RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

BAB VI
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
6.1

Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu setiap warga
negara harus mempunyai akses untuk memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera,
berbudaya, dan berkeadilan sosial. Dalam rangka mendukung upaya mewujudkan
permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial tersebut,
dirumuskan beberapa program, yang dalam pelaksanaannya harus diselenggarakan secara
bersinergi. Dalam konteks itulah, Rencana program investasi sektor pengembangan
permukiman di Kota Bengkulu perlu dirumuskan.
6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
6.1.1.1 Arahan Kebijakan

Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman dirumuskan
berdasarkan berbagai pertimbangan. Secara struktural, kebijakan dan strategi nasional
penyelenggaraan perumahan dan permukiman dirumuskan atas 3 (tiga) aspek utama yaitu;
kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman.
Sedangkan strategi untuk melaksanakan kebijakan dirumuskan agar substansi strategis dari
masing-masing kebijakan dapat diwujudkan secara signifikan. Selengkapnya tentang
rumusan kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan permukiman adalah:
1.

Kebijakan dan strategi (1)
Kebijakan (1) : Melembagakan

sistem

penyelenggaraan

perumahan

dan


permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama.
Strategi (1)

: Pengembangan peraturan perundang-undangan dan pemantapan

kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta fasilitasi pelaksanaan
penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisipatif, melalui
strategi operasional sebagai berikut :
1). Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan perundangundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman, yang meliputi :
Undang-undang dan peraturan pemerintah, serta
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-1

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM


Pedoman, standar dan petunjuk teknis di bidang perumahan dan permukiman,
serta bangunan gedung dan lingkungan.
2). Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan responsif
di lingkungan kelembagaan meliputi :
Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota),
Badan Usaha (BUMN, BUMD, Swasta),
Masyarakat (orang dan kelompok atau perkumpulan).
2.

Kebijakan dan strategi (2)
Kebijakan (2) : Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan (papan) bagi seluruh
lapisan masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia.
Strategi (2) : Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan
menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, melalui
strategi operasional sebagai berikut :
1). Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (pasar
primer dan pasar sekunder), yang meliputi :
Peningkatan kualitas pasar primer, seperti melalui penyederhanaan perijinan
pembangunan perumahan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian
kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan perundangundangan terkait, seperti tentang hak tanggungan dan pertanahan.

Pelembagaan pasar sekunder, seperti melalui upaya-upaya pelembagaan SMF
(Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, kustodian,
lembaga pelayanan dokumentasi kredit; dan pemantapan lembaga sita
jaminan.
2). Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu kepada keswadayaan
masyarakat, yang meliputi :
Pelembagaan pembangunan perumahan yang bertumpu pada kelompok
masyarakat (P2BPK).
Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan masyarakat.
Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya.
Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-2

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019


RPI2-JM

3). Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, yang meliputi :
Pengembangan pengaturan subsidi perumahan.
Pengembangan subsidi pembiayaan perumahan.
Pengembangan subsidi prasarana dan sarana dasar perumahan.
4). Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, yang meliputi :
Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan
hidup produktif.
Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya.
Penyediaan prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin.
Pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna dan pengembangan
kewirausahaan, serta keterampilan pendukung lainnya.
5). Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam
dan kerusuhan sosial, yang meliputi :
Penanganan tanggap darurat.
Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar
perumahan dan permukiman.
Pemukiman kembali pengungsi.
6). Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, yang meliputi :

Pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara.
Pengelolaan asset bangunan gedung dan rumah negara.
3.

Kebijakan dan strategi (3)
Kebijakan (3) : Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutanguna

mendukung

pengembangan

jatidiri,

kemandirian,

dan

produktivitasmasyarakat.
Strategi (3)


: Perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang sehat, aman,

harmonis dan berkelanjutan, melalui strategi operasional sebagai berikut :
1). Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan
permukim-an kumuh di perkotaan dan daerah pesisir/nelayan, yang meliputi :
Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh.
Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa

(rusunawa) di perkotaan.
2). Pengembangan

penyediaan

prasarana

dan

sarana

dasar

permukiman,

yang meliputi :
Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun
(Lisiba).
Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri.
3). Penerapan tata lingkungan permukiman, yang meliputi :

Pelembagaan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
permukiman di daerah,
Pelestarian bangunan

yang dilindungi

dan lingkungan permukiman

tradisional,
Revitalisasi lingkungan permukiman strategis,
Pengembangan penataan lingkungan permukiman dan pemantapan standar
pelayanan minimal lingkungan permukiman.
Kebijakan dan strategi pengembangan permukiman tersebut di atas adalah merupakan
norma-norma penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Namun dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan perumahan dan permukiman berdasarkan karakteristiknya dapat
dibedakan menjadi dua kategori kawasan permukiman yaitu :
 Kawasan Perkotaan, secara fungsional diartikan sebagai tempat terkonsentrasinya
sejumlah penuduk dengan berbagai aktivitasnya, biasanya dicirikan oleh kegiatan jasa
dan perdagangan. Karakteristik umum dari kawasan perkotaan ini, secara hirarkis
diperlihatkan oleh adanya besaran penduduk dan sejumlah prasarana dan sarana.
Makin tinggi jumlah penduduk, prasarana dan sarana yang terkonsentrasi pada suatu

tempat/lokasi, maka akan memperlihatkan karakteristik perkotaannya.
 Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan konsentrasi penduduk, prasarana dan
sarana yang relaif rendah.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-4

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Meningat peran strategis perkotaan, yaitu sebagai mesin pertumbuhan (engine of grouth),
dalam penyelenggaraan permukiman perkotaan, pemerintah secara nasional merumuskan
suatu kebijakan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP – Kota)

Kebijakan

Strategi

Pemantapan peran dan fungsi
kota dalam pembangunan
nasional

Penyiapan prasarana dan sarana perkotaan nasional.
Kota sebagai simpul pelayanan dalam wilayah.
Pengembangan kota-kota berfungsi nasional/internasional.
Pengembangan kota-kota khusus – berkembang cepat dan kawasan tertinggal.
Panduan bagi daerah untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

Pengembangan permukiman
yang layak huni sejahtera,
berbudaya, dan berkeadilan
sosial

Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang memadai dan berkeadilan.
Perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau.
Pengembangan pendanaan dan penyediaan tanah bagi pembangunan
permukiman secara partisipatif.
Pengembangan ekonomi yang berdaya saing global.
Penciptaan iklim kehidupan sosial budaya yang saling menghargai, mendukung,
serta mengapresiasi budaya dan warisannya.

