Desain Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun pada Sistem Distribusi Air Irigasi Subak Berdasarkan Konsep Pemias.

DESAIN BANGUNAN BAGI NUMBAK DAN NGERIRUN
PADA SISTEM DISTRIBUSI AIR IRIGASI SUBAK
BERDASARKAN KONSEP PEMIAS

SKRIPSI

Oleh :

NI KADEK SUMIASIH
NIM. 1211305006

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2016

iii

DESAIN BANGUNAN BAGI NUMBAK DAN NGERIRUN
PADA SISTEM DISTRIBUSI AIR IRIGASI SUBAK

BERDASARKAN KONSEP PEMIAS

SKRIPSI

Oleh :

NI KADEK SUMIASIH
NIM. 1211305006

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2016
i

DESAIN BANGUNAN BAGI NUMBAK DAN NGERIRUN
PADA SISTEM DISTRIBUSI AIR IRIGASI SUBAK
BERDASARKAN KONSEP PEMIAS


SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana

Oleh :

NI KADEK SUMIASIH
NIM. 1211305006

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2016
ii

iii


Ni Kadek Sumiasih 1211305006. Desain Bangunan Bagi Numbak dan
Ngerirun pada Sistem Distribusi Air Irigasi Subak Berdasarkan Konsep
Pemias. Di bawah bimbingan Ir. I Wayan Tika, MP. selaku pembimbing I
dan I Putu Gede Budi Sanjaya, S.TP., MT. selaku pembimbing II.
ABSTRAK
Bangunan bagi (tembuku) numbak dan ngerirun merupakan salah satu jenis
bangunan bagi yang digunakan pada subak. Pembelokan aliran pada bangunan
bagi ngerirun menyebabkan terjadinya reduksi yang dipengaruhi oleh perbedaan
kecepatan dan menyebabkan adanya perbedaan debit dengan bangunan bagi
numbak. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat koefisien
pemias pada bangunan bagi (tembuku) dengan aliran numbak dan ngerirun, dan
(2) untuk mendapatkan dimensi bangunan bagi (tembuku) numbak dan ngerirun
yang memberi keadilan ditinjau dari aspek pemias. Analisis debit riil dilakukan
dengan mengukur lebar ambang dan tinggi air pada bangunan bagi dan debit
seharusnya dihitung dengan menggunakan perbandingan luas lahan yang dialiri.
Debit riil dan debit seharusnya digunakan untuk menentukan koefisien pemias dan
koefisien pemias digunakan untuk menentukan desain lebar ambang seharusnya
pada bangunan bagi. Berdasarkan hasil analisis rata-rata koefisien pemias adalah
0.095 dengan nilai reduksi 0.095. Hubungan tinggi air dengan koefisien pemias
sangat tinggi dengan R2 sebesar 0.942. Nilai RMSE lebar ambang sebesar

38.86%. Lebar ambang seharusnya pada subak didapat dengan membagi lebar
ambang riil dengan koefisien pemias. Setelah disosialisasikan ke beberapa
pekaseh sebagian besar pekaseh setuju jika ada koefisien pemias yang bisa
digunakan untuk memberi pelampias pada bangunan bagi ngerirun.
Kata Kunci: Bangunan bagi (tembuku), numbak dan ngerirun, Debit, Koefisien
Pemias, Lebar Ambang, Subak.

iv

Ni Kadek Sumiasih 1211305006. Desain Bangunan Bagi Numbak dan
Ngerirun pada Sistem Distribusi Air Irigasi Subak Berdasarkan Konsep
Pemias. Supervised by Ir. I Wayan Tika, MP. as first suvervisor dan I Putu
Gede Budi Sanjaya, S.TP., MT. as second suvervisor.
ABSTRACT
Divider structure (tembuku) numbak and ngerirun is one of structure that used as
divider in Subak irrigation. Diversion of flow in the tembuku ngerirun was
causing reduction is influenced by the difference speed and makes the difference
rate of flow with tembuku numbak. The purposes of this research were: (1) to
determine the level of the pemias coefficient on tembuku numbak and ngerirun,
and (2) to get the dimensions of the tembuku numbak and ngerirun that review by

