KLASTER BAHASA SASAK DIALEK MERIAQ - MERIKU DI DESA UBUNG KECAMATAN JONGGAT : KAJIAN FONOLOGI - Repository UNRAM
KLASTER BAHASA SASAK DIALEK MERIAQ-MERIKU DI DESA
UBUNG KECAMATAN JONGGAT : KAJIAN FONOLOGI
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Penyelesaian Program Sarjana (S1)
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh
DIAN MEI SARAH
E1C012018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN
DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
“KLASTER BAHASA SASAK DIALEK MERIAQ-MERIKU DI DESA
UBUNG KECAMATAN JONGGAT : KAJIAN FONOLOGI”
ABSTRAK
Dian Mei Sarah
dianmeisarah@gmail.com
Dua permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah
(1)bagaimanakah bentuk klaster atau gugus konsonan bahasa Sasak dialek
meriaq-meriku di Desa Ubung Kecamatan Jonggat (2) bagaimanakah pola
persukuan dari setiap klaster atau gugus konsonan? Tujuan penelitian ini adalah
(1) untuk mengetahui bentuk-bentuk klaster atau gugus konsonan bahasa Sasak
dialek meriak-meriku yang terdapat di Desa Ubung Kecamatan Jonggat, (2) untuk
mengetahui pola persukuan yang terbentuk dari setiap klaster. Metode yang di
gunakan dalam pengumpulan data yaitu metode wawancara, metode simak dan
metode dokumentasi. Data-data yang telah dikumpulkan melalui metode tersebut
diklasifikasikan berdasarkan bentuk gugus konsonan kemudian dianalisis
menggunakan metode padan intralingual dengan tehnik hubung banding
membedakan dan hubung banding menyamakan hal pokok. Hasil analisis data
dalam penelitian ini digunakan metode formal dan informal. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada beberapa bentuk gugus konsonan yang ditemukan dalam
bahasa Sasak yakni gugus konsonan [bl], [br], [ps], [gr], [ks], [kl], [mb], [mp],
[mb], [nd] dan [nt]. Bentuk gugus konsonan ini menepati posisi awal dan tengah
kata. Contoh gugus konsonan [bl] yang berada di awal kata blantur „tabrakan‟,
blencek „cicak‟ dan blate „bangsa halus‟ sedangkan contoh gugus konsonan bl
yang berada di tengah kata adalah kiblat „arah kiblat‟, gombleng „deker‟. Pola
persukuan yang terbentuk dari gugus konsonan yakni (1) VK, (2) KV, (3) KVK,
(4) KKV dan (5) KKVK.
Kata Kunci : klaster, gugus konsonan dan pola persukuan
LANGUAGE CLUSTER OF MERIAQ MERIKU DIALECT AT UBUNG
VILLAGE, SUBDISTRICT JONGGAT: A PHONOLOGYCAL STUDY
ABSTRACT
Dian Mei Sarah
dianmeisarah@gmail.com
Two main problems that discussed in this study are (1)what are the types of
cluster or group consonant of sasak language in meriaq-meriku dialect at at ubung
village, subdistrict jonggat (2) what are the type pattern of each cluster or group
consonant? This study aimed (1) to know the types of cluster or group consonant
of sasak language in meriaq-meriku dialect at at ubung village, subdistrict jonggat
(2) to know tribal pattern of each cluster or group consonant. The method of
collecting data used in this study was interview, refer to the method
and
documentary. The data collected from the study were classified based on the types
group consonant and then were analyzed by using padan intralingual method
using circuited appeal different of
technique and circuited appeal equate
principal. The result of the data analysis are presented in formal and informal
method. The results of the study revealed that there are several types of group
consonant. which have found in sasak language is group consonant [bl], [br],
[ps], [gr], [ks], [kl], [mb], [mp], [mb], [nd] and [nt]. The types of group
consonant are placed in the beginning and in the middle of word. For example
consonant [bl] in the beginning of word blantur „crash‟ , blencek „lizard‟ and
blate „smooth nations‟ meanwhile the example of group consonant [bl] which is
in the middle of word are kiblat „arah kiblat‟, gombleng „deker‟. Syllable pattern
which is formed by group consonant are (1) VK, (2) KV, (3) KVK, (4) KKV and
(5) KKVK.
Keyword : cluster, group consonant and syllable pattern
banyak gugus konsonan atau klaster
A. PENDAHULUAN
Penelitian
tentang
gugus
konsonan dan deret konsonan juga
dapat
dijumpai
daerah.
Karna
bangsa
di
dalam
bahasa
keberagaman
menyebabkan
suku
Indonesia
memiliki daerah yang beragam. Di
wilayah Indonesia terdapat kurang
lebih empat ratus bahasa daerah dan
itupun masih banyak yang belum
diteliti dalam artian dideskripsikan
(pateda,1990:3). Samsuri (1987:58)
mengatakan bahwa bahasa daerah
merupakan
bahasa pertama atau
bahasa ibu yang digunakan dalam
kegiatan-kegiatan
yang
bersifat
kedaerahan sesuai dengan kebudayaan
daerah pemakainya. Penelitian bahasa
daerah merupakan salah satu kegiatan
yang digunakan untuk memelihara dan
mengembangkan bahasa daerah.Oleh
karna
itu
penelitian
peneliti
kajian
mengangkat
fonologi
dalam
bahasa daerah.
Kasus
mengenai
gugus
konsonan atau klaster ini tidak hanya
dijumpai dalam bahasa Indonesia,
namun
dalam
bahasa
daerah
khususnya bahasa sasak juga terdapat
seperti kata gresek (gr) „plastik‟, braye
(br) „pacar‟ dan juga psolah „dibuat
menjadi baik‟.Akibat adanya klaster
pada suatu data di dalam bahasa Sasak,
kemudian
untuk
memperlancar
pelapalan
terjadilah
morfofonemik.
Proses tersebut dapat dilihat pada data
psolah „dibuat menjadi baik‟. Kata
psolah dibangun oleh morfem /pə/ +
/solah/ menjadi /pəsolah/.Oleh karena
data psolah dirasakan tidak lancar oleh
informan di dalam pelapalannya, maka
terjadi asimilasi yaitu bunyi /s/ yang
letaknya berurutan dengan bunyi /p/
saling
mempengaruhi,
yang
menyebabkan bunyi /ə/ luluh.Adapun
luluhnya bunyi /ə/ bertujuan untuk
memperlancar
demikian,
kata
pelapalan.Dengan
/psolah/
berterima
sampai sekarang. Uniknya peluluhan
bunyi /ə/ pada suatu kata di daerah
penelitian yang menggunakan dialek
meriaq-meriku
bertujuan
untuk
memperlancar pelapalan, sedangkan
pada daerah yg menggunakan dialek
lain seperti dialek meno-mene untuk
memperlancar
pelapalan
ditambah
bunyi /ə/.
6
Menariknya
dalam
bahasa
Sasak kita juga dapat menemukan
keberagaman
bentuk
klasteryang
Ubung
Kecamatan
Jonggat
khususnya Dusun Pemangket.
2. Sampel
posisinya berada tengah, awal, dan
Sasaran sampel penelitian ini
akhir kata.Belum pernah ada peneliti
adalah penutur bahasa Sasak dialek
sebelumnya di wilayah NTB yang
meriaq-meriku yang ada di Dusun
mengangkat contoh-contoh data dari
Pemangket Desa Ubung.
masalah klaster ini menjadi kajiannya,
c. Metode Pengumpulan Data
khususnya dalam bahasa Sasak.Oleh
karna
itu,
peneliti
tertarik
untuk
mengkaji klaster dan memfokuskan
kajiantentang klaster bahasa Sasak di
peneliti menggunakan beberapa
tehnik pengumpulan data yakni :
1. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara
Desa Ubung Kecamatan Jonggat.
tidak
terstuktur
B. METODE PENELITIAN
adalah wawancara secara bebas, yakni
a. Jenis Penelitian
peneliti tidak menggunakan pedoman
Jenis
penelitian
yang
wawancara yang telah tersusun secara
digunakan dalam penelitian ini bersifat
sistematis
deskriftif kualitatif.
pengumpulan datanya.
b. Data dan Sumber Data
2. Metode Simak
sumber data diperoleh dari
tuturan masyarakat yang ada di Desa
Ubung Kecamatan Jonggat .
dan
untuk
. peneliti menggunakan tiga
tekhnik
pengumpulan
berpartisipasi
a. Populasi dan sempel
lengkap
sekaligus
dalam
data,
dalam
yakni
pembicaraan,
menyimak pembicaraan dan mencatat
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini
hasil penyimakan tersebut.
hanya berfokus pada pengguna atau
penutur
bahasa
Sasak
dialek
meriak-meriku di Wilayah Desa
3. Metode Dokumentasi
7
Dalam penelitian ini peneliti
di
juga mengumpulkan dokumen berupa
dimaksud
adalah
cerita
yang
bukucerita
yang
menggunakan bahasa sasak.
d.
