Identifikasi flavonoida pada herba pegagan embun [Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.] hasil isolasi secara kromatografi lapis tipis preparatif [KLTP] - USD Repository

  IDENTIFIKASI FLAVONOIDA PADA HERBA PEGAGAN EMBUN ( Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) HASIL ISOLASI SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS PREPARATIF (KLTP) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Titien Christinawati NIM : 038114056 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  

Ta k a d a h a l y a n g p a lin g in d a h d a la m h i d u p in i s e la in

s a a t k it a m e n d a p a t k a n d a r i o r a n g -o r a n g

dukungan

y a n g s a n g a t k it a s a y a n g i d a n m e n y a y a n g i k it a d i

s a a t k it a ja t u h .

  “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4; 6)

  Persembahanku untuk

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjadi perantara doa-doaku

Bapak dan I buku yang tak pernah berhenti menyayangi dan mendoakanku

Mbak Ari, Mas Eko dan Mbak I na yang selalu menyemangatiku

  Mas Freddyku yang selalu menemani dan memberikan dukungannya Almamaterku

  

INTISARI

  Herba pegagan embun (Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang belum banyak dikenal masyarakat. Herba pegagan embun telah diketahui mengandung minyak atsiri, kumarin, saponin, terpen dan hiperin. Herba pegagan embun berkhasiat untuk mengobati sakit kuning (hepatitis), infeksi saluran kencing, infeksi amandel, infeksi telinga tengah dan sariawan. Kemungkinan yang berperan adalah flavonoidanya.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis flavonoida selain hiperin yang terkandung dalam herba pegagan embun dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), reaksi warna dan spektrofotometri UV. Flavonoida didapat dengan mengekstraksi herba pegagan embun dengan menggunakan campuran metanol dan air secara maserasi yang selanjutnya dianalisis dengan KLT dengan fase diam selulosa dan fase gerak n-butanol : asam asetat : air (BAW; 4 : 1 : 5, fase atas). Kemudian dilakukan isolasi dengan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP).

  Didapat 3 bercak yang sesuai ciri flavonoida. Bercak tersebut masing- masing dengan Rf 0,63; 0,76; 0,90. Bercak dengan Rf 0,76 dan 0,90 dikerok dan dilarutkan dalam metanol yang kemudian diperiksa kemurniannya dengan menggunakan KLT multi eluen dengan fase diam selulosa dan fase gerak BAW dan asam asetat 15%. Dari hasil KLT multi eluen diketahui bahwa senyawa belum murni sehingga dilakukan reisolasi dengan fase gerak asam asetat 15 %. Dari hasil reisolasi diperoleh bahwa semua senyawa adalah tunggal (murni) sehingga dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Dipilih isolat yang tidak sesuai dengan ciri hiperin. Isolat tersebut dianalisis dengan reaksi warna dan spektrofotometri UV untuk mengetahui golongan dan posisi OH pada struktur flavonoida.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa isolat flavonoida yang diidentifikasi termasuk dalam golongan isoflavon yaitu 7,8-dihidroksi isoflavon.

  Kata kunci : flavonoida, herba pegagan embun, spektrofotometri ultraviolet, KLTP, 7,8-dihidroksi isoflavon.

  ABSTRACT

  Pegagan embun herb (Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) is a kind of plants that has not been known by people. Pegagan embun herb contains essential oil, coumarin, saponin, terpenoid and hyperin. Pegagan embun herb is useful for healing hepatitis, urinary tract infection, tonsil infection, middle ear infection and sprue. Flavonoid might play its role in healing those diseases.

  This study has a purpose to identify the kind of flavonoid instead of hyperin that is contained in pegagan embun herb by using thin layer chromatography (TLC), color reaction and UV spectrofotometry. Flavonoid was obtained by extracting pegagan embun herb using mixture of methanol and water by maseration that furthermore analyzed with TLC with stationery phase of cellulose and mobile phase of n-butanol : acetic acid : water (BAW; 4 : 1 : 5, upper phase). And then, isolation was done with preparative thin layer chromatography (PTLC).