Peningkatan kapasitas
manajemen pembangunan
perkotaan

Peningkatan kapasitas SDM & kelembagaan pusat/daerah dalam pengelolaan
pembangunan perkotaan.
Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah.
Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan stakeholders dalam pembangunan
perkotaan. Sistem informasi perkotaan secara nasional dan daerah.

Selaras dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan perkotaan tersebut, dalam
hal pembangunannya, kawasan permukiman baik di perkotaan maupun diperdesaan
ditujukan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai tempat hunian dalam rangka peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
b. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang proporsional
c. menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang
lainnya.
d. menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan
permukiman;
e. mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan
yang telah ada di dalam atau di sekitarnya.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-5

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Berdasarkan uraian tersebut di atas, strategi program pengembangan kawasan
permukiman, diarahkan dalam rangka mewujudkan tujuan sebagai berikut:
1.

Pengembangan dan implementasi produk pengaturan tentang pengembangan
permukiman perkotaan.

2.

Pemantapan dan peningkatan pemahaman dan kemampuan aparat pemerintah daerah
dalam pelaksanaan pengembangan permukiman perkotaan (pembangunan baru dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh)

3.

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan (permukiman baru dan esksiting)
yang berwawasan lingkungan dan mengutamakan keberpihakan bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah dalam mendapatkan pelayanan infrastruktur

4.

Pengembangan

kawasan

permukiman

perdesaan

yang

dapat

meningkatkan

kesejahteraan kehidupan social dan ekonomi masyarakat perdesaan.
6.1.1.2 Lingkup Kegiatan
Dalam rangka merealisasikan kebijakan dan strategi pengembangan permukiman
sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu, rumuskan sasaran program pengembangan
kawasan permukiman adalah sebagai berikut:
Tersedianya produk pengaturan bidang pengembangan permukiman sebagai acuan
pelaksanaan pengembangan permukiman baru dan atau penataan kawasan
permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan.
Terpenuhinya pelayanan infrastruktur yang memadai bagi kawasan per-mukiman
perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan.
Terciptanya aparat pemerintah daerah yang handal dalam pengembangan permukiman
perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan di wilayahnya.
Sasaran program tersebut dijabarkan dalam bentuk kegiatan pengembangan perumahan
dan permukiman sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada Gambar VI.1.
Lingkup kegiatan pengembangan perumahan dan permukiman tersebut dilakukan dalam
rangka meingkatkan kualitas kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan serta kawasan
perbatasan dan atau kawasan khusus untuk mencapai kondisi sosisal ekonomi masyarakat
yang lebih baik. Karena itu disetiap Kabupaten/Kota perlu diidentifikasi kebutuhan
pengembangan dalam bentuk kegiatan/proyek sebagai berikut:

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-6

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019
1.

RPI2-JM

Pengembangan Permukiman Baru
Perkotaan : Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun
(Lisiba) Berdiri Sendiri serta kawasan permukiman baru lainnya
Perdesaan : Kawasan Terpadu Mandiri (KTM), Agropolitan-Minapolitan,
kawasan perbatasan.
Gambar VI.1
Lingkup Kegiatan Pengembangan Permukiman
Pengembangan
Permukiman
Kumuh
Peningkatan
Kualitas
Permukiman
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Perkotaan

PNPM
Perkotaan Plus
Pengembangan
Permukiman Baru

RSH/TNI Polri
Pengembangan
Agropolitan/
Minapolitan

Pembangunan
Permukiman
Pengembangan
Perdesaan
Potensial
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Perdesaan

Pembangunan
Perbatasan/Pulau
Kecil
Pengembangan
KSK PISEW

Penanganan
Perdesaan
Tertinggal

2.

Pembangunan
Rusunawa

Pem Infrastruktur
Perdesaan
(PPIO/RIS

Peningkatan Kualitas Permukiman
Perkotaan : peremajaan, pemugaran, pemeliharaan berkelanjutan
Perdesaan : desa tertinggal, terisolir, terpencil, dll

3.

Penanggulangan Bencana Alam, Rehabiltasi dan Rekontruksi Pasca Bencana Alam .

4.

Pembangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa)
Pembangunan Rusunawa merupakan bagian dari penanganan kawasan permukiman
kumuh perkotaan dengan peremajaan. Pemerintah Daerah bertanggung jawab didalam
pemanfaatan, pengelolaan dan penghunian.
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-7

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019
5.

RPI2-JM

Penyediaan Prasarana dan Sarana pada kawasan Agropolitan-Minapolitan
Meningkatkan pembangunan infrastruktur pada kawasan agropolitan-minapolitan
untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis di kawasan agropolitanminapolitan.

6.

Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan Permukiman.

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
6.1.2.1 Isu Strategis
Terminologi Kawasan Permukiman (UU No.4 Tahun 1992) adalah kawasan yang
diperuntukan bagi permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
Berdasarakan pengertian tersebut, permukiman dibentuk oleh 5 elemen dasar yaitu:
lingkungan hidup/alam (nature), kelompok rumah (shells), dan prasarana, sarana serta
utilitas (network), dan melibatkan adanya jalinan ekonomi, sosial, politik dan budaya yang
terkait dengan perikehidupan dan penghidupan (man and society) di dalamnya. Karena itu
maka pengembangan kawasan permukiman merupakan manifestasi dari rencana tata ruang
yang mengatur mengenai kawasan lindung dan kawasan budidaya serta pengembangan tata
ruang. Dalam konteks ini, fungsi ruang wilayah yang termasuk kategori kawasan
permukiman adalah ruang wilayah yang dimungkinkan untuk pengembangan lingkungan
hunian di dalam kawasan budidaya. Oleh karenanya istilah Perumahan dan Permukiman
dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam hal pembangunannya,
kawasan perumahan dan permukiman ditujukan untuk :
f. Memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai tempat hunian dalam rangka peningkatan
dan pemerataan kesejahteraan Masyarakat.
g. memberikan arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
proporsional
h. menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang
lainnya.
i. menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan
permukiman;