Metode Analisis Data
Ubung
Kecamatan
Jonggat
buku cerita yang digunakan sebagai
perbandingan.Buku
Desa
Berdasarkan
pengumpulan
data
dilakukan
di
penelitian
yang
hasil
yang
wilayah
telah
sasaran
diperoleh
dari
informan, kamus bahasa Sasak, dan
metode yang digunakan dalam
cerita-cerita Sasak, di temukan bentuk-
penelitian ini adalah metode padan
bentuk gugus konsonan bahasa Sasak
intra lingual.
seperti [bl], [br], [bg], [pr], [ps], [gr],
e. Metode Penyajian Hasil Analisis
[ks],
[kl],
pemaparan
Data
Hasil
disajikan
data
yang
dengan
metode
dianalisis
menggunakan
formal
dan
informal(Mahsun,2007:123).
[ks]
berikut
adalah
data
bentuk
gugus
konsonan yang terdapat dalam bahasa
Sasak di Desa Ubung Kecamatan
Jonggat
1. Bentuk
Klaster
atau
Gugus
Konsonan [ bl ]
C. PEMBAHASAN
Dari hasil pengumpulan data di
Seperti yang telah diutarakan pada
rumusan
wilayah penelitian ditemukan sejumlah
masalah maka hal yang dibahas pada
data bentuk gugus konsonan [bl] yang
bagian pembahasan ini adalah bentuk-
posisinya di awal dan di tengah kata,
bentuk klaster atau gugus konsonan
adapun data gugus konsonan [bl]
yang terdapat dalam bahasa Sasak, dan
bahasa
juga bagai mana pembentukan pola
Kecamatan jonggat adalah sebagai
suku
berikut.
bagian
pembahasan
yang
terbentuk
dan
dari
gugus
konsonan bahasa Sasak yang ada di
a.
Desa Ubung Kecamatan Jonggat.
a. Bentuk – Bentuk Klaster atau
Sasak
di
Desa
Ubung
Klaster Gugus Konsonan [bl] di
Awal Kata
1.
blantur / blantUr/ „tabrakan‟
Gugus Konsonan Bahasa Sasak
8
Pada gugus konsonan [b] yang
daerah sasaran gugus konsonan yang
berada di awal, pada daerah lain selain
ditemukan yakni gugus konsonan yang
daerah
biasanya
berada di awal dan tengah kata,
ngeno-ngene
adapun data yang ditemukan adalah
penelitian
menggunakan
yang
dialek
kerap kali pengucapannya terdengar
sebagai berikut.
seperti ada fonem [e] diatara fonem
a. Klaster atau Gugus Konsonan
[b]dan [l] karna pengaruh pelapalan
[br] di Awal Kata
yang lambat, sehingga pengucapannya
1. brutang /brutaɳ/ „berhutang‟
menjadi belantur seperti pada kalimat
2. braye /brayə/ „pacar‟
#sai nu belanturan julu SMA ?#. Pada
3. brugak /brugak/ „brugak‟
daerah
wilayah
penelitian
karena
menggunakan dialek meriaq - merikuw
pelapalannya tidak terdengar fonem
[e], ini disebabkan karna penutur pada
daerah ini selalu melapalkan kata
dengan intonasi yang cepat seperti
pada kalimat #saeh eto blantur julun
SMA?#. Jadi pada daerah wilayah
penelitian
kata
blantur
‘tabrakan‟
dapat dimasukkan ke dalam bentuk
klaster atau gugus konsonan karena
pengucapannya
tidak
mengalami
pemenggalan atau penambahan fonem.
2. Bentuk
Klaster
atau
Gugus
Konsonan [br]
Klaster atau gugus konsonan
[br] yang berada di awal kata seperti
kata
brutang
„berhutang‟,
braye
„pacar, brugak „brugak‟ dikatakan
sebagai gugus konsonan yang berada
di posisi awal karena konsonan [b] dan
[r] berada berdampingan dalam satu
kata.
Namun
contoh
data
gugus
konsonan yang berada di tengah kata
ini, apabila diucapkan oleh penutur
bahasa ngeno ngene maka di antara
fonem [b] dan [r] diselipkan fonem
[e] . sehingga penutur dengan dialek
ngeno ngene mengucapkan kata ini
menjadi berutang, beraye, berugak
Gugus konsonan [br] adalah
seperti pada contoh ini, #sai berayen
bentuk konsonan yang merupakan satu
de?# „siapa pacarmu?‟. Sedangkan
keturunan
pada
kantoid
dari
gugus
konsonan [br]. Dari hasil penelitian di
daerah
penelitian
yang
menggunakan dialek meriak-merikuw
9
diantara fonem [b] dan [r] tidak
Pada gugus konsonan yang
dipisahkan oleh fonem [e] karena
posisinya di awal ada beberapa kata
biasanya
penutur
dialek
meriak
yang pengucapannya seperti terdengar
merikuw
lebih
cepat
dalam
fonem [e], seperti pada kata Prengah
pengucapan suatu kata. Jadi, karena di
„hidung yang membesar‟, Prampek
daerah penelitian diantara fonem [b]
„alat
dan [r] tidak mengalami pemisahan
merontokkan
oleh vokal maka contoh data ini
„membanting‟. Karena pada daerah
termasuk gugus konsonan yang berada
asaran penelitian menggunakan dialek
di tengah kata.
meriak-merikuw dan penutur pada
3.
Bentuk
Klaster
atau
Gugus
yang
di
gunakan
padi‟
dan
untuk
Pretak
daerah penelitian ketika mengucapkan
suatu kata lebih cepat dibandingkan
Konsonan [pr]
Gugus konsonan [pr] sama
dengan penutur yang menggunakan
halnya dengan gugus konsonan lain
dialek ngeno-ngene. Di wilayah yang
dapat dijumpai
menggunakan dialek ngeno-ngene kata
akhir
kata.
di awal tengah dan
berdasarkan
prampek, prengah dan pretak lebih
penelitian di daerah sasaran hanya di
jelas terdengar pengucapan fonem [e]
temukan gugus konsonan [pr] yang
diantara fonem [p] dan [r] sehingga
berada di awal dan tengah kata.
pengucapannya
Adapun
gugus
perengah dan peretak. Hal ini di
konsonan [pr] yang di temukan adalah
karenakan penutur dialek ngeno-ngene
sebagai berikut.
lebih lambat dalam pengucapan suatu
a. Gugus Konsonan [pr] di Awal
kata. Seperti pada kalimat #mbe lai
data
Namun
klaster
atau
Kata
1.
2.
3.
menjadi
perampek,
jauk perampekan tie?# ‟kemana kamu
prengah /prəɳah/ „hidung yang
bawa alat perontok padi itu?‟. Pada
membesar‟
penutur dialek ngeno-ngene biasanya
prampek /prampək/ „alat yang di
menggunakan akhiran [-an ] pada kata
gunakan untuk merontokkan padi‟
prampek setelah dimasukkan ke dalam
Pretak /pretak/ „membanting‟
kalimat, sehingga diantara fonem [p ]
10
dan [r ] lebih jelas terdengar fonem [e
hanya di temukan data yang posisi di
]
awal
Berbeda dengan penutur di
kata.
Adapun
data
gugus
konsonan [ps] yang di temukan adalah
wilayah penelitian yang menggunakan
sebagai berikut.
dialek meriak-merikuw dan terdengar
a. Klaster atau Gugus Konsonan
lebih cepat dalam pengucapan suatu
[ps] di Awal Kata
kata , kata prampek, prengah dan
1. psolah
menjadi baik‟
pretak tidak terdengar fonem [e] yang
2. psabok /psabɔk/ „memakaikan
diapit oleh fonem [p] dan [r] begitu
juga ketika di masukkan ke dalam
sabuk‟
kalimat fonem [p] dan [r] tidak
3. psogol
kaliamat #tombeh eakm laik jauk
alat perontok padi itu‟. Kata prampek
walaupun
dimasukkan
kedalam
kalimat fonem [p] dan [r] tetap
menjadi
satu
kesatuan
tanpa
dipisahkan oleh fonem vocal. Jadi kata
prampek, prengah dan pretak tetap
termasuk ke dalam gugus konsonan
[pr]
karna di wilayah penelitian
penutur tidak mengucapkan fonem [e]
diantara fonem [p] dan [r].
4.
Klaster
atau
Bentuk
Gugus
Konsonan [ps]
Pada daerah sasaran penelitian
gugus konsonan [ps] yang merupakan
satu keturunan kontoid dari gugus
konsonan [pr]. Gugus konsonan [ps]
/psɔgɔl/
„mengeluarkan‟
dipisahkan oleh fonem [e] seperti pada
prampek ikuw# „kemana kamu bawa
„membuat
/psɔlah/
Pada gugus konsonan [ps] yang
terletak di awal kata ada beberapa kata
dasar yang mendapat imbuhan [p]
pada awal kata sehingga membentuk
gugus konsonan [ps] seperti pada kata
psabok, psogol, psolah. Ketigia kata
ini
mempunyai
kata
dasar
sogol
„keluar‟, sabok „sabuk‟, solah „baik‟.