  It was obtained 3 spots that similar to the characteristics of flavonoid. That spot with each Rf 0,63; 0,76; 0,90. The spot with Rf 0,76 and 0,90 were taken and dissolved into methanol and then the purity was examined using multi eluen (TLC) with stationery phase of cellulose and mobile phase of BAW and 15 % acetic acid. From the result of multi eluen TLC was known that compound was not yet pure so reisolation was done with mobile phase of 15 % acetic acid. From the result of reisolation, it was obtained that all of the compounds were singular (pure), so it can be used for next analysis. An isolate was chosen, in which the characteristic is not similar to the characteristic of hyperin. The isolate was analyzed with color reaction and UV spectrofotometry to know the group and the OH position on the flavonoid structure.

  The result of this examination indicated that the identified flavonoid isolate was included in the isoflavone group that is 7,8-dihydroxy isoflavone.

  Key words : flavonoid, pegagan embun herb, UV spectrofotometry, PTLC, 7,8- dihydroxy isoflavone

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat, kasih karunia dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Identifikasi Flavonoida pada Herba

  

Pegagan Embun ( Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) Hasil Isolasi Secara

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP).

  Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, dorongan, pengarahan, saran, ataupun fasilitas. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, saran, pengarahan, dan kesempatan yang telah diberikan selama penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

  4. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

  5. Laboran Fakultas Farmasi, Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Andri, Mas Ottok, Mas Kunto dan Pak Mukmin yang telah membantu selama penelitian.

  6. Sahabat-sahabatku tercinta, Ratna, Rosa, Komang, Devi, Maria dan Anin untuk persahabatan dan dukungannya selama ini dalam segala hal.

  7. Teman-teman kelompok C untuk kebersamaan dan kenangannya selama 3 tahun dalam praktikum.

  8. Hartono, Aan, Timur, Madya, Bhodonk, Mas Prasojo dan Mas Sugiyono atas bantuannya dalam penyusunan skripsi.

  9. Teman-teman kos Benteng, Mbak Utik, Mbak Kenny, Veni, Neldy, Mbak Icha, Mbak Kristin, Ajoe dan Mbak Nanay atas keceriaannya dan kebersamaannya.

  10. Teman-teman kelas B dan teman-teman seperjuanganku di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia.

  11. Semua pihak yang telah membantu selama penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Juli 2007 Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………......ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….....iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………..v

  INTISARI ……………………………………………………………………...vi

  ABSTRACT ……………………………………………………………………vii

  KATA PENGANTAR ……………………………………………………….viii DAFTAR ISI ………………………………………………………………......x DAFTAR TABEL …………………………………………………………...xiv DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...xvi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….xviii

  BAB I. PENGANTAR ………………………………………..……………….1 A. Latar Belakang ………………………………………………………………1

  1. Permasalahan …...………………………………………………………..3

  2. Keaslian penelitian …………………………………………………….....4

  3. Manfaat penelitian ……………………………………………………….4

  B. Tujuan Penelitian …………………………………………………………....4

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ………………………………………..5 A. Tumbuhan Pegagan Embun ………………………………………………...5

