PENGARUH INTERNALISASI NILAI BUDAYA SI TOU TIMOU TUMOU TOU, MAPALUS DAN TORANG SAMUA BASUDARA DALAM PEMBELAJARAN PKn TERHADAP PENINGKATAN SIKAP TOLERANSI SISWA: Penelitian Survey Terhadap Siswa SMA di Kota Tomohon-Sulawesi Utara.

(1)

Theodorus Pangalila, 2013

PENGARUH INTERNALISASI NILAI BUDAYA SI TOU TIMOU TUMOU TOU, MAPALUS DAN TORANG SAMUA BASUDARA DALAM PEMBELAJARAN PKn TERHADAP PENINGKATAN SIKAP

TOLERANSI SISWA

(Penelitian Survey Terhadap Siswa SMA di Kota Tomohon-Sulawesi Utara)

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

THEODORUS PANGALILA NIM. 1104285

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

PENGARUH INTERNALISASI NILAI BUDAYA SI TOU TIMOU TUMOU TUO, MAPALUS, DAN TORANG SAMUA BASUDARA DALAM

PEMBELAJARAN PKn TERHADAP PENINGKATAN SIKAP TOLERANSI SISWA

(Penelitian Survey Terhadap Siswa SMA Kota Tomohon-Sulawesi Utara)

Oleh

Theodorus Pangalila

S.Fils STF-SP Pineleng-Manado, 2007

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Theodorus Pangalila 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013


(5)

Theodorus Pangalila, 2013

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(6)

ABSTRAK

Tesis ini berisi penelitian tentang pengaruh internalisasi nilai budaya Si Tou

Timou Tumou Tou, Mapalus dan Torang Samua Basudara dalam pembelajaran

PKn terhadap peningkatan sikap toleransi siswa. Penelitian ini dilakukan di kota Tomohon-Sulawesi Utara terhadap siswa SMA kelas XI. Masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana pengaruh internalisasi nilai budaya Si Tou Timou

Tumou Tou, Mapalus dan Torang Samua Basudara dalam pembelajaran PKn

terhadap peningkatan sikap toleransi siswa. Adapun pertanyaan penelitian untuk penelitian ini dirinci sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh nilai budaya Si Tou

Timou Tumou Tou terhadap pembelajaran PKn? 2. Adakah pengaruh nilai budaya Mapalus terhadap pembelajaran PKn? 3. Adakah pengaruh nilai budaya Torang Samua Basudara terhadap pembelajaran PKn? 4. Adakah pengaruh nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus, Torang Samua Basudara secara

bersama-sama terhadap pembelajaran PKn? 5. Adakah pengaruh signifikan nilai budaya Si

Tou Timou Tumou Tou terhadap pengembangan sikap toleransi siswa, 6. Adakah

pengaruh signifikan nilai budaya Mapalus terhadap pengembangan sikap toleransi siswa, 7. Adakah pengaruh signifikan nilai budaya Torang Samua Basudara terhadap pengembangan sikap toleransi siswa, 8. Adakah pengaruh signifikan pembelajaran PKn terhadap pengembangan sikap toleransi siswa, 9. Adakah pengaruh signifikan internalisasi nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus,

Torang Samua Basudara, dan pembelajaran PKn secara bersama-sama terhadap

pengembangan sikap toleransi siswa. Adapun teori pendukung dari penelitian ini adalah teori tentang internalisasi, budaya, nilai budaya (kearifan lokal/local

wisdom), pembelajaran PKn dan teori tentang toleransi. Untuk menjawab masalah

penelitian, maka data yang digunakan adalah data berupa angka-angka yang diperoleh dari hasil angket dengan pengukuran menggunakan skala Likert untuk variabel Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus, Torang Samua Basudara, dan sikap toleransi siswa, sementara itu untuk variabel pembelajaran PKn menggunakan skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes). Selain itu data pendukungnya diperoleh melalui wawancara dan studi dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel rumpun (cluster sampling) dengan sumber data primernya adalah siswa kelas XI (120 siswa) dari lima sekolah sampel. Untuk pengolahan dan analsis data, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur (path analisis) untuk melihat hubungan antar variabel yang diteliti. Adapun dari hasil analisis data penelitian diperoleh bahwa: 1. Pengaruh nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou tidak signifikan terhadap pembelajaran PKn, 2. Pengaruh nilai budaya Mapalus tidak signifikan terhadap pembelajaran PKn, 3. Pengaruh nilai budaya Torang Samua Basudara tidak signifikan terhadap Pembelajaran PKn, 4. Pengaruh nilai budaya Si Tou Timou

Tumou Tou, Mapalus, dan Torang Samua Basudara secara bersama-sama tidak

signifikan terhadap pembelajaran PKn, 5. Pengaruh nilai budaya Si Tou Timou

Tumou Tou signifikan terhadap sikap toleransi siswa, 6. Pengaruh nilai budaya Mapalus signifikan terhadap sikap toleransi siswa, 7. Pengaruh nilai budaya Torang Samua Basudara signifikan terhadap sikap toleransi siswa, 8. Pengaruh

pembelajaran PKn signifikan terhadap sikap toleransi siswa, 9. Pengaruh nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus, Torang Samua Basudara dan pembelajaran PKn secara bersama-sama signifikan terhadap sikap toleransi siswa.


(7)

Berdasarkan hasil temuan penelitian, maka penelitian ini merekomendasikan penelitian lanjut dalam bentuk pengembangan model pembelajaran PKn berbasis nilai budaya lokal (local wisdom).


(8)

ABSTRACT

This thesis contains study about the influence of internalization of cultural values

Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus and Torang Samua Basudara in civic

education towards the development of students’ tolerance. This study was conducted on eleventh grade students of senior high school in Tomohon-North Sulawesi. The central issue of this study is how the influence of internalization of cultural values Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus and Torang Samua Basudara in civic education towards the development of students’ tolerance. The questions of this study are detailed as follows: 1. Is there any influence of cultural values Si

Tou Timou Tumou Tou on civic education? 2. Is there any influence of cultural

values Mapalus on civic education? 3. Is there any influence of cultural values

Torang Samua Basudara on civic education? 4. Is there any influence of cultural

values Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus, and Torang Samua Basudara jointly on civic education? 5. Is there a significant influence of cultural values Si Tou

Timou Tumou Tou on the development of students’ tolerance, 6. Is there a significant influence of cultural values Mapalus on the development of studentstolerance, 7. Is there a significant influence of cultural values Torang Samua

Basudara on the development of students’ tolerance, 8. Is there a significant influence of civic education on the development of students’ tolerance, 9. Is there a significant influence of internalization of cultural values Si Tou Timou Tumou

Tou, Mapalus, Torang Samua Basudara, and civic education jointly on the

development of students’ tolerance. The proponents theories of this study are theory of internalization, culture, cultural values (local wisdom), civic education, and tolerance. To answer the problems of this study, the data used are the numbers obtained from the questionnaire with Likert scale for measuring variables Si Tou

Timou Tumou Tou, Mapalus, Torang Samua Basudara, and students’ tolerance, while variable civic education SSHA scale (Survey of Study Habits and Attitudes). Besides that, the supporting data were obtained from interview and documentary study. Sampling technique used was cluster sampling with the source of primer data were eleventh grade students (120 students) of five sample schools. In analyzing and processing the data, the approach used in this study was quantitative with path analysis as the hypothesis testing to examine the relationship between the variables. The results of data analysis showed that: 1. The influence of cultural values Si Timou Tumou Tou was not significant on civic education, 2. The influence of cultural values Mapalus was not significant on civic education, 3. The influence of cultural values Torang Samua Basudara was not significant on civic eduation, 4. The influence of cultural values Si Tou Timou

Tumou Tou, Mapalus, and Torang Samua Basudara jointly were not significant

on civic education, 5. The influence of cultural values Si Tou Timou Tumou Tou was significant on students’ tolerance, 6. The influence of cultural values Mapalus was significant on students’ tolerance, 7. The influence of cultural values Torang

Samua Basudara was significant on students’ tolerance, 8. Civic education had significant influence on students’ tolerance, 9. The influence of cultural values Si

Tou Timou Tumou Tou, Mapalus, Torang Samua Basudara, and civic education

jointly had a significant influence on the development of students’ tolerance. Based on the findings, this study recommends further research in the form of the development of civic education model based on local cultural values (local


(9)

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ………. vii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xiii

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Teoretis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Ruang Lingkungkup Internalisasi Nilai-nilai Sosial Budaya ... 12

1. Pengertian Internalisasi ... 12

2. Pengertian Nilai ... 14

3. Hierarki Nilai ... 17

4. Pengertian Budaya ... 19

5. Kearifan Lokal / Local Wisdom ... 24

6. Proses Transformasi Budaya ... 27

7. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya ... 28

B. Nilai-nilai Budaya Sulawesi Utara ... 30

1. Si Tou Timou Tumou Tou (Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain) ... 30

a. Ruang Lingkup Si Tou Timou Tumou Tou ... 30

b. Taksonomi Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou Tou ... 32

1. Dimensi ... 32

2. Proses ... 33

3. Eshatologi ... 33

4. Wawasan ... 34

5. Lingkungan Budaya ... 34


(11)