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-8

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

j. mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan
yang telah ada di dalam atau di sekitarnya
Dalam manifestasinya, pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan menjadi dua
kategori yaitu :
 Permukiman Perkotaan, secara fungsional diartikan sebagai tempat terkonsentrasinya
sejumlah penuduk dengan berbagai aktivitasnya, biasanya dicirikan oleh kegiatan jasa
dan perdagangan. Karakteristik umum dari kawasan perkotaan ini, secara hirarkis
diperlihatkan oleh adanya besaran penduduk dan sejumlah prasarana dan sarana. Makin
tinggi jumlah penduduk, prasarana dan sarana yang terkonsentrasi pada suatu
tempat/lokasi, maka akan memperlihatkan karakteristik perkotaannya.
 Permukiman Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan konsentrasi penduduk, prasarana dan
sarana yang relaif rendah.
Berdasarkan uraian tersebut maka, isu strategis pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman secara umum adalah:
1.

Alokasi ruang yang tidak sesuai dengan fungsi yang ditetapkan, sebagai implikasi dari
pasar tanah dan pasar perumahan yang cenderung mempengaruhi tata ruang.

2.

Terjadi kesenjangan pelayanan dan perbedaan peluang antar pelaku pembangunan
perumahan dan permukiman, khususnya bagi kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) dan terjadinya disparitas kesejahteraan antar wilayah dan golongan.

3.

Terjadi konflik kepentingan, berupa kebijakan yang memihak kepada kepentingan
suatu kelompok, serta belum sepenuhnya keberpihakan untuk kepentingan masyarakat
setempat.

4.

Beberapa persoalan lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman, yang
umumnya muncul karena dipicu oleh:
a. tingginya tingkat urbanisasi dan industrialisasi,
b. kurang terkendalinya dampak pemanfaatan sumber daya dan teknologi,
c. kelangkaan prasarana, sarana, dan utilias umum,
d. ketidakmampuan memelihara dan memperbaiki lingkungan permukiman, secara
fisik maupun fungsional,
e. rendahnya kualitas permukiman baik fungsional, lingkungan, maupun visual
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6-9

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

f. Penurunan kondisi dan kualitas lingkungan (degradasi lingkungan)
5.

Isu manajemen pembangunan, yang umumnya karena dipengaruhi oleh:
a. keterbatasan kinerja tata pemerintahan di seluruh tingkatan, yang berdampak pada
lemahnya implementasi kebijakan yang telah ditetapkan,
b. inkonsistensi di dalam pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman,
c. munculnya dampak negatif terhadap lingkungan,
d. terjadinya proses marjinalisasi sektor lokal oleh sektor nasional dan global, yang
berdampak potensial terhadap meningkatnya kemiskinan serta terbatasnya peluang
usaha bagi komunitas informal setempat.

Adapun isu spesifik yang perlu diantisipasi terkait dengan perkembangan Perumahan dan
Permukiman adalah:
1.

Urbanisasi di daerah yang tumbuh cepat, perlu diakomodasi agar tidak berimplikasi
luas.

2.

Perkembangan tak terkendali dari daerah yang memiliki potensi untuk tumbuh,
memunculkan gejala terjadinya/terbentuknya kawasan kumuh.

3. Marjinalisasi Sektor Lokal oleh sektor nasional dan global, karenanya harus ada
keberpihakan, yang diwujudkan dalam bentuk fungsi-fungsi kegiatan tradisional/lokal.
4.

Isu tersebut juga menjadi lebih berkembang dikaitkan dengan belum diterapkannya
secara optimal pencapaian standar pelayanan minimal perumahan dan permukiman
yang berbasis indeks pembangunan berkelanjutan di masing-masing daerah.

6.1.2.2 Kondisi Eksisting
Mengingat keterbatasan data dan informasi yang terkait dengan kawasan permukiman,
baik pada kawasan perkotaan maupun perdesaan, maka dalam penyajian profil
pembangunan permukiman kali ini akan disajikan secara ilustratif dengan merujuk pada
titik (node) dari lokasi desa/kelurahan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bengkulu Selatan, struktur
ruang yang ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 6.2.. Dari tabel tersebut terlihat bahwa
Kota Manna merupakan Kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Perkotaan, yang
secara administrasi meliputi tiga kecamatan, yaitu: Kecamatan Kota Manna, Kecamatan
Pasar Manna dan Kecamatan Manna.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 10

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

A. Permukiman Perkotaan
Profil pembangunan permukiman perkotaan yang akan disajikan pada bagian ini
adalah menyangkut kondisi eksisting kawasan perumahan dan permukiman dengan
berbagai tipologinya yang ada saat ini. Adapun batasan/limitasi kawasan perkotaan
yang akan dikaji didasarkan pada deliniasi kawasan perkotaan yang diindikasikan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Tabel 6.2
Arahan Fungsi Kawasan di Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan
No

1.

2.

3.

Ibukota Kecamatan

Manna
(Kecamatan Kota Manna)

Pasar Bawah
(Kecamatan Pasar Manna)

Kayu Kunyit
(Kecamatan Manna)

Hirarki Fungsi

PKW

PKW

PKW

`4.
Masat
(Kecamatan Pino)

PKL

Pasar Baru
(Kecamatan Seginim)

PKL

5.

6.

Pasar Pino
(Kecamatan Pino Raya)

PKL

Fungsi Utama






Pusat Pemerintahan
Pusat Perdagangan dan jasa
Pusat Pelayanan Pendidikan ,Kesehatan.
Permukiman perkotaan
Industri Pengolahan hasil Pertanian dan Rumah
Tangga
 Pertambangan Batu Hias





Pariwisata
Permukiman perkotaan
Pengembangan sub sektor Perikanan
Industri pengolahan hasil Pertanian dan Rumah
Tangga







Permukiman perkotaan
Pertambangan (golongan c)
Perkebunan dan sub sektor pertanian
Pariwisata
Indutri pertanian dan pengolahan rumah tangga.
