  1. Keterangan botani ……………………………………………………….5

  2. Nama lokal ………………………………………………………………5

  3. Morfologi ………………………………………………………………...5

  4. Kandungan …………………………………………………………….....5

  5. Penggunaan ………………………………………………………………6

  6. Penelitian ………………………………………………………………...6

  B. Pengeringan Bahan ……………………………………………………….....7

  C. Maserasi ……………………………………………………………………..7

  D. Flavonoida …………………………………………………………………..8

  1. Struktur flavonoida ……………………………………………………....8

  2. Distribusi flavonoida ……………………………………………….........9

  3. Penggolongan flavonoida ………………………………………………..9

  4. Manfaat flavonoida ………………………………………………..........10

  5. Kelarutan flavonoida……………………………………………………11

  6. Isolasi senyawa flavonoida ……………………………………………..12

  7. Identifikasi warna flavonoida …………………………………………..12

  E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) …………………………………………...16

  F. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)……………………………….18

  G. Spektrofotometri Ultraviolet ……………………………………………….19

  1. Tinjauan umum …………………………………………………………19

  2. Spektrum senyawa flavonoida ………………………………………….22

  H. Keterangan Empiris ………………………………………………………..28

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………….29

A. Jenis Penelitian …………………………………………..………………...29

  B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional …………………………….29

  1. Variabel penelitian ……………………………………………………..29

  2. Definisi operasional ……………………………………………………29

  C. Bahan dan Alat Penelitian ………………………………………………….30

  1. Bahan penelitian ………………………………………………………..30

  2. Alat penelitian ………………………………………………………….30

  D. Tata Cara Penelitian ……………………………………………………….31

  1. Determinasi tumbuhan pegagan embun ………………………………..31

  2. Pengumpulan bahan ……………………………………………………31

  3. Pembuatan serbuk simplisia ……………………………………………31

  4. Penyarian flavonoida …………………………………………………...31

  5. Pemeriksaan pendahuluan flavonoida dengan KLT ……………………32

  6. Isolasi flavonoida dengan KLTP ……………….……………..………..32

  7. Pemeriksaan kemurnian isolat ………………………………..………...33

  8. Reaksi warna flavonoida ………………………………………...……...33

  9. Identifikasi senyawa flavonoida dengan spektrofotometri ultraviolet ….33

  E. Analisis Data ………………………………………………..……………...35

  

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………..37

A. Determinasi Tumbuhan ……………………………………………….…...37 B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan …………………………………….37 C. Penyarian Bahan …………………………………………………………...38 D. Pemeriksaan Pendahuluan Flavonoida Secara KLT ……………………….39 E. Isolasi Flavonoida dengan KLTP ………………………………...………...44

  F. Pemeriksaan Kemurnian Isolat ……………………………………………..46

  G. Identifikasi Senyawa Flavonoida …………………………………………..48

  1. Identifikasi dengan reaksi warna ……………………………………… 48

  2. Identifikasi dengan spektrofotometri ultraviolet ……………………….52

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….63

A. Kesimpulan ………………………………………………………………..63 B. Saran ……………………………………………………………………….64 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...65 LAMPIRAN ………………………………………………………………….68 BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………………..82

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Penampakan warna bercak pada kromatogram yang dideteksi dengan uap amonia (Markham, 1988) ……………………………………15 Tabel II. Penampakan warna golongan flavonoida dengan pereaksi

  (Venkataraman, 1962) …..……………………………………..16 Tabel III. Rentangan serapan spektrum UV pada flavonoida (Markham, 1988)

  …………………………………………………………………..22 Tabel IV. Penafsiran spektrum ultraviolet flavonoida dengan penambahan

  NaOH (Markham, 1988) ……………………………………….25 Tabel V. Penafsiran spektrum ultraviolet flavonoida dengan penambahan

  NaOAc (Markham, 1988) ………..…………………………….26 Tabel VI. Penafsiran spektrum ultraviolet flavonoida dengan penambahan

  NaOAc dan H

  3 BO 3 (Markham, 1988) ………………………....26

  Tabel VII. Penafsiran spektrum ultraviolet flavonoida dengan penambahan AlCl

  3 serta AlCl 3 dan HCl (Markham, 1988) ………………....27

  Tabel VIII. Penampakan warna bercak sampel (ekstrak metanol herba pegagan embun) …………….…………………………………………....43 Tabel IX. Analisis hasil KLT pendahuluan dan hasil spektra dibandingkan dengan pustaka acuan (Markham, 1988) ……………………….47 Tabel X. Penampakan perubahan warna isolat setelah penambahan pereaksi

  …………………………………………………………………..50

  Tabel XI. Penafsiran spektrum flavonoida dengan penambahan pereaksi geser dari isolat metanol herba pegagan embun ……………………...54

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Kerangka flavonoida ………………………………………..……….9 Gambar 2. Sistem penomoran flavonoida ……………………………………….9 Gambar 3. Kerangka struktur golongan-golongan flavonoida …....……………14 Gambar 4. Dua komponen penyerap (benzoil dan sinamoil) ………….……….23 Gambar 5. Kromatogram uji KLT pendahuluan ekstrak metanol herba pegagan embun …....………………….…………....………………….……42 Gambar 6. Reaksi yang terjadi setelah diberi uap amonia ……………..……….43 Gambar 7. Hasil reaksi warna …………………………….………………….…50 Gambar 8. Reaksi yang terjadi setelah pemberian NaOH ………………….…..51 Gambar 9. Reaksi yang terjadi setelah penambahan H