Pada daerah lokasi penelitian penutur
biasanya menambahkan awalan [p]
pada kata yang di rubah menjadi
kalimat perintah. Seperti ketiga kata
ini mendapat imbuhan [p] apabila
digunakan
dalam
bentuk
perintah
seperti pada kalimat #inak andi endeng
tolong psabok anakh sekali# „inak andi
minta tolong pakaikan anak saya sabuk
11
sekali‟. Kata yang sama apabila di
Klaster atau gugus konsonan
masukkan ke dalam kalimat tanya kata
yang di temukan pada kata plai adalah
tersebut tetap dalam bentuk kata dasar
bentuk gugus konsonan [pl]. Pada kata
yakni sabok, seperti pada kalimat
plai di awal kalimatnya terdapat fonem
#embeh taokm beli sabuk ikuw inak
konsonan yang berurutan dan tanpa
andi# ’inak andi dimana kamu beli
dipisahkan oleh fonem vokal atau
sabuk
daerah
mengalami pemenggalan pada fonem
penelitian kata psabok, psolah, dan
konsonan yang berurutan sehingga
psogol tetap diucapkan dalam kata
kata plai bereterima menjadi klaster
yang utuh dan tidak ada pemisahan
atau
fonem konsonan kata tersebut tetap di
pelapalannya kata plai jika di lapalkan
masukkan ke dalam bentuk gugus
oleh
konsonan [ps].
dialek
5.
itu?.
Bentuk
Karena
Klaster
pada
atau
Gugus
Konsonan [pl]
gugus
penutur
konsonan.
yang
ngeno-ngene,
Pada
menggunakan
diantara
dua
fonem konsonan yang berurutan tadi
mengalami penambahan bunyi [e]
Klaster atau gugus konsonan
diakibatkan oleh proses asimilasi yang
[pl] adalah gugus konsonan dengan
bertujuan untuk melapalkan pelapalan.
fonem konsonan pertama [p] dan
Contohnya
foenm konsonan kedua [l]. di daerah
entande ampok jelap dating# ‘lari
sasaran penelitian di temukan sejumlah
caranya supaya cepat sampai‟. Namun,
data gugus konsonan [pl] yang berada
ketika kata pelai ini diucapkan oleh
di awal dan tengah kata. Adapundata
penutur
klaster atau gugus konsonan [pl] yang
penelitian maka bunyi [e] tadi tidak
berada di di Desa Ubung Kecamatan
terdengar.
Jonggat adalah sebagai berikut.
penelitian selain pelapalan yang cepat,
a. Klaster atau Gugus Konsonan
proses asimilasi atau hilangnya bunyi
[pl] di Awal Kata
1. Plai /plai/ „lari‟
[e]
pada
yang
kalimat
berada
Karena
bertujuan
untuk
di
pada
#pelai
wilayah
daerah
melancarkan
pelapalan, berbeda dengan penutur
yang yang menggunakan dialek menomene penambahan bunyi [e] bertujuan
12
untuk memperlancar pelapalan. Seperti
Bentuk gugus konsonan [gr]
pada contoh #plai bae entanm adim
pada daerah sasaran penelitian di
aru dating# „lari saja caranya supaya
temukan
cepat sampai#. Karena alasan tadi
letaknya di awal dan tengah kata. Pada
maka kata plai berterima menjadi
data
klaster atau gugus konsonan.
letaknya di awal kata ada beberapa
6.
Bentuk
Klaster atau
Gugus
Di daerah sasaran penelitian
konsonan
konsonan
dengan
pertama
fonem
hanya
[g]
di
temukan satu bentuk yakni gugus
konsonan dengan kontoid pertama [g]
dan kontoid kedua [r] . Data bentuk
gugus
konsonan
yang
ditemukan
adalah gugus konsonan [gr] yang
posisi
di
awal
dan
di
tengah,
sedangkan gugus konsonan [gr] di
posisi akhir tidak di temukan di daerah
penelitian. Adapun pemaparan data
gugus
konsoan
dengan
kontoid
pertama [g] kontoid kedua [g] adalah
sebagai berikut.
a.
Klaster atau Gugus Konsonan
[gr] di Awal Kata
konsonan
yang
[gr]
yang
kata yang pengucapannya mendapat
„bergerigi‟
mempunyai sisi yang runcing)
dan gromon. Kata kata ini mendapat
tambahan fonem [e] apabila diucapkan
oleh
penutur
yang
menggunakan
dialek ngeno ngene. Karena di daerah
sasaran
penelitian
penutur
menggunakan dialek meriak-merikuw
yang terdengar lebih cepat dalam
pengucapan suatu kata, ketiga contoh
data ini tidak mendapat tambahan
bunyi [e] diantara fonem [g] dan [r]
sehingga kata tersebut tetap termasuk
ke dalam bentuk gugus konsonan [gr]
bahasa Sasak yang ada di Desa Ubung
Kecamatan Jonggat.
7. Bentuk
Klaster
atau
Gugus
konsonan
[kl]
Konsonan [kl]
merupakan satu keturunan kontoid
2. gropok /grɔpok/ „kerupuk‟
/grigi/
seperti pada kata gropok, grigi, gresek
Gugus
1. Gresek /grəsək/ „plastic‟
3. grigi
gugus
konsonan
bunyi [e] diantara fonem [g] dan [r]
Konsonan [gr]
gugus
gugus
(
dengan [ks]
yang terbentuk dari
kontoid pertama konsonan [p] dan
kontoid kedua konsonan [l]. Di darah
13
sasaran penelitian di temukan gugus
sasaran
penelitian
kata-kata
konsonan [ks] yang posisinya di awal.
tertera pada data tidak mendapatkan
serta tidak di temukan gugus konsonan
bunyi [e] setelah fonem [k] dan [l], ini
[kl] yang posisinya di tengah dan
di sebabkan karna di daerah sasaran
akhir. Berikut adalah data gugus
penelitian
konsosnan [kl] bahasa Sasak yang
meriak-merikuw dan terdengar lebih
ditemukan di Desa Ubung Kecamatan
cepat ketika mengucapkan suatu kata.
Jonggat.
Karna tidak ada fonem [e] setelah
a. Klaster atau Gugus Konsonan kl
fonem [k] dan [l] kata-kata pada data
menggunakan
yang
dialek
gugus konsonan [k] tetap termasuk ke
di Awal Kata
1. kluk /kluk/ „menghindar‟
dalam kriteria bentuk gugus konsonan.
2. kloek /klɔək/ „banyak‟
7. Klaster
3. klansah
/klansah/
„tikar
yang
atau
Bentuk
Gugus
Konsonan [mb]
terbuat dari kayu rotan‟
Berdasarkan hasil penelitian di
Klaster atau Gugus konsonan
wilayah sasaran adapun data data
[kl] adalah bentuk konsonan dengan
bentuk gugus konsonan [mb] dalam
konsonan pertama [k] dan kontoid
bahasa
kedua [l]. gugus konsonan [kl] bahasa
Kecamatan Jonggat yang di dapat
Sasak di daerah sasaran penelitian
hanya Gugus konsonan yang posisi di
hanya ditemukan gugus konsonan [kl]
awal,
yang posisinya di awal kata seperti
konsonan [mb] yang berada di tengah
pada kata kleket, kluk, kloek dan
kata namun beberapa data tersebut
klansah. Di daerah lain selain yang
mengalami pemenggalan pada fonem
menggunakan dialek ngeno-ngene data
konsonan yang berurutan sehingga
gugus konsonan [kl] mendapatkan
tidak dapat dikatakana bentuk klaster
bunyi [e] setelah konsonan [k] dan [l]
atau gugus konsonan.. Adapun data
sehingga di daerah lain data ini bukan
gugus konsonan yang di temukan di
termasuk ke dalam bentuk gugus
wilayah penelitian adalah sebagai
konsonan.
berikut.
Sedangkan
di
daerah
Sasak
ini
di
karena
Desa
banyak
Ubung
fonem
14
a. Klaster atau Gugus konsonan mb
embok seperti pada kalimat, #embe jak
di Awal Kata
de laik ansuh geres tie?# „kemana
1. mbeh /mbəh/ „mana‟
kamu bawa pasir itu ?. sedangkan di
2. mbot /mbɔt/ „cabut‟
daerah penelitian tidak menambahkan
3. mbok /mbɔk/ „napas‟
fonem [e] di awal kata. Penutur di
Data gugus konsonan [mb]
yang banyak ditemukan di daerah
sasarn
penelitian
adalah
gugus
konsonan [mb] yang posisinya di
tengah. Data gugus konsonan yang
posinya di awal hanya ditemukan
beberapa data seperti kata mbeh
„mana‟, mbot „cabut‟, mbok „napas‟.
