Tinjauan Yuridis tentang Hukuman Mati Bagi Pelaku Kasus Narkoba: Perspektif Hukum Nasional dan Hukum Islam - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

Tinjauan Yuridis Tentang Hukuman Mati Bagi Pelaku Kasus

Narkoba Perspektif Hukum Nasional dan Hukum Islam

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum

  

Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan

Pada Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Alauddin Makassar

  Oleh:

  

Ahmad Rusyaid Ahyar

NIM: 10300112047

  

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2016

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut Nama Allah s.w.t. yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah s.w.t. Tuhan Semesta Alam. Terima kasih atas nikmat Iman, nikmat Ilmu, nikmat kesehatan, nikmat kasih sayang dan begitu banyak nikmat Allah s.w.t. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kami Muhammad s.a.w., keluarga dan sahabat.

  Selama menuntut ilmu di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, tak henti-hentinya Allah s.w.t. melimpahkan beragam nikmatnya dan dibawah bimbingan para pendidik sehingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum Islam pada Fakultas Syari’ah dan Hukum.

  Tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, serta para wakil Rektor, dan seluruh staf UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan pelayanan yang maksimal kepada penulis.

  2. Bapak Prof. Dr. Darussalam, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, beserta para wakil Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum.

  3. Ibunda Dra. Nila Sastrawati., M. Si selaku ketua Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan, Ibu Dr. Kurniati, S. Ag., M. Hi selaku sekretaris Jurusan v

  Hukum Pidana dan ketatanegaraan, dan Kak Canci selaku staf Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Fakultas Syari’ah dan Hukum.

  4. Bapak Dr. Hamsir, SH., M. Hum selaku pembimbing I dan Ibunda Awaliah Musgamy S.Ag.,M.Ag selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penyusun untuk menyelesaikan, mulai dari judul hingga selesainya skripsi ini.

  5. Para dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar beserta staf Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu mengarahkan penyusun hingga taraf penyelesaian.

  6. Kepada kedua Orang Tua Drs Ahyar Syam Dan Dra. A. Subihati yang Tercinta yang telah melahirkan, mendidik, dan membesarkan penyusun, semoga Allah s.w.t. senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya, Kasih Sayang- Nya, dan Maghfirah-Nya kepada keduanya, serta keluarga besar penyusun yang selalu mambantu dan mendukung selama ini.

  7. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, dan seluruh stafnya serta Kepala Perpustakaan yang pernah penyusun kunjungi yang telah memberikan fasilitas, tempat dan waktu bagi pelaksanaan penelitian.

  8. Kepada teman-teman Pengurus HMJ Hukum Pidana dan Ketatanegaraan serta DEMA Fak. Syariah dan Hukum yang senantiasa menemani dalam pengurusan skripsi ini.

  9. Kepada adik-adik dari Jurusan Hukum Pidana dan Ketatanegaraan Angkatan 2013, 2014, 2015, 2016 terkhusus kepada adinda Resky Auliyah Pratiwi, Anni Nur Annisa, Rasdiyanah Tahir, Amriyati Hafied yang senantiasa vi

  

DAFTAR ISI

  JUDUL ............................................................................................................ i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... ii PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................. iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vii PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... x ABSTRAK ...................................................................................................... xvii

  BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1-14 A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

  1 B. Rumusan Masalah .......................................................................

  7 C. Pengertian Judul ..........................................................................

  7 D. Kajian Pustaka ........................................................................... 8

  E. Metodologi Penelitian ................................................................ 10 F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................

  13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOBA .............................. 15-27 A. Pengertian dan Jenis-Jenis Narkoba ............................................

  15 1. Pengertian Narkoba ...............................................................

  15 2. Jenis-Jenis Narkoba ..............................................................

  16 B. Defenisi Penyalahgunaan Narkoba .............................................

  19 C. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba ...............................................

  20 D. Upaya Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba .......... 25

  BAB III HUKUMAN MATI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

  viii DAN HUKUM NASIONAL .......................................................... 28-43 1. Tinjauan Hukum Nasional...........................................................

  28

  1. Pengertian Pemidanaan............................................................. 28

  2. Teori dan Tujuan Pemidanaan.................................................. 29

  3. Pidana Mati............................................................................... 33 2. Tinjauan Hukum Nasional ...........................................................

