Pendidik Dan Pendidikan pendidik Bermakna
(Peran pendidik dan sekolah untuk menumbuhkan insan pembelajar)
PENDIDIK DAN PENDIDIKAN
BERMAKNA
OLEH:
HAMDIYATUR ROHMAH
SD SEKOLAH ALAM INSAN MULIA
SURABAYA
Siapakah Para Pendidik?
Apa sesungguhnya yang diperjuangkan oleh seorang pendidik? Apakah
nilai anak didik yang sempurna dalam akademis? Melihat kecerdasan dari angkaangka yang tertulis dalam buku laporan kemampuan siswa?
Atau berusaha dengan sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Seperti yang tertulis dalam UndangUndang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003?
Sungguh luar biasa! Profesi para pendidik dan sekolah untuk mewujudkan
cita-cita bangsa! Itu berarti semua pendidik harus menjadi pengemban amanah
dan bekerja a cerdas untuk mewujudkan tujuan pendidikan di negeri ini.
Siapakah para pendidik yang berkewajiban untuk mengantarkan anak
bangsa ini, untuk menjadi generasi pilihan dan mampu mengharumkan nama
negeri ini?
Pendidik pertama adalah orangtua, sekolah pertama adalah rumah masingmasing.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam proses tumbuh
kembang anak. Keluarga yang harmonis akan memberikan dampak positif
terhadap optimalnya perkembangan anak namun tentu saja tidak ada keluarga
tanpa konflik, tanpa dinamika, atau tanpa masalah. Dalam Olson & DeFrain
(2003).
Mengapa saya perlu menulis beberapa teori tentang peran keluarga terlebih
dahulu sebelum peran pendidik dan pendidikan secara formal di sekolah?
Ya! Karena ketika seorang anak sudah memiliki konsep diri yang kuat
dengan latar belakang pendidikan dalam keluarga yang baik dan menyamankan,
maka peran pendidik dan sekolah akan menjadi partner in learning secara
sempurna bagi orangtua untuk menumbuhkan insan pembelajar.
Menghadapi respons masyarakat bukanlah hal yang mudah, terutama
respon lingkungan terdekat. Siswa yang dikatakan “bodoh”, kebanyakan
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
2
diidentikkan dengan sikap malas, daya pikir rendah, dan lebih parah lagi pengaruh
genetic.
Apakah orangtua akan diam saja dengan kondisi ini? PASTI tidak ada ada
orangtua yang akan nyaman menghadapi realitas hidup yang “kurang”. Reaksi
masyarakat terkadang menjadi referensi cara berpikir, baik positif maupun negatif
efeknya. Dan hal ini akan mengisi memori anak yang berdampak pada pandangan
dan pilihan hidup di masa depan.
Berdasarkan teori bioekologi Bronfrenbrenner, terdapat empat struktur
dasar (Mikrosistem, Mesosistem, Eksosistem, dan Makrosistem) tempat terjadinya
hubungan dan interaksi yang membentuk pola tertentu yang mempengaruhi
perkembangan manusia.
Keluarga merupakan seting yang menyediakan pengasuhan, afeksi, dan
berbagai kesempatan. Keluarga merupakan pensosialisasi primer pada anak dan
oleh karenanya keluarga memiliki pengaruh paling signifikan terhadap
perkembangan anak. Sementara itu, terdapat mikrosistem lain yang juga penting
bagi anak misalnya sekolah.
Perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan anak dengan
orang lain dalam keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, atau masyarakat
namun juga dipengaruhi oleh interaksi antar anggota dari suatu mikrosistem yang
dimaksud. Misalnya, hubungan ayah dengan ibu mempengaruhi perlakuan ibu
terhadap anak. Apabila ayah secara emosional memberikan dukungan terhadap
ibu, ia cenderung lebih terlibat dan memiliki interaksi lebih positif dengan
anaknya (Cox, Owen, Henderson, & Margand, 1992, dalam Berns, 2007).
Mesosistem (Mesosystems). Struktur dasar kedua yaitu mesosistem (meso
artinya diantara) yang terdiri atas keterkaitan dan hubungan saling mempengaruhi
antara dua atau lebih mikrosistem seseorang, misalnya: keluarga anak
berkebutuhan khusus dengan support group.
Eksosistem (Exosystems). Struktur dasar ketiga yakni eksosistem (ekso
artinya diluar), mengacu pada seting dimana anak tidak menjadi partisipan secara
aktif namun turut memberi pengaruh kepadanya melalui salah satu mikrosistem
anak tersebut. Contoh eksosistem: pekerjaan orang tua dan jaringan sosial orang
tua.
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
3
Makrosistem (Macrosystems). Struktur dasar keempat yakni makrosistem
(makro berarti luas) terdiri dari masyarakat dan subkultur tempat orang yang
sedang berkembang berada, dengan acuan tertentu dalam hal sistem kepercayaan,
gaya hidup, pola interaksi sosial, dan perubahan hidup.