Theodorus Pangalila, 2013

2. Mapalus (Gotong-royong) ... 36

3. Torang Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara) ... 40

C. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan ... 41

1. Sejarah Lahirnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 41

2. Perkembangan PKn di Indonesia ... 45

3. Tujuan dan Misi PKn di Sekolah Menengah Atas (SMA) ... 47

4. Komponen-komponen Pembelajaran PKn ... 49

a). Materi Pembelajaran PKn ... 49

b). Metode Pembelajaran PKn ... 51

c). Media Pembelajaran PKn ... 51

d). Sumber Pembelajaran PKn ... 52

e). Evaluasi Pembelajaran PKn ... 53

D. Sikap Toleransi Siswa ... 53

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 56

F. Kerangka Pemikiran ... 61

G. Hipotesis Penelitian ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 63

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 63

1. Lokasi ... 63

2. Populasi ... 63

3. Sampel ... 64

B. Pendekatan Metode Penelitian ... 65

1. Pendekatan ... 65

2. Metode ... 65

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 66

1. Variabel Penelitian ... 66

a. Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou Tou ... 66

b. Nilai Budaya Mapalus ... 66

c. Nilai Budaya Torang Samua Basudara ... 67

d. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 67

e. Sikap Toleransi Siswa ... 68

2. Keterkaitan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 68

D. Instrumen Penelitian ... 69

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 72

1. Validitas ... 72

2. Hasil Uji Valitidas ... 73

a. Variabel Si Tou Timou Tumou Tou (X1) ... 73

b. Variabel Mapalus (X2) ... 74

c. Variabel Torang Samua Basudara (X3) ... 75

d. Variabel Pembelajaran PKn (X4) ... 76

e. Variabel Sikap Toleransi Siswa (Y) ... 77


(12)

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 79

a. Variabel Si Tou Timou Tumou Tou (X1) ... 79

b. Variabel Mapalus (X2) ... 79

c. Variabel Torang Samua Basudara (X3) ... 80

d. Variabel Pembelajaran PKn (X4) ... 80

e. Variabel Sikap Toleransi Siswa (Y) ... 81

F. Teknik Pengumpulan Data ... 81

G. Analisis dan Interpretasi Data ... 82

1. Persyaratan Penggunaan Statisti Parametrik ... 83

2. Analisis Korelasi ... 84

3. Analisi Regresi Linier Ganda ... 84

4. Teknik Path Analysis atau Analisis Jalur ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 86

A. Hasil Penelitian ... 86

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 86

a. SMA Negeri 1 Tomohon ... 87

b. SMA Negeri 2 Tomohon ... 90

c. SMA Katolik Karitas Tomohon ... 92

d. SMA Kristen 1 Tomohon ... 93

e. SMA Kosgoro Tomohon ... 96

2. Hasil Penelitian Deskriptif ... 98

a. Deskripsi Variabel Si Tou Timou Tumou Tou (X1) ... 98

b. Deskripsi Variabel Mapalus (X2) ... 100

c. Deskripsi Variabel Torang Samua Basudara (X3) ... 103

d. Deskripsi Variabel Pembelajaran PKn (X4) ... 105

e. Deskripsi Variabel Sikap Toleransi Siswa (Y) ... 108

B. Hasil Uji Analisis Jalur ... 110

1. Perhitungan Untuk Model Hubungan Sub-Struktural 1 (Dependen Variabel Pembelajaran PKn) ... 111

a. Uji Linearitas dan Normalitas ... 111

b. Multikolinearitas ... 113

c. Homogenitas dan Heteroskedastisitas ... 114

d. Pengujian Secara Simultan (Keseluruhan) Model Jalur Sub-Struktural 1 ... 115

e. Koefisien Determinasi Multiple ... 117

f. Pengaruh Variabel-Variabel Lain ... 117

g. Koefisien Jalur ... 118

h. Kesimpulan Hasil Analisis Jalur Model Sub-Struktural 1 ... 119

2. Perhitungan untuk Model Hubungan Sub-Struktural 2 (Dependen Variabel Sikap Toleransi Siswa) ... 120


(13)

Theodorus Pangalila, 2013

b. Multikolinearitas ... 123

c. Homogenitas dan Heteroskedastisitas ... 124

d. Pengujian Secara Simultan (Keseluruhan) Model Jalur Sub-Struktural 2 ... 125

e. Pengujian Secara Individual Model Jalur Sub-struktural 2 ... 126

1. Pengaruh Signifikan Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou Tou (X1) Terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 127

2. Pengaruh Signifikan Nilai Budaya Mapalus (X2) Terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 127

3. Pengaruh Signifikan Nilai Budaya Torang Samua Basudara (X3) Terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 128

4. Pengaruh Signifikan Pembelajaran PKn (X4) Terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 129

f. Koefisien Determinasi Multiple ... 131

g. Pengaruh Variabel-Variabel Lain ... 131

h. Koefisien Jalur ... 131

i. Kesimpulan Hasil Analisis Jalur Model Sub-Struktural 2 ... 134

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 136

a. Pengaruh Nilai Budaya Si Totu Timou Tumou Tou, Mapalus, Torang Samua Basudara terhadap Pembelajaran PKn ... 136

b. Pengaruh Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou Tou terhadap Pembelajaran PKn ... 140 c. Pengaruh Nilai Budaya Mapalus terhadap Pembelajaran PKn ... 142

d. Pengaruh Nilai Budaya Torang Samua Basudara terhadap Pembelajaran PKn ... 143

e. Pengaruh Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou Tou terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 146

f. Pengaruh Nilai Budaya Mapalus terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 148

g. Pengaruh Nilai Budaya Torang Samua Basudara terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 149

h. Pengaruh Pembelajaran PKn terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 154

i. Pengaruh Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus, Torang Samua Basudara dan Pembelajaran PKn Terhadap Sikap Toleransi Siswa ... 154

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 157

A. Kesimpulan ... 157

a. Kesimpulan Umum ... 157

b. Kesimpulan Khusus ... 158

B. Saran ... 159

DAFTAR PUSTAKA ... 161


(14)

(15)

Theodorus Pangalila, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia ditinjau dari aspek manapun merupakan sebuah bangsa yang majemuk. Kemajemukan ini tampak dalam manifestasi kebudayaan bangsa

Indonesia yang tidak “satu.” Kemajemukan sosial dan budaya Indonesia ditandai

dengan banyaknya budaya dan agama di Indonesia. Sebagai contoh budaya Jawa, Sunda, Minahasa, Batak, dan lain-lain. Dari segi agama di Indonesia terdapat enam agama yang diakui secara resmi oleh pemerintah: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.

Tokoh pertama yang melukiskan tentang kemajemukan bangsa Indonesia adalah Furnivall. Furnivall (1939) sebagaimana dikutip oleh Wirutomo, dkk. (2011:20) dalam hal ini melukiskan kemajemukan bangsa Indonesia pada masa Hindia-Belanda yang ditandai oleh perbedaan etnik yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, namun tidak membaur dan masing-masing memiliki suatu perangkat pranata sosial (sistem keluarga dan kekerabatan, agama, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya) yang khas; tapi secara formal terpisah dan memenuhi kebutuhannya sendiri (self contained) serta tidak memiliki cita-cita yang sama (common social will). Menurut Nasikun (2006:34-35), struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku-bangsa, perbedaan-perbedaan-perbedaan-perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.

Tak bisa dipungkiri, Indonesia memang merupakan suatu bangsa yang terdiri atas berbagai kebudayaan dan adat-istiadat. Sayangnya, implementasi


(16)

proses kehidupan bermasyarakat di tengah perbedaan dan keanekaragaman ini (suku bangsa, budaya, ras, agama, dan sejenisnya) tidaklah semudah apa yang dipikirkan. Pergeseran antar kelompok agama maupun suku, budaya ataupun adat istiadat yang berbeda seolah menjadi pemicu terjadinya suatu perpecahan horizontal antar masyarakat yang berlainan tersebut. Sejak tahun 1997 negara kita dilanda berbagai macam konflik. Konflik terjadi di berbagai daerah di Indonesia, misalnya di Ambon, Papua, Kalimantan, Posso, dan di daerah-daerah lain di Indonesia. Konflik antar golongan dalam masyarakat seakan-akan tak terelakkan lagi di berbagai daerah di negara kita ini. Di Ambon misalnya, konflik awalnya hanya terjadi antara sekelompok orang akhirnya berkembang menjadi konflik antar agama dan menyebar ke daerah-daerah sekitar. Konflik yang terjadi di berbagai daerah ini mengakibatkan banyaknya korban jiwa dan bahkan korban materi. Dengan adanya konflik ini banyak orang dibunuh dan saling membunuh; banyak orang kehilangan tempat tinggal karena dirusak massa, ada pula yang mengungsi ke pulau-pulau lain. Konflik-konflik ini memang sungguh ironis bagi negara Indonesia yang menganut paham Bhinneka Tunggal Ika. Tepatlah apa yang dikatakan Syaqiq A. Mughni bahwa meskipun secara formal bangsa ini mengakui keragaman, namun dalam kenyataannya tidak (Mahfud, 2009:xi).

