Perancangan Arsitektur Dan Desain Interior Rumah Tinggal.

(1)

DAFTAR ISI

 

AKAD KERJASAMA ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN KERJA PRAKTEK ... iv

FORM PENILAIAN KERJA PRAKTEK ... v

PERNYATAAN DOSEN PEMBIMBING ... vi

FORM PEMANTAUAN PROSES KERJA PRAKTEK ... vii

FORM PENILAIAN DOSEN PEMBIMBING ... viii

BIODATA PENULIS ... ix

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Manfaat Penulisan ... 3

1.4 Batasan Pembahasan ... 3

1.5 Metode Pengumpulan Data ... 4

1.6 Sistematika Pembahasan ... 5

  BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan ... 7

2.2 Visi dan Misi ... 8

2.3 Identitas Perusahaan ... 8

2.4 Struktur Perusahaan ... 8


(2)

2.6 Sistem dan Prosedur Penanganan Proyek ... 11

  BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Arsitektur ... 13

3.2 Desain Interior ... 14

3.3 Denah ... 16

3.4 Desain Minimalis ... 17

3.5 Ergonomi ... 20

3.6 Residential Space Ergonomi ... 24

3.7 Fasade ... 26

3.8 Rumah ... 27

3.9 Kost ... 29

3.10 Kamar Mandi ... 29

3.11 Walk in Closet ... 31

  BAB 4 PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 4.1 Proses Pelaksanaan Kerja Praktek ... 35

4.2 Tugas Kerja Praktek ... 36

4.3 Hasil Kerja Praktek ... 37

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

5.2.1 Saran bagi Praktikan ... 64

5.2.2 Saran bagi Perusahaan ... 65  


(3)

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 3.1 Studi Antropometri Manusia ... 15

Gambar 3.2 Contoh Arsitektur Minimalis ... 19

Gambar 3.3 Contoh Desain Interior Minimalis... 19

Gambar 3.4 Ergonomi Walkways and Hallways... 21

Gambar 3.5 Penempatan Pintu Pada Jalur Sirkulasi ... 21

Gambar 3.6 Ergonomi Pintu ... 22

Gambar 3.7 Ergonomi Ramp ... 23

Gambar 3.8 Ergonomi Anak Tangga ... 23

Gambar 3.9 Ergonomi Ketinggian Handrail ... 24

Gambar 3.10 Contoh Fasade Rumah Tinggal ... 26

Gambar 3.11 Ruang Lingkup Rumah ... 27

Gambar 3.12 Contoh Denah Full Bath ... 30

Gambar 3.13 Contoh Kamar Mandi Sehat ... 31

Gambar 3.14 Contoh Walk In Closet ... 32

Gambar 3.15 Contoh Artwork Sebagai Elemen Dekoratif ... 34

Gambar 3.16 Contoh Artwork Sebagai Elemen Estetis ... 34

  Gambar 4.1 Sketsa Fasade 1, Gempol, Bandung ... 37

Gambar 4.2 Sketsa Fasade 2, Gempol, Bandung ... 38

Gambar 4.3 Tampak Depan Fasade, Gempol, Bandung ... 38

Gambar 4.4 Perspektif Fasade 1, Gempol, Bandung... 39

Gambar 4.5 Perspektif Fasade 2, Gempol, Bandung... 39

Gambar 4.6 Denah Rumah Tipe 45, Gempol, Bandung ... 40

Gambar 4.7 Denah Bewarna, Gempol, Bandung ... 41

Gambar 4.8 Sketsa Fasade 1, Kota Baru Parahyangan ... 42

Gambar 4.9 Sketsa Fasade 2, Kota Baru Parahyangan ... 42

Gambar 4.10 Tampak Depan Fasade, Kota Baru Parahyangan ... 43

Gambar 4.11 Tampak Samping Bangunan, Kota Baru Parahyangan ... 43

Gambar 4.12 Perspektif Fasade 1, Kota Baru Parahyangan ... 44


(4)

Gambar 4.14 Denah Lantai Dasar, Kota Baru Parahyangan ... 45

Gambar 4.15 Denah Lantai Atas, Kota Baru Parahyangan ... 46

Gambar 4.16 Perspektif Master Bedroom Final, Kota Baru Parahyangan ... 47

Gambar 4.17 Sketsa Perspektif Master Bedroom, Kota Baru Parahyangan ... 48

Gambar 4.18 Perspektif Walking Closet, Kota Baru Parahyangan ... 48

Gambar 4.19 Perspektif Walking Closet 2, Kota Baru Parahyangan ... 49

Gambar 4.20 Sketsa Walking Closet Final, Kota Baru Parahyangan ... 49

Gambar 4.21 Tampak Depan Kost ... 50

Gambar 4.22 Perspektif 1 Kost ... 50

Gambar 4.23 Perspektif 2 Kost ... 51

Gambar 4.24 Denah Lantai Dasar Kost ... 52

Gambar 4.25 Denah Lantai Atas Kost ... 53

Gambar 4.26 Unit Kamar Kost ... 54

Gambar 4.27 Denah Bewarna Kamar Kost ... 55

Gambar 4.28 Denah Kamar Mandi ... 56

Gambar 4.29 Tipe Kamar Mandi 1 ... 56

Gambar 4.30 Tipe Kamar Mandi 2 ... 57

Gambar 4.31 Tipe Kamar Mandi 3 ... 57

Gambar 4.32 Tipe Kamar Mandi 4 ... 58

Gambar 4.33 Tipe Kamar Mandi 5 ... 58

Gambar 4.34 Unit Kamar Kost, Ciumbuleuit, Bandung ... 59

Gambar 4.35 Dinding Koridor Kost ... 60

Gambar 4.36 Tampak Muka Dinding Kost ... 60

Gambar 4.37 Aplikasi Cahaya Pada Koridor Kost ... 61  


(5)

ABSTRAK

Kehidupan manusia mempunyai dua aspek yang paling mendasar dan wajib untuk dipenuhi oleh setiap pribadinya secara seimbang, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani lebih bersifat secara fisik, sedangkan kebutuhan rohani bersifat secara non fisik, antara lain kebutuhan spiritual, mental, dan psikologis.

Kegiatan ritual keagamaan adalah salah satu cara memenuhi kebutuhan manusia secara rohani. Hal ini merupakan pengungkapan kebutuhan spiritual akan kekuatan di luar batas indrawi kehidupan manusia. Keberhasilan kebutuhan ini tidak terhempas dari wadah dimana kegiatan tersebut berlangsung.

Gereja sebagai wadah kegiatan spritual agama Katolik, tentu harus dapat mewadahi segala kegiatan peribadahan yang ada di dalamnya, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spritual seseorang tidak hanya didapatkan dari aktivitas ritual agama semata melainkan melalui fisik lingkungan sekitarnya.

Gereja harus memiliki tingkat fungsional baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, ruang memberikan kontribusi sebagai wadah yang sesuai dengan kegiatan di dalamnya, sedangkan secara psikis ruang memberikan sebuah pengalaman ketika orang sedang berada di dalamnya. Pengalaman ruang sangat memiliki relevansi dengan hasil persepsi setiap individu dimana hal ini berkaitan dengan persepsi religius.

Pengalaman akan ruang yang kudus mengantarkan umat ke dalam tingkat religiositasnya. Religiositas tumbuh dan berkembang dari masing-masing pribadi individu. Bangunan dan lingkungan sebenarnya hanya media pelengkap untuk merangsang timbulnya persepsi religius umat.


(6)

ABSTRACT

There are two aspects which are basically fulfilled for sustaining human personal life. The two important aspects are namely as physical needs and spiritual needs. Physical needs are related to physical dimension, whereas spiritual needs are related to the non-physical fulfillment; such as spiritual living, mental, and psychological aspects. The religious ritual or religious practice is one of various ways to carry out human spiritual needs. Moreover, it also helps to awake the spiritual awareness to ‘the power’ which is beyond human sense. The significance of religious practice is more supported by the venue where the ritual activity has happened.

The church building, as the venue for the spiritual activity in the Catholic religion, certainly has to support the rites within the Catholic religious practices. Along the architectural history of the Catholic Church, the symbols and the ornaments of the

church’s building were developed to seek the meaning and to uphold activities of the

Catholic rites. Hence, the spiritual fulfillment of one’s needs is not only received by

following the ritual activity. It is also from the church building as the spiritual venue by one’s senses – within its physical ornament – as the way to finding his/her personal perception of the Sacred.

The church building, nonetheless, should be able to maintain two functional levels, physical and psychological, which are important to support the spiritual needs and ritual activities. Physically, the space of the church building contributes to obtain the spiritual activity within it. Psychologically, the space which is supported by symbols and ornaments guides one’s awareness to his/her spiritual experience. Consequently, the experience of the sacred place has its relevance with congregational or individual ‘religious perception’ in order to search the meaning of Sacred.

The experience of sacred place conveys the congregation to find their personal

religious experience into many levels. Thus, it helps each person to nurture his/her personal religiosity. For that reason, the spiritual nuance of the building and the venue are actually has just become a complementary medium to stimulate the emergence of


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xxii

DAFTAR DIAGRAM ... xxiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Batasan Masalah... 7

1.7 Metode Penelitian... 8

1.8 Metode Pengumpulan Data ... 9

1.9 Responden Penelitian ... 11

1.10 Langkah Penelitian ... 12

1.11 Kerangka Pemikiran ... 13

1.12 Lokasi Penelitian ... 14

1.13 Sistematika Penulisan... 14

BAB II ELEMEN DESAIN INTERIOR TERHADAP PERSEPSI RELIGIUS 2.1 Gereja Katolik ... 24

2.1.1 Pengertian Gereja ... 24


(8)

2.1.3 Tantangan Gereja Katolik di Indonesia ... 32

2.2 Arsitektur Gereja Katolik ... 34

2.2.1 Perkembangan Arsitektur Gereja Katolik ... 34

2.2.2 Neo Gothik ... 45

2.2.3 Art Deco ... 53

2.3 Liturgi Katolik ... 56

2.3.1 Ritus dan Sakramen... 57

2.3.2 Simbol dan Lambang Liturgi ... 58

2.3.3 Warna Liturgi ... 66

2.3.4 Aplikasi Liturgi pada Desain Interior ... 67

2.4 Desain Interior ... 72

2.4.1 Dasar Desain Interior ... 74

2.4.2 Unsur Desain Interior ... 75

2.4.3 Elemen Desain Interior ... 77

2.4.4 Konseptual Perancangan Desain Interior ... 80

2.5 Penataan Elemen Interior Ruang Ibadah ... 86

2.6 Kode dalam Karya Seni ... 96

2.7 Persepsi Ruang ... 98

2.7.1 Proses Pembentukan Persepsi Ruang ... 104

2.7.2 Faktor Pembentukan Persepsi Ruang ... 105

2.8 Persepsi ... 110

2.8.1 Pengertian ... 110

2.8.2 Jenis Persepsi ... 111

2.8.3 Faktor Pembentuk Persepsi ... 112

2.8.4 Aspek Persepsi ... 113

2.8.5 Sifat Persepsi ... 114


(9)

2.10.1 Persepsi Religius ... 128

2.10.2 Religiositas Desain dalam Gereja ... 128

BAB III GEREJA ST.PETRUS KATEDRAL BANDUNG 3.1 Faktor Pemilihan Objek Studi ... 135

