BAB II - ANALISIS TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN “MITRA STARLIGHT” TAHUN 2013 - 2015 - UMBY repository

BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Koperasi Secara Umum

a. Pengertian Koperasi

  Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang dalam bahasa Inggris Cooperation. Co artinya bersama dan operation artinya bekerja, sehingga Cooperation berarti bekerja atau berusaha bersama-sama. Menurut Revrisond Baswir (2000:2) dalam bukunya yang berjudul “Koperasi Indonesia” menjelaskan bahwa secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis.

  Menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 menyebutkan bahwa: “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang- seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.”

  Menurut ILO (International Labour Organization) (dalam Revrisond Baswir, 2015:22) menjelaskan bahwa:

  “Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan”

  Menurut Hendrojogi (dalama Alfi Rohmaning Tyas, 2014:9) menyebutkan bahwa: “Koperasi itu merupakan suatu wadah bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah yang dalam rangka usaha hidup mereka.”

  Sedangkan ICA (International Cooperative Alliance) (dalam Hendar, 2005: 17-18) mendefinisikan koperasi sebagai:

  “...kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan ekonomi anggotanya dengan jalan berusaha bersama dengan saling membantu antara satu dengan lainnya dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan prinsip- prinsip koperasi”.

  Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa koperasi berbeda dengan badan usaha yang lainnya karena dalam koperasi memfokuskan untuk menyejahterakan seluruh anggotanya melalui usaha yang dijalankan bersama. Seluruh anggota koperasi akan mendapatkan imbalan secara proporsional sesuai dengan kontribusi mereka terhadap koperasi. Menurut Hendar Kusnadi (2005:22-23), perbedaan koperasi dengan perusahaan konvensional lain adalah:

  Tabel II.1. Perbedaan Koperasi dengan Perusahaan Konvensional

  Perusahaan Komponen Koperasi Konvensional

  Anggota Keanggotaan terbuka Keanggotaan terbuka

  Modal awal yang dimasukkan minimal dan karenanya tidak merupakan rintangan bagi keanggotaan. Para anggota dapat dimasukkan dana tambahan sesuai dengan pemanfaatannya terhadap pelayanan koperasi. tertentu. Pemilik yang ada biasanya hanya menambah jumlah anggotanya sebanyak penanam modal baru yang dipandang perlu. Penanam modal baru diperoleh melalui penjualan saham yang ditawarkan dengan harga pasar.

  Pemilik Pemakai adalah pemilik Penanam modal adalah pemilik Pengawasan Pengawasan berada pada anggota atas dasar hal yang sama.

  Terikat pada penanam modal sebanding dengan modal yang ditanamkan dalam perusahaan itu. Kemanfaatan Anggota/pemakai memperoleh kemanfaatannya sebanding dengan pemanfaatannya atas jasa yang disediakan oleh koperasi. Tingkat bunga yang dibayarkan untuk modalnya terbatas.

  Penanam modal memperoleh bagian laba sebagai hasil dari modal yang ditanamkannya, sebanding dengan modal yang ditanamkan oleh tiap-tiap penanam modal.

  Sumber: Buku Ekonomi Koperasi Edisi Kedua (Hendar Kusnadi) tahun 2005

b. Landasan dan Asas Koperasi

  Landasan merupakan pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran, serta kedudukan Koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Landasan Koperasi di Indonesia terdiri dari 2 (dua) landasan yaitu landasan idiil dan landasan strukturil. Landasan idiil adalah Pancasila, sedangkan landasan strukturil adalah Undang- Undang Dasar 1945.

  Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam UU No.25 Tahun 1992 Pasal 2, dinyatakan bahwa “Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan”. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi “...perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah

  c. Tujuan Koperasi

  Dalam Pasal 4 UU No 25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa: “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.”

  d. Prinsip Koperasi

  Revrisond Baswir (2015:33) menjelaskan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut: “Prinsip-prinsip pengelolaan koperasi merupakan penjabaran lebih lanjut dari asas kekeluargaan yang dianut oleh Koperasi. Prinsip- prinsip koperasi ini biasanya mengatur baik mengenai hubungan antara Koperasi dengan para anggotanya, hubungan antar sesama anggota Koperasi, pola kepengurusan organisasi Koperasi, serta mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berasas kekeluargaan”.