  36

  1. Tujuan Pemidanaan .................................................................. 36

  2. Ruang lingkup dan Ragam Hukuman Mati............................... 39

  BAB IV PENJATUHAN HUKUMAN MATI BAGI PELAKU KASUS NARKOBA ...................................................................................... 44-65 A. Aturan Hukum Tindak Pidana Narkoba ......................................

  44

  1. Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika... 44

  2. Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. 49 B. Sanksi Pidana Kasus Narkoba Menurut Hukum Islam ...............

  51 1. Sanksi Pidana Bagi Produsen dan Pengedar Narkoba............

  52 2. Sanksi Pidana Bagi Penyalahguna Narkoba...........................

  56 C. Efektifitas Hukuman Mati Dalam Penanggulangan Narkoba Di Indonesia....................................................................................... 60

  BAB V PENUTUP ......................................................................................... 66-68 A. Kesimpulan ..................................................................................

  66 B. Implikasi ......................................................................................

  67 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

  69 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................

  72 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN

A. Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan Transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel beriku :

1. Konsonan

  Ta t Te

  lam l El

  ‘ain ‘ apostrof terbalik

  غ

  gain g Ge

  ف

  Fa f Ef

  ق

  qaf q Qi

  ك

  kaf k Ka

  ل

  م

  Za z zet (dengan titik di bawah)

  mim m Em

  ن

  nun n En

  و

  wau w We

  ھ

  Ha h Ha ء hamzah ’ Apostrof

  ى

  Ya y Ye

  ت

  ب Ba b Be

  ع

  ظ

  ث

  ر

  Sa s es (dengan titik di atas)

  ج

  jim j Je

  ح

  Ha h ha (dengan titik di bawah)

  خ

  kha kh ka dan ha

  د

  dal d De

  ذ

  żal ż zet (dengan titik di atas)

  Ra r Er

  Ta t te (dengan titik di bawah)

  ز

  zai z Zet

  س

  sin s Es

  ش

  syin sy es dan ye

  ص

  sad s es (dengan titik di bawah)

  ض

  dad d de (dengan titik di bawah)

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  ط xi

  Hamzah ( ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ’ ).

2. Vokal

  َؤ

  Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

  : haula

  : kaifa َل ْﻮَھ

  Contoh: َﻒْﯿَﻛ

  fathah dan wau Au a dan u

  fathah dan yaa’ Ai a dan i

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau menoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :

  َٔى

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu : Tanda Nama Huruf Latin Nama

  dammah U u

  ُا

  kasrah i i

  Tanda Nama Huruf Latin Nama َا fathah a a ِا

3. Maddah

  xii

  Harakat dan Nama Huruf dan Nama Huruf Tanda

  Fathah dan alif atau a a dan garis di atas َى…│ َا … yaa’

  ى Kasrah dan yaa’ i i dan garis di atas Dhammmah dan u u dan garis di atas

  ُو waw Contoh:

  : maata تﺎﻣ ﻰَﻣَر : ramaa

  : qiila ﻞْﯿِﻗ ُتْﻮُﻤَﯾ : yamuutu

4. Taa’ marbuutah

  Transliterasi untuk taa’marbuutah ada dua, yaitu taa’marbuutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dhammah, transliterasinya adalah [t].sedangkan taa’ marbuutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan taa’ marbuutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sedang al- serta bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka taa’ marbuutah itu ditransliterasikan dengan ha [h].

  Contoh : : raudah al- atfal

  ُﺔَﺿْوَﺮِﻟﺎَﻔْطَ ْﻻا : al- madinah al- fadilah

  ُﺔَﻨْﯾِﺪَﻤﻟاُﺔَﻠِﺿﺎَﻔْﻟا : al-hikmah

  ُﺔَﻤْﻜِﺤْﻟا xiii

  5. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

  dengan sebuah tanda tasydid( َ◌), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonang anda) yang diberi tandasyaddah.

