SISTEM FONOLOGI BAHASA TORAJA DIALEK MAK

SISTEM FONOLOGI BAHASA TORAJA DIALEK MAKALE
Sadam Husein1, Abdul Wahid2
Department of Linguistics
University of Indonesia
Depok, 16424, Indonesia
sadamhusein.21st@gmail.com1, abdul.wahidkaimuddin@gmail.com2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem fonologi bahasa Toraja dialek Makale. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif yang menggunakan data lisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak
dan metode cakap. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah teknik sadap, teknik pancing, dan teknik catat.
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dengan teknik pilah unsur penentu dengan daya
pilih sebagai pembeda organ wicara. Daftar pertanyaan yang digunakan terdiri atas 215 kosakata yang kebanyakan
diambil dari 200 kosakata dasar Swadesh. Informan penelitian terdiri atas satu orang yang merupakan penutur asli
bahasa Toraja dialek Makale. Hasil penelitian ini menemukan bahwa bahasa Toraja dialek Makale memiliki 12 bunyi
vokalik yaitu [a], [a:], [ε], [i], [o], [u], [i:], [e], [ε:], [ᴐ], [e:], [u:]; 27 buah bunyi konsonantik yakni [b], [c], [d], [ɡ], [h],
[ɟ], [k:], [l:], [m:], [n:], [r:], [η:], [p:], [r], [s], [s:], [t], [t:], [k],[l], [m], [n], [η], [p], [w], [j], [ʔ]; dan 6 buah diftong yaitu
[aε], [au], [ᴐa], [ae], [ia], [ua]. Bahasa Toraja dialek Makale memiliki 5 fonem vokalik yaitu /a/, /e/, /i/, /o/, /u/ dan 14
fonem konsonantik yaitu /b/, /d/, /ɡ/, /ɟ/, /k/, /l/, /m/, /n/, /η/, /p/, /r/, /s/, /t/, /ʔ/. Silabe bahasa Toraja dialek Makale
terdiri atas empat yaitu V, VK, KV, dan KVK. Koda yang berupa bunyi nasal dalam bahasa Toraja dialek Makale
memiliki kecendrungan diikuti oleh konsonan homorgan yakni [mb], [mp], [nd], [ηk], dan [nt].
Kata kunci: sistem fonologi, bahasa Toraja, dialek Makale


PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan antara satu individu dengan individu yang lainnya. Di dalam
berbahasa, tujuan utama yang hendak dicapai ialah keberhasilan penyampaian maksud dan tujuan penutur kepada
pendengar. Elkins (1974:2) mendefinisikan bahasa sebagai berikut: “Language may be defined as a system of vocal
symbols that provides human beings with the means to communicate.” Ini berarti bahwa bahasa merupakan sistem
simbol vokal yang digunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan dalam berbahasa, salah satunya adalah bunyi bahasa atau dalam istilah linguistik disebut fonologi.
Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa merupakan sistem
lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berintekrasi, dan
mengidentifikasikan diri (KBBI, 2008:116). Semua kegiatan manusia selalu dilengkapi dengan bahasa. Bahasa pertama
yang digunakan dalam melakukan komunikasi adalah bahasa ibu atau biasa disebut dengan bahasa daerah. Salah satu
bahasa daerah yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa Torajayang dipakai sebagai bahasa pertama oleh
penutur asli dalam melakukan komunikasi di wilayah Tana Toraja.
Bahasa Toraja adalah bahasa yang digunakan oleh suku Toraja yang tersebar di Kabupaten Tana Toraja,
Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa.Toraja memiliki enam ragam bahasayang terdiri atas beberapa dialek,
yakni:
- Kalumpang, terdiri atas 4 dialek: Karataun, Mablei, Mangki, dan Bone Hau.
- Mamasa, terdiri atas 7 dialek: Mamasa Utara, Mamasa Tengah, Pattae', Mamasa Selatan, Patta' Binuang,
Binuang, dan Tae'.