Menurut Wirutomo, dkk. (2011:114-115) beberapa faktor utama yang memungkinkan konflik etnis muncul ke permukaan atau menjadi konflik terbuka adalah:

Pertama, perubahan konstelasi politik pada masa reformasi dan iklim

kebebasan yang dijunjung tinggi menjadi ladang subur untuk mengungkapkan keresahan-keresahan beberapa kelompok etnik yang selama ini menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Kedua, tidak meratanya pembangunan di berbagai wilayah di Indonesia ternyata disadari atau tidak, terpolarisasi berdasarkan kelompok etnik. Perebutan sumber daya yang seharusnya berdasarkan kompetisi yang sehat dengan kriteria universal malah menjadi ladang perbenturan nilai-nilai budaya. Pada titik ini, seperti pada masa kolonial, stratifikasi ekonomi tumpang tindih dengan identitas etnik. Tidak terjadi integrasi fungsional di antara beragam kelompok etnik. Ketiga, tidak


(17)

Theodorus Pangalila, 2013

dapat dipungkiri bahwa dalam masyarakat Indonesia, identitas etnik, dalam hal ini kesukuan termasuk di dalamnya nilai-nilai budaya dan adat istiadat, masih menjadi faktor penting dalam kehidupan bermasyarakat terutama di pedesaan.

Fenomena-fenomena konflik yang terjadi di Indonesia dewasa ini mengindikasikan kurangnya toleransi; baik toleransi terhadap agama lain maupun terhadap budaya lain. Toleransi pada hakikatnya adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010:9).

Kontras dengan apa yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia yang dilanda berbagai konflik horizontal, kerukunan masyarakat Sulawesi Utara justru tetap terjaga dengan baik; masyarakatnya tetap tenang, aman, dan damai dalam keharmonisan. Sulawesi Utara tampak tanpa masalah, padahal warga provinsi ini juga beraneka ragam suku, agama, ras dan bahasa.

Berdasarkan data hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk yang berada di Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 2.270.059 jiwa dengan perincian 1.159.903 laki-laki dan 1.110.693 berjenis kelamin perempuan. Sulawesi Utara didominasi oleh Suku Minahasa (33,2%), diikuti Suku Sangir (19,8%), Suku Bolaang Mangondow (11,3%), Suku Gorontalo (7,4%) lalu Suku Totemboan (6,8%) dan Tionghoa (3%). Selain itu terdapat pula Suku Jawa, Bali, Batak, Arab, Maluku, Makasar dan sebagainya. Sementara itu dari segi agama: Protestan (75%), Islam (13%), Katolik (10%), Konghuchu (1%), Budha dan Hindhu (1%). Dari data di atas, nampak jelas bahwa Sulawesi Utara sangat beragam dalam hal suku, agama, bahkan ras.

Karena keharmonisan yang ditunjukkan oleh masyarakat Sulawesi Utara di tengah keberagaman suku, agama, ras dan bahasa, maka tidaklah mengherankan jika Sulawesi Utara menjadi barometer dalam hal kerukunan dan dialog antar umat beragama di Indonesia. Banyak pemimpin daerah yang secara khusus datang ke Sulawesi Utara untuk mempelajari secara langsung tentang kerukunan antar


(18)

umat beragama. Menurut Gara (2009:67) kerukunan umat beragama di Sulawesi Utara adalah realita. Hal ini diakui baik di tingkat lokal, nasional dan bahkan internasional. Fakta berbicara bahwa ketika daerah-daerah lain di sekitar Sulawesi Utara (SULUT) terbakar emosi untuk berkonflik dengan mengatasnamakan agama (etnis), ternyata SULUT sulit disulut dan tetap hidup dalam kerukunan.

Fenomena kerukunan yang ditampilkan masyarakat Sulawesi Utara memunculkan pertanyaan mendasar: apa faktor yang menyebabkan sehingga Sulawesi Utara yang secara suku, etnis, agama, bahasa beragam bisa hidup dalam situasi harmonis? Nilai-nilai sosial budaya apa saja yang ada di dalam masyarakat SULUT yang menjadi perekat sehingga sulit untuk diprovokasi?

Kesimpulan awal yang diperoleh mengapa masyarakat Sulawesi Utara hidup dalam kerukunan ialah kuatnya nilai-nilai sosial budaya lokal (local

wisdom) yang menjadi perekat masyarakatnya. Nilai-nilai sosial budaya dominan

di Sulawesi Utara adalah budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus dan Torang

Samua Basudara. Budaya Si Tou Timou Tumou Tou dan Mapalus adalah budaya

Minahasa yang paling menonjol menjiwai hidup masyarakat Sulawesi Utara. Si

Tou Timou Tumou Tou (manusia hidup untuk memanusiakan orang lain)

merupakan filosofi Sam Ratulangi. Pemikiran filosofis ini mengilhami kehidupan masyarakat Minahasa bahkan seluruh masyarakat Sulawesi Utara untuk hidup dalam kerukunan dengan tujuan untuk memanusiakan orang lain dan bukan menjadi musuh bagi orang lain (homo homini lupus). Sementara itu budaya

Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa, dimana dalam

mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau secara gotong royong (misalnya dalam mengerjakan kebun). Dalam konsep Mapalus yang lebih modern, penerapannya bisa dilihat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan; dimana pada waktu orang Kristen merayakan hari raya Natal atau Paskah yang menjaga gereja-gereja adalah pemuda-pemuda Muslim. Begitu pula sebaliknya ketika orang Muslim merayakan hari raya Lebaran atau Idul Fitri, maka yang ikut


(19)

Theodorus Pangalila, 2013

menjaga di sekitar Masjid adalah pemuda-pemuda Kristen. Bahkan di Sulawesi Utara ada satu lembaga yang berperan untuk menjaga kerukunan antar agama, yaitu: BKSAUA (Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama). Kedua budaya ini dalam perkembangannya dikombinasikan menjadi semboyan masyarakat Sulawesi Utara Torang Samua Basudara (kita semua bersaudara). Semboyan ini dengan jelas menggambarkan bagaimana masyarakat Sulawesi Utara hidup dalam suasana harmonis, penuh persaudaraan.

Faktor penting yang turut mempengaruhi kuatnya nilai-nilai budaya lokal (local wisdom) Sulawesi Utara adalah pewarisan nilai-nilai budaya secara turun temurun atau yang lebih dikenal dengan proses enkulturasi. Koentjaraningrat (2002:233), menyatakan bahwa “dalam proses enkulturasi seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-adat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.” Selanjutnya proses enkulturasi dilakukan oleh orang tua atau orang yang dianggap dituakan dalam komunitas itu, seperti pewarisan nilai tata krama, adat istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga yang diwariskan kepada generasi berikutnya. Proses enkulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan untuk disampaikan kepada orang lain yang belum mengenal, penyampaian informasi sekaligus sebagai bentuk penyadaran akan keberadaan suatu budaya, dan kemudian mengadopsi budaya tersebut untuk dijadikan sebagai budayanya.

Sementara itu menurut Tilaar (2002:54), salah satu proses yang luas dikenal mengenai kebudayaan adalah transmisi kebudayaan. Artinya kebudayaan itu ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Bahkan banyak ahli pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari proses transmisi kebudayaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dan pendidikan ibarat mata uang yang memiliki dua sisi tapi merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Hidup dan matinya suatu kebudayaan ditentukan oleh pendidikan.


(20)

Di Indonesia pendidikan yang berorientasi pada internalisasi nilai-nilai sosial budaya masyarakat secara tersirat telah diamanahkan pada implementasi perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan

bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”, lebih lanjut dinyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang

hayat”.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 37, Pendidikan Kewarganegaraan ditempatkan sebagai nama mata pelajaran wajib untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan tinggi. Dalam bagian penjelasan

hal ini dipertegas lagi bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk

membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan

cinta tanah air.”

