Sintesis turunan arilamida-1 dan uji aktivitas in vitro terhadap Enzim Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) sebagai kandidat anti-kanker payudara - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SINTESIS TURUNAN ARILAMIDA-1 DAN UJI AKTIVITAS IN VITRO
TERHADAP ENZIM MATRIX METALLOPROTEINASE-9 (MMP-9)
SEBAGAI KANDIDAT ANTI-KANKER PAYUDARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Yohanes Krisna Wisnumurti
NIM: 158114093

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SINTESIS TURUNAN ARILAMIDA-1 DAN UJI AKTIVITAS IN VITRO
TERHADAP ENZIM MATRIX METALLOPROTEINASE-9 (MMP-9)
SEBAGAI KANDIDAT ANTI-KANKER PAYUDARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Yohanes Krisna Wisnumurti
NIM: 158114093

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019


i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha
dengan keras adalah kemenangan yang hakiki”
~Mahatma Gandhi~

Mengucap syukurlah

dalam segala hal, sebab
itulah yang dikehendaki
Allah di dalam Kristus
Yesus bagi kamu.
(1Tes.5:18)

Karya ini saya persembahkan kepada,
Tuhan Yesus Kristus
Bapak dan Ibu Tercinta
Sahabat-sahabat Tersayang
dan Almamater Universitas Sanata Dharma

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat serta cinta kasih-Nya, skripsi yang berjudul “Sintesis Turunan
Arilamida-1 dan Uji Aktivitas In Vitro terhadap Enzim Matrix Metalloproteinase9 (MMP-9) sebagai Kandidat Anti-kanker Payudara” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Maywan
Hariono, Ph.D., Apt. yang didanai oleh Indonesia Toray Science Foundation
2017/2018 dengan judul “Synthesis, Enzymatic Assay, and Molecular Modelling
of Purin Derivatives Targeting Hemopexin Domain of Matrix Metalloproteinase9 (PEX-9) in the Discovery of Novel Anti-Breast Cancer”. Skripsi ini disusun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi (S. Farm) di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyelesaian naskah skrispi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,
baik langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis hendak
menyampaikan ungkapan terima kasih pada kesempatan ini. Ungkapan terima
kasih ini disampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Maywan Hariono, Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah membimbing tim penelitian dengan sabar, selalu memberikan
semangat, dukungan, motivasi, kritik dan saran dari awal hingga akhir
penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. dan Ibu Dr. Erna Tri Wulandari,
M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Albertus Hartoyo dan Ibu Margaretha Wartini yang selalu
memberikan doa, motivasi, semangat dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Mas Dimas dan Mbak Dessy serta keponakan tersayang Eloquentia yang
selalu memberikan doa, semangat dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Kelompok penelitian “Skripsi Analog” Kevin, Wisnu, Ervan, Aldo, dan
Sangga yang senantiasa bekerja sama dan selalu merasakan suka-duka

bersama selama mengerjakan penelitian ini.
7. Sahabat-sahabatku di Farmasi “Dolan Squad” Wisnu, Aldo, Retha, Bulin,
Inge, dan MasRud selalu memberikan dukungan selama kuliah di Farmasi.
8. Temen-temen Drug Discovery Research Group yang selalu mendukung
dan terima kasih atas kerjasamanya selama ini serta Divisi Penelitian dan
Pengembangan BEMF Farmasi 2018 yang mendukung kegiatan grup kami.
9. Pak Parlan, Mas Kunto, Pak Wagiran, dan Mas Bimo yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian.
10. Lacto-B (Vincent, Wanda, Tiqoh, Midi, Iva, dan Reni) yang selalu ada
sejak SMA untuk bermain, belajar, bercanda bersama. Semoga
persahabatan kita akan tetap terjalin selamanya dan sukses untuk kita
semua.
11. Teman-teman FSM C 2015 serta Farmasi Angkatan 2015 yang telah
memberikan banyak kenangan dalam masa perkuliahan.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mendukung dalam penyelesaian penyusunan naskah ini.
Penulis menyadari bahwa naskah penelitan ini masih jauh dalam
kesempurnaan dan masih memiliki banyak kekurangan. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun naskah penelitian agar
dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.


Yogyakarta, 30 Januari 2019

Penulis

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................
PRAKATA ..................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................
ABSTRACT ..................................................................................................
PENDAHULUAN ......................................................................................
METODE PENELITIAN ............................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
KESIMPULAN ...........................................................................................
SARAN .......................................................................................................
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................

ix

i
ii
iii
iv
v

vi
vii
ix
x
xi
xii
xiii
xiv
1
3
6
16
16
16
17
20
26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


DAFTAR TABEL
Tabel I.
Tabel II.
Tabel III.
Tabel IV.

Hasil Uji Kelarutan Senyawa Turunan Arilamida-1 ................
Hasil spektrum 1H-NMR senyawa turunan arilamida-1 ..........
Hasil spektrum 13C-NMR senyawa turunan arilamida-1 .........
Hasil uji in vitro........................................................................

x

8
9
12
16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur senyawa 2 (Dufour, et al. 2011) ..............................
Gambar 2. Struktur senyawa 3c (Alford, et al. 2017) .............................
Gambar 3. Struktur senyawa turunan arilamida-1 ...................................
Gambar 4. Reaksi SNA sulfanilamida dan 3-bromopropionil klorida .....
Gambar 5. Hasil spektrum 1H-NMR senyawa turunan arilamida-1 ........
Gambar 6. Hasil spektrum 13C-NMR senyawa turunan arilamida-1 .......
Gambar 7. Hasil spektrum inframerah senyawa turunan arilamida-1 .....
Gambar 8. Spektrum inframerah sulfanilamida.......................................
Gambar 9. Kromatogram hasil GC senyawa turunan arilamida-1 ..........
Gambar 10. Hasil spektrum massa senyawa turunan arilamida-1 .............

xi

2
3
3
7
9
12
13
13
14
14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tahap sintesis senyawa turunan arilamida-1 .......................
Lampiran 2. Hasil sintesis senyawa turunan arilamida-1 ........................
Lampiran 3. Hasil KLT sintesis senyawa turunan arilamida-1 ................
Lampiran 4. Mekanisme reaksi sulfanilamida dengan DAB-HCl ...........
Lampiran 5. Hasil uji DAB-HCl ..............................................................
Lampiran 6. Perhitungan bahan dan rendemen .......................................
Lampiran 7. Perbesaran sinyal 2,87 ppm dan 3,00 ppm ..........................
Lampiran 8. Perbesaran sinyal 3,74 ppm dan 3,88 ppm ..........................
Lampiran 9. Perbesaran sinyal 7,75 dan 7,76 ppm serta 7,26 ppm .........
Lampiran 10. Mekanisme penataan ulang dan fragmentasi senyawa ........
Lampiran 11. Rancangan 96-microwell plate ............................................