  Prinsip-prinsip koperasi dikembangkan oleh para pelopor koperasi di Rochdale, yang kemudian dikenal sebagai “Prinsip-prinsip Rochdale” atau “The Principles of Rochdale”. Prinsip Rochdale dipelopori oleh 28 koperasi konsumsi di Rochdale, Inggris pada tahun 1944 yang kemudian terjadi penyesuaian oleh berbagai negara sesuai dengan keadaan koperasi, sosial budaya, dan perekonomian masyarakat setempat.

  Menurut Revrisond Baswir (2015: 35-36), prinsip-prinsip Rochdale tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Barang-barang dijual bukan barang palsu dan dengan timbangan

  2. Penjualan barang dengan tunai;

  3. Harga penjualan menurut harga pasar;

  4. Sisa hasil usaha (keuntungan) dibagikan kepada para anggota menurut perimbangan jumlah pembelian tiap-tiap anggota ke Koperasi;

  5. Masing-masing anggota mempunyai satu suara; 6. Netral dalam politik dan kegamaan.

  Keenam prinsip tersebut sampai sekarang banyak digunakan oleh Koperasi di banyak negara sebagai prinsip-prinsip pendiriannya.

  Namun di dalam perkembangannya kemudian, ditambahkan beberapa prinsip lain seperti:

  7. Adanya pembatasan bunga atas modal;

  8. Keanggotaan bersifat sukarela;

  9. Semua anggota menyumbang dalam permodalan (saling tolong untuk mencapai penyelamatan secara mandiri).

  Koperasi di Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip Koperasi yang tercantum dalam pasal 5 UU No 25 Tahun 1992. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

  1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

  2. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis; besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

  4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

  5. Kemandirian Dalam pengembangan koperasim koperasi juga melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:

  6. Pendidikan perkoperasian; 7. Kerja sama antar Koperasi.

e. Fungsi dan Peran Koperasi

  Menurut UU No 25 Tahun 1992 Pasal 4 tentang perkoperasian, fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut:

  1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan pada masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

  2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;

  3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya;

  4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas Menurut Revrisond Baswir (2000:68), dua peran penting koperasi adalah sebagai berikut:

  1. Peran koperasi dalam Bidang Ekonomi Peran koperasi dalam bidang ekonomi secara khusus antara lain sebagai berikut: a) Menumbuhkan motif berusaha yang lebih berperikemanusiaan

  b) Mengembangkan metode pembagian SHU secara adil

  c) Memerangi monopoli

  d) Menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah

  e) Meningkatkan penghasilan anggota koperasi

  f) Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan

  2. Peran koperasi dalam Bidang Sosial Peran koperasi dalam bidang sosial secara khusus antara lain sebagai berikut: a) Mendidik anggotanya untuk memiliki semangat bekerjasama b) Mendorong terwujudnya suatu tatanan sosial yang manusiawi atas rasa persaudaraan dan kekeluargaan c) Mendorong terwujudnya tatanan nasional yang bersifat demokratis d) Mendorong terwujudnya kehidupan masyarakat yang tenteram

f. Jenis-jenis Koperasi

  Subandi (dalam Yuni Astuti Dwi Suryani, 2015:14) mengelompokkan koperasi berdasarkan bidang usahanya sebagai berikut:

  1. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Jenis konsumsi yang dilayani oleh suatu koperasi sangat tergantung pada ragam anggota dan daerah kerja tempat koperasi didirikan.

  2. Koperasi produksi adalah koperasi yang kegiatan usahanya memproses bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi.

  Tujuannya adalah untuk menyatukan kemampuan dan modal para anggotanya guna meningkatkan barang-barang tertentu melalui proses yang meratakan pengelolaan dan memiliki sendiri.

  3. Koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkannya. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan mata rantai niaga, dan mengurangi sekecil mungkin keterlibatan perantara dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan.

  4. Koperasi kredit atau Simpan Pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam pemupukan simpanan dari para anggotanya untuk dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang membutuhkan juga bertujuan untuk mendidik anggotanya untuk bersifat hemat dan gemar menabung serta menghindarkan anggotanya dari jeratan para rentenir.

