BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I ARFAN HUDAIBY AKBAR SEJARAH'15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan merupakan suatu hal yang diperlukan untuk mengetahui

  kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Setiap orang pada dasarnya adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Potensi yang dimiliki oleh setiap orang tersebut akan memudahkan dalam pengembangan bakatnya. Kepemimpinan merupakan suatu kekuasaan dan pengambilan keputusan. Seorang pemimpin diharapkan sebagai orang yang berhasil membuat orang lain mengikutinya, dan orang yang diharapkan mampu menciptakan perubahan yang efektif dalam kinerjanya.

  Pemimpin dalam pembangunan era globalisasi dituntut untuk senantiasa mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi yang mampu menciptakan pembaharuan dalam segala aspek. Pada masa kepemimpinanya Triyono Budi Sasongko yang menjabat sebagai bupati Purbalingga selama periode 2000-2010 telah banyak mengubah Purbalingga menjadi lebih maju, dekat dengan rakyatnya dan membuka rumahnya Pendopo Dipokusumo untuk melayani rakyat. Masyarakat Purbalingga sangat senang dan bangga dipimpin oleh Triyono, yang tidak saja sebagai putra daerah, melainkan lebih disebabkan oleh ide-idenya yang brilian untuk kemajuan Kabupaten Purbalingga khususnya gagasan, konsep, serta lompatan pemikirannya yang jauh ke depan adalah tipikal pribadinya. Hal ini diperoleh dari hasil pikiran dan proses selama pengembaraan karier di ibu kota.

  1 Itu adalah gaya khas kepemimpinannya yang menonjol dan memberikan inspirasi kepada banyak orang, terutama ribuan anak muda kota ini yang kemudian mampu membuat terkesima. Sangat jarang seorang pemimpin bisa menggiring opini dan meningkatkan gairah terutama pada kalangan anak muda yang notabene jiwanya sedang memberontak. Triyono sukses melakukan itu dengan hasil sangat memuaskan meskipun demikian, ada juga segelintir orang dan kelompok yang merasa gerah. Tentu saja karena merasa kepentingannya tidak diakomodasi atau ada sebagian bawahan Triyono yang tidak terbiasa mengikuti pola kerjanya yang disiplin. Sebagai seorang penggagas, nalurinya tidak pernah kering untuk selalu menularkan gagasan, ide, serta konsep-konsep pembangunan bagi banyak orang. Hal tersebut mungkin belum tersentuh, bahkan dalam benak pikirannya sekalipun hingga mendapat sebutan bupati sejuta ide sempat melekat kuat dalam dirinya.

  Dalam hal ini seorang pemimpin sendiri di masyarakat Kabupaten Purbalingga pada umumnya dan di Kelurahan Purbalingga Wetan pada khususnya, masyarakat tersebut mempunyai pandangan sendiri terhadap pemimpinnya atau bupati tentang kinerjanya selama menjabat sebagai pemimpin. Kelurahan Purbalingga Wetan sendiri merupakan bagian dari Kecamatan Purbalingga, di Kecamatan Purbalingga terdapat sebelas kelurahan termasuk Kelurahan Purbalingga Wetan. Di dalam Kecamatan Purbalingga, hanya ada dua desa yang masuk ke dalam salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Purbalingga, yaitu Desa Toyareja yang masuk ke dalam Kelurahan Bojong dan Desa Jatisaba masuk di Kelurahan Kedung Menjangan. Selain itu, kelurahan lain berdiri sendiri tidak ada desa yang masuk ke dalam wilayah kelurahan termasuk Kelurahan Purbalingga Wetan. Kelurahan Purbalingga Wetan sendiri terletak di sebelah timur alun-alun Purbalingga. Kelurahan Purbalingga Wetan dipimpin seorang kepala desa yang dipilih oleh Pemda (Pemerintah daerah) Purbalingga. Masyarakat Purbalingga Wetan mempunyai latar belakang dan pekerjaan yang berbeda seperti PNS (Pegawai Negeri Sipil) , buruh, petani, dan wiraswasta.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pandangan Masyarakat Kelurahan Purbalingga

  wetan Tentang Kepemimpinan Triyono Budi Sasongko Sebagai Bupati Purbalingga periode 2000