xii

19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Ekspresi MMP-9 yang tinggi berkorelasi dengan tingkat keparahan
kanker payudara pada jenis triple-negative dan HER2 positif. Beberapa senyawa
sudah dilaporkan sebagai MMP inhibitors sebagai anti-kanker. Namun, MMP
inhibitors tersebut gagal pada uji klinis karena menunjukkan efek samping yang
merugikan. Penelitian ini telah mensintesis turunan arilamida-1 sebagai
penghambat MMP-9 yang dirancang lebih selektif dengan menghambat
hemopexin domain MMP-9 (PEX-9). Sintesis dilakukan dengan mereaksikan
sulfanilamida dan 3-bromopropionil klorida menggunakan katalisator piridin
melalui reaksi substitusi nukleofilik asil (SNA). Senyawa hasil sintesis dilakukan
uji organoleptis, titik lebur, kelarutan, dan DAB-HCl. Produk yang terbentuk
berupa serbuk berwarna putih yang larut dalam DMSO. Titik lebur senyawa hasil
sintesis 222-235oC dan menunjukkan hasil negatif pada uji DAB-HCl memastikan
bahwa gugus amina primer sudah tersubstitusi. Struktur hasil sintesis dielusidasi
dengan FTIR, 1H-NMR dan 13C-NMR, serta GC-MS. Hasil elusidasi struktur
dengan FTIR menunjukkan gugus fungsi C=O amida pada 1589 cm-1. Proton
etilen terletak pada geseran kimia 2-4 ppm berdasarkan 1H-NMR dan 10-60 ppm
pada 13C-NMR, serta hasil GC-MS yang memastikan bobot molekul senyawa
hasil sintesis dengan m/z 307. Uji in vitro dengan fluorogenic assay terhadap
MMP-9 menunjukkan persentase penghambatan sebesar 13% pada konsentrasi
200 µg/mL yang berasosiasi pada aktivitas yang rendah pada arilamida-1 sebagai
penghambat MMP-9.
Kata Kunci: turunan arilamida-1, kanker payudara, MMP-9, PEX-9, uji in vitro

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
MMP-9 expression was highly correlated with triple-negative and HER2
breast cancer. Some compounds have been reported as MMP inhibitors, however,
most of them fail in clinical trials due to the adverse side effects. This is because
the drugs are designed to target catalytic domains that are structurally similar to
all MMPs, so that they are not specific. This study synthesized arylamide-1
derivative which is designed to be selective to hemopexin MMP-9 (PEX-9). This
was carried out by reacting sulfanilamide and 3-bromopropionyl chloride using
pyridine as the catalyst through acyl nucleophilic substitution. Synthesized
compound were carried out by an organoleptic test, melting point, solubility, and
DAB-HCl. The product was determined its physical appearance as a white powder
which is soluble in DMSO. The melting point is 222-253ºC and negatively
reacting with DAB-HCl confirming the substituted primary amine group at
sulfanilamide. Structure elucidation using FTIR indicates the presence of carbonyl
group at 1589 cm-1. The ethylene proton is assigned using 1H-NMR which is
showed at 2-4 ppm whereas its carbon appears at 10-60 ppm based on 13C-NMR.
The molecular weight of the product is confirmed using GC-MS showing m/z 307.
The in vitro fluorogenic assay is applied to determine the inhibition of MMP-9 by
arylamide-1. The results show 13% of inhibition of MMP-9 at 200 µg/mL
associating with a low activity of arylamide-1 as an MMP-9 inhibitor.
Keyword: arylamide-1 derivative, breast cancer, MMP-9, PEX-9, in vitro test

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Pada tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru mengenai kanker di seluruh
dunia yang dilaporkan oleh WHO. Kanker merupakan penyakit kedua paling
banyak yang menyebabkan kematian, dan di kalangan wanita, kanker payudara
mempunyai angka kejadian paling tinggi (WHO, 2018). Pada tahun 2013, kanker
serviks dan kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi
tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 0,8% dan 0,5% (Kementrian Kesehatan RI,
2016).
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak normal disebabkan adanya mutasi gen yang menghasilkan potensi replikasi
sel tidak terbatas serta ketidakmampuan sistem imun dalam menghancurkan sel
kanker. Sel kanker akan bermigrasi ke bagian tubuh lain yang jauh dari daerah
asalnya dan proses ini disebut dengan metastasis. Tahap metastasis inilah penyebab
utama kematian akibat kanker (Pecorino, 2012).
Proses metastasis melibatkan enzim matrix metalloproteinase (MMP)
yang merupakan golongan protease yang memiliki fungsi mendegradasi komponen
dari matriks ekstraseluler (ECM). Selain itu, enzim ini juga berperan dalam
beberapa proses seluler termasuk proliferasi, angiogenesis, migrasi, pertahanan
tubuh, dan invasi sel kanker (Dufour et al., 2010). Menurut Yousef et al. (2014),
enzim matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) diekspresikan dalam jumlah yang
lebih banyak pada sel kanker payudara dibandingkan pada sel payudara normal.
Ekspresi MMP-9 yang tinggi berkorelasi dengan tingkat keparahan kanker
payudara terutama pada jenis triple-negative dan HER2 positif.
MMP berperan penting dalam perkembangan kanker sehingga telah
dirancang beberapa obat yang bersifat menghambat MMP (MMP inhibitors)
sebagai terapi kanker. Namun, hampir semua obat tersebut gagal saat uji klinis
karena tidak selektif terhadap satu jenis MMP sehingga menimbulkan efek samping
yang tidak diinginkan. Salah satu contohnya yaitu marimastat yang menyebabkan
inflamasi dan nyeri muskuloskeletal (Cathcart et al., 2015). Semua kelompok MMP
memiliki kemiripan struktur yang terdiri dari pro-peptide region, catalytic domain,
dan hemopexin domain (Bauvois, 2011). Catalytic domain mempunyai kemiripan