Kebanyakan kata dalam bahasa sasak
yang menggunakan fonem vokal di
daerah sasaran penelitian bisanya lebih
menekankan pada fonem [m] langsung
sehingga tidak terdengar bunyi [e]
pada awal kata. Jadi kata mbeh, mbot,
dan mbok termasuk ke dalam gugus
konsonan yang berada di awal kata
karena tidak ada fonem vokal atau
konsonan lain sebelum fonem [m] dan
[b].
8.
Klaster atau
Bentuk
Gugus
Konsonan [nd]
awal awal kata sehingga bentuk gugus
Klaster atau Gugus konsonan
konsonan mb juga sulit di temukan di
merupakan
gugus
konsonan
lokasi penelitian. pada gugus konsonan
[nd]
[mb] yang berada diawal kata, antara
dengan kontoid pertama [n] kontoid
fonem [m] dan [b] tidak dipisahkan
kedua [d]. di daerah sasaran penelitian
oleh fonem vokal, walaupu di daerah
di temukan sejumlah data gugus
lain selain daerah penelitian yang
konsonan [nd] yang berada di awal
menggunakan dialek ngeno ngene
dan
pengucapat kata mbeh, mbot, dan
dipaparkan di bawah ini.
mbok tidak menambahkan fonem [e]
a. Klaster Gugus Konsonan [nd] di
diantara fonem [m] dan [b]. namun
tengah
kata
seperti
yang
Awal Kata
pada dialek ngeno ngene biasanya
1. ndek /nde?/ „tidak mau‟
fonem [e] di tambahkan di awal kata
2. ndot /ndɔt/ „diam
sehingga menjadi embeh, embot, dan
15
Pada bentuk klaster atau gugus
dapat terdiri atas satu segmen atau
konsonan [nd] data yang ditemukan di
lebih. Dalam kajian fonologi segmen
lokasi
tersebut disebut suku. Suku kata
penelitian
adalah
gugus
konsonan yang letaknya di awal dan di
merupakan
tengah kata. Pada data gugus konsonan
Setiap suku paling tidak harus terdiri
nd yang posisinya di awal apabila di
atas
daerah lain selain daerah penelitian,
merupakan gabungan antara bunyi
dan biasanya mengguanakan dialek
vokal dan konsonan.
pembentuk
sebuah
bunyi
suku
kata.
vokal
atau
ngeno-ngene, data gugus konsonan
Dalam penelitian ini ditemukan
[nd] yang berada di awal berada pada
banyak data kata yang mempunyai
posisi tengah kata. Namun, karena di
pola suku kata yang berbeda-beda.
daerah penelitian menggunakan dialek
Pada bagian ini akan dipaparkan pola
meriak-merikuw sehingga data pada
persukuan pada data gugus konsonan
gugus konsonan [nd] yang berada di
dan deret konsonan yang terdapat di
awal kata tidak di tambahkan fonem
Desa Ubung Kecamatan Jonggat.
sehingga
Di daerah sasaran penelitian
pengucapannya tetap tanpa ada [e]
banyak data gugus konsonan yang
sebelum fonem [n] dan [d]. Jadi, data
mempunyai suku yang berbeda pada
pada gugus konsonan [nd]
yang
setiap katanya. Pada sub bab ini akan
berada di awal tetap termasuk ke
di paparkan pola persukuan gugus
dalam kriteria gugus konsonan yang
konsonan bahasa sasak yang tidak
berada di awal kata.
temasuk ke dalam deret konsonan.
[e]
pada
b. Pola
awal
Persukuan
kata,
Klaster atau
bling + gi /bliɳ/ + /gi/
Gugus Konsonan
Setiap kata yang kita ucapkan
pada umumnya dibangun oleh bunyi –
bunyi bahasa, baik berupa bunyi vocal,
konsonan,
maupun
1. blinggi /bliɳgi/ „kecoa‟
berupa
semi
konsonan. Kata yang di bangun tadi
Pola suku kata yang terbentuk
dari
kata
blinggi
adalah
KKVK-KV
2. bleber /bləber/ „sesuatu yang
awalnya kecil menjadi besar
karena keseringan dipakai‟
16
Pola suku kata : KKVK
ble + ber /blə/ + /ber/
8. mbot /mbɔt/ „cabut‟
Pola suku kata :KKV-KVK
3. bluluk
/blUluk/
„bluluk
(
makanan yang biasanya di
campurkan
pada
es
atau
makanan hidangan lain seperti
kolek dan cendol)‟
pola suku kata : KKV-KVK
/təsembleh/
„dipotong‟ biasanya hanya di
pakai
ketika
hewan di
Pola suku kata : KKVK
Pada
data
bentuk
gugus
konsonan yang telah di pisahkan dari
bentuk deret konsonan, rata rata data
blu + luk || /blU/ + /luk/
4. tesembleh
mbot /mbɔt/
pemotongan
hari besarislam
seperti idul adha
Te + sem + bleh || /tə/ + /sem/
+ /bleh/
Pola suku kata : KV-KVK-
mempunyai lebih dari satu suku kata
dan kebanyakan data adalah
kata
dengan dua suku kata. Pola suku kata
yang terbentuk dari setiap kata yakni
dengan pola (1) VK, (2) KV, (3) KVK,
(4) KKV dan (5) KKVK.
D. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
KKVK
5. prangguk
/praɳguk/
yang telah dilakukan di Desa Ubung
„membenturkan‟
Kecamatan Jonggat dapat di simpulkan
Prang + guk || /praɳ/ + /guk/
bahwa :
ksa + wur || /ksa/ + /wur/
a. Gugus
Pola suku kata : KKV-KVK
6. kleong
/kləɔɳ/
„alat
digunakan
konsonan
bahasa
Sasak
dialek meriak-meriku mempunyai
yang
beberapa bentuk seperti br, bl,pr,
untuk
ps, gr, ks, kl, mb,mp, mb, nt, dan nd.
membersihkan beras‟
Setiap
kle-ong /klə/ + /oɳ/
dapat ditemukan di posisi awal dan
Pola suku kata : KKV-VK
akhir kata sedangkan untuk gugus
7. mbeh /mbəh/ „mana‟
bentuk
gugus
konsonan
konsoan yang berada di akhir kata
mbeh /mbəh/
17
tidak ditemukan di daerah sasaran
penelitian bahasa daerah khususnya
penelitian.
bahasa Sasak, guna melestarikan
b. Pola persukuan yang terbentuk dari
gugus konsonan yakni (1) K, (2)
bahasa Sasak di kalangan anak
muda.
KV, (3) KVK, (4) KKV dan (5)
KKVK
2. Saran
a. Masih
banyak
peluang
dalam
menggali tentang tentang klaster.
Oleh karena itu diharapkan kepada
peneliti selanjutnya agar mengupas
lebih dalam lagi tentang klaster
yang ada di dalam bahasa Sasak
seperti mengkaji tentang klaster
bahasa Sasak yang mempunyai tiga
fonem
konsonan dalam
bahasa
sasak.
b. Untuk para peneliti selanjutnya
lebih banyak mengkaji
tentang
18
DAFTAR PUSTAKA
Anshari. 2007. “Sistem Fonologi Bahasa Indonesia Dialek Taliwang”. Skripsi
Mataram: FKIP Unram
Azarki, Jalaludin.2014. Kamus Ringkas Bahasa Sasak. NTB: KSU Prima Guna
Bawa, I Wayan dkk. 1986. “Fonologi Bahasa Sasak” Proyek penelitian bahasa dan
sastra Indonesia dan Daerah Bali Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Jakarta: Depodikbud
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia(edisirevisi). Jakarta:
Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Djoko Kentjono(peny.). 1982.Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas
Sastra Universitas Indonesia
Jendra, I Wayan.973.”Pola Pola Bunyi Bahasa Indonesia”.Denpasar:Lembaga Faksas
Unud
Kridalaksana, Harimurti.1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia
Lapaliwa, Hans.980.”Dasar Dasar Fonetik”. Bahan Penataran Linguistik Kontransitif
dan Historis Komparatif. Wisma Aga Mulya, Tugu, Bogor.
Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers
Mardhatillah. 2013. “Analisis Fonologi Bahasa Minangkabau di Kanagarian
Simarasok Kecamatan Baso”. Skripsi Padang. Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas
Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Parera, Jos Daniel.979. Pengantar Linguistik Umum Fonetik dan Fonemik. Seri D.
Ende Flores.