2. Unit Simpan Pinjam Koperasi

  a. Pengertian Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP Koperasi)

  Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian KUKM No. 06/Per/Dep.6/IV/2016, dijelaskan bahwa Unit Simpan Pinjam Koperasi yang selanjutnya disebut USP Koperasi adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan.

  b. Syarat Pembentukan USP Koperasi

  Di dalam Peraturan Menteri KUKM No 15/Per/M.KUKM/IX/2015, disebutkan bahwa syarat pembentukan USP Koperasi adalah: 1) Pembukaan USP Koperasi dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan kelayakan usaha serta manfaat bagi anggotanya.

  2) Koperasi yang memiliki unit simpan pinjam wajib mengajukan permohonan ijin usaha simpan pinjam.

  3) USP Koperasi yang memiliki modal tetap lebih kecil dari Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) didaftar pada buku registrasi koperasi dan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sudah

  4) USP Koeprasi wajib dikelola secara terpisah dengan unit usaha lainnya.

  5) USP Koperasi yang telah mencapai aset sebesar sekurang- kurangnya Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dapat memisahkan menjadi KSP. (Permen KUKM No 15/Per/M.KUKM/IX/2015)

c. Kegiatan Unit Simpan Pinjam Koperasi

  Menurut Peraturan Menteri KUKM No 15/Per/M.KUKM/IX/2015 dijelaskan bahwa kegiatan Usaha Simpan Pinjam meliputi:

  1. Menghimpun simpanan dari anggota;

  2. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya; dan

  3. Mengelola keseimbangan sumber dana dan penyaluran pinjaman.

  (Permen KUKM No 15/Per/M.KUKM/IX/2015)

d. Pengawasan Unit Simpan Pinjam Koperasi

  Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 08/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, dijelaskan pengertian bahwa: yang dilakukan oleh pengawas koperasi, pemerintah, gerakan koperasi, dan masyarakat, agar usaha KSP dan USP Koperasi diselenggarakan dengan baik sesuai dengan perundang-undangan.”

  Sedangkan pemeriksaan Usaha KSP dan USP Koperasi adalah “proses dan serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pengawas KSP dan USP Koperasi untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan”.

  Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Negara koperasi dan UKM Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008 disebutkan bahwa, tujuan pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi adalah sebagai berikut:

  1. Mengendalikan KSP dan USP Koperasi dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan dengan ketentuan hukum yang berlaku.

  2. Meningkatkan citra dan kredibilitas KSP dan USP Koperasi sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola dana dari anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya berdasarkan prinsip koperasi.

  3. Menjaga dan melindungi asset KSP dan USP Koperasi dari tindakan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

  USP Koperasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

  5. Mendorong pengelolaan KSP dan USP Koperasi mencapai tujuannya secara efektif dan efisien yaitu meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota.

  Dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 21/Per/M.KUKM/XI/2008, bahwa ruang lingkup pengawasan KSP dan USP Koperasi meliputi:

  1. Pembinaan pelaksanaan pengendalian internal KSP dan USP Koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku

  2. Pemantauan perkembangan KSP dan USP Koperasi secara berkala melalui laporan keuangan KSP dan USP Koperasi yang bersangkutan

  3. Pemeriksaan terhadap KSP dan USP Koperasi yang menyangkut organisasi dan usahanya, termasuk program pembinaan anggota sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) KSP dan USP Koperasi

  4. Penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi sesuai standar kesehatan KSP dan USP Koperasi yang diatur dalam ketentuan yang berlaku.

3. Penilaian Kesehatan Koperasi

  Berdasarkan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam merupakan penilaian untuk mengukur tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi”.

  Penilaian kesehatan koperasi sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi tingkat kesehatan sehingga koperasi dapat mengambil keputusan yang hendak diambil untuk kemajuan koperasi selanjutnya. Ruang lingkup Penilaian Kesehatan KSP meliputi penilaian terhadap beberapa aspek sebagai berikut:

a. Aspek Permodalan

  Menurut Hendrojogi (dalam Alfi Rohmaning Tyas, 2014:23), permodalan merupakan dana yang akan digunakan untuk melaksanakan usaha-usaha koperasi. Arti modal lebih ditekankan kepada nilai, daya beli, atau kekuasaan untuk menggunakan apa yang terkandung dalam barang modal.