Jika kita mencermati pasal 37 dalam UU Sisdiknas tersebut, maka pendidikan kewarganegaraan memegang peranan sentral dalam mendidik manusia Indonesia menjadi warga negara yang baik yang menghargai perbedaan suku, agama, rasa, dan bahasa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Sikdisnas pasal 1 ayat 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah sarana yang tepat untuk menginternalisasikan nilai-nilai sosial budaya masyarakat. Menurut Winataputra dan Budimansyah (2012:i):


(21)

Theodorus Pangalila, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan subjek pembelajaran yang mengemban misi untuk membentuk kepribadian bangsa, yakni sebagai upaya sadar dalam “nation and character building.” Dalam konteks ini peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bagi keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara sangat strategis. Suatu negara demokratis pada akhirnya harus bersandar pada pengetahuan, keterampilan dan kebajikan dari warga negaranya dan orang-orang yang mereka pilih untuk menduduki jabatan publik. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik (to be good and smart

citizens) yang memiliki komitmen yang kuat dalam mempertahankan

kebinnekaan di Indonesia dan mempertahankan integritas nasional.

Selanjutnya menurut Budimansyah dan Suryadi (2008:68), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor

“value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistematik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulai, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experience) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.


(22)

Tujuan yang hendak dicapai lewat internalisasi nilai-nilai budaya Sulawesi Utara dalam konteks pembelajaran PKn di sini adalah untuk pengembangan sikap toleransi siswa agar mereka mampu menyikapi keberagaman secara positif. Sehubungan dengan upaya peningkatan sikap toleransi siswa, Raihani (2011:23) berpendapat:

Education is seen as the most effective means, in the long term, to enable tolerance to flourish amongst people in a diverse society. School as an educational institution plays a pivotal role in promoting tolerance. It is where children learn and internalize values important to their life. Governments, educationists, and researchers have made some tremendous efforts to ensure that school is a place of effective tolerance education.

Pendidikan dipandang sebagai cara yang paling efektif, dalam jangka panjang, yang memungkinkan berkembangnya toleransi antara orang-orang dalam masyarakat yang beragam. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan memainkan peran penting dalam mempromosikan toleransi. Sekolah adalah tempat di mana anak belajar dan menginternalisasikan nilai-nilai penting untuk kehidupan mereka. Pemerintah, pendidik, dan peneliti telah membuat beberapa upaya luar biasa untuk memastikan bahwa sekolah adalah tempat yang efektif untuk pendidikan toleransi.

Hasil observasi awal menunjukkan bahwa sikap toleransi siswa SMA di Sulawesi Utara dan khususnya kota Tomohon benar-benar terpelihara dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya saling pengertian antara para siswa yang berasal dari latar belakang budaya, etnis, agama dan bahasa yang berbeda. Sampai sekarang tidak pernah ada kejadian yang menunjukkan adanya konflik antar para siswa yang diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan latar belakang siswa.

Dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk secara khusus meneliti tentang Pengaruh Internalisasi Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus dan Torang Samua Basudara Dalam Pembelajaran PKn terhadap Pengembangan Sikap Toleransi Siswa.”


(23)

Theodorus Pangalila, 2013

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diidentifikasi masalah penelitian adalah: Bagaimana Pengaruh Internalisasi Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou

Tou, Mapalus dan Torang Samua Basudara dalam Pembelajaran PKn terhadap

Pengembangan Sikap Toleransi Siswa?

Mengingat luas dan kompleksnya penelitian ini, maka peneliti mengadakan pembatasan masalah penelitian. Adapun penelitian ini dibatasi pada pengaruh internalisasi nilai-nilai budaya dominan Masyarakat Sulawesi Utara, yaitu nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus dan Torang Samua Basudara dalam pembelajaran PKn terhadap pengembangan sikap toleransi siswa.

Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou terhadap pembelajaran PKn?

2. Adakah pengaruh nilai budaya Mapalus terhadap pembelajaran PKn?

3. Adakah pengaruh nilai budaya Torang Samua Basudara terhadap pembelajaran PKn?

4. Adakah pengaruh nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus, dan

Torang Samua Basudara terhadap pembelajaran PKn?

5. Adakah pengaruh signifikan nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou terhadap pengembangan sikap toleransi siswa?

6. Adakah pengaruh signifikan nilai budaya Mapalus terhadap pengembangan sikap toleransi siswa?

7. Adakah pengaruh signifikan nilai budaya Torang Samua Basudara terhadap pengembangan sikap toleransi siswa?

8. Adakah pengaruh signifikan pembelajaran PKn terhadap pengembangan sikap toleransi siswa?


(24)

9. Adakah pengaruh signifikan nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus,

Torang Samua Basudara, dan pembelajaran PKn terhadap pengembangan

sikap toleransi siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan informasi tentang pengaruh internalisasi nilai budaya Si Tou

Timou Tumou Tou, Mapalus serta Torang Samua Basudara dalam pembelajaran

PKn terhadap pengembangan sikap toleransi siswa. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dan menemukan:

1. Pengaruh nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou terhadap pembelajaran PKn. 2. Pengaruh nilai budaya Mapalus terhadap pembelajaran PKn.

3. Pengaruh nilai budaya Torang Samua Basudara terhadap pembelajaran PKn. 4. Pengaruh nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus, dan Torang

Samua Basudara terhadap pembelajaran PKn.

5. Pengaruh signifikan nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou terhadap pengembangan sikap toleransi siswa.

6. Pengaruh signifikan nilai budaya Mapalus terhadap pengembangan sikap toleransi siswa.

7. Pengaruh signifikan nilai budaya Torang Samua Basudara terhadap pengembangan sikap toleransi siswa.

8. Pengaruh signifikan Pembelajaran PKn terhadap pengembangan sikap toleransi siswa.

9. Pengaruh signifikan internalisasi nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou,

Mapalus, Torang Samua Basudara, dan pembelajaran PKn terhadap

pengembangan sikap toleransi siswa.


(25)

Theodorus Pangalila, 2013

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun lewat penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis:

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia, khususnya internalisasi nilai-nilai sosial budaya dalam pendidikan kewarganegaraan untuk meningkatkan sikap toleransi siswa.

2. Manfaat Praktis:

a. Menurut Poerwanto (2010:87) “Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak hanya terjadi secara vertikal atau kepada anak cucu mereka saja; melainkan dapat pula dilakukan secara horizontal atau manusia yang satu dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya.” Oleh karena itu manfaat pertama dari penelitian ini adalah diketahuinya nilai-nilai sosial budaya Minahasa/Sulawesi Utara yang diinternalisasikan dalam pembelajaran PKn. b. Menurut Budimansyah dan Suryadi (2008:68) “PKn secara programatik

dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experience) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.” Oleh karena itu manfaat kedua yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh internalisasi nilai-nilai sosial budaya Sulawesi Utara dalam pembelajaran PKn terhadap pengembangan sikap toleransi siswa.


(26)

c. Menurut Gara (2009:67) “kerukunan umat beragama di Sulawesi Utara adalah realita. Hal ini diakui baik di tingkat lokal, nasional dan bahkan internasional. Fakta berbicara bahwa ketika daerah-daerah lain di sekitar Sulawesi Utara (SULUT) terbakar emosi untuk berkonflik dengan mengatasnamakan agama, ternyata SULUT sulit disulut dan tetap hidup dalam kerukunan.” Manfaat yang ketiga ialah diketahuinya hasil-hasil internalisasi nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou dan Mapalus serta Torang

Samua Basudara dalam pembelajaran PKn terhadap pengembangan sikap

toleransi siswa.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis dengan judul “Pengaruh Internalisasi nilai budaya Si Tou

Timou Tumou Tou, Mapalus dan Torang Samua Basudara dalam Pembelajaran

PKn terhadap Peningkatan Sikap Toleransi Siswa” ini akan terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I: Pendahuluan: berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab II: Tinjauan Pustaka: menguraikan kerangka konseptual (conceptual

framework) tentang ruang lingkup internalisasi nilai-nilai sosial budaya Sulawesi

Utara, Hakekat pendidikan kewarganegaraan, sikap toleransi siswa, penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

Bab III: Metode Penelitian: berisi lokasi, populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis dan interpretasi data.


(27)

Theodorus Pangalila, 2013

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: berisis temuan-temuan hasil penelitian, pembahasan dan pengujian hipotesis.

Bab IV Kesimpulan dan Saran


(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini adalah SMA Negeri dan Swasta di Kota Tomohon Sulawesi Utara.

2. Populasi

Secara umum populasi menurut Sugiyono (2010:61) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Creswell (2008:151), “A population is a group of individuals who have the same characteristic.” Jadi secara singkat populasi dapat diartikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu yang memiliki karakteristik yang sama.