Robins, R.H.1992. Linguistik Umum:Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius
Thoir,N.1986.”Tata Bahasa Bahasa Sasak”. Denpasar: Proyek Penelitian bahasa dan
Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Thoir, Nazir dan Wayan Simpen.1987. Fonologi sebuah kajian deskriftif. Denpasar:
Cv
Kayumas
19
20
UBUNG KECAMATAN JONGGAT : KAJIAN FONOLOGI
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Penyelesaian Program Sarjana (S1)
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh
DIAN MEI SARAH
E1C012018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN
DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016
“KLASTER BAHASA SASAK DIALEK MERIAQ-MERIKU DI DESA
UBUNG KECAMATAN JONGGAT : KAJIAN FONOLOGI”
ABSTRAK
Dian Mei Sarah
dianmeisarah@gmail.com
Dua permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah
(1)bagaimanakah bentuk klaster atau gugus konsonan bahasa Sasak dialek
meriaq-meriku di Desa Ubung Kecamatan Jonggat (2) bagaimanakah pola
persukuan dari setiap klaster atau gugus konsonan? Tujuan penelitian ini adalah
(1) untuk mengetahui bentuk-bentuk klaster atau gugus konsonan bahasa Sasak
dialek meriak-meriku yang terdapat di Desa Ubung Kecamatan Jonggat, (2) untuk
mengetahui pola persukuan yang terbentuk dari setiap klaster. Metode yang di
gunakan dalam pengumpulan data yaitu metode wawancara, metode simak dan
metode dokumentasi. Data-data yang telah dikumpulkan melalui metode tersebut
diklasifikasikan berdasarkan bentuk gugus konsonan kemudian dianalisis
menggunakan metode padan intralingual dengan tehnik hubung banding
membedakan dan hubung banding menyamakan hal pokok. Hasil analisis data
dalam penelitian ini digunakan metode formal dan informal. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada beberapa bentuk gugus konsonan yang ditemukan dalam
bahasa Sasak yakni gugus konsonan [bl], [br], [ps], [gr], [ks], [kl], [mb], [mp],
[mb], [nd] dan [nt]. Bentuk gugus konsonan ini menepati posisi awal dan tengah
kata. Contoh gugus konsonan [bl] yang berada di awal kata blantur „tabrakan‟,
blencek „cicak‟ dan blate „bangsa halus‟ sedangkan contoh gugus konsonan bl
yang berada di tengah kata adalah kiblat „arah kiblat‟, gombleng „deker‟. Pola
persukuan yang terbentuk dari gugus konsonan yakni (1) VK, (2) KV, (3) KVK,
(4) KKV dan (5) KKVK.
Kata Kunci : klaster, gugus konsonan dan pola persukuan
LANGUAGE CLUSTER OF MERIAQ MERIKU DIALECT AT UBUNG
VILLAGE, SUBDISTRICT JONGGAT: A PHONOLOGYCAL STUDY
ABSTRACT
Dian Mei Sarah
dianmeisarah@gmail.com
Two main problems that discussed in this study are (1)what are the types of
cluster or group consonant of sasak language in meriaq-meriku dialect at at ubung
village, subdistrict jonggat (2) what are the type pattern of each cluster or group
consonant? This study aimed (1) to know the types of cluster or group consonant
of sasak language in meriaq-meriku dialect at at ubung village, subdistrict jonggat
(2) to know tribal pattern of each cluster or group consonant. The method of
collecting data used in this study was interview, refer to the method
and
documentary. The data collected from the study were classified based on the types
group consonant and then were analyzed by using padan intralingual method
using circuited appeal different of
technique and circuited appeal equate
principal. The result of the data analysis are presented in formal and informal
method. The results of the study revealed that there are several types of group
consonant. which have found in sasak language is group consonant [bl], [br],
[ps], [gr], [ks], [kl], [mb], [mp], [mb], [nd] and [nt]. The types of group
consonant are placed in the beginning and in the middle of word. For example
consonant [bl] in the beginning of word blantur „crash‟ , blencek „lizard‟ and
blate „smooth nations‟ meanwhile the example of group consonant [bl] which is
in the middle of word are kiblat „arah kiblat‟, gombleng „deker‟. Syllable pattern
which is formed by group consonant are (1) VK, (2) KV, (3) KVK, (4) KKV and
(5) KKVK.
Keyword : cluster, group consonant and syllable pattern
banyak gugus konsonan atau klaster
A. PENDAHULUAN
Penelitian
tentang
gugus
konsonan dan deret konsonan juga
dapat
dijumpai
daerah.
Karna
bangsa
di
dalam
bahasa
keberagaman
menyebabkan
suku
Indonesia
memiliki daerah yang beragam. Di
wilayah Indonesia terdapat kurang
lebih empat ratus bahasa daerah dan
itupun masih banyak yang belum
diteliti dalam artian dideskripsikan
(pateda,1990:3). Samsuri (1987:58)
mengatakan bahwa bahasa daerah
merupakan
bahasa pertama atau
bahasa ibu yang digunakan dalam
kegiatan-kegiatan
yang
bersifat
kedaerahan sesuai dengan kebudayaan
daerah pemakainya. Penelitian bahasa
daerah merupakan salah satu kegiatan
yang digunakan untuk memelihara dan
mengembangkan bahasa daerah.Oleh
karna
itu
penelitian
peneliti
kajian
mengangkat
fonologi
dalam
bahasa daerah.
Kasus
mengenai
gugus
konsonan atau klaster ini tidak hanya
dijumpai dalam bahasa Indonesia,
namun
dalam
bahasa
daerah
khususnya bahasa sasak juga terdapat
seperti kata gresek (gr) „plastik‟, braye
(br) „pacar‟ dan juga psolah „dibuat
menjadi baik‟.Akibat adanya klaster
pada suatu data di dalam bahasa Sasak,
kemudian
untuk
memperlancar
pelapalan
terjadilah
morfofonemik.
Proses tersebut dapat dilihat pada data
psolah „dibuat menjadi baik‟. Kata
psolah dibangun oleh morfem /pə/ +
/solah/ menjadi /pəsolah/.Oleh karena
data psolah dirasakan tidak lancar oleh
informan di dalam pelapalannya, maka
terjadi asimilasi yaitu bunyi /s/ yang
letaknya berurutan dengan bunyi /p/
saling
mempengaruhi,
yang
menyebabkan bunyi /ə/ luluh.Adapun
luluhnya bunyi /ə/ bertujuan untuk
memperlancar
demikian,
kata
pelapalan.Dengan
/psolah/
berterima
sampai sekarang. Uniknya peluluhan
bunyi /ə/ pada suatu kata di daerah
penelitian yang menggunakan dialek
meriaq-meriku
bertujuan
untuk
memperlancar pelapalan, sedangkan
pada daerah yg menggunakan dialek
lain seperti dialek meno-mene untuk
memperlancar
pelapalan
ditambah
bunyi /ə/.
6
Menariknya
dalam
bahasa
Sasak kita juga dapat menemukan
keberagaman
bentuk
klasteryang
Ubung
Kecamatan
Jonggat
khususnya Dusun Pemangket.
2. Sampel
posisinya berada tengah, awal, dan
Sasaran sampel penelitian ini
akhir kata.Belum pernah ada peneliti
adalah penutur bahasa Sasak dialek
sebelumnya di wilayah NTB yang
meriaq-meriku yang ada di Dusun
mengangkat contoh-contoh data dari
Pemangket Desa Ubung.
masalah klaster ini menjadi kajiannya,
c. Metode Pengumpulan Data
khususnya dalam bahasa Sasak.Oleh
karna
itu,
peneliti
tertarik
untuk
mengkaji klaster dan memfokuskan
kajiantentang klaster bahasa Sasak di
peneliti menggunakan beberapa
tehnik pengumpulan data yakni :
1. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara
Desa Ubung Kecamatan Jonggat.
tidak
terstuktur
B. METODE PENELITIAN
adalah wawancara secara bebas, yakni
a. Jenis Penelitian
peneliti tidak menggunakan pedoman
Jenis
penelitian
yang
wawancara yang telah tersusun secara
digunakan dalam penelitian ini bersifat
sistematis
deskriftif kualitatif.
pengumpulan datanya.
b. Data dan Sumber Data
2. Metode Simak
sumber data diperoleh dari
tuturan masyarakat yang ada di Desa
Ubung Kecamatan Jonggat .
dan
untuk
. peneliti menggunakan tiga
tekhnik
pengumpulan
berpartisipasi
a. Populasi dan sempel
lengkap
sekaligus
dalam
data,
dalam
yakni
pembicaraan,
menyimak pembicaraan dan mencatat
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini
hasil penyimakan tersebut.
hanya berfokus pada pengguna atau
penutur
bahasa
Sasak
dialek
meriak-meriku di Wilayah Desa
3. Metode Dokumentasi
7
Dalam penelitian ini peneliti
di
juga mengumpulkan dokumen berupa
dimaksud
adalah
cerita
yang
bukucerita
yang
menggunakan bahasa sasak.
d.