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

asam amino yang tinggi (43-65%) pada semua MMP, sedangkan hemopexin
domain hanya mempunyai kemiripan sebanyak 25-35% (Dufour et al., 2011).
Kurang efektifnya MMP inhibitors diduga karena obat-obat tersebut dirancang
dengan menargetkan catalytic domain yang secara struktural mirip pada semua
jenis MMP sehingga bersifat tidak spesifik (Vandenbroucke dan Libert, 2014).
Studi mengenai hemopexin domain pada MMP-9 (PEX-9) masih
diperlukan untuk pengembangan senyawa-senyawa yang lebih selektif karena
mempunyai peran penting dalam proses migrasi sel dengan pembentukan dimer
PEX-9. Pembentukan dimer akan mengubah konformasi dan potensi elektrostatik
PEX-9 sehingga dapat berinteraksi dengan CD44 (salah satu onkogenik) yang akan
mengaktivasi epidermal growth factor receptor (EGFR) untuk melakukan sinyal
transduksi yang memerintahkan sel bermigrasi dan bermetastasis (Dufour et al.,
2010). Salah satu studi tersebut dilakukan oleh Dufour et al. (2011) yang
menemukan lima senyawa aktif berdasarkan penapisan virtual dengan metode
molecular docking. Senyawa

yang paling aktif adalah

CID135415473

(www.pubchem.ncbi.nlm.nih.gov) atau dinamakan senyawa 2 dengan Kd = 2,2 μM.
Struktur senyawa tersebut relatif sederhana untuk disintesis sehingga dapat
dikembangkan lebih lanjut sebagai inhibitor yang selektif terhadap hemopexin
MMP-9. Aktivitas senyawa tersebut diduga karena memiliki cincin planar yang
berinteraksi dengan kantung aktif pada struktur blade PEX-9 yang dihubungkan
oleh rantai alkil yang memberikan efek fleksibel bagi cincin arilamida untuk
berinteraksi di permukaan kantung aktif. Alford et al. (2017) juga telah menemukan
14 senyawa aktif dan selektif terhadap hemopexin MMP-9 yang dilatarbelakangi
penelitian Dufour et al. (2011). Hasil penelitian Alford et al. (2017) menunjukkan
senyawa yang paling aktif adalah senyawa 3c dengan Kd = 320 nM.
Gugus arilamida

Cincin planar

Rantai alkil

Gambar 1. Struktur senyawa 2 (Dufour, et al. 2011) dengan
ditunjukkan gugus fungsi yang penting
2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gugus arilamida

Rantai alkil

Cincin planar

Gambar 2. Struktur senyawa 3c (Alford, et al. 2017) dengan
ditunjukkan gugus fungsi yang penting
Pada penelitian ini telah disintesis fragmen dari senyawa 2 dengan
mengambil sebagian farmakofor yaitu gugus arilamida dan rantai alkil dengan
tambahan gugus sulfonamida pada posisi para cincin arilamida. Struktur senyawa
turunan arilamida-1 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gugus
sulfonamida

Gugus arilamida

Rantai alkil

Gambar 3. Struktur senyawa turunan arilamida-1dan ditunjukkan kemiripan
gugus fungsinya dengan senyawa 2 dengan tambahan gugus sulfonamida
Senyawa turunan arilamida-1 disintesis dari sulfanilamida dan 3bromopropionil klorida dengan katalisator piridin melalui reaksi substitusi
nukleofilik asil (SNA). Setelah dipastikan strukturnya kemudian dilakukan uji in
vitro melalui fluorogenic assay untuk mengetahui aktivitas penghambatannya
terhadap MMP-9. Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah senyawa
penghambat MMP-9 yang aktif sebagai kandidat obat kanker payudara.
METODE PENELITIAN
Bahan
Semua bahan kimia yang digunakan bermutu analisis yang disuplai oleh
Sigma Aldrich dan Merck. Bahan utama yang digunakan untuk sintesis adalah
sulfanilamida (4-aminobenzenesulfonamide), 3-bromopropionil klorida, piridin,

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

plat kromatografi lapis tipis (KLT) silika gel GF254, n-heksana, etil asetat,
dimetilaminobenzaldehid HCl (DAB-HCl), dan akuades. Bahan untuk elusidasi
struktur yaitu pellet kalium bromida untuk FTIR dan pelarut DMSO-d6 pro analisis
untuk NMR. Bahan untuk uji in vitro yaitu kit enzim MMP-9 terdiri dari enzim
MMP-9 terliofilisasi, substrat peptida, dapar, peptida NNGH sebagai kontrol
positif, gliserol untuk mengencerkan enzim, dan dimetilsulfoksida sebagai pelarut
sampel.
Alat
Timbangan analitik (Mettler Toledo®), pompa vakum (GAST model
DOA-P504-BN), dan oven (Memmert GmbH+Co.KG), labu alas bulat (pyrex),
lempeng panas, pengaduk magnetik, alat uji titik lebur (Mettler Toledo®), lampu
UV254 dan alat gelas pada umumnya. Alat untuk elusidasi struktur:
spektrofotometer inframerah (Shimadzu), spektrometer

nuclear

magnetic

resonance (Bruker 700 MHz dan 176 MHz), dan GCMS-QP2010S SHIMADZU.
Alat untuk uji in vitro pipet mikro (Eppendorf), micro well plate 96, pipet tips,
inkubator, vortex, ELISA microplate reader fluorescence (Tecan Infinite 200 Pro).
Prosedur Penelitian
Sintesis Senyawa Turunan Arilamida-1 (Diadaptasi dari Arifiyanto, 2001)
Sulfanilamida sebanyak 0,62 g (3,59 mmol) dimasukkan ke dalam labu
alas bulat kemudian ditambahkan piridin sebagai katalisator sebanyak 0,44 mL
(5,39 mmol). Pengadukan dilakukan selama 10 menit pada suhu kamar lalu
diteteskan secara bertahap 3-bromopropionil klorida sebanyak 0,61 mL (6,00
mmol). Campuran diaduk kembali selama 30 menit. Hasil sintesis disaring
kemudian dicuci dengan akuades hingga pH netral.
Uji Organoleptis
Mengidentifikasi bentuk dan warna produk hasil sintesis.
Uji Titik Lebur
Sebanyak 1 mg senyawa hasil sintesis yang telah dihaluskan dimasukkan
ke dalam pipa kapiler. Kemudian pipa kapiler tersebut dimasukkan ke dalam alat
uji titik lebur. Suhu diatur dalam rentang 100-250ºC dan hasilnya dibuat dalam
bentuk jarak lebur.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Uji Kelarutan
Sebanyak 5 mg senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam sejumlah mL
pelarut (polar sampai non polar) tetes demi tetes hingga larut kemudian ditentukan
kategori kelarutan tersebut berdasarkan Farmakope Indonesia V.
Rekristalisasi
Rekristalisasi dilakukan dengan cara meneteskan pelarut DMSO ke dalam
senyawa hasil sintesis hingga tepat larut dan diuapkan hingga terbentuk kristal.
Uji kimiawi dengan DAB-HCl
Sebanyak masing-masing 1 mg sulfanilamida dan senyawa hasil sintesis
dimasukkan ke dalam drupple plate. Kemudian diteteskan DAB-HCl dan diamati
perubahan warna yang terjadi. Jika berwarna jingga senyawa hasil sintesis masih
mengandung amina primer, sedangkan jika tidak berwarna jingga senyawa hasil
sintesis sudah tidak mengandung amina primer.
Uji Kromatografi Lapis Tipis
Sejumlah masing-masing 1 mg sulfanilamida dan senyawa hasil sintesis
dilarutkan dalam aseton dan DMSO. Kedua larutan tersebut ditotolkan pada plat
KLT Silika gel GF254 yang telah diaktifkan pada suhu 100 ºC pada jarak 1 cm dari
arah bawah. Disiapkan fase gerak n-heksana: etil asetat (1:3),(2:2),(3:1)
(Adhipandito, 2017) di dalam gelas beker yang dijenuhkan dengan kertas saring
selama kurang lebih 15 menit. Plat KLT dimasukkan ke dalam gelas beker
kemudian dieluasi hingga 1 cm dari atas plat KLT. Setelah itu plat dikeluarkan,
dikeringkan dan dilihat bercaknya di bawah lampu UV 254 nm. Kemudian dihitung
nilai Rf.
Elusidasi Struktur
Elusidasi struktur dilakukan dengan metode spektroskopi inframerah,
spektroskopi NMR (1H-NMR dan