Berdasarkan pengertian populasi di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI di Kota Tomohon Sulawesi Utara yang meliputi 10 sekolah, yaitu:

1. SMA Negeri 1 Tomohon 2. SMA Negeri 2 Tomohon 3. MAS Mardhatillah Tomohon 4. SMA Kristen 1 Tomohon 5. SMA Kristen 2 Tomohon

6. SMA Katolik Seminari Xaverius Kakaskasen 7. SMA Katolik Karitas Tomohon

8. SMA Kosgoro Tomohon

9. SMA Lokon St. Nicolaus Tomohon 10. SMA PGRI Tomohon


(29)

Theodorus Pangalila, 2013

3. Sampel

Menurut Creswell (208:393), “The sample is the group of participants in a study selected from the target population from which the researcher generalizes

to the target population.” Jadi sampel secara umum dapat diartikan sebagai sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara area sampling (kluster sampling), yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada (Riduwan dan Kuncoro, 2011:43). Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 5 SMA di kota Tomohon, yaitu: SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Kristen 1, SMA Katolik Karitas, SMA Kosgoro. Dari 5 sekolah tersebut kemudian diambil masing-masing 1 kelas dari kelas XI sebagai sampel penelitian, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 siswa.

Tabel 3.1

Distribusi Sampel Penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Sampel

1. SMA Negeri 1 Tomohon 33 Siswa

2. SMA Negeri 2 Tomohon 15 Siswa

3. SMA Kristen 1 Tomohon 37 Siswa

4. SMA Katolik Karitas Tomohon 15 Siswa

5. SMA Kosgoro Tomohon 20 Siswa

JUMLAH 120 Siswa

Jumlah keseluruhan siswa kelas XI di 5 SMA yang menjadi sampel adalah 719 siswa, jadi sampel sebanyak 120 orang dianggap mewakili seluruh populasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Riduwan (2012:70) yang mengatakan bahwa jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.


(30)

besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan

Sugiyono (2012:3) mengatakan bahwa; penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu,

cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka

cara ilmiah yang digunakan peneliti dalam memperoleh data dan mencapai tujuan dan kegunaan penelitian adalah pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiono (2008:7) pendekatan kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantiatif karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur banyak variabel, mengetes banyak hipotesis, dan memberikan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan mengenai perilaku, pengalaman, atau karekteristik dari suatu fenomena.


(31)

Theodorus Pangalila, 2013

2. Metode

Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode survey. Menurut Creswell (2008:388) Survey research designs are procedures in quantitative

research in which invetigators administer a survey to a sample or to the entire population of people to describe the attitudes, opinions, behaviors, or characteristics of the population.

Dari pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa metode survey adalah bagian dari proses penelitian kuantitatif dimana peneliti berusaha mendeskripsikan dengan menggunakan angka-angka kecenderungan-kecenderungan, perilaku-perilaku, atau opini-opini dari suatu populasi dengan meneliti sampel populasi tersebut.

Sementara itu menurut Babbie (1990) sebagimana dikutip oleh Creswell (2008:118) mengatakan bahwa tujuan penggunaan metode survey adalah: “ ... is

to generalize from a sample to a population so that inferences can be made about

some characteristic, attitue, or behavior of this population.” Jadi tujuan dari metode survey adalah untuk menggeneralisasi populasi dari beberapa sampel sehingga dapat dibuat kesimpulan-kesimpulan / dugaan-dugaan sementara tentang karakteristik-karakteristik, perilaku-perilaku, atau sikap-sikap dari populasi tersebut.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independen exogenous) dan variabel terikat (dependen endogenous). Variabel bebas/variabel independen exogenous meliputi: nilai budaya Si Tou Timou Tumou

Tuo (X1), nilai budaya Mapalus (X2), nilai budaya Torang Samua Basudara (X3),

dan pembelajaran PKn (X4). Sedangkan variabel terikat/variabel dependen


(32)

a. Nilai Budaya Si Tou Timou Tumou Tou

Nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou adalah nilai filosofis masyarakat Sulawesi Utara yang didalamnya terkandung makna bahwa manusia itu hidup untuk memanusiakan orang lain. Menurut Tilaar (2000:14) nilai budaya Si Tou

Timou Tumou Tou mengandung 4 dimensi penting, yakni (a) si tou (St) (b) si tou timou tou (St2), (c) si tou timou tumou (St3), Si Tou Timou Tumou Tou (St4).

b. Nilai Budaya Mapalus

Nilai budaya Mapalus adalah budaya lokal masyarakat Sulawesi Utara yang merupakan pengejawantahan dari nilai filosofis Si Tou Timou Tumou Tou. Menurut Turang (1997:5-6), nilai budaya Mapalus mengandung beberapa dimensi penting, yaitu: (a). Azas religious, (b). Azas kekeluargaan, (c). Azas musyawarah dan mufakat, (d). Azas kerja bersama, (e). Azas persatuan dan kesatuan.

c. Nilai Budaya Torang Samua Basudara

Torang Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara) merupakan semboyan

yang dicetuskan oleh tokoh nasional asal Sulut E. E. Mangindaan ketika beliau menjabat sebagai Gubernur Propinsi Sulawesi Utara. Secara garis besar di dalam semboyan torang samua basudara ini terkandung aspek-aspek sebagai berikut: (1) The way of life (cara dan pandangan hidup), (2) Menjunjung tinggi rasa toleransi, (3) Rasa hormat kepada orang tanpa memandang ras, agama dan keyakinan, (4) Siap membantu sesama tanpa memandang latar belakang, (5) Mengedepankan demokrasi. ((http://sulawesiutara.net/kebudayaan-di-sulawesi-utara.html).


(33)

Theodorus Pangalila, 2013

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistematik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulai, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experience) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. (Budimansyah dan Suryadi, 2008:68).

e. Sikap Toleransi Siswa

Sikap toleransi yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1 dari 18 nilai untuk pengembangan budaya dan karakter bangsa yang diusulkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Tahun 2010. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010:9), toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi-dimensi sikap toleransi adalah (a). menghargai perbedaan agama,


(34)

PYX1

P X4X1

PX4X2

PX4X3

PYX4 rX2X1

rX3X2 rX3X1

(b). Menghargai perbedaan etnis/suku, (c). Menghargai perbedaan bahasa, (d). menghargai perbedaan pendapat, sikap dan tindakan.

2. Keterkaitan Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Untuk memudahkan pemahaman tentang hubungan antara variabel bebas dan varibel terikat dalam penelitian ini, maka peneliti menggambarkan diagram jalur antar variabel sebagai berikut sebagai berikut:

Gambar 3.1. Model diagram jalur pengaruh variabel nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus dan Torang Samua Basudara terhadap sikap toleransi siswa

melalui variabel pembelajaran PKn

[

Si Tou Timou Tumou Tou

Mapalus

Torang Samua Basudara

Sikap Toleransi Siswa

error2

Pembelajaran PKn

error1

X1

X2 Y

e2

X4


(35)

Theodorus Pangalila, 2013

PYX3

Gambar 3.2. Diagram jalur pengaruh variabel nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou, Mapalus dan Torang Samua Basudara terhadap sikap toleransi

siswa melalui variabel pembelajaran PKn Keterangan:

X1 = sebagai variabel independen exogenous nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou

X2 = sebagai variabel independen exogenous nilai budaya Mapalus

X3 = sebagai variabel independen exogenous nilai budaya Torang Samua Basudara

X4 = sebagai variabel independen exogenous pembelajan PKn

Y = sebagai variabel dependen endogenous sikap toleransi siswa

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitin ini dibuat sendiri dengan kisi-kisi untuk instrumen sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NOMOR

OPTION

1 2 4 5

Si Tou Timou Tumou Tou

(X1)

1. Si tou (st)

2. Si Tou Timou (St2)

3. Si Tou Timou Tou (St3)

1.1. Manusia secara historis ada (bereksistensi) 1.2. Manusia ciptaan Tuhan 1.3. Manusia ada dan

bertumbuh

1.4. Manusia hidup dalam suatu masyarakat

1.5. Manusia hidup dengan tujuan

1 2,3

4


(36)

4. Si Tou Timou Tumou Tou (St4)

1.6. Manusia tidak sekedar bereksistensi

1.7. Manusia hidup bersama orang lain

1.8. Manusia adalah

makhluk sosial

1.9. Manusia hidup untuk memanusiakan orang lain

1.10. Manusia saling

tergantung satu sama lain 6,7 8,9 10,11,12 13, 14,15 Mapalus (X2)

1. Azas religious

2. Azas kekeluargaan

3. Azas musyawarah dan mufakat

4. Azas kerja bersama

5. Azas persatuan dan kesatuan.

1.1. Menghormati pemeluk agama lain

1.2. Dialog antar umat beragama

1.3. Membantu

mengamankan perayaan besar agama lain

1.4. Menyelesaikan

persoalan dengan jalan kekeluargaan

1.5. Saling membantu antar sesama warga

1.6. Menyelesaikan

persoalan kemasyarakat secara bersama-sama 1.7. Bersama-sama

menciptakan kerukunan antar warga

1.8. Bergaul tanpa

memandang latar

belakang suku, agama, bahasa.