  Contoh : ﺎَﻨﱠﺑَر

  : rabbanaa ﺎَﻨْﯿﱠﺠَﻧ : najjainaa ﱡﻖَﺤْﻟا : al- haqq َﻢﱢﻌُﻧ

  : nu”ima ﱞوُﺪَﻋ

  : ‘aduwwun Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (

  ّﻲِﺑ) maka ia ditranslitersikan sebagai huruf maddah menjadi i. Contoh :

  ﱞﻲِﻠَﻋ : ‘Ali (bukan ‘Aliyyatau ‘Aly)

  ﱞﻲِﺑَﺮَﻋ : ‘Arabi (bukan ‘Arabiyyatau ‘Araby)

  6. Kata Sandang

  Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transiliterasi ini, kata sandang ditransilterasikan seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  Contoh : ُﺲﻤﱠﺸﻟا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) xiv

  ُﺔَﻟَﺰﻟﱠﺰﻟَا : al-zalzalah (az-zalzalah) ﺔَﻔَﺴﻠَﻔْﻟَا : al-falsafah ُد َﻼِﺒْﻟَا : al-bilaadu

  7. Hamzah

  Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‘) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh : َنْوُﺮُﻣْﺎَﺗ : ta’muruuna ُع ْﻮﱠﻨﻟا : al-nau’ ٌءْﻲَﺷ : syai’un ُتْﺮِﻣُا : umirtu

  8. Penulisan Kata Bahasa Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa Indonesia

  Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam Bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan telah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan Bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata Al-Qur’an (dari Al-Qur’an), al-hamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh :

  Fizilaal Al-Qur’an xv Al-Sunnah qabl al-tadwin

9. Lafz al- Jalaalah ( ّٰﷲ)

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaafilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Contoh : ِ ّٰ ﺎُﻨْﯾِد diinullah ِ ّٰﷲﺎِﺑ billaah Adapun taamarbuutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-

  jalaalah, ditransliterasi dengan huruf [t].contoh : hum fi rahmatillaah

10. Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ajaran Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul refrensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). contoh:

  Wa ma muhammadun illaa rasul xvi Inna awwala baitin wudi’ alinnasi lallazii bi bakkata mubarakan Syahru ramadan al-lazii unzila fih al-Qur’an

  Nazir al-Din al-Tusi Abu Nasr al- Farabi Al-Gazali Al-Munqiz min al-Dalal

  Jika nama resmi seseorang menggunakan kata ibnu (anak dari) dan Abu (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi.

  Contoh: Abu Al-Wafid Mummad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu Al-

  Walid Muhammad (bukan : rusyd, abu al-walid Muhammad ibnu) Nasr Hamid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid,

  Nasr Hamid Abu)

B. Daftar Singkatan

  Beberapa singkatan yang dilakukan adalah : s.w.t = subhanallahu wata’ala s.a.w = sallallahu ‘alaihi wasallam r.a = radiallahu ‘anhu H = Hijriah M = Masehi QS…/…4 = QS. Al-Baqarah/2:4 atau QS. Al-Imran/3:4 HR = Hadis Riwayat KUHP = Kitab Undang-undang Hukum Pidana

  

ABSTRAK

Nama Penyusun : Ahmad Rusyaid Ahyar Nim : 10300112047

Judul : Tinjauan Yuridis Tentan Hukuman Mati Bagi Pelaku

Kasus Narkoba Perspektif Hukum Islam dan Hukum

  Nasional

  Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan dan menganalisa aturan hukum yang berlaku di Indonesia bagi pelaku kasus Narkoba (Narkotika, Psikotropika, dan Obat Berbahaya Lainya), 2) untuk mengemukakan bentuk-bentuk hukuman bagi pelaku kasus narkoba dalam hukum Islam, 3) menganalisa efektifitas hukuman mati dalam menanggulangi peredaran narkoba di Indonesia.

  Dalam menjawab permasalahan tersebut, penulis mengunakan pendekatan normatif, yaitu berupaya mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan prilaku setiap orang. Penelitian ini tergolong library research, data dikumpulkan dengan mengutip, menyadur, dan menganalisis dengan menggunakan analisis isi (content analysis) terhadap literartur representatif dan menpunyai relevansi dengan masalah yang dibahas, kemudian mengulas, dan menyimpulkannya.

  Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa aturan hukum yang berlaku bagi pelaku kasus narkoba baik pembuat, pengedar, dan pemakai diatur dalam Undang- Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkortika dan Undang-Undang No.5 Tahun 1997, di mana dalam kedua undang-undang tersebut memiliki sanksi terberat atau hukuman terberat yakni hukuman mati, dan dalam hukum Islam bentuk hukuman bagi pelaku kasus narkoba terbagi menjadi 2 yakni hukuman had dan hukuman ta’zir sesuai dengan bentuk perbuatan jarimahnya, dimana bagi pengedar dihukum ta’zir dan pemakai atau penyalahguna dikenakan hukuman had. Serta mengemukakan bahwa hukuman mati bagi pelaku narkoba tidak efektif bagi penanggulangan peredaran narkoba di Indonesia, hukuman mati justru mengindikasikan keputusasaan pemerintah dalam melawan narkoba, padahal banyak cara untuk menanggulagi peradaran narkoba selain hukuman mati seperti perbaikan regulasi.

