Prfm 107.5 Bandung Dari Format Radio Lifestyle Menjadi Radio News). Bandung: Universitas Padjajaran.

Ardiansyah Nasution, 2010. Strategi Radio Prambors dalam Upaya Mempertahankan Pendengar Siaran Putus Sama Nataya di Prambors Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Internet Searching

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online tentang “Aku” dan “Kamu”. Melalui http://www.kbbi.web.id/aku dan http://www.kbbi.web.id/kamu. [29/07/15].

Kusmarni, Yani. Laporan Studi Kasus. Melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5 &cad=rja&uact=8&ved=0CDMQFjAE&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.e


(17)

wT0wYIg&usg=AFQjCNElO23RlmW9D7JnKDJg8Ieqv5oYQw&sig2= AmzQi8IOV9nQ0aG3UdiQ9g. [05/03/15].

Rahmat, Pupu Saeful. 2012. Jurnal Penelitian Kualitatif. Melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5 &cad=rja&uact=8&ved=0CEAQFjAE&url=http%3A%2F%2Fyusuf.staf

f.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F11%2FJurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf&ei=iQv7VO71GZXluQSyh4CwAg&usg=AFQjCNGIN1p BDvKdRN2NZkdv0plSEJcv_Q&sig2=s4vZdmG_Zo-OUMhj1NJqGw. [05/03/15].

Alifahmi Hifni. Merawat Reoutasi Korporat. Melalui


(18)

1.1. Latar Belakang Masalah

Identitas merupakan jati diri, sedangkan identitas perusahaan merupakan jati diri atau segala sesuatu yang ditampilkan oleh perusahaan kepada publik. Identitas perusahaan menjadi salah satu faktor penting bagi suatu citra perusahaan dan dianggap menjadi awal bagi suatu citra positif perusahaan.

Disadari atau tidak identitas menjadi pondasi untuk meraih citra positif, karena identitaslah yang menjadi awal dari terbentuknya citra, jika tidak ada identitas yang dapat menunjukan perbedaan suatu perusahaan dengan perusahan yang lainnya dan jika tidak ada pembeda yang dapat dikenali publik, maka citra positif pun tidak akan terbentuk, begitu juga dengan reputasi, jika citranya buruk maka reputasinya pun akan buruk.

Identitas tidak hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar dan perusahaan-perusahaan penghasil produk atau pemberi jasa saja, tetapi dimiliki pula oleh perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran, baik televisi maupun radio.

Perkembangan ilmu komunikasi dan kebutuhan informasi masyarakat semakin meningkat, kini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan atau industri penyiaran, khususnya radio. Hal tersebut memacu perusahaan atau industri penyiaran untuk dapat terus berkembang agar tidak tergilas oleh


(19)

pesaing-pesaingnya, dalam hal ini humas (public relations) dalam suatu industri penyiaran harus menyusun cara-cara agar dapat menghadapi pesaing-pesaingnya, baik pesaing yang baru maupun pesaing lama.

Humas (public relations) merupakan orang yang bertugas dalam memanage bagian internal dan eksternal perusahaan, menjaga citra perusahaan, dan menemukan cara agar perusahaan dapat bersaing sehat dengan pesaingnya. Banyak cara dan kegiatan humas (public relations) yang dapat dilakukan untuk menghadapi persaingan dalam suatu industri penyiaran, salah satunya dengan kegiatan marketing public relations.

Marketing public relations merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan atau publik dari perusahaan tersebut. Dalam industri penyiaran radio, kebutuhan pelanggan atau publiknya berarti kebutuhan akan informasi, baik informasi dari radio itu sendiri maupun dari perusahaan pengguna radio sebagai media beriklan.

Seiring dengan pesatnya perkembangan radio, kini radio tidak hanya dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan berita, melainkan dapat juga digunakan sebagai media pendongkrak popularitas seseorang, menjadi media bagi perusahaan-perusahaan untuk beriklan, menjadi sarana hiburan bagi masyarakat dan lain sebagainya. Radio menjadi salah satu media yang menarik perhatian dan radio menjadi populer karena keanekaragaman program acaranya, serta selain murah, jangkauan radio pun luas sehingga dapat didengarkan juga oleh masyarakat di pelosok.


(20)

Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan, keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Sifat radio yang auditori atau untuk didengarkan, maka akan lebih memudahkan orang untuk menyampaikan pesan dalam bentuk dan cara yang menarik.

Di kota besar dengan masyarakat yang sibuk dengan berbagai macam pekerjaannya, radio dibutuhkan untuk pemberi informasi, meskipun mereka sibuk setidaknya mereka masih bisa mendengarkan radio, dengan mendengarkan radio informasi apapun bisa didapat, misalnya kota besar yang padat penduduk dan dengan masyarakat yang sibuk seperti kota Bandung.

Di Bandung terdapat kurang lebih 54 radio FM dan 4 radio AM, 54 radio FM tersebut memiliki bermacam-macam segmentasi, mulai dari radio untuk anak, radio untuk remaja atau anak muda, radio untuk orang dewasa, radio dangdut, radio khusus berita, radio khusus musik hingga radio khusus untuk kebudayaan. Diantara banyaknya radio yang memiliki segmentasi untuk anak muda terdapat radio-radio yang diidolakan oleh anak-anak muda di Bandung, salah satunya Radio Ardan.

Secara global positioning radio Ardan adalah anak-anak muda berusia 14 sampai 24 tahun yang aktif berkegiatan di luar rumah, memiliki komunitas, dinamis, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap isu dan tren terbaru. Atas pertimbangan tersebut, maka tema-tema yang diangkat dalam program on-air dan


(21)

off-air banyak membahas soal aktifitas dan isu yang berkembang di kalangan anak muda.