  Hendar (dalam Alfi Rohmaning Tyas, 2014:23) menyatakan bahwa sumber-sumber permodalan koperasi dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, hibah, modal penyertaan, cadangan koperasi, utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.

  Berdasarkan pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa modal sendiri KSP adalah jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha dan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal penyertaan, sedangkan “pinjaman diberikan yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh KSP kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai”.

  Analisis untuk aspek permodalan menyangkut kemampuan Koperasi dalam memanfaatkan apa yang terkandung dalam barang modal. Aspek permodalan dinilai melalui 3 (tiga) rasio, yaitu: 1) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset

  Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah modal sendiri dengan total aset yang dimiliki oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Unit Simpan Pinjam (USP). Jadi, dari rasio tersebut bisa diketahui sejauh mana aset yang dimiliki didanai oleh modal sendiri. 2) Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang

  Berisiko

  Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko digunakan untuk mengetahui perbandingan modal sendiri dengan pinjaman diberikan yang berisiko yaitu pinjaman yang memiliki agunan tidak memadai. Dari rasio ini dapat diketahui kemampuan modal sendiri untuk menutup kerugian

  3) Rasio Kecukupan Modal Sendiri Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No.

  20/Per/M.KUKM/XI/2008, Rasio Kecukupan Modal Sendiri digunakan untuk mengetahui perbandingan antara Modal Tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif

  Aktiva produktif sering juga disebut earning asset atau aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana tersebut untuk mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi bersangkutan.

  Kualitas aktiva produktif dinilai melalui 4 rasio yaitu: 1) Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap total volume pinjaman diberikan

  Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa “Volume pinjaman pada anggota adalah pinjaman koperasi yang berasal dari pinjaman anggota”, sedangkan “volume pinjaman adalah semua pinjaman koperasi yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan lain, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya serta sumber lain yang sah”. diberikan Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No.

  20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa “pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam”, sedangkan “risiko pinjaman bermasalah adalah perkiraan risiko atas pinjaman yang kemungkinan macet atau tidak tertagih”.

  Pinjaman bermasalah terdiri dari pinjaman kurang lancar, pinjaman yang diragukan dan pinjaman macet. Kriteria pinjaman bermasalah dapat dilihat di tabel berikut:

  Tabel II.2 Kriteria Pinjaman Bermasalah

  Kriteria Pinjaman Bermasalah Pinjaman yang Pinjaman Macet No Pinjaman Kurang Lancar (PKL) Diragukan (PDR) (PM)

  1. Pengembalian pinjaman Pinjaman masih Tidak memenuhi dilakukan dengan dapat diselamatkan kriteria kurang lancar angsuran dan agunannya dan diragukan, atau;

tunggakan bernilai sekurang-

a. Terdapat angsuran pokok: kurangnya 75% dari hutang peminjam 1<x<2 bulan bagi

angsuran harian dan/atau mingguan;

  • 3<x<6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan bulanan;
  • 6<x<12 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan

  6 bulan/lebih; atau b. Terdapat bunga:

  atau

  • 1<x<3 bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan; atau
  • 3<x<6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan.

  2. Pengembalian pinjaman tanpa angsuran a. Pinjaman belum jatuh tempo

  Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang- kurangnya 100% dari hutang peminjam termasuk bunganya.

  Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 12 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan.

  • Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan.

  b. Pinjaman telah jatuh tempo

  • Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3 bulan.

  

3. - - Pinjaman tersebut

penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau telah diajukan penggantian kepada perusahaan asuransi pinjaman.

  Sumber: Permen KUKM No. 14/Per/M.KUKM/XII/2009

  3) Rasio Cadangan Risiko terhadap Risiko Pinjaman Bermasalah Cadangan risiko adalah cadangan tujuan risiko yang dimaksudkan untuk menutup risiko apabila terjadi pinjaman macet/tidak tertagih. 4) Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan

  20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa “pinjaman diberikan yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh KSP kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai”, sedangkan “pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam”.

c. Penilaian Manajemen

  Pengertian manajemen dapat menunjuk kepada orang/sekelompok orang, atau bisa juga merupakan proses.