3.2 Sejarah ... 136

3.3 Deskripsi Objek Studi ... 140

3.3.1 Arsitektural Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 140

3.3.2 Elemen Pembentuk Ruang ... 147

3.3.3 Elemen Pendukung Ruang ... 152

3.3.4 Elemen Dekorasi Ruang ... 163

BAB IV ANALISIS ELEMEN INTERIOR TERHADAP PERSEPSI RELIGIUS UMAT 4.1 Elemen Pembentuk Ruang ... 175

4.1.1 Arsitektur ... 176

4.1.2 Ceiling ... 181

4.1.3 Dinding ... 188

4.1.4 Lantai... 202

4.2 Elemen Pendukung Ruang ... 211

4.2.1 Panti Imam ... 213

4.3 Seni Dekoratif dan Simbolisme Liurgi ... 242

4.3.1Relief Tabernakel ... 245

4.3.2 Lukisan Jalan Salib ... 246

4.3.3 Kaca Lukis ... 262

4.4 Hasil Kuesioner Responden ... 285

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 344

5.2 Temuan Penelitian ... 347

5.3 Saran ... 349


(10)

DAFTAR ISTILAH ... xxxiv LAMPIRAN ... liv BIODATA PENULIS ... lxxiii


(11)

DAFTAR GAMBAR

BAB II ELEMEN DESAIN INTERIOR TERHADAP PERSEPSI RELIGIUS

Gambar 2.1 Suasana Konsili Vatikan II (1964-1965) ... 32

Gambar 2.2 Atap Ruang Doa, Pratista ... 33

Gambar 2.3 Kemah Suci ... 35

Gambar 2.4 Byzantine Arsitektur ... 36

Gambar 2.5 Durham Cathedral, England ... 37

Gambar 2.6 Church of Saint Etienne ... 38

Gambar 2.7 Ceiling of Chatres Cathedral ... 39

Gambar 2.8 Chatres Cathedral ... 40

Gambar 2.9 Architecture of Basilica St.Peter, Vatikan ... 41

Gambar 2.10 Pallazo Chiericati ... 41

Gambar 2.11 Swietalipka Organ ... 42

Gambar 2.12 Ottobeuren Basilica ... 43

Gambar 2.13 Jubilee Church, Rome ... 44

Gambar 2.14 Gotik Arsitektur... 46

Gambar 2.15 Neo Gotik Arsitektur ... 46

Gambar 2.16 Proporsi bangunan Gotik dan Neo Gotik ... 47

Gambar 2.17 Kaca Mawar ... 48

Gambar 2.18 Jendela Arsitektur Gotik ... 48

Gambar 2.19 Lantai Arsitektur Neo Gotik ... 49

Gambar 2.20 Pintu Arsitektur Gotik ... 49

Gambar 2.21 Stained Glass ... 50

Gambar 2.22 Penampang Dinding Arsitektur Gotik ... 50

Gambar 2.23 Penampang Atap Arsitektur Gotik dan Neo Gotik... 51

Gambar 2.24 Layout Denah Salib ... 52

Gambar 2.25 Dekorasi Dinding Arsitektur Gotik ... 52

Gambar 2.26 Art Deco Ornament ... 53

Gambar 2.27 Art Deco Armchair ... 54

Gambar 2.28 Gedung Merdeka, Bandung... 55


(12)

Gambar 2.30 Sakramen Pembaptisan ... 58

Gambar 2.31 Alpha dan Omega ... 60

Gambar 2.32 Ikan dan Roti ... 60

Gambar 2.33 IHS ... 61

Gambar 2.34 Ikan dan Roti ... 61

Gambar 2.35 PX ... 62

Gambar 2.36 INRI ... 62

Gambar 2.37 Agnus Dei ... 63

Gambar 2.34 Ikan dan Roti ... 61

Gambar 2.35 PX ... 62

Gambar 2.36 INRI ... 62

Gambar 2.37 Agnus Dei ... 63

Gambar 2.38 Merpati ... 63

Gambar 2.39 Yohanes ... 64

Gambar 2.40 Lukas ... 64

Gambar 2.41 Markus ... 65

Gambar 2.42 Segitiga ... 65

Gambar 2.43 Segitiga dan Lingkaran... 65

Gambar 2.44 Kalender Warna Liturgi ... 67

Gambar 2.45 Aneka Sarana dan Prasarana Liturgi ... 68

Gambar 2.46 Aneka Simbol dalam Ruang Gereja ... 70

Gambar 2.47 Combination of Subject, Form, and Content... 75

Gambar 2.48 Rumah Adat, Desain sebagai Nilai Simbolik ... 81

Gambar 2.49 Brand Image, Desain sebagai Nilai Ekonomis ... 82

Gambar 2.50 Transformasi Gereja dengan Budaya Cina... 87


(13)

Gambar 2.57 Baptismal Space ... 93

Gambar 2.58 Altar Table Space ... 94

Gambar 2.59 Altar Table Space ... 94

Gambar 2.60 Sacretarium ... 95

Gambar 2.61 Movement Space ... 92

Gambar 2.62 Baptismal Space ... 93

Gambar 2.63 Altar Table Space ... 94

Gambar 2.64 Implementasi Dinding Terhadap Pengalaman Ruang ... 101

Gambar 2.65 Implementasi Cahaya Terhadap Pengalaman Ruang ... 103

Gambar 2.66 Komposisi Titik ... 106

Gambar 2.67 Geometric and Biomorphic ... 107

Gambar 2.68 Colour Composition ... 107

Gambar 2.69 Tekstur Material ... 108

Gambar 2.70 Panca Indera Manusia ... 119

Gambar 2.71 Bagian Mata ... 121

Gambar 2.72 Colour Perception ... 122

Gambar 2.73 Bagian Telinga ... 125

Gambar 2.74 Auditory Perception ... 126

Gambar 2.75 The Church of Light, Osaka, Japan ... 130

Gambar 2.76 St.Henry Chapel ... 130

Gambar 2.77 Ceiling of Church oh il Gesu, Rome ... 131

Gambar 2.78 Interior of Benedictine Church, Germany ... 131

Gambar 2.79 Biblia Pauperum at Redemptoris Chapel, Rome ... 132

Gambar 2.80 Fresco Bavarian Church, Germany ... 133

Gambar 2.81 Fresco St. George Church, Graubunden ... 133

Gambar 2.82 Dekorasi Bunga di Gereja Katedral, Jakarta ... 134

BAB III GEREJA ST.PETRUS KATEDRAL BANDUNG Gambar 3.1 Prasasti Sejarah Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 137

Gambar 3.2 Potongan Aksonometri Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 138

Gambar 3.3 Site Plan Lama Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 139


(14)

Gambar 3.4 Organisasi Ruang Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 140

Gambar 3.5 Aksonometri Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 142

Gambar 3.6 Fasade Depan Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 144

Gambar 3.7 Fasade Utara Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 145

Gambar 3.8 Fasade Selatan Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 145

Gambar 3.9 Fasade Timur Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 146

Gambar 3.10 Moulding ... 148

Gambar 3.11 Rose Window ... 148

Gambar 3.12 Arch ... 149

Gambar 3.13 Ketebalan Dinding sebagai Dinding Pemikul ... 149

Gambar 3.14 Ribbed Vault dan Flying Buttress... 150

Gambar 3.15 Kubah Altar ... 150

Gambar 3.16 Dinding Panti Umat ... 151

Gambar 3.17 Pola Lantai Panti Umat ... 151

Gambar 3.18 Tampak Muka Confiteorium ... 152

Gambar 3.19 Interior Confiteorium ... 152

Gambar 3.20 Baptisterium ... 153

Gambar 3.21 Bejana Baptis... 153

Gambar 3.22 Interior Pieta ... 154

Gambar 3.23 Patung Pieta ... 154

Gambar 3.24 Narthex ... 155

Gambar 3.25 Loggia ... 155

Gambar 3.26 Orgel Gereja St.Petrus Katedral Bandung... 156

Gambar 3.27 Denah Transept ... 157

Gambar 3.28 Transept Selatan ... 157

Gambar 3.29 Panti Imam Lama ... 158


(15)

Gambar 3.36 Ambo Epistola ... 163

Gambar 3.37 Relief 1, Petrus dibebaskan dari Penjara Herodes Agripa ... 164

Gambar 3.38 Relief 2, Petrus sebagai Pemegang Kunci Surga ... 164

Gambar 3.39 Relief 3, Petrus Tenggelam Saat Berjalan Di Atas Air ... 165

Gambar 3.40 Kerub ... 165

Gambar 3.41 Lukisan Jalan Salib ... 166

Gambar 3.42 Lukisan Jalan Salib Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 166

Gambar 3.43 Patung Hati Kudus Yesus ... 167

Gambar 3.44 Patung Maria Ratu Surgawi ... 168

Gambar 3.45 Patung Ignatius Loyola dan Antonius Padua ... 168

Gambar 3.46 Kaca Perjamuan Terakhir ... 169

Gambar 3.47 Skema Kaca Perjamuan Terakhir ... 170

Gambar 3.48 Skema Kaca Penyaliban Yesus ... 171

Gambar 3.49 Kaca Hati Kudus Yesus ... 171

Gambar 3.50 Skema Kaca Hati Kudus Yesus ... 172

Gambar 3.51 Mata, Allah Bapa... 173

Gambar 3.52 IHS, Allah Putera... 174

Gambar 3.53 Burung Merpati, Allah Roh Kudus ... 174

BAB IV ELEMEN INTERIOR YANG MEMBENTUK PERSEPSI RELIGIUS Gambar 4.1 Moulding pada fasade ... 176

Gambar 4.2 Pointed Arch pada Moulding ... 177

Gambar 4.3 Menara Gereja St.Petrus Katedral ... 178

Gambar 4.4 Seni Dekoratif Bujur Sangkar ... 179

Gambar 4.5 Tali Air ... 180

Gambar 4.6 Ribbed Vault pada Nave ... 181

Gambar 4.7 Ribbed Vault pada Chatres Cathedral ... 182

Gambar 4.8 Ribbed Vault Membentuk Ruang Vertikal ... 183

Gambar 4.9 Tata Cahaya dan Atmosfer Ruang ... 184

Gambar 4.10 Flying Buttress ... 185


(16)

Gambar 4.12 Kolom pada Dinding ... 188

Gambar 4.13 Pola Dinding ... 189

Gambar 4.14 Warna Dinding dan Warna Liturgi... 190

Gambar 4.15 Bentuk Geometris pada Dinding ... 191

Gambar 4.16 Bentuk Arch pada Bukaan ... 192

Gambar 4.17 Skema Bahtera Umat ... 193

Gambar 4.18 Pintu Utama dan Tambahan ... 195

Gambar 4.19 Pintu Tambahan dengan Tiga Bukaan ... 196

Gambar 4.20 Pintu Confiteorium ... 197

Gambar 4.21 Pintu Babtisterium ... 197

Gambar 4.22 Pintu Sakristi ... 198

Gambar 4.23 Kaca Patri ... 199

Gambar 4.24 Kaca Lukis... 200

Gambar 4.25 Dinding Gereja St. Petrus Katedral Bandung... 201

Gambar 4.26 Transept Denah Salib Latin ... 202

Gambar 4.27 Transept Denah Salib Yunani ... 203

Gambar 4.28 Denah Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 204

Gambar 4.29 Pola Lantai Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 206

Gambar 4.30 Pola Lantai Menguatkan Jalur Sirkulasi ... 207

Gambar 4.31 Salah Satu Ukiran Pola Lantai ... 208

Gambar 4.32 Kenyamanan Sirkulasi Gereja St. Petrus Katedral Bandung ... 210

Gambar 4.33 Elemen pada Area Panti Imam ... 213

Gambar 4.34 Panti Imam Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 214

Gambar 4.35 Tabernakel Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 219

Gambar 4.36 Tata Cahaya 1 Tabernakel ... 219


(17)