Dalam penjelasannya, teori bioekologi Bronfenbrenner mempertegas
posisi keluarga sebagai mikrosistem pertama dan utama untuk seorang anak. Teori
ini juga memperjelas bagaimana perkembangan anak berkebutuhan khusus sangat
terkait dengan sistem sosial di sekitarnya.
Peran pendidik di rumah sebenarnya bukan hanya orangtua saja, tetapi
semua orang yang hidup bersama si anak. Jadi, kehidupan nyaman dan tauladan
yang baik dari lingkungan pendidikan di rumah merupakan pembentukan konsep
diri seorang anak. Selanjutnya, peran pendidik dan sekolah untuk menumbuhkan
insan-insan pembelajar akan dimulai.
Guru Inspiratif
Saya mengawali diskusi di bagian ini dengan menyajikan beberapa berita
yang saya baca dari beberapa website. Mari kita cermati dengan baik penggalan
berita-berita berikut:
SURABAYA - Tahun ini Jatim nyaris kekurangan tenaga pendidik. Sebab, ada 3.387 guru
yang bakal pensiun. Namun, kekosongan tersebut bisa segera terisi karena tingginya
minat menjadi guru.
Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dikbud Jatim Gatot Gunarso mengatakan,
sejatinya angka pensiun 3.387 guru di Jatim itu tidak begitu tinggi. "Jika dibagi dengan
jumlah kabupaten/kota di Jatim, angka guru yang pensiun tersebut tidak begitu tinggi,"
jelasnya.
Untung, kata Gatot, animo masyarakat untuk menjadi guru kini jauh lebih tinggi
ketimbang beberapa tahun lalu. Di beberapa LPTK seperti Unesa dan Universitas Negeri
Malang (UM), jumlah peminat jurusan pendidikan guru SD (PGSD) semakin banyak.
Tingginya animo masyarakat menjadi pendidik itu diduga disebabkan adanya tunjangan
profesi guru (TPG). "Ternyata faktor kesejahteraan sangat memengaruhi animo
masyarakat untuk menjadi guru," ungkapnya.
http://www.jpnn.com/read/2014/04/14/228266/Banyak-Peminat,-Tahun-Ini-TigaRibu-Guru-Pensiun- (Senin, 14 April 2014).
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
4
JAKARTA - Perhatian pemerintah kepada para guru melalui tunjangan sertifikasi
berdampak positif pada dunia pendidikan keguruan.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila)
Bujang Rahman mengaku, upaya pemerintah tersebut membuat peminat fakultas yang
dipimpinnya meningkat drastis. "Kebijakan pemberian tunjangan profesi guru berpeluang
memberikan efek ganda bagi peningkatan mutu guru di masa mendatang," ujar Bujang,
seperti dinukil dari laman Unila, Selasa(7/8/2012).
Di sisi lain, kata Bujang, meningkatnya pendaftar di FKIP akan meningkatkan pula
persaingan yang harus mereka tempuh. Terlebih, Lembaga Pendidik Tenaga
Kependidikan (LPTK) ini sudah menjadi primadona dalam seleksi nasional penerimaan
mahasiswa baru di berbagai perguruan tinggi.
Selain itu, kebijakan tunjangan guru juga akan menggeser nilai guru yang telah tergores
selama ini. Bujang mengatakan, fenomena tersebut semakin membuat mahasiswa yang
mendaftar ke pendidikan keguruan seolah hanya berorientasi kepada materi yang akan
didapatkan nanti.
http://kampus.okezone.com/read/2012/08/07/373/674537/tunjangan-profesidongkrak-peminat-ilmu-keguruan (Selasa, 07 Agustus 2012)
Jalur Masuk Penerimaan Mahasiswa UNS Surakarta dengan SNMPTN, SBMPTN,
SPMB - SNMPTN adalah salah satu jalur masuk Universitas yang di tunggu-tunggu
untuk anak-anak SMA yang mau melanjutkan ke perguruan tinggi Negeri. Di UNS
Surakarta sendiri SNMPTN sangat banyak peminatnya. Contoh saja tahun 2013 lalu
mencapai 60.055 calon mahasiswa yang terdaftar di UNS Surakarta.
Dengan pendaftaran segitu banyaknya di UNS Surakarta, berarti telah melampaui batas
target yang sudah di teteapkan sebelumnya yakni Cuma 40.000 calon mahasiswa.
Program Studi yang sangat tringgi peminatnya adalah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGDS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan banyak peminat 4.071
calon mahasiswa.
http://daftarsnmptnsbmptn.blogspot.com/2013/10/jalur-masuk-penerimaanmahasiswa-uns.html
Di beberapa website lain juga saya temukan bahwa profesi menjadi guru
ini semakin diminat banyak orang. Namun sayang, saat ini sajian berita tentang
tingginya peminat jurusan keguruan itu masih fokus pada program sertifikasi
guru, yang dianggap sebagai penyebab terbesar seseorang memilih perguruan
tinggi keguruan.