  2 SO 4 pekat ……………..51

  Gambar 10. Reaksi yang terjadi setelah penambahan Mg dan HCl ……………52 Gambar 11. Spektrum spektrofotometri UV isolat flavonoida dalam metanol ...53 Gambar 12. Spektrum spektrofotometri UV isolat flavonoida dalam metanol dan diberi NaOH ………………………………….………………….55 Gambar 13. Spektrum spektrofotometri UV isolat flavonoida dalam metanol dan diberi NaOH setelah 5 menit …………………….………………56 Gambar 14. Spektrum spektrofotometri UV isolat flavonoida dalam metanol dan diberi AlCl

  3 …....…………………….………………….………....57

  Gambar 15. Reaksi yang terjadi setelah pemberian AlCl ……………………..57

  3 Gambar 16. Spektrum spektrofotometri UV isolat flavonoida dalam metanol dan

  diberi AlCl

  3 /HCl …………………….………………….…………58

  Gambar 17. Reaksi yang terjadi setelah pemberian HCl pada isolat C dengan AlCl

  3 ………………………….………………….………………59

  Gambar 18. Spektrum spektrofotometri UV isolat flavonoida dalam metanol dan diberi NaOAc ……………………….………………….………….59 Gambar 19. Reaksi yang terjadi setelah penambahan NaOAc …....……………60 Gambar 20. Spektrum spektrofotometri UV isolat flavonoida dalam metanol dan diberi NaOAc/H

  3 BO 3 ………………………….…………………61

  Gambar 21. Reaksi yang terjadi setelah pemberian NaOAc dan ditambah dengan H

  3 BO 3 …………………….………………….…………………....61

  Gambar 22. Gambar 22. 7, 8-dihidroksi isoflavon dengan kemungkinan letak gula pada posisi 5 ………………….………………….…....…………..62 Gambar 23. Gambar 22. 7, 8-dihidroksi isoflavon dengan kemungkinan letak gula pada posisi 4’ ………………….………………….…....…………..62

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi ……………………………………68 Lampiran 2. Foto tumbuhan herba pegagan embun (Hydrocotyle sibthorpioides

  Lmk.) ……………………………………...…………………….69 Lampiran 3. Foto kromatogram KLTP hasil reisolasi isolat I dengan fase diam selulosa, fase gerak asam asetat 15 % …………………………..70 Lampiran 4. Foto kromatogram KLTP hasil reisolasi isolat II dengan fase diam selulosa, fase gerak asam asetat 15 % ………………………….71 Lampiran 5. Foto kromatogram KLT multi eluen isolat A dengan fase diam selulosa, fase gerak asam asetat 15 % ………………….………72 Lampiran 6. Foto kromatogram KLT multi eluen isolat A dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW ……………………………………...73 Lampiran 7. Foto kromatogram KLT multi eluen isolat B dengan fase diam selulosa, fase gerak asam asetat 15 % ………………………….74 Lampiran 8. Foto kromatogram KLT multi eluen amonia B dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW ……………………………………...75 Lampiran 9. Foto kromatogram KLT multi eluen isolat C dengan fase diam selulosa, fase gerak asam asetat 15 % ………………………….76 Lampiran 10. Foto kromatogram KLT multi eluen amonia C dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW …………………………………….77 Lampiran 11. Foto kromatogram KLT multi eluen isolat D dengan fase diam selulosa, fase gerak asam asetat 15 % ………………………….78 Lampiran 12. Foto kromatogram KLT multi eluen isolat D dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW ………………………………….....79 Lampiran 13.1. Spektrum spektrofotometri UV isolat A dalam metanol …….80

  13.2. Spektrum spektrofotometri UV isolat B dalam metanol ……..80 Lampiran 14.1. Spektrum spektrofotometri UV isolat D dalam metanol ……81

  14.2. Spektrum spektrofotometri UV rutin dalam metanol ………...81

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Banyak jenis tumbuhan telah digunakan oleh masyarakat Indonesia

  sebagai bahan obat. Tanaman obat tersebut diramu menjadi sediaan obat, yang lebih dikenal sebagai obat tradisional. Obat tradisional ada yang berasal dari tumbuhan, hewan, maupun mineral yang digunakan untuk pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan penyembuhan penyakit. Namun masih banyak tumbuhan liar yang belum diketahui zat berkhasiat dan kegunaannya.