Gambar 4.43 Cathedra ... 229

Gambar 4.44 Ambo Epistola ... 231

Gambar 4.45 Ambo non Permanent ... 232

Gambar 4.46 Dekorasi Ambo ... 233

Gambar 4.47 Adaptasi Pola Pada Ambo ... 234

Gambar 4.48 Sirkulasi Ambo ... 235

Gambar 4.49 Transformasi Dekorasi Tabernakel ... 264

Gambar 4.50 Tabernakel Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 266

Gambar 4.51 Relief 1, Petrus dibebaskan dari Penjara Herodes... 268

Gambar 4.52 Relief 2, Pengukuhan Petrus sebagai Pemegang Kunci ... 268

Gambar 4.53 Relief 3,Petrus Tenggelam Saat Berjalan di Atas Air ... 269

Gambar 4.54 Kerub ... 269

Gambar 4.55 Corinthian Entablature ... 270

Gambar 4.56 Penerapan Capital Corinthian ... 271

Gambar 4.57 Jenis Corinthian Eentablature ... 272

Gambar 4.58 Kolom Pedestal Tabernakel ... 272

Gambar 4.59 Kolom Pedestal Tabernakel ... 273

Gambar 4.60 Romanesque Portal Diagram ... 274

Gambar 4.61 Archivolts Tabernakel ... 274

Gambar 4.62 Dekorasi Relief pada Tympanum ... 275

Gambar 4.63 Denah Lukisan Jalan Salib ... 277

Gambar 4.64 Bingkai Lukisan Jalan Salib ... 278

Gambar 4.65 Garis Perspektif Lukisan Jalan Salib ... 278

Gambar 4.66 The Conversion of St.Paul ... 279

Gambar 4.67 Lukisan Jalan Salib Gereja St.Petrus Katedral Bandung ... 280

Gambar 4.68 Bentuk Cello dan Arch ... 284

Gambar 4.69 Kaca Lukis di Pagi Hari ... 285

Gambar 4.70 Tata Letak Kaca Lukis ... 286

Gambar 4.71 Warna Material Stained Glass ... 287

Gambar 4.72 Kaca Lukis Perjamuan Terakhir ... 288

Gambar 4.73 Skema Kaca Lukis Perjamuan Terakhir ... 289


(18)

Gambar 4.75 Skema Kaca Penyaliban Yesus ... 292

Gambar 4.76 Skema Kaca Hati Kudus Yesus ... 294

Gambar 4.77 Kaca Lukis Sulur Anggur ... 296

Gambar 4.78 Cahaya Diafan ... 299

Gambar 4.79 Kaca Lukis pada Pagi dan Sore Hari ... 301

Gambar 4.80 Kaca Lukis pada Malam Hari... 301

Gambar 4.81 Efek Tata Cahaya Tabernakel ... 303

Gambar 4.82 Moulding ... 350

Gambar 4.83 Rose Window ... 351

Gambar 4.84 Ribbed Vault ... 352

Gambar 4.85 Kaca Lukis... 353

Gambar 4.86 Stained Glass ... 354

Gambar 4.87 Pointed Arch ... 355

Gambar 4.88 Menara Lonceng ... 356

Gambar 4.89 Denah Salib Latin ... 357

Gambar 4.90 Dekorasi Art Deco ... 358

Gambar 4.91 Furniture Art Deco di Gereja St.Petrus Katedral ... 360

Gambar 4.92 Kursi Art Deco di Gereja St.Petrus Katedral... 361

Gambar 4.93 Pintu Art Deco di Gereja St.Petrus Katedral ... 362


(19)

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

Tabel 1.1 Jumlah Responden ... 15

Tabel 1.2 Kategori Religiositas ... 18

Tabel 1.3 Tabel Langkah Penelitian... 18

BAB II ELEMEN DESAIN INTERIOR TERHADAP PERSEPSI RELIGIUS Tabel 2.1 Tabel Hubungan Dimensi Psikologis Pendengaran ... 126

BAB IV ELEMEN INTERIOR YANG MEMBENTUK PERSEPSI RELIGIUS Tabel 4.1 Tabel Responden Penelitian ... 307

Tabel 4.2 Tabel Tingkat Religiositas Penelitian ... 308

Tabel 4.3 Tabel Tingkat Religiositas Rose Window ... 309

Tabel 4.4 Tabel Tingkat Religiositas Moulding ... 310

Tabel 4.5 Tabel Tingkat Religiositas Pointed Arch ... 311

Tabel 4.6 Tabel Tingkat Religiositas Dekorasi Dinding ... 312

Tabel 4.7 Tabel Tingkat Religiositas Kubah Altar ... 313

Tabel 4.8 Tabel Tingkat Religiositas Ribbed Vault ... 314

Tabel 4.9 Tabel Tingkat Religiositas Stained Glass ... 315

Tabel 4.10 Tabel Tingkat ReligiositasKaca Lukis ... 316

Tabel 4.11 Tabel Tingkat ReligiositasPola Lantai ... 317

Tabel 4.12 Tabel Tingkat Religiositas Cathedra ... 318

Tabel 4.13 Tabel Tingkat ReligiositasTabernakel ... 319

Tabel 4.14 Tabel Tingkat ReligiositasAltar ... 320

Tabel 4.15 Tabel Tingkat Religiositas Sedilia ... 321

Tabel 4.16 Tabel Tingkat ReligiositasKursi Umat ... 322

Tabel 4.17 Tabel Tingkat ReligiositasKaca Tri Tunggal ... 323

Tabel 4.18 Tabel Tingkat Religiositas Confiteorium ... 324


(20)

Tabel 4.20 Tabel Tingkat ReligiositasPanti Imam (Sanctuary) ... 326

Tabel 4.21 Tabel Tingkat ReligiositasPatung ... 327

Tabel 4.22 Tabel Tingkat Religiositas Pieta ... 328

Tabel 4.23 Tabel Tingkat ReligiositasBejana Air ... 329

Tabel 4.24 Tabel Tingkat ReligiositasLukisan Jalan Salib ... 330

Tabel 4.25 Tabel Tingkat ReligiositasLukisan Jalan Salib ... 331

Tabel 4.26 Tabel Tingkat Religiositas Loggia ... 332

Tabel 4.27 Tabel Tingkat ReligiositasRelief Tabernakel ... 333

Tabel 4.28 Tabel Tingkat ReligiositasBejana Baptis ... 334

Tabel 4.29 Tabel Tingkat Religiositas Orgel ... 335

Tabel 4.30 Tabel Kerangka Konsep Validitas ... 342

Tabel 4.31 Tabel Validitas Elemen Religiositas Tinggi ... 343

Tabel 4.32 Tabel Validitas Elemen Religiositas Sedang ... 344


(21)

DAFTAR DIAGRAM

BAB I PENDAHULUAN

Diagram 1.1 Metode Penelitian ... 32

Diagram 1.2 Jumlah Responden ... 32

Diagram 1.3 Pengumpulan Data ... 32

Diagram 1.4 Teknik Analisis Data ... 32

Diagram 1.5 Konsep Pemikiran ... 32

Diagram 1.6 Langkah Penelitian ... 32

BAB II ELEMEN DESAIN INTERIOR TERHADAP PERSEPSI RELIGIUS Diagram 2.1 Skema Pemetaan Pola Pikir Desain ... 83

Diagram 2.2 Peranan Tiga Unsur Karya Seni ... 97

Diagram 2.3 Proses Interaksi Manusia dalam Ruang ... 102

Diagram 2.4 Proses Sederhana Pembentukan Persepsi... 115

Diagram 2.5 Piramida Persepsi ... 117

Diagram 2.6 Tahap Siklus Proses Persepsi Manusia ... 118

BAB IV ELEMEN INTERIOR YANG MEMBENTUK PERSEPSI RELIGIUS Diagram 4.1 Rose Window ... 309

Diagram 4.2 Moulding ... 310

Diagram 4.3 Pointed Arch... 311

Diagram 4.4 Dekorasi Dinding ... 312

Diagram 4.5 Kubah Altar ... 313

Diagram 4.6 Ribbed Vault ... 314

Diagram 4.7 Stained Glass ... 315

Diagram 4.8 Kaca Lukis ... 316

Diagram 4.9 Pola Lantai ... 317

Diagram 4.10 Cathedra ... 318

Diagram 4.11 Tabernakel ... 319


(22)

Diagram 4.13 Sedilia ... 321 Diagram 4.14 Kursi Umat ... 322 Diagram 4.15 Kaca Tritunggal ... 323 Diagram 4.16 Confiteorium ... 324 Diagram 4.17 Panti Umat (Nave) ... 325 Diagram 4.18 Panti Imam (Sanctuary) ... 326 Diagram 4.19 Patung ... 327 Diagram 4.20 Pieta ... 328 Diagram 4.21 Bejana Air ... 329 Diagram 4.22 Lukisan Jalan Salib ... 330 Diagram 4.23 Ambo ... 331 Diagram 4.24 Loggia ... 332 Diagram 4.25 Relief Tabernakel ... 333 Diagram 4.26 Bejana Baptis ... 334 Diagram 4.27 Orgel ... 335 Diagram 4.28 Grafik Hasil Kuesioner 1 ... 335 Diagram 4.29 Grafik Hasil Kuesioner 2 ... 339 Diagram 4.30 Panti Imam (Sanctuary) ... 340 Diagram 4.31 Tabel Kerangka Konsep Validitas ... 342 Diagram 4.32 Tabel Validitas Elemen Religiositas Tinggi ... 343 Diagram 4.33 Tabel Validitas Elemen Religiositas Sedang ... 344 Diagram 4.34 Tabel Validitas Elemen Religiositas Rendah ... 345


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner ... Lampiran B Tabel Kajian Persepsi Mobilitas Kenyamanan ... Lampiran B1 Tabel Kajian Persepsi Mobilitas Kenyamanan ... Lampiran B2 Tabel Kajian Persepsi Mobilitas Kenyamanan ... Lampiran B3 Tabel Kajian Persepsi Mobilitas Kenyamanan ... Lampiran C Tabel Kajian Persepsi Pendengaran ... Lampiran C1 Tabel Kajian Persepsi Pendengaran ... Lampiran D Tabel Kajian Persepsi Penglihatann Panti Imam ... Lampiran D1 Tabel Kajian Persepsi Penglihatann Panti Imam ... Lampiran D2 Tabel Kajian Persepsi Penglihatann Panti Imam ... Lampiran E Tabel Kajian Persepsi Penglihatann Panti Umat ... Lampiran E1 Tabel Kajian Persepsi Penglihatann Panti Umat ... Lampiran E2 Tabel Kajian Persepsi Penglihatann Panti Umat ... Lampiran F Elemen Interior (Part 1) ... Lampiran F Elemen Interior (Part 2) ... Lampiran F Elemen Interior (Part 1) ... Lampiran F1 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F2 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F3 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F4 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F5 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F6 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F7 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F8 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F9 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F10 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F11 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F12 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F13 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F14 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung...