13

C-NMR) dan GC-MS (kromatografi gas-

spektrometri massa) di Fakultas MIPA UGM, Sleman D.I.Yogyakarta dan Institut
Farmasetikal dan Nutraseutikal Malaysia.
Uji aktivitas secara in vitro
Enzim MMP-9 diperoleh dari Biovision yang berupa kits terdiri dari enzim
MMP-9 rekombinan manusia yang terliofilisasi, substrat Fluorescene Resonance

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Energy Transfer (FRET)-based MMP-9, dapar uji MMP-9 dan NNGH inhibitor
sebagai kontrol positif. Enzim yang terliofilisasi direkonstitusi dengan 110 µL
gliserol 30% dalam deionised water. Enzim yang sudah terekonstitusi dilarutkan
dalam 550 µL dapar dan siap digunakan untuk pengujian. Senyawa sampel
disiapkan dengan cara dilarutkan dalam DMSO dengan konsentrasi akhir 200
µg/mL di dalam 96-microwell plate. Konsentrasi final DMSO dalam wellplate tidak
lebih dari 2%. Setiap well mengandung enzim 5 µL, substrat (40 µM) 50 µL, buffer
(43 µL untuk kontrol positif, 44 µL untuk sampel, dan 45 µL untuk kontrol negatif),
dan larutan uji 1 µL. Rancangan microwell plate secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 11. Sampel dicampurkan dengan dapar dan enzim kemudian diinkubasi
pada suhu 37ºC selama 30 menit. Substrat ditambahkan ke dalam campuran tersebut
dan diinkubasi kembali pada suhu 37ºC selama 60 menit. Fluorosensi dibaca
menggunakan Tecan Infinite 200 Pro Microplate Reader dengan panjang
gelombang eksitasi 325 nm dan emisi 393 nm. Jika persen penghambatan mencapai
paling tidak 50%, maka senyawa akan dihitung IC50-nya dengan menyiapkan seri
larutan dengan konsentrasi yang berbeda.
Persentase penghambatan = 1 −

𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑓𝑙𝑢𝑜𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑠𝑖𝑠−𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
𝑏𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑓𝑙𝑢𝑜𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓−𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜

𝑥 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesis Senyawa Turunan Arilamida-1
Senyawa turunan arilamida-1 disintesis berdasarkan farmakofor arilamida
dan rantai alkil. Pada posisi para cincin arilamida ditambahkan gugus sulfonamida
dengan tujuan mengeksplorasi fungsi gugus OCF2 pada senyawa 2 berdasarkan
karakternya yang bersifat electron withdrawing group (EWG) sekaligus electron
donating group (EDG). Pada penelitian ini karakter EWG dan EDG diwakili oleh
sulfonamida sehingga diharapkan memiliki kontribusi dalam aktivitas biologinya.
Reaksi yang terjadi saat sintesis senyawa turunan arilamida-1 merupakan
reaski substitusi nukleofilik asil (SNA) antara sulfanilamida dan 3-bromopropionil
klorida dengan menggunakan katalisator piridin (Montalbetti et al., 2005). Reaksi
substitusi adalah reaksi kimia pergantian suatu gugus pergi dengan suatu nukleofil