Metode Analisis Data
Ubung
Kecamatan
Jonggat
buku cerita yang digunakan sebagai
perbandingan.Buku
Desa
Berdasarkan
pengumpulan
data
dilakukan
di
penelitian
yang
hasil
yang
wilayah
telah
sasaran
diperoleh
dari
informan, kamus bahasa Sasak, dan
metode yang digunakan dalam
cerita-cerita Sasak, di temukan bentuk-
penelitian ini adalah metode padan
bentuk gugus konsonan bahasa Sasak
intra lingual.
seperti [bl], [br], [bg], [pr], [ps], [gr],
e. Metode Penyajian Hasil Analisis
[ks],
[kl],
pemaparan
Data
Hasil
disajikan
data
yang
dengan
metode
dianalisis
menggunakan
formal
dan
informal(Mahsun,2007:123).
[ks]
berikut
adalah
data
bentuk
gugus
konsonan yang terdapat dalam bahasa
Sasak di Desa Ubung Kecamatan
Jonggat
1. Bentuk
Klaster
atau
Gugus
Konsonan [ bl ]
C. PEMBAHASAN
Dari hasil pengumpulan data di
Seperti yang telah diutarakan pada
rumusan
wilayah penelitian ditemukan sejumlah
masalah maka hal yang dibahas pada
data bentuk gugus konsonan [bl] yang
bagian pembahasan ini adalah bentuk-
posisinya di awal dan di tengah kata,
bentuk klaster atau gugus konsonan
adapun data gugus konsonan [bl]
yang terdapat dalam bahasa Sasak, dan
bahasa
juga bagai mana pembentukan pola
Kecamatan jonggat adalah sebagai
suku
berikut.
bagian
pembahasan
yang
terbentuk
dan
dari
gugus
konsonan bahasa Sasak yang ada di
a.
Desa Ubung Kecamatan Jonggat.
a. Bentuk – Bentuk Klaster atau
Sasak
di
Desa
Ubung
Klaster Gugus Konsonan [bl] di
Awal Kata
1.
blantur / blantUr/ „tabrakan‟
Gugus Konsonan Bahasa Sasak
8
Pada gugus konsonan [b] yang
daerah sasaran gugus konsonan yang
berada di awal, pada daerah lain selain
ditemukan yakni gugus konsonan yang
daerah
biasanya
berada di awal dan tengah kata,
ngeno-ngene
adapun data yang ditemukan adalah
penelitian
menggunakan
yang
dialek
kerap kali pengucapannya terdengar
sebagai berikut.
seperti ada fonem [e] diatara fonem
a. Klaster atau Gugus Konsonan
[b]dan [l] karna pengaruh pelapalan
[br] di Awal Kata
yang lambat, sehingga pengucapannya
1. brutang /brutaɳ/ „berhutang‟
menjadi belantur seperti pada kalimat
2. braye /brayə/ „pacar‟
#sai nu belanturan julu SMA ?#. Pada
3. brugak /brugak/ „brugak‟
daerah
wilayah
penelitian
karena
menggunakan dialek meriaq - merikuw
pelapalannya tidak terdengar fonem
[e], ini disebabkan karna penutur pada
daerah ini selalu melapalkan kata
dengan intonasi yang cepat seperti
pada kalimat #saeh eto blantur julun
SMA?#. Jadi pada daerah wilayah
penelitian
kata
blantur
‘tabrakan‟
dapat dimasukkan ke dalam bentuk
klaster atau gugus konsonan karena
pengucapannya
tidak
mengalami
pemenggalan atau penambahan fonem.
2. Bentuk
Klaster
atau
Gugus
Konsonan [br]
Klaster atau gugus konsonan
[br] yang berada di awal kata seperti
kata
brutang
„berhutang‟,
braye
„pacar, brugak „brugak‟ dikatakan
sebagai gugus konsonan yang berada
di posisi awal karena konsonan [b] dan
[r] berada berdampingan dalam satu
kata.
Namun
contoh
data
gugus
konsonan yang berada di tengah kata
ini, apabila diucapkan oleh penutur
bahasa ngeno ngene maka di antara
fonem [b] dan [r] diselipkan fonem
[e] . sehingga penutur dengan dialek
ngeno ngene mengucapkan kata ini
menjadi berutang, beraye, berugak
Gugus konsonan [br] adalah
seperti pada contoh ini, #sai berayen
bentuk konsonan yang merupakan satu
de?# „siapa pacarmu?‟. Sedangkan
keturunan
pada
kantoid
dari
gugus
konsonan [br]. Dari hasil penelitian di
daerah
penelitian
yang
menggunakan dialek meriak-merikuw
9
diantara fonem [b] dan [r] tidak
Pada gugus konsonan yang
dipisahkan oleh fonem [e] karena
posisinya di awal ada beberapa kata
biasanya
penutur
dialek
meriak
yang pengucapannya seperti terdengar
merikuw
lebih
cepat
dalam
fonem [e], seperti pada kata Prengah
pengucapan suatu kata. Jadi, karena di
„hidung yang membesar‟, Prampek
daerah penelitian diantara fonem [b]
„alat
dan [r] tidak mengalami pemisahan
merontokkan
oleh vokal maka contoh data ini
„membanting‟. Karena pada daerah
termasuk gugus konsonan yang berada
asaran penelitian menggunakan dialek
di tengah kata.
meriak-merikuw dan penutur pada
3.
Bentuk
Klaster
atau
Gugus
yang
di
gunakan
padi‟
dan
untuk
Pretak
daerah penelitian ketika mengucapkan
suatu kata lebih cepat dibandingkan
Konsonan [pr]
Gugus konsonan [pr] sama
dengan penutur yang menggunakan
halnya dengan gugus konsonan lain
dialek ngeno-ngene. Di wilayah yang
dapat dijumpai
menggunakan dialek ngeno-ngene kata
akhir
kata.
di awal tengah dan
berdasarkan
prampek, prengah dan pretak lebih
penelitian di daerah sasaran hanya di
jelas terdengar pengucapan fonem [e]
temukan gugus konsonan [pr] yang
diantara fonem [p] dan [r] sehingga
berada di awal dan tengah kata.
pengucapannya
Adapun
gugus
perengah dan peretak. Hal ini di
konsonan [pr] yang di temukan adalah
karenakan penutur dialek ngeno-ngene
sebagai berikut.
lebih lambat dalam pengucapan suatu
a. Gugus Konsonan [pr] di Awal
kata. Seperti pada kalimat #mbe lai
data
Namun
klaster
atau
Kata
1.
2.
3.
menjadi
perampek,
jauk perampekan tie?# ‟kemana kamu
prengah /prəɳah/ „hidung yang
bawa alat perontok padi itu?‟. Pada
membesar‟
penutur dialek ngeno-ngene biasanya
prampek /prampək/ „alat yang di
menggunakan akhiran [-an ] pada kata
gunakan untuk merontokkan padi‟
prampek setelah dimasukkan ke dalam
Pretak /pretak/ „membanting‟
kalimat, sehingga diantara fonem [p ]
10
dan [r ] lebih jelas terdengar fonem [e
hanya di temukan data yang posisi di
]
awal
Berbeda dengan penutur di
kata.
Adapun
data
gugus
konsonan [ps] yang di temukan adalah
wilayah penelitian yang menggunakan
sebagai berikut.
dialek meriak-merikuw dan terdengar
a. Klaster atau Gugus Konsonan
lebih cepat dalam pengucapan suatu
[ps] di Awal Kata
kata , kata prampek, prengah dan
1. psolah
menjadi baik‟
pretak tidak terdengar fonem [e] yang
2. psabok /psabɔk/ „memakaikan
diapit oleh fonem [p] dan [r] begitu
juga ketika di masukkan ke dalam
sabuk‟
kalimat fonem [p] dan [r] tidak
3. psogol
kaliamat #tombeh eakm laik jauk
alat perontok padi itu‟. Kata prampek
walaupun
dimasukkan
kedalam
kalimat fonem [p] dan [r] tetap
menjadi
satu
kesatuan
tanpa
dipisahkan oleh fonem vocal. Jadi kata
prampek, prengah dan pretak tetap
termasuk ke dalam gugus konsonan
[pr]
karna di wilayah penelitian
penutur tidak mengucapkan fonem [e]
diantara fonem [p] dan [r].
4.
Klaster
atau
Bentuk
Gugus
Konsonan [ps]
Pada daerah sasaran penelitian
gugus konsonan [ps] yang merupakan
satu keturunan kontoid dari gugus
konsonan [pr]. Gugus konsonan [ps]
/psɔgɔl/
„mengeluarkan‟
dipisahkan oleh fonem [e] seperti pada
prampek ikuw# „kemana kamu bawa
„membuat
/psɔlah/
Pada gugus konsonan [ps] yang
terletak di awal kata ada beberapa kata
dasar yang mendapat imbuhan [p]
pada awal kata sehingga membentuk
gugus konsonan [ps] seperti pada kata
psabok, psogol, psolah. Ketigia kata
ini
mempunyai
kata
dasar
sogol
„keluar‟, sabok „sabuk‟, solah „baik‟.