Radio Ardan merupakan radio yang tergabung dalam manajemen ARDAN Group, radio ini banyak digemari oleh anak muda, selain memang karena segmentasinya untuk anak muda, contentnya pun sesuai dengan keinginan para pendengarnya. Sejauh ini Ardan sudah memiliki rating yang cukup bagus dan menduduki peringkat pertama sebagai radio anak muda, diluar content atau program yang bagus Ardan juga memiliki banyak mitra kerja, banyak melakukan sponsorship, sehingga radio Ardan dikenal oleh masyarakat dari kalangan manapun.

Namun, meskipun Ardan sudah lumayan dikenal oleh masyarakat, mengingat semakin banyaknya radio baru dengan masing-masing kelebihan yang dimilikinya, radio Ardan sebagai radio yang sudah ada sejak kurang lebih 30 tahun yang lalu, dituntut untuk memunculkan kelebihannya diluar banyaknya sponsorship dan kualitas program-programnya, humas (public relations) radio Ardan harus pandai dalam mengatur strategi untuk kemajuan dan perkembangan radionya.

Oleh karena perkembangan radio yang semakin pesat dan banyaknya perusahaan-perusahaan yang memanfatkan radio sebagai media komunikasi dengan publiknya, tugas seorang humas (public relations) radio dalam hal ini, selain meningkatkan kualitas informasi untuk pendengarnya, memilih dan meningkatkan kualitas program yang diberikan oleh radio, perlu juga adanya


(22)

peningkatan kualitas dari penyiarnya, kerena secara tidak langsung, dalam radio, seorang penyiar dapat digunakan untuk kegiatan marketing public relations dan dapat berperan sebagai wakil dari seorang humas dan memudahkan kerja humas karena dalam sebuah radio humas tidak berhubungan langsung dengan pendengar, tetapi penyiarlah yang berhubungan langsung dengan pendengar.

Penyiar merupakan seseorang yang bekerja dengan tugas menyampaikan informasi kepada khalayak atau publik, istilah penyiar identik dengan pekerjaan pada stasiun radio. Banyak orang menginginkan pekerjaan sebagai penyiar dan biasanya mereka menganggap pekerjaan penyiar merupakan pekerjaan yang mudah, selama ini jika ada orang yang cerewet dan banyak bicara, seringkali kita mendengar orang menyuruhnya untuk menjadi seorang penyiar radio, sebenarnya ungkapan tersebut tidak salah dan tidak pula sangat dibenarkan.

Menjadi seorang penyiar radio tidaklah mudah hanya dengan pandai berbicara, menjadi seorang penyiar haruslah memiliki kualitas vokal yang bagus, suara tidak cempreng dan harus bulat, dapat berekspresi melalui suara, dapat mengatur intonasi bicaranya, mempunyai selera humor yang tinggi dan lain sebagainya. Hal tersebut tidak semuanya ada pada orang yang banyak bicara, maka dari itu sudah seharusnya dilatih jika ingin menjadi penyiar radio.

Profesi atau pekerjaan sebagai seorang penyiar memiliki peran penting dalam suatu radio dan merupakan pekerjaan yang sangat kompleks serta ujung tombak dari suatu perusahaan radio, karena penyiarlah yang berhubungan langsung dengan pendengar dan jika tidak ada penyiar maka tidak akan dapat


(23)

berjalan pula fungsi dari radio, dimana fungsinya yaitu memberikan informasi, hiburan, dan pendidikan bagi para pendengarnya. Penyiar juga yang mampu menghidupkan siaran radio sehingga dapat menarik perhatian publik pada suatu radio untuk kemudian menjadi pendengarnya.

Posisi seorang penyiar di radio terkesan ekslusif dan istimewa, karena menempati posisi paling depan dalam siaran radio dan yang lebih berpengaruh terhadap suatu citra perusahaan radio, karena penyiar merupakan publik figur yang paling mudah dikenali oleh pendengar dan berhubungan langsung dengan pendengar.

Seorang penyiar harus memiliki Air Personality, karena sebagai komunikator pada sebuah radio tentunya penyiar memiliki karakteristik tersendiri, dan seorang penyiar yang profesional haruslah pandai dalam bermain peran. Air Personality merupakan sebuah karakter atau ciri khas yang muncul dari seorang penyiar ketika mereka sedang membawakan sebuah program pada radio.

Air Personality yang dimiliki oleh penyiar tidaklah muncul begitu saja, tetapi harus terus digali dan dipelajari, karena Air Personality pada masing-masing penyiar tidaklah sama, tergantung bagaimana mereka mengolah kekayaan pada dirinya agar menjadi sesuatu yang menarik dan istimewa. Air Personality seorang penyiar akan menjadikan nilai lebih bagi penyiar tersebut dan khalayak atau pendengar pun akan mudah dalam membedakan penyiar yang satu dengan penyiar yang lain, sehingga terbentuk identitas dari penyiar tersebut.


(24)

Persepsi khalayak atau pendengar kepada penyiar ditentukan oleh karakter seorang penyiar, maka dari itu menjadi seorang penyiar radio haruslah memiliki karakteristik yang membuat khalayak atau pendengar mampu menyerap pesan-pesan yang disampaikannya. Salah satu karakeristik radio yakni akrab dengan para pendengar, maka dari itu seorang penyiar juga harus memiliki karakter yang mampu menyetarakan dengan khalayak atau pendengar, sehingga penyiar tidak terkesan kaku.

Karakteristik suara adalah kriteria yang paling penting. Selain karakteristik suara, untuk menjadi penyiar yang handal dan profesional seseorang dituntut untuk memiliki kepribadian yang baik, cerdas dan berkarakter. Ia juga harus selalu mengasah dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya, kemampuan berbicara, kemampuan menyampaikan pesan dengan baik, kemampuan dalam bermain peran saat siaran dan lain sebagainya.

Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Akan lebih baik jika karakteristik seorang penyiar disesuaikan dengan karakteristik dari radio itu sendiri, karena kepercayaan khalayak atau pendengar pada radio secara tidak langsung dapat ditentukan oleh kepercayaan yang dibangun pendengar kepada penyiar, sehingga dalam melakukan pekerjaannya pun penyiar haruslah dapat bersahabat dengan khalayak atau pendengar serta dapat dipercaya.