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
5
Nah, bagaimana peran pendidik itu sebagai motivator siswa dalam sebuah
proses pembelajaran?
Guru biasa akan mengajarkan dengan cara-cara yang
biasa
Guru kreatif akan mengajarkan dengan cara-cara yang
tidak disangka
Guru inovatif akan berkolaborasi dengan siswa dan
dengan ide-ide yang selalu baru
Guru inspiratif akan membimbing dan menjadi tauladan
melalui pemikiran, perilaku, dan menjadi sumber
inspirasi bagi siswa-siswinya.
(Hamdiyatur Rohmah; 2014)
Louise Moqvist (2003) mengemukakan bahwa:
“Competency has been defined in the light of actual circumstances
relating to the individual and work.”
Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len
Holmes (1992) menyebutkan bahwa:
” A competence is a description of something which a person who works
in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action,
behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.”
Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa
kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya
dapat dilakukan (be able to do). Seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa
kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan
sebagai performance pengabdiannya.
Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu
saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini
kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya
dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
6
kegiatan,
berperilaku
maupun
hasil
yang
dalam
perspektif
dapat
ditunjukkan
kepada
lingkungannya.
Sementara
itu,
kebijakan
pendidikan
nasional,
pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana
tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Saya tidak akan membahas detail tentang PP No. 14 ini. Pemerintah saat
ini sedang fokus pada persiapan pelaksanaan kurikulum 2013 yang target
utamanya adalah paket lengkap mengasah kemampuan spiritual, kognitif, afektif,
dan psikomotorik, mengharuskan sekolah untuk memperluas perannya dalam
menumbuhkan insan pembelajar.
Peran guru yang bisa saya sampaikan di sini sebagai hasil dari pengalaman
lapangan selama 10 tahun, secara garis besar sebagai berikut:
a. Wakil orangtua di sekolah
b. Fasilitator proses pembelajaran
c. Hakim yang adil dan berwibawa
d. Konsultan yang cerdas dan bijaksana
e. Sumber ilmu yang masih perlu penyempurnaan
Ketika seorang guru sudah disukai siswa-siswinya, maka separo
pekerjaannya telah selesai. Jika kelima peran itu mampu dilaksanakan dengan
baik dan benar, maka insan-insan pembelajar akan lebih terpacu untuk mengetahui
dunia dengan cara pandang yang lebih luas.
Sekolah adalah Rumah kedua
Sekolah bisa menjadi awal dari kesengsaraan dan juga menjadi rumah
yang menyamankan bagi siswa. Masih ingat cerita dalam buku Totto-chan, Gadis
Cilik di Jendela, karya Tetsuko Kuroyanagi. Beliau menceritakan perjuangan
orangtua Totto-chan untuk mencari sekolah yang nyaman.
Nyaman di sekolah merupakan satu diantara sekian banyak faktor yang
membuat siswa menjadi insan pembelajar. Sekolah yang nyaman, adalah sekolah
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
7
mampu menyuguhkan lingkungan yang ramah dan menyenangkan. Dan untuk
menciptakan situasi dan kondisi ini, kerjasama orangtua, pihak manajemen
sekolah, dan para pendidiknya harus berjalan secara harmonis. Dan menjalin
hubungan partner in learning adalah pilhan yang sangat bijaksana.
Partner in learning membuka kesempatan yang luas untuk bisa saling
mendukung, mengevaluasi kebijakan, dan tentunya saling memberi masukan
untuk kebaikan bersama. Terutama, terwujudnya sebuah lingkungan pendidikan
yang akan memberi manfaat kepada sekitarnya.
Beberapa cirri-ciri sekolah yang mampu membangun insan pembelajar
yang menurut beberapa pakar, sebagai berikut:
a. Peter Mortimore (1995) dari Universiti London, menyatakan dalam papernya
yang berjudul
Key Characteristics of Effective Schools, tentang ciri-ciri
sekolah yang membangun motivasi belajar siswanya adalah:
1. Kepimpinan profesional,
2. Visi dan misi yang sama,
3. Terwujudnya budaya pembelajaran,
4. Fokus terhadap pengajaran dan pembelajaran,
5. Pengajaran yang bermakna,
6. Pengharapan yang tinggi,
7. Pengukuhan yang positif,
8. Pemantauan terhadap perkembangan siswa,
9. Hak dan tanggungjawab murid,
10. Kesepakatan antara rumah-sekolah, dan
11. Cara beorganisasi secara dinamik
b. Howard (1974) mendefinisikan iklim sekolah sebagai keadaan sosial dan
budaya sekolah itu yang mempengaruhi tingkah laku orang di dalamnya.
c. Halpin dan Croft (1963) yang merupakan peneliti dalam kajian iklim sekolah
mengatakan bahwa iklim sekolah menggambarkan personaliti seorang
individu sendiri dan bagaimana guru tersebut berusaha untuk mencapai tahap
organisasi iklim sekolah yang bersangkutan.