  • – 2010.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

  1. Biografi singkat Triyono Budi Sasongko,

  2. Kepemimpinan, langkah dan kiprah Triyono Budi Sasongko pada masa jabatannya dalam membangun Purbalingga, dan

  3. Pandangan masyarakat Kelurahan Purbalingga Wetan tentang kepemimpinan Triyono Budi Sasongko.

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai mengungkapkan:

  1. Biografi dari Triyono Budi Sasongko,

  2. Langkah kepemimpinan dan kiprah Triyono Budi Sasongko pada masa jabatannya dalam membangun Purbalingga, dan

  3. Pandangan dan pendapat masyarakat kelurahan Purbalingga Wetan tentang kepemimpinan Triyono Budi Sasongko.

  D. Manfaat Penulisan

  1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya intelektual, khususnya meningkatkan pengetahuan kepemimpinan dari Triyono Budi

  Sasongko serta mengetahui pandangan dan pendapat masyarakat Kelurahan Purbalingga Wetan tentang kepemimpinan Triyono Budi Sasongko pada masa jabatannya.

  2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang dapat diambil antara lain agar masyarakat atau pembaca dapat lebih mengenal sosok Bupati Triyono Budi Sasongko, kepemimpinan, gagasan-gagasannya, dan lebih mengenal kota Purbalingga serta memupuk rasa bangga terhadap daerahnya. Selain itu, dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber yang berguna bagi kegiatan penelitian berikutnya dan berguna bagi pembaca yang ingin mengetahui kota Purbalingga dan sosok Bupati Triyono Budi Sasongko.

E. Tinjauan Pustaka

  Sesuai dengan judul di atas, penulis berusaha menghimpun sumber- sumber pustaka yang sesuai dengan pokok masalah yang dibahas. Sumber pustaka yang telah penulis dapatkan antara lain,

  Menurut Badil (1982) persepsi merupakan pandangan, penilaian dan tanggapan terhadap sesuatu. Lebih lanjut dikatakan bahwa persepsi adalah suatu proses aktif di mana yang memegang peranan bukan hanya lingkungan atau objek, tetapi juga manusia itu sendiri terhadap objek tertentu. Hal ini ditegaskan lagi oleh Rahmat (1994) persepsi merupakan pengalamanan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan. Alfian dalam Noehadi (1985) persepsi adalah cara pandang atau penilaian dan individu terhadap sesuatu fokus yang ada. Atau lebih jelasnya yaitu pemahaman sesuatu atau penghayatan langsung oleh seseorang pribadi atau proses yang menghasilkan penghayatan langsung tersebut. Seba Vianney, Yohanes.

  2013. Ejournal.unsrat.ac.id. (diakses pada tanggal 25 Oktober 2014).

  Terkait dengan pengertian pandangan atau presepsi di atas, terdapat masyarakat yang memiliki pandangannya sendiri terhadap hal-hal yang dilihat dan dirasakan. Penulis memaparkan definisi mengenai masyarakat menurut ahli sosiologi antara lain, menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Mururut Karl Max, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan suatu objektif pribadi-pribadi yang merupakan angotanya. Menurut Paul B. Horton & C.

  Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut (Nofiawaty. 2012. Ejournal.UNSRI.ac.id.

  (diakses pada tanggal 25 Oktober 2014).

  Penulis juga memaparkan beberapa hal yang terkait dengan kepemimpinan, definisi menurut para ahli karakteristik kepemimpinan, gaya kepemimpinan, bukti-bukti, dan pendekatan dalam kepemimpinan. Tugas-tugas pemimpin sebagai kepala daerah dan tangungjawabnya. Judul buku Teori

  • –teori Psikologi sosial yang disusun oleh Slamet Santoso (2010), diterbitkan Refika