- Ta'e rob, terdiri atas 4 dialek: Rongkong, Luwu Timur Laut, Luwu Selatan, dan Bua.
- Talondo', hanya 1 dialek yaitu Talondo’.
- Toala', terdiri atas 2 dialek: Toala' dan Palili'.
- Toraja-Sa'dan, terdiri atas 4 dialek: Makale, Rantepao, Toraja Barat, dan Mappa-Pana.
Sumber: www.tanatorajakab.go.id
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis merasa perlu meneliti sistem fonologi bahasa Toraja. Dari
berbagai dialek dalam bahasa Toraja, dialek Makale digunakan sebagai objek penelitian ini karena belum pernah ada
penelitian sebelumnya tentang sistem fonologi bahasa tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
generasi muda Makale khususnya, para peneliti dan ahli bahasa. Di samping itu, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai perbandingan dengan bahasa daerah-daerah lain. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
sistem fonologi bahasa Toraja dialek Makale.

TEORI & METODOLOGI
Menurut Muslich (2008: 46) bunyi vokalik adalah bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau
penutupan pada daerah artikulasi. Senada dengan pendapat ini, Ayub (1993:21) juga mengatakan bahwa bunyi vokalik
1

adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor: tinggi
rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Menurut Ladefoged
dan Johnson (2011:92), diftong merupakan pergerakan atau perpindahan dari satu vokal ke vokal lain. Muslich (2008:

48) menambahkan bunyi konsonantik adalah bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan
pada daerah artikulasi.
Dua buah bunyi baru dikatakan memiliki perbedaan fonologis jika dua bunyi tersebut mampu membedakan
makna dari dua buah kata. Dua buah kata yang berbeda maknanya dan memilki perbedaan minimal dalam bunyinya
disebut pasangan minimal sehingga untuk mengidentifikasi apakah sebuah bunyi juga merupakan sebuah fonem atau
tidak perlu ditemukan pasangan minimalnya. Namun, jika tidak ditemukan pasangan minimal di antara dua buah bunyi
tersebut, maka bunyi-bunyi itu tetap menjadi bunyi, tetapi bukan fonem (Kentjono, 1985: 17).
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menjelaskan sistem fonologi dalam bahasa Toraja.
Penelitian ini menggunakan data lisan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode
cakap (Sudaryanto, 1993:133). Metode simak digunakan untuk menyimak hasil tutur informan. Metode cakap
merupakan metode yang dilakukan dengan percakapan dan kontak langsung antara peneliti dan penutur. Sesuai dengan
jenis data yang digunakan, teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah teknik sadap, teknik pancing, dan
teknik catat (Sudaryanto, 1993:137-139). Kedua metode ini mengharuskan peneliti hadir pada saat wawancara.
Proses pengumpulan data diawali dengan pencarian informan yang berasal dari Toraja yang kesehariannya
menggunakan bahasa Toraja. Setelah mendapatkan satu orang informan, informan tersebut diwawancara dengan
menanyakan identitas dan kegiatan sehari-harinya. Lalu, informan diminta untuk menyebutkan kata-kata dasar Swadesh
dalam bahasa Toraja dengan cara memperlihatkan gambar atau memperagakan makna kata-kata tersebut.Ketika
informan mengucapkan kata-kata tersebut dalam bahasa Toraja, peneliti melakukan perekaman. Peneliti juga ikut
mengulangi kata yang diujarkan oleh informan untuk memastikan kebenaran bunyi yang diujarkan sambil dilakukan
perekaman.