1.9. Tanggung jawab

bersama dalam menjaga persatuan dan kesatuan

1 2,3 4 5 6,7 8,9,10 11,12 13,14 15 Torang Samua Basudara (X3)

1. The way of life (cara

dan pandangan hidup)

2. Menjunjung tinggi

1.1. Sesama adalah saudara 1.2. Manusia sama di

hadapan Tuhan 1.3. Menghargai orang lain

1,2 3 4


(37)

Theodorus Pangalila, 2013 rasa toleransi 3. Rasa hormat kepada

orang tanpa memandang ras, agama dan keyakinan 4. Siap membantu

sesama tanpa memandang latar belakang.

5. Mengedepankan demokrasi

1.4. Menghargai pemeluk agama lain

1.5. Bergaul degan siapa saja 1.6. Menghormati orang yang beda agama dengan kita

1.7. Menghormati orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda dengan kita

1.8. Membantu orang yang mengalami kesulitan 1.9. Saling tolong menolong 1.10. Menyelesaikan masalah

secara bersama-sama 1.11. Dialog antar umat

beragama 5,6 7 8 9 10,11 12,13 14,15 Pembelajaran PKn (X4)

1. Persiapan 2. Pelaksanaan

langkah-langkah pembelajaran

3. Evaluasi

1.1. Perencanaan

1.2. Identifikasi nilai-nilai budaya Sulawesi Utara 1.3. Memilih nilai-nilai

budaya Sulawesi Utara 1.4. Internalisasi dalam

pembelajaran PKn 1.5. Efektivitas internalisasi

nilai budaya Sulawesi Utara

1.6. Solusi mengatasi hambatan internalisasi nilai budaya Sulawesi Utara 1,2 3 4,5 6,7 8,9,10 11,12 13,14,15 Sikap Toleransi Siswa (Y)

1. Menghargai perbedaan agama

2. Menghargai

perbedaan etnis/suku

3. Menghargai perbedaan bahasa

1.1. Saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda

1.2. Tidak mencela agama lain 1.3. Tidak memandang latar

belakang teman

1.4. Menghargai orang yang berbeda etnis dan suku 1.5. Tidak mengejek orang

yang berbeda bahasa

2

3,4,5

1,6,7,9 10


(38)

4. Menghargai

perbedaan pendapat, sikap, dan tindakan orang lain.

dengan kita

1.6. Menghargai perbedaan bahasa

1.7. Menghargai pendapat orang lain

1.8. Menerima orang lain apa adanya.

11 12,13,14

15

E. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen penelitian untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: Variabel bebas, nilai budaya Si Tou Timou Timou Tou (X1), Mapalus (X2), dan Torang Samua Basudara (X3) pengukurannya

menggunakan format Skala Likert (Riduwan, 2011:13) dengan kisaran 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut: (5) = Sangat setuju, (4) = Setuju, (3) = Netral, (2) = Tidak setuju, (1) = Sangat tidak setuju.

Variabel pembelajaran PKn (X4) pengukurannya menggunakan kuesioner

skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman dengan skala sebagai berikut: (5) = Selalu, (4) = Sering, (3) = Kadang-kadang (2) = Jarang, dan (1) = Tidak Pernah

Variabel sikap toleransi siswa (Y) pengukurannya menggunakan format Skala Likert, dengan kisaran 1-5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut: (5) = Sangat baik, (4) = Baik, (3) = Sedang, (2) = Buruk, (1) = Buruk Sekali.

Setelah instrumen penelitian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan terbentuk dengan baik, maka akan diadakan pengujian instrumen/kuesioner yang akan dilakukan di SMA Katolik Karitas Tomohon, terhadap siswa kelas XI (2 kelas). Tujuan uji coba ini adalah untuk mengukur validitas dan realibilitas instrumen penelitian.

1. Validitas

Menurut Singarimbun dan Effendi (1989:211) validitas instrumen menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin


(39)

Theodorus Pangalila, 2013

diukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sementara itu menurut Sugiyono (2011:168) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dalam penelitian ini, agar instrumennya valid, maka peneliti akan mengadakan validitas internal dan eksternal. Adapun untuk menguji validitasnya akan digunakan korelasi Pearson product moment (Uji r).

rhitung=

�(Ʃ )− Ʃ (Ʃ )

�Ʃ 2(Ʃ )2 {�Ʃ 22}

Keterangan:

Rhitung = Koefisien korelasi

N = Jumlah responden X = Jumlah skor item

Y = Jumlah skor total (seluruh item)

Dengan kriteria pengujian validitas instrumen sebagai berikut: 1. Item pertanyaan diteliti dikatakan valid jika rhitung > rtabel

2. Item pertanyaan yang diteliti dikatakan tidak valid jika rhitung < rtabel

2. Hasil Uji Validitas

a. Variabel Si Tou Timou Tumou Tou (X1)

Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel X1 (Si Tou Timou Tumou Tou). Data variabel Si Tou Timou Tumou Tou (X1) diperoleh dari angket dan uji coba validitas angket dilakukan melalui uji validitas butir menggunakan koefisien korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan SPSS versi 16 yaitu korelasi antara skor setiap butir dengan skor total.


(40)

Adapun kaidah keputusannya adalah jika rhitung > rtabel maka butir soal berarti

valid dan sebaliknya jika rhitung  rtabel maka butir soal berarti tidak valid dan

angket tidak bisa dijadikan alat ukur untuk mengetahui variabel Si Tou Timou

Tumou Tou. Adapun hasil penghitungan ada pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Hasil Uji Coba Validitas Komponen Variabel Si Tou Timou Tumou Tou (X1) No

Item rhitung

rtabel (α = 0,10;

n = 60; dk = 58) Keputusan

1 0,498 0,214 Valid

2 0,467 0,214 Valid

3 0,566 0,214 Valid

4 0,559 0,214 Valid

5 0,467 0,214 Valid

6 0,657 0,214 Valid

7 0,632 0,214 Valid

8 0,432 0,214 Valid

9 0,297 0,214 Valid

10 0,529 0,214 Valid

11 0,371 0,214 Valid

12 0,351 0,214 Valid

13 0,292 0,214 Valid

14 0,594 0,214 Valid

15 0,624 0,214 Valid

Sumber: Hasil Penghitungan Validitas Dilakukan Terhadap 60 Orang Responden dengan SPSS 16

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 15 item pertanyaan untuk variabel Si Tou Timou Tumou Tou (X1) adalah valid jadi bisa digunakan


(41)

Theodorus Pangalila, 2013

b. Variabel Mapalus (X2)

Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel X2 (Mapalus).

Data variabel Mapalus (X1) diperoleh dari angket. Sebelum digunakan angket

harus diuji coba validitasnya dan uji coba validitas angket dilakukan melalui uji validitas butir menggunakan koefisien korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan SPSS versi 16 yaitu korelasi antara skor setiap butir dengan skor total.

Adapun kaidah keputusannya adalah jika rhitung rtabel maka butir soal berarti

valid dan sebaliknya jika rhitung  rtabel maka butir soal berarti tidak valid dan

angket tidak bisa dijadikan alat ukur untuk mengetahui variabel Mapalus. Adapun hasil penghitungannya bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Coba Validitas Komponen Variabel Mapalus (X2) No

Item rhitung

rtabel (α = 0,10;

n = 60; dk = 58) Keputusan

1 0,439 0,214 Valid

2 0,628 0,214 Valid

3 0,585 0,214 Valid

4 0,615 0,214 Valid

5 0,658 0,214 Valid

6 0,386 0,214 Valid

7 0,445 0,214 Valid

8 0,575 0,214 Valid

9 0,603 0,214 Valid

10 0,612 0,214 Valid

11 0,482 0,214 Valid

12 0,504 0,214 Valid

13 0,543 0,214 Valid

14 0,333 0,214 Valid

15 0,570 0,214 Valid

Sumber: Hasil Penghitungan Validitas Dilakukan Terhadap 60 Orang Responden dengan SPSS 16


(42)

Berdasarkan hasil dari tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa 15 item pertanyaan untuk variabel Mapalus (X2) adalah valid jadi bisa digunakan untuk

penelitian.

c. Variabel Torang Samua Basudara (X3)

Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel X3 (Torang Samua Basudara). Data variabel Torang Samua Basudara (X3) diperoleh dari angket dan uji coba validitas angket dilakukan melalui uji validitas butir menggunakan koefisien korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan SPSS versi 16 yaitu korelasi antara skor setiap butir dengan skor total.