Beberapa pakar lain juga menyebutkan bahwa sekolah yang mampu
menumbuhkan pembelajar yang baik adalah sekolah yang menanamkan suasana
pendidikan dan menekankan pada perkembangan akal, fisik, dan spiritual sebagai
satu paket yang saling mendukung karakter siswa.
Nah, sekarang bagaimana kondisi sekolah di sekitar kita?
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
8
Berbagai macam upaya sudah dilakukan oleh pemerintah dan banyak
pihak
untuk
menciptakan
lingkungan
sekolah
yang
diharapkan
akan
menumbuhkan insan pembelajar. Sekolah gratis, sekolah ramah anak, sekolah
ramah lingkungan, dan sekolah alam merupakan beberapa pilihan untuk tempat
belajar menumbuh kembangkan diri.
Saya membatasi diri untuk berdiskusi tentang kondisi fisik sekolah yang
menyamankan. Karena ada banyak hal yang akan terlibat pada masalah ini. Dan
standar fisik sekolah jelas tidak bisa disamakan. Jadi, saya lebih memilih
memotivasi diri sendiri sebagai guru untuk menciptakan suasana sekolah untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Mengutip judul buku dari Munif Chotieb, “Sekolahnya Manusia”, maka
setiap penghuni di sekolah tersebut wajib memanusiakan manusia. Peran guru di
sekolahnya manusia menjadi sentral untuk membantu siswa dalam meperoleh
pencapaian kemampuan koginitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik. Dan,
akan menjadi sempurna jika para pendidik di sekolah tersebut datang dengan
bahagia dan kembali pulang dengan bahagia pula.
Peran pendidikan di rumah dan di sekolah harus menciptakan pola gayung
bersambut. Ketika sekolah memiliki program atau kegiatan, maka rumah wajib
mendukung dan mensukseskan. Begitu juga sebaliknya, jika rumah memiliki
program khusus untuk mendukung pembelajaran dan potensi anak didik, maka
sekolah wajib menjadi rumah kedua bagi siswa untuk melanjutkan belajarnya.
Pendidik yang tidak membosankan akan mendukung sekolah yang
menyenangkan. Untuk menjadi pendidik yang tidak membosankan, maka
berpikiran terbuka, memperluas pengetahuan, berani berkreasi dan berinovasi
akan menciptakan suasana yang selalu baru dan ditunggu-tunggu. Maka, daya
tarik inilah yang akan membuat siswa ingin bertanya sekaligus mencari jawaban
dalam setiap proses pembelajaran.
Pendidik sukses menumbuhkan sikap curiosity (keinguntahuan) siswa,
sekolah sukses menumbuhkan rasa memiliki dan kenyamanan. Maka pendidik
dan proses pendidikan akan memberi makna pada setiap diri anak didiknya.
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
9
Referensi
Suparno, 2004, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara
menerapkan Teori Multiple Intelligences Howard Gardner. Yogyakarta:Kanisius.
Oemar Hamalik, 2007, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Bumi Aksara.
Oemar Hamalik, 2007, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara
Djaali, H. 2007, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara
Mark
K.
Smith,
dkk,
2009,
Teori
Pembelajaran
dan
Pengajaran,
Yogyakarta:Mirza
M. Dimyati Mahmud, 2009, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan,
Yogyakarta:BPFE
Ahmad Zabidi Abdul Razak, Ciri Iklim Sekolah Berkesan: Implikasinya Terhadap
Motivasi Pembelajaran, Jurnal Pendidikan 31 (2006) 3 – 19
Akhmad Sudrajat, Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah, Jurnal bebas,
2012
Prof. Dr. H. Abdul Majid, MA, Peranan Pendidik Dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik, Seminar dan Lokakarya Majelis/Dewan Guru Besar 7 PT BHMN
Se-Indonesia, UGM, Maret 2010
Nurul Hidayati, Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak
Berkebutuhan Khusus, INSAN Vol. 13 No. 01, April 2011
http://www.jpnn.com/read/2014/04/14/228266/Banyak-Peminat,-Tahun-Ini-TigaRibu-Guru-Pensiunhttp://kampus.okezone.com/read/2012/08/07/373/674537/tunjangan-profesidongkrak-peminat-ilmu-keguruan
http://daftarsnmptnsbmptn.blogspot.com/2013/10/jalur-masuk-penerimaanmahasiswa-uns.html
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
10
PENDIDIK DAN PENDIDIKAN
BERMAKNA
OLEH:
HAMDIYATUR ROHMAH
SD SEKOLAH ALAM INSAN MULIA
SURABAYA
Siapakah Para Pendidik?