  Manajemen dalam koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan manajer. Ada hubungan timbal balik antara ketiga unsur tersebut, dalam arti bahwa tidak satu unsur pun bisa bekerja secara efektif tanpa dibantu atau didukung oleh unsur-unsur lainnya (Hendrojogi, 2002:135).

  Manajemen koperasi adalah suatu proses untuk mencapai tujuan melalui usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Untuk mencapai tujuan koperasi, perlu diperhatikan adanya sistem manajemen yang baik, agar tujuannya berhasil, yaitu dengan diterapkannya fungsi-fungsi manajemen.

  Penilaian aspek manajemen KSP/USP Koperasi meliputi lima komponen yaitu: 2) Kelembagaan; 3) Manajemen Permodalan; 4) Manajemen aktiva; dan 5) Manajemen likuiditas

d. Penilaian Efisiensi

  Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Penilaian aspek efisiensi koperasi menyangkut kemampuan koperasi dalam melayani anggotanya dengan penggunaan asset dan biaya seefisien mungkin.

  Penilaian efisiensi KSP/USP koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yang menggambarkan sampai seberapa besar KSP/USP koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimilikinya. Tiga rasio tersebut adalah:

  1) Rasio beban operasi terhadap partisipasi bruto Beban operasi anggota terdiri dari beban pokok, beban usaha dan beban perkoperasian adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas usaha Koperasi Simpan Pinjam, sedangkan partisipasi bruto adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari periode waktu tertentu sebelum dikurangi beban pokok. 2) Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor

  Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor digunakan untuk mengetahui perbandingan beban usaha yang dikeluarkan dengan SHU Kotor yang dihasilkan. Beban usaha adalah beban-beban yang dikeluarkan oleh KSP/USP yang berkaitan dengan operasional simpan pinjam. 3) Rasio efisiensi pelayanan

  Rasio efisiensi pelayanan digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi atas biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pelayanan simpan pinjam dengan volume pinjaman yang diberikan pada anggota. Biaya untuk pelayanan tersebut salah satunya adalah biaya untuk menggaji karyawan bagian pelayanan. Semakin rendah rasionya berarti semakin baik.

e. Likuiditas

  Perhitungan aspek likuiditas menyangkut kemampuan Koperasi Simpan Pinjam dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSP dan USP Koperasi dilakukan terhadap 2 (dua) rasio, yaitu: 1) Pengukuran Rasio Kas Bank terhadap Kewajiban Lancar

  Tatik Suryani, dkk (2008: 82) menjelaskan bahwa “Kas adalah alat pembayaran milik KSP atau USP yang siap dan bebas sedangkan “Bank adalah sisa rekening milik KSP atau USP yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum KSP atau USP”. Kewajiban lancar adalah kewajiban atau hutang koperasi jangka pendek, salah satunya adalah simpanan sukarela.

  2) Pengukuran rasio pinjaman diberikan terhadap dana yang diterima Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa “Pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ada di tangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam”. Sedangkan “dana yang diterima adalah total pasiva selain hutang biaya dan SHU belum dibagi”.

f. Kemandirian dan Pertumbuhan

  Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa “kemandirian dan pertumbuhan koperasi merujuk pada bagaimana kemampuan koperasi dalam melayani masyarakat secara mandiri dan seberapa besar pertumbuhan koperasi di tahun yang bersangkutan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya”.

  Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu: Rasio Rentabilitas aset adalah SHU sebelum pajak dibandingkan dengan total aset. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan aset yang dimiliki dalam menghasilkan SHU sebelum pajak. 2) Rasio Rentabilitas Modal Sendiri

  Rasio Rentabilitas Modal Sendiri yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total modal sendiri.

  SHU bagian anggota adalah SHU yang diperoleh anggota atas partisipasi simpanan pokok, dan simpanan wajib dan transaksi pemanfaatan pelayanan KSP. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI No. 20/Per/M.KUKM/XI/2008, dijelaskan bahwa “total modal sendiri adalah jumlah dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha dan dalam kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal penyertaan”.

  3) Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan Rasio Kemandirian Operasional yaitu partisipasi netto dibandingkan beban usaha ditambah beban perkoperasian.