  Dewasa ini minat masyarakat untuk memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai ramuan obat semakin berkembang. Banyaknya permintaan dunia akan obat-obatan yang berasal dari alam, menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kecenderungan untuk menempuh gaya hidup kembali ke alam atau ”back to

  

nature” dalam mencapai tujuan hidup yang lebih sehat dan aman terhadap

berbagai macam gangguan kesehatan (Kuswara, 2000).

  Herba pegagan embun (Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang belum banyak dikenal masyarakat. Herba pegagan embun mengandung minyak atsiri, kumarin dan hiperin (Anonim, 2005). Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa herba pegagan embun juga mengandung saponin (Matsushita, Sasaki, Warashina, Miyase, Noguchi, Velde, 2004), terpen (Asakawa, Matsuda, Takemoto, 1982) dan quercetin 3-O-

  β- -(6″-

caffeoylgalactoside) (Shigematsu, Kouno, Kawano, 1981). Herba pegagan embun

  dapat digunakan untuk mengobati sakit kuning (hepatitis), pengecilan hati dengan busung, batu empedu, batu dan infeksi saluran kencing, batuk dan sesak nafas, sariawan, radang tenggorokan, infeksi amandel dan infeksi telinga tengah (Anonim, 2005). Timbulnya khasiat penyembuhan pada suatu penyakit tentunya disebabkan oleh adanya senyawa dengan struktur tertentu yang terdapat di dalam tumbuhan. Oleh karena itu, dengan diketahuinya struktur dari suatu senyawa akan membuka peluang untuk pengembangan obat baru. Untuk mengetahui suatu senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan dapat dilakukan dengan mengisolasi senyawa tersebut secara kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) dan dilanjutkan dengan penentuan golongan serta strukturnya.

  Digunakan metode KLTP karena KLTP memiliki beberapa kelebihan dari kromatografi kolom yaitu pemisahan yang lebih baik karena pemisahan yang dihasilkan berupa bercak yang tidak bergerak., mudah mengambil senyawa- senyawa yang terpisah secara individu dengan jalan mengeroknya dan mengumpulkan tiap-tiap lapisan, dan peralatannya yang sederhana (Gasparic dan Churacek, 1978). KLTP merupakan salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar (Hostettmann, Hostettmann, Marston, 1995).

  Tanaman yang mengandung flavonoida banyak digunakan dalam dunia pengobatan tradisional, karena dapat bekerja sebagai inhibitor pernafasan.

  Flavonoida juga dapat menghambat perdarahan dan menghambat reaksi oksidasi, baik secara enzimatik maupun non enzimatik, beberapa flavonoida dapat bekerja sebagai antihipertensi, dan flavonoida juga mempunyai potensi sebagai antibakteri (Robinson, 1995).

  Adanya khasiat herba pegagan embun untuk mengobati sakit kuning (hepatitis), infeksi saluran kencing, infeksi amandel, infeksi telinga tengah dan sariawan kemungkinan yang berperan dalam pengobatan adalah flavonoidanya karena flavonoida sendiri menurut Robinson (1995) memiliki daya sebagai bakterisida, antiinflamasi dan antioksidan.

  Flavonoida tersebar luas dalam dunia tumbuh-tumbuhan dan ditemukan dalam bagian-bagian tertentu dari tumbuhan. Flavonoida dalam jaringan tumbuhan ditemukan sebagai senyawa campuran (Swain, 1976). Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan senyawa flavonoida yang terkandung dalam herba pegagan embun yaitu hiperin. Senyawa flavonoida ditemukan dalam bentuk campuran sehingga kemungkinan masih ada senyawa flavonoida lainnya yang terkandung dalam herba pegagan embun yang belum ditemukan. Oleh karena itu penelitian kandungan kimia khususnya jenis-jenis flavonoida lainnya yang terkandung dalam herba pegagan embun perlu dilakukan untuk pengembangan dan pemanfaatan herba pegagan embun dalam pengobatan.