pemias aspects. The real rate of flow analysed by measuring the width and height
of water on the tembuku and the must rate of flow calculated by using the ratio of
irrigated land area. The real rate of flow and the must rate of flow were used to
determine pemias coefficients and pemias coefficients used to determine the must
width of the threshold design of tembuku. Based on analysis, the average pemias
coefficient was 0.095 or a value of pemias reduction was 0.095. Correlation of
height of water and pemias coefficient was very high with R2 was 0.942. RMSE
of width threshold value was 38.86%. The must width of the threshold at Subak is
obtained by dividing the real width threshold with (1- pemias coefficients). After
socialized to some pekaseh, they were mostly agree if there pemias coefficients
that can be used to give pelampias on tembuku ngerirun.
Keywords: Divider stucture (tembuku), numbak and ngerirun, Rate of flow,
Pemias coefficient, width threshold, Subak.

v

RINGKASAN

Dalam usaha mendapatkan air irigasi dari suatu sumber, subak
membangun berbagai fasilitas irigasi. Cara untuk mendistribusikan air kepada

segenap anggota subak adalah melalui bangunan bagi (tembuku). Bangunan bagi
yang secara tradisional masih dipakai oleh subak adalah bangunan bagi yang
dikenal dengan istilah numbak dan ngerirun dengan pembagian air yang
proporsional dengan luas lahan. Aliran numbak artinya aliran yang lurus,
sedangkan aliran ngerirun merupakan aliran yang berbelok ke samping, sehingga
akan menyebabkan adanya reduksi aliran.
Di lapangan dapat ditemukan bahwa untuk menghindari konflik yang
terjadi pada bangunan bagi dengan sistem numbak dan ngerirun biasanya lebar
atau tinggi saluran antara bangunan numbak dan ngerirun berbeda yang kemudian
disebut

dengan pelampias/pemias. Pemias dalam saluran irigasi merupakan

jumlah air yang susut atau berkurangnya debit air yang diterima karena adanya
perbedaan kecepatan aliran karenan pembelokan (pada bangunan bagi) atau
berkurangnya debit air yang diterima dari hulu sampai dengan hilir karena adanya
penyusutan yang disebabkan oleh rembesan, infiltrasi dan perkolasi (pada
saluran). Koefisien Pemias merupakan koefisien reduksi dari aliran yang
seharusnya dan digunakan untuk mengetahui lebar yang harus ditambahkan pada
masing-masing ambang bangunan bagi.

Jika dikaitkan dengan konsep mekanika fluida, kecepatan aliran fluida (V)
dari suatu penampang aliran tidak sama diseluruh penampang aliran, akan tetapi
bervariasi menurut tempatnya (Anonim, 2012). Apabila cairan bersentuhan
dengan batasnya (di dasar dan dinding saluran) kecepatan alirannya adalah nol.

vi

Dengan adanya perbedaan aliran tersebut maka terdapat perbedaan debit yang
terjadi pada bangunan bagi irigasi khususnya pada sistem ngerirun yangmana
debit pada bangunan bagi ngerirun akan lebih kecil daripada bangunan bagi
numbak. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis koefisien pemias pada distribusi
air irigasi dengan sistem numbak dan ngerirun di subak agar debit yang keluar
proporsional dengan luas lahan yang dialiri. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
untuk mengetahui tingkat koefisien pemias pada bangunan bagi (tembuku) dengan
aliran numbak dan ngerirun, dan (2) untuk mendapatkan dimensi bangunan bagi
(tembuku) numbak dan ngerirun yang memberi keadilan ditinjau dari aspek
pemias dalam rangka untuk mendesain bangunan bagi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif melalui survey
dan pengambilan data primer menggunakan 15 sampel penelitian. Sesuai dengan
syarat penelitian yang dikemukakan oleh Suryani (2015), jumlah minimum