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dengan teknik pilah unsur penentu
dengan daya pilih sebagai pembeda organ wicara (Sudaryanto:1993). Teknik ini mengharuskan peneliti memahami
betul teori artikulatoris untuk membedakan jenis-jenis bunyi yang dituturkan oleh informan. Data yang sudah diperoleh
kemudian disesuaikan dengan bunyi-bunyi bahasa dan dibuat transkripsi fonetisnya. Daya pilih yang akan digunakan
oleh peneliti akan sangat membantu untuk membedakan bunyi-bunyi tersebut, setelah bunyi-bunyi tersebut
diidentifikasikan.
Setelah data didapatkan, peneliti melakukan analisis deskripsi bahasa berupa bunyi vokalik, bunyi
konsonantik, distribusi bunyi bahasa, fonem vokalik, fonem konsonantik, jenis silabe, dan fonotaktik. Kata-kata
Swadesh dalam bahasa Toraja dialek Makale dikelompok-kan jenis bunyinya menjadi dua, bunyi vokalik dan
konsonantik. Lalu, bunyi vokalik dan konsonantik yang didapatkan didistribusikan bunyinya berdasarkan posisi awal,
tengah, atau akhir dari silabe tiap kata. Dari kata-kata tersebut dapat ditentukan jenis silabenya. Dari silabe-silabe
tersebut, dianalisis jenis fonemnya yang berupa fonem vokalik dan konsonantik. Setelah itu, dilakukan analisa
fonotaktik.
Daftar pertanyaan (terlampir) yang digunakan terdiri atas 215 kosakata yang kebanyakan diambil dari 200 kata
dasar Swadesh dalam Astar (2002). Kosakata ini digunakan dengan pertimbangan bahwa kosakata dasar tersebut
terdapat di semua bahasa dan yang paling mungkin berubah. Informan penelitian ini terdiri atas satu orang yang
merupakan penutur asli bahasa Toraja dialek Makale yang berdasarkan pada criteria informan menurut Ayatrohaedi
(2002).

TEMUAN & PEMBAHASAN

Berdasarkan transkripsi 215 kosakata Swadesh ke dalam bahasa Toraja, diperoleh sebanyak 12 bunyi vokalik dan 6
diftong. Bunyi vokalik tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi bunyi vokalik yang dikemukakan
oleh Muslich (2009:56-58). Pertama, pengklasifikasian bunyi vokalik berdasarkan tinggi rendahnya lidah yang terdiri
atas bunyi tinggi, bunyi agak tinggi, bunyi tengah, bunyi agak rendah dan bunyi rendah. Kedua, pengklasifikasian
berdasarkan maju mundurnya lidah yang terdiri atas bunyi depan, bunyi pusat dan bunyi belakang. Ketiga,
pengklasifikasian berdasarkan bentuk bibir yang terdiri atas bunyi bulat dan bunyi tidak bulat.
Bunyi vokalik bahasa Toraja dialek Makale berdasarkan klasifikasi bunyi vokalik oleh Muslich adalah [a], [a:],
[ε], [i], [o], [u], [i:], [e], [ε:], [ᴐ], [e:], [u:]. Berdasarkan trankripsi 215 kosakata swadesh ke dalam bahasa Toraja,
diperoleh sebanyak 27 bunyi konsonantik. Bunyi konsonantik tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan peta
bunyi konsonantik menurut Muslich adalah [b], [c], [d], [ɡ], [h], [ɟ], [k:], [l:], [m:], [n:], [r:], [η:], [p:], [r], [s], [s:], [t],
[t:], [k],[l], [m], [n], [η], [p], [w], [j], [ʔ]. Bahasa Toraja dialek Makale juga memiliki 6 buah diftong, yaitu [aε], [au],
[ᴐa], [ae], [ia], [ua].
Berdasarkan data yang didapat, bahasa Toraja dialek Makale memiliki 5 fonem vokalik, yakni /a/, /e/, /i/, /o/, /
u/. Bunyi [a] dan [e] merupakan dua buah fonem yang berbeda karena berkontras dalam pasangan minimal [mata] yang
berarti ‘mata’ dan [mate] yang berarti ‘mati’. Dengan demikian, bunyi [a] pada [mata] memiliki arti yang berbeda
dengan bunyi [e] pada [mate]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /a/ dan /e/. Bunyi [i]
dan [u] merupakan dua buah fonem yang berbeda karena berkontras dalam pasangan minimal [aki] yang berarti ‘aki’
dan [aku] yang berarti ‘saya’. Dengan demikian, bunyi [i] pada [aki] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [u] pada
[aku]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /i/ dan /u/. Bunyi [o] merupakan sebuah
2