Pada daerah lokasi penelitian penutur
biasanya menambahkan awalan [p]
pada kata yang di rubah menjadi
kalimat perintah. Seperti ketiga kata
ini mendapat imbuhan [p] apabila
digunakan
dalam
bentuk
perintah
seperti pada kalimat #inak andi endeng
tolong psabok anakh sekali# „inak andi
minta tolong pakaikan anak saya sabuk
11
sekali‟. Kata yang sama apabila di
Klaster atau gugus konsonan
masukkan ke dalam kalimat tanya kata
yang di temukan pada kata plai adalah
tersebut tetap dalam bentuk kata dasar
bentuk gugus konsonan [pl]. Pada kata
yakni sabok, seperti pada kalimat
plai di awal kalimatnya terdapat fonem
#embeh taokm beli sabuk ikuw inak
konsonan yang berurutan dan tanpa
andi# ’inak andi dimana kamu beli
dipisahkan oleh fonem vokal atau
sabuk
daerah
mengalami pemenggalan pada fonem
penelitian kata psabok, psolah, dan
konsonan yang berurutan sehingga
psogol tetap diucapkan dalam kata
kata plai bereterima menjadi klaster
yang utuh dan tidak ada pemisahan
atau
fonem konsonan kata tersebut tetap di
pelapalannya kata plai jika di lapalkan
masukkan ke dalam bentuk gugus
oleh
konsonan [ps].
dialek
5.
itu?.
Bentuk
Karena
Klaster
pada
atau
Gugus
Konsonan [pl]
gugus
penutur
konsonan.
yang
ngeno-ngene,
Pada
menggunakan
diantara
dua
fonem konsonan yang berurutan tadi
mengalami penambahan bunyi [e]
Klaster atau gugus konsonan
diakibatkan oleh proses asimilasi yang
[pl] adalah gugus konsonan dengan
bertujuan untuk melapalkan pelapalan.
fonem konsonan pertama [p] dan
Contohnya
foenm konsonan kedua [l]. di daerah
entande ampok jelap dating# ‘lari
sasaran penelitian di temukan sejumlah
caranya supaya cepat sampai‟. Namun,
data gugus konsonan [pl] yang berada
ketika kata pelai ini diucapkan oleh
di awal dan tengah kata. Adapundata
penutur
klaster atau gugus konsonan [pl] yang
penelitian maka bunyi [e] tadi tidak
berada di di Desa Ubung Kecamatan
terdengar.
Jonggat adalah sebagai berikut.
penelitian selain pelapalan yang cepat,
a. Klaster atau Gugus Konsonan
proses asimilasi atau hilangnya bunyi
[pl] di Awal Kata
1. Plai /plai/ „lari‟
[e]
pada
yang
kalimat
berada
Karena
bertujuan
untuk
di
pada
#pelai
wilayah
daerah
melancarkan
pelapalan, berbeda dengan penutur
yang yang menggunakan dialek menomene penambahan bunyi [e] bertujuan
12
untuk memperlancar pelapalan. Seperti
Bentuk gugus konsonan [gr]
pada contoh #plai bae entanm adim
pada daerah sasaran penelitian di
aru dating# „lari saja caranya supaya
temukan
cepat sampai#. Karena alasan tadi
letaknya di awal dan tengah kata. Pada
maka kata plai berterima menjadi
data
klaster atau gugus konsonan.
letaknya di awal kata ada beberapa
6.
Bentuk
Klaster atau
Gugus
Di daerah sasaran penelitian
konsonan
konsonan
dengan
pertama
fonem
hanya
[g]
di
temukan satu bentuk yakni gugus
konsonan dengan kontoid pertama [g]
dan kontoid kedua [r] . Data bentuk
gugus
konsonan
yang
ditemukan
adalah gugus konsonan [gr] yang
posisi
di
awal
dan
di
tengah,
sedangkan gugus konsonan [gr] di
posisi akhir tidak di temukan di daerah
penelitian. Adapun pemaparan data
gugus
konsoan
dengan
kontoid
pertama [g] kontoid kedua [g] adalah
sebagai berikut.
a.
Klaster atau Gugus Konsonan
[gr] di Awal Kata
konsonan
yang
[gr]
yang
kata yang pengucapannya mendapat
„bergerigi‟
mempunyai sisi yang runcing)
dan gromon. Kata kata ini mendapat
tambahan fonem [e] apabila diucapkan
oleh
penutur
yang
menggunakan
dialek ngeno ngene. Karena di daerah
sasaran
penelitian
penutur
menggunakan dialek meriak-merikuw
yang terdengar lebih cepat dalam
pengucapan suatu kata, ketiga contoh
data ini tidak mendapat tambahan
bunyi [e] diantara fonem [g] dan [r]
sehingga kata tersebut tetap termasuk
ke dalam bentuk gugus konsonan [gr]
bahasa Sasak yang ada di Desa Ubung
Kecamatan Jonggat.
7. Bentuk
Klaster
atau
Gugus
konsonan
[kl]
Konsonan [kl]
merupakan satu keturunan kontoid
2. gropok /grɔpok/ „kerupuk‟
/grigi/
seperti pada kata gropok, grigi, gresek
Gugus
1. Gresek /grəsək/ „plastic‟
3. grigi
gugus
konsonan
bunyi [e] diantara fonem [g] dan [r]
Konsonan [gr]
gugus
gugus
(
dengan [ks]
yang terbentuk dari
kontoid pertama konsonan [p] dan
kontoid kedua konsonan [l]. Di darah
13
sasaran penelitian di temukan gugus
sasaran
penelitian
kata-kata
konsonan [ks] yang posisinya di awal.
tertera pada data tidak mendapatkan
serta tidak di temukan gugus konsonan
bunyi [e] setelah fonem [k] dan [l], ini
[kl] yang posisinya di tengah dan
di sebabkan karna di daerah sasaran
akhir. Berikut adalah data gugus
penelitian
konsosnan [kl] bahasa Sasak yang
meriak-merikuw dan terdengar lebih
ditemukan di Desa Ubung Kecamatan
cepat ketika mengucapkan suatu kata.
Jonggat.
Karna tidak ada fonem [e] setelah
a. Klaster atau Gugus Konsonan kl
fonem [k] dan [l] kata-kata pada data
menggunakan
yang
dialek
gugus konsonan [k] tetap termasuk ke
di Awal Kata
1. kluk /kluk/ „menghindar‟
dalam kriteria bentuk gugus konsonan.
2. kloek /klɔək/ „banyak‟
7. Klaster
3. klansah
/klansah/
„tikar
yang
atau
Bentuk
Gugus
Konsonan [mb]
terbuat dari kayu rotan‟
Berdasarkan hasil penelitian di
Klaster atau Gugus konsonan
wilayah sasaran adapun data data
[kl] adalah bentuk konsonan dengan
bentuk gugus konsonan [mb] dalam
konsonan pertama [k] dan kontoid
bahasa
kedua [l]. gugus konsonan [kl] bahasa
Kecamatan Jonggat yang di dapat
Sasak di daerah sasaran penelitian
hanya Gugus konsonan yang posisi di
hanya ditemukan gugus konsonan [kl]
awal,
yang posisinya di awal kata seperti
konsonan [mb] yang berada di tengah
pada kata kleket, kluk, kloek dan
kata namun beberapa data tersebut
klansah. Di daerah lain selain yang
mengalami pemenggalan pada fonem
menggunakan dialek ngeno-ngene data
konsonan yang berurutan sehingga
gugus konsonan [kl] mendapatkan
tidak dapat dikatakana bentuk klaster
bunyi [e] setelah konsonan [k] dan [l]
atau gugus konsonan.. Adapun data
sehingga di daerah lain data ini bukan
gugus konsonan yang di temukan di
termasuk ke dalam bentuk gugus
wilayah penelitian adalah sebagai
konsonan.
berikut.
Sedangkan
di
daerah
Sasak
ini
di
karena
Desa
banyak
Ubung
fonem
14
a. Klaster atau Gugus konsonan mb
embok seperti pada kalimat, #embe jak
di Awal Kata
de laik ansuh geres tie?# „kemana
1. mbeh /mbəh/ „mana‟
kamu bawa pasir itu ?. sedangkan di
2. mbot /mbɔt/ „cabut‟
daerah penelitian tidak menambahkan
3. mbok /mbɔk/ „napas‟
fonem [e] di awal kata. Penutur di
Data gugus konsonan [mb]
yang banyak ditemukan di daerah
sasarn
penelitian
adalah
gugus
konsonan [mb] yang posisinya di
tengah. Data gugus konsonan yang
posinya di awal hanya ditemukan
beberapa data seperti kata mbeh
„mana‟, mbot „cabut‟, mbok „napas‟.