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Smith, 2013). Sulfanilamida berperan sebagai nukleofil yang akan menggantikan
gugus klorida pada 3-bromopropionil klorida. Hal ini karena sulfanilamida
memiliki gugus amina primer yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga
dapat bereaksi dengan propionil klorida untuk menghasilkan senyawa amida
(Zhang et al., 2009). Mekanisme reaksinya disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Mekanisme reaksi SNA antara sulfanilamida dan 3-bromopropionil
klorida menggunakan piridin sebagai katalisator nukleofil
Produk awal sintesis berupa semisolid berwarna cokelat diduga karena
masih terdapat piridin sebelum dibilas yang membuat campurannya berwarna
gelap. Namun, setelah dibilas dengan akuades dan dikeringkan berubah menjadi
serbuk berwarna putih seperti ditunjukan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Pada
Lampiran 3 merupakan profil KLT dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (1:3)
yang menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis mempunyai noda yang berbeda
dari bahan baku yang digunakan untuk sintesis (sulfanilamida). Hal tersebut juga
ditunjukkan dengan nilai Retention Factor (Rf) yang berbeda yaitu 0,51 untuk
sulfanilamida dan 0,58 untuk senyawa hasil sintesis.
Senyawa hasil sintesis diuji warna dengan DAB-HCl untuk identifikasi
awal bahwa senyawa tersebut berhasil disintesis. Senyawa yang mengandung gugus
amina primer akan bereaksi dengan DAB-HCl untuk membentuk basa Schiff yang
berwarna jingga, sedangkan apabila tidak mengandung gugus tersebut tidak dapat
bereaksi (Adegoke, 2011). Senyawa turunan arilamida-1 tidak menghasilkan basa
Schiff jingga karena gugus amina primernya sudah tersubstitusi gugus asil.
Mekanisme reaksi DAB-HCl dengan sulfanilamida ditunjukkan pada Lampiran 4,
7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sedangkan hasil reaksinya berupa produk berwarna jingga ditunjukkan pada
Lampiran 5.
Rekristalisasi senyawa hasil sintesis tidak berhasil dilakukan karena
pelarut DMSO tidak menguap sempurna disebabkan oleh titik didih DMSO yang
tinggi yaitu 189ºC (Pubchem, 2019). Hasil rendemen dari senyawa turunan
arilamida-1 sebanyak 39,09% menunjukkan bahwa metode sintesis masih perlu
dioptimasi. Optimasi yang dapat dilakukan yaitu terkait dengan mol bahan,
katalisator, suhu, atau lama pengadukan. Perhitungan rendemen disajikan pada
Lampiran 6. Setelah diperoleh senyawa turunan arilamida-1, dilakukan uji titik
lebur yang bertujuan untuk mengetahui titik lebur senyawa dan melihat
kemurniannya. Suatu senyawa dinyatakan murni apabila memiliki jarak lebur 0,51,5ºC (Mohrig et al., 2014). Hasil jarak lebur yang diperoleh adalah rentang 222235ºC sehingga berbeda dengan sulfanilamida yang memiliki jarak lebur 165167ºC (Chemspider, 2015). Namun, jarak lebur senyawa hasil sintesis lebih dari
1,5ºC sehingga senyawa tersebut belum murni 100%. Oleh karena itu, senyawa
dapat dimurnikan dengan kromatografi kolom, KLT preparatif atau rekristalisasi
agar mendapatkan hasil jarak lebur yang sesuai dengan syarat kemurnian. Selain uji
organoleptis, reaksi warna dan titik lebur, uji kelarutan juga dilakukan terutama
untuk menentukan jenis pelarut yang akan digunakan dalam spektroskopi. Hasil uji
kelarutan ditunjukkan pada Tabel I. Berdasarkan hasil uji kelarutan, senyawa hasil
sintesis larut dalam DMSO sehingga termasuk dalam kategori semi polar karena
DMSO bersifat semi polar.
Tabel I. Hasil Uji Kelarutan Senyawa Turunan Arilamida-1
Pelarut

Senyawa Turunan Arilamida-1

n-heksana

Tidak larut

Kloroform

Tidak larut

Etil asetat

Tidak larut

Aseton

Agak sukar larut (1:80)

Air

Tidak larut

DMSO

Larut (1:20)

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Uji pendahuluan yang meliputi organoleptis, titik lebur, dan kelarutan
berfungsi untuk memberikan profil senyawa hasil sintesis karena senyawa tersebut
merupakan senyawa baru.
Elusidasi Struktur
Berdasarkan uji kelarutan, senyawa hasil sintesis larut dalam DMSO
sehingga digunakan DMSO-d6 sebagai pelarut pada uji NMR. Selain itu sinyal
pelarut pada 1H-NMR tidak mengganggu sinyal proton pada senyawa hasil sintesis.
Spektrum 1H-NMR senyawa hasil sintesis ditunjukkan pada Gambar 5.

Y

HD

X
HC
HA

HB

Gambar 5. Hasil spektrum 1H-NMR senyawa turunan arilamida-1
Tabel II. Hasil spektrum 1H-NMR senyawa turunan arilamida-1
Proton

Geseran Kimia

Splitting

(ppm)

J coupling
constant (Hz)

HA

3,74 dan 3,88

triplet of triplet

6,3

HB

2,87 dan 3,00

triplet of triplet

6,3

HC

7,26

singlet

-

HD

7,76 dan 7,75

doublet yang

1,4

mengalami roofing

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada geseran kimia 3,74 ppm (integrasi= 2) (J= 6,3 Hz) dan 3,88 ppm
(integrasi= 2) (J= 6,3 Hz) menunjukan sinyal proton HA, sedangkan sinyal yang
terdapat pada geseran kimia 2,87 ppm (integrasi= 2) (J= 6,3 Hz) dan 3,00 ppm
(integrasi= 2) (J= 6,3 Hz) menunjukan sinyal proton HB. Proton HA menunjukan
proton pada rantai alkil yang berdekatan dengan gugus halogen (Br), sedangkan
proton HB menunjukan proton pada rantai alkil yang berdekatan dengan gugus
karbonil. Proton HA memiliki geseran kimia yang lebih jauh daripada proton HB
karena berdekatan dengan gugus halogen yang bersifat lebih elektronegatif
daripada gugus karbonil pada amida sehingga proton HA kurang terlindungi dari
medan magnet luar (de-shielded) (Vollhardt dan Schore, 2014). Kedua sinyal
tersebut seharusnya muncul sebagai triplet, tetapi hasil percobaan menunjukan
triplet of triplet. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh proton pada etilen bersifat
rotatable sehingga pada sudut tertentu proton yang terikat pada atom C yang sama
dapat mempunyai lingkungan kimia yang berbeda. Hal ini menyebabkan setiap
proton mengenali tetangganya sebanyak dua kali sehingga muncul dua triplet.
Fenomena ini dipastikan dengan jumlah integrasi dua triplet tersebut sebanding
dengan dua proton. Perbesaran spektrum proton HB dan proton HA dapat dilihat di
Lampiran 7 dan Lampiran 8.
Geseran kimia 7,00-9,00 ppm menunjukan daerah proton aromatik
(Vollhardt dan Schore, 2014). Secara teori, sinyal proton aromatik pada senyawa
hasil sintesis berupa dua sinyal doublet pada 7,76 dan 7,26 ppm. Namun, hasil
percobaan menunjukkan sinyal doublet pada geseran kimia tersebut mengalami
anomali. Sinyal pada 7,76 dan 7,75 ppm (proton HD) nampak sebagai singlet yang
melebar ke bawah karena proton tersebut memiliki lingkungan kimia yang mirip
sehingga mempunyai geseran kimia yang identik. Salah satu sinyal akan menjadi
lebih tinggi sedangkan sinyal yang lainnya akan mengecil. Peristiwa tersebut
dinamakan gejala pemiringan (roofing) yaitu bila geseran kimia sangat dekat maka
sinyal akan bergabung menjadi singlet (Dona et al., 2016). Pada geseran kimia 7,26
ppm (proton HC) pemiringan semakin mendekati full singlet kemungkinan
disebabkan lingkungan kimia yang mirip antara gugus sulfonamida dan amida.
Namun, keberadaan proton tersebut ditegaskan dengan integrasi masing-masing