Pusat Agro Industri
Pusat Agropolitan
Perkebunan
Pertanian
Permukiman perdeesaan
Pertambangan
Pertanian
Perkebunan
Kawasan Hutan Konservasi
Perternakan
Pertambangan
Pariwisata
Permukiman perdesaa
Pertambangan Golongan C
Pertanian
Agroindustri
Perkebunan
Perikanan
Pertambangan
Peternakan
Permukiman pedesaan
Pertambangan Golongan C

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 11

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019
No

Ibukota Kecamatan

Hirarki Fungsi

7.

Simpang Pino
(Kecamatan Ulu Pino)

PPK

8.

Lubuk Ladung
(Kecamatan Kedurang Ilir)

PPK

9.

Gindo Suli
(Kecamatan Bunga Mas)

PPL

10.

Tanjung Negara
(Kecamatan Kedurang)

PPL

11.

Suka Negeri
(Kecamatan Air Nipis)

PPL

RPI2-JM

Fungsi Utama













Perkebunan
Pariwisata buatan
Industri pengolahan hasil pertanian
Permukiman pedesaan
Pertambangan Golongan C
Pertanian
Perkebunan
Kawasan hutan konservasi
Peternakan
Perikanan darat
Permukiman pedesaan
Pertambangan








Peternakan
Perikanan darat
Pertanian tanaman pangan
Perkebunan
Permukiman pedesaan
Pertambangan
















Perkebunan
Kehutanan
Pertanian
Perikanan darat
Permukiman pedesaan
Pertambangan
Perkebunan
Pertanian
Perikanan
Peternakan
Kehutanan
Permukiman pedesaan
Pertambangan Galian C
Pertambangan

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bengkulu Selatan, kawasan yang dideliniasi sebagai
Kawasan Perkotaan adalah Kota Manna yang secara administrasi meliputi tiga
kecamatan yaitu: Kecamatan Kota Manna, Kecamatan Pasar Manna dan Kecamatan
Manna. Kota Manna ini adalah merupakan satu-satunya Kawasan Perkotaan, yang
secara fungsional kawasan tersebut cukup menonjol, yang ditandai oleh makin
beragam dan intensifnya pemanfaatan ruang menurut masing-masing kegiatan. Secara
administratif, wilayah yang dideliniasi sebagai Kawasan Perkotaan dapat dilihat pada
Gambar VI.2 dan Tabel 6.3.
B. Permukiman Perdesaan

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 12

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Pengertian Kawasan Perdesaan (rural area) adalah kawasan yang mempunyai jenis
kegiatan yang paling dominan adalah pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya
alam. Adapun Kegiatan Permukiman, yang dalam hal ini adalah permukiman
perdesaan adalah merupakan kegiatan fungsional yang bersifat terselip pada kawasan
perdesaan (koeksistensi), termasuk pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 13

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI
INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA
KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Gambar VI.2 Peta Deliniasi Kawasan Perkotaan
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 14

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Tabel 6.3
Jumlah Penduduk dan KK Desa/Kelurahan Yang Dideliniasi Sebagai Kawasan
Perkotaan Di Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Kecamatan

Desa/Kelurahan

Pagar Dewa
Padang Niur
Tebat Kubu
Gelumbang
Gunung Ayu
Kecamatan Kota
Kota Medan
Manna
Kampung Baru
Pasar Baru
Padang Berangin
Ibul
Padang Kapuk
Jumlah
Batu Kuning
Batu Lambang
Tanjung Mulia
Pasar Mulia
Kecamatan Pasar
Belakang Gedung
Manna
Gunung Sesir
Padang Sialang
Ketapang Besar
Pasar Bawah
Jumlah
Tanjung Raman
Tanjung Besar
Manggul
Terulung
Ketaping
Lubuk Sirih Ulu
Lubuk Sirih Ilir
Kayu Kunyit
Kota Padang
Kecamatan Manna
Melao
Gunung Sakti
Jeranglah Rendah
Jeranglah Tinggi
Kembang Ayu
Tambangan
Padang Manis
Padang Pandan
Gunung Kembang
Jumlah
TOTAL PENDUDUK KAWASAN
PERKOTAAN

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
1.988
837
1.197
1.232
2.413
9.420
1.833
5.659
343
4.826
4.375
34.123
661
1.211
4.429
1.910
1.124
1.316
2.354
3.330
3.193
19.528
632
681
455
742
1.615
380
871
1.873
680
473
618
914
1.416
433
1.491
572
1.002
794
15.642
69.293

Jumlah
KK

Keterangan

505
206
297
309
603
2.326
473
1.447
86
1.164
1.065
8.483
177
295
1.063
478
296
342
619
842 Kawasan
752 Perkotaan
4.864 (Kota Manna)
185
167
124
179
436
100
207
456
173
121
139
213
336
116
329
154
296
209
3.920
17.267

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 15

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Dengan telah dideliniasinya Kawasan Perkotaan maka, kawasan permukiman di luar
kawasan perkotaan adalah merupakan kawasan perdesaan. Secara administratif,
wilayah yang termasuk Kawasan Perdesaan dapat diperlihatkan seperti pada Tabel
6.4. Didalam RTRW, ditetapkan Kawasan Permukiman yang mempunyai peran
sebagai Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah: Simpang Pino;
Tanjung Negara; Suka Negeri; Pasar Baru – Seginim; Masat; Pasar Pino; Gindo Suli
dan Lubuk Ladung. Secara administratif, Desa/Kelurahan tersebut adalah merupakan
Kota Ibukota Kecamatan.
Mengingat penetapan kawasan tersebut belum didasarkan atas pertimbangan
aksesibilitas dan potensi andalan maka, dalam pengembangannya masih perlu
pengkajian, terutama dalam hal penetapan klaster kawasan pengembangan yang
didukung oleh basis andalan pada masing-masing klaster kawasan.
Dalam upaya pengembangan kawasan perdesaan, karena permukiman bersifat
koeksistensi maka, pendekatan yang digunakan adalah pengembangan perdesaan
terpadu (Integrated rural development). Secara konsepsional, model yang dapat dipilih
dalam penerapan pengembangan perdesaan terpadu adalah:
1) Model pengembangan Agropolitan, yaitu model pengembangan perdesaan
terpadu yang didasarkan pada kegiatan basis yang menjadi andalannya adalah
Pertanian (Agro),. Spesifik komoditasnya berdasarkan kegiatan yang telah
berkembang dan didukung oleh daya dukung lahan yang memadai.
Secara konsepsional, Agropolitan adalah merupakan model pengembangan
wilayah perdesaan yang dikembangkan berdasarkan sistem wilayah, dimana
kehadiran Simpul/Pusat pelayan, yang dalam konsep ini dimaknai sebagai Kota
Pertanian, diharapkan mampu berperan dalam mendorong perkembangan daerah
belakang/hinterlandnya. Dalam hal pemilihan simpul/pusat pelayanan, dipilih
lokasi yang bersifat strategis dalam memberikan pelayanan. Lokasi terpih tersebut
adalah merupakan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D).