  Partisipasi Netto adalah partisipasi bruto dikurangi beban pokok. Sedangkan Beban Pokok adalah jumlah biaya atas dana yang

g. Jati Diri Koperasi

  Penilaian aspek jatidiri koperasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota.

  Aspek penilaian jatidiri koperasi menggunakan 2 (dua) rasio, yaitu: 1) Rasio Partisipasi Bruto

  Rasio Partisipasi Bruto adalah tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi/besar persentasenya semakin baik. Partisipasi Bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto. Pengukuran rasio partisipasi bruto dihitung dengan membandingkan partisipasi bruto terhadap partisipasi bruto ditambah pendapatan.

  2) Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi persentasenya semakin baik. membandingkan promosi ekonomi anggota terhadap simpanan pokok ditambah simpanan wajib.

  Promosi Ekonomi Anggota (PEA): Manfaat MEPP + Manfaat SHU. MEPP (Manfaat Ekonomi Partisipasi Pemanfaatan Pelayanan) adalah manfaat yang bersifat ekonomi yang diperoleh anggota dan calon anggota pada saat bertransaksi dengan KSP, sedangkan manfaat SHU adalah SHU bagian anggota yang diperoleh satu tahun sekali berdasarkan perhitungan partisipasi anggota dalam pemanfaatan pelayanan KSP. (Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI No.

  20/Per/M.KUKM/XI/2008). Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama dengan semua anggota, sedangkan Simpanan Wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu.

B. Tinjauan Pustaka

  Sebagai acuan dari penelitian ini, dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelum-sebelumnya:

  1. Alfi Rohmaning Tyas (2014) meneliti tentang analisis tingkat kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Mukti Bina Usaha Kelurahan Muktisari Kota Banjar, Jawa Barat Tahun 2011-2013. Penelitian ini menganalisis tingkat kesehatan koperasi ditinjau dari tujuh aspek, yaitu: aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, aspek efisiensi, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek jatidiri. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil penilaian dengan total skor sebesar 68,02 dan dapat dikategorikan dengan predikat “cukup sehat”.

  2. Yuni Astuti Dwi Suryani (2015) meneliti tentang penilaian tingkat kesehatan unit simpan pinjam Koperasi Pegawai Republik Indonesia “PGP” Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2012. Penelitian ini menganalisis tingkat kesehatan koperasi ditinjau dari beberapa aspek, yaitu: aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, aspek efisiensi, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek jatidiri. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa pada tahun 2011 tingkat kesehatan USP “PGP” berada pada kategori “kurang sehat” dengan total skor sebesar 58,30, sedangkan pada tahun 2012 berada pada kategori “cukup sehat” dengan total skor sebesar

  61,35. Berdasarkan rata-rata skor yang didapat pada tahun 2011-2012, USP “PGP” berada pada kategori “cukup sehat”.

  3. Albert Budiyanto Soleh (2013) meneliti tentang analisis tingkat kesehatan Koperasi Kartika Kuwera Jaya dengan menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia menggunakan tujuh aspek penilaian yang lazim digunakan yaitu aspek permodalan, aspek kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, aspek efisiensi, aspek likuiditas, aspek kemandirian dan pertumbuhan, dan aspek jatidiri. Dari ke tujuh aspek penilaian tersebut, nilai skor tingkat kesehatan Koperasi Kartika Kuwera Jaya adalah sebesar 76,40 yang artinya Koperasi Kartika Kuwera Jaya tergolong koperasi yang “cukup sehat”.

  4. Karmani Kamar (2014) meneliti tentang Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (Studi Kasus pada KSP Al- Ikhlas di Kota Makassar). Acuan yang digunakan dalam penelitian adalah Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 14/PER/M.KUKM/XII/2009. Dalam penelitian ini, tahun 2011 diperoleh skor sebesar 73,9 dan pada tahun 2012 diperoleh skor sebesar 79,15. Dari hasil tersebut, maka koperasi simpan pinjam Al-Ikhlas Makassar tergolong dalam kategori Cukup Sehat.