fonem karena berkontras dengan bunyi [i] dalam pasangan minimal [suso] yang berarti ‘siput’ dan [susi] yang berarti
‘serupa’. Dengan demikian, bunyi [o] pada [suso] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [i] pada [susi]. Oleh karena
itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /o/.
Berdasarkan data yang didapatkan, bahasa Toraja dialek Makale memiliki 14 fonem konsonantik, yakni /b/,
/d/, /ɡ/, /ɟ/, /k/, /l/, /m/, /n/, /η/, /p/, /r/, /s/, /t/, /ʔ/. Bunyi [b] dan [k] merupakan dua buah fonem yang berbeda karena
berkontras dalam pasangan minimal [abu] yang berarti ‘abu dan [aku] yang berarti ‘saya’. Dengan demikian, bunyi [b]
pada [abu] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [k] pada [aku]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek
Makale terdapat fonem /b/ dan /k/. Bunyi [d] dan [η] merupakan dua fonem yang berbeda karena berkontras dalam
pasangan minimal [buda] yang berarti ‘banyak’ dan [buηa] yang berarti bunga. Dengan demikian, bunyi [d] pada [buda]
memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [η] pada [buηa]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat
fonem /d/ dan /η/. Bunyi [t] merupakan sebuah fonem karena berkontras dengan bunyi [d] dalam pasangan minimal
[taun] yang berarti ‘tahun’ dan [daun] yang berarti ‘daun’. Dengan demikian, bunyi [t] pada [taun] memiliki arti yang
berbeda dengan bunyi [d] pada [daun]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /t/. Bunyi [l]
merupakan sebuah fonem karena berkontras dengan bunyi [k] dalam pasangan minimal [bulu] yang berarti ‘bulu’ dan
[buku] yang berarti ‘tulang’. Dengan demikian, bunyi [l] pada [bulu] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [k] pada
[buku]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /l/. Bunyi [n] merupakan sebuah fonem
karena berkontras dengan bunyi [t] dalam pasangan minimal [mεna:] yang berarti ‘napas’ dan [mεta:] yang berarti
‘tertawa’. Dengan demikian, bunyi [n] pada [mεna:] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [t] pada [mεta:]. Oleh
karena itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /n/. Bunyi [r] dan [s] merupakan dua buah fonem yang

berbeda karena berkontras dalam pasangan minimal [rari] yang berarti ‘perang’ dan [sari] yang berarti ‘sari’. Dengan
demikian, bunyi [r] pada [rari] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [s] pada [sari]. Oleh karena itu, dalam bahasa
Toraja dialek Makale terdapat fonem /r/ dan /s/. Bunyi [m] merupakan sebuah fonem karena berkontras dengan bunyi
[l] dalam pasangan minimal [sama] yang berarti ‘sama’ dan [sala] yang berarti ‘salah’. Dengan demikian, bunyi [m]
pada [sama] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [l] pada [sala]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek
Makale terdapat fonem /m/. Bunyi [p] merupakan sebuah fonem karena berkontras dengan bunyi [l] dalam pasangan
minimal [salu] yang berarti ‘sungai’ dan [sapu] yang berarti ‘sapu’. Dengan demikian, bunyi [p] pada [sapu] memiliki
arti yang berbeda dengan bunyi [l] pada [salu]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /p/.
Bunyi [ʔ] merupakan sebuah fonem karena berkontras dengan bunyi [η] dalam pasangan minimal [ulaη] yang berarti
‘tali’ dan [ulaʔ] yang berarti ‘ular’. Dengan demikian, bunyi [ʔ] pada [ulaʔ] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi
[η] pada [ulaη]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /ʔ/. Bunyi [ɟ] merupakan sebuah
fonem karena berkontras dengan bunyi [t] dalam pasangan minimal [baɟu] yang berarti ‘baju’ dan [batu] yang berarti
batu. Dengan demikian, bunyi [ɟ] pada [baɟu] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [t] pada [batu]. Oleh karena itu,
dalam bahasa Toraja dialek Makale terdapat fonem /ɟ/. Bunyi [ɡ] merupakan sebuah fonem karena berkontras dengan
bunyi [l] dalam pasangan minimal [baɡa] yang berarti ‘bodoh’dan [bala] yang berarti ‘kolong’. Dengan demikian, bunyi
[ɡ] pada [baɡa] memiliki arti yang berbeda dengan bunyi [l] pada [bala]. Oleh karena itu, dalam bahasa Toraja Dialek
Makale terdapat fonem /ɡ/.
Dari 27 bunyi konsonantik dalam bahasa Toraja dialek Makale, ada 13 bunyi konsonantik yang tidak termasuk
fonem, yakni bunyi konsonan kembar (geminate) [k:], [l:], [m:], [n:], [η:], [p:], [r:], [s:] dan [t:], plosive palatal tak
bersuara [c], semivokal [w] dan [j], dan fricative glottal [h]. Tidak tertutup kemungkinan akan ditemukan fonem