Adapun kaidah keputusannya adalah jika rhitung rtabel maka butir soal berarti

valid dan sebaliknya jika rhitung  rtabel maka butir soal berarti tidak valid dan

angket tidak bisa dijadikan alat ukur untuk mengetahui variabel Torang Samua

Basudara. Adapun hasil penghitungannya bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5

Hasil Uji Coba Validitas Variabel Torang Samua Basudara (X3) No

Item rhitung

rtabel (α = 0,10;

n = 60; dk = 58) Keputusan

1 0,522 0,214 Valid

2 0,224 0,214 Valid

3 0,420 0,214 Valid

4 0,538 0,214 Valid

5 0,561 0,214 Valid

6 0,561 0,214 Valid

7 0,558 0,214 Valid

8 0,577 0,214 Valid

9 0,578 0,214 Valid

10 0,391 0,214 Valid

11 0,675 0,214 Valid

12 0,653 0,214 Valid


(43)

Theodorus Pangalila, 2013

14 0,647 0,214 Valid

15 0,437 0,214 Valid

Sumber: Hasil Penghitungan Validitas Dilakukan Terhadap 60 Orang Responden dengan SPSS 16

Berdasarkan hasil perhitungan rhitung, rtabel di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa dari 15 item pertanyaan untuk variabel Torang Samua Basudara (X3)

semuanya valid dan bisa digunakan dalam penelitian ini.

d. Variabel Pembelajaran PKn (X4)

Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel X4 (pembelajaran

PKn). Data variabel pembelajaran PKn (X4) diperoleh dari angket dan uji coba

validitas angket dilakukan melalui uji validitas butir menggunakan koefisien korelasi product moment dari Pearson dengan bantuan SPSS versi 16 yaitu korelasi antara skor setiap butir dengan skor total.

Adapun kaidah keputusannya adalah jika rhitung rtabel maka butir soal berarti

valid dan sebaliknya jika rhitung  rtabel maka butir soal berarti tidak valid dan

angket tidak bisa dijadikan alat ukur untuk mengetahui variabel pembelajaran PKn. Adapun hasil penghitungannya bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Validitas Komponen Variabel Pembelajaran PKn (X4) No

Item rhitung

rtabel (α = 0,10;

n = 60; dk = 58) Keputusan

1 0,380 0,214 Valid

2 0,418 0,214 Valid

3 0,705 0,214 Valid

4 0,487 0,214 Valid

5 0,764 0,214 Valid

6 0,714 0,214 Valid

7 0,828 0,214 Valid


(44)

9 0,670 0,214 Valid

10 0,641 0,214 Valid

11 0,649 0,214 Valid

12 0,790 0,214 Valid

13 0,752 0,214 Valid

14 0,790 0,214 Valid

15 0,774 0,214 Valid

Sumber: Hasil Penghitungan Validitas Dilakukan Terhadap 60 Orang Responden dengan SPSS 16

Berdasarkan hasil perhitungan rhitung, rtabel di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa 15 item pertanyaan untuk variabel pembelajaran PKn (X4) adalah valid jadi

bisa digunakan untuk penelitian.

e. Variabel Sikap Toleransi Siswa (Y)

Validitas konstruk (construct validity) instrumen variabel Y (sikap toleransi siswa). Data variabel sikap toleransi siswa (Y) diperoleh dari angket. Sebelum digunakan angket harus diuji coba validitas dan reliabilitasnya. Uji coba validitas angket dilakukan melalui uji validitas butir menggunakan koefisien korelasi

product moment dari Pearson dengan bantuan SPSS versi 16 yaitu korelasi antara

skor setiap butir dengan skor total.

Adapun kaidah keputusannya adalah jika rhitung rtabel maka butir soal berarti

valid dan sebaliknya jika rhitung  rtabel maka butir soal berarti tidak valid dan

angket tidak bisa dijadikan alat ukur untuk mengetahui variabel sikap toleransi siswa. Adapun hasil penghitungan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3.7

Hasil Uji Coba Validitas Komponen Variabel Sikap Toleransi Siswa (Y) No

Item rhitung

rtabel (α = 0,10;

n = 60; dk = 58) Keputusan

1 0,428 0,214 Valid

2 0,645 0,214 Valid


(45)

Theodorus Pangalila, 2013

4 0,607 0,214 Valid

5 0,581 0,214 Valid

6 0,468 0,214 Valid

7 0,692 0,214 Valid

8 0,633 0,214 Valid

9 0,544 0,214 Valid

10 0,514 0,214 Valid

11 0,403 0,214 Valid

12 0,390 0,214 Valid

13 0,545 0,214 Valid

14 0,691 0,214 Valid

15 0,491 0,214 Valid

Sumber: Hasil Penghitungan Validitas Dilakukan Terhadap 60 Orang Responden dengan SPSS 16

Berdasarkan hasil perhitungan rhitung, rtabel di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa 15 item pertanyaan untuk variabel sikap toleransi siswa (Y) adalah valid jadi bisa digunakan untuk penelitian.

3. Reliabilitas

Selain valid instrumen penelitian juga harus reliabel. Menurut Purwanto (2010:161) reliabilitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris rely, yang berarti percaya, dan reliable yang artinya dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas dapat diartikan sebagai kepercayaan. Kepercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995:122) realibilitas instrumen adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih.

Untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan analisis Alpha Cronbach dengan ketentuan jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0.60, maka instrumennya dinyatakn reliabel.

4. Hasil Uji Reliabilitas


(46)

Pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien reliabilitas variabel Si Tou Timou Tumou Tou adalah  = 0,840, sehingga  > 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap komponen pertanyaan untuk variabel Si Tou Timou

Tumou Tou adalah reliabel. Agar lebih jelas perhatikan tabel berikut: Tabel 3.8

Hasil uji coba reliabilitas Si Tou Timou Tumou Tou Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,840 15

Sumber: Pengolahan Reliabilitas Angket Variabel Si Tou Timou Tumou Tou dengan SPSS 16

b. Variabel Mapalus (X2)

Pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien reliabilitas variabel Mapalus

adalah  = 0,875 sehingga  > 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap komponen pertanyaan untuk variabel Si Tou Timou Tumou Tou adalah reliabel. Agar lebih jelas perhatikan tabel berikut:

Tabel 3.9

Hasil Uji Coba Reliabilitas Variabel Mapalus Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items ,875 15


(47)

Theodorus Pangalila, 2013

c. Variabel Torang Samua Basudara (X3)

Pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien reliabilitas variabel Torang Samua Basudara adalah  = 0,875 sehingga  > 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap komponen pertanyaan untuk variabel Torang Samua

Basudara adalah reliabel. Agar lebih jelas perhatikan tabel berikut: Tabel 3.10

Hasil Uji Coba Reliabilitas Variabel Torang Samua Basudara Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,875 15

Sumber: Pengolahan Reliabilitas Angket Torang Samua Basudara dengan SPSS 16

d. Variabel Pembelajaran PKn (X4)

Pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien reliabilitas variabel

pembelajaran PKn adalah  = 0,935 sehingga  > 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap komponen pertanyaan untuk variabel pembelajaran PKn adalah reliabel. Agar lebih jelas perhatikan tabel berikut:

Tabel 3.11

Hasil Uji Coba Reliabilitas Variabel Pembelajaran PKn Reliability Statistics


(48)

Cronbach's

Alpha N of Items ,935 15

Sumber: Pengolahan Reliabilitas Angket Pembelajaran PKn dengan SPSS 16

e. Variabel Sikap Toleransi Siswa (Y)

Pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Berdasarkan hasil penghitungan koefisien reliabilitas variabel

Pembelajaran PKn adalah  = 0,888 sehingga  > 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap komponen pertanyaan untuk variabel sikap toleransi siswa adalah reliabel. Agar lebih jelas perhatian tabel berikut:

Tabel 3.12

Hasil Uji Coba Reliabilitas Variabel Sikap Toleransi Siswa Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items ,888 15

Sumber: Pengolahan Reliabilitas Angket Sikap Toleransi Siswa dengan SPSS 16

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2008:224), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Berkaitan dengan hal ini, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ialah: angket, wawancara, dan studi literatur.


(49)

Theodorus Pangalila, 2013

Angket. Angket atau Quesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang

disusun dan disebarluaskan untuk memperoleh informasi dari responden sebagai alat pengumpulan data. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadjar (1999:181) sebagaimana dikutip oleh Taniredja dan Mustafidah (2011,44) yang menyatakan bahwa:

Angket (Questionnaire) merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat dan perilaku. Untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan angket ini, peneliti tidak harus bertemu langsung dengan subyek, tetapi cukup dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan secara tertulis untuk mendapatkan respon.

Sementara itu menurut Widoyoko (2012:33) angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dalam penelitian ini angket yang akan digunakan adalah angket tertutup, dimana angket yang disebarkan pada responden terdiri dari pertanyaan yang disertai alternatif jawaban sehingga responden dapat memilih jawaban yang telah disediakan.

Wawancara. Esterberg (2002) sebagaimana dikutip oleh Sugiono (2008)

mendefinisikan wawancara sebagai berikut, “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and respons, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”.