sampel pada penelitian eksperimen adalah 15 sampel. Survey dilakukan untuk
memperoleh bangunan bagi numbak dan ngerirun dan luas lahan yang di aliri oleh
setiap bangunan bagi tersebut. Pengukuran data primer dilakukan untuk
memperoleh debit riil dan debit seharusnya agar mendapat niali koefisien pemias.
Setelah mendapatkan koefisien pemias kemudian dilakukan perhitungan nilai
RMSE, hubungan tinggi air dengan koefisien pemias, dan aplikasi pemias (desain
lebar ambang berdasarkan konsep pemias) pada masing-masing subak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata koefisien pemias dari
keseluruhan subak sampel adalah sebesar 0.095 yang artinya debit air yang ada
pada masing-masing bangunan bagi yang menjadi sampel penelitian adalah
sebesar x seharusnya adalah x/(1-0.095) sehingga lebar ambang dilebarkan dibagi

vii

dengan (1- koefisien pemias). Hasil rata-rata koefisien pemias 0.095
mengindikasikan bahwa rerugi atau reduksi yang dihasilkan pada bangunan bagi
ngerirun adalah sebesar 0.095 yang masih lebih tinggi dari rerugi yang bisa
diabaikan sehinggi lebar ambang perlu dievaluasi atau dilebarkan.
Semakin tinggi air pada bangunan bagi maka koefisien pemias akan
semakin rendah yang artinya reruginya juga semakin rendah. Nilai R2 adalah

sebesar 0.942 yang artinya variabel tinggi air memiliki pengaruh sebesar 94.2%
terhadap variabel koefisien pemias. Persamaan regresi dari kedua variabel tersebut
adalah Y = -0.0028X + 0.071. Nilai RMSE sebesar 38.86% yang mana nilai
tersebut >10% sehingga secara umum dapat dinyatakan bahwa pembagian air dari
segi lebar ambang pada bangunan bagi numbak dan ngerirun masih kurang akurat
atau kurang proporsional.
Aplikasi pemias pada masing-masing subak dilakukan dengan cara
mencari lebar ambang seharusnya yaitu hasil bagi antara lebar ambang riil dengan
1- koefisien pemias. L1, L2, L3 merupakan lebar ambang berturut-turut dari lebar
ambang kiri, lebar ambang tengah, lebar ambang kanan. Seperti contoh kasus
pada Subak Bunyuh BB.2 lebar ambang dari kiri, tengah, kanan secara berturutturut adalah 14 cm, 66 cm, 40 cm menjadi 15.5 cm, 66 cm, 44 cm. Begitu pula
untuk subak-subak sampel yang lain mengikuti perhitungan pada Subak Bunyuh
BB.2. Setelah diinformasikan ke beberapa pekaseh sebagian besar pekaseh setuju
jika ada koefisien pemias yang bisa digunakan untuk memberi pelampias pada
bangunan bagi ngerirun.

viii

RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah Ni Kadek Sumiasih dilahirkan di Kecamatan Karangasem

pada tanggal 1 Desember 1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara pasangan I Made Sibet dan Ni Wayan Sukimi. Penulis memulai
pendidikan di SD N 5 Seraya Barat, Karangasem Bali pada tahun 2000 dan
menyelesaikannya pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP N
3 Amlapura dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis
melanjutkan pendidikan ke SMA N 3 Amlapura sampai dengan tahun 2012.
Penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN undangan dengan
mendapatkan beasiswa BIDIKMISI dan mengambil Program studi Teknik
Pertanian (TEP). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi intra
dan ekstra kampus, diantaranya menjabat sebagai Bendahara II HMJ (Himpunan
Mahasiswa Jurusan) Teknik Pertanian periode 2013-2014, Sekretaris I HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan) Teknik Pertanian periode 2014-2015, Divisi
Infokom pada Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI)
periode 2014, Divisi Badan Pengawas Organisasi (BPO) pada Ikatan Mahasiswa
Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI) periode 2015, serta aktif sebagai
panitia pelaksana dan pengarah kegiatan mahasiwa Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana. Penulis juga pernah mengikuti Praktek Kerja Lapangan di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali.


ix

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat serta anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Desain Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun Pada Sistem Distribusi Air Irigasi
Subak Berdasarkan Konsep Pemias”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian di
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Udayana.
Keberhasilan penulis tidak hanya didasarkan atas kerja keras penulis tetapi
juga berkat dukungan serta bantuan yang penulis terima dari awal dimulainya
penelitian ini hingga akhir penulisan skripsi. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Direktorat

Jendral

Pendidikan

Tinggi,

Kementrian

Pendidikan

dan

Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan bantuan biaya
pendidikan berupa beasiswa BIDIKMISI sejak tahun 2012 sampai dengan
2016.
2.