  Adapun Implikasi dalam Penelitian ini yaitu pemerintah dan penegak hukum diharapakan dalam hal pemberlakuan hukuman mati bagi pelaku kasus narkoba jangan hanya dianggap sekedar sebuah terapi kejut atau tindakan balas dendam terhadap suatu kejahatan, tetapi juga memerlukan kesepakatan psikologis hukum dan pengawasan yang ketat terhadap hukum itu sendiri, pemerintah hendaknya memikirkan itu dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) di Indonesia

  

beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah mencapai keadaan yang

memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional. Korban penyalahgunaan narkoba

telah meluas sedemikian rupa sehingga melampaui batas-batas strata sosial, umur, dan

jenis kelamin.

  Merambah tidak hanya di perkotaan tetapi merambah sampai pedesaan dan

melampaui batas negara yang akibatnya sangat merugikan perorangan, masyarakat,

negara, khususnya generasi muda, bahkan dapat menimbulkan bahaya lebih besar lagi

bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya dapat melemahkan

ketahanan nasional.

  Menurut Parasian Simanungkalit bahwa penyalagunaan narkoba merupakan

tindakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime) dan kejahatan transnasional

(transnasional crime) karena efek penyalagunaan narkoba bukan saja menghancurkan

diri pengguna narkoba tetapi juga dapat merusak struktur kehidupan masyarakat,

bangsa, dan negara. Perspektif yang sama dikatakan Lickona bahwa salah satu ciri

hancurnya suatu negara yaitu adanya prilaku merusak diri sendiri seperti penyalagunaan

  1 narkoba yang semakin meningkat di suatu negara.

1 Wahyuni Ismail, Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba (Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 7.

  2

  Narkoba dalam hukum Islam adalah bagian dari khamar yang telah dinyatakan

dalam al-Qur’an dan Hadist, ketentuan mengenai khamar dapat diketahui dalam firman

Allah swt QS Al-Maidah/5:90-91

              

             

             Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”

  2 Ayat diatas berbicara mengenai haramnya khamar. Yang dimaksud khamar

dalam Islam boleh jadi setiap cairan ataupun barang yang memiliki akibat yang

sama.

3 Sesuai hadits Rasulullah saw.:

  ٌماَﺮَﺣ ٍﺮَْﲬ ﱡﻞُﻛَو ٌﺮَْﲬ ٍﺮِﻜْﺴُﻣ ﱡﻞُﻛ Artinya : “Setiap yang memabukkan adalah khamer dan setiap khamer adalah haram.”

  (HR. Muslim dan Daruquthi).

  4

  2 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT. Mizan Bunaya Kreativa, 2011), h. 123. 3 Hamzah Hasan, Hukum Pidana Islam 1 (Cet. 1; Makassar: Alauddin University Press, 2014), h.

  85. 4 Abi ‘Abdillah Muhammad bin Isma bin Ibrahim Ibn Bardizbah al-Bukharial-Ja‘fi, Sahih al- Bukhari al-Mukhtasar binaql al-‘Adl, Juz. III (Beirut: Dar Ihya’ al-Turas al-‘Arabi, 2003.), h. 1588.

  3

  Bahwa mengkomsumsi narkoba haram hukumnya, keharaman narkoba di

qiyaskan dengan keharaman minum khamar. Unsur-unsur perusak yang terdapat dalam

khamar terdapat pula dalam narkoba. Karena adanya kesamaan illat inilah yang

menjadikan narkoba haram hukumnya.

  Qiyas, dengan mengambil persamaan illat hukum dari khamar yang sudah jelas

hukumnya dengan narkoba yang merupakan masalah kontemporer yang tidak

5 disebutkan hukumnya dalam al-Qur’an.