(24)

Lampiran F15 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran F16 Elemen Interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung... Lampiran G Tabel Hasil Kuesioner Tingkat Religiositas Dominan ... Lampiran H Tabel Hasil Kuesioner Tingkat Religiositas Non Dominan ...


(25)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman yang semakin berjalan dengan cepat, memberikan efek globalisasi terhadap semua bidang kehidupan. Sehingga dibutuhkan sebuah modal untuk dapat mempertahakan eksistensi diri di tengah arus globalisasi yang pesat. Salah satu sasaran strategis penyelesaian masalah di atas adalah melalui bidang pendidikan, baik formal maupun informal.

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang diperlukan untuk dapat menjadikan seseorang lebih berkualitas dibandingkan sebelumnya. Hal ini tentu akan berdampak terhadap meningkatnya kualitas sumber daya manusia di saat ini dan di masa yang akan datang. Semakin banyaknya sumber daya manusia yang berkualitas tentu akan dapat mengantarkan kesuksesan pembangunan nasional dan menciptakan identitas bangsa yang mandiri.


(26)

Salah satu instansi pendidikan formal adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi seharusnya tidak pernah berhenti berbenah untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan di dalamnya. Semakin berkualitas mutu pendidikan yang diberikan tentu dapat menghasilkan sumber daya manusia yang semakin berkualitas pula.

Universitas Kristen Maranatha merupakan salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung yang selalu memperhatikan kualitas mutu pendidikannya. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lulusan sumber daya manusia yang berkualitas serta siap bersaing di tengah arus globalisasi.

Menyadari perkembangan masyarakat dan dunia kerja yang semakin kompetitif. Maka mendorong Universitas Kristen Maranatha untuk turut menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dalam menciptakan lulusan yang berkualitas tersebut, tentu diperlukan sistem pelatihan keterampilan diluar sistem pendidikan formal yang umum diberikan. Salah satunya adalah dengan memberikan pengalaman bekerja di lapangan secara langsung, atau sering dikenal dengan istilah kerja praktek. Tujuan dari kerja praktek adalah sebagai persiapan menghadapi dunia kerja yang semakin kompetitif.

Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha memberikan kesempatan untuk mahasiswanya mendapatkan pengalaman di dunia kerja. Kesempatan ini didapatkan melalui Mata Kuliah Kerja Praktek yang wajib diambil dalam kurikulum perkuliahan. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu dan wawasan yang didapatkan dari bangku perkuliahan di dunia kerja. Serta menciptakan mental yang tangguh untuk siap melawan arus dunia kerja yang kompetitif dan dituntut profesional.

1.2 Tujuan Penulisan


(27)

2. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan teori yang diterima di bangku perkuliahan terhadap aplikasi dunia kerja secara langsung.

3. Untuk memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai salah satu bagian dari proses belajar.

1.3 Manfaat Penulisan

Hasil dari penyusunan laporan kerja praktek ini kiranya dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

1. Penulis

Yaitu untuk menambah ilmu, pengetahuan, serta wawasan penulis yang terutama berkaitan dengan sistem penerapan perancangan desain interior maupun arsitektur di dunia kerja secara teoritis maupun praktis. Selain itu untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menyusun laporan ke arah yang lebih baik.

2. Praktikan Kerja Praktek

Yaitu sebagai bahan pembanding, khususnya bagi praktikan yang akan atau sedang menyusun laporan proses kerja praktek.

3. Pembaca

Yaitu memberikan kontribusi ilmu, pengetahuan dan pengalaman mengenai kondisi dunia kerja yang semakin kompetitif dan dituntut untuk profesional.

1.4Batasan Pembahasan

Laporan ini disusun dengan batasan pembahasan sehingga tidak terjadinya perluasan. Batasan pembahasan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur sebagai landasan teori yang diterapkan selama proses kerja praktek.

2. Projek yang telah dilaksanakan selama proses kerja praktek, yaitu : a. Perancangan desain fasade rumah type 45 di Jalan Gempol, Bandung. b. Perancangan desain interior dan pengembangan denah rumah type 45


(28)

c. Perancangan desain fasade dan eksterior bangunan di atas lahan 300 m2, Kota Baru Parahyangan.

d. Perancangan denah rumah 2 (dua) lantai di atas lahan 300 m2, Kota Baru Parahyangan

e. Perancangan desain interior ruang tamu, master bedroom, walking closet, Kota Baru Parahyangan.

f. Perancangan fasade kost dan eksterior bangunan di atas lahan 672 m2, Ciumbuleuit, Bandung.

g. Perancangan denah kost 2 (dua) lantai di atas lahan 672 m2, Ciumbuleuit, Bandung.

h. Perancangan desain interior unit kamar kost ukuran 4m x 4,5m, Ciumbuleuit, Bandung.

i. Perancangan desain artwork terhadap elemen desain interior rumah, Kota Baru Parahyangan.

j. Perancangan desain artwork terhadap elemen desain interior kost, Ciumbuleuit, Bandung,

k. Perancangan desain interior kamar mandi ukuran 2,5 m x 2 m.

1.5Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pun harus dilakukan dengan selektif. Hal ini bertujuan untuk menghindari resiko data yang majemuk satu sama lain. Banyaknya data yang diperoleh dapat pula membuat data bersifat kabur, dan belum tentu memiliki kesinambungan dengan studi kerja praktek. Oleh karena itu perlunya diadakan pemilihan data berdasarkan 3 (tiga) jenis data yang didapat, yaitu :

1. Observasi Lapangan


(29)

3. Studi Literatur

Data ini diperoleh dari studi pustaka yang berhubungan dengan proyek kerja. Data ini berfungsi sebagai data sekunder untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan.

Adapun perbandingan kuantitas data dalam pelaksanaan kerja praktek ini, sebagai berikut :

Diagram 1.1 Diagram Sumber Data Sumber : Dokumentasi Pribadi

1.6Sistematika Pembahasan

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini dapat diuraikan menjadi beberapa bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan mengenai latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan pembahasan, dan sistematika pembahasan.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

Pembahasan mengenai sejarah perusahaan, lingkup kegiatan atau pelayanan perusahaan, baik operasional, manajemen dan portofolio perusahaan.

Studi Literatur

Wawancara dan Assistensi


(30)

BAB III LANDASAN TEORI

Pembahasan mengenai studi literatur yang berkaitan dengan seluruh penerapan proses pelaksanaan projek kerja praktek.

BAB IV PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Pembahasan mengenai informasi umum dan sistem pelaksanaan kerja praktek. Serta pembahasan mengenai seluruh projek kerja praktek yang sudah dilaksanakan.

BAB V PENUTUP

Pembahasan mengenai opini dan simpulan praktikan selama melaksanakan kerja praktek.


(31)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia mempunyai dua aspek kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi oleh setiap pribadinya, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi pribadi manusia secara fisik, sedangkan kebutuhan rohani diperlukan untuk memenuhi pribadi manusia secara non fisik, yaitu antara lain kebutuhan spiritual, mental dan psikologis. Kebutuhan rohani mempunyai pengaruh terhadap pola pikir dan perilaku seseorang. Selain itu ajaran agama yang dianut oleh pribadi manusia pun memberikan pengaruh yang cukup besar. Hal ini dikarenakan keterlibatan intelektual agama merupakan salah satu dasar kehidupan manusia.


(32)

2

Kebutuhan rohani dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu dengan mengikuti kegiatan gerejawi maupun pengembangan rohani. Kegiatan gerejawi yang dimaksud adalah salah satunya dengan mengikuti perayaan liturgi1 di Gereja sedangkan kegiatan pengembangan rohani didapatkan dengan kegiatan tambahan di luar perayaan liturgi, salah satunya dengan mengikuti retret maupun rekoleksi.

Sebuah kegiatan tentu harus diwadahi dengan sebuah tempat yang sesuai. Tempat yang dimaksud dapat berupa bangunan kokoh maupun dalam bentuk interaksi langsung dengan alam. Begitupula gereja memerlukan sebuah tempat yang memiliki segi fungsional yang baik untuk mewadahi seluruh aktifitas di dalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan fungsi dan tujuan dari kegiatan tersebut sebagai salah satu wadah kegiatan spiritual umat, sehingga proses pemenuhan kebutuhan rohani seseorang tidak hanya didapatkan dari aktivitas ritual liturgi semata melainkan melalui fisik lingkungan sekitarnya.

Ruang harus memiliki tingkat fungsional baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, ruang memberikan kontribusi sebagai wadah yang sesuai dengan kegiatan di dalamnya, sedangkan secara psikis ruang memberikan sebuah pengalaman ketika orang sedang berada di dalamnya. Pengalaman ruang ini sangat memiliki relevansi dengan hasil persepsi setiap individu. Tingkat persepsi masing-masing individu terhadap sebuah ruang khususnya ruang ibadat maupun ruang kudus tidak terhempas dari pemaknaan dan penghayatan terhadap agamanya. Besar kecilnya pemaknaan dan penghayatan itu tergantung dari berbagai faktor. Salah satunya adalah faktor lingkungan dimana individu itu berada. Maka lingkungan atau bangunan menjadi elemen pendukung yang sangat penting untuk mendukung pemaknaan dan penghayatan ritual keagamaan yang sedang dilakukan.


(33)

3

bangunan Gereja. Hal ini tentu akan membantu meningkatkan persepsi religius umat yang hadir di dalamnya. Namun permasalahan yang ada, persepsi itu bersifat abstrak dan tidak dapat diukur secara pasti. Masing-masing individu mempunyai sistem penilaian yang berbeda terhadap sesuatu yang dilihat maupun dirasakannya. Selain itu pemaknaan dan penghayatan filosofi teologis belum terlalu banyak ditanggapi oleh kaum awam.2 Umat yang datang ke gereja seringkali hanya merupakan formalitas keagamaan, bukan didasari dari kesadaran akan kebutuhan rohani yang diperlukan masing-masing individu.

Pengalaman religius setiap orang tentu berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga bangunan atau lingkungan diharapkan dapat membantu membangkitkan persepsi religius umat itu sendiri. Bangunan dan lingkungan menjadi media sekunder dalam membentuk persepsi religius umat. Walaupun persepsi religius umat tidak dapat disama ratakan satu dengan lainnya. Namun setidaknya bangunan atau lingkungan dapat meningkatkan religiositas umat yang ada di dalamnya. Hal ini mengacu pada konsep bahwa sebuah bangunan gereja seharusnya dapat memberikan pengalaman ruang kudus ketika umat berada di dalamnya.

Pengalaman ruang ini terbentuk dari seluruh elemen interior arsitektur, yaitu elemen pembentuk ruang, elemen pendukung ruang dan elemen dekorasi ruang. Keseluruhan elemen tersebut tidak selamanya hanya dirancang berdasarkan fungsi, melainkan terdapat pula maksud dan tujuan yang ingin dicapai melalui kehadiran elemen tersebut. Maka sudah seharusnya elemen interior tidak saja indah secara estetis melainkan memiliki jiwa dan dapat berkomunikasi dengan umat. Komunikasi inilah yang akan membantu pembentukan persepsi religius ketika umat berada di dalam gereja. Jika elemen interior hanya bersifat estetis saja, ruang memang terlihat indah namun tetap terasa ada sesuatu yang hilang atau hambar. Religiositas memang tumbuh dan berkembang dari masing-masing pribadi individu. Bangunan dan lingkungan sebenarnya hanya media pelengkap untuk merangsang timbulnya persepsi religius umat.