  Aditama. Untuk lebih memahami Tugas-tugas pokok seorang pemimpin daerah pada khususnya dan bagaimana seorang kepala daerah mempertanggungjawabkan kedudukannya kepada pemerintah pusat. Hal ini penting agar pembaca dapat mengetahui bagaimana tatanan pemerintahan di Indonesia dan ditulis terdapat dalam buku yang berjudul Sistem Pemerintahan Indonesia yang ditulis oleh Kansil dan Cristine (2005), diterbitkan oleh Bumi Aksara. Untuk memperkuat pemahaman kepemimpinan karya ilmiah lain yang membahas tentang dasar-dasar teoritik tentang fenomena kepemimpinan yang menjadikan pijakan bagaimana mengembangkan kepemimpinan yang efektif. Fenomena kepemimpinan harus dipahami melalui teori-teori yang dihasilkan dari berbagai studi empiris sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan. Karya ilmiah yang berjudul Kepemimpinan yang ditulis oleh Trianto Safaria (2004), diterbitkan Graha Ilmu. Hal itu diperkuat oleh teori-teori kepemimpinan pendekatan Learning dalam kepemimpinan kepada individu dan masyarakat agar lebih memahami kondisi dan hal-hal yang diinginkan rakyatnya. Terdapat dalam karya ilmiah yang berjudul Kepemimpinan yang disusun oleh Mifta Thoha (2010), diterbitkan Rajawali

  dalam Manajemen

  Pers. Kepemimpinan disini tentang Triyono Budi Sasongko sebagai bupati Purbalingga dan untuk mengenal sosoknya karya ilmiah yang memuat biografi Triyono, bagaimana Triyono menjalani awal karir di Jakarta dan akhirnya kembali ke Purbalingga sebagai bupati, membangun Purbalingga dengan visi dan misi, pembangunan di berbagai bidang, bupati sejuta ide dalam sorotan pers dan Triyono di mata keluarga, sahabat, rekan, dan tokoh masyarakat. Selain itu karya ilmiah lain yang menguatkan tentang pembangunan dan hasil dari pembangunan tersebut yang dilakukan Triyono pada masa jabatannya dalam buku Pendopo

  Untuk Rakyat Jejak Langkah Bupati Sejuta Ide yang disusun oleh Prasetyo dan

  J.C Setyoko (2007) diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Purbalingga, Disamping kajian-kajian ilmiah yang berupa jurnal atau ilmiah murni dan karya ilmiah berupa sumber buku yang membahas pandangan, masyarakat dan kepemimpinan surat kabar juga memuat yang berkaitan tentang kepemimpinan Triyono Budi Sasongko antara lain :

  Membedah Perjalanan Sang Penggagas yang ditulis oleh Sutrisno (2010)

  terbitan Pemerintah Daerah Purbalingga. Beliau Menulis tentang perjalanan kehidupan Triyono dari kecil sampai terpilih menjadi bupati Purbalingga. Buku tersebut menguraikan gagasan-gagasan dan pemikiran yang dinamis dalam memajukan dan membangun Purbalingga.

  Koran sore Wawasan edisi Rabu, Pon tanggal 24 September 2003, membahas Triyono Budi Sasongko dengan tema Bupati Sejuta Ide yang berisikan bagaimana sepak terjang Triyono Budi Sasongko dalam mengangkat derajat petani dari keterpurukan yang berkepanjangan.

  Suara Merdeka , edisi Rabu, 5 Mei 2004 JPKM Dapat Menopang Kesra di

  dalamnya membahas keberhasilan program JPKM. Yang mana mampu menopang peningkatan kesejahteraan rakyat, meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam program ini dari tahun-ke tahun.

  Radar Banyumas, edisi Senin Legi 27 Oktober 2003, yang memuat

Dukungan Buat Triyono Meluas hal ini karena masa jabatan beliau akan segera

  berakhir pada periode pertama yaitu di tahun 2005. Dukungan berbagai elemen masyarakat karena melihat kinerja Triyono dalam pembangunan fisik atau non- fisik sangat maju dalam kepemimpinannya.

  Harian Republika , Jumat 14 November tahun 2003, menulis Triyono : Ingin Membuat Masyarakat Tersenyum. Untuk menggagas Program Stimulan

  Pemugaran Rumah keluarga atau PSPR. Berangkat dari keprihatinan atas kondisi sosial masyarakat. Triyono sebagai bupati rajin melakukan kunjungan dan bermalam di desa-desa, mangakui sedih melihat kondisi rumah-rumah warga yang cukup memprihatinkan.