  Narkoba memang tidak dijelaskan secara kongkrit dalam al-Qur’an , namun

narkoba termasuk dari khamar karna narkoba dan khamar sama-sama memiliki dampak

buruk jika dikomsumsi secara berlebihan atau disalahgunakan, mengkomsumsi narkoba

dan khamar dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, rasa sakit, serta dapat

mengakibatkan ketergantungan, pengguna narkoba secara terus menerus juga berimbas

kepada menurunnya sistem imunitas tubuh, overdosis, bahkan dapat menyebabkan si

pengguna sampai pada titik kematian.

  Salah satu usaha pemerintah Indonesia adalah mengukuhkan dan membuat

Undang-undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-undang No.35

tahun 2009 tentang Narkotika menggantikan Undang-undang No.22 tahun 1997 tentang

Narkotika. Kedua Undang-undang ini dengan tegas dan jelas memberikan ancaman

hukuman yang berat, bukan hanya kepada penghasil, pengedar narkoba, pedagangan

  6 narkoba tetapi juga pada peyalahguna narkoba.

  Beberapa materi baru dalam Undang – undang nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika menunjukkan adanya upaya-upaya dalam memberikan efek psikologis

kepada masyarakat agar tidak terjerumus dalam tindak pidana narkotika, telah

5 6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Cet. 1; Jakarta: Lentera hati, 2002), h.326 Wahyuni Ismail, Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba , h. 7.

  4

  

ditetapkan ancaman pidana yang lebih berat (hukuman mati), minimum dan maksimum

mengingat tingkat bahaya yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan dan peredaran gelap

  .

  narkoba, sangat mengancam ketahanan keamanan nasional Namun dalam praktiknya, undang-undang tentang narkoba belum terlaksana

secara efektif, sehingga penyalaguna narkoba cenderung mengalami peningkatan dan

yang lebih memprihatinkan yakni semakin banyaknya remaja atau kaum muda yang

terjerat menggunakan narkoba. Berdasarkan data dari BNN Jumlah pengguna narkoba

di Indonesia pada Juni 2015 masih 4,2 juta jiwa, berselang lima bulan (sampai dengan

November 2015) angka itu meningkat signifikan menjadi 5,9 juta jiwa. Ironisnya,

  7 kenaikan 1,7 juta jiwa itu adalah pengguna baru. .

  Dalam kurung waktu 12 tahun terakhir semenjak tahun 2004 sampai dengan

  8

tahun 2016 sekitar 15 terpidana mati kasus narkoba telah dieksekusi mati . Pro-kontra

seputar eksistentsi hukuman mati bagi pelaku narkoba menjadi perbincangan cukup

serius di kalangan ahli hukum, kriminilogi, tokoh agama dan aktifis HAM. Ditengah

kecendrungan dan tren global akan penangguhan (moratorium) hukuman mati, praktek

  9

tersebut justru semakin lazim di terapkan di Indonesia. Meski sering kali menimbulkan

kontroversi dan pertentangan, penjatuhan hukuman mati di Indonesia semakin eksis dan

di benarkan secara yuridis formal.

  Bagi yang setuju, hukuman mati adalah satu bentuk hukuman yang masih

dibutuhkan untuk memberi efek cegah dan metode untuk mengurangi kejahatan, dalam

7 Kompas. “Jumlah Napi Narkotika Bertambah Eksekusi Mati Dinilai Tak Timbulkan Efek Jera” Situs Resmi Kompas. http://nasional.kompas.com/read/2016/05/11/18420951 (27 Juni 2016). 8 Bisnis24. “Ini Daftar Terpidana Mati Di Indonesia Yang Sudah Dieksekusi” Situs Resmi Kabar24. http://kabar24.bisnis.com/read/20150121/16/393285/ini-daftar-terpidana-mati-di-indonesia- yang-sudah-dieksekusi (3 Agustus 2016) 9 Mulya Lubis dkk, Kontroversi Hukuman Mati: Perbedaan Pendapat Hakim Konstitusi (Cet, 1; Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2009), h. 2-4.

  5

  

hal ini Presiden Joko Widodo menegaskan, eksekusi mati perlu dilakukan untuk

  10

memberikan kepastian hukum dan demi mengurangi kejahatan. sedangkan bagi

kalangan yang menolak menganggap bahwa hukuman mati merupakan pembunuhan

yang dilegalkan oleh negara dan hal ini melanggar hak asasi manusia, karena hak hidup

adalah hak dasar yang tidak bisa dikurangi dengan alasan apapun oleh individu apalagi

oleh negara dalam keadaan darurat apapun.