       2

Kaum awam adalah semua orang beriman Kristen yang tidak termasuk dalam golongan tertahbis, yakni biarawan maupun biarawati. [Kanisius,2004,hlm 19]


(34)

4

Gereja merupakan salah satu wadah kegiatan spiritual bagi umat Kristiani. Gereja hadir untuk memenuhi kebutuhan rohani pada setiap individu yang datang ke dalamnya. Oleh karena itu sebuah bangunan Gereja seharusnya tidak memiliki nilai fungsi dan estetik saja, melainkan dapat memberikan rangsangan akan pengalaman ruang “Yang Kudus”. Rangsangan pengalaman ruang tersebut akan mengantarkan umat kepada realitas yang paling tinggi di atas realitas hidup manusia, yaitu sebuah hubungan yang mengantarkan kedekatan dan kebesaran Tuhan. Jika rangsangan itu semakin besar dapat dimunculkan, maka persepsi religius pun akan dengan mudah melekat pada setiap pribadi umat. Hal inilah yang akan mendorong tingkat fungsionalitas yang lebih baik dari sebuah bangunan ibadah, yaitu tempat ketika umat dapat menemukan realitas tertinggi dan kedekatan personil dengan Tuhannya.

Gereja St.Petrus Katedral Bandung merupakan gereja yang dijadikan pusat dari keseluruhan Gereja Katolik yang berada di dalam satu diosis.3 Hal ini dikarenakan adanya tahta uskup yang diletakan dalam setiap sebuah gereja Katedral, yaitu “cathedra”4, sehingga istilah Katedral pun diambil dari istilah Cathedra yang berada di dalam gereja tersebut. Satu diosis hanya memiliki satu Gereja Katedral saja, karena dalam satu diosis pula hanya terdapat satu Vikaris Apostolik (uskup). Selain hal tersebut, faktor yang menjadikan sebuah gereja menjadi Katedral di suatu diosis dilihat dari bentuk dan ukuran gereja tersebut. Biasanya gereja dengan berukuran besar dan memiliki perjalanan sejarah yang panjang yang dijadikan sebuah alasan untuk menjadikannya sebuah Katedral.

Dasar pemilihan Gereja St.Petrus Katedral Bandung sebagai objek studi penelitian karya ilmiah ini, sebagai berikut :


(35)

5

• Gereja St.Petrus Katedral Bandung memiliki cathedra, sebagai tahta uskup satu-satunya di Kota Bandung.

• Gereja St.Petrus Katedral Bandung merupakan salah satu gereja yang memiliki relikwi, sebagai bentuk peninggalan para orang kudus atau martir.

• Gereja St.Petrus Katedral Bandung memiliki banyak varian kegiatan liturgi dari tingkat misa biasa hingga misa pontifikal, sehingga memiliki tuntutan ruang secara fungsi dan psikis yang lebih kompleks.

• Gereja St.Petrus Katedral Bandung menjadi salah satu sejarah perjalanan umat Katolik di Kota Bandung.

• Gereja St.Petrus Katedral Bandung memiliki perancangan arsitektur dan desain interior yang menarik untuk ditinjau lebih lanjut.

• Gereja St.Petrus Katedral Bandung merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Bandung.

• Gereja St.Petrus Katedral Bandung memiliki daya tarik tersendiri di kalangan umat Katolik, baik di dalam maupun luar Keuskupan Bandung.

Selain uraian di atas, elemen desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung menarik untuk ditinjau lebih lanjut, yaitu bagaimana kehadiran elemen interior tersebut dapat memberikan kontribusi untuk memunculkan persepsi religius umat. Hal ini tentu berkaitan dengan fungsi ruang daripada Gereja St.Petrus Katedral Bandung sebagai salah satu wadah kegiatan spiritual kaum Kristiani yang memiliki tuntutan psikologis dalam menciptakan ruang religius.

Selanjutnya berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang bersifat mendalam di Gereja St.Petrus Katedral Bandung, yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi penelitian dengan judul :

“ Tinjauan Elemen Desain Interior Terhadap Persepsi Religius Umat “ (Studi Kasus : Gereja St.Petrus Katedral, Bandung)


(36)

6

1.2Rumusan Masalah

Bangunan gereja tidak saja memiliki tuntutan fungsional melainkan tuntutan psikologis. Tuntutan fungsional mengarahkan pada sifat ruang yang dapat mewadahi segala aktifitas di dalamnya, sedangkan tuntutan psikologis mengarahkan ruang untuk memberikan pengalaman akan kedekatan masing-masing personil dengan Tuhannya.

Pengalaman ruang sebuah gereja tentu mengacu pada sebuah pembentukan persepsi religius. Pembentukan persepsi religius tersebut tentu tidak terhempas dari elemen interior yang berada di dalam sebuah interior gereja. Maka dari uraian latar belakang yang telah dikemukan sebelumnya, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana citra perancangan desain interior arsitektur Gereja St.Petrus Katedral Bandung ?

2. Bagaimana elemen desain interior di Gereja St.Petrus Katedral Bandung ditinjau dari sudut pandang kaidah penataan ruang ibadah Gereja Katolik ?

3. Elemen interior mana sajakah di Gereja St.Petrus Katedral Bandung yang dapat membentuk persepsi religius umat ?

1.3Hipotesis

Hipotesis ini dibuat untuk memberikan jawaban sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan dari rumusan masalah yang muncul serta menguji kebenarannya dari tinjauan teoritis yang sudah ada. Jawaban sementara yang sudah diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Citra perancangan desain interior dan arsitektur Gereja St.Petrus Katedral Bandung mengarah pada gaya arsitektur Neo Gothik


(37)

7

dari bentuk langgam Gothik sebagai essential expression bangunan gereja di Eropa, sedangkan arsitektur Timur ditunjukkan dalam ekspresi bangunan Art Deco yang sebelumnya telah berinkulturasi dengan bangunan Kolonial Hindia Belanda zaman itu. Hal ini membuktikan sifat keterbukaan gereja yang memberikan kesempatan untuk menciptakan transformasi yang sesuai dengan kebudayaan setempat maupun tuntutan zaman. Selain itu, kolaborasi penggunaan arsitektur Timur dan Barat ini menghasilkan sebuah konsep bangunan yang memenuhi tuntutan fungsional dan psikologis. Hal ini dikarenakan arsitektur Barat lebih didominasi pada sistem dekorasi bangunan, sedangkan arsitektur Timur lebih mengarah pada pemenuhan sisi fungsionalitas bangunan. 2. Penerapan elemen desain interior di Gereja St.Petrus Katedral

Bandung sudah dibentuk dengan garis besar kaidah penataan ruang ibadat Gereja Katolik. Elemen pembentuk, pendukung dan dekorasi ruang memiliki eksistensi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain. Penerapan elemen interior tersebut tidak saja dirancang berdasarkan nilai fungsi dan estetik, melainkan memberikan pengalaman ruang melalui pengertian nilai filosofis agama Katolik itu sendiri. Hal ini menjadikan elemen interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung merupakan bentuk kreatifitas karya seni manusia yang mampu memberikan pengalaman akan sesuatu “Yang Kudus”. Elemen interior Gereja St.Petrus Katedral sudah ditata untuk membantu umat masuk ke dalam realitas tertinggi dan menciptakan hubungan kedekatan setiap personil dengan Tuhan.

3. Pengalaman persepsi religius bersifat abstrak dan tidak dapat diukur. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan tolak ukur penilaian individu satu dengan lainnya. Selain itu banyak pula dasar pertimbangan dari berbagai faktor yang melatarbelakangi setiap individu itu sendiri. Pada dasarnya religiositas tumbuh dan


(38)

8

berkembang dari pribadi individu itu sendiri. Lingkungan dan bangunan sekitar hanyalah media pendukung untuk menumbuhkan persepsi religius. Namun seluruh elemen desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung dirasakan sudah dapat membangun persepsi religius umat, walaupun dengan kadar yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan setiap elemen interior di Gereja St.Petrus Katedral Bandung tidak saja membawa umat kepada nilai fungsi dan estetik semata, melainkan kepada nilai pengalaman filosofis ruang. Pengalaman filosofis tersebut tertuang melalui bentuk ekspresi ruang yang dihasilkan, sehingga menghasilkan sebuah apresiasi umat untuk membentuk pengalaman religiositasnya masing-masing. Jika apresiasi umat pada ekspresi ruang semakin tinggi, maka akan semakin tinggi pula tingkat persepsi yang dihasilkan. Maka dari itu, sebuah ekpresi ruang ibadah adalah elemen yang paling menentukan untuk menghasilkan proses persepsi religius pada setiap individu yang hadir di dalamnya.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data guna menyusun skripsi penelitian dalam rangka memenuhi salah satu prasyarat mendapatkan Gelar Program Strata Satu Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha Tahun Ajaran 2010/2011.

Selanjutnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui citra perancangan desain interior arsitektur Gereja St.Petrus Katedral Bandung.


(39)

9

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat dan disusun supaya dapat memberikan manfaat. Hasil dari penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya :

1. Penulis

is

a

i

r

Yaitu untuk menambah ilmu, pengetahuan, serta wawasan penulis yang terutama berkaitan dengan elemen desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung terhadap persepsi religius umat, baik secara teoritis maupun praktis, serta menerapkan ilmu yang sudah diperoleh di bangku kuliah pada bentuk realita di lapangan. Selain itu mengembangkan kemampuan penulis dalam menyusun laporan penelitian ke arah yang lebih baik. 2. Peneliti sejen

Yaitu sebagai bahan pembanding, khususnya bagi peneliti yang akan atau sedang menyusun penelitian dengan bahasan topik yang serupa, sehingga dapat menjadi landasan teori yang saling berkaitan dan berkesinambungan.

3. Pembac

Yaitu memberikan kontribusi ilmu, pengetahuan dan wawasan mengenai tinjauan elemen desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung terhadap persepsi religius umat.

4. Objek Stud

Yaitu memberikan kontribusi dalam menyusun kebijaksanaan dan strategi pengembangan selanjutnya dalam membentuk tingkat religiositas di lingkungan Gereja St.Petrus Katedral Bandung.

5. Bidang Studi Desain Interior Arsitektu

Yaitu memberikan kontribusi dalam pendalaman pengetahuan dan wawasan mengenai religiositas dalam penataan dan perancangan desain interior arsitektur gereja Katolik.


(40)

10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki judul “Tinjauan Elemen Desain Interior Terhadap Persepsi Religius Umat.” Pada judul tersebut terdapat dua buah variabel yang hendak diteliti berdasarkan keterkaitannya satu sama lain. Variabel pertama yaitu mengenai elemen desain interior, sedangkan variabel yang kedua mengenai persepsi religius. Jadi pada intinya karya tulis ini hendak mencari keterkaitan antara elemen desain interior dengan pembentukan persepsi religius umat.