Sebagaimana karakteristik radio yang sudah ada, seperti auditif, theatre of mind, transmisi, cepat dan langsung, akrab, dekat, tanpa batas, dan fleksibel.


(25)

Seorang penyiar radio harus dapat menyesuaikan karakteristik suaranya berdasarkan karakteristik radio tersebut, penyiar harus memiliki seni dan imajinasi yang yang bagus dalam penyampaian pesan kepada pendengarnya, dapat seolah dekat dengan pendengarnya dan juga akrab dengan pendengar, akan lebih baik jika penyiar memiliki karakter yang lebih dari karakteristik radionya.

Karakteristik khas yang dimiliki penyiar akan banyak dampak atau keuntungan yang dapat diraih oleh radio tempat penyiar bekerja. Keuntungan-keuntungan tersebut diantaranya: Pertama, tidak akan kesulitan dalam membentuk citra yang positif, karena penyiar dapat menjadi wakil dari citra radio, dimana jika penyiar berkarakteristik dan khas di benak pendengar, kemudian citra seorang penyiar menjadi positif, maka secara tidak langsung citra radio pun menjadi positif. Bagi pendengar, penyiar adalah wakil dari radio, berbicara dan menyampaikan informasi atas nama radio, jika citra penyiar buruk, maka citra radionya pun akan buruk. Maka dari itu, seorang penyiar harus dapat menyadari bahwa citra radionya dapat tercermin dari perilakunya terhadap pendengar, cara berpikir dan gaya bicara serta tutur katanya saat siaran.

Kedua, seorang penyiar akan memudahkan pemasaran (marketing) bagi radio. Banyak tidaknya pemasang iklan di radio dapat ditentukan oleh ketertarikan mereka pada penyiar suatu radio, kelebihan seorang penyiar dalam siarannya dapat menjadi daya tarik bagi pemasang iklan. Ketiga, penyiar dapat berperan sebagai seorang humas, karena berhubungan langsung dengan pendengar dan memiliki pengaruh yang sangat besar, penyiar dapat meningkatkan kepercayaan


(26)

pendengar, bahkan kepercayaan relasi dengan kelebihan dan karakter khas yang dimilikinya.

Selama ini mungkin orang mengira keberhasilan sebuah radio karena program acara, lagu-lagu yang diberikan dan sponsorship yang dilakukan. Tetapi, semua itu tidak akan dapat berjalan jika tidak ada peran penyiar di dalamnya dan program acara yang berhasil pun karena kepiawaian penyiar dalam membawakan program-program acara yang ada di radio.

Pada umumnya pendengar akan lebih tertarik pada penyiar yang mempunyai karakteristik tersendiri untuk membawakan program acara dan bagaimana cara penyiar membawakannya dibanding apa jenis program acaranya. Sejauh ini masalah yang dihadapi oleh banyak radio yaitu berubahnya nuansa dari program acara karena beda penyiar yang membawakannya atau bedanya karakteristik dari penyiar yang satu dengan yang lain.

Setiap perusahaan radio mungkin akan memberikan syarat tertentu bagi orang-orang yang ingin menjadi penyiar di radionya, seperti halnya pembawa acara di televisi yang diseleksi dengan ketat, tetapi akan lebih baik mereka juga dibentuk menjadi penyiar sesuai dengan standard dan kekhasan dari perusahaan radio itu sendiri. Kualitas siaran yang dihasilkan oleh penyiar tidak hanya tergantung sejauh mana potensi dan kredibilitas yang dimiliki penyiar, tetapi berkaitan dengan bagaimana karakteristik penyiarnya juga. Tujuannya adalah untuk membedakannya dengan radio lain.


(27)

Memunculkan kelebihan atau karakteristik yang khas dari penyiar di radio Ardan, akan membuat para pendengar senatiasa terus menerus mengingat radio Ardan, serta dapat meningkatkan kepercayaan pendengar, mesikupun tidak banyak melakukan sponsorship citra Ardan akan tetap positif, karena adanya karakteristik yang khas dan unik, kredibilitas penyiar radio Ardan tidak akan diragukan lagi, baik oleh pendengarnya maupun publik yang belum menjadi pendengarnya.

Jika dalam radio Ardan humas (public relations) tidak banyak berhubungan langsung dengan pendengar dan tidak terjun langsung dalam membangun hubungan baik dengan pendengar maupun publiknya, maka akan lebih efiesien jika identitas dan citra radio itu dibentuk atau dibangun dan citra yang sudah menetap dipertahankan dengan mengandalkan penyiarnya, dengan pelatihan yang diberikan kepada penyiar dan rekruitmen penyiar yang lebih berkualitas maka sepertinya tidak sulit untuk membentuk identitas, citra dan reputasi radio tersebut.

Disamping masalah tersebut, saat ini banyak radio yang hanya mengutamakan program acara serta sponsorship yang dilakukan agar citranya menjadi positif dan radio tersebut banyak dikenal oleh publik, sedangkan kriteria seseorang untuk menjadi penyiar di radio tersebut masih sesuai standard kriteria yang ada di setiap radio.

Identitas radio salah satunya dapat dibentuk dengan kekhasan dari suara penyiarnya, orang akan lebih mudah menebak radio apa yang sedang Ia dengar dengan suara khas yang dibawakan oleh penyiarnya, sehingga dengan suara


(28)

penyiar yang khas pun dapat dengan mudah membedakan antara radio satu dengan radio lainnya.

Penyiar nantinya akan melakukan suatu kegiatan branding melalui siarannya, mereka yang akan membuat pendengar menjadi tertarik untuk mendengarkan setiap program yang dibuat oleh radio, mereka dengan karakter suara-suara dan gaya-gaya khas siarannya yang membuat pendengar betah berlama-lama mendengarkan radio, mereka yang secara tidak langsung memperkenalkan identitas radionya kepada masyarakat, identitas yang tidak hanya dilihat dari logo, citra yang tidak hanya dibentuk dari pembuatan event-event dengan klien, dan reputasi yang tidak hanya dibentuk dari sponsorship, melainkan identitas yang disampaikan dan dibangun melalui alunan karakter suara dan gaya bicara penyiar-penyiar saat mereka siaran.