Apa sesungguhnya yang diperjuangkan oleh seorang pendidik? Apakah
nilai anak didik yang sempurna dalam akademis? Melihat kecerdasan dari angkaangka yang tertulis dalam buku laporan kemampuan siswa?
Atau berusaha dengan sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Seperti yang tertulis dalam UndangUndang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003?
Sungguh luar biasa! Profesi para pendidik dan sekolah untuk mewujudkan
cita-cita bangsa! Itu berarti semua pendidik harus menjadi pengemban amanah
dan bekerja a cerdas untuk mewujudkan tujuan pendidikan di negeri ini.
Siapakah para pendidik yang berkewajiban untuk mengantarkan anak
bangsa ini, untuk menjadi generasi pilihan dan mampu mengharumkan nama
negeri ini?
Pendidik pertama adalah orangtua, sekolah pertama adalah rumah masingmasing.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam proses tumbuh
kembang anak. Keluarga yang harmonis akan memberikan dampak positif
terhadap optimalnya perkembangan anak namun tentu saja tidak ada keluarga
tanpa konflik, tanpa dinamika, atau tanpa masalah. Dalam Olson & DeFrain
(2003).
Mengapa saya perlu menulis beberapa teori tentang peran keluarga terlebih
dahulu sebelum peran pendidik dan pendidikan secara formal di sekolah?
Ya! Karena ketika seorang anak sudah memiliki konsep diri yang kuat
dengan latar belakang pendidikan dalam keluarga yang baik dan menyamankan,
maka peran pendidik dan sekolah akan menjadi partner in learning secara
sempurna bagi orangtua untuk menumbuhkan insan pembelajar.
Menghadapi respons masyarakat bukanlah hal yang mudah, terutama
respon lingkungan terdekat. Siswa yang dikatakan “bodoh”, kebanyakan
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
2
diidentikkan dengan sikap malas, daya pikir rendah, dan lebih parah lagi pengaruh
genetic.
Apakah orangtua akan diam saja dengan kondisi ini? PASTI tidak ada ada
orangtua yang akan nyaman menghadapi realitas hidup yang “kurang”. Reaksi
masyarakat terkadang menjadi referensi cara berpikir, baik positif maupun negatif
efeknya. Dan hal ini akan mengisi memori anak yang berdampak pada pandangan
dan pilihan hidup di masa depan.
Berdasarkan teori bioekologi Bronfrenbrenner, terdapat empat struktur
dasar (Mikrosistem, Mesosistem, Eksosistem, dan Makrosistem) tempat terjadinya
hubungan dan interaksi yang membentuk pola tertentu yang mempengaruhi
perkembangan manusia.
Keluarga merupakan seting yang menyediakan pengasuhan, afeksi, dan
berbagai kesempatan. Keluarga merupakan pensosialisasi primer pada anak dan
oleh karenanya keluarga memiliki pengaruh paling signifikan terhadap
perkembangan anak. Sementara itu, terdapat mikrosistem lain yang juga penting
bagi anak misalnya sekolah.
Perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh hubungan anak dengan
orang lain dalam keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, atau masyarakat
namun juga dipengaruhi oleh interaksi antar anggota dari suatu mikrosistem yang
dimaksud. Misalnya, hubungan ayah dengan ibu mempengaruhi perlakuan ibu
terhadap anak. Apabila ayah secara emosional memberikan dukungan terhadap
ibu, ia cenderung lebih terlibat dan memiliki interaksi lebih positif dengan
anaknya (Cox, Owen, Henderson, & Margand, 1992, dalam Berns, 2007).
Mesosistem (Mesosystems). Struktur dasar kedua yaitu mesosistem (meso
artinya diantara) yang terdiri atas keterkaitan dan hubungan saling mempengaruhi
antara dua atau lebih mikrosistem seseorang, misalnya: keluarga anak
berkebutuhan khusus dengan support group.
Eksosistem (Exosystems). Struktur dasar ketiga yakni eksosistem (ekso
artinya diluar), mengacu pada seting dimana anak tidak menjadi partisipan secara
aktif namun turut memberi pengaruh kepadanya melalui salah satu mikrosistem
anak tersebut. Contoh eksosistem: pekerjaan orang tua dan jaringan sosial orang
tua.
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
3
Makrosistem (Macrosystems). Struktur dasar keempat yakni makrosistem
(makro berarti luas) terdiri dari masyarakat dan subkultur tempat orang yang
sedang berkembang berada, dengan acuan tertentu dalam hal sistem kepercayaan,
gaya hidup, pola interaksi sosial, dan perubahan hidup.