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dua proton. Perbesaran spektrum proton HC dan proton HD dapat dilihat di Lampiran
9. Sinyal X merupakan sinyal dari DMSO yaitu pada geseran kimia 2,50 ppm
sedangkan sinyal Y geseran kimia 3,33 ppm merupakan sinyal dari H2O (Fulmer et
al., 2010)
Berdasarkan tabel geseran kimia untuk 13C-NMR, rantai alkil berada pada
rentang geseran kimia 10-60 ppm (Vollhardt dan Schore, 2014). Atom CB berada
pada geseran kimia 28,3 ppm menunjukkan atom C yang berdekatan dengan gugus
karbonil pada amida, sedangkan atom CA berada pada geseran kimia 39,4 ppm
menunjukkan atom C yang berikatan dengan atom Br yang bersifat elektronegatif
sehingga kurang terlindungi. Pada gugus benzena yang tersubstitusi, geseran kimia
berada pada rentang 100-160 ppm (Vollhardt dan Schore, 2014). Atom CC berada
pada geseran kimia 118,0 ppm, sedangkan atom CD pada 126,1 ppm. Atom CD
kurang terlindungi dibandingkan dengan atom CC karena lebih dekat gugus
SO2NH2 yang memiliki elektronegativitas lebih kuat daripada NH yang dekat
dengan CC. Atom CE berada pada geseran kimia 137,8 ppm, sedangkan atom CF
pada 141,2 ppm. Atom CF kurang kurang terlindungi daripada CE juga karena
berdekatan dengan gugus SO2NH2 yang memiliki elektronegativitas lebih kuat.
Geseran kimia untuk C karbonil amida berada pada rentang 160-180 ppm (Mohrig
et al., 2014). Hasil spektra menunjukkan bahwa atom C pada amida berada pada
geseran kimia 168,2 ppm yaitu CG sehingga sudah sesuai dengan teori. Pada geseran
kimia 39,5 ppm merupakan sinyal pelarut DMSO yang berhimpit dengan atom CA
(Fulmer et al., 2010). Hasil spektrum

13

ditunjukkan pada Gambar 6.

11

C-NMR senyawa turunan arilamida-1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

CD CC

CA

CE
CG

CB

CF

Gambar 6. Hasil spektrum 13C-NMR senyawa turunan arilamida-1
Tabel III. Hasil spektrum 13C-NMR senyawa turunan arilamida-1
Karbon

Geseran Kimia (ppm)

CA

28,3

CB

39,4

CC

118,0

CD

126,1

CE

137,8

CF

141,2

CG

168,2

Spektroskopi Inframerah
Analisis dengan spektroskopi inframerah bertujuan untuk mengetahui
gugus fungsional pada suatu senyawa. Gugus fungsional yang mempunyai momen
dipol yang tinggi sangat efektif menyerap radiasi inframerah sehingga
menyebabkan ikatannya bervibrasi baik secara mengulur (stretching) dan menekuk
(bending) (Vollhardt dan Schore, 2014). Hasil elusidasi struktur senyawa hasil
sintesis dengan spektroskopi IR ditunjukan Gambar 7. Berdasarkan spektrum
inframerah yang dihasilkan, terdapat pita vibrasi pada daerah sekitar bilangan

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gelombang (ῡ) 1589 cm-1 yang menunjukan gugus C karbonil (C=O). C=O tersebut
merupakan C=O amida karena pada daerah 3000 cm-1 terdapat pita melebar yang
diduga sebagai NH amida. Namun, pada daerah tersebut terdapat pita kembar pada
3425 cm-1 dan 3356 cm-1 yang diduga sebagai gugus amina primer yang terikat pada
sulfon. Tumpang tindih antara NH amida dan NH2 sulfon ini menyebabkan NH
amida tidak terlihat. Senyawa hasil sintesis diprediksi sudah terbentuk dengan
dukungan daerah sidik jari pada 500-1500 cm-1 yang sudah berbeda dengan daerah
sidik jari sulfanilamida sebagai starting material yang ditunjukkan pada Gambar 8.

SO2NH2
C=O

Gambar 7. Hasil spektrum inframerah senyawa turunan arilamida-1
Daerah sidik jari

Gambar 8. Spektrum inframerah sulfanilamida (diadaptasi dari Prajapat et al.,
2018)

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS)
Elusidasi struktur dengan GC-MS bertujuan untuk mengetahui bobot
molekul senyawa hasil sintesis yang sudah diketahui pemisahannya dengan
kromatografi gas. Hasil percobaan menunjukkan terdapat dua puncak pada
kromatogram mengindikasikan bahwa senyawa hasil sintesis tidak 100% murni.
Namun demikian, dibandingkan dengan impurities puncak pada waktu retensi 31
menit lebih dominan dan pada Rt tersebut memiliki massa relatif per ion (m/z) yang
sesuai dengan senyawa hasil sintesis yang diharapkan. Kromatogram hasil GC
senyawa turunan arilamida-1 ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Kromatogram hasil GC senyawa turunan arilamida-1

BM= 307

Gambar 10. Hasil spektrum massa senyawa turunan arilamida-1
Gambar 10 menunjukkan spektrum massa senyawa hasil sintesis.
Fenomena yang unik dari setiap senyawa yang memiliki gugus sulfonamida selalu
terjadi fragmentasi SO2 (m/z 65) diikuti dengan penataan ulang gugus amina pada
posisi para dari benzena (Sun et al., 2008). Hal ini menyebabkan m/z senyawa yang
14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terdeteksi paling kanan mengalami pengurangan m/z sebanyak 65. Pada percobaan,
m/z senyawa hasil sintesis terekam sebanyak 242 yang merupakan hasil
pengurangan molekul utuh yaitu (307 dikurangi 65). Mekanisme fragmentasi ini
dapat dilihat pada Lampiran 10.
Uji in vitro
Setelah senyawa turunan arilamida-1 berhasil disintesis, dilakukan uji in
vitro untuk melihat aktivitasnya terhadap enzim MMP-9. Dalam uji aktivitas in
vitro, MMP-9 direaksikan dengan substratnya untuk melakukan proteolisis.
Substrat adalah peptida yang terikat dengan fluorofor yang diputus ikatannya oleh
MMP-9

sehingga

akan

terbaca

fluoresensinya

ketika

diukur

dengan

spektrofluorometri yang menunjukkan aktivitas enzim. Fluoresensi yang tinggi
menunjukkan aktivitas enzim sebanyak 100%, sedangkan fluoresensi yang rendah
menunjukkan adanya penghambatan pada aktivitas enzim. Senyawa turunan
arilamida-1 menunjukan persentase penghambatan sebesar 13% pada konsentrasi
200 µg/mL. Perhitungan IC50 tidak dapat dilakukan karena persen penghambatan
yang diperoleh dibawah 50%. Berdasarkan persen penghambatan, senyawa turunan
arilamida-1 termasuk dalam kategori low active (Aderogba, 2013). Persentase
penghambatan yang rendah kemungkinan karena gugus sulfonamida pada para
arilamida yang merupakan EDG dan EWG kurang memberikan aktivitas
dibandingkan dengan gugus nitro (EWG) pada penelitian Ludji (2017) yang belum
dipublikasikan yang memiliki persentase penghambatan sebesar 69%. Hasil uji in
vitro disajikan pada Tabel IV.