Perusahaan yang memiliki identitas akan menjadikan publiknya menjadi lebih loyal kepada perusahaan, begitupun dengan stasiun radio. Stasiun radio yang memiliki identitas tersendiri dan mudah dibedakan dengan stasiun radio lainnya akan dapat membuat pendengar atau publiknya menjadi lebih mudah mengenali stasiun radio tersebut dan mereka lebih tertarik untuk mendengarkan radionya.

Meskipun radio sudah memiliki rating yang tinggi dan citra radio sudah bagus karena adanya sponsorship atau pemilihan program acaranya yang bagus, tidak ada salahnya jika perusahaan radio mengupayakan peningkatan citra positifnya dan memperkenalkan identitas radionya melalui karakteristik penyiar yang dimilikinya.


(29)

Kasus yang terjadi pada stasiun radio seperti yang telah dipaparkan di atas menarik perhatian peneliti untuk dapat mengetahui secara mendalam mengenai “Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung”.

Akan tetapi peneliti akan membatasi masalah yang diteliti, identitas biasanya identik dengan logo, bangunan dan seragam, tapi pada penelitian ini, peneliti hanya akan membahas identitas radio Ardan dari segi audionya saja, bukan dari segi fisik, meskipun nantinya sedikit membahas identitas fisik, tidak akan sebanyak identitas dari segi audionya atau dari suara penyiarnya, karena peneliti hanya fokus pada audionya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan hal yang akan menjadi pokok masalah yang akan di teliti yaitu sebagai berikut:

1.2.1. Makro

Bagaimana Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

1.2.2. Mikro

1. Bagaimana Simbol penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?


(30)

2. Bagaimana Perilaku penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

3. Bagaimana Komunikasi yang dibangun penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung?

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam dan menganalisa “Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung.”

1.3.2. Tujuan

Demi mendapatkan hasil yang maksimal dari penelitian yang dilakukan, maka perlulah disusun tujuan dari penelitian tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai Proses Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui Simbol penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung.


(31)

2. Untuk mengetahui Perilaku penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung.

3. Untuk mengetahui Komunikasi yang dibangun penyiar dalam Mempertahankan Identitas Radio Melalui Pembentukan Karakteristik Penyiar Pada Radio Ardan 105,9 FM Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan teoritis mengenai kajian Ilmu Komunikasi, Public Relations dan Marketing Public Relations terutama bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis a. Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan serta pengalaman peneliti dalam pengaplikasian keilmuan yang peneliti pelajari, khususnya mengenai Public Relations, Marketing Public Relations dan Identitas Perusahaan sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran untuk menerapkannya dalam kehidupan sosial dan dalam dunia pekerjaan.


(32)

b. Kegunaan Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dan menambah referensi atau menjadi panduan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian terkait Identitas Perusahaan, Radio, dan Karakteristik Penyiar Radio. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa, khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi dan umumnya mahasiswa Unikom, sehingga dapat memberikan kontribusi ilmu bagi perkembangan ilmu selanjutnya.

c. Kegunaan Bagi Radio Ardan 105,9 FM

Penelitian terkait pembangunan identitas radio melalui karakteristik penyiar ini diharapkan dapat berguna bagi radio Ardan 105,9 FM, dan dapat menjadi referensi agar terus memberikan yang terbaik kepada publiknya dan dapat menarik perhatian pendengarnya tidak hanya dengan cara sponsorship.


(33)

16 2.1. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini terdapat tinjauan pustaka yang berisikan tinjauan penelitian terdahulu yang digunakan untuk referensi peneliti dalam melakukan penelitian, tinjauan-tinjauan atau definisi-definisi yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi, serta pendekatan-pendekatan dan ilmu-ilmu lain yang digunakan dalam penelitian dan dapat menunjang penelitian ini.

2.1.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan Penelitian terdahulu adalah referensi-referensi yang berkaitan dengan informasi penelitian. Sebelumnya memang peneliti belum menemukan penelitian yang sama terkait identitas radio, tetapi peneliti menemukan studi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang tengah peneliti lakukan sekarang dan diharapkan dapat menjadi sumber referensi yang menunjang pengembangan penelitian, baik fokus penelitian maupun metode yang digunakannya. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan, antara lain :


(34)

Tabel 2.1.

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Judul Keterangan Identitas Penyusun

1.

“Analisis Karakterisrik Penyiar Radio Dahlia

101.5 FM Bandung”

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik penyiar Radio Dahlia Fm Bandung. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi langsung, studi pustaka dan penelusuran data Online. Kemudian pada teknik analisis data menggunakan model interaktif melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Selain itu informan digunakan dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini. Sehingga dari penelitian ini dapat diketahui Karakteristik Penyiar Radio Dahlia Fm Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa penyiar Radio Dahlia memenuhi karakteristik penyiar pada umumnya, dimana penyiar radio dituntut untuk mampu menjadi Sahabat bagi pendengarnya, dan penyiar Radio Dahlia dapat menjadi Sahabat yang baik di lihat dari sikap dan caranya bersiaran. Memiliki strategi untuk dapat menarik dan memepertahankan minat pendengar, adalah salah satu karakteristik penyiar Radio, dan Penyiar Radio Dahlia memiliki strategi dan mampu untuk mempertahankan minat pendengarnya.

Ersita Pratiwi, NIM: 41806017, Ilmu Komunikasi Unikom,


(35)

2.