  Purbalingga Surplus Pangan judul ini dimuat Suara Medeka Senin, 2

  Februari tahun 2004, yang mana memuat usaha Bupati Triyono Budi Sasongko untuk memantapkan langkah dan kebijakan pembangunan ketahanan pangan akhirnya berbuah hasil. Purbalingga menduduki peringkat ketiga Nasional setelah Pasuruan (jawa Timur) dan Maros (Sulawesi Selatan) dalam program ketahanan pangan. Triyono mendapat penghargaan oleh Presiden Megawati pada waktu itu sebagai bupati yang perduli pada program tersebut.

  Koran Wawasan Sabtu, 24 Januari tahun 2004, menulis Purbalingga

  Terbaik ke-3 Nasional Ketahanan Pangan Kemudian, Koran Wawasan menulis Rambut atasi pengangguran edisi Rabu Pahing, 3 September 2003. Rambut di

  sini maksudnya adalah perusahaan dengan Penanaman Modal Asing (PMA) Korea yang memproduksi aksesoris dengan bahan dasar rambut. Sebut saja, aksesoris itu seperti bulu mata palsu dan rambut palsu atau wig. Di Purbalingga, saat itu ini tercatat ada 12 perusahaan yang mempekerjakan karyawan sekitar 15.000. praktis, boleh dibilang ada puluhan ribu warga Purbalingga yang hidup matinya tergantung dari rambut.

  Koran Wawasan edisi Sabtu Pon, 29 September 2003, yang berjudul Membangkitkan Ekonomi Rakyat, Penuh Resik yang memberitakan bahwa Bupati

  Triyono Budi Sasongko mengatakan pihaknya mempertaruhkan jabatan atas sejumlah proyek investasi usaha yang kini mencapai nilai Rp 11 miliar lebih.

  Bupati Triyono mengatakan hal ini di sela-sela kegiatan penyerahan penguatan usaha bagi 50 orang pembudidaya ikan di ruang pertemuan Balai benih Ikan BBI di Kutasari.

  Harian Republika edisi Jumat, 14 November 2003, yang menulis usaha

  Pemerintah Kabupaten Purbalingga membantu memperbaiki kualitas rumah warganya yang tidak mampu, Bupati Triyono Budi Sasongko memperkirakan di kabupaten itu ada lebih dari 26 ribu rumah tidak layak huni. Harian Republika memberi tema Menyulap kandang ternak Jadi Rumah Layak Huni.

  Harian Radar Banyumas,

  10 Mei 2004, menulis Rampak Kentongan Rampak Kentongan Purbamas atau Purbamas Ingin Tampil di Pasadena USA. RKP sangat berkeinginan bisa tampil di arena bergengsi Festival Bunga Pasadena, Amerika. Keinginan beberapa seniman Purbalingga untuk mengangkat kesenian kentongan go-internasional itu, mendapat respon positif Bupati Purbalingga Triyono. Pemerintah Kabupaten Purbalingga khususnya Bupati Triyono sangat menanggapi aspirasi para seniman Purbalingga, yang dalam kiprahnya ingin mengangkat citra budaya dan kesenian tradisional kentongan.

  Koran Harian Radar Banyumas, edisi kamis pon 18 Desember 2003,

  menulis Purbalingga Bagaikan Raksasa Tidur yang berisikan letak kota Purbalingga di Tenggara Gunung Slamet memiliki berbagai potensi SDM dan SDA yang bervariatif apabila bisa dikembangkan secara maksimal akan berdampak pada kemajuan Kabupaten Purbalingga. Hal ini disadari betul oleh Bupati Triyono Budi Sasongko.

  Radar Banyumas edisi Selasa Kliwon 3 Februari 2004, menulis Triyono Doktor Pangan dari Purbalingga. Gelar Doktor bidang pangan untuk Bupati

  Purbalingga, Drs H Triyono Budi Sasongko M.si, pernah dilontarkan Wakil Bupati Purbalingga waktu itu Drs. H Soetarto Rachmat dalam suasana santai.

  Tepatnya saat bersilaturahmi dengan warga Tejasari, Kecamatan Kaligondang, pekan terakhir Januari 2004. Bagi Bapak Tri panggilan akrabnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak bisa ditunda pemenuhannya. Karena itu, agar masyarakat tidak kesulitan pangan, dia mengupayakan bahan pangan agar mudah didapatkan masyarakat atas komitmennya itu pula, Pak Tri atas nama Pemerintah Kabupaten Purbalingga mendapat penghargaan ketahanan pangan sebagai peringkat ketiga nasional dari Presiden Megawati pada waktu itu.