konsonantik lainnya.
Bahasa Toraja dialek Makale memiliki 4 jenis silabe, yakni V, VK, KV, KVK. Jenis silabe V merupakan
silabe yang berdiri sendiri dan terletak pada silabe pertama dari sebuah kata. Dari data yang diperoleh, bahasa Toraja
dialek Makale mempunyai 14 bunyi vokalik. Namun, hanya 7 bunyi yang dapat menempati silabe V, yakni [a], [a:], [ε],
[i], [i:], [ᴐ], [u]. Hal ini menunjukkan bahwa bunyi vokalik yang dapat berdiri sendiri membentuk silabe V adalah vokal
rendah-tengah [a] dan [a:], vokal sedang-depan [ε], vokal tinggi-depan [i] dan [i:], vokal sedang-belakang [ᴐ], dan vokal
tinggi-belakang [u].
Jenis silabe VK merupakan silabe yang diawali dengan bunyi vokalik dan diikuti bunyi konsonantik. Dari data
yang diperoleh, hanya ada 4 bunyi vokalik dalam bahasa Toraja dialek Makale yang dapat menempati posisi V pada
silabe VK, yakni [a], [ε], [i], [u]. Hal ini menunjukkan bahwa bunyi vokalik yang dapat menempati posisi V pada silabe
VK adalah vokal rendah-tengah [a], vokal sedang-depan [ε], vokal tinggi-depan [i], dan vokal tinggi-belakang [u].
Jenis silabe KV merupakan kebalikan dari silabe VK, diawali bunyi konsonantik lalu diikuti oleh bunyi
vokalik. Silabe KV termasuk jenis silabe terbuka. Dalam bahasa Toraja dialek Makale berdasarkan pemerolehan data
terdapat 27 bunyi konsonantik. Namun, tidak semua bunyi konsonantik dapat menempati posisi K pada silabe KV.
Bunyi konsonantik yang dapat menempati posisi tersebut sebanyak 21 bunyi, yakni [b], [c], [d], [ɡ], [ɟ], [k], [k:], [l],
[l:], [m], [n], [n:], [η], [η:], [p], [r], [s], [s:], [t], [w], [j].
Jenis silabe KVK merupakan silabe yang memiliki 2 bunyi konsonantik yang berada di awal dan di akhir yang
mengapit 1 bunyi vokalik. Silabe KVK termasuk jenis silabe tertutup. Berdasarkan pemerolehan data pada bahasa
Toraja dialek Makale, tidak semua bunyi konsonantik dapat menempati posisi K di awal pada silabe KVK. Hanya ada
22 bunyi konsonantik yang dapat menempati posisi tersebut, yakni [b], [c], [d], [h], [k], [k:], [l], [l:], [m], [m:], [n], [η],

[η:], [p], [p:], [r], [r:], [s], [s:], [t], [t:], [w]. Sementara, bunyi konsonantik yang dapat menempati posisi K di akhir pada
silabe KVK sebanyak 9 bunyi, yakni [k], [m], [n], [η], [p], [r], [w], [j], [ʔ]. Selain itu, bahasa Toraja dialek Makale
memiliki bunyi [pjak] yang termasuk jenis silabe KVK. Bunyi silabe tersebut dikategorikan sebagai silabe KVK karena
setelah bunyi [p] terdapat bunyi [j] yang merupakan semi-vokal, lalu diikuti bunyi [a] dan ditutup bunyi [k].
3