Dalam penjelasannya, teori bioekologi Bronfenbrenner mempertegas
posisi keluarga sebagai mikrosistem pertama dan utama untuk seorang anak. Teori
ini juga memperjelas bagaimana perkembangan anak berkebutuhan khusus sangat
terkait dengan sistem sosial di sekitarnya.
Peran pendidik di rumah sebenarnya bukan hanya orangtua saja, tetapi
semua orang yang hidup bersama si anak. Jadi, kehidupan nyaman dan tauladan
yang baik dari lingkungan pendidikan di rumah merupakan pembentukan konsep
diri seorang anak. Selanjutnya, peran pendidik dan sekolah untuk menumbuhkan
insan-insan pembelajar akan dimulai.
Guru Inspiratif
Saya mengawali diskusi di bagian ini dengan menyajikan beberapa berita
yang saya baca dari beberapa website. Mari kita cermati dengan baik penggalan
berita-berita berikut:
SURABAYA - Tahun ini Jatim nyaris kekurangan tenaga pendidik. Sebab, ada 3.387 guru
yang bakal pensiun. Namun, kekosongan tersebut bisa segera terisi karena tingginya
minat menjadi guru.
Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dikbud Jatim Gatot Gunarso mengatakan,
sejatinya angka pensiun 3.387 guru di Jatim itu tidak begitu tinggi. "Jika dibagi dengan
jumlah kabupaten/kota di Jatim, angka guru yang pensiun tersebut tidak begitu tinggi,"
jelasnya.
Untung, kata Gatot, animo masyarakat untuk menjadi guru kini jauh lebih tinggi
ketimbang beberapa tahun lalu. Di beberapa LPTK seperti Unesa dan Universitas Negeri
Malang (UM), jumlah peminat jurusan pendidikan guru SD (PGSD) semakin banyak.
Tingginya animo masyarakat menjadi pendidik itu diduga disebabkan adanya tunjangan
profesi guru (TPG). "Ternyata faktor kesejahteraan sangat memengaruhi animo
masyarakat untuk menjadi guru," ungkapnya.
http://www.jpnn.com/read/2014/04/14/228266/Banyak-Peminat,-Tahun-Ini-TigaRibu-Guru-Pensiun- (Senin, 14 April 2014).
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
4
JAKARTA - Perhatian pemerintah kepada para guru melalui tunjangan sertifikasi
berdampak positif pada dunia pendidikan keguruan.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila)
Bujang Rahman mengaku, upaya pemerintah tersebut membuat peminat fakultas yang
dipimpinnya meningkat drastis. "Kebijakan pemberian tunjangan profesi guru berpeluang
memberikan efek ganda bagi peningkatan mutu guru di masa mendatang," ujar Bujang,
seperti dinukil dari laman Unila, Selasa(7/8/2012).
Di sisi lain, kata Bujang, meningkatnya pendaftar di FKIP akan meningkatkan pula
persaingan yang harus mereka tempuh. Terlebih, Lembaga Pendidik Tenaga
Kependidikan (LPTK) ini sudah menjadi primadona dalam seleksi nasional penerimaan
mahasiswa baru di berbagai perguruan tinggi.
Selain itu, kebijakan tunjangan guru juga akan menggeser nilai guru yang telah tergores
selama ini. Bujang mengatakan, fenomena tersebut semakin membuat mahasiswa yang
mendaftar ke pendidikan keguruan seolah hanya berorientasi kepada materi yang akan
didapatkan nanti.
http://kampus.okezone.com/read/2012/08/07/373/674537/tunjangan-profesidongkrak-peminat-ilmu-keguruan (Selasa, 07 Agustus 2012)
Jalur Masuk Penerimaan Mahasiswa UNS Surakarta dengan SNMPTN, SBMPTN,
SPMB - SNMPTN adalah salah satu jalur masuk Universitas yang di tunggu-tunggu
untuk anak-anak SMA yang mau melanjutkan ke perguruan tinggi Negeri. Di UNS
Surakarta sendiri SNMPTN sangat banyak peminatnya. Contoh saja tahun 2013 lalu
mencapai 60.055 calon mahasiswa yang terdaftar di UNS Surakarta.
Dengan pendaftaran segitu banyaknya di UNS Surakarta, berarti telah melampaui batas
target yang sudah di teteapkan sebelumnya yakni Cuma 40.000 calon mahasiswa.
Program Studi yang sangat tringgi peminatnya adalah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGDS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan banyak peminat 4.071
calon mahasiswa.
http://daftarsnmptnsbmptn.blogspot.com/2013/10/jalur-masuk-penerimaanmahasiswa-uns.html
Di beberapa website lain juga saya temukan bahwa profesi menjadi guru
ini semakin diminat banyak orang. Namun sayang, saat ini sajian berita tentang
tingginya peminat jurusan keguruan itu masih fokus pada program sertifikasi
guru, yang dianggap sebagai penyebab terbesar seseorang memilih perguruan
tinggi keguruan.