Bapak Dr. Ir. I Dewa Gde Mayun Permana, MS. selaku Dekan Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

3.

Bapak Dr. Ir. I Wayan Widia, M.SIE. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian,
FTP Unud.

4.

Bapak Ir. I Wayan Tika MP. selaku pembimbing I dan Bapak I Putu Gede
Budi Sanjaya, S.TP., MT. sebagai pembimbing II yang telah banyak
membantu, membimbing dan mengarahkan selama penelitian hingga
penyelesaian skripsi ini.

x

5.

Para Pekaseh Subak (Subak Bregiding, Subak Taman, Subak Citra, Subak
Blakiuh, Subak Tembin, Subak Banjar Rame, Subak Tunon, Subak
Lodtunduh, Subak Bunyuh dan Subak Guama) yang telah mengizinkan dan
memberikan segala informasi yang berkaitan dengan penelitian.

6.

Bapak/Ibu dosen TEP dan staf pegawai FTP Unud yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7.

Kedua orang tua (I Made Sibet dan Ni Wayan Sukimi), adik-adik (Ni
Nyoman Ayu Sarianti dan Ni Nyoman Arliani), serta I Gede Arnawa,
Amd.Kep., yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat, dan menjadi
tempat berbagi keluh kesah.

8.

Teman-teman TEP angkatan 2012 khususnya Cik, Eva, Ayu Adi, Ria, Yanti
yang sudah membantu dan menemani dalam pengambilan data ke subak, serta
teman-teman lainnya yang sudah selalu memberi semangat, sharing, berbagi
canda tawa dan menemani di perpustakaan.

9.

Rekan-rekan FTP Unud angkatan 2012 yang tak bisa disebut satu persatu,
terima kasih atas segala semangat dan dukungannya.
Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat dipergunakan sebagai mana

mestinya sehingga dapat bermanfaat bagi banyak orang. Penulis sadar bahwa
penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga penulis berharap kritikan serta
saran-saran dari para pembaca yang bersifat membangun.

Denpasar,

Juli 2016

Penulis
xi

DAFTAR ISI
Halaman
COVER

i

JUDUL

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

ABSTRAK

iv

ABSTRACT

v

RINGKASAN

vi

RIWAYAT HIDUP

ix

KATA PENGANTAR

x

DAFTAR ISI

xii

DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xv

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

DAFTAR ISTILAH

xvii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

3

1.3 Tujuan

3

1.4 Manfaat Penelitian

4

1.5 Batasan Sistem Penelitian

4

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Distribusi Air di Subak

5

2.1.1 Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun

7

2.2 Prinsip Aliran Fluida

8

2.2.1 Debit Aliran

8

2.2.2 Pola Kecepatan Aliran

9
10

2.2.3 Bilangan Reynold
2.3 Pengukuran Debit Secara Langsung

11

2.4 Kehilangan Air dan Pemias.……………………………………………….. 15

xii

2.5 Reduksi pada Pembelokan Pipa…………………………………………… 17

III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

18

3.2 Sarana Penelitian

18

3.3 Pelaksanaan Penelitian

18

3.4 Asumsi-Asumsi

19

3.5 Analisis Debit Riil dan Seharusnya

19

3.6 Analisis Koefisien Pemias

20

3.7 Analisis Hubungan Tinggi Air dengan Koefisien Pemias

21

3.8 Menghitung Nilai RMSE

22

3.9 Contoh Aplikasi pada Salah Satu Subak

22

3.10 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

25

IV. PEMBAHASAN
4.1 Debit Riil dan Debit Seharusnya

26

4.2 Koefisien pemias

31

4.3 Hubungan Tinggi Air dengan Koefisien Pemias

33

4.4 Nilai RMSE (Root Mean Square Error)

37

4.5 Contoh Aplikasi Pemias pada Masing-masing Subak

39

V. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan

41

4.2 Saran

42

DAFTAR PUSTAKA

43

xiii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Debit Riil dan debit seharusnya

