Luka Pendidikan dan Pendidik di Indonesia.

Pikiran Rakyat
o Selasa
4

20

5

21

0
6

8M3r OApr

8

Rabu

7


22

8

23

0

Kamis
9

24

10

25

OMei OJun OJul

Jumat


~ 26

o Sabtu
12

13
27

0 Ags OSep

0

Minggu
14
15
16
28
29
30

31

OOkt

ONov

ODes

Oleh
ANDRIA
PERANGIN-ANGIN

Mahasiswa Antropologi
FISIPUnpad

LukaPendidikan dan Pendidik di Indonesia

N

EGARA yang maju pasti memiliki pendidikan yang maj u pula

dan berdampak pada kemajuan
teknologi di negara tersebut. Hal ini dise.babkan negara sadar bahwa salah satu
pilar utama dari kekuatannya adalah pendidikan yang berbasis pada pemuda.
Kalau kita lihat pendidikan yang ada di
Indonesia, sangat banyak masalah yang
belum bisa diselesaikan, mulai dari kualitas sampai jaminan hidup kepada sang
pendidik. Akses terhadap pendidikan ada
dua halo Pertama pendidikan formal yang

didapat di sekolah.

.

.

Kedua adalah pendidikan informal
yang didapat dari lingkungan sekitar, seperti orang tua, sanak saudara, dan ternan-ternan sekitar. Pendidikan informal
sangat berbeda dengan pendidikan formal karena pendidikan formal cenderung
berorientasi pada penyelesian pengetahuan yang mengacu pada sistem kurikulum
ber~asis kompetensi (KBK) yang digunakan sekarang, sedangkan pendidikan informallebih mengacu pada pembentukan

karakterseseorang.
Idealnya, pendidikan formal seharusnya bisa menyinkronkan pembentukan
karakter dan moral seseorang dengan pengetahuan yang akan menjadi profesinya
kelak. Hal ini mengingat memang lebih
banyak waktu dihabiskan di dalam sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Wa-

laupun demikian, bukan berarti kualitas
pendidikan seseorang itu menjadi tang~
gung jawab penuh dari pihak sekolah.
Orang tua harns ambil andil dalam pengawasan perkembangan pendidikan anak
yang ada di luar jam sekolah. Bila hal ini
dapat dijalankan dengan baik, kualitas
pendidikan dari seorang anak pasti bermutu.
Sistem Ujian Akhir Nasional (UAN)
yang dirancang pemerintah, ternyata belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Nilai mutu yang ditetapkan sebagai syarat kelulusan serta mata pelajaran
yang diujikan masih menjadi kontroversi
sampai sekarang. Padahal, UAN sudah
berIangsung hampir tujuh tahoo. Masalah yang dari tahun ke tahun tidak berubah, yakni nilai mutu sebagai syarat kelulusan yang masih terIalu tinggi, soal
yang bocor, sehingga siswa mendapatjawaban yarig bukan dari kemampuannya.
Siswa yang tidak percaya diri menghadapi

UAN sehingga mencari jawaban dari luar
dan banyak siswa yang tidak lulus.
Dari masalah yang ada ini sebenarnya
peserta tidak l1,1emilikikesiapan untuk
menghadapi ujian. Kalau sudah begini,
yang patut kita pertanyakan adalah secara akademik apa yang didapat oleh peserta UAN selama tiga tahun di bangku sekolah sebelum menempuh UAN itu sendiri. Kalau para peserta UAN memang

Kliping Humas Unpad 2010
----

menguasai materi pelajaran dan mendapatkan fasilitas pendidikan yang baik,
tentu ini tidak akan menjadi masalah.
Akan tetapi, di wilayah pedalaman tentu
menjadi masalah yang besar sehingga untuk lulus para peserta UAN akan melakukan kecurangan. Begitu juga dengan para
pengajar karena gaji tidak mencukupi kebutuban maka para pengajar memfasilitasi bocoran jawaban dengan imQalan
uang.
Pendidikan-merupakan sesuatu yang
sensitif dalam sebuah negara karena pendidikan merupakan rekayasa pemerintah
untuk mambentuk negaranya. Bila pemerintah menginginkan negara yang maju
dalam bidang industri, pemerintah berfokus pada pendidikan yang mengarah industri. Begitu juga dengan negara yang

ingin maju dalam bidang pertariian, pemerintah berfokus pada pendidikan yang
mampu meningkatkan hasil pertanian.
Bila pemerintah ingin negaranya, hanya
menjadi negara konsumtif, pemerintah
hanya perIu membodohkan masyarakatnya dengan mengesampingkan pendidikan.
Untuk membangun pendidikan yang
baik di Indonesia ada beberapa hal yang
harns diperhatikan di antaranya filosofi
pendidikan itu sendiri. Filosofi ini sangat
diperIukan karena akan berpengaruh terhadap tujuan dan sistem yang akan dibailgun. Melihat kondisi Indonesia saat ini
landasan filosofi bisa melakukan terobosan barn bagi Indonesia karena memang
negara kita sedang kehilangan filosofi
pendidikan. Kemudian diikuti oleh tim
pengajar yang berkualitas dan kuanntasnya cukup serta gaji yang lebih dari cukup
untuk memenuhi kebutuban sehari-hari.
Setelah itu pembangunan fisik pendidikan yang menyangkut fasilitas pendukung
pendidikan. Melalui langkah ini diharapkan akan dihasilkan siswa yang bermoral
baik dan disertai oleh kemampuan profesi
yang baik pula.
Pendidikan (berkualitas) memang butub biaya tinggi, tetapi bukan berarti pendidikan itu hanya dinikmati oleh masyarakat yang mempunyai uang saja atau

masyarakat golongan atas. Biaya pendidikan yang mahal ini digunakan untuk
menghasilkan anak didik yang bermoral
baik dengan disertai keahlian di bidang
tertentu untuk didedikasikan pada bangsa dan negara. ***