“Strategi Public Relations Mobile Unit

Departement Radio Ardan 105.9 Fm Dalam Menarik Minat

Masyarakat Kota Bandung Untuk

Menjadi

Pendengarnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Strategi Public Relations Mobile Unit Departement Radio Ardan 105.9 FM Dalam Menarik Minat Masyarakat Kota Bandung Untuk Menjadi Pendengarnya. maka peneliti ingin melihat kegiatan Public Relations Mobile Unit Departement Radio Ardan 105.9 FM, peneliti mencoba untuk menganalisa, menjelaskan dan mendeskripsikan tentang Tujuan, Kegiatan, Pesan dan Media dalam menarik minat masyarakat kota Bandung untuk menjadi pendengarnya. Subjek pada penelitian ini adalah Public Relations Mobile Unit Departement Radio Ardan 105.9 FM dan yang menjadi Informan adalah Supervisor Mobile Unit Departement. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode deskriptif, dimana peneliti hanya menggambarkan suatu karakteristik objek yang diteliti. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata Public Relations Mobile Unit Departement Radio Ardan 105.9 FM adalah Tujuan dari Mobile Unit Departement. Sehingga setiap kegiatan Mobile Unit Departement memberikan yang terbaik kepada masyarakat kota Bandung. Kegiatan tersebut langsung dilaksanakan oleh crew Mobile Unit Departement dan mempunyai konsep yang unik setiap Mobilenya.

Ria Septiani, NIM: 41806054, Ilmu Komunikasi Unikom,

2010

3.

“Transformasi Identitas Radio (Studi

Kasus Transformasi Identitas Radio PRFM

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan secara jelas serta terinci dengan baik mengenai

Aisha Putri Tania, 210111100057,

Manajemen Komunikasi, Fakultas


(36)

107.5 Bandung Dari Format Radio Lifestyle

Menjadi Radio News

latar belakang, tujuan, proses yang dilakukan oleh PRFM, serta dampak yang dirasakan saat ini. Dalam penelitian ini hal yang akan dibahas tentang proses perubahan radio PRFM yang berkaitan dengan dampak yang terjadi pada kenyataan saat ini. Adapun bagian yang akan diteliti dari dampak tersebut adalah pada dampak terhadap pendengar dan pengiklan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan data kualitatif yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi langsung, studi pustaka. Masalah yang diteliti akan dikemas dalam pertanyaan wawancara, yang akan di ajukan kepada empat orang yang merupakan informan yang berkompeten pada proses transformasi, yaitu direktur PRFM, manajer promo, manager marketing dan divisi redaksi PRFM yang melaksanakan proses transformasi identitas secara langsung. Hasil dari data-data yang didapatkan setelah disusun, dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif melalui konsep-konsep transformasi. Latar belakang dari transformasi identitas yang dilakukan oleh PRFM bertujuan untuk dapat tetap eksis di zaman saat ini, dengan tujuan mendapatkan profit agar dapat tetap membiayai oprasional perusahaan, proses yang dilakukan oleh radio PRFM dalam transformasi tersebut dilakukan secara bertahap dari

Ilmu Komunikasi UNPAD, 2012


(37)

melakukan persentasi, menunggu persetujuan komisaris, pelatihan terhadap karyawan, recruitment, perubahan struktur organisasi, perubahan program, menarik pendengar, penarik pengiklan, dan promo. Dampak dari perubahan terhadap pendengar radio PRFM meningkat, dan dampak terhadap pengiklan pun berdampak lebih baik dengan adanya peningkatan terhadap pendengar dan banyaknya interaksi yang dilakukan di radio PRFM saat ini.

2.1.2. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi 2.1.2.1. Definisi Ilmu Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial, manusia disebut makhluk sosial karena dalam hidupnya saling membutuhkan satu sama lain. Antar manusia yang ada di lingkungan setiap harinya berinteraksi antara satu orang dengan orang yang lainnya, interaksi itu didukung dengan komunikasi dan dalam lingkungan sosialnya manusia tidak dapat lepas dari komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Dalam bukunya, Dedy Mulyana menjelaskan, komunikasi atau “communications” dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin


(38)

communis” yang berarti sama, “communico”, “communication”, atau “communicare”yang berarti membuat sama (to make common).

Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46).

Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland mengemukakan bahwa : “Communication is the process to modify the behavior of other individuals (Komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain). (Effendy, 2007:10).

Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan juga pembentukan pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.


(39)

Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikan bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif. (Effendy, 2001:10)

Everett M. Rogers : “komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud

untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Mulyana, 2007: 67).

Raymond S. Ross :

“Komunikasi (Internasional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan symbol-symbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.” (Mulyana, 2007:67).

Menurut Harold Lasswell:

“(cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?” atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?” (Mulyana, 2007:69).

Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi kenamaan dalam karyanya Communication Research In The United States menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang


(40)

disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yakni panduan pengalaaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang melandasi komunikasi, yaitu sebagai berikut:

a) Sumber (source) b) Komunikator (encoder) c) Pertanyaan/pesan (messege) d) Komunikan (decoder) e) Tujuan (destination)

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan/informasi dari komunikator pada komunikan dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain, akan menjadi efektif apabila adanya umpan balik saat berkomunikasi, terutama komunikasi secara langsung atau tatap muka.

2.1.2.2. Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur


(41)

yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi.

Komponen atau unsur-unsur tersebut menurut Onong Uchjana Effendy adalah sebagai berikut:

a) Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan b) Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang c) Komunikan : Orang yang menerima pesan

d) Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya

e) Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2002:6).

2.1.2.3. Fungsi Komunikasi

1. Fungsi Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sosial menunjukan bahwa komunikasi penting untuk:

a) Membangun konsep diri b) Eksistensi dan aktualisasi diri

c) Kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan mencapai kebahagiaan.


(42)

Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal misalnya perasaan sayang, marah, benci, takut, sedih, atau simpati, dapat dikomunikasikan melalui perilaku non-verbal. Komunikasi ekpresif dapat pula dikomunikasikan melalui karya seni seperti puisi, novel, lukisan, tarian, musik, dan seni patung. 3. Fungsi Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut antropologi sebagai rites of passage, mulai dari upacara tujuh bulanan, kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, pernikahan, naik haji ke mekkah, dan sebagainya.

Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, Negara, ideologi, atau komitmen pada agama mereka.

Komunikasi ritual ini bisa jadi akan tetap ada sepanjang zaman, karena ia merupakan kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah demi pemenuhan kebutuhan dirinya


(43)

sebagai mahluk individu, anggota komunitas tertentu, mahluk sosial, dan sebagai salah satu bagian dari alam semesta.

4. Fungsi Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:

a) Menginformasikan b) Mengajar

c) Mendorong

d) Mengubah sikap, keyakinan, dan perilaku e) Menggerakan tindakan

f) Menghibur

Kesemua tujuan tersebut di atas dapat di kelompokan membujuk atau bersifat persuasif. Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.

2.1.2.4. Tujuan Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, fungsi komunikasi yaitu :

a) Perubahan sikap (attitude change) b) Perubahan pendapat (opinion change)


(44)

c) Perubahan perilaku (behavior change)

d) Perubahan sosial (social change) (Effendy, 2007 : 8).

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for effective Communication, menayatakan bahwa tujuan sentral dalam kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:

a) To secure understanding. b) To establish acceptance. c) To motivate action.

Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andai kata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (To motivate action).

Gordon I. Zimmerman merumuskan bahwa kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Jadi komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi


(45)

mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. (Mulyana, 2007:4).

2.1.2.5. Sifat Komunikasi

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek menjelaskan bahwa komunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun beberaapa sifat komunikasi tersebut yakni:

a) Tatap muka (face-to-face) b) Bermedia (mediated) c) Verbal (verbal) d) Lisan

e) Tulisan

f) Non verbal (non-verbal)

g) Gerakan/isyarat badaniah (gestural) h) Bergambar (picturial) (Effendy, 2002: 7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator bisa secara langsung atau face-to-face tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga bisa menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam


(46)

menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan nonverbal.

2.1.2.6. Karakteristik Komunikasi

S. Djuarsa Sendjaja dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi” membagi 6 karakteristik komunikasi sebgai berikut:

1. Suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai proses, komunikasi tidak statis tetapi dinamis akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus.

2. Upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja sesuai dengan tujuan dan keinginan dari pelaku. Sadar berarti kegiatan komunikasi dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental psikologis yang terkendali atau terkontrol. Disengaja maksudnya komunikasi dilakukan memang sesuai kemauan dari pelakunya. Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin di capai.

3. Menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat, kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yag berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yag sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan. Misal proses percakapan antara si A dan B


(47)

mengenai KB (Keluraga Berencana) akan lebih hidup apabila keduanya aktif berbagi pngetahuan, pengalaman, pendapat, dan sikapnya masing-masing.

4. Komunikasi bersifat simbolis, Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang berupa bahasa verbal (kata-kata, kalimat, baik lisan dan tulisan) dan non-verbal (gestur, warna, sikap duduk atau berdiri, jarak, dll).

5. Komunikasi bersifat transaksional, Komunikasi menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima, kedua hal tersebut harus dilakukan secara berimbang oleh masing-masing pelaku. Pengertian transaksional juga menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi. 6. Komunikasi menembus faktor dan ruang, Maksudnya adalah

bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu dan tempat yang sama. Dengan adanya produk teknologi komunikasi (telepon, fax, video text, dll), kedua faktor tersebut tidak jadi hambatan dalam berkomunikasi. (Sendjaja, 2007:1.13-1.16).


(48)

2.1.2.7. Proses Komunikasi

Menurut Effendy, proses komunikasi, terdiri atas dua tahap. meliputi proses komunikasi primer dan proses komunikasi sekunder.

1. Proses komunikasi secara primer, merupakan proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi meliputi bahasa, kial (gesture), gambar, warna, dan sebagainya. Syaratnya secara langsung dapat “menterjemahkan” pikiran atau perasan komunikator kepada komunikan.

Bahasa merupakan sarana yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya dengan bahasa (lisan atau tulisan) kita mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain, baik yang berbentuk ide, informasi atau opini bisa dalam bentuk konkret ataupun abstrak. Hal itu bukan hanya suatu hal atau peristiwa yang sedang terjadi sekarang, tetapi juga pada masa lalu atau waktu yang akan datang. Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik, tetapi menggapaikan tangan atau memainkan jemari, mengedipkan mata atau menggerakan anggota tubuh lainya hanya dapat mengkomunikasikan hal–hal tertentu saja (sangat terbatas). Demikian pula dengan isyarat yang menggunakan alat, seperti bedug, kentongan, sirine, dan lain–lain, juga warna yang memiliki


(49)

makna tertentu. Kedua lambang (isyarat dan warna) tersebut sangat terbatas kemampuanya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

2. Proses komunikasi sekunder, merupakan proses penyampain pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam berkomunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau dalam jumlah yang banyak. Sarana yang sering dikemukakan untuk komunikasi sekunder sebagai media kedua tersebut, antara lain surat, telepon, faksimili, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet, dan lain–lain.

Setelah pembahasan di atas mengenai proses komunikasi, kini kita mengenal unsur-unsur dalam proses komunikasi. Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:

a. Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada

seseorang atau sejumlah orang.

b. Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

c. Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang


(50)

d. Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

e. Decoding: Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

f. Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

h. Feedback: Umpan Balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

i. Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. (Effendy dalam Mondry, 2008:3).

2.1.2.8. Jenis Komunikasi

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok.

Jenis komunikasi terdiri dari:

1. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal ialah simbol atau pesan yang menggunakan satu kata atau lebih dengan menggunakan usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain


(51)

secara lisan dalam menggunakan bahasa yang dapat di mengerti karena bahasa merupakan sebagai suatu sistem kode verbal. Menurut Larry L. Barker, bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.

a) Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

b) Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.

c) Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. (Larry L. Barker, dalam skripsi Anggi Akbar Frima, 2013).

2. Komunikasi non verbal

Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui


(52)

gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body language. Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan penggunaan simbol-simbol. Menurut Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed. menyatakan bahwa: “Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk non verbal, tanpa kata-kata”. (Drs. Agus M. Hardjana, M.Sc., Ed, dalam skripsi Anggi Akbar Frima, 2013).