Dari 4 jenis silabe yang dimiliki oleh bahasa Toraja dialek Makale, hal ini menunjukkan bahwa silabe dalam
bahasa tersebut masih sederhana.Menurut Blevins(dalam Gussenhoven & Jacobs, 1998:27), struktur silabe yang paling
sederhana dapat dilihat pada bahasa yang hanya memiliki satu vokal pada posisi peak‘vokal dalam silabe’dan dapat
memiliki maksimal satu konsonan pada posisi onset‘konsonan di depan silabe’.
Bahasa Toraja dialek Makale memiliki rangkaian konsonan homorgan, konsonan yang berasal dari satu daerah
artikulasi seperti berikut.
- Rangkaian bilabial nasal – bilabial plosive tak bersuara ([mp])
Koda yang berupa bunyi [m] dalam bahasa Toraja dialek Makale cenderung diikuti oleh onset [p]. Rangkaian
bilabial nasal-bilabial plosive tak bersuara ([mp]) terdapat dua buah dalam data bahasa Toraja yang diteliti.
- Rangkaian bilabial nasal – bilabial plosive bersuara ([mb])
Koda yang berupa bunyi [m] dalam bahasa Toraja cenderung diikuti oleh onset [b]. Rangkaian bilabial nasalbilabial plosive bersuara ([mb]) terdapat delapan buah dalam data bahasa Toraja yang diteliti.
- Rangkaian alveolar nasal – alveolar plosive bersuara ([nd])
Koda yang berupa bunyi [n] dalam bahasa Toraja dialek Makale cenderung diikuti oleh onset [d]. Rangkaian
alveolar nasal-alveolar plosive bersuara ([nd]) terdapat 11 buah dalam data bahasa Toraja yang diteliti.

- Rangkaian velar nasal – velar plosive tak bersuara ([ηk])
Koda yang berupa bunyi [η] dalam bahasa Toraja cenderung diikuti oleh onset [k]. Rangkaian velar nasal-velar
plosive tak bersuara ([ηk]) terdapat tiga buah dalam data bahasa Toraja yang diteliti.
- Rangkaian alveolar nasal - alveolar plosive tak bersuara ([nt])
Koda yang berupa bunyi [n] dalam bahasa Toraja dialek Makale cenderung diikuti oleh onset [t]. Rangkaian
alveolar nasal-alveolar plosive tak bersuara ([nt]) terdapat delapan buah dalam data bahasa Toraja yang diteliti.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa koda yang berupa bunyi nasal dalam bahasa Toraja dialek
Makale memiliki kecendrungan diikuti oleh konsonan homorgan. Rangkaian konsonan homorgan ini cukup produktif
dalam bahasa Toraja dialek Makale karena ditemukan 32 buah.

KESIMPULAN & SARAN
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana sistem fonologi bunyi bahasa Toraja dialek
Makale, kesimpulan penelitian ini adalah bahasa Toraja dialek Makale memiliki 12 bunyi vokalik, yaitu [a], [a:], [ε], [i],
[o], [u], [i:], [e], [ε:], [ᴐ], [e:], [u:]; 27 buah bunyi konsonantik, yakni [b], [c], [d], [ɡ], [h], [ɟ], [k:], [l:], [m:], [n:], [r:],
[η:], [p:], [r], [s], [s:], [t], [t:], [k],[l], [m], [n], [η], [p], [w], [j], [ʔ]; dan 6 buah diftong, yaitu [aε], [au], [ᴐa], [ae], [ia],
[ua].
Bunyi vokalik yang dapat menempati semua posisi dalam silabe adalah vokal rendah-tengah [a] dan [a:], vokal
sedang-depan [ε] dan sedang-belakang [o], vokal tinggi-depan [i] dan tinggi-belakang [u]. Lalu, bunyi vokalik yang
hanya dapat menempati posisi awal dan akhir dalam silabe adalah vokal tinggi-depan [i:]. Kemudian, bunyi vokalik
yang hanya dapat menempati posisi tengah dan akhir dalam silabe adalah vokal sedang-tengah [e], sedang-depan [ε:],