Walaupun dua buah variabel tersebut memiliki definisi masing-masing. Namun dalam penelitian ini, kedua variabel tersebut hendak dileburkan menjadi satu hasil analisis berdasarkan keterkaitannya satu dengan yang lain. Di bawah ini akan diuraikan secara singkat mengenai definisi masing-masing variabel, yaitu sebagai berikut :

1. Elemen desain interior

Menurut Francis D.K Ching, terdapat tujuh buah elemen desain yang harus dipenuhi dalam proses perancangan sebuah bangunan. Hal ini dimaksudkan supaya rancangan yang dihasilkan dapat memenuhi tuntutan fungsional dan psikologis ruang. Tujuh elemen desain tersebut, yaitu bentuk, skala, warna, tekstur, pola, proporsi dan orientasi. Setiap elemen desain memiliki peran untuk menghasilkan satu sistem kesatuan yang harmonis. Masing-masing elemen desain tersebut dapat memberikan ekspresi dan konsep visual yang berbeda-beda. Namun elemen desain interior tetap memiliki satu tujuan makro untuk menciptakan sebuah atmosfer ruang yang tetap memiliki nilai fungsional yang baik. Selain acuan elemen desain di atas, sebuah ruang tentu tidak dapat dihempaskan dari faktor


(41)

11

dan dekorasi ruang serta menganalisisnya terhadap proses pembentukan persepsi. Elemen desain interior hadir sebagai materi ekpresi ruang yang tentu akan berakhir pada pembentukan apresiasi ruang, yaitu sebuah tolak ukur penilaian atau persepsi individu terhadap ruang di sekelilingnya. Maka daripada itu, elemen desain interior tentu harus disusun sedemikian rupa supaya dapat memberikan ekpresi dan apresiasi yang sesuai dengan konsep perancangan, fungsi ruang dan efek psikologis yang ingin dihasilkan.

2. Persepsi religius

Persepsi religius adalah persepsi yang berkaitan dengan pemaknaaan terhadap suatu aktifitas, ritual maupun benda yang memiliki nilai sakral. Menurut Pastor Anton Subianto, OSC perasaan religius itu muncul ketika manusia mengalami pemaknaan dan penghayatan serta memahami ruang Ilahi dalam dirinya. Perasaan tersebut mengantarkan manusia kepada sebuah realitas tertinggi. Persepsi itu dapat muncul ketika melihat atau merasakan sebuah benda, begitu pula dengan lingkungan dan bangunan yang berada di sekelilingnya. Dalam konteks arsitektur dan desain, lingkungan dan bangunan hanya menjadi media pelengkap untuk membangun persepsi religius. Namun tidak jarang seni arsitektur dan desain, tidak hanya dapat membangun melainkan dapat menciptakan persepsi religius yang baru. Pembentukan pengalaman religius tersebut terjadi melalui stimulus yang bersifat sakral dan pemakanaan ekspresi yang lebih mendalam pada ruang. Pada penelitian ini, persepsi religius akan dianalisis berdasarkan kajian persepsi visual, audial dan spasial. Hal ini disebabkan karena persepsi tidak pernah terhempas dari stimulus yang dihasilkan oleh semua panca indera manusia terutama indera penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Maka dari itu, tingkat persepsi religius akan lebih mudah untuk dianalisis lebih lanjut.


(42)

12

1.7 Batasan Masalah

Penelitian ini membatasi permasalahan yang akan dibahas sehingga tidak terjadi perluasan masalah dan penguraian analisis. Penelitian ini dilakukan secara keseluruhan di Gereja St.Petrus Katedral Bandung. Batasan masalah dibagi berdasarkan kategori elemen interior yang ada dengan analisis berdasarkan kajian parameter persepsi visual, audial, dan spasial yaitu :

1. Elemen pembentuk ruang

g

si

Batasan masalah ini mencakup dekripsi dan analisis mengenai arsitektur (fasade), ceiling, dinding, dan lantai. Hal tersebut dikaji berdasarkan kajian parameter persepsi visual, audial dan spasial yang mengarah pada religiositas umat.

2. Elemen pendukung ruan

Batasan masalah ini mencakup deskripsi dan analisis mengenai tatanan ruang beserta isinya, yaitu area panti imam dan panti umat serta dianalisis berdasarkan kajian parameter persepsi. Selain itu terdapat pembahasan singkat mengenai tata cahaya yang berperan penting dalam pembentukan persepsi.

3. Elemen dekora

Batasan masalah ini mencakup deskripsi dan analisis mengenai dekorasi dan simbolisme liturgi secara arsitektural dan muatan filosofisnya. Elemen dekorasi yang ditinjau pada penelitian ini adalah relief tabernakel, kaca lukis, kaca Tritunggal, lukisan jalan salib dan patung. Elemen dekorasi tersebut dikaji berdasarkan kajian parameter persepsi visual, audial dan spasial yang mengarah pada religiositas umat.


(43)

13

penelitian ini merupakan gabungan dari metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan secara teoritis dan metodologis. Metode penelitian yang menunjang pada penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode studi literatur

i)

w

r

Pada tahap ini dilakukan studi literatur dengan membaca buku atau mencari referensi materi dari jurnal maupun karya ilmiah yang berhubungan dengan seluruh variabel penelitian, yakni mengenai elemen desain interior terutama untuk bangunan Gereja Katolik. Selain itu mencari data referensi mengenai analisis kajian parameter persepsi dan religiositas umat. Keseluruhan data literatur yang telah didapat akan dibentuk dalam mind maping untuk memudahkan mencari keterkaitan data satu dengan yang lainnya.

2. Metode studi lapangan (observas

Setelah mempelajari teori yang telah didapatkan dari studi literatur di atas, maka teori tersebut akan dibandingkan dengan hal-hal yang ada di lapangan dengan melakukan observasi, yaitu dengan mengamati arsitektur dan elemen desain interior di Gereja St. Petrus Katedral Bandung melalui deskripsi dan analisis kajian parameter persepsi visual, audial dan spasial terhadap religiositas umat.

3. Metode intervie

Tahap ini merupakan tahap lanjutan untuk mendapatkan informasi atau keterangan mengenai hasil observasi dengan teori yang sudah didapatkan sebelumnya. Hal ini menghasilkan sebuah informasi dari verifikasi data antara hasil observasi dan teori.

4. Metode kuesione

Tahap ini adalah tahap terakhir dari metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan cara mengumpulkan keterangan dan fakta secara langsung dari sample umat di Gereja St. Petrus


(44)

14

Studi

Literatur Observasi Interview Kuesioner Katedral Bandung. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan. Hal ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh elemen desain interior terhadap persepsi religius umat. Bentuk kuesioner yang dipilih adalah bentuk kuesioner visual supaya memudahkan responden untuk memberikan jawaban.

Diagram 1.1 Metode Penelitian Sumber : Dokumentasi Pribadi,2011

1.9 Responden Penelitian

Bangunan Gereja St.Petrus Katedral Bandung memiliki kapasitas maksimal 700 (tujuh ratus) orang. Namun jumlah responden hanya dibatasi sebanyak 100 (seratus) orang. Hal ini dirasa telah cukup untuk mencari dan mewakili gambaran mengenai jawaban dari rumusan masalah yang ada. Selain itu, penggunaan jumlah responden sebanyak 100 (seratus) orang lebih memudahkan untuk menghitung jumlah persentase dari jawaban responden. Penelitian ini membatasi responden dalam beberapa kategori


(45)

15

latar belakang, sistem penilaian, dan berbagai faktor individual yang menjadi faktor perbedaan tingkat persepsi yang akan dihasilkan. Maka daripada itu, variasi responden tersebut menghasilkan sebuah hasil penelitian yang lebih bersifat umum secara keseluruhan.

Responden pada penelitian ini berjumlah 100 (seratus) orang dengan kriteria sebagai berikut :

1. Responden merupakan orang dewasa berumur di atas 20 (dua puluh) tahun.

2. Responden merupakan orang yang cukup mengerti mengenai masalah agama Katolik, antara lain imam, biarawan, dan kaum awam.

3. Responden merupakan orang yang cukup mengerti dalam bidang perancangan arsitektur maupun desain interior, antara lain designer, arsitek dan pakar.

Adapun perbandingan kuantitas responden pada penelitian ini, sebagai berikut :

Imam 10 %

Biarawan 10 %

Kaum Awam 70% Pakar

10%

Diagram 1.2 Jumlah Responden


(46)

16

NO KATEGORI JUMLAH

1 Imam 10 orang

2 Biarawan 10 orang

3 Pakar / Ahli 10 orang

4 Kaum Awam 70 orang

TOTAL 100 orang

Tabel 1.1 Jumlah Responden Sumber : Dokumentasi Pribadi,2011

1.10 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pun harus dilakukan dengan selektif. Hal ini bertujuan untuk menghindari resiko data yang majemuk satu sama lain. Banyaknya data yang diperoleh dapat pula membuat data bersifat kabur, dan belum tentu memiliki kesinambungan dengan variabel penelitian. Oleh karena itu perlunya diadakan pemilihan data berdasarkan 2 (dua) jenis data yang didapat, yaitu :

1. Data primer

Data ini diperoleh dari hasil metode empiris, yaitu pengumpulan data yang menggunakan pola berpikir induktif. Penelitian ini dimulai dari fakta di lapangan dilanjutkan dengan studi literatur dan hasil observasi kualitatif. Data studi literatur didapatkan dari hasil rumusan perbandingan pustaka mengenai elemen desain interior Gereja Katolik, sedangkan data observasi kualitatif didapatkan dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada umat di Gereja St.Petrus Katedral Bandung untuk meninjau persepsi religius umat.


(47)

17

Adapun perbandingan kuantitas data yang akan dianalisis pada penelitian ini, sebagai berikut :

kuesioner 40%

studi literatur 30% wawancara

10%

observasi 20%

Diagram 1.3 Pengumpulan Data Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011

1.11 Metode Pengolahan Data

Data penelitian yang telah didapatkan dari dari studi literatur dan kuesioner kemudian akan diolah dan dianalisis sesuai dengan kapasitas jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Pengolahan dan analisis data tersebut, sebagai berikut :

1. Membuat sebuah mind maping dari keseluruhan data studi literatur yang didapat, sehingga lebih memudahkan penulis untuk membuat olahan dan keterkaitan analisis data.

. 2. Menganalisis elemen interior berdasarkan deskripsi dan kajian

studi literatur serta pendapat pribadi, sehingga menghasilkan sebuah kerangka konsep perbandingan dengan hasil kuesioner yang akan digunakan untuk mengukur validitas data.

3. Melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang sudah ditentukan, yaitu umat, biarawan, imam dan pakar.


(48)

18

5. Melakukan pembuatan tabel dan diagram hasil kuesioner untuk memudahkan menganalisis data.

6. Mengkaji ulang dengan menganalisis kembali hasil jawaban kuesioner dengan kerangka konsep yang telah disusun untuk mencari validitas data.

1.12 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua metode dalam menganalisis data yang diperoleh, yaitu :

1. Metode kualitatif

if

if

Yaitu teknik analisis data dengan menganalisis data berdasarkan informasi yang diperoleh dan dikaitkan dengan teori yang mendukung. Pada penelitian ini, metode kualitatif dipakai untuk mendeskripsikan objek elemen interior berdasarkan bentuk, warna, pola, skala, orientasi, proporsi, dan tektur. Setelah itu, data dianalisis berdasarkan kajian parameter persepsi visual, audial, dan spasial. Rangkaian proses di atas pada akhirnya menghasilkan sebuah kerangka konsep analisis penelitian yang digunakan pada langkah analisis berikutnya.