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 16

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Tabel 6.4
Jumlah Penduduk dan KK Desa/Kelurahan Yang Dideliniasi Sebagai Kawasan
Perdesaan Di Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Kecamatan

Kecamatan Kedurang

Kecamatan Seginim

Desa/Kelurahan
Batu Ampar
Rantau Sialang
Bumi Agung
Palak Siring
Keban Agung I
Keban Agung II
Tanjung Alam
Tanjung Negara
Keban Agung III
Sukananti
Muara Tiga
Tanjung Besar
Pajar Bulan
Durian Sebatang
Lawang Agung
Nanti Agung
Karang Agung
Lubuk Resam
Muara Tiga Ilir

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

Jumlah KK

701
509
465
916
1.129
692
809
462
409
476
696
407
656
1.258
1.351
458
799
597
403

176
126
122
236
286
162
186
128
100
125
183
106
161
322
371
133
183
134
98

Jumlah
Padang Lebar
Sukaraja
Tanjung Menang
Darat Sawah Ilir
Kota Agung
Babatan Ilir
Babatan Ulu
Muara Danau
Gunung Ayu
Muara Pulutan
Kota Bumi Baru
Sindang Bulan
Muara Payang
Durian Seginim
Banding Agung
Pajar Bulan
Dusun Tengah
Padang Siring
Pasar Baru
Darat Sawah Ulu
Tanjung Agung
Dusun Baru

13.193
416
841
666
2.609
524
562
809
517
685
1.259
866
639
1.215
1.598
736
625
708
709
1.105
1.018
545
553

3.358
109
193
155
553
132
137
188
131
153
293
194
155
283
355
174
148
156
164
250
259
156
152

Jumlah

19.205

4.490

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

Keterangan

PPL (KTP2D)

6 - 17

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Lanjutan Tabel 6.4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kecamatan

Kecamatan Pino

Desa/Kelurahan
Tanjung Aur I
Anggut
Tanjung Eran
Padang Lebar
Gedung Agung
Batu Bandung
Ulak Lebar
Kota Bumi
Masat
Air Umban
Sebilo
Ganjuh
Puding
Padang Tambak
Padang Mumpo
Beringin Datar
Jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Kecamatan Pino Raya

Selali
Air Kemang
Pasar Pino
Tanggo Raso
Talang Padang
Tungkal I
Tungkal II
Bandung Ayu
Napal Melintang
Serang Bulan
Suka Bandung
Pagar Gading
Cinto Mandi
Kembang Seri
Karang Cayo
Tanjung Aur II
Nanjungan
Kemang Manis
Padang Beriang
Padang Serasan
Talang Dalam
Jumlah

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)

Jumlah KK

1.005
536
884
1.056
888
516
1.555
294
1.437
962
467
552
937
384
622
521

269
152
240
302
240
141
445
84
159
283
138
131
255
102
174
152

12.616

3.475

1.643
824
1.989
1.089
719
1.011
596
987
575
553
710
1.180
431
882
1.103
1.210
1.913
802
1.197
829
543
20.786

Keterangan

PKL

434
231
521 PPL (KTP2D)
280
189
273
161
248
150
135
194
353
132
227
306
334
542
217
336
225
137
5.625

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 18

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Lanjutan Tabel 6.4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kecamatan

Desa/Kelurahan

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
573
651
282
361
733
550
438
511
263
1.309
2.084
672

123
139
80
100
171
134
110
123
64
310
531
158

8.427

2.043

1.080
1.029
1.854
1.585
1.965
1.405
1.135
463
245
710

284
248
481
403
506
383
306
122
74
182

11.471

2.989

Batu Panco
Batu Kuning
Bandar Agung
Merambung
Simpang Pino
Talang Tinggi
Keban Jati
Lubuk Tapi
Kayu Ajaran
Air Tenam

207
776
1.243
717
1.003
978
912
1.031
1.042
183

59
225
358
192
247
280
235
289
284
44

Jumlah
Tumbuk Tebing
Gunung Kayo
Gindo Suli
Tang Indah
Kuripan
Padang Nibung
Tanjung Tebat
Padang Jawi
Tanjung Aur
Padang Burnai

8.092
1.109
543
984
797
493
537
744
983
574
548

2.213
307
132
230
214
131
150
182
250
145
137

Jumlah

7.312

1.878

TOTAL PENDUDUK & KK DI KAWASAN
PERDESAAN

170.395

43.338

Kecamatan Kedurang Ilir

Karang Caya
Betungan
Pagar Banyu
Nanjungan
Sukarmi
Padang Bindu
Penindaian
Limus
Sukaraja
Lubuk Ladung
Air Sulau
Sukajaya
Jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kecamatan Air Nipis

Keban Jati
Tanjung Beringin
Sukanegeri
Sukarami
Palak Bengkerung
Sukamaju
Pino Baru
Penandingan
Sukabandung
Maras
Jumlah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jumlah KK

Kecamatan Ulu Manna

Kecamatan Bunga Mas

Keterangan

PPL (KTP2D)

PPL (KTP2D)

PPL (KTP2D)