Kebanyakan kata dalam bahasa sasak
yang menggunakan fonem vokal di
daerah sasaran penelitian bisanya lebih
menekankan pada fonem [m] langsung
sehingga tidak terdengar bunyi [e]
pada awal kata. Jadi kata mbeh, mbot,
dan mbok termasuk ke dalam gugus
konsonan yang berada di awal kata
karena tidak ada fonem vokal atau
konsonan lain sebelum fonem [m] dan
[b].
8.
Klaster atau
Bentuk
Gugus
Konsonan [nd]
awal awal kata sehingga bentuk gugus
Klaster atau Gugus konsonan
konsonan mb juga sulit di temukan di
merupakan
gugus
konsonan
lokasi penelitian. pada gugus konsonan
[nd]
[mb] yang berada diawal kata, antara
dengan kontoid pertama [n] kontoid
fonem [m] dan [b] tidak dipisahkan
kedua [d]. di daerah sasaran penelitian
oleh fonem vokal, walaupu di daerah
di temukan sejumlah data gugus
lain selain daerah penelitian yang
konsonan [nd] yang berada di awal
menggunakan dialek ngeno ngene
dan
pengucapat kata mbeh, mbot, dan
dipaparkan di bawah ini.
mbok tidak menambahkan fonem [e]
a. Klaster Gugus Konsonan [nd] di
diantara fonem [m] dan [b]. namun
tengah
kata
seperti
yang
Awal Kata
pada dialek ngeno ngene biasanya
1. ndek /nde?/ „tidak mau‟
fonem [e] di tambahkan di awal kata
2. ndot /ndɔt/ „diam
sehingga menjadi embeh, embot, dan
15
Pada bentuk klaster atau gugus
dapat terdiri atas satu segmen atau
konsonan [nd] data yang ditemukan di
lebih. Dalam kajian fonologi segmen
lokasi
tersebut disebut suku. Suku kata
penelitian
adalah
gugus
konsonan yang letaknya di awal dan di
merupakan
tengah kata. Pada data gugus konsonan
Setiap suku paling tidak harus terdiri
nd yang posisinya di awal apabila di
atas
daerah lain selain daerah penelitian,
merupakan gabungan antara bunyi
dan biasanya mengguanakan dialek
vokal dan konsonan.
pembentuk
sebuah
bunyi
suku
kata.
vokal
atau
ngeno-ngene, data gugus konsonan
Dalam penelitian ini ditemukan
[nd] yang berada di awal berada pada
banyak data kata yang mempunyai
posisi tengah kata. Namun, karena di
pola suku kata yang berbeda-beda.
daerah penelitian menggunakan dialek
Pada bagian ini akan dipaparkan pola
meriak-merikuw sehingga data pada
persukuan pada data gugus konsonan
gugus konsonan [nd] yang berada di
dan deret konsonan yang terdapat di
awal kata tidak di tambahkan fonem
Desa Ubung Kecamatan Jonggat.
sehingga
Di daerah sasaran penelitian
pengucapannya tetap tanpa ada [e]
banyak data gugus konsonan yang
sebelum fonem [n] dan [d]. Jadi, data
mempunyai suku yang berbeda pada
pada gugus konsonan [nd]
yang
setiap katanya. Pada sub bab ini akan
berada di awal tetap termasuk ke
di paparkan pola persukuan gugus
dalam kriteria gugus konsonan yang
konsonan bahasa sasak yang tidak
berada di awal kata.
temasuk ke dalam deret konsonan.
[e]
pada
b. Pola
awal
Persukuan
kata,
Klaster atau
bling + gi /bliɳ/ + /gi/
Gugus Konsonan
Setiap kata yang kita ucapkan
pada umumnya dibangun oleh bunyi –
bunyi bahasa, baik berupa bunyi vocal,
konsonan,
maupun
1. blinggi /bliɳgi/ „kecoa‟
berupa
semi
konsonan. Kata yang di bangun tadi
Pola suku kata yang terbentuk
dari
kata
blinggi
adalah
KKVK-KV
2. bleber /bləber/ „sesuatu yang
awalnya kecil menjadi besar
karena keseringan dipakai‟
16
Pola suku kata : KKVK
ble + ber /blə/ + /ber/
8. mbot /mbɔt/ „cabut‟
Pola suku kata :KKV-KVK
3. bluluk
/blUluk/
„bluluk
(
makanan yang biasanya di
campurkan
pada
es
atau
makanan hidangan lain seperti
kolek dan cendol)‟
pola suku kata : KKV-KVK
/təsembleh/
„dipotong‟ biasanya hanya di
pakai
ketika
hewan di
Pola suku kata : KKVK
Pada
data
bentuk
gugus
konsonan yang telah di pisahkan dari
bentuk deret konsonan, rata rata data
blu + luk || /blU/ + /luk/
4. tesembleh
mbot /mbɔt/
pemotongan
hari besarislam
seperti idul adha
Te + sem + bleh || /tə/ + /sem/
+ /bleh/
Pola suku kata : KV-KVK-
mempunyai lebih dari satu suku kata
dan kebanyakan data adalah
kata
dengan dua suku kata. Pola suku kata
yang terbentuk dari setiap kata yakni
dengan pola (1) VK, (2) KV, (3) KVK,
(4) KKV dan (5) KKVK.
D. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
KKVK
5. prangguk
/praɳguk/
yang telah dilakukan di Desa Ubung
„membenturkan‟
Kecamatan Jonggat dapat di simpulkan
Prang + guk || /praɳ/ + /guk/
bahwa :
ksa + wur || /ksa/ + /wur/
a. Gugus
Pola suku kata : KKV-KVK
6. kleong
/kləɔɳ/
„alat
digunakan
konsonan
bahasa
Sasak
dialek meriak-meriku mempunyai
yang
beberapa bentuk seperti br, bl,pr,
untuk
ps, gr, ks, kl, mb,mp, mb, nt, dan nd.
membersihkan beras‟
Setiap
kle-ong /klə/ + /oɳ/
dapat ditemukan di posisi awal dan
Pola suku kata : KKV-VK
akhir kata sedangkan untuk gugus
7. mbeh /mbəh/ „mana‟
bentuk
gugus
konsonan
konsoan yang berada di akhir kata
mbeh /mbəh/
17
tidak ditemukan di daerah sasaran
penelitian bahasa daerah khususnya
penelitian.
bahasa Sasak, guna melestarikan
b. Pola persukuan yang terbentuk dari
gugus konsonan yakni (1) K, (2)
bahasa Sasak di kalangan anak
muda.
KV, (3) KVK, (4) KKV dan (5)
KKVK
2. Saran
a. Masih
banyak
peluang
dalam
menggali tentang tentang klaster.
Oleh karena itu diharapkan kepada
peneliti selanjutnya agar mengupas
lebih dalam lagi tentang klaster
yang ada di dalam bahasa Sasak
seperti mengkaji tentang klaster
bahasa Sasak yang mempunyai tiga
fonem
konsonan dalam
bahasa
sasak.
b. Untuk para peneliti selanjutnya
lebih banyak mengkaji
tentang
18
DAFTAR PUSTAKA
Anshari. 2007. “Sistem Fonologi Bahasa Indonesia Dialek Taliwang”. Skripsi
Mataram: FKIP Unram
Azarki, Jalaludin.2014. Kamus Ringkas Bahasa Sasak. NTB: KSU Prima Guna
Bawa, I Wayan dkk. 1986. “Fonologi Bahasa Sasak” Proyek penelitian bahasa dan
sastra Indonesia dan Daerah Bali Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Jakarta: Depodikbud
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia(edisirevisi). Jakarta:
Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Djoko Kentjono(peny.). 1982.Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas
Sastra Universitas Indonesia
Jendra, I Wayan.973.”Pola Pola Bunyi Bahasa Indonesia”.Denpasar:Lembaga Faksas
Unud
Kridalaksana, Harimurti.1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia
Lapaliwa, Hans.980.”Dasar Dasar Fonetik”. Bahan Penataran Linguistik Kontransitif
dan Historis Komparatif. Wisma Aga Mulya, Tugu, Bogor.
Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers
Mardhatillah. 2013. “Analisis Fonologi Bahasa Minangkabau di Kanagarian
Simarasok Kecamatan Baso”. Skripsi Padang. Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas
Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Parera, Jos Daniel.979. Pengantar Linguistik Umum Fonetik dan Fonemik. Seri D.
Ende Flores.
Robins, R.H.1992. Linguistik Umum:Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius
Thoir,N.1986.”Tata Bahasa Bahasa Sasak”. Denpasar: Proyek Penelitian bahasa dan
Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Thoir, Nazir dan Wayan Simpen.1987. Fonologi sebuah kajian deskriftif. Denpasar:
Cv
Kayumas
19
20