24

Tabel 2. Debit Riil pada pengukuran 1

26

Tabel 3. Debit Riil pada pengukuran 2

27

Tabel 4. Debit Riil pada pengukuran 3

28

Tabel 5. Debit Seharusnya pada pengukuran 1

29

Tabel 6. Debit Seharusnya pada pengukuran 2

29

Tabel 7. Debit Seharusnya pada pengukuran 3

30

Tabel 8. Nilai Koefisien Pemias pada masing-masing subak sampel

31

Tabel 9. Hubungan Tinggi air dengan koefisien pemias

34

Tabel 10. Nilai RMSE

38

Tabel 11. Lebar ambang seharusnya pada bangunan bagi

39

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Jaringan Irigasi Subak

6

Gambar 2. Bangunan bagi numbak dan ngerirun dengan sudut lebih dari 900……. 7
Gambar 3. Bangunan bagi numbak dan ngerirun dengan sudut 90
8
Gambar 4. Distribusi kecepatan aliran di arah horisontal

9

Gambar 5. Distribusi kecepatan aliran di arah vertikal

10

Gambar 6. Bendung Trapesium atau Bendung Cipoletti Tampak Depan

12

Gambar 7. Bendung Trapesium atau Bendung Cipoletti Tampak Samping

13

Gambar 8. Bendung segitiga dengan sudut 900 Tampak Depan

14

Gambar 9. Bendung segitiga dengan sudut 90 0 Tampak Samping

14

Gambar 10. Bendung empat persegi dengan kontraksi ujung tampak depan

15

Gambar 11. Bendung empat persegi dengan kontraksi ujung tampak samping

15

Gambar 12. Perbedaan pembelokan pada pipa

17

Gambar 13. Bendung empat persegi dengan kontraksi ujung tampak depan

20

Gambar 14. Titik Bangunan Bagi yang diukur

21

Gambar 15. Contoh Bangunan Bagi yang diukur

23

Gambar 16. Diagram alir pelaksanaan penelitian

25

Gambar 17. Grafik hubungan tinggi air dengan koefisien pemias

35

Gambar 18. Grafik hubungan tinggi air dengan koefisien pemias tinggi air 1-5

35

Gambar 19. Grafik hubungan tinggi air dengan koefisien pemias tinggi air >5

36

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Debit Air

45

Lampiran 2. Koeifsien Pemias…………………………………………………….. 48
52
Lampiran 3. Analisis regresi tinggi air dengan koefisien pemias
Lampiran 4. Aplikasi pemias pada masing-masing subak

54

Lampiran 5. Dokumentasi penelitian

55

xvi
xvi

DAFTAR ISTILAH
Abangan

= talang

Aungan

= terowongan

Bindu

= lubang udara dan lubang kontrol dalam bentuk tegak

Calung

= lubang udara dan lubang kontrol dalam bentuk mendatar.

Empelan

= bendung atau (free intake)

Langki atau tanjerig = pembatas aliran banjir
Ngerirun

= aliran kesamping pada bangunan bagi.

Numbak

= aliran lurus pada bangunan bagi

Pangkung

= lembah alam

Pekiyuh

= peluap samping

Pemias

= air yang tereduksi

Petaku

= terjunan

Telabah

= saluran terbuka untuk mengalirakan air dari bangunan utama

Telabah pemaron

= saluran tersier

Telabah penyahcah

= saluran kuarter

Telabah pengutangan = saluran pembuangan
Telepus

= siphon

Tembuku aya = bangunan bagi primer
Tembuku gede = bangunan bagi skunder
Tembuku pemaron

= bangunan bagi tersier

Tembuku penyahcah = bangunan bagi kuarter
Tembuku pengalapan = bangunan pembagi di petak sawah

xvii