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Tahun 2012

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 19

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

2) Model pengembangan Minapolitan, yaitu model pengembangan perdesaan
terpadu yang didasarkan pada kegiatan basis yang menjadi andalannya adalah
Perikanan (Mina), baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Oleh
karena itu spesifik kegiatan didasarkan pada kegiatan yang telah berkembang dan
didukung oleh sumberdaya yang memungkinkan untuk pengembangan perikanan.
Secara konsepsional, Minapolitan ini relatif sama dengan Agropolitan.
Perbedaannya hanya pada kegiatan andalannya saja.
3) Model Pengembangan Kawasan Andalan Terpadu, yaitu model pengembangan
perdesaan terpadu yang basis kegiatan andalannya relative beragam. Misalnya ada
Pertanian, ada perikanan, ada pariwisata dan lainnya. Berbagai kegiatan andalan
yang dimiliki tersebut, dikembangkan secara terpadu. Keterpaduan yang
dimaksud adalah merupakan upaya mengintegrasikan sistem wilayah yang
mempunyai beragam andalan, yang secara kumulatif saling mendukung dan
bersinergis.
6.1.2.3 Permasalahan dan Tantangan
A. Permasalahan Permukiman Perkotaan
Pertumbuhan suatu kota dicikan oleh adanya intensitas pemanfaatan ruang, yang
semakin intensif seiring dengan perkembangan penduduk beserta dinamika sosial dan
ekonominya. Sejalan dengan hal tersebut, kebutuhan perumahan dengan sejumlah
sarana dan prasarananya juga akan mengalami peningkatan. Apabila tingkat
pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan penyediaan kebutuhan perumahan dan
permukiman, maka akan memicu timbulnya gejala berkembangnya kawasan hunian
yang tidak/kurang layak huni beserta permasalahan-permasalahan ikutannya.
Persoalan ini perlu diantisipasi sejak dini agar tidak makin meluas.
Atas dasar itu, terdapat tiga faktor utama yang perlu diantisipasi dalam kaitannya
dengan pengembangan permukiman perkotaan, yaitu :
1) Secara fungsional, kualitas perumahan dan permukiman makin tidak sesuai
dengan standar pelayanan menurut skala kawasan yang ditetapkan, baik sebagai
kawasan perumahan maupun sebagai kawasan permukiman yang berkelanjutan/
lestari.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 20

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

2) Secara fisik lingkungan, akan memicu berkembangnya kawasan perumahan dan
permukiman yang melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan. Selain
dari itu juga akan menimbulkan dampak ketidak saling terkaitannya dengan skala
kawasan yang lebih luas, serta masalah keterpaduannya dengan sistem prasarana
dan sarana.
3) Secara visual wujud lingkungan, akan terdapat kecenderungan yang kurang positif
yang ditandai oleh munculnya gejala perkembangan kawasan perumahan dan
permukiman menjadi tidak teratur, kurang berjati diri, dan kurang memperhatikan
nilai-nilai kontekstual sesuai sosial budaya setempat, serta nilai-nilai arsitektural
yang baik dan benar.
Dalam konteks kebijakan pengembangan permukiman, peran pemenrintah yang sangat
diperlukan adalah dalam rangka pengendalian dan keterpaduan prasarana kawasan,
yang secara fungsional mempunyai fungsi yang berbeda, yaitu :


Fungsi pelayanan; yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan dengan
mengarahkan pembangunan prasarana untuk melayani kawasan-kawasan yang
sudah berkembang atau kawasan-kawasan yang sudah ditetapkan untuk
dikembangkan



Fungsi mengarahkan pembangunan; yang menekankan pada upaya untuk
mengarahkan pengembangan pada kawasan tertentu.

Masalah keterpaduan prasarana menjadi sangat penting karena pengembangan
prasarana yang berkembang sendiri-sendiri akan cenderung menimbulkan berbagai
persoalan inefisiensi, khususnya dalam pemanfaatan sumber daya, penciptaan biaya
dampak serta potensi penurunan kualitas lingkungan.
Terkait dengan permasalahan tersebut, dalam penanganan, seharusnya Pemerintah
Kab./Kota mempunyai instrument yang dapat dijadikan rujukan dalam pengendalian.
Terkait dengan penyediaan infrastruktur, dalam hal ini pada kawasan perkotaan,
instrument yang diinisiasi oleh Direktorat Cipta Karya adalah Rencana Pengembangan
dan Pembangunan Kawasan Permukiman Perkotaan (RP2KP), sebagai pengganti dari
Strategi Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), dan
Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP).

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 21

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

B. Permasalahan Permukiman Perdesaan
Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahwa, kawasan permukiman perdesaan
bersifat terselip/koeksistensi dengan kegiatan pertanian, maka dalam pengembangannya, kawasan permukiman perdesaan ini tidak dapat dilepaskan dari upaya
pengembangan pertanian. Karena itu dalam penyediaan infrastrukturnya perlu
memperhatikan sistem wilayah. Dalam kenyataannya, penyediaan infrastruktur pada
kawasan perdesaan seringkali dipadang dalam pengertian sempit, yaitu hanya sebatas
unit-unit perumahan saja, sehingga infrastruktur yang dibangun bersifat parsial.
Sebagai konsekuensinya pembangunan yang dilakukan tidak menyelesaikan masalah
secara tuntas.
Penomena

yang

disinyalir

tersebut

dapat

dicontohkan

seperti

pelaksanaan

pembangunan Penyediaan Air Bersih non PDAM, bila hanya dipandang penyediaan
air bersih pada unit-unit permukiman di perdesaan yang umumnya terdiri dari clasterclaster kecil, maka dalam penyediaannya hanya SPAM skala kecil. Pada hal clasterclaster permukiman yang dimaksud tersebut dapat diintegrasikan dengan SPAM IKK.
Contoh kasus semacam inilah yang mendasari bahwa penyediaan air minum di
Kabupaten/kota harus diawali dengan perencanaan Rencana Induk Sistem Penyediaan
Air Minum (RI SPAM). Melalui RI SPAM, diharapkan dalam penetapan skala
prioritasnya didasari oleh pertimbangan orientasi pembangunan Kabupaten/Kota.
6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Tuntutan pembangunan dan pengembangan perumahan akan mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitasnya. Karena itu
dalam penyediaannya, didasarkan atas asumsi bahwa idealnya setiap KK mempunyai
rumah, yang luas lahan minimum untuk layak huni adalah; 51,0 M²/orang, yang
dikonversikan dalam bentuk luas versil/kavling menurut tiga tipe yaitu:
400 m2 untuk tipe besar;
300 m2 untuk tipe sedang;
150 m2 untuk tipe kecil.
Tipe rumah tersebut hanya dimungkinkan untuk pengadaan perumahan yang dilakukan
oleh developer. Melalui ketentuan tersebut, intervensi pemerintah dalam hal penyediaan
infrastruktur dapat dilakukan.