  Alih-alih menemukan titik temu atau kesepahaman, perdebatan seputar teori

pemidanaan, apalagi kasus hukuman mati justru semakin meruncing. Mereka kian

kukuh dengan argumen dan statemennya masing-masing, bahkan cenderung ekstrim.

Disatu sisi muncul kelompok ekstrim yang semakin keras menentang hukuman mati,

sementara disisi yang lain muncul pula kelompok ekstrim yang kian solid

mempertahankan hukuman mati. Dalam konteks Indonesia kelompok ekstrim pertama

terwakili dalam kalangan aktifis HAM dan ahli hukum, sedangkan kelompok ekstrim

kedua di isi oleh penguasa ( pejabat negara ), kelompok agama, dan sebagian lembaga

publik yang menyakini hukuman mati sebagai solusi alternatif penegakan hukum di

11 Indonesia.

  Perdebatan tidak akan berujung tuntas, mengingat dalam konteks demokratisasi

hukum, yang menitikberatkan pada permufakatan hukum melalui jalur demokrasi yang

disepakati bersama, bahwa hukuman mati bagi pelaku narkoba sudah lama diputuskan

eksistensinya dan cukup kuat pengadopsiannya dalam perundang-undangan negara

Indonesia., akan tetapi dalam konteks lain hukuman mati tidak memberikan dampak

10 Kompas.“Menurut Jokowi, Eksekusi Mati Harus Dilaksanakan untuk Kepastian Hukum” Situs

  

Resmi Kompas. http://nasional.kompas.com/read/2016/07/26/15030031/Menurut.Jokowi.Eksekusi.Mati.H

arus.Dilaksanakn.untuk.Kepastian.Hukum (1 Agustus 2016). 11 Badan Pekerja Kontras, “Praktik Hukuman Mati di Indonesia”. Situs Resmi Kontras.

http://www.kontras.org/hmati/data/Working%20Paper-Hukuman-Mati-di-Indonesia.pdf (1 Agustus2016)

  6

  

yang sangat efektif dalam menanggulangi peredaraan narkoba, ini terbukti dari Jumlah

pengguna narkoba di Indonesia meningkat signifikan menjadi 5,9 juta jiwa. Ironisnya,

kenaikan 1,7 juta jiwa itu adalah pengguna baru, padahal pemerintah telah melakukan

eksekusi mati terhadap pengedar narkoba, atas dasar itu pemerintah harus mengkaji

ulang hukuman mati terhadap pelaku kasus narkoba.

  Dari uraian di atas maka penulis berinisiatif untuk meneliti lebih lanjut dan akan

menuangkan dalam tugas akhir (skripsi) dengan judul “ Tinjauan Yuridis tentang

Hukuman Mati bagi Pelaku Kasus Narkoba Perspektif Hukum Nasional dan

Hukum Islam”

  7

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan

pokok masalah sebagai berikut: Bagaimana hukum nasional dan hukum Islam

memandang hukuman mati terhadap pelaku kasus narkoba? Berdasarkan pokok masalah

tersebut, dirumuskan sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aturan hukum bagi pelaku tindak pidana narkoba di Indonesia ?

  

2. Bagaimanakah bentuk penjatuhan hukuman terhadap pelaku kasus narkoba dalam

hukum Islam ?

  

3. Bagaimanakah efektifitas hukuman mati dalam menanggulangi peredaran narkoba di

indonesia ?

C. Pengertian Judul

  Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam mendefenisikan dan

memahami permasalahan ini, maka akan dipaparkan beberapa pengertian variabel yang

telah dikemukakan dalam penulisan judul. Adapuan variable yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

  

1. Tinjauan Yuridis Menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah mempelajari dengan

cermat, memeriksa (untuk memahami), pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki,

  12 mempelajari, dan sebagainya). Menurut Kamus Hukum, kata yuridis berasal dari

  13 kata Yuridisch yang berarti menurut hukum atau dari segi hukum. Dapat disimpulkan tinjauan yuridis berarti mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami), suatu pandangan atau pendapat dari segi hukum.

  12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1470 13 M. Marwan Dkk, Kamus Hukum (Cet, 1; Surabaya: Reality Publisher, 2009), h. 651

  8

  

2. Hukuman Mati adalah hukuman pokok yang dilakukan dengan menghilangkan

nyawa orang yang dihukum atau pidana pokok yang dilaksanakan dengan jalan 14 mengantung terpidana, di tembak suatu regu penembak atau dengan kursi listrik.