2.1.2.9.Prinsip-Prinsip Komunikasi

Deddy Mulyana membuat istilah prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi, yaitu :

1) Komunikasi adalah suatu proses simbolik, komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular, dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi harus berkelanjutan.

2) Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.


(53)

3) Komunikasi puna dimensi isi dan hubungan, setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi, dimana dari dimensi isi tersebut kita dapat memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas yang berbeda memiliki dimensi isi yang berbeda.

4) Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan, setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).

5) Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, disesuaikan dengan tempat dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.

6) Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi, tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita


(54)

dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

7) Komunikasi itu bersifat sistemik, dalam siri seseorang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan di mana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

8) Semakin mirip latar belakang sosial budaya, semakin efektiflah komunikasi. Jika dua orang melakukan komuniasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderugan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.

9) Komunikasi bersifat nonsekuensial, proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

10)Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional. Konsekuensi dari dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah


(55)

proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

11)Komunikasi bersifat irreversible, setiap orang yang melakukan proses komnikasi tidak dapat mengontrol sedemian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.

12)Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah, dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.2.10. Bentuk – bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, diantaranya:

1. Komunikasi Intrapribadi (Intapersonal Communication)

“Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik disadari atau tidak, contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar-pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin ilmu komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini inheren dalam komunikasi


(56)

dua-orang, tiga-dua-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri” (Mulyana, 2003:72).

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

“Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan hingga kapanpun, selama manusi masih mempunyai emosi” (Mulyana, 2003:73).

3. Komunikasi Kelompok (group communication)

“Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecah masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada


(57)

komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut” (Mulyana, 2003:74).

4. Komunikasi Publik (public communication)

“Komunikasi publik adalah komuniaksi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum). Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi sejumlah besar orang. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk” (Mulyana, 2003:74).

5. Komunikasi Oganisasi (Organizational Communication)

“Komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yang terjadi di

dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni : komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal.


(58)

Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk gosip” (Mulyana, 2003:75).

6. Komunikasi Massa (Mass Commnication)

“Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah), maupun elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khususnya media elektronik)” (Mulyana, 2003:75).

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi 2.1.3.1. Definisi Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasional adalah konteks komunikasi yang terjadi didalam sebuah organisasi, dimana yang melaksanakan proses komunikasi adalah orang-orang yang berkerja didalam organisasi tersebut (Tubbs dan Moss, 2001:164).

Secara harfiah, organisasi berarti perpaduan bagian-bagian yang satu sama lain saling bergantung. Ahli lain memandang organisasi sebagai suatu stuktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan di mana oprasi dan interaksi di antara bagian yang


(59)

satu dengan yang lainnya dan manusia yang satu dan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis, dan pastis.

Kemampuan struktur organisasi yang melangsungkan prosesnya secara sistem tersebut akan dapat mencapai tujuan secara efektif, dalam arti input yang diproses akan menghasilkan output yang diharapkan sesuai dengan biaya, personel, dan waktu yang direncanakan (Riswandi, 2009:144).

2.1.3.2. Proses Komunikasi Organisasi

Harold Koontz menjelaskan terdapat lima faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses komunikasi dalam organisasi, yaitu:

a) Pengiriman Pesan (The sender of message)

b) Penggunaan saluran komunikasi untuk mengirim pesan (Use of a channel to transmit the message)

c) Penerimaan Pesan (Receiver of message)

d) Gangguan dan umpan balik (Noise and feedback in communication) e) Situasi dan faktor pengorganisasian pesan dalam berkomunikasi

(Situational and Organizational factors in communication).

2.1.3.3. Fungsi Komunikasi Organisasi. 1. Fungsi Informatif.

Organisasi di pandang sebagai suatu sistem pemorosesan informasi. Manajemen butuh informasi untuk membuat kebijakan dan mengatasi


(60)

konflik dan karyawan untuk melaksanakan pekerjaannya dan kesejahteraannya.

Fungsi regulatif.

a) Berkaitan dengan peraturan – peraturan yang berlaku.

b) Pada semua lembaga/organisasi ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif yaitu: Atasan/Pihak manajemen yang berwenang mengendalikan semua informasi yang di sampaikan dan memberikan intruksi.

c) Berkaitan dengan pesan

d) Fungsi regulatif pada dasarnya berorentasi pada kerja sebab karyawan memerlukan kepastian perarturan pekerjaan yang boleh dan tidak boleh di lakukan.

2. Fungsi Persuasif

Setiap organisasi menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dengan baik. Untuk itu ada dua saluran komunikasi yaitu:

a) Komunikasi Formal : buletin, news latter, laporan – laporan tertulis.

b) Komunikasi Informal : obrolan, pertandingan olahraga, darmawisata.

3. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada


(61)

dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi, juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

4. Fungsi Manajer Subordinasi

Fungsi komunikasi dalam tingkatan Manajer-Subordinasi atau disebut dalam proses komunikasinya disebut dengan ”Down the Line” meliputi :

a) Pengarahan pelaksanaan Tugas (Job Instructions)

b) Perancangan peran komunikasi/informasi untuk menghasilkan pemahaman dalam pelaksanaan tugas (Job Rationale)

c) Memberikan informasi tentang pelaksanaan prosedur organisasi (Organizational Prosedures and Practices)

d) Memberikan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan tugas. e) Pengarahan tentang misi yang akan dicapai (A sense of mission

indroctination of goals). 5. Fungsi Subordinasi

Secara fungsional pada tingkatan antara subordinasi atau disebut dengan istilah ”Horizontal Communication”, meliputi:


(62)

a) Mendukung pengembangan sosio-emosional (sosio-emotional support) diantara kelompok.

b) Mengkoordinasi proses bekerja diantara kelompok

c) Menyebarkan tempat-tempat pengawasan didalam organisasi. 6. Fungsi Subordinasi-Manajer

Pada tingkatan ini disebut dengan istilah ”up the line” atau yang lebih populer ”bottom up” secara fungsional meliputi:

a) Berkomunikasi mengenai diri, penampilan dan masalah. b) Berkomunikasi tentang masalah yang dihadapi bersama.

c) Mengetahui keputusan yang seharusnya, dan bagaimana memperolehnya.