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel IV. Hasil uji in vitro
Aktivitas

Penghambatan

Enzim

Enzim

(%)

(%)±SD

0

0

100

0

6597

0

100±4,92

28073 30248 30106 29476

87

13±5,31

Sampel

Blanko

R1

9683

R2

9349

R3

RataRata

9217

9416

(dapar)
Kontrol

32989 33687 30321 32332

Negatif
(tanpa
inhibitor)
Kontrol

5946

5946

7898

Positif
(NNGH)
Turunan
Arilamida-1
Aktivitas enzim = rata-rata/32332 x 100%, penghambatan enzim = 100 – aktivitas enzim

KESIMPULAN
Senyawa turunan arilamida-1 dapat disintesis dengan mereaksikan
sulfanilamida dan 3-bromopropionil klorida dengan katalisator piridin melalui
reaksi SNA dengan produk hasil sintesis berupa serbuk berwarna putih yang larut
dalam DMSO dengan titik lebur 222-235ºC serta memiliki aktivitas penghambatan
MMP-9 sebesar 13% pada konsentrasi 200 µg/mL yang termasuk kategori low
active.
SARAN
Penelitian ini masih merupakan skrining awal sehingga perlu dioptimasi
struktur senyawanya dan didesain ulang dengan mempertimbangkan hubungan
struktur dan aktivitasnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis berterima kasih kepada Indonesia Toray Science Foundation
(ITSF) 2017-2018 dan BEMF Farmasi atas dukungan dana untuk penelitian ini.

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Adegoke, O.A. 2011. Analytical, Biochemical and Synthetic Applications of ParaDimethylaminobenzaldehyde. International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research, 11 (2): 17-29.
Aderogba, M.A., 2013. Antimicrobial and Selected In Vitro Enzyme Inhibitory
Effects of Leaf Extracts, Flavonols and Indole Alkaloids Isolated from
Croton menyharthii. Molecule, 18, 12633-12644.
Adhipandito, C.F. 2017. Sintesis Analog Purin (FFUSD-001) dan Studi In Silico
terhadap Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Hemopexin Domain
Sebagai Kandidat Anti-kanker Payudara. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Arifiyanto, A. 2001. Pengaruh Penambahan Basa Natrium Hidroksida dan Piridin
dalam Sintesis Benzoilanilida. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Alford, V.M., Kamath, A., Ren, X., Kumar, K., Gan, Q., Awwa, M., et al. 2017.
Targeting the Hemopexin-like Domain of Latent Matrix
Metalloproteinase-9 (proMMP-9) with a Small Molecule Inhibitor
Prevents the Formation of Focal Adhesion Junctions. ACS Chemical
Biology, 1-44.
Bauvois, B. 2012. New facets of matrix metalloproteinases MMP-2 and MMP-9 as
cell surface transducers: Outside-in signaling and relationship to tumor
progression. Biochimica et Biophysica Acta, 1825: 29-36.
Cathcart, J., Pulkoski-Gross, A. dan Cao, J. 2015. Targeting matrix
metalloproteinases in cancer: Bringing new life to old ideas. Genes &
Diseases, 2: 26-34.
Chemspider. 2015. Sulfanilamide. http://www.chemspider.com. Diakses pada 25
Januari 2019.
Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Dona,A.C., Kyriakides, M., Scottb, F., Shephardb, E.A., Varshavic, D., Veselkov,
K., dan Everettc, J.R. 2016. A guide to the identification of
metabonomics/metabolomics experiments. Computational and Structural
Biotechnology Journal, 19.
Dufour, A., Zucker, S., Sampson, N.S., Kuscu, C. dan Cao, J., 2010. Role of Matrix
Metalloproteinase-9 Dimers in Cell Migration: Design of Inhibitory
Peptides. Journal of Biological Chemistry, 285 (46): 35944-35956.
Dufour, A., Sampson, N.S., Li, J., Kuscu, C., Rizzo, R.C., DeLeon, J.L., et al. 2011.
Small-Molecule Anticancer Compounds Selectively Target the
Hemopexin Domain of Matrix Metalloproteinase-9. Cancer Research, 71
(14): 4977-4988.

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Fulmer, G.R., Miller, A.J.M., Sherden, N.H. Gottlieb, H.E., Nudelman, A., Stoltz
B. M., Bercaw J.E., dan Goldberg K.I. 2010. NMR Chemical Shifts of
Trace Impurities: Common Laboratory Solvents, Organics, and Gases in
Deuterated Solvents Relevant to the Organometallic Chemist.
Organometallics. 29: 2176–2179.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Infodatin (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI): Stop Kanker. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Ludji, D.P.K.S., 2017. Sintesis Analog Purin (FUSD-002) dan Studi In Silico
Terhadap Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Hemopexin Domain
sebagai Kandidat Anti-Kanker Payudara. Skripsi. Universitas Sanata
Dharma.
Mohrig, J.R., Alberg, D.G., Schatz, P.F., dan Hammond. 2014. Laboratory
Techniques in Organic Chemistry. 4th Edition. USA: W. H. Freeman and
Company.
Montalbetti, C.A.G.N. and Falque, V. 2005. Amide bond formation and peptide
coupling. Tetrahedron, 61: 10827-10852.
Pecorino, L. 2012. Molecular Biology of Cancer: Mechanisms, Targets, and
Therapeutics. 3rd Edition. United Kingdom: Oxford University Press.
Prajapat, G., Gupta, R., dan Bhojak, N. 2018. Thermal, Spectroscopic and
Antimicrobial Properties of Novel Nickel(II) Complexes with
Sulfanilamide and Sulfamerazine Drugs. Chemical Science International
Journal, 24 (2): 1-13.
Pubchem, 2019. Dimethylsulfoxide. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses
pada 12 Februari 2019.
Pubchem, 2019. CID135415473. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses pada
20 Januari 2019.
Smith, M.B. 2013. March’s Advanced Organic Chemistry: Reactions, Mechanisms,
and Structure. 7th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Sun, M., Dai, W., dan Liu, Q.D. 2008. Fragmentation of aromatic sulfonamides in
electrospray ionization mass spectrometry: elimination of SO2 via
rearrangement. Journal of Mass Spectrometry, 43: 383-393.
Vandenbroucke, R.E. dan Libert, C. 2014. Is there new hope for therapeutic matrix
metalloproteinase inhibition?. Nature Reviews Drug Discovery. AOP,
published online 7 November 2014: 1-24.
Vollhardt, P dan Schore, N. 2014. Organic Chemistry Structure and Function. 7th
Edition. USA: W. H. Freeman and Company.
World Health Organization. 2018. Latest global cancer data: Cancer burden rises
to 18.1 million new cases and 9.6 million cancer deaths in 2018. Geneva:
WHO Press.