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Studi Litetatur. Studi literatur di sini bertujuan untuk mengumpulkan dan

mengkaji berbagai macam teori yang berkaitan dengan penelitian. Teknik ini dilakukan oleh peneliti lewat mencari sumber-sumber yang relevan dengan


(50)

penelitian, melalui buku-buku, jurnal, dan sumber-sumber di internet. Setelah literaturnya terkumpul peneliti akan mempelajari dan mengkaji mana yang berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai budaya Si Tou Timou Tumou Tou,

Mapalus, dan Torang Samua Basudara, pembelajaran PKn, dengan sikap toleransi

siswa.

G. Analisis dan Interpretasi Data

Hasil pengumpulan data dengan instrumen yang sudah memenuhi syarat validitas dan realibilitas yang ideal ini kemudian diolah dan dianalisis. Pertama-tama, analisis dilakukan untuk melihat apakah data memenuhi persyaratan untuk diuji dengan analisis parametrik atau non parametrik, dilanjutkan dengan analisis data dengan menggunakan Path Analysis atau analisis jalur.

1. Persyaratan Penggunaan Statistik Parametrik

Untuk melakukan analisis data dengan menggunakan statistik parametrik, maka data harus merupakan data interval atau rasio. Disamping itu, data juga harus memenuhi persyaratan linearitas dan homogenitas, normalitas,

multikolinearitas.. Jika tidak memenuhi persyaratan ini, maka pengolahan data

harus menggunakan statistik non parametrik.

a. Perubahan data dari data ordinal ke interval. Data harus merupakan data interval, sedangkan instrumen penelitian menggunakan data ordinal, oleh karena itu perlu dilakukan perubahan data ordinal ke dalam data interval dengan menggunakan Methods Succesive Interval (MSI) (Hays, 1963).

b. Pengujian linearitas dan normalitas data dilakukan untuk melihat sejauhmana data yang diperoleh berdasarkan uji berdistribusi normal. Untuk menguji linearitas dan tingkat kenormalan dilakukan dengan menggunakan One

Sample Kolmogorov Smirnov Tes. Dalam melakukan pengujian normalitas


(51)

Theodorus Pangalila, 2013

responden berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (2) H1 : Variabel

responden tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

c. Pengujian homogenitas atau heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh dari populasi bervarians homogen atau tidak. Jika asumsi data sampel berasal dari populasi yang homogen ini tidak terpenuhi, maka hal ini menunjukkan bahwa ragam (

ϵ

1)

dari masing-masing sampel tidak sama. Apabila terjadi kecenderungan ragam nilai penelitian yang makin besar akibat dari nilai penelitian yang makin besar pula, maka menunjukkan bahwa populasi tersebut tidak bersifat homogen. Untuk melakukan pengujian homogenitas ini, digunakan uji scatter plot nilai residual variabel dependen. Pengambilan kesimpulan diketahui dari memperhatikan sebaran plot data. Jika sebaran data tidak mengumpul disatu sudut/bagian, maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas, atau variabel responden adalah homogen.

2. Analisis Korelasi

Uji hipotesis hubungan antar variabel penelitian dilakukan melalui uji korelasi sederhana (zero order). Interpretasi terhadap hubungan antar variabel, dilakukan bukan saja dengan mengkaji signifikansi hubungan antar variabel tetapi juga dengan menelaah kuat atau lemahnya korelasi.

Untuk mengitung adanya hubungan atau tinggi rendahnya tingkat hubungan kedua variabel berdasarkan nilai rxy (Koefisien Korelasi) digunakan

penafsiran atau interpretasi berdasarkan pendapat Sugiyono (2008:184) sebagai berikut:

Tabel 3.13

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan


(1)

Singaribuan, M. Dan Effendi, S. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soelaeman, M. M. (2010). Ilmu Budaya Dasar: Suatau Pengantar. Bandung:

Rafika Aditama.

Somantri, N. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga.

Sondak, A. J. (2002). Si Tou Timou Tumou Tou (Tou Minahasa): Refleksi atas Nilai-nilai Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi: Mix Methods. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, E. (2008). An Outline of Citizenship and Moral Education in Major Countries of Southeast Asia. Bandung: The Indonesia University of Education.

Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Taniredja, T. dan Mustafidah. (2011). Penelitian Kuantitati: Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta.


(2)

Tilaar, H.A.R. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Turang, J. (1984). Pembangunan Daerah Minahasa dengan Pertanian Inti Sistem Mapalus. Manado: Yayasan Mapalus.

Turang, J. (1997). Profil Kebudayaan Minahasa. Tomohon: Majelis Kebudayaan Minahasa.

Umbas, V. (2011). The Mapalus Way.

Wahab dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Wenas, J. (2007). Sejarah dan Kebudayaan Minahasa. Manado: Institut Seni Budaya Sulawesi Utara.

Widoyoko, S. E. P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winaputra, U. S. dan Budimansyah, D. (2010). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjan UPI Bandung.

Wirutomo, P. dkk. (2011). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: LabSosio dan UI Press.


(3)

Yusuf, S. Dan Nurishsan J. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jurnal dan Makalah:

Branson, M. S. (1998). The Role of Civic Education: A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network. [Online]. Tersedia: http://www.civiced.org/papers/articles_role.html

Busri Endang. (2009). “Mengembangkan Sikap Toleransi dan Kebersamaan di Kalangan Siswa. Dalam Jurnal Visi Ilmu Pendidikan (J-VIP). Vol 1, No 1.

89-105. [Online]. Tersedia: http://

jurnal.untan.ac.id/index.php/index/search/titles?searchPage=5 [22 Agustus 2012].

Fallon, L. M. et al. (2012). “Consideration of Culture and Context in School-Wide Positive Behavior Support: A Review of Current Literature” Dalam Journal of Positive Behavior Interventions 14:209 [Online] Tersedia: http://pbi.sagepub.com/content/14/4/209 [03 September 2012]

Muldoon, R. et al. (2011). “The conditions of tolerance Dalam Journal Politics

Philosophy Economics 11:322 [Online]. Tersedia: http://ppe.sagepub.com/content/11/3/322 [03 september 2012]

Raihani. (2011). “A whole-school approach: A proposal for education for

tolerance in Indonesia.” Dalam Theory and Research in Education 9:23 [Online]. Tersedia: http://tre.sagepub.com/ [25 Maret 2012].


(4)

Sartini. (2006). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah kajian Filsafati. [Online]. Tersedia: http://filsafat.ugm.ac.id, [14 Mei 2013].

Syamsiar, C. (2010). “Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Sebagai Sumber Gagagan Berkarya Seni Rupa. Dalam Jurnal ISI Surakarta. Vol. 2. No. 1[Online]. Tersedia:

”http://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/brikolase/article/view/414

Tilaar, H. A. R. (1998). Si Tou Timou Tumou Tou: Suatu Konsep Pembangunan Sumber Daya Manusia dalam Rangka Pembangunan Minahasa Menuju Tinggal Landas Pembangunan. Manado: Makalah dibawakan dalam Diskusi Panel Pembangunan Minahasa Menuju Tahun 2000.

Winarno. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai Lokal. Bandung: Makalah disajikan sebagai bahan proceeding untuk seminar nasional “Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa” yang diselenggarakan Prodi PKn SPs UPI Bandung tanggal 15 Nopember 2010.

Tesis dan Disertasi:

Anggraeni, L. (2009). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Multikultural dalam Memupuk Nasionalisme Siswa (Studi Kasus di SMA Santo Aloysius Bandung. Tesis UPI. Tidak Diterbitkan.

Komalasari, K. (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan. (Disertasi). UPI Bandung.


(5)

Lumowa, E. (2000). Pola Pembinaan Generasi Muda Dalam Upaya Peningkatan Hubungan Antar Umat Beragama Dalam Konteks Ketahanan Nasional: Suatu Studi di Kotamadia Manado Propinsi Sulawesia Utara). Tesis UGM. Tidak Diterbitkan.

Wawointana, T. (2001). Pelestarian Mapalus Di Minahasa Dalam Rangka Pengembangan Kebudayaan Nasional: Suatu Tinjauan Tentang Sistem Gotong-Royong Tolong-Menolong Pada Masyarakat Di Kabupaten Minahasa. Tesis UGM.

Winataputra. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi UPI. Tidak Diterbitkan.

Umar, M. (2011). Proses Pembinaan Nilai-nilai Akhlak Mulia Pada Mahasiswa Muslim di Politeknik Pos Indonesia. Tesis UPI. Tidak Diterbitkan.

Internet:

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://www.studymode.com/essays/Clifford-Geertz-s-Description-Culture-140362.html

http://www.psychologymania.com/2012/11/pengertian-kearifan-lokal.html http://fhspot.blogspot.com/2010/11/istilah-dan-definisi-civic-education.html


(6)

http://elearningpendidikan.com/pengertian-pendidikan-sebagai-proses-transformasi-budaya.html (2011).

http://en.wikipedia.org/wiki/Tolerance

http://happycristian.blogspot.com/2012/03/makna-di-balik-ungkapan-sitou-timou.html.

http://sulawesiutara.net/kebudayaan-di-sulawesi-utara.html.