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 22

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Berdasarkan pola penyediaan perumahan, terdapat dua pola pengadaan yaitu; penyediaan
yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat dan penyediaan yang dilakukan oleh
developer/pengembang. Terkait dengan pola pengadaan perumahan tersebut, pola
penyediaan infrastrukturnya juga berbeda.
Penyediaan Oleh Masyarakat.
Dalam pelaksanaannya, pengadaan perumahan dapat juga dilakukan secara mandiri
oleh masyarakat sendiri. Namun demikian agar secara fungsional kawasan perumahan
tetap mengindahkan kaidah-kaidah penataan, selain harus mempunyai ketegasan
dalam pengendalian penataan ruang, pemerintah juga diharapkan mengambil peran
aktif secara langsung. Peran aktif yang dimaksud, disamping dalam rangka
pengendalian pertumbuhan kota, juga ikut

berpartisipasi dalam membantu

memudahkan masyarakat dalam pengadaan rumah.
Pola penyediaan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat ini karena memang
pengadaan perumahan merupakan beban dan tanggung jawab masyarakat secara
mandiri. Sedangkan peran pemerintah hanya bersifat memberikan kemudahan atau
regulasi dan penyediaan infrastruktur secara komunal.
Mengingat beban pembiayaan pengadaan rumah secara ekonomi membutuhkan
pembiayaan yang relatif besar maka, pengadaan rumah yang dapat dilakukan secara
mandiri ini hanya dapat dilakukan oleh Masyarakat yang termasuk kategori mampu.
Sedangkan Masyarakat miskin mempunyai kesulitan dalam hal pengadaannya.
Bagi masyarakat yang termasuk kategori mampu, relatif lebih mudah dalam hal
memilih lokasi kawasan permukiman. Biasanya, kelompok masyarakat yang secara
ekonomi termasuk kategori mampu, memilih lokasi kawasan permukiman yang telah
didukung oleh infrastruktur yang memadai. Sedangkan masyarakat miskin justru
sebaliknya, mereka kesulitan dalam hal memilih lokasi yang telah didukung oleh
infrastruktur yang memadai. Akibatnya, masyarakat miskin ini dalam pengadaan
perumahan, biasanya memilih lahan yang relatif murah yang biasanya berjauhan dari
permukiman yang telah berkembang. Penomena inilah yang menyebakan fungsi
kawasan perumahan di dalam kawasan perkotaan, dalam perkembangannya seringkali
bersipat melompat (sciping) atau tidak menempel pada kawasan perumahan yang telah

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 23

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

ada, sehingga, kurung didukung oleh infrastruktur yang memadai . Gejala ini Nampak
terlihat pada kawasan-kawasan pingiran kota.
Penyediaan Oleh Developer
Pengadaan perumahan oleh developer ini terkait dengan suplay dan diman. Karena
tingginya permintaan (diman) akan perumahan, kehadiran developer sebagai penyedia
(suplay) menjadi pilihan bagi masyarakat dalam membantu pengadaan perumahan.
Namun demikian, kehadiran developer ini mempunyai motif ekonomi, sehingga nilai
jual rumah seringkali hanya mampu dijangkau oleh Masyarakat yang mempunyai
penghasilan relative tinggi.. Terkait dengan hal ini, sebagai regulator, Pemerintah
penetakpan kebijakan yang mengatur tentang komposisi pengadaan perumahan yang
dilakukan oleh developer, yaitu komposisi 1 : 3 : 6. Yaitu pengaturan pengadaan
perumahan 1 Tipe Besar; 3 Tipe Sedang dan 6 Tipe Kecil. Pengaturan ini dimaksudkan
agar pihak developer tetap menyediakan perumahan yang mampu dijangkau oleh
masyarakat yang berpenghasilan kecil. Melalui kebijakan semacam ini, pemerintah
dapat membantu dalam hal penyediaan infrastrukturnya.
Sebagaimana yang dijelaskan terdahulu, bahwa kehadiran developer dalam pengadaan
perumahan lebih didasari oleh motif ekonomi, yaitu mencari keuntungan. Dalam
kaitan ini biasanya developer memilih kawasan yang nilai lahannya relatif murah.
Biasanya relatif berjauhan atau tidak menempel pada kawasan permukiman yang telah
ada. Karena itu, dukungan pemerintah tetap diperlukan, terutama dalam hal penyediaan
infrastruktur pada kawasan perumahan yang dibangun oleh developer, sepanjang
mematuhi kebijakan tentang komposisi pengadaan yang dimaksud terdahulu.
6.1.3.1 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Perkotaan
Dalam rangka pengembangan permukiman, agar perkembangan permukiman kedepan
dapat sesuai dengan yang diharapkan, perlu upaya pengendalian. Secara fisik,
perkembangan permukiman diarahkan agar tetap menempel (contiguous) dengan
permukiman yang telah ada. Hal ini diperlukan agar stadia perkembangan tetap selaras
dengan orientasi pelayanan sarana dan prasarana yang ada.
Permasalahan secara umum pada kawasan perkotaan Kota Manna ini antara lain adalah :
1. Sebagai kota utama yang menjadi satu-satunya orientasi pelayanan di Wilayah
Kabupaten Bengkulu Selatan, Kota Manna ini mempunyai daya tarik cukup kuat bagi
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 24