  Tidak berlebihan pula kiranya jika Pak Tri mendapat sebutan doktor atau pendekar pangan. Strategi yang diterapkan selama ini yaitu ketersediaan pangan, distribusi pangan, keanekaragaman pangan, kewaspadaan dan keamanan pangan serta pemberdayaan masyarakat dalam hal pemenuhan pangan.

F. Landasan Teori dan Pendekatan 1. Landasan Teori

  Dalam landasan teori penulis akan menjelaskan beberapa konsep kunci yang digunakan untuk menganalisis masalah. Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak masa dahulu. Salah seorang ahli menyimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu

  fenomena yang paling mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang

paling sulit untuk dipahami Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu

  masalah yang kompleks dan sulit karena sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks tetapi, perkembangan ilmu saat ini telah banyak membawa kemajuan sehingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif (Safaria, 2004: 3).

  Untuk mempermudah pemahaman pembaca, peneliti menggunakan satu definisi yang mampu menjadi landasan dalam membahas konsep kepemimpinan.

  Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya ( Rost, 1993).

  Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam di antara orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan. Perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal ini berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi (Safaria, 2004: 3-4).

  Beberapa definisi para ahli, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu fenomena atau hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpinpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata, perubahan signifikan, dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan bersama yang dimiliki oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan).

a. Gaya kepemimpinan

  Menurut Robert House gaya kepemimpinan yaitu, (1) Directive

  leadrership. Gaya kepemimpinan ini menempatkan pimpinan sebagai pengaruh terhadap kegiatan kelompok sehingga pimpinan kurang berpartisipasi pada kegiatan kelompok tersebut. (2) Supportive leadership. Gaya kepemimpinan ini menempatkan pimpinan sebagai pendorong kegiatan anggota kelompok, antara lain melalui sikap ramah, pemberian contoh yang baik, atau kesabaran yang tinggi. (3) Participate leadership. Gaya kepemimpinan ini menghadirkan pimpinan untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan anggota kelompok, dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kelompok, serta ikut serta memecahkan masalah-masalah yang di hadapi kelompok. (4) Achievement

  oriented leadership. Gaya kepemimpinan ini membuat pimpinan harus

  menanamkan kesadaran anggota kelompok untuk kegiatan, bersikap ramah, dan menunjukkan bahwa anggota-anggota kelompok dapat mencapai tujuan (Santoso, 2010: 236-237).

b. Karakteristik kepemimpinan

  Ralp Stogdill (2010: 233-234) memberi karakteristik kepemimpinan sebagai berikut : (1) Kepemimpinan sebagai seni mengajak pelaksanaan. Seni

  mengajak pelaksana artinya kepemimpinan sebagai seni menggerakkan anggota-

  anggota untuk melakukan tugas-tugas kelompok. (2) Kepemimpinan sebagai

  

suatu bentuk ajakan maksudnya, kepemimpinan sebagai bentuk ajakan yang di

  ambil pimpinan untuk melakukan kegiatan. (3) Kepemimpinan sebagai aktivitas artinya, kepemimpinan benar-benar berupa perbuatan/tingkah laku nyata dari seorang pemimpin. (4) Kepemimpinan suatu pusat proses kelompok maksudnya, segala kegiatan kelompok berasal dari kepemimpinan oleh pemimpin. (5)

  Kepemimpinan sebagai sarana dari pencapaian tujuan yang dimaksud dengan

  kepemimpinan tujuan kelompok dapat tercapai. (6) Kepemimpinan sebagai akibat

  interaksi yang dimaksud, kepemimpinan seseorang diperoleh dari interaksi

  dengan anggota kelompok. (7) Kepemimpinan sebagai suatu peran yang

  dibedakan artinya, kepemimpinan merupakan peran yang berbeda dari peran-

  peran anggota kelompok. (8) Kepemimpinan sebagai tiruan/pembuka stuktur yang dimaksud, kepemimpinan merupakan kegiatan awal dalam proses pembentukan srtuktur kelompok.