2. Metode kuantitat

Yaitu teknik analisis data berdasarkan hasil kuesioner yang didapat dari responden. Hasil kuesioner tersebut diuraikan dalam bentuk diagram dan tabel perbandingan secara keseluruhan, sehingga memudahkan untuk menganalisis data. 3. Gabungan metode kualitatif dan kuantitat

Yaitu teknik analisis data berdasarkan alat ukur statistik sehingga menghasilkan sebuah data yang memiliki validitas.


(49)

19

dikatakan valid. Validitas data pada penelitian ini dikategorikan ke dalam tiga kategori tingkat religiositas. Penyusunan kategori ini berdasarkan selisih jawaban “iya” atau “tidak” pada hasil kuesioner. Kategori tingkat religiositas elemen interior pada hasil penelitian ini, sebagai berikut :

SELISIH KATEGORI SIFAT

67-100 Ya Religiositas Tinggi

34-66 Ragu-ragu Religiositas Sedang

1-33 Tidak Religiositas Rendah

Tabel 1.2 Kategori Religiositas Sumber : Dokumentasi Pribadi,2011

Kerangka Konsep Hasil

Responden Bentuk, Warna,

Tekstur, Pola, Proporsi, Skala,

Orientasi

Visual

Audial Spasial Analisis dan Deskripsi

Elemen Interior

VALID TIDAK VALID

Sesuai Tidak

Diagram 1.4 Teknik Analisis Data Sumber : Dokumentasi Pribadi,2011


(50)

20


(51)

21

1.14 Konsep Pemikiran

Konsep pemikiran penelitian didapatkan dari hasil pandangan akan an yang memiliki identifikasi masalah. Identifikasi asalah tersebut berasal dari hasil pengamatan singkat di lapangan yang enghasilkan sebuah konsep pemikiran penelitian yang hendak dilakukan.

ikiran awal penelitian ini adalah sebagai berikut :

Diagram 1.5 Konsep Pemikiran Sumber : Dokumentasi Pribadi,2011 suatu kondisi lapang

m m

Maka konsep pem

Elemen Desain Interior

Elemen Pembentuk

Elemen Pendukung

Persepsi Religius Religiositas Umat

Elemen Dekorasi INTERIOR ARSITEKTUR

Tuntutan Fungsional Tuntutan Psikologis

Tata Ruang sebagai Wadah Aktifitas

Pengalaman dan Ekspresi Ruang

Ada Tidak

PERANCANGAN MAKSIMAL


(52)

22

1.15 Kerangka Pemikiran

Latar Belakang Masalah :

• Fungsi Gereja St. Petrus Katedral Bandung sebagai media pemenuhan kebutuhan rohani dan ru

• Pe enuhi tuntutan fungsional d gantarkan

pada pengalaman ruang “Yang Kudus”.

• Elemen desain interior dan bangunan sebagai media membangun persepsi religius. ang ibadat agama Katolik.

nataan ruang ibadat harus mem an psikologis yang men

Rumusan Masalah :

• Citra perancangan desain interior arsitektur Gereja St.Petrus Katedral Bandung.

• Penerapan elemen desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung.

• Elemen desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung yang dapat membangun persepsi reli

Hipotesis :

• desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung mengarah pada tur Timur dan Barat.

• Penerapan elemen desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung sudah menurut kaidah penataan ruang gereja Katolik yang cukup baik.

• Seluruh elemen desain interior Gereja St.Petrus Katedral Bandung.sudah dapat membangun Citra perancangan

perpaduan arsitek

persepsi religius walaupun dengan kapasitas yang berbeda-beda. gius umat.

Kerangka Konsep

Persepsi Religius Umat

Kuesioner Analisis Religiositas Tinggi Religiositas Sedang Hasil Kuesioner Elemen desain interior Studi Pustaka

Visual Audial Spasial

Observasi Objek Studi

Religiositas Rendah


(53)

23

1.16 Lokasi Penelitian

Penelitian karya ilmiah ini dilakukan di Gereja St.Petrus Katedral

1.17 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, metode

etode pengumpulan dat den n,

pengumpulan data, metode pengolahan data, teknik analisis data, langkah penelitian, konsep pemikiran, kerangka pemikiran, lokasi penelitian,

dan sistematika penulisan. Secara keseluruhan uraian

di atas mencerminkan nelitian yang hendak dilakukan,

sehingga diharapkan dapat mudah untuk dimengerti oleh pembaca.

BAB II ELEMEN DESAIN INTERIOR DAN PERSEPSI RELIGIUS Bab ini berisi mengenai kajian endukung untuk analisis

kualitatif, terutama ua variabel penelitian.

Kalian literatur terutama mencakup mengenai penataan ruang ibadat Gereja Katolik dan penerapannya ke dalam elemen desain

perkembangan, arsitektur, dan problematikanya. Terakhir literatur mengenai persepsi religius yang faktor dan proses pembentukannya dalam kajian

n spasial.

desain interiornya.

yang berlokasi di Jalan Merdeka No 14, Bandung.

penelitian, m a, respon penelitia metode

kerangka pemikiran

seluruh isi pe

literatur yang m yang berhubungan dengan ked

sebuah bangunan

interior. Terdapat pula kajian literatur mengenai gereja Katolik yang mencakup di dalamnya mengenai sejarah,

mencakup pengertian, parameter visual, audial, da

BAB III TINJAUAN OBJEK STUDI

Bab ini berisi mengenai objek studi yang menjadi objek penelitian, yaitu Gereja St.Petrus Katedral Bandung. Di dalamnya diuraikan mengenai sejarah, alasan pemilihan objek studi, user dan keseluruhan data existing dari objek studi tersebut yang mencakup seluruh elemen arsitektur maupun


(54)

24

eratur aik teoritis maupun praktis, yaitu melalui kajian parameter visual, audial BAB IV ANALISIS OBJEK STUDI

Bab ini berisi mengenai hasil analisis objek studi dengan studi lit b

dan spasial. Selain itu hasil tersebut akan dikaji ulang dengan hasil kuesioner mengenai elemen desain interior terhadap persepsi religius umat Gereja St.Petrus Katedral Bandung.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi mengenai simpulan dan temuan penelitian dari hasil analisis objek studi pada uraian bab sebelumnya. Selain itu bab ini berisi kritik dan saran untuk arah yang lebih baik bagi semua pihak ke depannya.


(55)

BAB 5

PENUTUP

5.1Simpulan

Seorang desainer tidak hanya dapat mengandalkan kemampuan menggambar dan gagasan yang inovatif serta teori yang diterima dari bangku perkuliahan. Untuk menjadi seorang desainer yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat, tentu bukan perkara yang mudah. Sebagai seorang desainer tentu tidak dapat mengikuti keinginan sendiri, tetapi harus terus mengembangkan diri untuk mengerti klien.

Kerja praktek merupakan penghubung dunia pendidikan dan dunia kerja. Banyak sekali yang didapat dari proses kerja praktek. Hal ini berguna untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.

Selama melaksanakan kerja praktek di “MK” Consultant and Build, praktikan memperoleh pengetahuan dan pengalaman, antara lain :

1. Praktikan memperoleh pengetahuan tentang proses perencanaan (design), pelaksanaan (construction), dan pengawasan lapangan (supervision).


(56)

2. Praktikan memperoleh pengetahuan mengenai aspek dasar struktur dan material yang digunakan dalam perancangan suatu proyek.

3. Praktikan mengalami pengalaman kerja, guna mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja sesungguhnya.

4. Praktikan belajar profesional dalam mengerjakan dan melaksanakan sebuah perkerjaan.

5. Praktikan belajar memahami atau bersosialisasi dengan banyak orang dalam perancangan sebuah proyek.

5.2 Saran

5.2.1 Saran bagi Praktikan

Adapun saran-saran berdasarkan proses pengalaman kerja praktikan selama melakukan kerja praktek di “MK” Consultant and Build, yaitu :

1. Praktikan harus mampu dapat bekerja lebih cepat demi memenuhi target pembangunan proyek.

2. Praktikan harus memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap perusahaan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan tepat waktu.

3. Praktikan harus lebih teliti dalam membuat proses perancangan ditinjau dari segi biaya, efektifitas, dan segi keamanan.

4. Praktikan harus memiliki komunikasi yang baik dengan perusahaan dan klien. Hal ini akan lebih memudahkan dalam proses perancangan.

5.2.2 Saran bagi Perusahaan

“MK” Consultant and Build adalah sebuah perusahaan yang secara keseluruhan dapat bekerja dengan baik. Pada setiap perancangan proyek, perusahaan selalu berhasil memecahkan masalah. Namun kurangnya tenaga kerja pada


(57)

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Erwin. 2007. Kesenian Italia Abad 15 Awal”. Dalam diktat Mata Kuliah Tinjauan Karya Seni Barat. Bandung.

“_____________”. 2007. “Kesenian Italia Abad 16”. Dalam diktat Mata Kuliah

Tinjauan Karya Seni Barat. Bandung.

“_____________”. 2007. “Survey of Art History Gothic”. Dalam diktat Mata

Kuliah Tinjauan Karya Seni Barat. Bandung.

“_____________”. 2007. “Late Gothic”. Dalam diktat Mata Kuliah Tinjauan

Karya Seni Barat. Bandung.

“_____________”. 2007. “Yunani Late Classical”. Dalam diktat Mata Kuliah

Tinjauan Karya Seni Barat. Bandung.

Borgias, Fransiskus. 2006. “Penataan Ruang Ibadat”. Dalam Majalah Liturgi Vol 17 No 4: 4-7. Bandung.

Borgias, Fransiskus. 2006. “Kaidah-Kaidah Dekorasi Ruang Ibadat”. Dalam Majalah Liturgi Vol 17 No 5: 21-24. Bandung.

BMA, Ruds. 1989. Inventory of Monuments and Worthwhile Buildings in Bandung : The Cultural Background Study.

Brannen, Julia. 2004. Memadukan Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Samarinda : Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari.

Carolina, Irawaty. 2010. “Komunikasi dalam Karya Seni”. Dalam diktat Mata Kuliah Semiotika. Bandung.


(59)

Da Cunha, Bosco. 2010. “Keindahan Liturgi, Perpaduan Hakikat Ilahi dan

Hakikat Seni”. Dalam diktat Colloqium Liturgicum. Bandung : ILSKI.

De Jonge, Christian. 1994. Gereja Mencari Jawab. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Dilasser, Maurice. 1999. The Symbols of the Church. France : The Liturgical Press.

D.K. Ching, Francis. 1999. Arsitektur Bentuk Ruang dan Susunannya. Jakarta : Erlangga.

D.K. Ching, Francis. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga.

Gunawan, Natallia. 2010. “Analisis Kenyamanan Spasial di Ruang Publik Rumah

Sakit untuk Ibu Hamil”. Dalam Skrispi Sarjana Desain Interior Universitas

Kristen Maranatha. Bandung.

Heatubun, Fabianus. 2010. Liturgi Kudus yang Indah, Liturgi Indah yang

Kudus”. Dalam diktat Colloqium Liturgicum. Bandung : ILSKI.

Hendrawan, Jeremia. 2009. “Pengaruh Desain Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Pembentukan Suasana pada Koridor dan Ruang Tunggu

Rumah Sakit Galery”. Dalam Skrispi Sarjana Desain Interior Universitas

Kristen Maranatha. Bandung.