dan sedang-belakang [ᴐ]. Bunyi vokalik yang hanya dapat menempati posisi akhir saja dalam silabe adalah vokal
sedang-tengah [e:] dan vokal tinggi-belakang [u:].
Bunyi konsonantik yang dapat menempati posisi awal saja dalam silabe adalah konsonan plosive bersuara [b],
[d], [ɡ] dan [ɟ], konsonan plosive tak bersuara [c], [k:],[p:],[t] dan [t:], fricative [h],[s] dan [s:], konsonan nasal [m:], [n:]
dan [η:], konsonan getar [r], dan konsonan lateral [l:]. Bunyi konsonantik yang hanya dapat menempati posisi awal dan
akhir dalam silabe adalah konsonan plosive tak bersuara [k] dan [p], konsonan nasal [m], [n] dan [η], dan semivokal [w]
dan [j]. Bunyi konsonantik yang hanya dapat menempati posisi akhir saja dalam silabe adalah konsonan plosive glottal
[ʔ]. Tidak ada bunyi konsonantik yang dapat menempati posisi tengah dalam silabe.
Bunyi diftong yang hanya dapat menempati posisi tengah saja dalam silabe adalah diftong naik (raising
diphthong) [aε] dan [au], dan diftong turun (falling diphthong) [ᴐa]. Lalu, Bunyi diftong yang hanya dapat menempati
posisi tengah dan akhir dalam silabe adalah diftong naik (raising diphthong) [ae], dan diftong turun (falling diphthong)
[ia] dan [ua].
Bahasa Toraja dialek Makale memiliki 5 fonem vokalik, yakni /a/, /e/, /i/, /o/, /u/ dan 14 fonem konsonantik,
yaitu /b/, /d/, /ɡ/, /ɟ/, /k/, /l/, /m/, /n/, /η/, /p/, /r/, /s/, /t/, /ʔ/.Silabe bahasa Toraja dialek Makaleyang ditemukan dalam
penelitian ini masih sederhana karena hanya memiliki 4 jenis silabe, yakni V, VK, KV, KVK.Koda yang berupa bunyi
nasal dalam bahasa Toraja dialek Makale memiliki kecendrungan diikuti oleh konsonan homorgan, yakni [mb], [mp],
[nd], [ηk], dan [nt].
Penelitian ini belum begitu sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu bagi peneliti untuk
melakukan penelitian sistem fonologi bahasa Toraja dialek Makale. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk melakukan
penelitian lanjutan guna melengkapi hasil penelitian yang sudah ada sehingga penelitian tentang sistem fonologi bahasa
Toraja dialek Makale ini bisa lengkap dan memberikan manfaat yang lebih banyak untuk penelitian-penelitian lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Astar, Hidayatul. 2002. Kosakata Dasar Swadesh di Kotamadya Pontianak dan Kabupaten Pontianak. Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

4

Ayatrohaedi. 2002. Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kemendikbud.
Ayub, Asni. Dkk. 1993. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaaan dan Pengembangan Bahasa.
Elkins, W. R. 1974. An Introduction to Linguistics Concepts and System. Macmillan.
Gussenhoven, Carlos &Haike Jacobs. 1998. Understanding Phonology. New York: Oxford University Press.
Ladefoged, Peter & KeithJohnson. 2011. A Course in Phonetics (6th ed.). Boston: Wadsworth.
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta WacanaUniversity Press.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

RIWAYAT HIDUP
Nama
Institusi
Pendidikan
Minat Penelitian

:
:
:
:

Sadam Husein
Universitas Indonesia
S2 Ilmu Linguistik
Fonologi

Nama
Institusi
Pendidikan
Minat Penelitian

:
:
:
:

Abdul Wahid Kaimuddin
Universitas Indonesia
S2 Ilmu Linguistik
Fonologi

5