c. Pemimpin Daerah

  Menurut undang-undang tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, yang dimaksud dengan pemerintah daerah ialah kepala daerah, yaitu kepala daerah pada umumnya,seperti gubernur, bupati, dan walikotamadya, serta DPRD. Kedudukan kepala daerah dan DPRD sama tinggi. Kepala daerah memimpin bidang eksekutif dan DPRD bergerak dibidang legislatif meskipun, harus diakui bahwa pembuatan peraturan daerah tidak dapat dilakukan oleh DPRD sendiri tetapi, bersama-sama dengan kepala daerah dan DPRD. Mengingat luasnya tugas yang dihadapi oleh kepala daerah, perlu adannya wakil kepala daerah karena kondisi daerah berbeda-beda, pengisian jabatan wakil kepala daerah diadakan menurut kebutuhan. Tugas utama kepala daerah ialah memimpin penyelenggaraan dan bertanggungjawab penuh atas jalanya pemerintahan daerah.

  Hak dan kewajiban kepala daerah, antara lain adalah: (1) Menjalankan pimpinan pemerintahan daerah sebagai kepala wilayah, sebagai pimpinan, dan bertangungjawab tertinggi di daerahnya. (2) Bertanggungjawab kepada presiden melalui menteri dalam negeri sesuai dengan kedudukan presiden sebagai penanggungjawab tinggi penyelenggaraan pemerintahan di seluruh wilayah Indoensia. (3) Memberikan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD sebagai salah satu unsur pemerintahan daerah, dapat selalu mengikuti dan mengawasi jalannya pemerintahan daerah. (4) Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan sehubungan dengan hak dan kewajiban kepala daerah sebagai pimpinan daerah akan tetapi, karena banyaknya tugas kepala daerah apabila dipandang perlu kepala daerah dapat menunjukkan seorang kuasa atau lebih untuk mewakilinya dalam hal-hal tertentu di luar dan di dalam pengadilan (Kansil, dan Cristine, 2005: 143-144).

d. Pandangan Masyarakat

  Secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Inggris Perception yang berarti pengamatan. Secara umum persepsi merupakan pandangan, penilaian, dan tanggapan terhadap sesuatu. Persepsi masyarakat berarti pengamatan yang dilakukan oleh masyarakat. Pada hakikatnya, persepsi adalah proses kognitif oleh setiap orang di dalam memahami lingkungan baik lewat penglihatan pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Thoha, 2003).

  Persepsi itu dapat dirumuskan dengan berbagai cara tetapi dalam ilmu perilaku khususnya ilmu psikologi diartikan perbuatan yang lebih dari sekedar mendengar, melihat, atau merasakan sesuatu di luar jangkauan lima indera dan merupakan suatu unsur yang penting dalam penyesesuaian perilaku manusia

  (Thoha, 2003). Dengan demikian, pandangan masyarakat awam akan berbeda dengan pandangan masyarakat intelektual dan juga masyarakat awam. Maka pandangan adalah merupakan hasil pemikiran seseorang terhadap objek yang dipandang/dilihat terhadap sesuatu objek.

2. Pendekatan yang digunakan

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengkaji hubungan antara individu dalam masyarakat luas. Pada masyarakat luas bentuk kerja sama mutlak diperlukan karena dalam kehidupan masyarakat terjadi interaksi antara pemimpin dan lingkungan. Pendekatan sosiologis lebih ditekankan kepada peranan dan perilaku kepemimpinan, kelangsungan, dan interaksi timbal balik di antara semua variabel-variabel yang ada (Thoha 2010:46).

  Dalam penelitian ini membahas mengenai kepemimpinan Triyono Budi Sasongko sebagai Bupati Purbalingga periode 2000-2010, Riwayat kelahiran dari Triyono, langkah, kepemimpinan, dan kiprah Triyono saat menjabat sebagai bupati Purbalingga, dan pandangan masyarakat Kelurahan Purbalingga Wetan

  tentang kepemimpinan Triyono Budi Sasongko sebagai bupati Purbalingga periode 2000-2010.

G. Metode Penelitian

  Untuk mengungkapkan tentang kepemimpinan dimata masyarakat Kelurahan Purbalingga Wetan dan pandangan masyarakatnya tentang kepemimpinan Triyono Budi Sasongko sebagai bupati Purbalingga periode 2000- 2010.