  

3. Narkoba adalah akronim daripada kata Narkotika, Psikotropika, dan Obat Berbahaya

lainnya. Narkoba mempunyai banyak macam, bentuk, warna dan pengaruh terhadap tubuh dan fisik, narkoba juga memiliki banyak persamaan, salah satunya adalah sifat ketergantungan didalam zat narkotika tersebut. Istilah narkoba juga muncul sekitar tahun 1998 karena pada saat itu banyak terjadi penggunaan zat termasuk narkotika dan obat-obatan adiktif yang terlarang. Istilah ini digunakan untuk memudahkan orang berkomunikasi tanpa menyebutkan istilah yang tergolong panjang yaitu

  15 Narkotika, Psikotropika dan Obat Berbahaya lainnya.

  

4. Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah

Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan

  16 mengikat untuk semua umat yang beragama Islam. Menurut penyusun dalam hal ini hukum Islam diperuntuhkan kepada semua ummat yang beragama Islam sebagai batasan-batasan ataupun petunjuk dalam bertingkah laku menjalani kehidupannya serta sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah Allah swt dan Rasul-Nya.

D. Kajian Pustaka

  Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa literatur yang dijadikan acuan dasar, antara lain:

  14 15 M. Marwan Dkk, Kamus Hukum, h. 274. 16 Wahyuni Ismail, Remaja dan Penyalahgunaan, h. 143.

  Mardani, Hukum Islam ( Cet. 2; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 4.

  9

  

1. Marwan Mas, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum, dalam buku ini membahas

mengenai pengertian pengantar ilmu hukum, asas-asas hukum, sistem hukum dan teori-teori ilmu hukum serta membahas beberapa hal penting mengenai berbagai perubahan undang-undang dan perkembangan dunia hukum,

  

2. Wahyuni Ismail, dalam bukunya Remaja dan Penyalagunaan Narkoba, dalam buku

ini membahas mengenai penyalahgunaan narkoba yang sangat mudah dan leluasa masuk ke dalam kehidupan remaja Indonesia, hal-hal mengenai narkoba, jenis- jenisnya, faktor-faktor penyebab dan efek dari penyalagunaan narkoba serta membahas mengenai ketentuan hukum tentang narkoba baik dalam hal landasan hukum, dan sanksi-sanksi pidananya. Beliau juga menjelaskan bahwa masalah narkoba aka berkelanjutan terus jika pusat penghasil narkoba yakni kawasan segitiga emas (Golden Triangle) dan bulan sabit (Golden Crescent) masih menghasilkan

  17 narkoba.

  

3. Abdul Jalil Salam, dalam bukunya Polemik Hukuman Mati di Indonesia. Dalam buku

ini menjelaskan mengenai perbandingan atau pergulatan wacana hukuman mati antara hukum Islam dengan UU HAM serta menjelaskan bahwa eksistensi dan implementasi hukuman mati berangkat dari hasil serangkaian proses demokratisasi hukum. Dalam hal ini penulis dalam penelitiannya memberi jawaban atas pertanyaan mengenai mengapa hukuman mati masih tetap langgeng dan terus eksis ditengah perdebatan dua kutub yakni mempertahankan (Retentiinist) hukuman mati atau

  18 penghapusan (Abolisionist ) hukuman mati.

  

4. M. Marwan dkk dalam bukunya Kamus Hukum berisikan rangkuman istilah dan

perngertian dalam hukum internasional, hukum pidana, hukum perdata, hukum islam, 17 18 Wahyuni Ismail, Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba, h. 3.

  Abdul Jalil Salam, Polemik Hukuman Mati di Indonesia (Cet. 1; Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010), h. 319.

  10

  hukum perburuan, hukum agraria, hukum administrasi negara, hukum pajak dan hukum lingkungan.

  19

  

5. Hamzah Hasan, dalam bukunya Hukum Pidana Islam 1 . Dalam buku ini

menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Jinayah (hukum pidana) mulai dari asas legalitasnya, bentuk-bentuk tindak pidana serta pertanggung jawaban pidana menurut hukum Islam. Dalam buku ini pula membahas mengenai hukuman dari tindak pidana hukum Islam baik dasar, tujuan, syarat-syarat, serta macam- macam hukuman bagi pelaku jarimah.