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
5
Nah, bagaimana peran pendidik itu sebagai motivator siswa dalam sebuah
proses pembelajaran?
Guru biasa akan mengajarkan dengan cara-cara yang
biasa
Guru kreatif akan mengajarkan dengan cara-cara yang
tidak disangka
Guru inovatif akan berkolaborasi dengan siswa dan
dengan ide-ide yang selalu baru
Guru inspiratif akan membimbing dan menjadi tauladan
melalui pemikiran, perilaku, dan menjadi sumber
inspirasi bagi siswa-siswinya.
(Hamdiyatur Rohmah; 2014)
Louise Moqvist (2003) mengemukakan bahwa:
“Competency has been defined in the light of actual circumstances
relating to the individual and work.”
Sementara itu, dari Trainning Agency sebagaimana disampaikan Len
Holmes (1992) menyebutkan bahwa:
” A competence is a description of something which a person who works
in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action,
behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate.”
Dari kedua pendapat di atas kita dapat menarik benang merah bahwa
kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya
dapat dilakukan (be able to do). Seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa
kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan
sebagai performance pengabdiannya.
Agar dapat melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu
saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka dalam hal ini
kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya
dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
6
kegiatan,
berperilaku
maupun
hasil
yang
dalam
perspektif
dapat
ditunjukkan
kepada
lingkungannya.
Sementara
itu,
kebijakan
pendidikan
nasional,
pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana
tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Saya tidak akan membahas detail tentang PP No. 14 ini. Pemerintah saat
ini sedang fokus pada persiapan pelaksanaan kurikulum 2013 yang target
utamanya adalah paket lengkap mengasah kemampuan spiritual, kognitif, afektif,
dan psikomotorik, mengharuskan sekolah untuk memperluas perannya dalam
menumbuhkan insan pembelajar.
Peran guru yang bisa saya sampaikan di sini sebagai hasil dari pengalaman
lapangan selama 10 tahun, secara garis besar sebagai berikut:
a. Wakil orangtua di sekolah
b. Fasilitator proses pembelajaran
c. Hakim yang adil dan berwibawa
d. Konsultan yang cerdas dan bijaksana
e. Sumber ilmu yang masih perlu penyempurnaan
Ketika seorang guru sudah disukai siswa-siswinya, maka separo
pekerjaannya telah selesai. Jika kelima peran itu mampu dilaksanakan dengan
baik dan benar, maka insan-insan pembelajar akan lebih terpacu untuk mengetahui
dunia dengan cara pandang yang lebih luas.
Sekolah adalah Rumah kedua
Sekolah bisa menjadi awal dari kesengsaraan dan juga menjadi rumah
yang menyamankan bagi siswa. Masih ingat cerita dalam buku Totto-chan, Gadis
Cilik di Jendela, karya Tetsuko Kuroyanagi. Beliau menceritakan perjuangan
orangtua Totto-chan untuk mencari sekolah yang nyaman.
Nyaman di sekolah merupakan satu diantara sekian banyak faktor yang
membuat siswa menjadi insan pembelajar. Sekolah yang nyaman, adalah sekolah
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
7
mampu menyuguhkan lingkungan yang ramah dan menyenangkan. Dan untuk
menciptakan situasi dan kondisi ini, kerjasama orangtua, pihak manajemen
sekolah, dan para pendidiknya harus berjalan secara harmonis. Dan menjalin
hubungan partner in learning adalah pilhan yang sangat bijaksana.
Partner in learning membuka kesempatan yang luas untuk bisa saling
mendukung, mengevaluasi kebijakan, dan tentunya saling memberi masukan
untuk kebaikan bersama. Terutama, terwujudnya sebuah lingkungan pendidikan
yang akan memberi manfaat kepada sekitarnya.
Beberapa cirri-ciri sekolah yang mampu membangun insan pembelajar
yang menurut beberapa pakar, sebagai berikut:
a. Peter Mortimore (1995) dari Universiti London, menyatakan dalam papernya
yang berjudul
Key Characteristics of Effective Schools, tentang ciri-ciri
sekolah yang membangun motivasi belajar siswanya adalah:
1. Kepimpinan profesional,
2. Visi dan misi yang sama,
3. Terwujudnya budaya pembelajaran,
4. Fokus terhadap pengajaran dan pembelajaran,
5. Pengajaran yang bermakna,
6. Pengharapan yang tinggi,
7. Pengukuhan yang positif,
8. Pemantauan terhadap perkembangan siswa,
9. Hak dan tanggungjawab murid,
10. Kesepakatan antara rumah-sekolah, dan
11. Cara beorganisasi secara dinamik
b. Howard (1974) mendefinisikan iklim sekolah sebagai keadaan sosial dan
budaya sekolah itu yang mempengaruhi tingkah laku orang di dalamnya.
c. Halpin dan Croft (1963) yang merupakan peneliti dalam kajian iklim sekolah
mengatakan bahwa iklim sekolah menggambarkan personaliti seorang
individu sendiri dan bagaimana guru tersebut berusaha untuk mencapai tahap
organisasi iklim sekolah yang bersangkutan.