2.1.4. Tinjauan Tentang Public Relations 2.1.4.1. Definisi Public Relations

Istilah lain Public Relations adalah hubungan masyarakat (humas), corporate communication (komunikasi korporat), communication (komunikasi), corporate relations (hubungan korporat), corporate affairs (hubungan korporat), corporate public affairs (hubungan publik perusahaan), corporate marketing adn communication (pemasaran dan komunikasi perusahaan), corporate secretary (hubungan perusahaan), public affairs (hubungan publik), public infromation (informasi publik).

Humas adalah padanan kata dari PR, yang banyak digunakan institusi-institusi pemerintah di Indonesia, seperti Biro Humas


(1)

viii

skripsi ini, serta terimakasih atas persetujuan perwalian yang telah diberikan kepada peneliti.

7. Yth. Seluruh Staff Dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, Bapak Inggar Prayoga, M.I.Kom, Bapak Adiyana Slamet, S.IP., M.Si, Bapak Olih Solihin, S.Sos., M.I.Kom, Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si, Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si, dan Bapak DR. Ali Syamsudin, S.AG., M.Si.

8. Yth. Mba Astri Ikawati, A.Md.Kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memudahkan dan membantu peneliti dalam pembuatan surat-surat yang dibutuhkan oleh peneliti dan memberikan pelayanan yang baik kepada peneliti demi kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Yth. Mas Gebyar selaku Produser, Mba Alke selaku staff di bagian Public Relations, Mas Peter selaku Program Director, Mas Dimas, Mas Haried, Mas Abhipraya, serta Indie, selaku penyiar dan produser yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini, serta terimakasih atas informasi-informasi yang telah diberikan.

10.Terimakasih untuk kedua kakak tersayang, Imas Suminar dan Maman Firmansyah, S.Kom yang selalu memberikan nasihat dan menguatkan peneliti dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini, terimakasih juga untuk semangat dan dukungannya kepada peneliti.

11.Terimakasih Adik angkatku Denti Fatmawati dan adik sepupuku Siti Aminah yang selalu memberikan semangatnya.


(2)

ix

12.Terimakasih untuk sahabat-sahabat seperjuangan, Dwika Ovelia Friskandhi, Ria Apriyani, Shinta Nur Imansari, Deliana Zairina, Shendi Rosyian D.C, Arieska Nabila, yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungannya kepada peneliti, serta teman-teman Humas 2, IK 2 dan IK angkatan 2011 yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

13.Terimakasih sahabatku Faisal Abdul Rahman, Regita Octaviane S, Siti Sarah Juarsa dan Dea Indriawaty atas semangat dan doa yang selalu diberikan.

14.Terimakasih kepada yang terkasih, Gilang Ginanjar yang selalu setia menemani peneliti dalam penulisan skripsi ini, yang selalu memberikan motivasi, semangat, serta do’anya.

15.Terimakasih Kak Imel, Bu Siti, dan Umi yang selalu memberikan semangat serta selalu mendengarkan keluh kesah peneliti.

16.Terimakasih untuk Fajar Sodiq, Muhamad Kurnia, Achmad Fauzi yang selalu memberikan semangat, do’a, motivasi, dan selalu menemani saat peneliti merasa kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

17.Semua pengurus HIMA IK periode 2013-2014 dan Semua Demisioner Birama, Iqbal, Fisa, Elly, Maulana, Lukman yang sedang sama-sama berjuang untuk kelulusan.


(3)

x

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat diterima dengan sebaik-baiknya dan dapat bermanfaat, guna menyempurnakan hasil dari skripsi ini, peneliti mengharapkan adanya saran dan masukan untuk skripsi ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2015

Peneliti

Marlinah 41811068


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus (Studi Kualitatif Opini Peserta Audisi Penyiar Tentang Radio USUKOM 107,7 FM Sebagai Radio Berbasis Kampus)

0 37 133

Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM (99,5 MHz) Dan Minat Dengar (Studi Deskriptif Tentang Pola Penyiaran Radio Bahana Kusuma FM Dalam Menarik Minat Dengar Anak Muda Kota Kabanjahe)

4 88 132

PERSEPSI AUDIENS TENTANG KREDIBILITAS DAN DAYATARIK PENYIAR RADIO PUSPITA FM(Studi pada Fans Club Radio Puspita FM Malang)

2 64 2

Pola Komunikasi Penyiar Terhadap Pendengar Di Dakta Radio 107 Fm

5 135 160

PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Profesionalisme Penyiar di Trijaya FM PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PROFESIONALISME PENYIAR DI TRIJAYA FM YOGY

0 3 12

PENDAHULUAN PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PROFESIONALISME PENYIAR DI TRIJAYA FM YOGYAKARTA).

0 3 25

PENUTUP PROFESIONALISME PENYIAR PADA RADIO JARINGAN SWASTA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF TENTANG PROFESIONALISME PENYIAR DI TRIJAYA FM YOGYAKARTA).

0 3 23

MOTIVASI PENYIAR BERITA BEKERJA DI RADIO GAPURA MOTIVASI PENYIAR BERITA BEKERJA DI RADIO GAPURA KLEWER 97.3 FM SURAKARTA.

0 3 16

STRATEGI KOMUNIKASI DI STASIUN RADIO (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Solo Radio Untuk Mempertahankan Jumlah Pendengar Melalui Media Sosial, Regenerasi Penyiar, dan Event Off Air)

0 0 15

PENGALAMAN PENYIAR RADIO DI LINGKUP PUBLIK (Studi Fenomenologi Pada Penyiar Radio di Tasikmalaya)

0 0 123