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Yousef, E.M., Tahir, M.R., St-Pierre, Y. and Gaboury, L.A. 2014. MMP-9
expression varies according to molecular subtypes of breast cancer. BMC
Cancer, 14 (609): 1-12.
Zhang, L., Wang, X.J., Wang, J., Grinberg, N., Krishnamurthy, D.K. and
Senanayake, C.H., 2009. An improved method of amide synthesis using
acyl chlorides. Tetrahedron Letters, 50 (24): 2964-2966.

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
Lampiran 1. Tahap sintesis senyawa turunan arilamida-1 setelah dilakukan proses
pengadukan selama 30 menit

Lampiran 2. Hasil sintesis senyawa turunan arilamida-1 setelah dilakukan
penetralan pH dan dikeringkan

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Hasil KLT sintesis senyawa turunan arilamida-1 yang menunjukkan
2 noda yang berbeda, yaitu A: sulfanilamida dan B: senyawa turunan arilamida-1.
Fase gerak yang digunakan adalah n-heksana : etil asetat (1:3)

Rf= 0,58
Rf= 0,51

B

A

Lampiran 4. Mekanisme reaksi antara sulfanilamida dengan DAB-HCl
membentuk basa Schiff yang berwarna jingga

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Hasil uji DAB-HCl dengan sulfanilamida dan senyawa turunan
arilamida-1. Pembentukan basa Schiff ditandai dengan warna jingga. A:
Sulfanilamida dan B: senyawa turunan arilamida-1

A

B

Lampiran 6. Perhitungan Bahan Sintesis dan Hasil Rendemen Senyawa Turunan
Arilamida-1
Perhitungan bahan:
1.

Sulfanilamida digunakan 3,59 mmol= 0,00359 mol
Berat molekul = 172,2 g/mol
 0,00359 mol x 172,2 g/mol = 0,62 g

2.

Piridin digunakan 5,39 mmol = 0,00539 mol
Berat molekul = 79,1 g/mol
Massa jenis = 0,982 g/mL
 0,00539 mol x 79,1 g/mol = 0,43 g atau 0,43 g : 0,982 g/mL = 0,44 mL

3.

3-bromopropionil klorida digunakan 6,00 mmol = 0,006 mol
Berat molekul = 171,418 g/mol
Massa jenis = 1,701 g/mL
 0,006 mol x 171,418 g/mol = 1,03 g atau 1,03 g : 1,701 g/mL = 0,61 mL

Reaksi Stoikiometri:
Sulfanilamida + 3-bromopropionil klorida

arilamida-1

+

HCl

3,59 mmol

6,00 mmol

3,59 mmol

3,59 mmol

3,59mmol

3,59mmol

2,41 mmol

3,59mmol

3,59mmol

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hasil rendemen:
Senyawa turunan arilamida-1 yang seharusnya (teoritis) = 0,00359 mol x 307,12
g/mol = 1,10 g
Senyawa turunan arilamida-1 =
=

0,43 g

1,10 g

x 100% = 39,09 %

Berat hasil sintesis
Berat teoritis

x 100%

Lampiran 7. Perbesaran pada sinyal 2,87 ppm (integrasi= 2) dan 3,00 ppm
(integrasi= 2) menunjukan sinyal triplet of triplet. Integrasi= 2 menandakan bahwa
terdapat 2 atom H yang terdeteksi yaitu proton HB dari senyawa turunan arilamida1

HB
HB

Lampiran 8. Perbesaran pada sinyal 3,74 ppm (integrasi= 2) dan 3,88 ppm
(integrasi= 2) menunjukan sinyal triplet of triplet. Integrasi= 2 menandakan bahwa
terdapat 2 atom H yang terdeteksi yaitu proton HA dari senyawa turunan arilamida1

HA
HA

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Perbesaran pada sinyal 7,75 dan 7,76 ppm serta 7,26 ppm. Integrasi=
2 menandakan bahwa terdapat 2 atom H yang terdeteksi yaitu proton HC maupun
HD dari senyawa turunan arilamida-1

HD

HC

Lampiran 10. Mekanisme penataan ulang dan fragmentasi pada senyawa turunan
arilamida-1

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 11. Rancangan 96-microwell plate

Keterangan:
B

: Dapar

Sp

: Sampel

In

: Inhibitor NNGH (kontrol positif)

E

: Enzim

Sb

: Substrat

25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Sintesis Turunan
Arilamida-1 dan Uji Aktivitas In Vitro terhadap Enzim
Matrix

Metalloproteinase-9

(MMP-9)

Sebagai

Kandidat Anti-Kanker Payudara” bernama lengkap
Yohanes Krisna Wisnumurti. Penulis merupakan anak
bungsu dari pasangan Albertus Hartoyo dan Margaretha
Wartini. Penulis lahir di Sleman, 14 Maret 1997.
Pendidikan formal penulis diawali di TK Kanisius
Demangan Baru (2002-2003), kemudian melanjutkan
pendidikan ke SD Kanisius Demangan Baru (2004-2009), SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta (2009-2012), dan SMA N 1 Depok Sleman (2012-2015). Pendidikan
dilanjutkan hingga perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Penulis terlibat dalam beberapa kegiatan organisasi dan
kepanitiaan, antara lain Wakil Ketua UKM Seni Karawitan USD 2017, Sekretaris
kegiatan DESA MITRA 2016, anggota divisi Lomba kegiatan PROTON 2017,
Dampok kegiatan TITRASI 2016 dan 2017, serta menjadi asisten praktikum mata
kuliah Kimia Organik (2017-2018) dan Kimia Analisis (2017-2018). Penulis
mengikuti beberapa perlombaan tingkat nasional antara lain sebagai Peserta ON
MIPA bidang Kimia 2016, Peserta PICS 2017 di Institut Teknologi Bandung,
Peserta OFI ke X 2018 di Padang dan Peserta Poster Competition CADD 2018 di
Bali. Penulis juga bergabung dan aktif mengikuti kegiatan dari Drug Discovery
Research Group Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

26