  5. Munarsah (2007) meneliti tentang analisis tingkat kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) pada Primkopti Semarang Barat Tahun 2000-2005. Aspek penilaian yang diteliti berupa aspek kualitas aktiva produktif, aspek likuiditas, aspek rentabilitas, dan aspek permodalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2000, tingkat kesehatannya mencapai 58,73 yang berada dalam kategori “kurang sehat”, pada tahun 2001 sebesar 70,93 berada dalam kategori “cukup sehat”, tahun 2002 sebesar 69,66 dalam kategori “cukup sehat”, tahun 2003 sebesar 34,00 dalam “kurang sehat”, dan pada tahun 2005 mencapai 69,36 dalam kategori “cukup sehat”. Dari keempat aspek yang diteliti, aspek yang paling menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan adalah kualitas aktiva produktif dan likuiditas, selanjutnya aspek rentabilitas, dan yang paling sehat adalah aspek permodalan.

  6. Nurwahidjah, Sri Kartikowati, Gani Haryana (2015) meneliti tentang Analisis Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam pada Koperasi Serba Usaha Rejosari Pekanbaru. Pedoman dalam melakukan penilaian kesehatan menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 20/Per/M.KUKM/XI/2008 meliputi permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan serta jatidiri koperasi. Data diperoleh dari laporan keuangan selama 5 tahun dari tahun 2010-2014.

  Hasil penelitian yang ditemukan pada Unit Simpan Pinjam memperoleh predikat cukup sehat. Tahun 2010 memperoleh skor sebesar 63,65, tahun 2011 memperoleh skor sebesar 63,65, tahun 2012 memperoleh skor sebesar 63,65, tahun 2013 memperoleh skor sebesar 64,90, dan tahun 2014 memperoleh skor sebesar 66,15.

  7. I Nyoman Karyawan (2015) meneliti tentang Penilaian Kesehatan dan Rasio Keuangan Koperasi Simpan Pinjam “Mitra Lestari Mataram”.

  Pedoman penelitian menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi 20/Per/M.KUKM/XI/2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam “Mitra Lestari Mataram” termasuk dalam kategori Sehat dengan perolehan skor sebesar 84,19.

C. Kerangka Berpikir

  Koperasi Karyawan “Mitra Starlight” merupakan koperasi yang bergerak pada 2 (dua) bidang usaha yaitu Unit Toko dan Unit Simpan Pinjam.

  Penelitian ini memfokuskan pada satu bidang usaha yaitu Unit Simpan Pinjam (USP). Salah satu permasalahan yang dihadapi Unit Simpan Pinjam adalah belum tercapainya Unit Simpan Pinjam secara kualitas.

  Penilaian Kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Karyawan “Mitra Starlight” berpedoman pada Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian KUKM No. 06/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi.

  Tingkat kesehatan USP dianalisis berdasarkan 7 (tujuh) aspek yang mencakup aspek keuangan dan manajemen yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan jatidiri koperasi. Aspek Manajemen meliputi manajemen umum, kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva dan manajemen likuiditas. Dari skor masing-masing aspek kemudian diakumulasikan untuk menentukan kriteria kesehatan Unit Simpan Pinjam.

  Hasil dari penilaian akan menunjukkan kondisi tingkat kesehatan koperasi yang berada pada kondisi sehat, cukup sehat, dalam pengawasan, digambarkan sebagai berikut:

  UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN “MITRA STARLIGHT Laporan Keuangan Tahun 2013-2015 Analisis Tingkat Kesehatan Berdasarkan Per. Dep. Pengawasan Menteri KUKM No. 06/Per/Dep.6/IV/2016 Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek

Permodalan Kualitas Manajemen Efisiensi Likuiditas Kemandiri Jatidiri

Aktiva an dan Koperasi Produktif

  Pertumbu han Tingkat Kesehatan KSP/USP SEHAT CUKUP SEHAT DALAM PENGAWASAN DALAM PENGAWASAN KHUSUS

  Gambar II.1 Skema Penilaian Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Karyawan

  “Mitra Starlight” Aspek-aspek yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Karyawan “Mitra Starlight” dihitung dengan menggunakan tolok ukur yang telah ditentukan. Rata-rata total skor masing- masing aspek selama tahun 2013-2015 akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan kriteria kesehatan unit simpan pinjam yaitu sehat, cukup sehat,