  

6. Mahrus Ali, dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pidana, dalam buku ini beliau

memaparkan mengenai hal-hal dasar dari hukum pidana nasional sebelum dan Pasca kemerdekaan, serta membahas mengenai sejarah perkembangan hukum pidana Indonesia yang merupakan peninggalan kolonial belanda dengan karakternya yang tertulis (written law).

20 E. Metodologi Penelitian

  Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf

keilmuan. Penelitian merupakan aktivitas menelaah suatu masalah dengan

menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk untuk menemukan

pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya (objektif dan sahih) mengenai dunia

alam dan dunia sosial, penelitian dimaknai sebagai sebuah proses mengamati fenomena

secara mendalam dari dimensi yang berbeda. Penelitian adalah proses sebuah ketika

seseorang mengamati fenomena secara mendalam dan mengumpulkan data dan

kemudian menarik beberapa kesimpulan dari data tersebut.

  21 Metodologi merupakan 19 M. Marwan Dkk, Kamus Hukum (Cet, 1; Surabaya: Reality Publisher, 2009), h. 1. 20 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana (Cet. 3; Jakarta: Sinar Grafika, 2015), h. 20. 21 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Cet. 1; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 8.

  11

  

sistem panduan untuk memecahkan persoalan dengan komponen spesifikasinya adalah

bentuk, tugas, metode, teknik dan alat. Dengan demikian, metodologi penelitian adalah

sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu

disiplin ilmu.

  1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian

kepustakaan yang disebut pula dengan istilah Library Research yaitu penelitian yang

menekankan sumber informasinya dari buku-buku hukum, kitab undang-undang hukum

pidana (KUHP), kitab fikih, jurnal dan literatur yang berkaitan atau relevan dengan

objek kajian.

  2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu pendekatan

normatif, artinya berupaya mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau

  22 kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang.

  

Dalam hal ini hukum yang dikonsepkan tersebut mengacu pada dalil-dalil al-Qur’an dan

hadis sebagai dasar hukum yang berlaku dalam hukum Islam serta Kitab Undang-

undang Hukum Pidana serta Undang-undang yang terkait sebagai hukum nasional yang

berlaku di Indonesia.

  3. Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan sumber data Sekunder yang berasal dari

literatur-literatur bacaan antara lain dari kitab-kitab, buku bacaan, naskah sejarah,

sumber bacaan media massa maupun sumber bacaan lainnya.

22 Abdul kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Cet. 1; Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004), h. 52.

  12

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

  a. Pengolahan Data Pengolahan data dapat diartikan sebagai rangkaian proses mengelola data yang diperoleh kemudian diartikan dan diinterpretasikan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian. Metode pengolahan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1) Identifikasi data adalah pengenalan dan pengelompokan data sesuai dengan judul skripsi yang memiliki hubungan yang relevan. Data yang diambil adalah data yang berhubungan dengan fakta terkait dengan tindak pidana narkoba dalam hukum nasional dan hukum Islam yaitu landasan pemidanaan dalam kasus narkoba. 2) Reduksi data adalah kegiatan memilih dan memilah data yang relevan dengan pembahasan agar pembuatan dan penulisan skripsi menjadi efektif dan mudah untuk dipahami oleh para pembaca serta tidak berputar-putar dalam membahas suatu masalah. 3) Editing data yaitu proses pemeriksaan data hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui relevansi (hubungan) dan keabsahan data yang akan dideskripsikan dalam menemukan jawaban pokok permasalahan. Hal ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan data yang berkualitas dan faktual sesuai dengan literatur yang didapatkan dari sumber bacaan.

  b. Analisis Data Teknik analisis data bertujuan untuk menguraikan dan memecahkan masalah berdasarkan data yang diperoleh. Analisis yang digunakan yaitu analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

  13

  satuan yang dapat dikelolah, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kembali dengan data-data yang berasal dari literatur bacaan.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu: a. Untuk mengetahui aturan hukum yang berlaku di Indonesia bagi pelaku kasus narkoba.

  b. Untuk mengetahui bentuk hukuman bagi pelaku kasus narkoba dalam hukum Islam.

  c. Untuk mengetahui efektifitas dari hukuman mati dalam menanggulangi peredaran narkoba di Indonesia