  Pada penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan metode penelitian historis atau sejarah langkah-langkah sejarawan untuk merekonstruksi peristiwa pada masa lampau dengan mengumpulkan sumber-sumber informasi dan data yang relevan, yang dihimpun dari wawancara. Metode penelitian ini meliputi empat langkah yang harus penulis lakukan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Heuristik Heuristik adalah suatu kegiatan pencarian sumber-sumber yang dibutuhkan dalam proses pembuatan skripsi. Penulis menggunakan sumber sejarah tertulis yang didapat dari buku-buku kepustakaan, jurnal ilmiah dan internet. Sumber di atas dapat dikatagorikan sebagai sumber primer. Sumber primer penulis dapatkan dari buku maupun dari situs resmi yang terdapat di internet yang sesuai dengan objek yang diteliti, sedangkan sumber sekunder merupakan sumber lain yang sesuai dengan objek yang dikaji yaitu melalui wawancara langsung dengan narasumber yang terkait. Dalam pencarian sumber primer dan sekunder, ada hal yang perlu diketahui dalam proses tersebut yaitu, (1) penulis mencari sumber-sumber surat kabar yang terbit, membahas Triyono Budi Sasongko pada masa Kepemimpinannya sebagai bupati di Purbalingga. (2) Penulis mengadakan wawancara langsung dengan masyarakat Kelurahan Purbalingga Wetan, yang mengalami periode kepemimpinan Triyono Budi Sasongko sebagai Bupati Purbalingga Periode 2000-2010. Penulis mencari data foto untuk memperoleh hasil pembangunan Triyono sebagai bupati Purbalingga dan wawancara peneliti dengan narasumber (Priyadi, 2011:68).

  2. Kritik atau verifikasi, adalah berusaha menilai apakah data itu asli atau selanjutnya bisa dipercaya. Di sini, ada dua hal yang dituntut, yaitu keontentikan melalui kritik ekstern dan kekredibilitasan dengan cara kritik intern. Kritik ekstern yaitu untuk menentukan apakah sumber asli atau palsu dengan cara mengamati keadaan fisik hasil pembangunan pada saat kepemimpinan Triyono Budi sasongko sebagai bupati Purbalingga. Kritik intern yaitu menentukan isi sumber dapat dipercaya atau tidak dengan cara mencari beberapa sumber yang sesuai dengan pembahasan materi untuk dibandingkan kemudian dapat ditentukan atau tidak. Sumber lisan dengan cara wawancara langsung dengan warga kelurahan Purbalingga Wetan.

  3. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang telah penulis dapatkan sehingga menjadi suatu fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan saling berhubungan serta berusaha seobjektif mungkin sesuai dengan fakta yang ada.

  4. Historiografi menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir,yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab. Tujuan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang diajukan. Penulisan sejarah harus memperhatikan aspek kronologis, periodesasi, serialisasi, kausalitas.(Priyadi, 2011: 92).

F. Sistematika penulisan

  Penelitian ini akan disusun ke dalam lain bab. masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab.

  Bab Pertama pendahuluan, terdiri dari : latar belakang masalah, Rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, tinjauan puastaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab ini merupakan rangkaian awal bagaimana peneliti akan melakukan penelitian sesuai dengan judul yang telah ada.

  Bab Dua, Biografi singkat Triyono Budi Sasongko dari masa kecil, kehidupannya saat kuliah di Semarang, pertemuan dengan istrinya, dan bekerja di Jakarta. Pertama kali terjun di bidang politik sampai Triyono menjabat sebagai bupati Purbalingga.

  Bab Tiga, langkah kepemimpinan dan kiprah Triyono Budi Sasongko dalam masa jabatanya dalam membangun Purbalingga. Membangun berbagai fasilitas umum sehingga masyarakatnya lebih leluasa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

  Bab Empat, pandangan masyarakat Purbalingga Wetan tentang kepemimpinan Triyono Budi Sasongko saat menjabat sebagai bupati Purbalingga Periode 2000-2010. Berbagai pandangan masyarakat dari berbagai latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda.

  Bab Lima, memuat simpulan penelitian dan saran untuk menjadi pemimpin yang baik.