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

daerah hinterlannya. Sebagai orientasi pelayanan, kedudukan kota akan sangat strategis
dalam mendorong pertumbuhan wilayah. Penomena perkembangan yang akan terjadi
akan berimplikasi cukup luas.
2. Pemanfaatan ruang wilayah (kawasan perkotaan) akan semakin intensif, yang dalam
konteks ini sangat diperlukan pengendalian. Instrumen pengendalian adalah berupa
Rencana Tata Ruang, yang secara lebih teknis adalah berupa Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL).
3. Penyediaan infrastruktur pada kawasan yang diperkirakan akan makin intensif tersebut,
perlu mempertimbangkan unsur keterpaduannya dengan faktor internal dan juga
eksternal sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu.
4. Keterpadauan faktor-faktor internal adalah upaya untuk mensinergiskan pengembangan
infrastruktur. Misalnya, penyediaan ornament semisalnya lampu jalan, harus diawali
dengan pembangunan Taman, yang prasyaratnya adalah harus tersedia Masterplan dan
DED Ruang Terbuka Hijau (RTH).
5. Keterpadauan faktor-faktor eksternal adalah upaya untuk pengembangan infrastruktur
menurut kerangka sistem. Misalnya, pembangunan Drainase Sekunder dan Tersier,
harus diawali dengan pembangunan Drainase Primer, yang prasyaratnya adalah harus
tersedia Masterplan dan DED Drainase Skala Kota atau Kawasan.
6. Pertimbangan factor-faktor internal dan juga eksternal, didasarkan atas orientasi
pengembangan kota yang didesign dan ditetapkan oleh kebijakan tata ruang yang lebih
atas.
Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu tentang penetapan fungsi wilayah, yang
dalam pengelolaannya, kawasan perkotaan ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi dan
perannya sebagai pusat pelayanan bagi daerah belakang (hinterland). Dalam pengelolaan,
kawasan perkotaan (urban area), akan berkenaan dengan 3 (tiga) aspek utama kawasan
perkotaan, yaitu: fungsi (function), bentuk (form), dan ukuran (size). Tiga aspek utama
yang terkait dengan pengelolaan Kawasan Perkotaan akan diuraikan sebagai berikut.
1. Fungsi Kawasan Perkotaan, secara umum terdapat 4 (empat) fungsi dasar yaitu:
1) Sebagai pusat pelayanan wilayah belakang (hinterland services)
Fungsi ini dimanisfestasikan dalam bentuk orientasi pelayanan seperti; kegiatan
pemasaran produksi, distribusi barang-barang kebutuhan, pelayanan sosial dan jasa,

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 25

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

administrasi pemerintahan, dan sebagainya. Sebagai pusat pelayanan, telah
ditetapkan hirarkinya yaitu: Pusat Kegiatan Wilayah yaitu Kota Manna.
2) Komunikasi perhubungan antar wilayah (interregional communication)
Fungsi ini termanifestasikan dalam bentuk kegiatan pengumpulan barang produksi
untuk diangkut ke daerah lain, serta kegiatan pengangkutan orang yang akan
bergerak ke daerah lain. Terkait dengan fungsi ini, kawasan perkotaan didukung
oleh infrastruktur jaringan transportasi wilayah dan didukung oleh prasarana
terminal. RTRW Kabupaten Bengkulu Selatan menetapkan Kota Manna sebagai
fungsi komunikasi perhubungan antar wilayah.
3) Industri pengolahan/manufaktur (goods processing/manufacturing)
Fungsi ini diperlihatkan oleh adanya kegiatan industri pengolahan bahan baku dari
(hinterland) atau manufaktur yang didukung oleh fasilitas, prasarana dan jasa bisnis
pada simpul perkotaan tersebut.
4) Sub-pusat permukiman (residential sub-center)
Fungsi ini diperlihatkan oleh adanya sub-pusat-pusat di pinggir atau sekitar kota
yang berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat yang berkegiatan di dalam
kawasan perkotaan. Munculnya sub-pusat permukiman yang dimaksud, merupakan
gejala perkembangan fisik yang mencerminkan perkembangan kota pada tingkat
yang lebih besar. Fungsi ini (sub pusat permukiman) merupakan penekanan
penyediaan infrastruktur yang akan dilakukan oleh Bidang Cipta Karya.
2. Bentuk Kawasan Perkotaan, sangat ditentukan oleh kondisi fisik wilayah, yang
dalam pengelolaannya terkait dengan Bentuk Kota, yaitu : memanjang (linier), kotakkotak (grid), pita (ribbon), dan konsentrik (concentric). Salah satu bentuk dasar
kawasan perkotaan tersebut akan mengawali perkembangan kota pada tahap
selanjutnya.
Bentuk Kota Manna saat ini telah mulai bergeser ke arah Bentuk Konsentrik, yang
semula diawali oleh bentuk Linier.
3. Ukuran Kawasan Perkotaan (size), yang sering digunakan adalah jumlah penduduk
dan luas kawasan.
Jumlah penduduk dan luas kawasan kota-kota yang ada di Kabupaten Bengkulu
Selatan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 |

6 - 26

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
JANGKA MENENGAH
BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

RPI2-JM

Kota Manna, adalah kawasan perkotaan yang termasuk klasifikasi kota kecil yang
bergeser menuju kota sedang. Terhadap Kota Manna ini perlu disusun Strategi
Pengembangan Pembangunan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang terintegrasi
dengan Rencana Detail Tata Ruang Kotanya.
Desa/Kelurahan yang saat ini ditetapkan menjadi ibukota kecamatan adalah
merupakan kawasan permukiman yang bergeser dan mencirikan karakterstik
perkotaan, seperti: Kayu Kunyit, Gindo Suli, Suka Negeri, Masat, Simpang Pino
dan Pasar Pino..
Berdasarkan fungsi dasar tersebut, bentuk pengelolaan kawasan perkotaan di Kabupaten
Bengkulu Selatan yang perlu dikendalikan antara lain :
1) Fungsi utama kawasan adalah permukiman perkotaan dengan segala sarana dan
prasarana

yang memungkinkan kehidupan

dan penghidupan dapat

berjalan

sebagaimana yang diharapkan.
2) Kegiatan perekonomian yang dikembangkan adalah: industri pengolahan dan
manufaktur, perdagangan dan jasa.
3) Pengembangan kegiatan dan penyediaan sarana dan prasarana yang akan dilakukan di
dalam kawasan perkotaan harus diselaraskan dengan hirarki kota yang telah ditetapkan
sebagai PKW
4) Penyediaan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kota Manna disesuaikan dengan
fungsi dan peran serta jangkauan pelayanan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
5) Pengendalian perkembangan fisik kawasan agar selalu tetap membentuk pola yang
menempel (contiguous), yang diperlukan