Beberapa pakar lain juga menyebutkan bahwa sekolah yang mampu
menumbuhkan pembelajar yang baik adalah sekolah yang menanamkan suasana
pendidikan dan menekankan pada perkembangan akal, fisik, dan spiritual sebagai
satu paket yang saling mendukung karakter siswa.
Nah, sekarang bagaimana kondisi sekolah di sekitar kita?
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
8
Berbagai macam upaya sudah dilakukan oleh pemerintah dan banyak
pihak
untuk
menciptakan
lingkungan
sekolah
yang
diharapkan
akan
menumbuhkan insan pembelajar. Sekolah gratis, sekolah ramah anak, sekolah
ramah lingkungan, dan sekolah alam merupakan beberapa pilihan untuk tempat
belajar menumbuh kembangkan diri.
Saya membatasi diri untuk berdiskusi tentang kondisi fisik sekolah yang
menyamankan. Karena ada banyak hal yang akan terlibat pada masalah ini. Dan
standar fisik sekolah jelas tidak bisa disamakan. Jadi, saya lebih memilih
memotivasi diri sendiri sebagai guru untuk menciptakan suasana sekolah untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Mengutip judul buku dari Munif Chotieb, “Sekolahnya Manusia”, maka
setiap penghuni di sekolah tersebut wajib memanusiakan manusia. Peran guru di
sekolahnya manusia menjadi sentral untuk membantu siswa dalam meperoleh
pencapaian kemampuan koginitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik. Dan,
akan menjadi sempurna jika para pendidik di sekolah tersebut datang dengan
bahagia dan kembali pulang dengan bahagia pula.
Peran pendidikan di rumah dan di sekolah harus menciptakan pola gayung
bersambut. Ketika sekolah memiliki program atau kegiatan, maka rumah wajib
mendukung dan mensukseskan. Begitu juga sebaliknya, jika rumah memiliki
program khusus untuk mendukung pembelajaran dan potensi anak didik, maka
sekolah wajib menjadi rumah kedua bagi siswa untuk melanjutkan belajarnya.
Pendidik yang tidak membosankan akan mendukung sekolah yang
menyenangkan. Untuk menjadi pendidik yang tidak membosankan, maka
berpikiran terbuka, memperluas pengetahuan, berani berkreasi dan berinovasi
akan menciptakan suasana yang selalu baru dan ditunggu-tunggu. Maka, daya
tarik inilah yang akan membuat siswa ingin bertanya sekaligus mencari jawaban
dalam setiap proses pembelajaran.
Pendidik sukses menumbuhkan sikap curiosity (keinguntahuan) siswa,
sekolah sukses menumbuhkan rasa memiliki dan kenyamanan. Maka pendidik
dan proses pendidikan akan memberi makna pada setiap diri anak didiknya.
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
9
Referensi
Suparno, 2004, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah: Cara
menerapkan Teori Multiple Intelligences Howard Gardner. Yogyakarta:Kanisius.
Oemar Hamalik, 2007, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Bumi Aksara.
Oemar Hamalik, 2007, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara
Djaali, H. 2007, Psikologi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara
Mark
K.
Smith,
dkk,
2009,
Teori
Pembelajaran
dan
Pengajaran,
Yogyakarta:Mirza
M. Dimyati Mahmud, 2009, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan,
Yogyakarta:BPFE
Ahmad Zabidi Abdul Razak, Ciri Iklim Sekolah Berkesan: Implikasinya Terhadap
Motivasi Pembelajaran, Jurnal Pendidikan 31 (2006) 3 – 19
Akhmad Sudrajat, Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah, Jurnal bebas,
2012
Prof. Dr. H. Abdul Majid, MA, Peranan Pendidik Dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik, Seminar dan Lokakarya Majelis/Dewan Guru Besar 7 PT BHMN
Se-Indonesia, UGM, Maret 2010
Nurul Hidayati, Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak
Berkebutuhan Khusus, INSAN Vol. 13 No. 01, April 2011
http://www.jpnn.com/read/2014/04/14/228266/Banyak-Peminat,-Tahun-Ini-TigaRibu-Guru-Pensiunhttp://kampus.okezone.com/read/2012/08/07/373/674537/tunjangan-profesidongkrak-peminat-ilmu-keguruan
http://daftarsnmptnsbmptn.blogspot.com/2013/10/jalur-masuk-penerimaanmahasiswa-uns.html
Disampaikan dalam seminar Menumbuhkan Insan Pembelajar
10