Hidayat, July. 2007. “Desain sebagai Fenomena Ideologi”. Dalam jurnal Dimensi

Interior Vol 5 No 1 : 34-43. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Hidjaz, Taufan. 2004. “Terbentuknya Citra dalam Konteks Suasana Ruang”. Dalam jurnal Dimensi Interior Vol 2 No 1 : 51-61. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Hildebrant, Markus.2004. “Penuntun Simbol-Simbol Ibadah”. Dalam jurnal STT


(60)

Honggowidjaja, S.P. 2003. “Pengaruh Signifikan Tata Cahaya pada Desain

Interior”. Dalam jurnal Dimensi Interior Vol 1 No 1 : 1-15. Surabaya :

Universitas Kristen Petra.

Komisi Kateketik KWI. 2004. Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK 2A. Yogyakarta : Kanisius.

“__________________”. 2004. Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK 2B.

Yogyakarta : Kanisius.

“__________________”. 2004. Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK 3A.

Yogyakarta : Kanisius.

“__________________”. 2004. Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK 3B.

Yogyakarta : Kanisius.

Komisi Liturgi KWI. 1987. Pedoman Umum Buku Misa. Jakarta : Obor. Konferensi Wali Gereja Indonesia. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta : Kanisius. Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen. 2002. Pedoman Umum Misale

Romawi. Jakarta : Nusa Indah.

Kusbiantoro,Krismanto. 2003. “Dominasi Makna Pragmatik YB. Mangunwijaya

dalam Penerapan Konsep Konsili Vatikan II”. Dalam Tesis Magister

Arsitektur Universitas Parahyangan. Bandung.

“__________________”.2008. “Studi Komparasi Bentuk dan Makna Arsitektur

Gereja W.C.P. Schoemaker”. Dalam jurnal Ambiance Vol 1 No 2 : 71-80.


(61)

Kusumarini, Yusita. 2003. “Ruang sebagai Media Ekspresi dan Apresiasi”. Dalam jurnal Dimensi Interior Vol 1 No 1: 29-45. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

“______________”. 2005. “Unsur Desain dalam Pembelajaran Dasar Desain

Interior”. Dalam jurnal Dimensi Interior Vol 3 No 1: 31-43. Surabaya :

Universitas Kristen Petra.

“______________”. 2006. “Ruang sebagai Media Ekspresi dan Apresiasi”. Dalam jurnal Dimensi Interior Vol 4 No 1: 38-47. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Lembaga Alkitab Indonesia. 1986. Alkitab. Jakarta.

Mayang, Sriti. 2005. “Implementasi Pengalaman Ruang dalam Desain Interior”. Dalam jurnal Dimensi Interior Vol 3 No 2: 165-176. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Mayang, Sriti, dkk. 2008. “Kajian Perwujudan Nirmana Interior Gereja Katolik Santo Paulus di Surabaya dengan Pendekatan Semiotik”. Dalam jurnal

Dimensi Interior Vol 6 No 1: 24-34. Surabaya : Universitas Kristen Petra. Narbuko, Cholid. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Prio, Pius. 2010. “ Peranan Seni Rupa dalam Menciptakan Ruang Kekudusan”. Dalam diktat Colloqium Liturgicum. Bandung : ILSKI.

Robbins, Stephen. 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta.

Santosa, Imam. 2005. “Ruang, Waktu, Ritual dan Desain Interior”. Dalam jurnal

Dimensi Interior Vol 3 No 2: 95-10. Surabaya : Universitas Kristen Petra. Santosa, Adi. 2005. “Pendekatan Konseptual dalam Proses Perancangan Interior”. Dalam jurnal Dimensi Interior Vol 3 No 2: 111-123. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Sebastian, Fabie. 2010. “Liturgi Sakral yang Indah, Liturgi Indah yang Sakral”. Dalam diktat Colloqium Liturgicum. Bandung : ILSKI.


(62)

Setiawati, Yessica. 2010. “Kenyamanan Visual dan Spasial Area Publik pada

Lantai Dasar Hotel Savoy Homann Bandung”. Dalam Skrispi Sarjana

Desain Interior Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

Setyoningrum, Yunita. 2008. “Personal Space”. Dalam diktat Mata Kuliah Ergonomi. Bandung.

Setyoningrum, Yunita. 2008. “Penglihatan dan Persepsi”. Dalam diktat Mata Kuliah Ergonomi. Bandung.

“__________________”. 2007. “Analisis Citra Estetik Arsitektur Sebagai Media

Inkulturasi Budaya Pada Gereja Katolik”. Dalam jurnal Ambiance Vol 1

No 1: 48-54. Bandung : Universitas Kristen Maranatha. Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. SJ,Heuken. 2005. Sejarah Gereja. Jakarta.

Subianto, Anton. 2010. “Sakral dan Profan dalam Kaitan dengan Ritus dan

Tubuh”. Dalam diktat Colloqium Liturgicum. Bandung : ILSKI.

Sumalyo, Yulianto. 2005. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX. Makassar : Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin.

Suryanugraha, Harimanto. 2006. Rupa dan Citra Aneka Simbol dalam Misa. Bandung : Sangkris.

Suryanugraha, H dan Bambang. 2003. Salib Simbol Teror Teror Simbol. Bandung : Sangkris.

Veronica, Ella. 2008. “Pengaruh Liturgi Gereja Katolik Roma pada Interior


(63)

Winarwan, Abang dkk. 2002. Ziarah Arsitektural Katedral St.Petrus Bandung. Bandung : FORIS Architecture & Communication.

Yusuf, Andrei. 2008. “Kajian Fenomenologi Rose Window pada Gereja Paroki

Hati Kudus Yesus Malang”. Dalam jurnal Dimensi Interior Vol 6 No 1 :

50-62. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

DAFTAR PUSTAKA WEBSITE

www.pitt.edu

www.digilib.petra.ac.id www.gunadarma.ac.id www.wikipedia.org


(1)

Paroki (Yunani) adalah jemaat yang sedang berziarah atau sementara tinggal dalam pengasingan. Sejak abad ke-9, diartikan sebagai kelompok orang beriman, dengan gereja dan imam sendiri yang tinggal dalam suatu wilayah bagian dari suatu Keuskupan.

Pedestal tumpuan dari kolom, patung, dan dekorasi maupun hiasan dalam arsitektur klasik, terdiri dari tiga bagian yaitu dasar (base), badan (dado), dan cornice.

Pendant lampu gantung.

Personal space (Inggris) ruang yang dibutuhkan oleh suatu manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.

Pew kursi umat yaitu berbentuk bangku panjang dan merupakan inovasi dari Kekristenan abad pertengahan.

Pieta (Italia) nama sebutan untuk melukiskan Bunda Maria yang berduka cita dengan jenasah Kristus di pangkuan-Nya; memuja atau menyebut Tuhan sebagai bentuk kecintaan akan perwujudan-Nya.

Place experience (Inggris) pengalaman mengenai suatu tempat; apresiasi objek arsitektur yang diperoleh setelah “mengalami ruang” pada tempat tersebut.


(2)

Pointed arch (lengkungan lancip), struktur lengkungan yang terdapat ujung lancip di puncaknya, dipakai terutama pada era arsitektur Gotik.

Prefektur Apostolik adalah suatu wilayah gerejani yang belum berkembang sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu daerah gereja, dipimpin oleh imam yang disebut Prefek Apostolik yang diangkat oleh Propanganda Fide di Roma.

Pro fanum sebelum atau di luar fanum (kuil).

PUMR Pedoman Umum Misale Romawi.

Recognizabilty (Inggris) kajian parameter penglihatan berdasarkan interpretasi suatu objek dalam membentuk persepsi visual seseorang.

Relikwi (Latin : reliquum) sisa, yang tinggal, peninggalan fisik dari orang-orang kudus atau martir, yang mati demi iman akan Kristus.

Reserve (Inggris) jenis privacy yang menunjukkan keadaan dimana seseorang membuat batasan psikologis untuk mengendalikan gangguan yang tidak diinginkan.


(3)

Ribbed vault (vault berusuk), pengembangan dari groined vault yang merupakan salah satu pembentuk arsitektur Gotik di abad ke-12. Pada ribbed vault, permukaan dalam dari vault dibagi oleh dua buah lengkungan penyangga yang disebut rusuk (rib) dalam arah diagonal, dengan kata lain rusuk diagonal menyangga bidang lengkung yang saling berpotongan. Dua lengkungan rusuk diagonal yang saling berpotongan di titik puncak groined vault memungkinkan vault dibangun tinggi di atas dinding pada centring yang ringan.

Rose window jendela besar yang berbentuk bundar yang tersusun secara radial menyerupai bunga mawar dari segmen-segmen berbentuk juring. Bentuk dasarnya adalah lingkaran, namun ragam hias di dalamnya beraneka ragam.


(4)

Sacramentum (Latin) rahmat yang tak kelihatan dalam bentuk yang kelihatan sebagai tanda dan pertemuan Kristus dengan manusia.

Sacrarium (Latin : sacer) kudus, suci ; suatu tempat kudus.

Sacrosanctum Concilium dekrit yang memuat pandangan gereja mengenai liturgi. Sanctuary panti imam, bagian dari gereja sebagai tempat altar berada. Sedilia tempat duduk imam dan para petugas liturgi.

Semiotika ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tanda (sign) -system of sign.

Signified (Inggris) isi atau content sebagai material dasar dalam pemaknaan tanda.

Signifier (Inggris) penanda atau ekspresi sebagai material dasar dalam pemaknaan tanda.

Solitude (Inggris) jenis privacy yang menunjukkan keadaan bebas dari pengamatan orang lain.

Stained glass kaca patri

Symbolic Sign (Inggris) gagasan; kesepakatan; makna semantik.

Tabernakel (Latin : tabernaculum) tenda; lemari yang berfungsi sebagai tempat menyimpan Sakramen Mahakudus.


(5)

Tympanum bidang segi tiga atau lengkung pada pediment.

Vault struktur berbentuk lorong, biasanya dibuat dari susunan batu untuk langit-langit ruangan, atap bangunan, atau penyangga langit-langit/ atap. Vault disusun dari potongan batu berbentuk baji yang saling menekan sehingga menghasilkan daya tekan keluar di bagian kaki, sehingga bagian itu harus dapat menahan gaya tekan keluar sekaligus ke bawah.

Vikariat Apostolik adalah suatu wilayah gerejani di tanah misi dengan kegiatan yang sudah cukup berkembang, dipimpin oleh Vikaris Apostolik yang diangkat oleh Paus.

Visibilty (Inggris) kajian parameter penglihatan berdasarkan terlihat atau tidaknya suatu objek dalam membentuk persepsi visual seseorang.


(6)

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap

:

Ceacilia Amanda Muliati

Alamat

:

Kebon Jeruk 33, Enceazis, Bandung, 40181

Telp

:

(022)-4230709

Handphone

:

081802068040

Email

:

imoutz_panda@yahoo.co.id

Tempat/ Tgl Lahir :

Bandung, 22 Oktober 1988

Status Marital

:

Single

Keahlian

:

Microsoft Office

Adobe Ilustrator

Adobe Photoshop

Adobe In Design

Google Sketchup

Autocad

Kerkythea Rendering

I Render

Corel Draw

Riwayat Pendidikan :

2007

skrg

Fakultas Seni Rupa dan Desain Program Studi Desain Interior

Universitas Kristen Maranatha

2004

2007

SMA Trinitas, Bandung

2001

2004

SMP Waringin, Bandung

1995

2001

SD Maria Bintang Laut, Bandung