1. Permasalahan

  Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah : Senyawa golongan flavonoida apakah yang terdapat dalam herba pegagan embun selain hiperin dengan isolasi secara KLTP dan bagaimana prakiraan struktur parsialnya dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), reaksi warna dan spektrofotometri ultraviolet?

  2. Keaslian penelitian

  Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, penelitian yang berkaitan dengan flavonoida pada herba pegagan embun yang pernah dilakukan adalah penelitian yang menemukan adanya flavonoida quercetin 3-O-

  β- -(6″-

caffeoylgalactoside) (Shigematsu et al., 1981) atau hiperin (Anonim, 2005).

  Sehingga penelitian ini dilakukan untuk menemukan jenis flavonoida lainnya selain hiperin.

  3. Manfaat penelitian

  Manfaat dari penelitian ini meliputi 2 hal :

  a. Manfaat teoritis yaitu memberikan informasi yang diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya tentang kandungan dan kegunaan herba pegagan embun.

  b.

  Manfaat praktis yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kandungan flavonoida selain hiperin pada herba pegagan embun untuk pengembangan dan pemanfaatan tanaman tersebut dalam pengobatan.

  c. Manfaat metodologis yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan KLTP dalam isolasi senyawa flavonoida pada herba pegagan embun.

B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa flavonoida dari herba pegagan embun selain hiperin dengan menggunakan metode isolasi secara KLTP dan identifikasi dengan KLT, reaksi warna dan spektrofotometri UV.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tumbuhan Pegagan Embun 1. Keterangan botani Herba pegagan embun (Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) mempunyai

  sinonim Hydrocotyle rotundifolia Roxb. dan Hydrocotyle formosana Masamune., termasuk dalam familia Umbelliferae (Apiaceae) (Anonim, 2005).

  2. Nama lokal

  Sunda : pegagan embun, antanan beurit, a. lembut Jawa : andem, katepa’n, rendeng, semanggi Madura : salatun, take cena China : tikim, patikim, tian hu sui (Anonim, 2005).

  3. Morfologi

  Tumbuh merayap, ramping, subur di tempat lembab, terbuka maupun teduh di pinggir jalan, pinggir selokan, lapangan rumput dan tempat lain sampai setinggi kira-kira 2.500 m dari permukaan laut. Batang lunak, berongga, panjang 45 cm atau lebih, daun tunggal berseling, bertangkai panjang, bentuk bulat (Anonim, 2005).

  4. Kandungan

  Herba pegagan embun mengandung minyak atsiri, kumarin dan hiperin (Anonim, 2005). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa herba pegagan embun juga mengandung saponin (Matsushita et al., 2004), terpen (Asakawa et

  al., 1982) dan quercetin 3-O- β- -(6″-caffeoylgalactoside) (Shigematsu et al.,

  1981).

  5. Penggunaan

  Herba pegagan embun dapat digunakan untuk mengobati sakit kuning (hepatitis), pengecilan hati dengan busung, batu empedu, batu dan infeksi saluran kencing, batuk dan sesak nafas, sariawan, radang tenggorokan, infeksi amandel dan infeksi telinga tengah (Anonim, 2005).

  6. Penelitian

  Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan terhadap herba pegagan embun, yaitu : a. Penelitian yang mengisolasi flavonoida quercetin 3-(6”-caffeoylgalactoside dari herba pegagan embun (Shigematsu et al., 1981).

  b.

  Penelitian yang menemukan adanya terpenoid dari herba pegagan embun dengan kandungan terpenoid utamanya yaitu trans- β-farnesene (Asakawa et al., 1982).

  c. Penelitian yang menemukan adanya kandungan minyak atsiri pada herba pegagan embun (Janardhanan, Thoppil, 2001).

  d. Penelitian yang mengisolasi tujuh saponin triterpenoid yang salah satunya dikenal sebagai udosaponin B dari herba pegagan embun (Matsushita et al., 2004).

B. Pengeringan Bahan

  Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Pengurangan kadar air dengan adanya pengeringan akan menghentikan reaksi enzimatik sehingga penurunan mutu simplisia dapat dicegah.

  Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu:

  1. Pengeringan alamiah a.

  Dengan sinar matahari langsung. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan mengandung senyawa aktif yang relatif stabil.

  b.

  Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.

2. Pengeringan buatan

  Prinsip pengeringan buatan adalah udara dipanaskan oleh suatu sumber seperti lampu, kompor, mesin disel, atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering (Anonim, 1985).

C. Maserasi

  Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain.

  Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah dilakukan. Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sebesar-besarnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel (Anonim, 1986).

D. Flavonoida 1. Struktur flavonoida

  6

  • Golongan flavonoida dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C C -C . Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C (cincin benzena

  3

  6

  6

  tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon (Gambar 1). Kelas- kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan. Flavonoida sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar flavonoida berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzena. Sistem penomoran untuk turunan flavonoida diberikan pada gambar 2 (Robinson, 1995).

  3' 2'

  1

  8 O 2 1'

  7 B 4' C C C A

  3

  6 6' 5'

  5

  4 Gambar 1. Kerangka flavonoida Gambar 2. Sistem penomoran flavonoida

  Dua cincin karbon di ujung kiri dan kanan molekul dinyatakan berturut- turut sebagai cincin A dan B. Gugus hidroksil hampir selalu terdapat di flavonoida, khususnya tertempel pada cincin B di posisi 3` dan 4` atau tertempel pada posisi 5 dan 7 cincin A, atau pada posisi 3 cincin tengah. Gugus hidroksil ini merupakan tempat menempelnya berbagai gula yang meningkatkan kelarutan flavonoida dalam air (Salisbury & Ross, 1995).

  Di dalam tumbuhan, flavonoida biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula disebut aglikon (Riyanto, 1990).

  2. Distribusi flavonoida

  Flavonoida mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai Angiospermae. Dikenal hampir 500 aglikon, dan lebih dari 4000 flavonoida jika glikosida diperhatikan juga. Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga (Robinson, 1995).

  3. Penggolongan flavonoida

  Penggolongan flavonoida umumnya berdasarkan substitusi cincin heterosiklik yang mengandung gugus OH. Perbedaan gugus OH di bagian C

  3

  akan menentukan sifat, golongan, atau tipe flavonoida, yaitu flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, auron, dan khalkon dengan flavon dan flavonol sebagai golongan terbesar (Gambar 3) (Robinson, 1995).

4. Manfaat flavonoida

  Flavonoida berfungsi sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, pengatur kerja antimikroba, antivirus, dan serangga bagi tanaman yang mengandungnya. Fitoaleksin merupakan senyawa flavonoida yang dibentuk sebagai tanggapan terhadap infeksi atau luka yang menghambat fungus penyerangnya. Sebagai pigmen, flavonoida berperan dalam menarik serangga atau burung untuk membantu proses penyerbukan (Robinson, 1995).

  Tanaman yang mengandung flavonoida banyak digunakan dalam dunia pengobatan tradisional, karena dapat bekerja sebagai inhibitor pernafasan.

  Flavonoida juga dapat menghambat perdarahan dan menghambat reaksi oksidasi, baik secara enzimatik maupun non enzimatik, beberapa flavonoida dapat bekerja sebagai antihipertensi, dan flavonoida juga mempunyai potensi sebagai antibakteri (Robinson, 1995).

  Isoflavon memiliki aktivitas anti kanker, anti inflamasi, aktivitas pada pembuluh darah dan aktivitas estrogenik. Isoflavon berpengaruh pada sistem sirkulasi dan penyakit jantung koroner yaitu dengan menghambat agregasi platelet (keping-keping sel darah), dilatan koroner dan menghambat introphy otot jantung (cardio trophyc) sehingga dapat memperlancar sistem sirkulasi darah (Pawiroharsono, 1994). Isoflavon berpotensi sebagai anti-kontriksi pembuluh darah dan juga berpotensi menghambat pembentukan LDL (low

  

density lipoprotein) sehingga dapat mengurangi terjadinya arteriosclerosis pada

pembuluh darah (Jha, 1985; Jha, 1997).

  Senyawa isoflavon juga mempunyai efek hormonal, khususnya efek estrogenik. Hormon estrogen berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses kalsifikasi, maka adanya isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga tulang tetap padat dan masif.